HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BACKWARD TERHADAP KELINCAHAN PEMAIN PADA PERMAINAN FUTSAL TIM SDN MANGGA DUA SELATAN 02 PETANG Mia Kusumawati1, Ahmad Sodik2 Universitas Islam “45” Bekasi
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal Tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan analisis koefisien korelasi. Instrumen penilaian menggunakan tes X-Pattern Multi Skill dan 20 Yard Square. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil perhitungan statistik terhadap uji hipotesis maka didapat hasil t-hitung > t-Tabel = 3,33>1.746 artinya terdapat hubungan yang berarti antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Aktivitas backward memiliki hubungan yang cukup erat terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Makin tinggi atau makin baik aktivitas backward atlet, maka makin tinggi atau makin baik kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Kesimpulannya terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Kata Kunci: aktivitas backward, kelincahan
Dunia Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan tangguh, mampu menjadi penerus dan pelaksana pembangunan di segala bidang. Proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan, bukan merupakan suatu bentuk konsumsi sematamata, akan tetapi merupakan suatu bentuk konsumsi investasi. Pendidikan sebagai sarana sosialisasi merupakan kegiatan manusia yang melekat dalam kehidupan masyarakat, sehingga usia pendidikan hampir sama tuanya dengan usia manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan berbagai rentang peradaban. Karena situasi dan kondisi sekarang ini sudah makin kritis dan kompleks serta membutuhkan penanganan yang serius, salah satu prioritas penanganan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat jasmani dan rohani yang dapat mendukung pembangunan di segala bidang melalui peningkatan produktivitas dengan pendidikan nasional yang semakin merata dan berkualitas. Pendidikan adalah 1 2
Mia Kusumawati; Dosen PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi Ahmad Sodik; Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
152
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 satu-satunya upaya yang tidak dapat ditawar dalam pengembangan sumber daya manusia. Sesuai dengan amanat UUD 1945, bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Pendidikan Nasional yang dilaksanakan pemerintah, pasal 4 menyatakan “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh melibatkan seluruh aspek pendidikan termasuk pengembangan psikomotor yang terdapat dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Depdiknas, 2006:4). Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan
fisik,
perkembangan
psikis,
keterampilan
motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap – mental – emosional – sportivitas – spiritual – sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Amanah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam menentukan kelulusan siswa harus memiliki kemampuan Standar Kelulusan (SKL) bertujuan agar peserta didik yang akan diluluskan memiliki satu kemampuan dasar sebagai mempraktekkan gerak dasar lari, lompat, dan jalan dalam permainan sederhana serta nilai-nilai dasar sportivitas seperti kejujuran, kerjasama dan lain-lain. Pada hakekatnya Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, merupakan suatu bidang yang tidak kalah pentingnya dengan bidang lain yang sedang dilaksanakan
153
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 sekolah, sebab berhubungan langsung dengan peserta didik dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Salah satu cabang olahraga dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang sedang marak dilaksanakan di sekolah-sekolah adalah futsal. Dalam kurikulum sekolah kegiatan futsal masuk pada kegiatan ektrakurikuler sekolah, dimana kegiatan tersebut dilaksanakan di luar kegiatan belajar mengajar. ((Depdiknas, 2006:6) Olahraga futsal beberapa tahun terakhir berkembang dengan pesat di seluruh tanah air dan terdengar akrab 6 tahun belakangan ini. Olahraga futsal ini adalah cabang olahraga yang merupakan pengembangan permainan