Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
MODUL
HIDROSEFALUS KOMPLEKS 1. Definisi Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural.
2. Waktu Pendidikan
TAHAP I TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
S8
TAHAP III S9 S10 S11
Program Magister Neurologi Tesis Program Profesi Bedah Saraf Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar PROGRAM KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi) GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI Kranial KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII Spinal INFEKSI ICD 10 - Bab I Kranium Supratentorial NEOPLASMA ICD 10 - Bab II
Infratentorial Spinal Saraf Tepi
TRAUMA ICD 10 - Bab XIX
Kranial Spinal Saraf Tepi
DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX
Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal
FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI
1
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1 Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 5 semester, yaitu dari semester pertama sampai dengan semester kelima, peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di ahir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen sudah harus mengenal kelainan kongenital hidrosefalus kompleks. 2 Tahap Magang (tahap II) : a. Lama pendidikan 4 semester, yaitu dari semester kelima sampai dengan semester keenam. Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di ahir masa pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II. Residen sudah harus mampu menangani 3 (tiga) kasus operatif kelainan kongenital hidrosefalus kompleks. 3 Tahap Mandiri (tahap III) : a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu dari semester ketujuh sampai dengan semester kesebelas. Peserta didik menyelesaikan pendidikan sampai kompetensi bedah saraf dasar. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di ahir masa pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III. Residen sudah harus mampu menangani 5 (lima) kasus operatif kelainan kongenital hidrosefalus kompleks. Kompetensi bedah saraf dasar : 1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri, dengan tetap dalam pengawasan konsulen) 2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target ahir pendidikan adalah terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks Kesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan motoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih, termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD. JENIS PENYAKIT
ICD 10
TAHA PI
TAHAP II
IK 1
TAHAP III
IK 2
IK IK 3 4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P
Kongenital Kranial
Bab XVII
Mikrosefal ( Kraniostenosis )
Q 75.0
Hidrocephalus
Q03.9
Simpel
.
.
.
.
.
.
.
.
.
2 3
1
3
2
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
ICD 10
JENIS PENYAKIT Kompleks / malfungsi pirau Kista Arahnoid
TAHA PI
TAHAP II
IK 1
TAHAP III
IK 2
IK IK 3 4
3
5
2
2
Q 07.6
2
1
Meningokel Anterior
Q 01.1
3
3
Meningokel Posterior
Q 01.2.
Deformitas kranium
Q 75.8
1
Dandy Walker Malformaion
Q 03.1
1
Spinal Spinal Disrafisme
Q 05
Deformitas Atlanto-oksipital
3
2
2
1
Q 67.5
Sind. Arnold-Chiary / Siringomieli
1
Q07.0/Q87.2
KETERANGAN Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6)
Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3) Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester
G : Magang
M : Mandiri
K : Kognitif
: A : Afektif
P : Psikhomotor
3. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan sub-modul hidrosefalus kompleks, peserta didik diharapkan mampu mengenali hidrosefalus kompleks, mampu mengobati hidrosefalus kompleks yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut hidrosefalus kompleks.
4. Tujuan Khusus 1.
Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan embriogenesis hidrosefalus kompleks. 2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. 3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. 4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis hidrosefalus kompleks. 5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena hidrosefalus kompleks. 6. Mampu menentukan lokasi hidrosefalus simpel/kompleks. 7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. 8. Mampu mengetahui diagnosa banding hidrosefalus kompleks. 9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. 10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa hidrosefalus kompleks. 11. Mampu melakukan tindakan operasi hidrosefalus kompleks.
3
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
12. Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada hidrosefalus kompleks. 13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus hidrosefalus kompleks. 14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan 15. Mampu memberi informed consent
5. Strategi Pembelajaran a Pengajaran dan kuliah pengantar
50 Menit
b Tinjauan Pustaka Presentasi ilmu dasar : 1 kali
1 kali, telaah kepustakan
b Diskusi Kelompok
2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut diagnosa, operasi, penyulit
d Bed side teaching
6 x ronde
e Bimbingan Operasi Operasi magang
minimal 3 kasus untuk selanjutnya melakukan instruksi / evaluasi operasi sampai dinyatakan lulus
Operasi mandiri
minimal 3 kasus sebelum dapat maju ke ujian kompetensi ahir tingkat nasional
6. Persiapan Sesi 1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup: a. Insidensi, patogenesis, dan embriogenesis hidrosefalus kompleks. b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. d. Pengobatan berbagai jenis hidrosefalus kompleks e. Perubahan neurofisiologi karena hidrosefalus kompleks. f. Lokasi hidrosefalus kompleks. g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. h. Diagnosa banding hidrosefalus kompleks. i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. j. Pengobatan medikamentosa hidrosefalus kompleks.
