HUBUNGAN BENTUK SEDIAAN OBAT BATUK TERHADAP KECENDERUNGAN DAYA BELI KONSUMEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN Isnaini, Yetti O.K, Choiril Hana INTISARI Daya beli masyarakat dapat meningkat jika obat yang yang beredar di pasaran memiliki kualitas yang baik, harga yang relatif terjangkau, serta pengemasan yang baik. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan metode penelitian Cross sectional dan menggunakan analisa deskriptif analitik yang diuji dengan analisis statistika anova one way. Dengan subyek penelitian adalah konsumen yang membeli obat batuk. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling. Sampel yang diperoleh sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten. Kecenderungan tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor kemasan dibandingkan dengan harga. Untuk kemasan memiliki kecenderungan p=0,000 sedangkan harga p=1,000.
Kata Kunci : Bentuk sediaan obat batuk, daya beli konsumen
Isnaini, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
PENDAHULUAN Daya beli konsumen adalah tingkatan atau kemampuan yang menunjukkan sejauh mana konsumen untuk membeli hasil produksi. Daya beli konsumen di pengaruhi beberapa faktor antara lain : kualitas barang, kemasan, dan harga yang murah (Sampurno, 2009). Daya beli masyarakat dapat meningkat jika obat yang yang beredar di pasaran memiliki kualitas yang baik, harga yang relatif terjangkau, serta pengemasan yang baik. Dalam membeli suatu obat, masyarakat menginginkan produk yang berkualitas dengan harga yang murah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendapatan seseorang. Meskipun pendapatan meningkat, di lain pihak kebutuhan juga terus meningkat. Dengan demikian industri farmasi dituntut untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi dengan harga yang wajar atau bahkan relatif lebih murah (Priyambodo, 2007). Selain harga faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam membeli obat adalah kemasan. Kemasan obat yang baik membuat pembeli menjadi tertarik dan terdorong untuk membeli. Kemasan yang baik dapat melindungi dari kerusakan sehingga konsumen yang membeli obat merasa aman dalam menggunakan obat (Sampurno, 2009). Ada banyak pilihan obat yang beredar di pasaran misalnya obat batuk. Ada yang dalam bentuk cair, ada juga yang dalam bentuk tablet. Ada yang di dalam botol, ada juga yang berbentuk sachet (Arifin, 2008). Secara garis besar, berdasarkan bentuk sediaan, obat dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu : bentuk sediaan padat, seperti pulvis, pulveres, tablet, dan kapsul. Bentuk sediaan semi padat, seperti, salep, cream, jel, dan pasta. Bentuk sediaan cair, seperti, sirup, suspensi, dan emulsi (Priyambodo, 2007). Dalam penelitian ini aspek yang diteliti adalah bentuk sediaan mempengaruhi kecenderungan pembelian konsumen. Dimana faktor harga dan kemasan merupakan hal penting bagi konsumen untuk membeli sediaan obat terutama obat batuk. Penelitian ini dilakukan karena pembelian obat batuk dalam satu bulan terakhir mengalami peningkatan. Peningkatan diperkirakan dari 15-20 konsumen /hari membeli obat batuk. Dengan adanya hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk Terhadap Kecenderungan Daya Beli Konsumen Di Apotek Ketandan Farma Klaten”. Rumusan Masalah : Apakah ada hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten? Tujuaan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten
39
40
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
Manfaat Penelitian : Memberikan informasi kepada konsumen tentang bentuk sediaan obat batuk yang banyak digunakan oleh konsumen.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas adalah kecenderungan daya beli, sedangkan variabel terikat bentuk sediaan obat batuk di apotek Ketandan Farma Klaten. Populasi Dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sama yakni konsumen apotek Ketandan Farma Klaten yang membeli obat batuk cair dan padat. Cara pengambilan sampel ialah dengan menggunakan accidental sampling atau dengan cara kebetulan. Sampel yang diperoleh sebanyak 60 orang. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ialah dengan menggunakan daftar pertanyaan yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mewawancarai responden. 2. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yaitu dengan mewawancarai atau bertanya kepada konsumen yang membeli obat batuk di Apotek Ketandan Farma Klaten.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Ketandan Farma yang beralamat di Perumahan Belangwetan No.1 Klaten. Dengan sampel sebanyak 60 orang. Dari hasil penelitian diperoleh data tentang distribusi frekuensi bentuk sediaan obat batuk dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Bentuk Sediaan Obat Batuk Presentasi (%) No. Bentuk Sediaan Frekuensi 1. 2.