dari olahraga sepak bola konvensional. Futsal merupakan permainan sepak bola yang dilakukan di dalam ruangan. Olahraga futsal berbeda dengan sepak bola konvensional baik dari segi ukuran lapangan, jumlah pemain maupun aturan permainan. Futsal di mulai dengan keikutsertaan Indonesia sebagai tuan rumah sekaligus mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kejuaraan antar negara di Asia sebagai peserta. Namun, dikarenakan olahraga futsal merupakan olahraga yang tergolong baru untuk masyarakat Indonesia, prestasi yang dicapai belum maksimal. Akan tetapi, 2 tahun belakangan ini prestasi yang dicapai oleh Indonesia sangat membanggakan. Pada penyelenggaraan Sea Games XXIV di Nakhon Rachasima, Thailand, Indonesia meraih medali perunggu. Pada Mei 2008, tim nasional futsal Indonesia berhasil menempati posisi 11 besar Asia. Pada tahun 2010, Indonesia berhasil meraih juara pertama di kejuaraan futsal Asia Tenggara, meskipun sedikit diuntungkan karena tidak ikutnya tim kuat Thailand dan Australia. Namun, hal ini tetap menjadi perhatian tersendiri bahwa futsal di Indonesia berkembang dengan pesat. (Murhananto, 2008:2) Perkembangan futsal di Indonesia tidak lepas dari perkembangan olahraga ini di kalangan mahasiswa di Jakarta yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan banyaknya kejuaraan futsal yang di gelar di berbagai tempat. Kejuaraan mahasiswa ini memunculkan banyak pemain futsal yang berbakat. Futsal juga digemari masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak, remaja, kaum bapak dan kaum ibu. Selain menyehatkan badan, olahraga futsal ini juga menjadi sarana rekreasi dan penghilang kejenuhan aktivitas sehari-hari. Futsal sebenarnya merupakan olahraga kompleks, karena memerlukan teknikteknik khusus. Begitu pula dalam hal kondisi fisik, olahraga futsal membutuhkan daya
154
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 tahan, kecepatan, daya tahan kekuatan, dan kelincahan dalam waktu yang relatif lama. Penampilan fisik yang buruk tentunya akan berdampak buruk bagi penampilan teknik dan taktiknya. Setiap pemain harus memiliki aktivitas fisik yang baik seperti kemampuan backward salah satunya. Biasanya aktivitas backward digunakan setiap pemain untuk mengejar bola serangan balik ( counter attack ) dan selalu diperlukan pemain agar dapat mengejar bola ketika berduel dengan lawan untuk mencetak gol. Penggunaan aktivitas backward membuat pemain lebih leluasa mendapat ruang untuk melihat pergerakan lawan
dan
memudahkan
dalam
merebut
bola.
Aktivitas
backward
sangat
mengefisiensikan gerakan sehingga gerakan akan menjadi lebih cepat. Masalah yang terjadi di lapangan biasanya pemain telat untuk kembali ke daerah pertahanan mereka, ketika terjadi serangan balik sehingga memudahkan penyerang lawan untuk lebih leluasa menyerang dan mencetak gol, oleh karena itu setiap pemain bertahan harus mempunyai kemampuan aktivitas backward yang baik. Aktivitas backward juga dapat mempengaruhi kelincahan pemain. Kelincahan pemain tentu saja didapat juga melalui latihan selain meningkatkan latihan aktivitas backward. Siswa SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang Jakarta memiliki potensi yang cukup besar dalam rangka meningkatkan pelaksanaan penerapan Futsal sebagai bagian dari Ekstrakurikuler di sekolah. Berdasarkan masalah tersebut, maka tujuan peneliti ini adalah ingin mengetahui hubungan antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Aktivitas backward Aktivitas merupakan hal yang selalu dilakukan setiap makhluk hidup dalam setiap kehidupannya. Secara alamiah manusia sudah melakukan aktivitas meskipun masih sangat terbatas, saat dalam kandunganpun manusia sudah melakukan aktivitas dan sampai tumbuh menjadi dewasa aktivitas manusia semakin bertambah. Manusia tidak akan luput dari aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya. Kamus umum Bahasa Indonesia mengemukakan “Aktivitas adalah suatu kegiatan atau kesibukan”. Salah satu cara mengembangkan aktivitas anak adalah dengan bermain, menurut Soesilowindradini (2006 : 15) “Bermain adalah suatu kesibukan yang dipilih sendiri oleh seseorang ; jadi tidak pernah dipaksakan”.
