1
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PARA WASIT PROVINSI LAMPUNG
(Jurnal)
Oleh
Fahmi Iskandar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015
2
ABSTRACT THE RELATION BETWEEN COGNITIVE ABILITY WITH THE LEVEL OF ANXIETY'S REFEREE IN PROVINCE OF LAMPUNG By Fahmi Iskandar Advisors : Drs. Frans Nurseto, M.Psi Heru Sulistianta, S.Pd, M.Or The purpose of this study is to determine the relation between cognitive ability with the level of anxiety’s referee while leading the match in Suratin Cup U-18. The methodology used in this research is correlation descriptive method. The sample is the referee who was leading the match of Suratin Cup U-18 which amounts 16 referees. The result of this study shows that there is a significant relationship between cognitive ability with the level of anxiety’s referee while leading the match. In cognitive ability, 9 referees (56.25%) with very good category, 4 referees (25%) with good category, and 3 referees (18.75%) with bad category. And there are 11 referees (68.75%) with excellent anxiety level category, 3 referees (18.75%) with good category, and 2 referees (12.5%) with bad category. The result of correlation coefficient between cognitive ability with the level of anxiety’s referee while leading the match is 0.827. The conclusion is the relation between variable X with variable Y are included in the category of very high at 0.827. Thus, it means that the better the cognitive ability of the referee, the better the referee to control their anxiety.
Key words: Cognitive ability, anxiety level, referee
3
ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PARA WASIT PROVINSI LAMPUNG
Oleh Fahmi Iskandar Pembimbing : Drs. Frans Nurseto, M.Psi Heru Sulistianta, S.Pd, M.Or Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan di piala Suratin U-18. Metodelogi penelitian dengan menggunakan metode deskriptif korelasional. Dengan sampel yaitu wasit yang sedang memimpin pertandingan piala Suratin U-18 yang berjumlah 16orang wasit.Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan. Dalam kemampuan kognitif 9 orang wasit(56,25%) dengan kategori sangat baik, 4 orang (25%) baik, dan 3 orang(18,75%) buruk. Serta ada 11 wasit(68,75%) dengan kategori tingkat kecemasan baik sekali,3 orang(18,75%) baik, 2 wasit (12,5%) masuk kategori buruk. Hasil koefisien korelasi antara kemampuan kognitif dengan tingkat kecemasan wasit saat memimpin pertandingan sebesar 0,827.Kesimpulanya bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Dengan demikian, berarti semakin baik kemampuan kognitif seorang wasit, maka semakin baik pula wasit dalam mengontrol kecemasanya.
Kata kunci : Kemampuan kognitif, tingkat kecemasan Wasit.
4
I. PENDAHULUAN
Jika dilihat dari penjelasan diatas
LatarBelakang
mengenai faktor yang mempengaruhi
Seorang wasit harus memiliki
kekuasaan, tugas, serta keputusan
pengetahuan tentang peraturan
wasit, peneliti tergugah untuk
permainan yang telah ditetapkan, hal
melakukan penelitian tentang
ini agar obyektivitas seorang wasit
“Hubungan antara Kemampuan
dapat dipertanggung jawabkan.
Kognitif dengan Tingkat Kecemasan
Pengetahuan seorang wasit tentang
Wasit Saat Memimpin Pertandingan
peraturan permainan yang rendah
di Provinsi Lampung”
dapat berpengaruh pada integritasnya Rumusan Masalah dalam menentukan sebuah “Adakah hubungan antara pelanggaran. kemampuan kognitif dengan tingkat seorang wasit harus benar-benar
kecemasan Wasit saat memimpin
memiliki kemampuan kognitif yang
pertandingan di kejuaran Piala
tinggi tentang peraturan permainan
Suratin U-18 Tingkat Provinsi
sepakbola. Selain itu, seorang wasit
Lampung?”
juga harus memiliki mental serta Tujuan Penelitian motivasi yang sangat kuat untuk Untuk menjelaskan hubungan antara memimpin pertandingan dengan baik. kemampuan kognitif dengan tingkat Wasit harus memiliki tingkat kecemasan Wasit saat memimpin kecemasan yang rendah, serta harus pertandingan di kejuaran Piala mampu menguasainya. Kecemasan Suratin U-18 Tingkat Provinsi dapat mengganggu penampilan Lampung seorang wasit di lapangan. Manfaat Penelitian
5
Penelitiandiharapkandapatmemberim
dengan sertifikat yang dimilkinya
anfaat :
yaitu wasit remaja untuk tingkat
1.
