HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA (DISPORA) KABUPATEN BOGOR Abdul Salam Hidayat1 Universitas Singaperbangsa Karawang
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pada dinas pemuda dan olahraga Kabupaten Bogor. Populasi penelitian adalah pegawai dinas pemuda dan olahraga Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang yang memiliki gelar Diploma, S-1, dan S-2. Instrumen yang digunakan angket tertutup dengan skala likert.. Hasil penelitian menujukkan ada hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja. Perhitungan analisis regresi sederhana berdasarkan data variabel Kinerja atas motivasi kerja menghasilkan arah regresi a sebesar 59,82 dan konstanta sebesar 0,564. Dengan demikian, bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan melalui persamaan regresi linier sederhana Yˆ 59,82 0,564 X . Model tersebut mengandung arti bahwa setiap kenaikan 1 point pada motivasi kerja, maka akan di ikuti kenaikan kinerja sebesar 0,564 pada konstanta 59,82. Kata Kunci: Motivasi, Kinerja pegawai DISPORA.
Undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 20 ayat 3 yang berbunyi “Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Proses pembinaan dan pengembangan prestasi olahraga tersebut tentunya membutuhkan atlet-atlet yang memiliki potensi yang tinggi. Pembinaan olahraga di Indonesia seyogyanya harus selalu di barengi dengan penerapan berbagai perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang olahraga termaksud dengan menggunakan system manajemen yang baik yang didalamnya berisikan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, penganggaran, dan evaluasi. Pembinaan olahraga di Indonesia menurut Harsuki dkk (1996:30) telah diarahkan dan dilakukan dengan berbagai arah melalui: (1) sekolah-sekolah atau pelajar (mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi), (2) induk-induk cabang olahraga, (3) organisasi dan perkumpulan olahraga, dan (4) organisasi di masyarakat. 1
Abdul Salam Hidayat; Dosen PJKR FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
170
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 Arah tersebut berguna untuk mengidentifikasi
sasaran sehingga memudahkan
mobilisasi sumber daya untuk pembinaan dalam jangka panjang. Berdasarkan arah tersebut di atas maka akan diperoleh model pembinaan yang tepat diterapkan di Indonesia guna mencapai sistem pembinaan olahraga nasional secara optimal. Lembaga pemerintah Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi atlet sesuai dengan visi misi yang diemban yaitu menjadi organisasi yang modern, independen, dan profesional untuk membangun karakter unggul Bangsa Indonesia, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui pembinaan olahraga prestasi dan Memberikan dukungan kepada para atlet untuk mencapai puncak prestasi dan menanamkan nilai-nilai olimpiade agar menjadi sumber inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejauh ini yang menjadi jadi topik pembahasan khusus hanya pada beberapa aspek saja, diantaranya tentang: (1) Sumber Daya Manusia, didalamnya berisikan kualitas pelatih dalam menyusun program latihan, potensi olahragawan, yang diarahkan pada proses pemanduan bakat, (2) Unsur gizi, dan (3) Sarana dan prasarana. Namun yang terjadi dilapangan menurut hemat saya selalu berbanding terbalik dengan apa yang menjadi tujuan utama. Uraian di atas menunjukkan bahwa faktor yang berperan penting dalam kemajuan organisasi adalah kinerja pengurusnya. Pengurus merupakan pengelola kehidupan organisasi, harus mampu menjamin dan menjalankan tugas dan kegiatankegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi pencapaian target DISPORA. Pimpinan harus dapat mendayagunakan segala sumber daya manusia maupun non manusia secara optimal dengan melakukan berbagai pendekatan untuk menghindari dan mencegah terjadinya penyimpangan. Pimpinan juga turut bertanggung jawab terhadap kinerja para pengurus sebagai bawahannya. Sehingga untuk menjadi seorang pimpinan, harus memiliki berbagai pegetahuan dan keterampilan untuk dapat menjalankan roda organisasi dengan baik. Pengetahauan manajemen merupakan bekal bagi pengurus suatu organisasi dalam menjalankan roda organisasi karena didalamnya terdapat pengetahuan tentang kinerja, motivasi. Kedua variable ini memiliki peranan yang sangat penting dalam system pengelolaan manajemen karena kinerja memiliki tanggung jawab dalam hal 171