155
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 Menurut Soesilowindradini (2006 : 20), terdapat beberapa teori permainan anak, antara lain: (1) teori rekreasi dari Schaller dan Lazarus, (2) teori kelebihan tenaga dari Heroert Spencer, (3) teori atavistis dari Stanley Hall, dan (4) teori biologis atau Teori latihan pendahuluan dari Karl Groos. Teori rekreasi mengatakan bahwa permainan adalah suatu kesibukan yang dilawankan dengan bekerja dan ketekunan. Orang menjalankan hal itu bilamana dia capai, kalau setelah dia jemu mengerjakan sesuatu. Teori kelebihan tenaga mengemukakan bahwa permainan adalah pencetusan ke luar tenaga energi yang lebih, artinya yang masih terdapat dalam diri seseorang. Jadi, tenaga-tenaga yang ada di dalam diri anak yang belum digunakan ingin digunakan, untuk ini dia bermain. Teori atavistis berhubungan dengan teori biogenetik yang mengatakan, bahwa anak dalam perkembangan jiwanya mengalami semua periode-periode atau fase-fase yang telah dialami oleh manusia dalam perkembangannya. Permainan adalah pencetusan dari apa yang ada di dalam diri anak yang didapatkannya dari warisan nenek-moyangnya. Apa yang dialami manusia di zaman dahulu di waktu berburu, menangkap ikan, bertempur, dan sebagainya, dialami oleh anak dalam permainannya, menurut teori biologis masa bermain adalah waktu di mana anak belajar menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang akan dialaminya dalam kehidupan di kemudian hari. Misalnya anak bermain ibu-ibuan, anak-anakan, dokter-dokteran, masak-masakan, dan sebagainya. Soesilowindradini (2006 : 30) mengatakan kembali bahwa ada beberapa jenis permainan anak antara lain: (1) permainan dengan memepergunakan alat permainan, (2) dramatisasi, (3) permainan membentuk atau meng-kontruksi, (4) Permainan-permainan atau “games”, (5) membaca, dan (6) menonton film, TV, dan mendengarkan radio. Pada masa anak-anak permainan dengan menggunakan alat disebut “the toy age”, oleh karena pada waktu itu alat permainan memegang peranan yang penting. Jikalau anak bermain-main dengan alat permainannya dia menganggap alat itu sebagai orang, atau binatang yang benar-benar hidup, yang dapat berbicara, bertingkah laku dan merasa seperti dia sendiri. Anak mulai mengadakan dramatisasi dalam permainannya diantara umur 2 tahun dan 3 tahun. Boneka-boneka, binatang-binatang dari kayu, kain atau plastik menjadi makhluk hidup, yang memungkinkan anak menirukan kejadiankejadian dalam kehidupan sehari-hari.
156
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 Anak gemar membuat segala sesuatu dari tanah liat, monte, cat, kertas dan lem. Apa yang dibentuk oleh anak adalah pada umumnya, tiruan dari apa yang dilihatnya sehari-hari. Termasuk juga dalam permainan ini adalah menggambar dan melukis. Bilamana menggambar sesuatu, anak pada mulanya melihat sesuatu benda dalam keseluruhannya. Kemudian dia melihat bagian-bagiannya yang karena salah satu sebab, menjadi berarti baginya. Lagi pula yang digambar oleh anak adalah hal-hal yang diketahuinya bergerak. Kira-kira umur 4 tahun atau 5 tahun, anak mulai tertarik kepada permainan yang dimainkan oleh beberapa orang anak bersama-sama dan yang diatur menurut beberapa peraturan. Lama sebelum anak dapat membaca, dia sudah senang melihat-lihat gambar dari buku cerita, dan meminta seseorang membacakan ceritanya. Pada umumnya, filmfilm diperuntukkan anak yang agak besar, maka anak-anak yang kecil begitu senang menontonnya. Mereka seringkali takut mendengarkan suara-suara dalam film yang ramai, sehingga menangis dan menjadi gelisah. Mereka lebih senang mendengarkan radio atau menonton TV, oleh karena ada program-program yang khusus untuk anakanak yang belum sekolah, dan ini dapat mereka nikmati di rumah sendiri. Di dalam dunia olahraga kita sering mendengar kata aktivitas olahraga yang biasa kita artikan sebagai kegiatan olahraga. Setelah masa anak-anak, berlangsung masa remaja, dimana pada masa ini akan terjadi masa puber atau masa pendewasaan setelah itu berlanjut masa remaja, pada masa remaja minat pada permainan dan olahraga yang terorganisasi tidak menarik lagi dan remaja mulai menyukai olahraga tontonan, serta permainan-permainan yang menuntut keterampilan intelektual. Setelah masa remaja akan berlangsung kepada masa dewasa dini. Menurut Elizabeth B. Hurlock (2000 : 12), “Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif dan kemampuan motorik. Pada masa ini manusia mencapai puncak kekuatannya antara usia duapuluhan dan tiga puluhan. Kecepatan respons maksimal terdapat antara usia dua puluh dan dua puluh lima tahun dan sesudah itu kemampuan ini sedikit demi sedikit menurun. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan motorik yang baru, orang-orang muda usia duapuluhan lebih mampu daripada mereka yang mendekati usia setengah umur. Orang-orang mudapun dapat mengandalkan kemampuan motorik ini dalam
