HISAB DAN RUKYAH DALAM PENYATUAN KALENDER ISLAM Tgk. Sulfanwandi, MA* Abstract Interesting phenomenon in Indonesia, ahead of the fasting month and Eid, which occur almost every year is the determination of a controversy earlier this month Ramdlan and Shawwal. The controversy has occurred in several religious organizations and government agencies in Indonesia. To find the entry beginning of the month, there are several organizations in the many religious organizations insist on applying the methodology independently and Rukyat reckoning. But there are also who prefer to do kalaborasi between the two. Apparently, religious dynamics are hard to control. Moreover, each of them equally have won the legality of religious feeling and the feeling of the group who were able to implement the word of God and His word apostle. An unfortunate reality: how can a country have so much authority to recommend the inclusion in the initial month of Shawwal Ramadlan and, as a sign of Muslims have an obligation to fast and feast days and. Indeed, so far, the social realities of their respective religious organizations are able to show tolerance, although in practical terms in certain circles is still contaminated, so the difference has the potential to create the outside to understand the religious sentiments of the group. This is a problem that will require solutif idea that all parties are not stuck on a particular thought patterns and partial patterns of thinking so as to create a multidimensional and comprehensive. Discuss the methodology rukyah - in the context of Indonesia - certainly not out of a large organization Nahdlatul Ulama (NU). Every day before the month of fasting and feast, these organizations consistently used as a method of priorities rukyah, instead of reckoning method. Legality of the methodology used rukyah tendency is al-Qur'an al-Baqarah verse 185 and many hadith which explicitly use the editorial "rukyah" in determining the initial month of fasting and the beginning of the holiday. Therefore, they argued, with reference to the opinion of the majority of scholars, the hadith about rukyah has a capacity as an interpretation of the Qur'an al-Baqarah verse 185 above. If the order form on the editorial practices of the Hadith as well as the prophets have clearly pereode using rukyah, why you should use the method of reckoning? The authors opinion, the methodology and rukyah reckoning are two components that are closely correlated and can hardly be separated. It was not appropriate in the early months of just pure determination using the method rukyah. For, although it has been equipped with a telescope, there are a lot of the problems to be faced, such as the presence of pollution, global warming and the limited ability of the eye, as mentioned above. Vice versa, if it is not appropriate in the early months of the determination of just using the method of reckoning. The most fundamental reason is the empirical fact of this methodology stems from a research astronomers, while the object is a "look" of the sun and moon. Indeed, in light of methodological accuracy, superior to rukyah
146
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
147
reckoning. The error rate computation methodology is much smaller than rukyah methodology. However, after any scientific result can never be justified if the end is not in accordance with the facts. It has been clear of controversy and rukyah computation methodology - as applicable - an issue furu'iyyat (legal branch). Obviously there are differences that do not need to be exaggerated. However, a controversial phenomenon that can not be allowed bagitu course, given the current impact is so significant that arise. Basically ithbat (decision) as well as the determination of the moon of Shawwal is the right Ramadlan preogratif government (Ministry of Religious Affairs) is authoritative. Moreover, it is clear, the government has been able to accommodate all the aspirations of religious organizations in Indonesia, with each delegation invited to perform at the same time Rukyat reckoning. So, absolutely no one, if the start of each organization is now trying to respect the authority of this government. And Allaah knows best.
