ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP JANGKA WAKTU PENYELESAIAN AUDIT (Kajian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009)
Hesti Candra Sari Surya Rahardja
ABSTRACT The purpose of this research is to examine the impact of firm size, debt to equity ratio, profitability, Public Accountant size, auditor opinion, multinational company and number of years company has been a client of public accountant firms toward audit delay in manufacture company that listed on Indonesia Stocks Exchange. Sampling method that used is purposive sampling and the result are 39 firms as sample. This research is done for 2008-2009 period. Data that used in this research is financial statements from each company, publized through website www.idx.co.id. The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. Software SPSS version 17 for windows is used to test in this research. The
result
of
this
research
shows
that
independent
variables
simultaneously influenced 21 percent of dependent variable. Partially, debt to equity ratio and multinational company have positive significant toward audit delay. Whereas, auditor opinion have negative influence. The other variables such as firm size, profitability, Public Accountant size, and number of years company has been a client of public accountant firms do not affecting audit delay.
Keyword : audit delay, debt to equity ratio, client of public accountant firms, profitability, Public Accountant size. 1
2
PENDAHULUAN
Akuntansi sering dianggap sebagai bahasa bisnis karena menghasilkan laporan peristiwa ekonomi dari suatu entitas. Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi akan membantu semua pengguna untuk mengetahui kondisi keuangan suatu entitas serta membantu dalam membuat keputusan ekonomi (Haron et al., 2006). Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti pihak manajemen, pemegang saham, investor, pemerintah, dan kreditor. Namun demikian, di pasar modal pengguna utama dari laporan keuangan adalah investor. Salah satu cara bagi investor untuk memantau kinerja perusahaanperusahaan go public adalah melalui laporan keuangan yang dipublikasikan. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan (Rachmawati, 2008). Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan laporan keuangan harus diaudit karena laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham dan juga bagi pengambilan keputusan. Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi keuangan. Sedangkan tugas auditor adalah menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor harus memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tersebut (Mulyadi, 2002a). Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara lebih professional sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Prosedur ini mengatur hal-hal seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman
3
yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan (IAI, 2001). Namun demikian, pemenuhan standar audit tidaklah mudah. Pemenuhan standar ini berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit. Selain itu, berdampak pula pada kualitas hasil laporan keuangan auditan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan auditan. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM tergantung dari lamanya auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat pekerjaan audit selesai dilakukan, maka semakin cepat pula informasi dipublikasikan. Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya rumor-rumor maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut. Menurut Abdulla (dalam Wirakusuma, 2004) semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya insider trading di bursa saham. Pihak regulator mencegah terjadinya insider trading dengan cara menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menjaga relevansi dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis sehingga menggairahkan aktivitas bisnis investasi suatu negara.
4
TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signaling Theory Manajer melakukan publikasi laporan keuangan untuk memberikan informasi kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya harga saham perusahaan. Jika sinyal manajemen mengindikasikan good news bagi investor, maka dapat meningkatkan harga saham. Namun sebaliknya, jika sinyal manajemen mengindikasikan bad news bagi investor, dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Investor dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi, jika informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga terjadi asimetris informasi dimana manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (stakeholder). Dalam rangka meminimalisir terjadinya information asymmetry berdasar signaling theory, pihak manajemen wajib membuat struktur pengendalian internal yang mampu menjaga harta perusahaan dan menjamin penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan dari investor. Semakin panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan berakibat pada penurunan harga saham perusahaan.
2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang
5
diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No.1, par.10). Kualitas komunikasi yang dicapai tergantung pada kualitas laporan keuangan. Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2009) No.1 adalah: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan. 3. Andal Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membenadingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Batas waktu terbitnya laporan keuangan perusahaan di Indonesia diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Sebagaimana diatur dalam
6
Undang-Undang No. 8 tahun 1995 dan Peraturan BAPEPAM Nomor: X.K.2 Keputusan Ketua BAPEPAM No.80/PM/1996 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yaitu setiap perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal berakhirnya tahun buku. Dalam rangka memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada investor mengenai kondisi keuangan emiten atau perusahan publik serta dalam rangka mengikuti perkembangan pasar modal global, pada tanggal 30 September 2003 BAPEPAM mengeluarkan Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, laporan keuangan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
2.1.3 Audit dan Standar Auditing Terdapat banyak pengertian tentang auditing, diantaranya menurut Arrens et al. (2006) auditing adalah sebagai berikut : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by competent, independent person.” Berdasar definisi di atas, dapat disimpulkan tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu (1) seorang auditor harus independen, (2) auditor harus bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung pendapatnya, dan (3) hasil pekerjaan auditor adalah laporan. Audit pada umumnya dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu Audit laporan keuangan (Financial Statement Audit), Audit kepatuhan (Compliance Audit), Audit operasional (Operational Audit). Sedangkan, standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan
7
Akuntan Indonesia adalah standar umum, standar pekerjaan lapangan, Standar pelaporan.