Secara Teoristik
yunior, wasit C-3 untuk tingkat
2.
Secara Praktik
cabang, wasit C-2 untuk tingkat provinsi dan C-1 utnuk tingkat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Nasional.
Pengetahuan Kecemasan Pengetahuan merupakan hasil dari Menurut Levitt dalam Singgih D. tahu dan ini terjadi setelah orang Gunarsa, (2004: 74) kecemasan melakukan penginderaan terhadap adalah “subjective feeling of suatu objek tertentu. Penginderaan apprehension and heightens terjadi melalui pancaindera manusia, physiological arousal”. Maksudnya yakni indera penglihatan, bahwa kecemasan disebabkan oleh pendengaran, penciuman, rasa, dan suatu ancaman yang sifatnya umum raba. Sebagian pengetahuan manusia dan subjektif. diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Kecemasan Wasit di Sepakbola Menurut Weinberg (2010: 2) terdapat
Wasit dan Perwasitan hubungan yang erat antara kondisi Menurut Peraturan PSSI (2010: 2) psikologi wasit dengan wasit atau asisten wasit adalah penampilanya. Presentase pengaruh seorang yang telah memiliki sertifikat psikologi terhadap keberhasilan wasit sebagai seorang wasit dan dalam memimpin pertandingan mempunyai kemampuan memimpin bahkan mencapai 50% – 70%. sebuah pertandingan sepakbola sesuai
6
Teknik Peredaan Kecemasan
mendatangkan kecemasan, karena
Singgih D. Gunarsa (2004: 79-86)
karakteristik wasit dan dari
menjelaskan ada bebrapa teknik yang
kemampuan kognitif bagi wasit itu
bisa membantu menurunkan atau
sendiri. Seorang Wasit dengan
mengurangi kecemasan dan
pengetahuan tentang peraturan
ketegangan (desentization
permainan yang baik dan benar maka
techniques) yaitu :
diduga juga seorang Wasit dapat
1. Teknik Jacobson dan Schultz
meredam tingkat kecemasan wasit
2. Teknik Cratty
tersebut saat memimpin
3. Teknik progressive muscle
pertandingan. Sehingga wasit dapat
relaxation
mempertaruhkan integritasnya serta
4. Teknik autogenic relaxation
dapat mengurangi kericuhan pada
5. Latihan pernafasan dalam (deep
pertandingan sepakbola yang
breathing)
disebabkan oleh keputusan wasit
6. Meditasi
yang tidak benar.
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Kecemasan dapat terjadi dimana saja,
Adapun hipotesis penelitian ini
kapan saja, dan dapat menimpa siapa
adalah
saja, tidak terkecualai wasit
H1 = Ada hubungan antara
sepakbola. Baik sebelum, saat,
kemampuan kognitif seorang
maupun setelah memimpin
wasit dengan tingkat kecemasan
pertandingan. Sebagai pemberi
wasit saat memimpin
keputusan sepanjang pertandingan
pertandingan
sepakbola, wasit potensial sekali
7
Populasi dalam penelitian ini
H0 =Tidak ada hubungan antara kemampuan kognitif seorang
adalah Wasit sepakbola yang
wasit dengan tingkat kecemasan bersetifikat C-2 Assprov Lampung
wasit saat memimpin pertandingan
2.
Sampel Dalam penelitian ini
III. METODELOGI PENELITIAN Metode Penelitian
menggunakan teknik purposive sampling. Dengan jumlah
Metode yang digunakan dalam
16orang Wasit yang bertugas
penelitian ini adalah metode
memimpin pertandingan.
korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
VariabelPenelitian
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Tejo Sari Kota Metro pada tanggal 20 - 28 September 2014 dalam
Variabel penelitian ini adalah,
Kejuaran Piala Suratin U-18 Tingkat
sebagai berikut :
Provinsi.
1.
Variabel bebas adalah kemampuan kognitif.
2.