4
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
k. Tindakan operasi hidrosefalus kompleks. l. Tindakan pertolongan pertama pada hidrosefalus kompleks. m. Penyulit tindakan bedah pada kasus hidrosefalus kompleks. n. Tindak lanjut yang diperlukan 2. Audio visual 3. Lampu baca x ray
7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
8. Kompetensi Jenis Kompetensi
Tingkat Kompetensi K
a. Mampu menerangkan fisiologi dan dinamika cairan otak b.
Mampu menerangkan patofisiologi dan etiologi hidrosefalus kompleks
P
A
6
P E N G A Y A A N
6
Mengetahui dasar - dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan c. tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks.
6
d.
Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks.
6
2
3
e.
Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (ventrikulografi ) dalam menegakkan hidrosefalus kompleks.
6
2
3
f. Mampu menegakkan diagnosis hidrosefalus kompleks.
6
2
3
g. Mampu mengetahui diagnosa banding hidrosefalus kompleks
6
2
3
h. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa hidrosefalus
6
2
3
5
M A G A N G
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
kompleks. i.
Mampu melakukan tindakan VP shunt
6
5
5
j.
Dapat melakukan revisi VP shunt
6
5
5
6
5
5
k. Mampu memberi informed consent
9. Gambaran Umum Insidens hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000 kelahiran. Hidrosefalus terjadi pada tiga per 100 anak yang lahir dari orangtua yang memiliki anak mielomeningosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyakan kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik). Kekecualian hanya pada hidrosefalus herediter yang sex linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal. Jenis hidrosefalus ini merupakan kurang dari tiga persen dari hidrosefalus kongenital. Bila anak pertama diperkirakan memiliki hidrosefalus primer, diperlukan konseling genetika. Bila anak kedua dipastikan laki-laki dari amniosentesis, aborsi harus dipikirkan. Gejala klinik ini biasanya tampak pada hidrosefalus progresif cepat. Mereka dapat terjadi bersamaan atau bergantian. hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrosefalus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampak hingga pasien mulai berjalan, dimana keadaan ini dibuktikan dengan langkah berdasar-lebar, paraparesis, hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.
10. Contoh Kasus Contoh kasus dibuat sesuai dengan jenis penyakit pada submodul.
11. Tujuan Pembelajaran Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan mengobati hidrosefalus kompleks.
12. Metoda Metoda Pembelajaran 1. Tinjauan Pustaka 2. Diskusi Kelompok
6
M A N D I R I
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
3. Bed side teaching 4. Tindakan Operasi Mandiri a. Peserta didik harus erlebih dahulu melakukan asistensi operasi (magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri. b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh asisten terhadap pasien secara mandiri. c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik, selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapan yang ditetapkan daam daftar tilik.
Metoda Diagnostik 1. Pemeriksaan klinis neurologik 2. Alat bantu diagnostik a. Pemeriksaan X ray, b. EMG / EEG c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI 3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak sematamata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. Rangkuman Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Insidens hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000 kelahiran. Hidrosefalus terjadi pada tiga per 100 anak yang lahir dari orangtua yang memiliki anak mielomeningosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyakan kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik). Jenis hidrosefalus ini merupakan kurang dari tiga persen dari hidrosefalus kongenital. Gejala klinik ini biasanya tampak pada hidrosefalus progresif cepat. Mereka dapat terjadi bersamaan atau bergantian. Hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada sutura, fontanel, scalp dan gerak bola mata. Pada hidrosefalus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampak.
14. Evaluasi Organisasi Evaluasi 1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf 2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf 3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb
7
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada ahir setiap semester b. Kemampuan menegakkan diagnosa c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap akan dilakukan tindakan / operasi. 4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini, dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama ketentuan yang berlaku.