2.1.4 Audit Delay Dyer dan Mchugh dalam Respati (2004) menyatakan bahwa “Auditor’s report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditors report”. Sedangkan menurut pendapat dari Ahmad dan Kamarudin (2003) “Audit delay is the length of time from a company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Untuk melihat ketepatan waktu biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan (lag). Dyer dan Mchugh dalam Respati (2004) menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam penelitiannya: 1. Preleminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; 2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit delay juga dikenal dengan istilah audit report lag. Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada BAPEPAM dan mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga. Tujuan dari audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
8
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel yang Diukur Variabel Dependen Audit delay (AUDLAY)
Jumlah hari antara tanggal penutupan tahun buku sampai dengan diterbitkannya laporan audit.
Rasio
Sumber Data Sekunder
Total aset yang dimiliki perusahaan pada tahun pelaporan Debt to equity ratio Prosentase total (DER) utang dan total ekuitas Profitabilitas (LR) Laba / Rugi Ukuran KAP (KAP) KAP Big Four / Non-Big Four Opini Auditor Unqualified (OPINI) opinion / selain Unqualified opinion Perusahaan Perusahaan multinasional multinasional / (MNC) nasional Lamanya Lamanya Perusahaan menjadi perusahaan Klien KAP menggunakan (KLIEN) jasa audit pada KAP yang sama *) LK = Laporan Keuangan
Rasio
Sekunder
LK*
Rasio
Sekunder
LK
Nominal Nominal
Sekunder Sekunder
LK LK
Nominal
Sekunder
LK
Nominal
Sekunder
LK
Nominal
Sekunder
LK
Variabel Independen Ukuran perusahaan (SIZE)
Indikator
Skala
Instrumen Tanggal laporan keuangan auditan
9
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteriakriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 dan termasuk kategori perusahaan manufaktur. Alasan memilih perusahaan manufaktur adalah karena perusahaan ini mendominasi perusahaan yang listing di BEI. 2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan pada tahun keuangan 2008 dan 2009. 3. Laporan keuangan berakhir 31 Desember lengkap dengan catatan atas laporan keuangan. 4. Perusahaan tersebut memiliki total aset = 3.616 miliar rupiah. Perusahaan manufaktur yang listing tahun 2008 dan 2009 memiliki rata-rata aset di atas 3.616 miliar rupiah. Alasan menggunakan perusahaan yang asetnya di atas rata-rata adalah untuk menghindari bias yang disebabkan oleh perbedaan yang ekstrim. Penelitian terdahulu yang juga menggunakan kriteria sampel total aset diatas ratarata adalah Subekti dan Widiyanti (2004) serta Supriyati dan Rolinda (2007). Tahun keuangan 2008 dan 2009 digunakan sebagai sampel dengan pertimbangan agar dapat memberikan gambaran terbaru mengenai audit delay yang dialami perusahaan publik di Indonesia saat ini. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data tersebut diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan perusahaan (annual report), laporan keuangan (financial statement) dan data perusahaan dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dan 2009. Pada tahun tersebut, jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI adalah 288 perusahaan. Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian KETERANGAN
JUMLAH
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 dan 2009
288
Perusahaan yang memiliki total aset dibawah 3.616 miliar rupiah (rata-rata total aset perusahaan manufaktur yang listing) Perusahaan yang menyajikan data tidak lengkap Jumlah sampel tahun 2008 dan 2009
(238) (11) 39
Sumber : data diolah dari ICMD 2009 dan laporan keuangan perusahaan
4.2
Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif Tabel 4.2 Hasil Uji Satistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
AUDLAY
39
33
86
69.38
15.942
SIZE
39
3671
88938
14759.67
18658.444
DER
39
-1.58
5.49
1.4715
1.35579
Valid N (listwise)
39
Sumber: data sekunder yang diolah
11