Variabel terikat adalah Tingkat kecemasan Wasit saat memimpin pertandingan.
Populasi dan Sampel 1. Populasi
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuisioner. Angket yang di gunakan merupakan angket tertutup dengan menggunakan pilihan jawaban dan jawaban langsung. Peneliti menggunakan dua angket
8
untuk mengukur dua variabel sebagai
Berdasarkan hasil penelitian
berikut:
diperoleh nilai untuk kemampuan
1. Angket kognitif
kognitif (X) dengan skor terendah 9,
2. Angket kecemasan
tertinggi 28, rata- rata 20,563, dan standar devisiasinya 5,668.
Teknik Analisis Data Kemudian untuk variabel tingkat Untuk Teknik analisis data dibantu kecemasan wasit (Y) diperoleh skor dengan menggunakan program SPSS terendah 54, tertinggi 120, rata- rata 20.0, dan Pengujian hipotesis 95,75, dan standar devisiasinya penelitian ini digunakan teknik adalah 21,334. analisis korelasi Product Moment. 1. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Karakteristik a. Karakteristik Pendidikan
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian
Deskripsi data penelitian ini adalah
didapatkan responden yang
penyajian data kemampuan kognitif
telah sarjana sebanyak 10
dan tingkat kecemasan wasit.
(62,5%) orang dan
Analisis deskripsi data menggunakan
responden mahasiswa
analisis pemusatan data, penyebaran
sebanyak 6 (37,5%) orang.
data. Analisi ukuran pemusatan data
b. Karakteristik Umur
meliputi mean, nilai tertinggi, dan
Bila dilihat dari hasil
nilai terendah, sedangkan analisi
karakteristik umur, dibagi
sebaran data menggunkan nilai
menjadi dua karakteristik
simpangan baku (standar deviasi).
yaitu umur remaja dan dewas. Untuk umur remaja
9
didapat sebanyak 6 (37,5%)
skor yang diberikan
orang dan unutk umur
menghasilkan skor minimum =
dewasasebanyak 10(62,5%).
54, maksimum = 120, rerata = 95,75, dan standar devisiasinya
2. Deskripsi Kognitif = 21,334. Dari data tersebut Berdasarkan dari hasil menunjukkan bahwa ada 11 penelitian, diperoleh data wasit (68,75%) dengan tingkat sebanyak 9 orang wasit kecemasan baik sekali,3 orang (56,25%) memiliki wasit (18,75%) pada kategori kemampuan kognitif sangat kecemasan baik, dan 2 orang baik, 4 orang wasit (25%) wasit (12,5%) masuk dalam memiliki kemampuan kognitif kategori kecemasan yang baik, dan selanjutnya 3 orang buruk, serta tidak ada seorang wasit (18,75%) memiliki wasitpun yang masuk dalam kemampuan kognitif buruk, kategori buruk sekali. serta tidak seorang pun dengan tingkat kemampuan sangat
Uji Hipotesis
buruk.
Penelitian ini mengungkapkan hubungan antara kemampuan kognitif
3. Deskripsi Kecemasan dengan tingkat kecemasan wasit saat Kecemasan Wasit dalam memimpin pertandingan. Untuk penelitian ini juga diukur mengungkapakan hubungan ini dengan menggunakan angket menggunakan uji hipotesis. Dan yang berjumlah 30 butir hipotesis pada penelitian ini adalah pernyataan dengan skor 1 sebagai berikut : sampai 4. Analisis terhadap
10
H0 : Tidak ada hubungan antara
tahu dan ini terjadi setelah orang
variabel bebas dan variabel
melakukan penginderaan terhadap
terikat.
suatu objek tertentu. Penginderaan
H1 : Ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
Kriteria ujinya adalah :
pendengaran, penciuman, rasa, dan
a. Jika nilai probabilitas (p) < 0,05,
raba. Sebagian pengetahuan manusia
maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05,
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan Dari hasil penelitian diperoleh nilai
yaitu tahu, memahami, aplikasi,
thitung > ttabel artinya H0 ditolak dan H1
analisa, sintesis dan evaluasi.
diterima, dengan hasil perhitungan
Pemahaman adalah suatu
diperoleh koefisien korelasi 0,817,
kemampuan untuk menjelaskan
jika dikonsultasikan dengan kriteria
secara benar tentang objek yang
koefisien korelasi termasuk kategori
diketahui, dan dapat
sangat tinggi (0,800 – 1,000)
menginterpretasikan materi tersebut
(Arikunto, 2001:75). Hal ini berarti
secara benar. Orang yang telah
ada hubungan yang signifikan antara
paham terhadap objek atau materi
kemampuan kognitif dengan tingkat
harus dapat menjelaskan,
kecemasan wasit saat memimpin
menyebutkan contoh, menyimpulkan,
pertandingan.