Tahap Evaluasi 1. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan. 2. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul 3. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
Metode dan Materi Evaluasi 1. 2. 3. 4.
Ujian Tulis dan Lisan Kemampuan menegakkan diagnosa di poliklinik maupun ruang rawat Penilaian kemampuan melakukan tindakan Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh
Hasil Penilaian IPDS 1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada setiap sub modul ( pengayaan, magang, mandiri ) 3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di Bagian/Departemen Badah Saraf.
15. Instrumen Penilaian Instrumen penilaian dari setiap kegiatan berupa evaluasi yang dilakukan pada setiap tahap pendidikan, intrumen yang dipakai adalah : 1 Kemampuan Inform Concent
Instruksi & Bimbingan
2 Penilaian Ilmiah a. Teori & Penyakit
Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit
Diskusi dan Ujian
3 Penilaian Kecakapan
Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi
8
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
4 Penilaian Rehabilitasi
16. Penuntun Belajar 1. Kisi-kisi materi dan buku referensi 2. Kisi-kisi materi hidrosefalus kompleks: a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis hidrosefalus kompleks. b. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. c. Pengobatan berbagai jenis hidrosefalus simpel/kompleks. d. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa hidrosefalus kompleks. e. Diagnosa banding hidrosefalus kompleks. f. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan hidrosefalus kompleks. g. Pengobatan medikamentosa hidrosefalus kompleks. h. Tindakan operasi hidrosefalus kompleks. i. Penyulit tindakan bedah pada kasus hidrosefalus kompleks. j. Tindak lanjut yang diperlukan k. informed consent
17. Daftar Tilik RINCIAN DAFTAR TILIK
ADA TA TL L
Menentukan Indikasi Bedah Saraf(Poliklinik) 1
Uraian tentang keluhan / gejala utama
2
Cara datang (sendiri / rujukan)
3
Kelengkapan riwayat penyakit
4
Catatan ukuran panjang badan, berat badan, lingkaran kepala, ubun-ubun besar
5
Deskripsi keadaan kulit
6
Deskripsi fungsi dan jenis pompa
7
Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai
8
Pemeriksaan penunjang
9
Hasil konsultasi persiapan operasi
10 Catatan status gizi
9
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
11 Obat-obatan yang masih diberikan 12 Inform concern 13 Surat pengantar rawat inap Admission 1
Kelengkapan administrasi
2
Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik
3
Buat status Medical Record
4
Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik
5
Buat rencana perawatan
Persiapan Operasi 1
Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2
Persiapan pompa
3
Konsul toleransi operasi
4
Buat daftar operasi
Pra-Bedah 1
Konsul anestesi
2
Asisten lapor pada operator
3
Persiapan menjelang operasi
Kamar Operasi 1
Dokumen yang disertakan bersama pasien
2
Keadaan pasien
3
Persiapan pasien
4
Dilakukan narkose umum
5
Dipasang kateter
6
Posisi pasien diatur sesuai standar
7
Dipasang blanket pemanas
8
Persiapan daerah operasi
9
Persiapan pompa
10 Tindakan operasi hidrosefalus 11 Jumlah perdarahan tercatat
10
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
12 Jumlah urine tercatat 13 Jumlah kassa yang dipakai tercatat 14 Jumlah dan jenis instrumen sesuai prosedur 15 Keadaan pasien pasca bedah dievaluasi Pasca Bedah 1
Dokumentasi
2
Catatan perawatan
Pemulangan 1
Catatan keadaan pasien
2
Inform concernt pada yang merawat
3
Jadwal concent pada yang merawat
4
Jadwal kontrol dan konsultasi pada dokter spesialis anak
5
Kelengkapan status dan diagnosa
6
Catatan administrasi & keuangan
18. Materi Baku Materi baku kelainan kongenital susunan saraf disusun berdasarkan tujuan pendidikan. Secara rinci disusun pada tujuan khusus. Materi dirinci menjadi berbagai jenis penyakit pada submodul yang disesuaikan dengan kompetensi mandri yang harus dicapai ( matriks hijau ) Sebagai gambaran umum berbagai penyakit yang harus dikuasai sebagai berikut : Hidrosefalus Kompleks Definisi Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistema ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Berdasarkan ada tidaknya malformasi lain yang menyertai, hidrosefalus digolongkan menjadi dua, yaitu hidrosefalus simpel dan hidrosefalus komplek. Pada hidrosefalus komplek, kelainan yang terjadi disertai dengan bentuk malformasi lainnya, sehingga memiliki prognosisnya ditentukan pula oleh jenis dan derajat anomali yang menyertai. Anomali yang menyertai hidrosefalus diantaranya porensefali, agenesis korpus kalosum, displasia lobar,