Output hasil uji statistik deskriptif menunjukkan jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel (N) adalah 39 perusahaan. Data di atas menunjukkan jangka waktu penyelesaian audit (AUDLAY) tercepat adalah 33 hari, dan penyelesaian audit terlama adalah 86 hari. Rata-rata audit delay pada perusahaan manufaktur tahun 2008 dan 2009 yang dijadikan sampel adalah 69,38 hari, maka dapat diketahui bahwa perusahaan-perusahaan sampel masih memiliki jangka waktu audit delay yang lama. Ukuran perusahaan (SIZE) dalam penelitian ini diproksikan dengan total aset. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif, nilai minimum aset yang dimiliki oleh sampel adalah sebesar Rp 3.671.000.000.000,00. Sedangkan total aset maksimum yang dimiliki oleh sampel adalah sebesar Rp 88.938.000.000.000,00. Rata-rata total aset dari perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah Rp 14.759.670.000.000,00. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan-perusahaan besar karena memiliki total aset yang tinggi. Variabel Debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Variabel ini memiliki nilai minimum -1,58 dan nilai maksimum 5,49. Rata-rata Debt to equity ratio perusahaan sampel adalah 1,4715 yang menunjukkan kemampuan yang memadai dari rata-rata perusahaan sampel untuk membayar hutangnya dengan menggunakan modal sendiri.
Tabel 4.3 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Profitabilitas LR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
35
89.7
89.7
89.7
1
4
10.3
10.3
100.0
39
100.0
100.0
Total
Sumber: data sekunder yang diolah
12
Hasil distribusi frekuensi profitabilitas menunjukkan sebanyak 35 perusahaan atau sebanyak 89.7 persen mendapatkan laba. Namun demikian, 4 perusahaan atau sebanyak 10.3 persen menderita kerugian. Meskipun pada tahun 2008-2009 terjadi beberapa krisis ekonomi dunia, namun mayoritas perusahaanperusahaan besar yang menjadi sampel pada penelitian ini tetap konsisten dan dapat menghasilkan laba. Tabel 4.4 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Ukuran Kantor Akuntan Publik KAP Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
5
12.8
12.8
12.8
1
34
87.2
87.2
100.0
Total
39
100.0
100.0
Sumber: data sekunder yang diolah Data di atas menunjukkan sebanyak 34 perusahaan atau sebanyak 87.2 persen diaudit oleh KAP Big Four. Kantor akuntan publik Big Four terdiri dari PricewaterhouseCoopers, Ernst&Young, Deloitte, dan KPMG. Sedangkan 5 perusahaan atau sebanyak 12.8 persen diaudit oleh KAP non-Big Four. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang menjadi sampel sebagian besar menggunakan jasa KAP Big Four untuk melakukan pengauditan laporan keuangannya. Tabel 4.5 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Opini Auditor OPINI Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
1
2.6
2.6
2.6
1
38
97.4
97.4
100.0
Total
39
100.0
100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
13
Berdasarkan data di atas sebanyak 38 perusahaan atau sebanyak 97.4 persen mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Sedangkan 1 perusahaan atau sebanyak 2.6 persen mendapatkan opini selain unqualified opinion, atau dalam hal ini mendapatkan opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Tabel 4.6 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Perusahaan Multinasional
MNC Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
27
69.2
69.2
69.2
1
12
30.8
30.8
100.0
Total
39
100.0
100.0
Sumber: data sekunder yang diolah Data di atas menunjukkan sebanyak 27 perusahaan atau sebanyak 69.2 persen dimiliki oleh perusahaan asing. Sedangkan 12 perusahaan atau sebanyak 30.8 persen sahamnya dimiliki oleh perusahaan Indonesia (non-asing). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan besar yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang sahamnya 50 persen atau lebih dimiliki oleh asing. Tabel 4.7 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Lama Perusahaan Menjadi Klien KAP
KLIEN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
4
10.3
10.3
10.3
1
35
89.7
89.7
100.0
Total
39
100.0
100.0
Sumber: data sekunder yang diolah
14
Hasil
distribusi
frekuensi
lama
perusahaan
menjadi
klien
KAP
menunjukkan sebanyak 35 perusahaan atau sebanyak 89.7 persen telah menjadi klien suatu KAP selama 3 tahun atau lebih. Namun demikian, 4 perusahaan atau sebanyak 10.3 persen menjadi klien suatu KAP kurang dari 3 tahun. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan sampel menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik yang sama selama periode 3 tahun atau lebih.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N
39
Normal Parameters
a,,b
Most Extreme Differences
Mean
69.3846154
Std. Deviation
9.50191374
Absolute
.076
Positive
.048
Negative
-.076
Kolmogorov-Smirnov Z
.477
Asymp. Sig. (2-tailed)
.977
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data sekunder yang diolah
15
Tabel
4.8
menunjukkan
nilai
Kolmogorov–Smirnov
yang
diperoleh adalah sebesar 0,477 dengan tingkat signifikansi 0,977. Nilai signifikansi yang diperoleh ternyata lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual telah
terdistribusi
sebelumnya
yang
dengan
normal.
