JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DENGAN KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRA USIA 11-19 TAHUN DI PANTI ASUHAN DARUT TAQWA KOTA SEMARANG TAHUN 2016
Debby Rizky Amelia*), M. Zen Rahfiludin**), Ronny Aruben**) Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang **) Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang Email:
[email protected]
*)
Abstract :Adolescence is the age where the growth spurt. Physical activity of adolescent boys is greatly increased, causes an increase in body mass, blood volume and red blood cell count. So, if the consumption of various sources of nutrients are not improved, there may be deficiencies of micronutrients such as iron, zinc, copper, folic acid and vitamin B12 that related to hemoglobin levels. Anemia is a condition in which the hemoglobin and the red blood cell count is less than normal, as the result from the deficiency of one or more essential nutrient. The purpose of the study is to analyze the relationship between micronutrients intake and hemoglobin levels in adolescent boys of ages 11-19 in Panti Asuhan Darut Taqwa Semarang. This study includes observational analytical research with the cross-sectional approach. The sampling technique used in this study is total sampling of 43 people. The data were collected through form filling of semi-quantitative FFQ and measurement of hemoglobin levels with cianmethemoglobin method. The data analysis are included univariate and bivariate analysis. The results shows that the average intake of iron consumed by the respondent is 14.34 mg/day (88.1%), the average intake of zinc is 8.65 mg/day (51.4%), the average intake of copper is 1.64 mg/day (203.2%), the average intake of folic acid is 286.11 µg/day (71.5%) and the average intake of vitamin B12 is 3.35 µg/day (149.2%). While the average of hemoglobin levels is 11.1 g/dL. The result of the bivariate analysis shows that there is a relationship between iron intake (p=0.001), zinc intake (p=0.001), copper intake (p=0.001), and folic acid intake (p=0.001) and hemoglobin levels. There is no relationship between vitamin B12 and hemoglobin levels (p = 0.242). The stakeholders is suggested to improve the delivery of highly nutritious food to the students. Keywords: iron, zinc, copper, folic acid, vitamin B12, hemoglobin levels, adolescent boys
PENDAHULUAN Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapur 1 intrasel. Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan
bentuk sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler menjadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa 529
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
mengakibatkan anemia.2Saat ini di Indonesia, terdapat empat masalah gizi utama. Salah satunya adalah anemia gizi. Anemia gizi merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang essensial.3 Anemia gizi dapat timbul karena kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, protein dan vitamin C. Penyebab utama anemia gizi besi adalah asupan zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah serta pola makan yang kurang beraneka ragam. Faktor lain penyebab anemia gizi antara lain sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi.4 Pemilihan pola konsumsi makanan seperti jenis makanan dan frekuensi makanan yang dikonsumsi pun dapat berpengaruh terhadap nilai kadar hemoglobin seseorang.5 Selain zat gizi tersebut terdapat zat gizi mikro lain yang berperan dalam pembentukan hemoglobin seperti seng, vitamin B6 dan tembaga. Secara tidak langsung defisiensi seng akan mempengaruhi metabolisme besi.6,7 Vitamin B6 diperlukan dalammetabolisme protein yang juga diperlukan untuk sintesis heme dalam pembentukan hemoglobin.5,8 Tembaga juga berhubungan pada proses oksidasi besi untuk pembentukan 9 hemoglobin. Setelah melewati masa balita dan masa anak-anak sampai pra remaja, kebutuhan nutrisi juga harus diperhatikan. Remaja merupakan kelompok usia yang sedang berada