Keywords: Interesting phenomenon, method rukyah
A. Pendahuluan Sebuah kenyataan bahwa umat Islam sampai sekarang belum dapat menyatukan sistem penanggalannya, sehingga sampai saat ini menghadapi perbedaan pendapat dalam menentukan awal Ramadhan atau Idul Adha. Hal ini disebabkan perselisihan pendapat fiqh antara pengguna rukyah dan pendukung hisab. Bagaimana cara supaya umat Islam dapat memiliki kalender Hijriah yang sama? sehingga dapat memformulasikan suatu sistim kalender yang tidak hanya mencakup urusan agama (ibadah) tetapi juga dalam bidang mu‟amalah dan dapat mempersatu seluruh umat Islam di penjuru bola bumi ini.1 Rukyah adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriah dengan mengamati bulan secara langsung 2 . Apabila hilal tidak terlihat maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi tiga puluh hari. Kriteria ini berpegang pada hadits Nabi :
َٙ غَعِباََُ َثالَِثََِٗ [زٔآ البدازِٚد َّ صِٕ ُوِٕا لِ ُسؤَِِٖتِْ َٔأَفِ ِطسُِٔا لِ ُسؤَِِٖتِْ فَإُِٔ غُبَِّ٘ َعَمِٗ ُكيِ فَأَكِىُِمِٕا ع ُ ]ٔوطمي Kriteria ini di indonesia digunakan oleh Nahdhatul Ulama (NU), dengan dalih mengikuti Sunnah Rasulullah, para sahabat dan mengikuti ijtihad
* Penulis adalah Dosen tetap di Fakultas Syariáh IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 1 Departemen Agama, KL, Al Manak Hisab Dan Rukyah, Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama RI, Hal 34 2 Muhyiddin Khzin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Buana Pustaka, tt, Hal 173
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
148
Imam Mazhab yang empat. Hisab tetap digunakan meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriah. Hisab adalah satu kriteria penetapan awal bulan Hijriah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum. 3 Dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur‟an : Surat Yunus :5, Al Isra‟ :12, Al An‟am :96, Ar-Rahman :5 dan Yaasin : 39-40 B. Ayat tentang hisab
لطٍِنيَ َٔالِحِطَابَ وَا ِّ َدزَُٓ َوٍَا ٔشهَ لَِتعِمَىُٕا َع َددَ ا َّ ّ َٔالِقَ َىسَ ٌُٕزّا َٔقٞضَٗا ِ َ َجعَنَ الػَّىِظَُِِٕٙ اٖلر 4
ََُُٕخمَقَ الٖمُْ ذَِلكَ إٔلٖا بِالِحَقِّ ُٖفَصِّنُ الِآَٖاتِلِ َق ًِٕٕ َٖ ِعمَى
ِضمّا وَِِ زَبِّكُي ِ َّ لِتَبَِتغُٕا فَٚ الٍََّّازٔ ُوبِصِ َسََٖٛ الٖمِٗنٔ َٔ َجعَِمٍَا آَٖٛحٌَِٕا آ َ ََٔ َج َعِمٍَا الٖمِٗنَ َٔالٍََّّازَ آََٖتَِٗٔ فَى 5 6
.1
.2
َصِمٍَآُ تَفِصِٗمّا َّ ٍ فٞ٘ ِ َلطٍِنيَ َٔالِحِطَابَ َٔكُنَّ غ ِّ َٔلَِتعِمَىُٕا َع َددَ ا
ٔطبَاٌّا ذَِلكَ تَ ِقدِٖسُ اِل َع ٔصٖصٔ اِلعَمِٗي ِ ُصبَاحٔ َٔ َجعَنَ الٖمِٗ َن ضَ َكٍّا َٔالػَّىِظَ َٔالِقَ َىسَ ح ِ ٔفَالِقُ الِإ 7
.3
ُٕطبَا ِ ُالػَّىِظُ َٔالِقَ َىسُ بِح
.4
لَا الػَّىِظُ ٍََِٖبغِ٘ لََّا أَُِ ُت ِدزٔكَ الِقَىَسَ َٔلَا. ٔ عَادَ كَاِلعُ ِسجُُٕٔ الِ َقدِٖيََّٜدزٌَِآُ َوٍَا ٔشهَ حَت َّ َٔالِقَىَسَ ق
.5
8
َُُٕطبَح ِ َٖ ٍُن فِ٘ َفَمك ٌّ الٖمِٗنُ ضَابِقُ الٍََّّازٔ َٔك
C. Hadits tentang Hisab dan Ru’yah
ََُضٖميَ َذ َكسَ زَوَضا َ َٔ ِِْٗ اهلل َعَمٜٖصم َ ض ِٕهَ اهلل ُ َعََِ َعِبدِ اهلل بَِٔ عُ َىسَ زَضَِ٘ اهلل َعٍُِّىاَ أََُّ ز.1 َّٓ َتسَُِٔٓ فَإُِٔ غُيَّ َعَمِٗ ُكيِ فَاِق ُدزُِٔا َلُْ )زٔاٜالهَ َٔالَ تُفِ ِطسُِٔا حَت َ َّ َتسَُٔا ِا ِهلٜصِٕ ُوِٕا حَت ُ َفَقَاهَ الَ ت ( ٔوطميٙالبداز
3
M Yusuf Harun, Limit Falak Dan Peranannya Dalam Islam, Menara Kudus, tt, Hal 6 Q.S Yunus (10): 5 5 Q.S Al-Isra (17): 12 6 Q.S Al-An‟am (6): 96 7 Q.S Ar-Rahman (55): 5 8 Q.S Yasin (36): 39-40 4
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
149
Artinya: Dari „Abdullah Ibn „Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw menyebut Ramadan dan bersabda: Janganlah kamu berpuasa sebelum melihat hilal dan janganlah kamu beridul fitri sebelum melihat hilal; jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka estimasikanlah (HR al-Bukhari dan Muslim).9