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 pengelolaan dan pencapaian hasil, sedangkan motivasi membahas tentang pengarahan pada lembaga atau organisasi yang dijalani. Sehingga pengurus yang memiliki pengetahuan manajemen akan menyadari tugas dan tanggung jawab serta kedudukannya dalam organisasi dalam hal ini DISPORA. Dengan demikian bahwa variabel motivasi kerja diduga sangat berpengaruh terhadap kinerja pengurus organisasi dalam hal ini DISPORA. Lebih lanjut ada banyak keunggulan-keunggulan dan prestasi yang telah dicapai DISPORA, akan tetapi masih terdapat beberapa kelemahan yang harus dan dapat diperbaiki serta ditingkatkan. Keunggulan yang ada akan di pertahankan bahkan harus terus ditingkatkan, sedangkan kelemahannya harus segera di perbaiki guna pencapaian tujuan program DISPORA. Permasalahan-permasalahan tersebut hanya dapat diperoleh melalui penelitian yang mencakup pelaksanaan manajemen yang di lakukan. penelitian ini berguna menemukan berbagai permasalahan-permasalahan dan selanjutnya dicarikan jalan keluarnya. penelitian ini penting dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan dan ketercapaian serta kendala yang selanjutnya berguna untuk mencari solusi yang tepat guna. Tetapi karena terdapat berbagai keterbatasan maka tidak memungkinkan untuk dilaksanakan di seluruh Indonesia, maka penelitian ini dilakukan di provinsi Jawa Barat, di Kabupaten Bogor. Adapun penelitian dilakukan dengan mengkaji dan mengetahui gambaran tentang Hubungan Antara Motivasi kerja Dengan Kinerja Pegawai Pada Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor melalui penelitian survey. Terdapat beberapa alasan tentang pemilihan lokasi diantaranya; (1) Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor bahwa belum lama ini berdiri sendiri yaitu pada tahun 2009, (2) pada tahun 2010 mengalami penurunan prestasi pada ajang pekan olahraga daerah yang ke XIV dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, dan (3) Kabupaten Bogor pada tahun 2014 mencalonkan diri menjadi tuan rumah PORDA XV Se- Jawa Barat, dimungkinkan adanya perubahan manajemen. Berdasarkan hal di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan
kinerja pada dinas pemuda dan olahraga
Kabupaten Bogor.
172
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 Motivasi Kerja Pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor Untuk mengembangkan kinerja organisasi tingkat atas dibutuhkan niat dalam pengembangan suatu motivasi kerja yang tinggi. Karakteristik dari sebuah motivasi kerja itu antara lain: (1) emampuan seseorang dalam meningkatkan pelayanan dan prestasi pada organisasi atau departemen pada semua tingkatan, (2) Manajemen mendefinisikan apa yang dituntut dalam bentuk peningkatan kinerja, menetapkan tujuan untuk keberhasilan dan memantau kinerja untuk memastikan bahwa tujuan tercapai, (3) Motivasi dari atas yang menumbuhkan semangat dan keyakinan bersama akan pentingnya perbaikan terus menerus dalam meningkatkan mutu perusahaan atau organisasi, dan (4) Fokus pada mempromosikan sikap positif yang menghasilan tenaga kerja yang terlibat dalam berkomitmen dan termotivasi. Menurut Maslow (2008: 223) motivasi manusia sebagai suatu hierarki lima kebutuhan yaitu: (1) Fisiologi, meliputi kebutuhan akan udara, air, makan dan seks, (2) Rasa aman, mencakup kebutuhan akan keselamatan, ketertiban, dan bebas dari rasa takut dan ancaman, (3) Rasa memiliki dan cinta (kebutuhan sosial) meliputi kebutuhan akan cinta, afeksi, rasa memiliki dan hubungan manusiawi., (4) Penghargaan, mencakup kebutuhan akan harga diri, prestasi, dan rasa hormat dari orang lain, dan (5) Aktualisasi diri, meliputi kebutuhan untuk berkembang, untuk merasa terpenuhi dan untuk menyadari potensi seseorang. Berdasarkan analisis teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi konseptual motivasi kerja dalam hal ini pegawai dinas pemuda dan olahraga kabupaten bogor adalah dorongan didalam diri setiap pegawai dinas pemuda dan olahraga kabupaten bogor untuk menjadi yang terbaik, dan untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan apa yang di cita-citakan dinas pemuda dan olahraga (DISPORA) kabupaten bogor. Dengan indikator: (1) Peningkatan Prestasi kerja, (2) Menerima tanggung jawab yang diamanahkan, (3) malaksanakan tugas sesuai prosedur kerja, (4) Keinginan meningkatkan kemampuan, dan (5) Selalu berupaya melakukan yang terbaik. Kinerja Pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor Kinerja berasal dari pengertian Performance. Performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Ada beberapa pandangan para pakar tentang pengertian Kinerja. 173
