JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG
Dhandy Dwi Yustica, Suroto, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : Muculoskeletal disorders are complaints on parts of the skeletal muscles that felt by someone start by minor disorders up to very sick. One of disease that affects many workers was musculoskeletal disorders, musculoskeletal disorders therefore an important concern for all circles. The purpose of this study was to determine the correlation between work posture with the level of subjective musculoskeletal disorders in toll road keeper Tembalang Semarang. Type of this study is explanatory research using cross sectional approach. The number of samples in this study is the total of population is 30 people. Data analysis using Spearmen Rank correlation test, with significance level of 95%. The result of this study showed the majority of respondent felt the musculoskeletal disorders lightweight category are 46,7%. The statistical analysis result showed there is correlation between work posture (p=0,002), wrist posture (p=0,037), twisting wrist posture (p=0,011), and neck posture (p=0,009) with the level of subjective musculoskeletal disorders in toll road keeper Tembalang Semarang. There is no correlation between upper arm posture (p=0,723), forearm posture (p=0,903), back posture (p=0,767) dan leg posture (p=0,155) with the level of subjective musculoskeletal disorders in toll road keeper Tembalang Semarang. From this study we can conclude that 70% of workers toll road keeper Tembalang Semarang had musculoskeletal disorders caused by occupational factors and individual characteristics. The suggestion for company to provide education about appropiate work postures and healthy lifestyle, so that all workers can avoid musculoskeletal disorders and minimize the risk of disease to be handle in the future. Keywords
: Musculoskeletal Disorders, Work Posture, RULA
PENDAHULUAN Kebiasaan
duduk
alamiah, misalnya punggung terlalu atau
sikap
membungkuk,
kepala
terlalu
kerja lainnya yang tidak alamiah
mengangkat, menyandarkan tubuh
dapat
terjadinya
pada salah satu sisi tubuh dan
cedera otot ataupun menyebabkan
sebagainya, semakin jauh bagian
posisi bagian-bagian tubuh menjauhi
tubuh dan gravitasi tubuh maka
menyebabkan
342
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
semakin
pula
terjadinya
duduk mereka yang terkadang tidak
keluhan otot. Banyak orang yang
ergonomis seperti punggung yang
menderita sakit punggung ternyata
terlalu maju ke depan dan posisi
bermula dari kebiasaan salah yang
leher yang terlalu sering menoleh
mereka lakukan. Akibatnya, posisi
juga dapat menyebabkan kejadian
dan
vital,
keluhan nyeri otot. Hal tersebut
khususnya di daerah perut ikut
dapat menyebabkan nyeri pinggang
terpengaruh. Yang tak kalah penting
bawah
postur
masalah duduk yang tidak
fungsi
risiko
organ-organ
tubuh
membuat
yang
baik
penampilan
memikat
sehingga
rasa percaya diri.
juga
pula
dengan benar.
menjadi
Suatu penelitian di sebuah rumah
meningkatkan
sakit menunjukkan bahwa pekerjaan
1
Keluhan
ditambah
dengan duduk lama (separuh hari pada
sistem
kerja) dapat menyebabkan hernia
muskuloskeletal merupakan keluhan
nukleus pulposus, yaitu saraf tulang
pada
bagian-bagian
belakang terjepit di antara kedua
yang
dirasakan
otot
oleh
rangka
seseorang
ruas
tulang
belakang
sehingga
mulai dari keluhan sangat ringan
menyebabkan selain nyeri pinggang
sampai sangat sakit. Apabila otot
juga rasa kesemutan yang menjalar
menerima
ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan,
beban
statis
secara
berulang dan dalam waktu yang lama,
akan dapat
bila
menyebabkan
parah,
kelumpuhan.
keluhan berupa kerusakan pada
dapat
menyebabkan
3
Berdasarkan
survei
sendi, ligamen atau tendon. Keluhan
pendahuluan yang telah dilakukan,
hingga
yang
terdapat beberapa hal yang dapat
kerusakan
inilah
biasanya
diistilahkan
dengan
mempengaruhi terjadinya keluhan
keluhan
muskuloskeletal
(MSDs)
subyektif
atau
cedera
muskuloskeletal. Penjaga
pada
sistem
Posisi
duduk para pekerja yang cenderung
2
pintu
muskuloskeletal.