dalam fase pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Pertumbuhan pesat ini ditandai dengan pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan berat badan laki-laki 19 gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan tinggi badan mencapai 15 cm per tahun.3Selain itu, pada remaja lakilaki kegiatan jasmaniah sangat meningkat. Bila konsumsi berbagai sumber zat gizi tidak ditingkatkan, mungkin terjadi defisiensi terutama defisiensi vitamin-vitamin.10 Selama puncak pertumbuhan cepat pada remaja menyebabkan peningkatan massa tubuh, volume darah dan jumlah sel darah merah. Dengan demikian kebutuhan zat besi remaja laki-laki meningkat, yang digunakan untuk myoglobin pada otot dan hemoglobin pada darah.11Kebutuhan besi selama growth spurt kira-kira 10-15 mg/hari dan setelah growth spurt dan maturasi seksual terjadi penurunan kebutuhan untuk zat besi. Selain itu, kebutuhan seng juga meningkat, di samping seng berperan sebagai zat pembentuk hemoglobin, seng juga diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki.12 Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan energi dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Menurut Arisman, survei mengenai masalah gizi terhadap mahasiswi kedokteran di Perancis, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan asupan zat besi. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukkan asupan besi sebagian
530
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
besar remaja putri tidak mencukupi pengukuran kadar hemoglobin kebutuhan harian yang dianjurkan. dengan metodesianmethemoglobin. Di negara yang sedang Analisis data dilakukan secara berkembang, sekitar 27% remaja univariat dan bivariat menggunakan putra dan 26% remaja putri uji korelasi Product Moment jika menderita anemia; sementara di variabel berdistribusi normal dan negara maju angkatersebut hanya Rank Spearman jika variabel 3 berada pada bilangan 5% dan 7%. berdistribusi tidak nromal. Kelompok risiko terbesar rentan HASIL DAN PEMBAHASAN terkena anemia gizi dimungkinkan 1. Analisis Variabel Penelitian terjadi pada anak-anak penghuni panti asuhan atau pondok Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur pesantren, namun demikian status Responden gizi anak yang hidup di panti asuhan F % Umur belum banyak diketahui. (tahun) (Orang) (Persentase) Remaja mempunyai kebutuhan 12 8 18,6 nutrisi yang spesial, karena pada 13 2 4,7 saat tersebut terjadi pertumbuhan 14 11 25,6 yang pesat, maka kebutuhan akan 15 9 20,9 zat besi pada remaja juga 16 7 16,3 meningkat. Zat besi dibutuhkan oleh 17 4 9,3 tubuh untuk membentuk mioglobin 18 2 4,7 dalam jaringan otot yang baru, hal ini Total 43 100,0 dikarenakan pada remaja putra kegiatan jasmaniah sangat Tabel 1 menunjukkan bahwa meningkat, sehingga memerlukan distribusi frekuensi umur berbagai zat gizi terutama gizi mikro. responden terbanyak pada umur Berdasarkan latar belakang di 14 tahun sebesar 25,6%. atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tabel 2 Distribusi Asupan Zat “Hubungan Asupan Zat Gizi Mikro Gizi Mikroyang dengan Kadar Hemoglobin Remaja Dikonsumsi Responden Putra Usia 11-19 Tahun Panti Stand Maksi RataAsuhan Darut Taqwa Kota Asupan Zat Minim ar al mal rata( Semarang”. Gizi Devia (mg) (mg) mg) si METODE PENELITIAN Asupan Fe 6,70 26,80 14,34 4,72 Penelitian ini merupakan Asupan Zn 4,30 14,30 8,65 2,16 penelitian analitik observasional Asupan Cu 0,70 3,10 1,64 0,55 melalui pendekatan cross sectional. Asupan As 113,6 489,00 286,1 97,29 Teknik pengambilan sampel adalah Folat 0 1 total sampling. Sampel berjumlah 43 Asupan Vit 1,00 9,00 3,35 2,07 remaja putra. B12 Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi Tabel 2 menunjukkan jumlah mikro yang terdiri dari zat besi, seng, asupan zat gizi mikro yang tembaga, asam folat dan vitamin B12 dikonsumsi responden perdan kadar hemoglobin remaja putra. harinya. Rata-rata asupan zat Pengambilan data dilakukan dengan besi yang dikonsumsi oleh FFQ semi-kuantitatif dan responden sebesar 14,34
531
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
a. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin
mg/hari. Asupan seng yang dikonsumsi rata-rata sebesar 8,65 mg/hari, sedangkan ratarata asupan tembaga yang dikonsumsi sebesar 1,64 mg/hari. Untuk asupan asam folat dan vitamin B12 yang dikonsumsi oleh responden ratarata sebesar 286,11 µg/hari dan 3,35 µg/hari.
Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin 15.00
14.00
KADARHB
13.00
12.00
11.00
Tabel
TKG
3 Distribusi Tingkat Kecukupan Zat Gizi Mikro Lebih Baik Kurang f f f (oran % (oran % (oran % g) g) g) 14 32,6 8 18,6 21 48,8 0 0 2 4,7 41 95,3 42 97,7 0 0 1 2,3 5 11,6 10 23,3 28 65,1
R Sq Linear = 0.632 10.00
9.00 5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Asupan FE
Hasil uji statistik Rank Spearman didapatkan nilai p = 0,001 (nilai p ≤ α = 0,05) Fe menunjukkan bahwa ada Zn hubungan bermakna antara Cu asupan zat besi dengan kadar As hemoglobin remaja putra dengan Folat koefisien korelasi (r=0,818) dan Vit B12 27 62,8 5 11,6 11 25,6 terdapat derajat hubungan yang sangat kuat. Hasil yang Tabel 3 menunjukkan bahwa didapatkan dalam penelitian ini sebagian besar responden sejalan dengan penelitian yang memiliki tingkat kecukupan zat dilakukan oleh Retnoningsih pada gizi mikro yang kurang terutama santri putri di Pondok Pesantren pada konsumsi seng yaitu Asrama Fathimiyah Miftahul Ilmi sebesar 95,3%. Cirebon yang menyatakan bahwa tedapat hubungan signifikan Tabel 4 Distribusi Kadar antara tingkat konsumsi besi Hemoglobin Responden kadar hemoglobin.13 Stand dengan Rat ar Asupan gizi, terutama asupan Minim Maksi Variabel aal mal Devia besi mempunyaiperanan yang rata untuk pembentukan si penting hemoglobin. Dengan asupan besi Kadar Hemoglo 9,1 14,2 11,1 1,46 yangkurang dari AKG tidak akanlangsung mempengaruhi bin kadar hemoglobin karena tubuhmasih memilikicadangan Tabel 4 menunjukkan bahwa besi di hepar. Setelah cadangan rata-rata kadar hemoglobin yang besi ini habis, baru akan dimiliki oleh responden sebesar menyebabkan penurunan kadar 11,1 g/dL. hemoglobin.14 2. Analisis Variabel Bebas dengan Terikat
b. Hubungan Asupan Seng dengan Kadar Hemoglobin
532
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hubungan Asupan Tembaga dengan Kadar Hemoglobin
Hubungan Asupan Seng dengan Kadar Hemoglobin 15.00
15.00
14.00
14.00
13.00
KADARHB
KADARHB
13.00
12.00
12.00
11.00
11.00 R Sq Linear = 0.266 10.00
R Sq Linear = 0.233 10.00 9.00 0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Asupan CU
9.00 5.00
7.50
10.00
12.50
15.00
Asupan ZN
Hasil uji korelasi Product Moment didapatkan nilai p = 0,001 (nilai p ≤ α = 0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan tembaga dengan kadar hemoglobin remaja putra dengan koefisien korelasi (r=0,516) dan terdapat derajat hubungan yang sedang. Asupan tembaga yang cukup dapat membantu proses oksidasi besi karena peran tembaga yang mengandung seruloplasmin sebagai ferroksidase. Aktivitas ferroksidase memungkinkan besi dapat diangkut oleh transferin untuk pembentukan hemoglobin.6 Hasil ini sesuai dengan penelitian di Semarangyang menunjukkan bahwa anak yang mengalami defisiensi tembaga ternyata diikuti pula dengan meningkatnya kejadian anemia pada anak tersebut.9
Hasil uji statistik Korelasi Product Moment didapatkan nilai p = 0,001 (nilai p ≤ α = 0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan seng dengan kadar hemoglobin remaja putra dengan koefisien korelasi (r=0,483) dan terdapat derajat hubungan yang sedang. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cendana dan Etisa pada siswi SMA di Semarang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara seng dengan kadar hemoglobin.15 Seng berperan dalam beberapa enzim seperti karbonik anhidrase yang banyak ditemukan dalam sel darah merah dan berperan dalam pertukaran oksigen. Halini sesuai dengan penelitian di Peru yang menyatakan adanya peningkatan kadar hemoglobin pada ana ksetelah diberikan suplementasi besi dan seng.6,7