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 “Performance is most often thought of as task accomplishment”. Nelson dan Quick (2006: 191) menyatakan bahwa kinerja seseorang itu dapat dilihat dengan hasil yang dicapai. Menurut Curtis (2001: 244) “Performance is behavior that has been evaluated in term of its contribution to the goals of the organization”. Artinya, bahwa kinerja adalah prilaku yang telah dievaluasi kontribusinya untuk pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kinerja menurut Colquitt (2009: 37) “Job performance is formally defined as the value of the set of employee behaviors that contribute, either positively or negatively, to organizational goal accomplishment“. Kinerja itu adalah Prilaku dari kontribusi karyawan baik secara positif ataupun negatif untuk tujuan organisasi.Kinerja menurut pendapat Bateman dan Snell (1999: 384) adalah “Performance measures fall into one of three basic categories: traits, behaviors, and result”. Kinerja itu dapat diukur dengan tiga kategori dasar yakni sifat, perilaku dan hasil. Berdasarkan analisis teori yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa defenisi konseptual tentang kinerja dinas pemuda dan olahraga Kabupaten Bogor adalah terbangunnya kebersamaan dalam meningkatkan kemandirian pemuda dan prestasi olahraga, serta meningkatkan kinerja dan sumberdaya aparatur DISPORA Kabupaten Bogor.
METODE Dalam penulisan penelitian ini menggunakan metode survey melalui pendekatan korelasional asosiatif, yaitu mengetahui hubungan satu variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja (X), sedangkan variabel terikatnya yaitu Kinerja (Y). Untuk mendapatkan data primer di lapangan, digunakan kuesioner yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam variabel penelitian. Data primer yang dibutuhkan adalah data mengenai motivasi kerja dan kinerja. Kuesioner dirancang untuk ditujukan kepada pegawai dinas pemuda dan olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor. Konstelasi hubungan mengaitkan variabel-variabel penelitian motivasi kerja dan kinerja. Populasi menurut Gordon and Gordon (1994: 20) “a population is the set of all data values for a subject under consideration”. Populasi terkadang sering juga disebut 174
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 dengan alam semesta. “A sample is a part of the population selected so that inferences can be drawn from it about the population.” Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga (DISPORA) Kabupaten Bogor yang telah mendapatkan gelar Diploma D3, Sarjana S1 dan S2 masih aktif dan bekerja pada tahun 2009/2012, dengan kerangka sampel 120 orang. Dalam penempatan jumlah sampel didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 142) yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% tergantung setidaknya pada: (1) kemampuan peneliti dari segi waktu, (2) sempit, luasnya pengamatan dari segi objek, (3) besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Merujuk pada ketentuan tersebut maka sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 75% dari populasi atau sebesar 30 pegawai DISPORA Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pada penelitian ini terdapat dua jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data motivasi kerja, dan kinerja. Data tersebut diperoleh berdasarkan instrumen yang disusun berdasarkan indikator yang mempengaruhinya. Instrumen tersebut dilakukan uji coba instrumen untuk diuji validitas dan reliabilitas. Atas dasar uji validitas dan reliabilitas, butir-butir instrumen yang tidak valid dan reliabel, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat dikeluarkan (droped). Pembahasan mengenai instrumen penelitian dilakukan secara bertahap dimulai secara berturut-turut dari variabel variabel motivasi kerja (X), dan kinerja (Y). Untuk menguji dan memilih butir-butir valid, dilakukan dengan pengujian validitas dan reliabilitas analisis, dilakukan dengan menggunakan bantuan program excel for windows. Validitas ditemukan dengan membandingkan koefisien r butir dengan koefisien r tabel. Apabila r butir ditemukan lebih besar dari r tabel maka butir tersebut dinyatakan valid. Demikian sebaliknya, apabila koefisien r butir lebih kecil dari r tabel, maka butir tersebut dinyatakan tidak valid (drop). Kinerja adalah nilai dari perilaku pegawai dinas pemuda dan olahraga (DISPORA) kabupaten bogor yang memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi, yang diperoleh dari skor total jawaban responden yang mengukur 175
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 kinerja karyawan melalui dimensi perilaku karyawan dalam bekerja. Instrumen ini terdiri dari 30 butir pernyataan, dan setiap butir mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu: (A) Sangat setuju diberi skor 5; (B) Setuju diberi skor 4; (C) Ragu-ragu diberi skor 3; (D) Tidak setuju diberi skor 2; (E) Sangat tidak setuju diberi skor 1, untuk pernyataan positif. Jumlah skor yang diperoleh dari jawaban responden pada instrumen yang mengukur kinerja melalui indikator : (1) Task Performance, (2) Citizenship Behavior. Adapun kisi-kisi instrumen variabel kinerja pegawai adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi angket instrumen variabel kinerja pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor No 1
2
Dimensi Task Performance
Citizenship Behavior
Indikator a. b.