condong ke depan, memberikan tol
melakukan
beban tekanan tersendiri terhadap
pekerjaannya dengan posisi duduk
tulang belakang, selain itu juga
dalam jangka waktu yang cukup
posisi
lama yaitu minimal selama 2 jam
menggantung dapat menyebabkan
tanpa henti. Selain dalam jangka
keluhan muskuloskeletal. Kebiasaan
waktu yang cukup lama, posisi
mengonsumsi
343
tangan
air
yang
minum
sering
secara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
teratur juga dapat menjadi faktor
H3 Ada hubungan antara postur
penting mengenai terjadinya keluhan
kerja
muskuloskeletal. Berdasarkan latar
tingkat
belakang penelitian tersebut peneliti
muskuloskeletal pada penjaga
tertarik meneliti tentang hubungan
pintu tol Tembalang Semarang
antara postur kerja dengan tingkat
lengan
kerja
pada penjaga pintu tol Tembalang
dengan
adalah
dengan
subyektif penjaga
tingkat
pintu
tol
tingkat
tangan keluhan
Semarang H5 Ada hubungan antara postur
keluhan
muskuloskeletal
pergelangan
penjaga pintu tol Tembalang
untuk
mengetahui hubungan antara postur kerja
subyektif
subyektif muskuloskeletal pada
Adapun tujuan umum dalam ini
keluhan
dengan
H4 Ada hubungan antara postur
keluhan subyektif muskuloskeletal
penelitian
bawah
kerja tekukan telapak tangan
pada
dengan
Tembalang
tingkat
keluhan
subyektif muskuloskeletal pada
Semarang.
penjaga pintu tol Tembalang METODE PENELITIAN
Semarang
Jenis Penelitian Jenis digunakan
H6 Ada hubungan antara postur
penelitian adalah
yang
kerja
Explanatory
leher
dengan
keluhan
tingkat subyektif
Researches dan dengan pendekatan
muskuloskeletal pada penjaga
cross sectional.
pintu tol Tembalang Semarang H7 Ada hubungan antara postur
Hipotesis Penelitian
kerja punggung dengan tingkat
H1 Ada hubungan antara postur kerja tingkat
keseluruhan keluhan
keluhan
dengan
subyektif
muskuloskeletal pada penjaga
subyektif
pintu tol Tembalang Semarang
muskuloskeletal pada penjaga
H8 Ada hubungan antara postur
pintu tol Tembalang Semarang
kerja
H2 Ada hubungan antara postur
kaki
dengan
tingkat
kerja lengan atas dengan tingkat
keluhan
keluhan
muskuloskeletal pada penjaga
subyektif
subyektif
pintu tol Tembalang Semarang
muskuloskeletal pada penjaga pintu tol Tembalang Semarang
344
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Populasi dan Sampel Penelitian
Berdasarkan
hasil
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja penjaga pintu
sebagian
tol
mengalami keluhan muskuloskeletal
Tembalang
Semarang
yang
besar
responden
berjumlah 30 orang. Sampel dalam
kategori ringan
penelitian ini diambil dari jumlah
Distribusi Frekuensi Postur Kerja Tabel 2 Distribusi Frekuensi Skor
populasi
(total
populasi)
yaitu
Postur Kerja Secara Keseluruhan pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016
sebanyak 30 orang. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan setelah
data
dilakukan
pengumpulan
pengukuran wawancara
postur
Skor Postur Kerja Secara Keseluruhan
data
hasil
kerja
dan
responden,
kemudian
F
%
Sedang (Skor 3-4)
17
56,7
Berat (Skor 5-6)
13
43,3
Total
30
100
dilakukan editing, coding, scoring, Berdasarkan
entry data, dan tabulating. Analisis univariat
dilakukan
dari
setiap
sebagian besar responden memiliki skor sedang (3-4) dalam postur kerja
variabel.
keseluruhan.
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
antar
Distribusi Frekuensi Skor Postur Lengan Atas Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor
variabel
menggunakan uji Rank Spearmen.
Postur Lengan Atas pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja F % Lengan Atas
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Frekuensi Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal
F
% 30
Keluhan ringan
14
46,7
Keluhan berat
7
23,3
30
100
Total
Ringan (Skor 2)
6
20,0
Sedang (Skor 3)
24
80,0
Total
30
100
Berdasarkan
9
Tidak ada keluhan
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa
untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi
hasil
hasil
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki skor sedang (3) dalam postur kerja lengan atas.