Cair Padat Total
38 22 60
63,3 36,7 100
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa frekuensi bentuk sediaan obat batuk sebagian besar di Apotek Ketandan Farma lebih banyak memilih bentuk sediaan cair sebanyak 63,3% dan yang paling sedikit adalah sediaan padat sebesar 36,7%. Untuk data distribusi frekuensi faktor pembelian bentuk sediaan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor Pembelian Bentuk Sediaan Faktor Pembelian
Sediaan
Harga
Cair Padat Jumlah
Total
Kemasan
f
%
f
%
f
%
15 9 24
39,5 40,9 40
23 13 36
60,5 59,1 60
38 22 60
100 100 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui konsumen yang membeli sediaan cair dikarenakan faktor harga sebesar 39,5%, untuk sediaan padat dikarenakan faktor harga sebesar 40,9%. Sedangkan untuk sediaan cair dikarenakan kemasan sebesar 60,5% dan untuk sediaan padat dikarenakan kemasan sebesar 59,1%. Hasil distribusi frekuensi berdasarkan kemasan bentuk sediaan dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemasan Bentuk Sediaan Faktor Pembelian Sediaan
Cair Padat Jumlah
botol f % 18 47,4 18 30
Total Kemasan Sachet f % 4 10,5 - 4 6,7
Strip f % - 9 40,9 9 15
Eceran f % - 4 18,2 4 6,7
f 38 22 60
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui konsumen yang membeli sediaan cair dikarenakan kemasan lebih banyak memilih kemasan botol sebesar 47,4% dan untuk kemasan sachet sebesar 10,5%. Sedangkan sediaan padat yang membeli dikarenakan kemasan lebih banyak memilih kemasan strip 40,9% dan untuk kemasan eceran sebesar 18,2%. Untuk mengetahui hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen berdasarkan harga dengan analisis statistika anova dapat dilihat pada tabel 4.4.
41
42
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
Tabel 4.4 Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk Terhadap Kecenderungan Daya Beli Konsumen Berdasarkan Harga Variabel Bebas Variabel Terikat p Bentuk sediaan Harga 1,000 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen berdasarkan harga yang dianalisis dengan analisis statistika anova memiliki kecenderungan yang ditunjukkan dengan p = 1,000. Untuk mengetahui hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen berdasarkan kemasan dengan analisis statistika anova dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5
Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk Terhadap Kecenderungan Daya Beli Konsumen Berdasarkan Kemasan
Variabel Bebas Bentuk sediaan
Variabel Terikat Kemasan
p 0,000
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen berdasarkan kemasan yang dianalisis dengan analisis statistika menggunakan anova memiliki kecenderungan yang ditunjukkan dengan p=0,000. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan di apotek ketandan farma diperoleh hasil bahwa sediaan cair lebih banyak dipilih oleh konsumen sebesar 63,3%. Mayoritas yang menggunakan bentuk sediaan cair adalah anak-anak. Hal tersebut berarti konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten memiliki kecenderungan daya beli yang tinggi terhadap bentuk sediaan obat batuk cair daripada bentuk sediaan padat. Konsumen berpendapat bahwa sediaan cair memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan sediaan padat yaitu memberikan kemudahan saat meminum obat bagi yang mengalami kesulitan saat menelan obat terutama bagi anak-anak. Selain itu juga tujuan dibuatnya sediaan cair ialah untuk lebih mempercepat dan lebih efisien diabsorbsi dibanding sejumlah obat yang sama yang diberikan dalam sediaan padat. Sedangkan untuk sediaan padat sebesar 36,7% hasil tersebut lebih sedikit dibanding sediaan cair. Hal tersebut dikarenakan konsumen dewasa yang lebih banyak menggunakan bentuk sediaan padat daripada benuk sediaan cair. Untuk bentuk sediaan cair, kemasan memiliki frekuensi sebesar 60,5% yang menyatakan bahwa kemasan memiliki frekuensi lebih tinggi dibandingkan dengan harga. Konsumen beranggapan bahwa kemasan untuk sediaan cair