a.
b.
c. d.
e. f.
Sub Indikator Routine 1. Menyelesaikan Adaptive masalah secara kreatif 2. Menangani situasi krisis 3. Menghadapi situasi kerja yang tidak menentu Helping Membantu rekan kerja dalam mengerjakan tugas yang berat Courtesy Menjaga informasi rekan kerja yang khususnya berhubungan dengan mereka Sportsman- Mengakui kesalahan bila ship melakukan kesalahan Voice Bersuara dalam memberikan saran untuk perubahan Civic Mengikuti kebijakan virtue perusahaan Boosterism Motivator atau penggerak organisasi Jumlah
Nomor butir 1,2,3,4,5
Jumlah 5
6,7,8
3
9,10,11
3
12,13,14, 4 15 16,17,18
3
19,20,21
3
22,23,24, 4 25 26,27,28
3
29,30
2 30
Uji coba validitas data menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan hasil 0,594 sedangakan rtabel untuk n=30 dan
= 0,5 adalah 0,361 berarti rhitung>rtabel,
berarti data tersebut valid. Selanjutnya, untuk mencari nilai reabilitas dari butir tes yang 176
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 diterima, dipergunakan rumus Alpha-Cronbach dengan taraf signifikansi 0.05, dengan hasil 0,935. Artinya, data tersebut reliabel. Motivasi Kerja didefinisikan sebagai kepuasan menekankan pentingnya dorongan atau kebutuhan didalam diri individu sebagai motif untuk tindakan individu yang bersangkutan, sedangkan proses menekankan bagaimana dan dengan tujuan apa individu diproses, dan penguatan berpusat pada bagaimana konsekuensi tindakan seseorang individu di dalam melekukan pekerjaan. Indikator yang diukur pada instrumen motivasi Kerja antara lain: (1) Peningkatan Prestasi kerja, (2) Menerima tanggung jawab yang diamanahkan, (3) malaksanakan tugas sesuai prosedur kerja, (4) Keinginan meningkatkan kemampuan, (5) Selalu berupaya melakukan yang terbaik. Instrumen ini terdiri dari 30 butir pernyataan, dengan alternatif jawaban : (A) Sangat setuju diberi skor 5; (B) Setuju diberi skor 4; (C) Ragu-ragu diberi skor 3; (D) Tidak Setuju diberi skor 2; (E) Sangat Tidak Setuju diberi skor 1. Adapun kisi-kisi instrumen variabel motivasi kerja adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi instrumen motivasi kerja Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor No 1
Indikator Peningkatan Prestasi kerja
Nomor Butir 1,2,3,4,5,6
2
Menerima tanggung jawab yang diamanahkan Membina hubungan dalam bekerja Loyalitas Mentaati peraturan dan kebijakan organisasi Jumlah
7,8,9,10,11,12
6
13,14,15,16,17,18
6
19,20,21,22,23,24 25,26,27,28,29,30
6 6
3 4 5
Jumlah 6
30
Validitas data instrumen motivasi kerja menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan hasil rhitung = 0,392 sedangkan rtabel untuk n=30 dan =0,05 adalah 0,361 berarti rhitung>rtabel. Untuk mencari nilai reabilitas dari butir tes yang diterima, dipergunakan rumus Alpha-Cronbach dengan taraf signifikansi 0.05 dengan hasil 0,919 yang artinya reliabel. 177
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data yang disajikan adalah data variabel-variabel penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas, yaitu motivasi kerja (X), dan satu variabel terikat, yaitu kinerja (Y). Berdasarkan skor minimum dan maksimum motivasi kerja (X) adalah 105 dan 140 sehingga skor rentangnya (R) = 35. Skor rata-rata (Mean) = 122,3, simpangan baku (SB) = 8,85, modus (Mo) = 123, dan Median (Me) = 123. Dari tabel distribusi frekuensi skor ini dapat dilihat bahwa skor rata-rata berada pada interval kelas ke-3. Selanjutnya, untuk memberikan gambaran penyebaran data dalam suatu histogram disusun tabel distribusi frekuensi skor motivasi kerja. Panjang kelas diperoleh dari perbandingan nilai rentang skor empirik dengan jumlah interval kelas. Dengan mengatur posisi tanda kelas terbawah, disusun tabel distribusi frekuensi skor motivasi kerja Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja (X) Kelas 1 2 3 4 5 6