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.
Pembahasan Pengetahuan merupakan hasil dari
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi
11
kemampuan kognitif responden
pertambahan usia seseorang akan
tentang peraturan pertandingan
berhubungan dengan perkembangan
sebesar 56,25 % (9 responden)
kognitif, penalaran moral, dan
memiliki pemahaman sangat baik.
perkembangan sosial.
Jika dilihat dari karakteristik
Adanya hubungan yang signifikan
pendidikan responden yang rata –
antara kemampuan kognitif dengan
rata adalah Sarjana, Hal ini sejalan
tingkat kecemasan wasit
dengan teori yang di ungkapkan oleh
membuktikan teori Weinberg (2010:
Notoadmodjo(2007), yang
2) terdapat hubungan yang erat antara
mengungkapkan bahwa pengetahuan
kemampuan kognitif wasit dengan
seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor,
penampilanya. Presentase pengaruh
yaitu: 1) faktor internal seperti
kognitif wasitr terhadap keberhasilan
intelegensia, minat dan kondisi fisik.
wasit dalam memimpin pertandingan
2) faktor eksternal seperti keluarga
bahkan mencapai 50% – 70%.
dan masyarakat; 3) faktor pendekatan belajar seperti upaya belajar dan
V. Kesimpulan dan Saran
strategi dalam pembelajaran.
Kesimpulan
Pengetahuan yang baik serta
Berdasarkan hasil penelitian
pemahaman dan sikap yang baik juga
mengenai hubungan antara
bisa dikarenakan usia mahasiswa
kemampuan kognitif dengan tingkat
yang semakin dewasa, sehingga lebih
kiecemasan wasit saat memimpin
bisa menyerap informasi – informasi
pertandingan di “Piala Suratin U – 18
yang ada. Hal ini juga di ungkapkan
Tingkat provinsi Lampung” yang
(Notoatmodjo, 2007), beliau
dilakukan pada bulan September
mengatakan dalam teorinya yaitu
2014 dapat diambil kesimpulan
12
sebagai berikut: “Ada hubungan yang
2. Bagi Asprov PSSI Lampung agar
signifikan antara kemampuan
terus meningkatkan kualitas wasit
kognitif (pengetahuan tentang
dan terus menyelenggarakan
peraturan pertandingan) dengan
penyegaran, selain penyegaran
tingkat kecemasan Wasit saat
fisik juga harus dilakukan
memimpin pertandingan”.
penyegaran dalam kemampuan kognitif.
Saran 3. Bagi pemain sepakbola Berdasarkan dari kesimpulan yang khususnya di provinsi Lampung telah diuraikan di atas, maka agar tetap menghargai apapun beberapa saran yang berkaitan keputusan wasit. dengan hasil penelitian adalah 4. Bagi pihak klub sepakbola agar sebagai berikut : memberikan dukungan positif 1. Bagi Wasit sepakbola di Provinsi kepada wasit dan tidak selalu Lampung agar terus menyalahkan wasit yang meningkatkan pengetahuan dan memimpin sebuah pertandingan. kemampuan dalam urusan mewasiti. DAFTAR PUSTAKA 1. Arikunto,Suharsimi.2001. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Citra. 2. Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 3. Notoadmodjo. 2007.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta.Rineka Cipta.
4. PSSI. 2010. Peraturan Organisasi PSSI Tahun 2010. (http://www.pssifootball.com/id/d ownload/regulasi/PO%20Wasit% 202010.pdf). 5. Weinberg. 2010. The Phsycological Qualities of A Refefee.(http://www.scrrs.net/dow nload/resources/Qualities_of_goo d_Referee.pdf)