اهللٜٖصم َ ِضِٕهُ اهلل ُ َ زَضَِ٘ اهلل َعٍُِْ َٖ ُقِٕهُ ق َاهَ َزٚ عََِ وُحَىَّدِ بَِٔ شٖٔاَدٍ ق َاهَ ضَِىعِتُ أَباَ ُِسَِٖ َس.2 َٓ غَعِباََُ َثالَِثََِٗ [زٔاِٚد َّ صِٕ ُوِٕا لِ ُسؤَِِٖتِْ َٔأَفِ ِطسُِٔا ِل ُسؤَِِٖتِْ فَإُِٔ غُبَِّ٘ َعَمِٗ ُكيِ فَأَكِِىُمِٕا ع ُ ََعمَِِْٗ َٔضَٖمي ) ٔوطميٙالبداز Artinya: Dari Muhammad Ibn Ziyad ia berkata: Saya mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan Rasulullah saw bersabda: Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan beridul fitrilah karena melihat hilal pula; jika Bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Syakban tiga puluh hari (HR al-Bukhari dan Muslim )10
ُْ ال ٌَكِتُبَِّّْٛٗ أُوٛ اهلل َعَمِِْٗ َٔضَٖميَ َأٌَُّْ قاَهَ ٔإٌَّا أَُّوٜٖصم َ ِِّ٘ عََٔ ابَِٔ عُ َىسَ زَضَِ٘ اهللُ َعٍُِّىاَ عََٔ ا َّلٍب.3 ّٙ ثَالثِنيَ )زٔآ البدازَّٚػسََٖٔ َٔوَس ِ ّ َٔ ِعّٛ تِطِ َعَّٚٔال ٌَحِطُبُ الػَِّّسُ َِ َكرَا ََِٔ َكرَا َٖ ِعٍِ٘ وَس (.ٔوطمي Artinya: Dari Ibn „Umar r.a., dari Nabi saw (diriwayatkan) bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari³ dan Muslim].11
9
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Dar al Fikr Beirut Juz II, Hal 280, Hadits no. 1906, “Kitab Al-Shaum,” dari Ibn „Umar; Muslim, Shahih Muslim, Dar al Fikr Beirut Juz I, Hal 481, Hadits no. 1080:1, “Kitab Al-Shaum,” dari Ibn „Umar. 10 Al-Bukhari, op.cit., II: 281, hadis no. 1909, “Kitab Al-Shaum,” dari Ab Hurairah; Muslim, op. cit., hadis no. 1080:2, “Kitab Al-Shaum,” dari Ibn „Umar dengan lafal sedikit berbeda. 11 Al-Bukhari³, op. cit., II: 281, hadits no. 1913, “Kitab Al-Shaum,” dari Ibn „Umar; Muslim, op. cit., I: 482, hadis no. 1080:15, “Kitab Al-Shaum,” dari Ibn „Umar.
150
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
D. Pembahasan Rukyah dan Hisab 1. Ru'yah Ru'yah Hilal dilakukan pada hari ke 29 (yaitu pada sore harinya menjelang/setelah maghrib) suatu bulan Qamariyah. Jika Hilal tidak terlihat pada proses ru'yah Hilal, maka bulan Qamariyah tersebut disempurnakan/digenapkan menjadi 30 hari. Pada zaman Rasulullah, orang-orang (para shahabat) berusaha bersamasama untuk melihat Hilal, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ibnu Umar Radiyallahu Anhuma ketika dia dan para shahabat Rasulullah lainnya berusaha untuk melihat Hilal Ramadhan :
ِْصَٗاِو ِ ِ اهُّ َعمَِِْٗ َٔضَٓميَ َأٌّ٘ زَأَُِٖتُْ فَصَاوَُْ َٔأَ َوسَ الٍّاعَ بٜٓصم َ ّٔ الٍّاعُ الِّٔمَنَ فَ َأ ِخَب ِستُ َزضُٕهَ اهََٝٞتسَا Artinya:“Orang-orang berusaha melihat Hilal, maka aku mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam bahwa aku telah melihatnya. Maka beliau berpuasa karena hal itu, dan beliau memerintahkan orang-orang untuk shaum.” (H. R. Abu Dawud) Berdasarkan atsar tersebut, umat Islam sebaiknya dapat lebih memperhatikan tentang ru'yah Hilal ini sehingga sebagian kaum Muslimin dapat meluangkan waktunya untuk berusaha melihat Hilal pada akhir bulan, terutama pada 3 bulan penting (Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah). Dengan begitu, umat Islam akan semakin banyak yang mengetahui dan memahami tentang ru'yah Hilal, bagaimana bentuk Hilal dalam praktek, susah atau mudahnya dalam melihat Hilal, dan sebagainya. Walaupun pada zaman sekarang ini perkembangan hisab, terutama hisab astronomi, sudah sangat maju, tradisi para shahabat dalam berusaha melihat Hilal pada akhir bulan tetap dapat dipraktekkan dan dibiasakan kembali pada zaman ini. 2. Hisab Walaupun ru'yah merupakan cara asli dalam menentukan awal/akhir bulan Qamariyah, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan pengetahuan, para ulama yang memahami ilmu falak dan para ahli falak dapat menentukan awal/akhir bulan Qamariyah dengan ilmu hisab secara matematis dan atau dengan ilmu falak/astronomi, yaitu dengan memperhitungkan gerak Bulan mengitari Bumi, bahkan saat ini sudah didukung dengan alat-alat astronomi dengan teknologi yang canggih, sehingga pada akhirnya metode hisab menjadi termasuk cara atau metode dalam menentukan Hilal / awal akhir bulan Qamariyah dan juga kalender Hijriyah.