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
terutama kemasan botol lebih menarik terutama untuk anak – anak. Hal ini menyebabkan faktor kemasan lebih banyak menyebabkan konsumen membeli obat batuk. Sedangkan konsumen yang membeli sediaan cair dikarenakan harga berpendapat bahwa harga obat untuk sediaan cair lebih mahal dibanding harga obat sediaan padat sehingga yang memilih harga lebih sedikit disbanding kemasan. Untuk sediaan padat, kemasan memiliki frekuensi 59,1% hal ini berarti kemasan memiliki frekuensi lebih tinggi debanding dengan harga. Konsumen berpendapat bahwa kemasan untuk sediaan padat memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai pelindung dari kerusakan sehingga konsumen merasa tidak merasa khawatir dan tetap aman dalam mengonsumsi obat, selain itu juga obat lebih praktis jika dibawa kemana-mana dan tidak tumpah atau pecah. Sedangkan konsumen yang membeli sediaan padat dikarenakan harga berpendapat bahwa harga obat untuk sediaan padat lebih murah dibanding harga sediaan cair. Hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap daya beli konsumen di apotek Ketandan Farma Klaten berdasarkan uji statistika menunjukan bahwa kemasan lebih cenderung mempengaruhi daripada harga. Hal ini dapat ditunjukan dengan tingkat kecenderungan antara kemasan p=0,000 (p<0,05) sedangkan harga p=1,000(p>0,05). Kemasan lebih cenderung mempengaruhi dikarenakan kemasan menjadi daya tarik konsumen terutaman untuk kemasan obat batuk untuk anak-anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sampurno (2009) menyatakan bahwa produk ditawarkan di pasar harus dikemas dengan baik dan memiliki daya tarik tersendiri yang dapat minat konsumen untuk membeli dan menggunakannya. Banyak pemasar yang menggunakan kemasan sebagai strategi produk maupun sebagai hal yang penting dan harus banyak fungsi untuk memberi nilai tambah bagi produk dengan desain dan warna yang menarik dan deskripsi produk yang elegan sehingga mengundang orang untuk membeli dan menggunakannya. Untuk faktor harga bagi konsumen di apotek ketandan farma Klaten memiliki pengaruh lebih rendah dibanding kemasan, hal tersebut dapat dilihat dari tabel hubungan bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen berdasarkan harga dimana harga memiliki tingkat kecenderungan p=1,000. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar konsumen merupakan masyarakat perumahan yang sudah bisa dikatakan memiliki perekonomian yang cukup tinggi sehingga untuk daya beli yang disebabkan karena harga tidak terlalu berpengaruh.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bentuk sediaan obat batuk yang paling banyak dibeli konsumen adalah bentuk sediaan cair sebanyak 63,3 %.
43
44
CERATA Journal Of Pharmacy Science Isnaini, dkk., Hubungan Bentuk Sediaan Obat Batuk …
2. Factor pembelian konsumen lebih dipengaruhi kemasan untuk sediaan cair 60,5 %, untuk sediaan padat 59,1 % 3. Hubungan antara bentuk sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen di Apotek Ketandan Farma Klaten kecenderungan lebih dipengaruhi kemasan yang ditunjukan dengan tingkat kecenderungan p=0,000 sedangkan harga memiliki tingkat kecenderungan p=1,000. Saran : perlu selanjutnya penelitian selanjutnya tentang hubungan sediaan obat batuk terhadap kecenderungan daya beli konsumen ditinjau dari kualitas obat, perlu penelitian selanjutnya dengan menggunakan teknik random sampling dan metode penelitian kohort .
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Ludfi Antoni. 2008. Pasar Obat Batuk Cair Terus Meningkat. http://Antoniludfi. Blogspot.com/2008/02/.html. 29 Januari 2011.Jam 11.30 WIB Arikunto,S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Industri Farmasi. Global Pustaka utama. Yogjakarta. Sampurno. 2009. Manajemen Pemasaran Farmasi.Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan ke-12. Alfabeta. Bandung.