157
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 situasi-situasi tertentu yang mana tidak dapat mereka lakukan semasa remaja karena pertumbuhan yang cepat dan tidak seimbang saat itu menyebabkan mereka kurang luwes dan kaku. Aktivitas olahraga merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas ini harus diberikan sejak usia dini dalam kehidupan manusia, tidak hanya meningkatkan kualitas kebugaran jasmani, kesehatan fisik dan mental, tetapi menjauhkan anak dari berbagai macam penyakit yang paling utama ialah penyakit obesitas yang rentan terjadi pada usia dini. Oleh sebab itu, setiap aktivitas olahraga memberikan sebuah bentuk olahraga yang memiliki nilai-nilai yang baik serta menjunjung tinggi pada aktivitas gerak yang disesuaikan pada setiap kelompok umur. Menurut kamus bahasa Inggris (1998 : 25), “Backward dalam kamus Bahasa Inggris berarti ke belakang”. Raymond Verheijen menyatakan bahwa “Dalam sepakbola backward diaplikasikan dengan gerakan berlari ke belakang (backward running), berjalan ke belakang (walking backward), dan berlari kecil ke belakang (jogging backward)”.
METODE Metode adalah merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan yang baru atau suatu cara menjawab permasalahan–permasalahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah Kountur (2005:7). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitiannya Arikunto (2006:160). Tujuan metode penelitian itu sendiri adalah mengungkapkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis koefisien korelasi. Menurut Supranto (2008:153) koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan dan arah hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Populasi dalam suatu penelitian sangat penting kedudukannya karena dari populasi itulah sejumlah data dan informasi yang diperlukan dapat dikumpulkan. Jadi populasi adalah objek penelitian, dimana data dan informasi yang diperlukan sebagai
158
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 landasan dalam pembuktian hipotesa. Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat – syarat tertentu berkaitan penelitian. Populasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu populasi homogen (sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama) dan populasi heterogen (sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda/variasi. Pengertian populasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1992:05) sebagai berikut: populasi adalah totalitas yang mungkin, hasil menghitung atau mengukur kuantitatif mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Adapun penjelasan lain mengenai populasi menurut Arikunto (1998:103) adalah keseluruhan subjek penelitian yang dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua likuliku yang ada dalam populasi. Populasi menurut Ronny Kountur (2005:137) adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Apabila kita berbicara tentang orang, maka populasi orang adalah seluruh orang yang ada di dunia. Sementara itu Nazir, (1988:115) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian maka untuk menunjang penelitian diperlukan adanya sample penelitian guna mendukung keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah Tim Futsal SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang yang berjumlah 18 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sample yang mewakilinya. Sampel menurut Surakhmad (1998:107) adalah “Penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi:, tentang besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan yang mutlak. Untuk lebih jelasnya, penulis mengutip pendapat dalam menentukan sampel menurut Arikunto, (1998:107) menyatakan “Sekedar ancer – ancer apabila subyeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 persen atau lebih tergantung dan kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu dan dana” Berdasarkan populasi di atas, maka penulis menentukan sampel Tim Futsal SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang yang berjumlah 18 orang, pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008 : 85) purposive
159