345
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Distribusi Frekuensi Postur Lengan Bawah Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Postur Lengan Bawah pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja Lengan Bawah
F
Sedang (Skor 2) Berat (Skor 3) Total
Berdasarkan
hasil
96,7
1
3,3
30
100
15
50,0
Total
30
100
Berdasarkan
hasil
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa responden memiliki frekuensi yang
%
29
Sedang (Skor 2)
sama untuk skor sedang (2) dan skor ringan (1) dalam postur kerja tekukan telapak tangan. Distribusi Frekuensi Skor Postur Leher Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa
Postur Leher pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja F % Leher
sebagian besar responden memiliki skor sedang (2) dalam postur kerja lengan bawah. Distribusi Frekuensi Skor Postur Pergelangan Tangan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Skor Postur Pergelangan Tangan pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja F % Pergelangan Tangan
Ringan (Skor 2)
10
33,3
Sedang (Skor 3)
6
20,0
Berat (Skor 4)
14
46,7
Total
30
100
Berdasarkan
hasil
analisis
univariat dapat disimpulkan bahwa
Ringan (Skor 1)
28
93,3
sebagian besar responden memiliki
Sedang (Skor 2)
2
6,7
skor berat (4) dalam postur kerja
30
100
leher.
Total
Berdasarkan
hasil
analisis
Distribusi Frekuensi Skor Postur Punggung Tabel 8 Distribusi Frekuensi Skor
univariat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
Postur Punggung pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja F % Leher
skor ringan (1) dalam postur kerja pergelangan tangan. Distribusi Frekuensi Skor Postur Tekukan Telapak Tangan Tabel 6 Distribusi Frekuensi Skor
15
1
3,3
Sedang (Skor 2)
23
76,7
6
20,0
30
100
Berat (Skor 3)
Postur Tekukan Telapak Tangan pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016 Skor Postur Kerja Tekukan Telapak F % Tangan Ringan (Skor 1)
Ringan (Skor 1)
Total
Berdasarkan hasil analisis univariat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
50,0
346
responden
memiliki
skor
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sedang
(2)
dalam
postur
sebesar 36,7%. Hasil uji statistik
kerja
punggung.
dengan menggunakan uji korelasi
Distribusi Frekuensi Skor Postur Kaki Tabel 9 Distribusi Frekuensi Skor
rank spearmen diperoleh p value =
Postur Kaki pada Penjaga Pintu Tol Tembalang Semarang Tahun 2016
diterima.
0,723 (p ≥ 0,05) sehingga Ho
Skor Postur Kerja Kaki
F
Ringan (Skor 1)
29
96,7
Sedang (Skor 2)
1
3,3
Hubungan antara Postur Kerja Lengan Bawah dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
30
100
paling
Total Berdasarkan
besar
adalah
responden
analisis
dengan skor postur kerja lengan
univariat dapat disimpulkan bahwa
bawah kategori sedang dan memiliki
sebagian besar responden memiliki
keluhan subyektif kategori ringan,
skor ringan (1) dalam postur kerja
sebesar 43,3%. Hasil uji statistik
kaki.
dengan menggunakan uji korelasi
Hubungan antara Postur Kerja Keseluruhan dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
rank spearmen diperoleh p value =
paling
besar
hasil
%
adalah
0,903 (p ≥ 0,05) sehingga Ho diterima. Hubungan antara Postur Kerja Pergelangan Tangan dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
responden
dengan skor postur kerja kategori sedang
dan
memiliki
keluhan
subyektif kategori ringan, sebesar
paling
30%.
dengan
Hasil
menggunakan
uji uji
statistik
dengan
korelasi
rank
besar
adalah
skor
postur
dan
(p < 0,05) sehingga Ho ditolak.
kategori
ringan,
Hubungan antara Postur Kerja Lengan Atas dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
Hasil
uji
besar
adalah
kerja
pergelangan tangan kategori ringan
spearmen diperoleh p value = 0,002
paling
responden
memiliki
menggunakan
keluhan sebesar
statistik uji
subyektif 46,7%. dengan
korelasi
rank
spearmen diperoleh p value = 0,037 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak.
responden
Hubungan antara Postur Kerja Tekukan Telapak Tangan dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal
dengan skor postur kerja lengan atas kategori sedang dan memiliki keluhan subyektif kategori ringan,
347
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Hasil paling
yang
besar
prosentasenya
adalah
0,767 (p ≥ 0,05) sehingga Ho
responden
diterima.
memiliki keluhan subyektif kategori
Hubungan antara Postur Kerja Kaki dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
ringan dan berat, sebesar 23,3%.
paling
Hasil
dengan
dengan skor postur kerja tekukan telapak tangan kategori ringan dan
uji
menggunakan
statistik uji
dengan
korelasi
besar
adalah
skor
postur
responden kerja
kaki
rank
kategori ringan dan memiliki keluhan
spearmen diperoleh p value = 0,011
subyektif kategori ringan, sebesar
(p < 0,05) sehingga Ho ditolak.