Interval Kelas 105 – 110 111 – 116 116 – 122 123 – 128 129 – 134 135 – 140 Jumlah
Frekuensi Absolut 3 5 6 8 6 2 30
Frekuensi Kumulatif 3 8 14 22 28 30
Frekuensi relatif (%) 10,0 16,7 20,0 26,7 20,0 6,7 100
Dari daftar tabel frekuensi skor variabel motivasi kerja (X) menjelaskan tentang jumlah kelas interval yaitu berjumlah 6 kelas interval dan mempunyai panjang interval kelas yaitu berjumlah 5. Dari tabel frekuensi yang ada di atas terdapat 1 kelas yang mempunyai frekuensi yang terbesar yaitu 123-128 dengan persentase (26,7%) dan kelas yang terkecil adalah kelas 135-140 dengan persentase (6,7%). Berdasarkan data penelitian skor minimum dan maksimum Kinerja (Y) adalah 114 dan 143 sehingga rentang R = 29. Skor rata-rata (mean) = 128,77 Simpangan Baku (SB) = 7,26, Modus (Mo) = 124, dan Median (Me) = 128,5. Sedangkan perhitungan 178
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 normalitas gala taksiran Y atas X Regresi =59,82 + 0,564, didapat nilai Lhitung terbesar =0,36. Ltabel untuk n=30 dengan taraf signifikan 0,05 adalah 0,161. Dengan demikian dapat dikatakan kurva distribusi normal. Untuk memberikan gambaran penyebaran data dalam suatu histogram disusun tabel distribusi frekuensi skor kinerja. Panjang kelas diperoleh dari perbandingan nilai rentang skor empirik dengan jumlah interval kelas. Dengan mengatur posisi tanda kelas terbawah, disusun tabel distribusi frekuensi skor kinerja: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja (Y) Kelas Interval Kelas 1 2 3 4 5 6
114 – 118 119 – 123 124 – 128 129 – 133 134 – 138 139 – 143 Jumlah
Frekuensi Absolut 2 4 9 7 5 3 30
Frekuensi Kumulatif 2 6 15 22 27 30
Frekuensi Relatif (%) 6.7 13.3 30,0 23,3 16,7 10,0 100,0
Dari daftar tabel frekuensi skor variabel kinerja (Y) menjelaskan tentang jumlah kelas interval yaitu berjumlah 6 kelas interval dan mempunyai panjang interval kelas yaitu berjumlah 5. Dari tabel frekuensi yang ada di atas terdapat 1 kelas yang mempunyai frekuensi yang terbesar yaitu 124-128 dengan persentase (30,0%) dan kelas yang terkecil adalah kelas 114-118 dengan persentase (6,7%). Selanjutnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan positif antara motivasi kerja (X) dengan Kinerja (Y). Perhitungan analisis regresi sederhana berdasarkan data variabel Kinerja atas motivasi kerja menghasilkan arah regresi a sebesar 59,82 dan konstanta bsebesar 0,564. Dengan demikian, bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan melalui persamaan regresi linier sederhana Yˆ 59,82 0,564 X . Model regresi tersebut mengandung arti bahwa setiap kenaikan 1 poin pada variabel motivasi kerja, maka akan diikuti kenaikan Kinerja sebesar 0,564 pada konstanta 59,82. Hubungan antara variabel Motivasi kerja (X)
179
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 dengan Kinerja (Y) berdasarkan taksiran persamaan regresi linier dapat digambarkan dalam bentuk tabel ANAVA dibawah ini: Tabel 5. ANAVA Motivasi kerja dengan Kinerja ˆ 59,82 0,564X Persamaan Regresi: Y 1 Sumber Varian
dk (derajat kebebasan) 1 1 28 22 6 30
JK (Jumlah Kuadrat) 497425.63 722.27 805.10 561,43 243,67 498953