d. Hubungan Asupan Folat dengan Hemoglobin
c. Hubungan Asupan Tembaga dengan Kadar Hemoglobin
533
Asam Kadar
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hubungan Asupan Vitamin B12 dengan Kadar Hemoglobin 15.00
14.00
14.00
13.00
13.00
KADARHB
KADARHB
Hubungan Asupan Asam Folat dengan Kadar Hemoglobin 15.00
12.00
11.00
12.00
11.00
R Sq Linear = 0.467 10.00
R Sq Linear = 0.054 10.00
9.00 100.00
200.00
300.00
9.00
400.00
0.00
Asupan Asam Folat
4.00
6.00
8.00
Asupan Vitamin B12
Hasil uji statistik Korelasi Product Moment didapatkan nilai p = 0,001 (nilai p ≤ α = 0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan tembaga dengan kadar hemoglobin remaja putra dengan koefisien korelasi (r=0,648) dan terdapat derajat hubungan yang kuat. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh E-Siong Tee dkk pada siswi SMP di Malaysiayang menyebutkan bahwa terdapatpeningkatan kadar hemoglobin pada remaja yang mendapat suplementasi folat.16 Peranan asam folat dalam proses sintesis nukleo protein merupakan kunci pembentukan dan produksi butir-butir darah merah normal dalam susunan tulang. Kerja asam folat tersebut banyak berhubungan dengan kerja dari vitamin B12. e. Hubungan Asupan B12 dengan Hemoglobin
2.00
Hasil uji statistik korelasi Rank Spearman menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan vitamin B12 dengan kadar hemoglobin remaja putra (p=0,242 ; r=0,182). Hal ini dilihat dari nilai p=0,242 (nilai p lebih besar dari α = 5%). Hal ini dimungkinkan karena adanya gangguan penyerapan vitamin B12 yang gagal menghasilkan sekret lambung normal. Pada lambung yang normal sel-sel parietal pada kelenjar lambung mensekresi glikoprotein yang disebut faktor intrinsik, yang bergabung dengan vitamin B12 dari makanan, sehingga vitamin B12 dapat diabsorbsi oleh usus. Jika tubuh kekurangan faktor intrinsik, hal ini akan menyebabkan kurangnya ketersediaan vitamin B12 akibat kelainan absorbsi vitamin tersebut.17 Selain itu vitamin B12juga berperan dalam metabolisme asam folatyang merupakan komponen penting dalampembentukan hemoglobin disamping zatbesi.Dengan demikian keterkaitan antara vitaminB12 dengan hemoglobin juga tergantungpada keberadaan zat-zat gizi lain sepertiasam folat, besi dan protein.18
Vitamin Kadar
534
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Rata-rata asupan zat besi yang dikonsumsi oleh remaja putra sebesar 14,34 mg/hari (88,1%), sedangkan rata-rata asupan seng yang dikonsumsi sebesar 8,65 mg/hari (51,4%), rata-rata asupan tembaga yang dikonsumsi sebesar 1,64 mg/hari (203,2%), rata-rata asupan asam folat yang dikonsumsi sebesar 286,11 µg/hari (71,5%)dan rata-rata asupan vitamin B12 yang dikonsumsi sebesar 3,35 µg/hari (149,2%). b. Rata-rata kadar hemoglobin yang dimiliki oleh santri putra sebesar 11,1 g/dL. c. Ada hubungan asupan zat besi remaja putra dengan kadar hemoglobin (p = 0,001; r = 0,818). d. Ada hubungan asupan seng remaja putra dengan kadar hemoglobin (p = 0,001; r = 0,483). e. Ada hubungan asupan tembaga remaja putra dengan kadar hemoglobin (p = 0,001; r = 0,516). f. Ada hubungan asupan asam folat remaja putra dengan kadar hemoglobin (p = 0,001; r = 0,648). g. Tidak ada hubungan asupan vitamin B12 remaja putra dengan kadar hemoglobin (p = 0,242; p > 0,05).