11
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
hidranensefali, displasia tentorial, malformasi Chiari, sista Dandy-Walker, holoprosensefali, sista arakhnoid, dan aneurisma vena Galen. Dikenal jenis hidrosefalus: Hidrosefalus yang penyebabnya berkaitan dengan jalannya cairan otak : o
Hidrosefalus obstruktif: penyebabnya adalah hambatan gangguan pada aliran cairan otak antar kamar otak atau dari kamar otak ke ruang subarachnoidal
o Hidrosefalus komunikans : tidak ada hambatan jalan likuor Hidrosefalus yang penyebabnya berkaitan dengan tekanan intrakranial : o
Arrested hidrosefalus: hidrosefalus tidak menunjukkan penambahan tekanan intrakranial ataupun tidak merubah besaran kepala. Normotensif hidrosefalus : hidrosefalus yang tidak memberi gejala peninggian tekanan intrakranial dan pada pengukuran sewaktu didapatkan tekanan intrakranial normal.
Epidemiologi Insidens hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000 kelahiran. Hidrosefalus terjadi pada tiga per 100 anak yang lahir dari orangtua yang memiliki anak mielomeningosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyakan kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik). Kekecualian hanya pada hidrosefalus herediter yang sex linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal. Jenis hidrosefalus ini merupakan kurang dari tiga persen dari hidrosefalus kongenital. Bila anak pertama diperkirakan memiliki hidrosefalus primer, diperlukan konseling genetika. Bila anak kedua dipastikan laki-laki dari amniosentesis, aborsi harus dipikirkan. Etiologi Hidrosefalus mungkin disebabkan oleh satu dari tiga faktor: (1) produksi CSS yang berlebihan, (2) obstruksi jalur CSS, dan (3) gangguan absorpsi CSS. Hidrosefalus sekunder sering disebabkan oleh kelainan berikut: (1) hematoma subdural, (2) tumor intraventrikuler, (3) tumor para sellar, (4) tumor fossa posterior, (5) cedera kranioserebral, (6) infeksi leptomeningeal, (7) perdarahan subarakhnoid, (8) karsino matosis atau sarkomatosis mening, dan (9) toksoplasmosis. Manifestasi Klinis Gejala klinik ini biasanya tampak pada hidrosefalus progresif cepat. Mereka dapat terjadi bersamaan atau bergantian. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau ringan, hanya perubahan ringan pada sutura, fontanel, scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrosefalus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tampil hingga pasien mulai berjalan, dimana keadaan ini dibuktikan dengan langkah berdasar-lebar, para paresis, hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.
12
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Pemeriksaan Penunjang Prosedur spesifik yang perlu diperhatikan pada hidrosefalus adalah : Pemeriksaan Fisik : o Transiluminasi o Lingkar kepala, venektasi, ukuran dan kondisi fontanela, Macewen's sign, setting-sun eye Neuroimejing : o USG kepala, o Plain x-ray kepala & Ventrikulografi, o CT Scan kepala Tatalaksana Tatalaksana hidrosefalus internal:(1) menurunkan produksi CSS, (2) memintas obstruksi CSS di dalam ventrikel dan (3) mengalirkan CSS dari sistema ventrikulosubarakhnoid ke ruang tubuh lain, dimana CSS dapat diabsorpsi. Berbagai jenis shunt digunakan, dua yang paling sering yaitu, ventrikulovenosa dan ventrikuloperitoneal. Operasi pintas harus dilakukan dalam tiga bulan sejak lahir. Kandidat yang terbaik untuk operrasi pintas adalah hidrosefalus simpel, dimana tidak berhubungan dengan defek anatomis dan tidak ditemukan kerusakan otak.
19. Algoritme
13
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
20. Kepustakan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
21. Presentasi Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk power point sesuai dengan materi modul hidrosefalus simpel dan kompleks.
22. Model Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.
14