Koefisien (a) Regresi (b/a) Sisa Tuna Cocok Galat Total Keterangan: ** = sangat signifikan pada α=0,01 * = signifikan pada α=0,05
RJK (Rata-rata Fhitung Jumlah Kuadrat) 497425.63 722.27 25,12* * 28.75 25,52 0,63** 40,61 -
Ftabel 0,05
0,01
4,20
7,64
3,87
7,39
-
-
Berdasarkan tabel di atas, diketahui persamaan regresinya adalah Yˆ 59,82 0,564 X Hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhitung = 25,12 dan Ftabel = 7,64 pada α=0,01. Karena Fhitung>Ftabelregresinya sangat signifikan. Hasil uji linieritas terhadap persamaan regresi linier sederhana menunjukkan nilai Fhitung = 0,63 dan Ftabel = 3,87 pada α=0,05. Karena Fhitung
Gambar 1. Grafik Hubungan X dengan Y 180
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 Kekuatan hubungan antara motivasi kerja (X) dengan Kinerja ditunjukkan (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,688. Uji keberartian koefisien korelasi dengan uji t, diperoleh harga thitung = 5,01 > ttable pada α = 0,01 dan dk = 30-2 = 28 diperoleh t
tabel
= 2,47. Oleh karena thitung >ttabel maka koefisien korelasi sangat
signifikan. Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X dengan Y dapat dilihat tabel sebagai berikut: Tabel 6. Uji Signifikansi/Keberartian Hubungan Antara Motivasi kerja dengan Kinerja n
30
r1
0,688
thitung
ttabel
5,01**
ttabel
α = 0,05
α = 0,01
1,70
2,47
Keterangan: **sangat signifikan pada α=0,01 Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti tabel di atas ternyata koefisien korelasi antara motivasi kerja dengan Kinerja signifikan.Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan Kinerja teruji kebenarannya. Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi kerja akan semakin tinggi pula Kinerja Motivasi kerja merupakan faktor utama pemberdayaan pegawai dan peningkatan kualitas pekerjaan. Para pemimpin seperti Kepala Dinas adalah orang yang paling bertanggung jawab, apakah pegawai di dinas pemuda dan olahraga Kabupaten Bogor dapat melakukan pekerjaan secara maksimal tanpa ada paksaan dan bermalas-malasan setelah menerapkan Motivasi Kerja dalam ruang lingkup pekerjaan. Oleh sebab itu, DISPORA perlu melakukan perencanaan strategis yang baik didalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkesinambungan khususnya peningkatan kemampuan Kinerja pegawai.
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa terdapat hubungan antara Motivasi kerja dengan Kinerja Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
181
Motion, Volume VII, No. 2, September 2016 tinggi motivasi kerja yang diberikan instansi atau lembaga kepada pegawainya maka kinerja dalam bekerja akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Colquitt, A Jason. 2009. Organization Behavior: Improving performance and commitment in the workplace.New York : McGraw-Hill Irwin. Cook, Curtis W dan Hunsaker, Phillip L. 2001. Management and Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill. Gordon, Sheldon P. dan.Gordon, Florence S. 1994. Contemporary Statustics, Singapore: McGraw-Hill. Harsuki dkk. 1996. Paper Akademik untuk Penyusunan Keolahragaan. Jakarta: Menpora.
Undang-Undang
Maslow. 2008. Motivation and Personality. New York: Haper & Row. 1954. Edisi 12 Jakarta: Salemba Empat Nelson, Debra L. dan Quick, James Campbell. 2006. Organizational Behavior: Foundations, Realities & Challenges. USA: Thomson South-western. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 2005. Jakarta: Menegpora.
182