46,7%. Hasil uji statistik dengan
Hubungan antara Postur Kerja Leher dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
menggunakan
paling besar dan menonjol adalah
Pembahasan Postur Kerja
uji
korelasi
rank
spearmen diperoleh p value = 0,155 (p ≥ 0,05) sehingga Ho diterima.
responden dengan skor postur kerja
Postur merupakan orientasi
leher kategori berat dan memiliki
relatif dari posisi rata-rata setiap
keluhan subyektif kategori berat,
bagian tubuh hampir pada setiap
sebesar
waktu.
20%.
Hasil uji statistik
Postur
dengan menggunakan uji korelasi
dipengaruhi
rank spearmen diperoleh p value =
tubuh
seseorang
oleh
gerakan
yang
dilakukan.
Zona
netral
dalam
0,009 (p < 0,05) sehingga Ho
pergerakan
sehingga
ditolak.
postur yang netral merupakan zona
Hubungan antara Postur Kerja Punggung dengan Tingkat Keluhan Subyektif Muskuloskeletal Hasil yang prosentasenya
dimana pergerkan tersebut tidak
paling
besar
adalah
membutuhkan gaya otot yang besar atau
sedang
dan
menyebabkan
ketidaknyamanan.4
responden
Lengan
atas
yang terlalu jauh atau terlalu besar
dengan skor postur kerja punggung kategori
membentuk
sudutnya dari batang tubuh, leher
memiliki
yang
keluhan subyektif kategori ringan,
terlalu
menunduk,
batang
tubuh yang terlalu membungkuk dan
sebesar 36,7%. Hasil uji statistik
jauh
dengan menggunakan uji korelasi
dari
posisi
kursi
serta
pergelangan tangan yang posisinya
rank spearmen diperoleh p value =
terlalu menekuk jauh dari putaran adalah
348
faktor
utama
yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menyebabkan
MSD. Postur kerja
terjadinya keluhan muskuloskeletal
sangatlah penting untuk diperhatikan
baik dalam jangka pendek maupun
karena langsung berhubungan ke
dalam jangka panjang. Responden
proses operasi itu sendiri, dengan
yang termasuk kedalam level 2 dan
postur
serta
3, atau termasuk kedalam kategori
dilakukan dalam jangka waktu yang
sedang dan berat mengindikasikan
lama dapat mengakibatkan pekerja
membutuhkan
akan
perlu
kerja
yang
salah
mengalami
beberapa
gangguan-gangguan (Muskuloskeletal)
otot
dan
investigasi
dilakukannya
bahkan
perubahan
terhadap postur kerja. Dari hasil
gangguan-
penelitian
ini,
postur
yang
gangguan lainnya sehingga dapat
perbedannya
mengakibatkan
signifikan adalah di bagian leher,
jalannya
proses
5
terlihat
secara
produksi tidak optimal. Postur kerja
lengan atas,
dapat menjadi tolak ukur seseorang
pergelangan tangan. Dari bagian
dapat
tubuh
terjadi
keluhan
batang tubuh dan
yang
disebutkan
tadi,
muskuloskeletal. Selain itu, postur
beberapa reponden memiliki posisi
kerja merupakan titik penentu dalam
atau postur kerja yang keliru, oleh
menganalisis keefektifan dari suatu
karena itu timbul keluhan subyektif
pekerjaan. Apabila postur kerja yang
muskuloskeletal.
dilakukan oleh pekerja sudah baik
KESIMPULAN DAN SARAN
dan
Kesimpulan
ergonomis
maka
dapat
dipastikan hasil yang diperoleh oleh
1. Ada hubungan antara postur
pekerja tersebut akan baik. Akan
kerja dengan tingkat keluhan
tetapi
pekerja
subyektif muskuloskeletal pada
maka
penjaga pintu tol Tembalang
mudah
Semarang dengan nilai p value =
bila
postur
tersebut
tidak
operator
tersebut
kerja
ergonomis akan
kelelahan. Apabila pekerja mudah
0,002,
mengalami kelelahan maka hasil
sedang dengan nilai r = 0,537.
pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut
juga
akan
2. Tidak
mengalami
yang diharapkan.