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
151
Dalil diperbolehkannya hisab dipakai dalam menentukan awal/akhir bulan adalah: a. Menentukan awal bulan Qamariyah (secara umum : semua bulan Qamariyah) pada dasarnya termasuk dalam permasalahan dunia. Kaidah dalam permasalahan dunia adalah “segala sesuatu adalah boleh kecuali jika ada dalil yang melarangnya”. Apalagi dengan ilmu hisab ini dapat membantu umat Muslim di seluruh dunia, baik dalam permasalahan dunia bahkan juga dalam beberapa permasalahan agama (seperti waktu shalat dan hisab awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah). b. Terdapat beberapa ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan perintah umat Muslim untuk mempelajari ilmu hisab, antara lain adalah :
َِِِ قُنِ َِ٘ َوَٕاقِٗتُ لِمٍَّاعٔ َٔالِحَجِّ َٔلِٗظَ اِلبِسُّ بِأَُِ تَ ِأتُٕا اِلبُُٕٗتَ وٛ) َٖطِأَلٌَُٕكَ عََٔ الِأَِٖمa َُُٕ َِٔأتُٕا اِلبُُٕٗتَ وَِِ َأِبَٕابَِّا َٔاتَّقُٕا المَْٖ َل َعمٖ ُكيِ تُ ِفمِحَٜظُُّٕزَِٔا ٔلَكََِّ اِلبِسَّ ؤََ اتَّق Artinya: Mereka bertanya tentang Hilal-Hilal, katakanlah itu adalah waktu-waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.12
َلطٍِنيَ َٔالِحِطَاب ِّ َدزَُٓ َوٍَا ٔشهَلَِتعِمَىُٕا َع َددَ ا َّ ّ َٔالِقَىَسَ ٌُٕزّا َٔقٞضَٗا ِ َ َجعَنَ الػَّىِظِٙ) َُِٕ اٖلرb َُُٕوَا َخمَقَ المٖ ُْ ذَِلكَ إٔلٖا بِالِحَقِّ ُٖفَصِّنُ الِآَٖاتِلِ َق ًِٕٕ َٖ ِعمَى Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak.13
ّ لَِتبِتَغُٕاَٚ الٍََّّازٔ ُوبِصِ َسََٖٛ الٖمِٗنٔ َٔ َجعَِمٍَا آَٖٛحٌَِٕا آ َ َ) َٔ َج َعِمٍَا الٖمِٗنَ َٔالٍََّّازَ آََٖتَِٗٔ فَىc َصِمٍَآُ تَفِصِٗمّا َّ ٍ فٞ٘ ِ َلطٍِنيَ َٔالِحِطَابَ َٔكُنَّ غ ِّ ضمّا وَِِ زَبِّ ُكيِ َٔلِتَ ِعمَىُٕا َعدَدَ ا ِ َف Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang,
12
Q.S Al-Baqarah (2): 189 13 Q.S Yunus (10): 5
152
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.14
ٔطبَاٌّا ذَِلكَ تَ ِقدِٖسُ اِل َعصٖٔص ِ ُصبَاحٔ َٔ َجعَنَ الٖمِٗنَ ضَ َكٍّا َٔالػَّىِظَ َٔالِقَىَسَ ح ِ ٔ) فَالِقُ الِإd ٔاِل َعمِٗي Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.15 e) Dalil dari hadits. Hadits yang digunakan sebagai dalil ru'yah oleh pengguna ru'yah juga dipakai sebagai dalil oleh pengguna hisab, hanya saja yang dipakai adalah versi sanad yang lain dengan matan yang agak berbeda dari dalil yang digunakan sebagai dalil ru'yah. Dalilnya adalah :
ُْٔإذَا زَأَِٖتُىُُٕٓ فَصُٕوُٕا َٔٔإذَا زَأَِٖتُىُُٕٓ فَأَفِ ِطسُٔا فَإُِٔ ُغيّ َعَمِٗ ُكيِ فَاقِ ُدزُٔا َل Artinya: Rasulullah bersabda, “Jika kalian melihat Hilal, maka shaumlah kalian. Dan jika kalian melihat Hilal (Syawwal), maka berbukalah kalian. Jika awan menyelimuti kalian, maka hendaklah kalian menghitungnya!” (H.RBukhari dan Muslim) f)
Beberapa ulama menyatakan bolehnya memakai hisab antara lain : Ibnu Qutaibah, Abul Abbas Ahmad bin Amr bin Suraij asy-Syafi'i, Ibnu Hazm, Ibnu Daqiq al-'Iid, Taqiyuddin al- Subki, Muhammad Rasyid Ridha, Asy-Syarwani, Asy-Syarqawi, Al-`Abbadi, Al-Qalyubi, ArRamli, Ahmad Muhammad Syakir, Syaraf al-Qudah, Yusuf AlQaradhawi, Musthafa Ahmad Az-Zarqa, dan lain-lain16. Ulama-ulama Indonesia juga cukup banyak yang menyatakan bolehnya menggunakan hisab, beberapa di antara mereka adalah Ahmad Dahlan dan A. Hassan rahimahumallah dsb).