Puskesmas atau Dinas Kesehatan. b. Membuka kantin sehat yang dipelopori oleh Kepala Pondok Pesantren dan pembukaan lahan yang digunakan untuk penanaman sayuran atau budidaya ikan atau unggas sehingga hasil yang diperoleh dapat dikonsumsi sendiri oleh para santri. c. Pemberian pendidikan gizi kepada para santri oleh petugas kesehatan khususnya di bidang gizi untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan mengubah kebiasaan makan sejak dini. d. Bagi peneliti lain perlu diadakan penelitian lanjutan dengan penambahan zat gizi lain yang mempengaruhi kadar hemoglobin seperti vitamin A dan vitamin C. DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson, Sylvia P, R.N. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Ed. 2. Jakarta: EGC, 2005. 2. Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2009. 3. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed. 2. Jakarta: EGC, 2009. 4. Arlinda Sari Wahyuni. Anemia Defisiensi Besi pada Balita. http://library.usu.ac.id/download/f k/fk-arlinda%20sari2.pdfDiakses pada 8 Maret 2016. 5. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. 6. Grooff JL, Grooper SS. Micromineral. In: Advanced nutrition and human metabolism
2. Saran a. Perlu diadakan pemeriksaan dan pemantauan kesehatan secara rutin minimal sebulan sekali oleh petugas kesehatan setempat dengan bekerjasama dengan
535
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
3rd ed. Belmont, California: Wadsworth Thomson; 1999;417. 7. Alarcon K, Kolsteren PW, Prada AM, Chian AM, Velarde RE, Pecho IL, et al. Effect of separate delivery of zinc or zinc and vitamin A on hemoglobin response, growth, diarrhea in young peruvian children receiving iron therapy for anemia. Am J Clin Nutr, 2004. Available from: http://www.ajcn.org. Diakses pada tanggal 8 Maret 2016. 8. Williams, Stacy N. Basic Nutrition Diet Therapy. Ed. 12. USA: Elsevier, 2005. 9. Rahfiludin, MZ. Pengaruh Suplementasi Besi Dan Seng Melalui Makanan Jajanan Terhadap Perubahan Status Tembaga Pada Anak Sekolah Dasar Yang Pendek. Thesis Program Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro Semarang, 2002. 10. Sediaoetama, Achmad Djaeni. Ilmu Gizi 1. Jakarta: Dian Rakyat, 2012. 11. Spear. Adolesencent Growth and Development. Di dalam : Rickert VI, editor. Adolescent Nutrition Assessment and Management. Ed ke-2. New York: Champman & Hall, 1996. 12. Proverawati, Atikah. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011. 13. Retnoningsih. Hubungan Tingat Konsumsi Protein, Besi dan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin Santri Putri Usia 1318 Tahun (Studi di Pondok Pesantren Asrama Fathimiyah Miftahul Ilmi (AFMI) Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. 2004.
14. Gibson R.S. Principles of Nutritional Assesment. USA: Oxford University Press, 2005. 15. Citta Cendani & Etisa Adi Murwabani. Asupan Mikronutrien, Kadar Hemoglobin dan Kesegaran Jasmani Remaja Putri. Artikel Ilmiah, Vol. 45 No. 1. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011. 16. E-Siong Tee, Mirnalini Kandiah, Narimah Awin, Suet-Mei Chong, N Satgunasingam, L Kamarudin, et al. School-administered weekly iron-folat supplements improve hemoglobin and ferritin consentration in malaysian adolescent girl. Am J Clin Nutr. 1999;69:1249-56 from: http://www.ajcn.org. Diakses pada tanggal 1 Juli 2016. 17. Ary W. Hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi, status kesehatan dan latihan fisik dengan kesegaran jasmani. Skripsi. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2004. 18. Brody, Tom. Nutritional Biochemistry. New York: Academic Press, 1999.
536