ada
hubungan
hubungan
antara
postur kerja lengan atas dengan
penurunan dan tidak sesuai dengan 6
kekuatan
tingkat
keluhan
subyektif
Semakin besar
muskuloskeletal pada penjaga
nilai risiko ergonomi maka akan
pintu tol Tembalang Semarang
semakin besar pula kemungkinan
dengan nilai p value = 0,723
349
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
3. Tidak
ada
postur
kerja
hubungan
antara
pintu tol Tembalang Semarang
lengan
bawah
dengan nilai p value = 0,767
dengan tingkat keluhan subyektif
8. Tidak
ada
hubungan
antara
muskuloskeletal pada penjaga
postur kerja kaki dengan tingkat
pintu tol Tembalang Semarang
keluhan
dengan nilai p value = 0,903
muskuloskeletal pada penjaga
4. Ada hubungan antara postur kerja
pergelangan
subyektif
pintu tol Tembalang Semarang
tangan
dengan nilai p value = 0,155
dengan tingkat keluhan subyektif muskuloskeletal pada penjaga
Saran
pintu tol Tembalang Semarang
1.
dengan nilai p value = 0,037, kekuatan
hubungan
Dalam peningkatan produktivitas
sedang
kerja
dengan nilai r = 0,383
khusus untuk mendukung setiap
muskuloskeletal pada penjaga
aktivitas kerja, beberapa faktor yang
pintu tol Tembalang Semarang
terkait yaitu :
dengan nilai p value = 0,011,
a. Memperhatikan jenis kursi yang
sedang
digunakan oleh para pekerja,
dengan nilai r = 0,457.
sebaiknya dudukan kursi harus
6. Ada hubungan antara postur leher
dengan
keluhan
tidak terlalu besar dari luas
tingkat
penampang
subyektif
b. Kepala
pintu tol Tembalang Semarang
ada
hubungan
keluhan
tol
dapat
pemanasan selama 5 menit saat sebelum para pekerja memasuki
antara
ruang gardu/pintu tol, terutama
postur kerja punggung dengan tingkat
operasi
para pekerja untuk melakukan
sedang
dengan nilai r = 0,466. 7. Tidak
pengguna
memberikan pengarahan kepada
dengan nilai p value = 0,009, hubungan
pantat
kursi.
muskuloskeletal pada penjaga
kekuatan
khususnya
optimal, perlu beberapa perhatian
dengan tingkat keluhan subyektif
kerja
pekerja
untuk menghasilkan hasil kerja yang
kerja tekukan telapak tangan
hubungan
pada
penjaga pintu tol/ pengumpul tol
5. Ada hubungan antara postur
kekuatan
Bagi Perusahaan
subyektif
muskuloskeletal pada penjaga
350
peregangan
di
bagian
pergelangan
tangan,
telapak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
tangan dan leher agar otot-otot di
DAFTAR PUSTAKA
bagian
dapat
1. Rosadi, Rakhmad. Sikap Duduk
mulai
Anda Mempengaruhi Kesehatan Anda. 2015. http://fisioterapi.umm.ac.id/page/ id-file_home_7006-3.pdf. Diakses tanggal 20 Oktober 2015. Heryati, Suratun, Santa Manurung, Een Raenah. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal (Seri Asuhan Keperawatan). Jakarta : EGC. 2008. PortalK3.com Indonesian Safety & Health Resources. Duduk Lama Dapat Sebabkan Nyeri Pinggang Bawah, 2006. http://www.PortalK3.com. Diakses tanggal 6 Juni 2015. American Dental Asociation. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and Intervention. http://www.ada.org/prof/prac/wel lness/ergonomics_paper.pdf. 2004. Diakses pada tanggal 26 Maret 2016 Andrian, Deni. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara Biomekanika Pada Pekerja Pengangkutan Semen (Studi Kasus: PT. Semen Baturaja). Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik Universitas Binadarma. Palembang. 2013 Susihono, Wahyu. Perbaikan Postur Kerja Untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal Dengan Pendekatan Metode OWAS (Studi Kasus Di UD. Rizki Ragil Jaya - Kota Cilegon). Spektrum Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang. 2012.
tersebut
menyesuaikan
sebelum
bekerja. 2.
Bagi pekerja
2. a. Membiasakan diri untuk bekerja dengan postur tubuh yang sesuai dan ergonomis, seperti posisi pergelangan tangan yang tidak
3.
menekuk dan berputar, posisi telapak tangan yang menekuk dengan
normal
dan
memperhatikan posisi leher agar tidak
terlalu
menunduk
4.
saat
melayani para pengguna jalan tol. b. Melakukan peregangan selama 5 menit sebelum memulai bekerja,
5.
terutama di bagian pergelangan tangan,
telapak
tangan
dan
bagian leher c. Membiasakan
diri
untuk
melakukan relaksasi saat tubuh terasa nyeri dan meminum air
6.
yang telah disediakan secara berkala. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Mengidentifikasi dan mengukur secara medis/uji lab mengenai keluhan muskuloskeletal untuk memperoleh data yang obyektif.
351