E. Menuju Penyatuan Kalender Hijriyah Bagaimana cara supaya umat Islam dapat memiliki kalender Hijriyah yang sama, terutama supaya umat Islam memiliki hari Idul Fithri dan Idul Adhha yang sama? Caranya adalah dengan membuat kesepakatan bersama dalam 14
Q.S Al-Isara‟(17): 12 Q.S Al-Anám (6): 96 16 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT Ihktiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Juz II, Tahun 2000, Hal 117-119 15
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
153
menggunakan suatu metode penentuan Hilal. Siapa yang membuat kesepakatan? Menurut penulis mereka adalah perwakilan para ulama, ahli hisab, dan pemimpin kaum Muslimin dari berbagai negeri, tentu tidak mudah karena mereka semua harus bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan, harus rela membuang egoisme masing-masing, dan harus mengutamakan persatuan dan persaudaraan umat Islam. Jika ada khilafiah Islamiyah, tentu saja Pemerintah yang akan menjadi orang yang menentukan keputusan metode penentuan Hilal apa yang akan dipakai, sebelum memutuskan hal itu mempertimbangkan dan mempelajari berbagai metode penentuan Hilal serta dapat mengajak musyawarah/minta pendapat dengan para ulama dan ahli hisab. Metode apakah yang dipilih, ru'yah atau hisab? Jika memilih ru'yah murni, maka satu-satunya cara untuk menuju hal itu adalah dengan memilih pendapat satu ru'yah untuk semua negeri, karena jika bukan pendapat itu yang dipilih, maka akan sangat mungkin terjadi dua tanggal Hijriyah yang berbeda (atau bahkan lebih dari dua) pada satu hari yang sama, misalnya sebagian negeri hari Jum`at adalah tanggal 1 Ramadhan karena melihat Hilal, sedangkan sebagian negeri yang lain hari Jum`at masih tanggal 30 Sya`ban karena tidak melihat Hilal. Kelemahan metode ru'yah murni ini adalah akan terjadi kesulitan yang sangat (jika tidak mau dikatakan sebagai hal yang mustahil) dalam pembuatan suatu kalender Hijriyah tahunan. Bayangkan saja, awal bulan Qamariyah selanjutnya tidak dapat dipastikan kecuali setelah tanggal 29 bulan Qamariyah, melihat ru'yah pada saat matahari terbenam, jika Hilal terlihat, maka keesokan harinya adalah tanggal 1 bulan baru Qamariyah, sedangkan jika Hilal tidak terlihat, maka keesokan harinya adalah hari terakhir bulan tersebut (tanggal 30). Bagaimana jika memilih suatu metode hisab murni yang disepakati bersama, misalnya kriteria ijtima` qabla ghurub wujudul Hilal? Menggunakan suatu metode hisab murni tersebut adalah sangat mungkin diterapkan dalam pembuatan kalender Hijriyah tahunan, termasuk dalam penentuan awal Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah, dan jika ini dapat terjadi maka umat Islam sama sekali tidak akan pusing lagi ketika ketiga bulan tersebut akan tiba karena tanggal yang ada pada kalender tersebut adalah pasti, kecuali jika ada perubahan hasil hisab dalam kasus tertentu. Kelemahan metode hisab murni ini adalah akan terjadi kesulitan yang sangat ketika proses musyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan, karena masih banyak orang, khususnya para ulama yang berpendapat bahwa metode terbaik dalam penentuan Hilal terutama pada bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah adalah metode ru'yah, ada juga sebagian ulama yang sangat
154