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Ciri dari sampel ini adalah sisawa yang mempunyai kemampuan bermain sepak bola, siswa yang mempunyai fisik baik, siswa yang mempunyai kemampuan berlari dengan baik, siswa yang mau secara sukarela dijadikan tim futsal. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuantujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Maka sekarang kita mencari rata-rata simpangan baku dari kedua
variabel
penelitian yaitu aktivitas backward (Variabel x) dan Variabel kelincahan (Varibel y) dengan hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Penghitungan Rata-rata dan Simpangan Baku Kelompok Data
Rata-rata
Simpangan Baku
Varian
Aktivitas backward (x)
18,35
1,30
1,69
kelincahan (y)
18,34
1,48
2,18
Selanjutnya data mentah tersebut dilakukan ke dalam skor, sebab itu untuk mengetahui apakah skor tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka penguji melakukan pendekatan dengan uji liliefors. Hasil perhitugan distribusi normal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Data
Lo Hitung
L –Tabel
Keterangan
Aktivitas backward (x)
0,187
0.200
Normal
kelincahan (y)
0.199
0.200
Normal
Dari hasil pengujian tersebut, ternyata seluruh data berdistribusi normal, maka data hasil pengetesan dan pengukuran yang dilakukan normal. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang, maka prosesnya adalah sebagai berikut: Pertama kita dapatkan hasil perhitungan r-hitung
160
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 dan Kontribusi Varibel x (aktivitas backward) terhadap Variabel y (kelincahan) dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Hasil Perhitungan uji Koefisein Korelasi dan TPK r-hitung
r2
Prosentase Kontribusi (r2) X 100%
0.64
0.41
41,48%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi hubungan antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang, r-hitung = 0.64 dan r2 = 0.41 dan taraf prosentase konstribusi hubungan
antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada
permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang didapat 41,48%, artinya aktivitas backward memberikan konstribusi terhadap kelincahan. Selanjutnya untuk menguji Signifikansi Hubungan aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Uji Signifikan Korelasi Variabel Aktivitas backward (x) Kelincahan (y)
t-hitung
t-Tabel (14:0,095)
Kriteria
Hasil
3,333
1.746
ditolak
Signifikan
Berdasarkan tabel diatas bahwa hasil t-hitung = 3,33 > dari t-tabel = 1.746 dengan α = 0.05 dan n = 16 dengan dk = n-2 =18-2 = 16, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa aktivitas backward memiliki hubungan yang cukup erat terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang. Artinya, makin tinggi atau makin baik aktivitas backward atlet, maka makin tinggi atau makin baik pula kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang.
SIMPULAN
161
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data tentang uji keberartian koefisien korelasi bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel,
berarti koefisien korelasi adalah
signifikan. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan terdapat hubungan yang berarti antara antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang didukung oleh data penelitian. Jadi, kesimpulannya adalah t-hitung > t-Tabel = 3,33>1.746 artinya terdapat hubungan yang berarti antara aktivitas backward terhadap kelincahan pemain pada permainan futsal tim SDN Mangga Dua Selatan 02 Petang.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Citra. http://belajarskillbola.blogspot.com/p/memahami-metode-pelatihan-sepakbola.html, diakses tanggal 27 Nopember 2011. Lhaksana, Justinus. 2011. Taktik & Strategi Futsal Modern. Jakarta : Be Champion. M.Echols, John dan Hassan Sadily. 1995. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Murhananto. 2008. Dasar-dasar Permainan Futsal. Jakarta : Kawan Pustaka Nazir. 1998. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. Pemerintah Propinsi Daerah Ibukota, Peraturan Permainan Futsal.2004. Jakarta : Dinas Olahraga dan Pemuda. Poerwadaminto. 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Pusat. Ronny Kountur. 2005. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta : Pustaka Karya. Stevension, Robert K. 1987. Backward Running. Sajoto. 1995. Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize. Scheunemann, Timo. 2011. Futsal For Winners – Taktik dan Variasi Latihan. Malang : DIOMA. Sujana. 1996. Metode Statistika, Bandung : Tarsito.
162
Motion, Volume VI, No.2, September 2015 Sunarno. 2003. Sepak Bola Dalam Ruangan, Jakarta : Aneka Ilmu.
163