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
menolak keras penggunaan hisab bahkan hingga mengganggap hisab adalah bid`ah. Cara terakhir untuk mewujudkan penyatuan kalender Hijriyah adalah dengan memadukan metode ru'yah dengan metode hisab. Pada faktanya, ternyata sudah banyak negeri yang memakai perpaduan metode ru'yah dengan metode hisab, termasuk pemerintah Indonesia (metode satu ru'yah untuk masing-masing negeri dengan metode hisab imkanur ru'yah), pemerintah Arab Saudi (metode satu ru'yah untuk semua negeri menghadapi bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah; dengan metode hisab ijtima` qabla ghurub wujudul Hilal untuk selain tiga bulan tersebut), dan lain-lain. Hanya saja belum ada kesepakatan kriteria perpaduan metode ru'yah dan metode hisab yang akan dipakai bersama-sama di berbagai negeri karena memang belum ada musyawarah antar wakil negeri-negeri tentang hal tersebut yang berhasil (mencapai kesepakatan). Menurut penulis kriteria yang ideal dalam perpaduan metode ru'yah dengan metode hisab adalah : 1. Menggunakan pendapat satu ru'yah untuk semua negeri 2. Menggunakan satu kriteria hisab yang disepakati, yaitu menggunakan : a. Ijtima` : Dengan menggunakan metode hisab ijtima`, misalnya ijtima` sebelum jam 12 Waktu universal atau kriteria perpaduan qabla ghurub + wujudul Hilal, maka umat Islam dapat mempunyai satu kalender Hijriyah yang berlaku untuk seluruh kaum Muslimin di dunia. Atau b. Imkanur ru'yah : Dengan menggunakan perpaduan hal ini, maka ini bisa menjadi bukti bahwa sebenarnya hisab dan ru'yah tidak bertentangan, malah sebaliknya hisab bisa menjadi pendukung ru'yah. Dengan imkanur ru'yah, bisa ditentukan apakah Hilal kemungkinan besar akan terlihat atau tidak. Jika hasil hisab kriteria imkanur ru'yah tertentu menyatakan ru'yah dapat terlihat di suatu tempat, maka hanya perlu pembuktian dengan ru'yah. Jika hasil hisabnya menyatakan bahwa Hilal kemungkinan tidak akan terlihat, maka itu juga dapat dibuktikan dengan ru'yah. Pembuktian ini bisa dilakukan pada semua bulan jika diinginkan, termasuk pada bulan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah. Dan jika pada suatu waktu terdapat kasus hasil ru'yah berbeda dengan hasil imkanur ru'yah, maka jika hasil ru'yah itu terbukti benar, hasil hisab imkanur ru'yah harus diubah disesuaikan dengan hasil ru'yah itu, sedangkan jika ada laporan ru'yah tapi tidak terbukti kebenarannya serta mustahil menurut kesepakatan ilmu hisab, maka hasil ru'yah itu dapat ditolak. Oleh karena itu, dengan tidak meninggalkan ilmu hisab dalam penentuan bulan Qamariyah pada kalender Hijriyah, termasuk penentuan Hilal
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
155
Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah, maka Insya Allah persatuan umat Islam di dunia dalam masalah tanggal atau kalender Hijriyah dapat tercapai. Tidak akan ada lagi perbedaan waktu shaum, Idul Fitri dan Idul Adha di seluruh dunia. Alangkah indahnya jika hal tersebut bisa terwujud. Jika orang nonmuslim saja dapat merayakan suatu hari besar mereka pada satu hari yang sama, kita sebagai Muslim lebih berhak untuk bisa bersatu dalam shaum (Ramadhan), Idul Fitri (Syawwal), dan Idul Adha (Dzulhijjah).
F. Opini Penulis tentang Penentuan Hilal di Indonesia Beberapa hal yang biasa dilakukan DEPAG/Pemerintah dalam penentuan Hilal. 1. Cara yang dipakai oleh Pemerintah/Depag RI adalah metode ru'yah satu ru'yah untuk masing-masing negeri ditambah metode hisab imkanur ru'yah. 2. Biasanya menugaskan beberapa orang Depag untuk melakukan ru'yah Hilal di beberapa tempat di wilayah Indonesia. 3. Jika mayoritas orang Depag yang ditugaskan tersebut menyatakan tidak melihat Hilal pada sidang itsbat, maka pendapat itu yang biasanya dipakai. 4. Biasanya akan melakukan rapat dengan ormas Islam sebelum penentuan awal bulan Ramadhan/Syawwal (sidang itsbat), tetapi pendapat yang dipilih biasanya pendapat yang sudah dipilih oleh Pemerintah/Departemen Agama. 5. Sekalipun cukup banyak Muslim non-Depag atau ormas yang melihat ru'yah dan sudah melaporkannya kepada pemerintah, jika pemerintah/Depag RI sudah memutuskan untuk ikmal maka pasti akan digenapkan (tidak memakai hasil ru'yah orang/pihak lain). 6. Biasanya waktu awal Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah di Indonesia adalah waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan kalender yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia. Dan biasanya pula, lama bulan Ramadhan adalah 30 hari. Jarang terjadi tanggal Idul Fitri atau Idul Adh-ha yang sudah ada pada kalender pemerintah yang diubah oleh pemerintah. Menurut penulis, mereka lebih condong dengan metode hisab imkanur ru`yah daripada metode ru'yah, sehingga mereka belum maksimal dalam memadukan metode hisab dengan metode ru'yah. Ru'yah hanya seperti suatu formalitas saja yang diperbincangkan pada setiap sidang itsbat. Apakah semua tempat strategis dalam melihat Hilal di Indonesia akan terjangkau oleh orang Depag, lebih banyak mana antara orang Depag yang diperintahkan melihat Hilal dengan umat Islam Indonesia yang juga berpotensi untuk dapat melihat Hilal? Tentu saja jika banyak umat Islam Indonesia yang paham masalah ru'yah dan menyempatkan waktu mereka
156
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
untuk ru'yah Hilal, maka mereka lebih banyak dan lebih berpotentsi daripada orang yang ditugaskan untuk melihat ru'yah. Peristiwa langka ini pernah terjadi pada tanggal Idul Fithri 1430 H, yaitu pada kalender Idul Fithri 1 Syawwal 1430 H jatuh pada tanggal 21 September 2009, tapi hal itu diubah oleh pemerintah saat akhir bulan Ramadhan 1430 H menjadi tanggal 20 September 2009. 7. Cukup sering hasil penentuan Hilal (terutama Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah) pemerintah/Depag RI berbeda dengan banyak hasil penentuan Hilal negeri Muslim lainnya di dunia. 8. Beberapa tahun yang lalu (1428 H) Depag sudah memanggil ahli ru'yah dan ahli hisab dari berbagai ORMAS untuk saling berdiskusi. Semoga mereka dapat berdiskusi dengan baik, saling menerima kebenaran, mau mengakui kekeliruan jika memang terjadi kekeliruan, membuang egoisme dan mengutamakan ukhuwah Islamiyah serta bertujuan untuk mendapat hasil yang terbaik untuk umat Muslim ini. Jika ternyata diskusi tahun lalu tersebut masih belum mendapat kesepakatan, maka harus terus sering diadakan diskusi pada waktu selanjutnya hingga pada akhirnya mendapatkan suatu kesepakatan bersama. G. Penutup Dalam bagian akhir dari tulisan ini, penulis akan memberikan suatu kesimpulan dari apa yang sudah dibahas pada tulisan ini : 1. Terdapat tiga cara dalam penentuan Hilal bulan Hijriyah, yaitu ru'yah, ikmal dan hisab. 2. Terdapat perbedaan pendapat dalam penentuan ru'yah Hilal dari sisi penerapan mathla`, yaitu : a. satu ru'yah untuk semua negeri b. satu ru'yah untuk satu negeri dan negeri yang berdekatan c. setiap negeri memiliki ru'yah masing-masing. 3. Ilmu hisab adalah termasuk cara yang boleh dan baik dipakai untuk penentuan Hilal, dan hal ini sebenarnya tidak bertentangan dengan ru'yah. 4. Terdapat perbedaan pendapat tentang kriteria yang tepat untuk pergantian bulan Qamariyah dalam ilmu hisab astronomi/falak hakiki, yaitu : a. Ijtima` b. Wujudul Hilal c. Imkanur ru'yah Di antara dalil yang mendukung argumen pendapat penentuan Idul Adha (otomatis penentuan bulan Dzulhijjah) mengikuti penguasa Makkah (pada saat ini pemerintah Arab Saudi) adalah : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu `Alahi Wasallam telah melarang shaum pada Hari Arafah, di
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
157
Arafah (HR. Abu Dawud dll)” yang berarti disunnahkan untuk shaum pada Hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) bagi mereka yang bukan jamaah haji. Hari Arafah adalah hari ketika jamaah haji wukuf di Padang Arafah sehingga hari Arafah itu hanya satu. Penulis menyebutkan sebagian karena pada faktanya tidak semua kelompok salafi berpendapat seperti itu, sebagian lagi tetap berpendapat bahwa shaum Arafah dan Idul Adh-ha tetap mengikuti keputusan pemerintah. 5. Jika setiap pemimpin negeri Muslim, wakil ulama dan ahli hisab dari berbagai negeri berkumpul untuk membicarakan masalah ini, lalu memilih pendapat satu ru'yah untuk semua negeri dengan pertimbangan kesatuan umat Islam di seluruh dunia, lalu ditambah dengan dipakainya ilmu hisab yang dibantu dengan teknologi dan alat astronomi yang canggih pada zaman ini, Insya Allah, tidak akan ada istilah lagi umat Islam merayakan hari raya yang sama (Idul Fitri dan Idul Adha) dengan hari/tanggal yang berbeda. 6. Perbedaan pendapat dalam hal yang diperbolehkan, bukan menyangkut masalah aqidah, iman, dan sebagainya. Tetapi jika tidak ada suatu upaya untuk menyatukan pendapat yang berbeda untuk kemaslahatan umat Islam, maka perbedaan tersebut akan terus bisa saja menjadi suatu perpecahan. 7. Jika sampai saat ini perbedaan tentang penentuan Hilal masih saja terjadi di berbagai belahan dunia, maka sikap kita adalah silakan pilih dan terapkan pendapat yang menurut kita paling kuat dengan tetap menghormati orangorang yang memilih dan menerapkan pendapat yang berbeda, karena selama masih dalam perbedaan pendapat yang dibolehkan (apalagi pendapat-pendapat tersebut sama-sama memiliki dalil yang shahih dan kuat), maka perbedaan seperti itu seharusnya dapat dimaklumi, dan walaupun berbeda pendapat dalam hal itu, kita sama-sama tetap menjaga persatuan ukhuwah Islamiyah kita. Tentu bagus dan wajar jika kita masih mengharapkan suatu saat nanti akan terjadi kesepakatan satu pendapat tentang penentuan Hilal dengan cara menghasilkan kalender Hijriah. Senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala serta berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan kita.
158
Tgk. Sulfanwandi, MA Hisab dan Rukyah Dalam Penyatuan Kalender Islam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Al-Juzairi, Al-Fiqh Ala Mazahib Al-Arba’ah, Dar al-Hadits Al-Qahirah, Juz I, Hal 453-489 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Dar al Fikr Beirut Juz II, Hal 280, Departemen Agama, KL, Al Manak Hisab Dan Rukyah, Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama RI, Hal 34 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT Ihktiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Juz II, Tahun 2000, Hal 117-119 Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mijtahid, Syirkah al-Nur Asia, Juz I, Hal 206 Muslim, Shahih Muslim, Dar al Fikr Beirut Juz I, Hal 481 Muhyiddin Khzin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktek, Buana Pustaka, tt, Hal 173 M Yusuf Harun, Limit Falak Dan Peranannya Dalam Islam, Menara Kudus, tt, Hal 6 Mahmud Ismail, Atsar al-Khilaf al-Fiqh, Dar al-Salam, tt, Hal 201 Muhammad Ali Ashabuni, Min Kunuzi as-Sunnah, Alam al-Kutub Mu‟ammal Hamidy, dkk, Terjemahan Nail al-Authar, Juz III, Hal 1230 Muhammad Ismail al-Amir Yamani al-Shan A‟ni, Subulus Salam, Juz II, Hal 160 Muhammad Syatha, I’anah al-Thalibin, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz II, Hal 221-257 Saed Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Dar al-Fath Li al-I‟lam al-Arabi, tt, Juz I Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Dar al-fikr al-Ma‟ashir, tt, Juz. III, Hal 1651