menunjukkan
Hasil
bahwa
ini
model
konsisten ini
dengan
memenuhi
uji
asumsi
normalitas.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) SIZE
.932
1.073
DER
.458
2.182
LR
.660
1.514
KAP
.618
1.618
OPINI
.550
1.820
MNC
.795
1.258
KLIEN
.820
1.220
a. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah Berdasar tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai Tolerance dibawah 0,10. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam regresi.
16
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Gambar 4.1 Grafik Scatterplot
Sumber: data sekunder yang diolah Berdasar grafik Scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak. Titik-titik tersebut menyebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terjadi heterokedastisitas.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
17
Tabel 4.10 Uji Run Test Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
1.91144
Cases < Test Value
19
Cases >= Test Value
20
Total Cases
39
Number of Runs
19
Z
-.321
Asymp. Sig. (2-tailed)
.749
a. Median
Sumber: data sekunder yang diolah Hasil ouput SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 1,91144 dengan
probabilitas
0,749
signifikansi
pada
0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa residual tidak random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
4.3 Pengujian Hipotesis 4.3.1 Uji Siginifikansi Simultan (Uji F) Uji F statistik untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil uji F statistik pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Uji Statistik F ANOVA Model 1
Sum of Squares
b
df
Mean Square
Regression
3430.882
7
490.126
Residual
6226.349
31
200.850
Total
9657.231
38
a. Predictors: (Constant), KLIEN, OPINI, SIZE, LR, MNC, KAP, DER b. Dependent Variable: AUDLAY
F 2.440
Sig. a
.041
18
Berdasarkan uji F test atau ANOVA, didapat nilai F hitung sebesar 2,440 dengan probabilitas 0,041. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Dengan kata lain, variabel ukuran perusahaan (SIZE), Debt to equity Ratio (DER), profitabilitas (LR), ukuran KAP (KAP), opini auditor (OPINI), perusahaan multinasional (MNC), dan lama perusahaan menjadi klien KAP (KLIEN) secara bersama-sama berpengaruh terhadap jangka waktu penyelesaian audit atau audit delay (AUDLAY). 4.3.2 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2006). Hasil olah data SPSS ditunjukkan oleh tabel berikut ini: Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
1
.596a
.355
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.210
14.172
a. Predictors: (Constant), KLIEN, OPINI, SIZE, LR, MNC, KAP, DER b. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah Dari tampilan SPSS model summary, besarnya adjusted R2 adalah 0,210. Hal ini berarti 21 persen variasi audit delay dapat dijelaskan oleh variasi dari ketujuh variabel independen yaitu ukuran perusahaan (SIZE), Debt to equity Ratio (DER), profitabilitas (LR), ukuran KAP (KAP), opini
auditor
(OPINI),
perusahaan
menjadi
21%=79%)
dijelaskan
perusahaan
klien oleh
KAP
multinasional
(KLIEN).
sebab-sebab
lain
(MNC),
Sedangkan di
luar
dan
sisanya model.
lama (100%-
Standard
19
Error of Estimates (SEE) sebesar 14,172. Semakin kecil nilai SEE akan membuat
model
regresi
semakin
tepat
dalam
memprediksi
variabel
dependen.
4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T) Uji
statistik
independen
yang
perusahaan
(SIZE),
ukuran
KAP
t
pada
dimasukkan Debt
(KAP),
to
opini
dasarnya
menunjukkan
dalam equity
model Ratio
auditor
yaitu
(DER),
(OPINI),
apakah
variabel
variabel
ukuran
profitabilitas
(LR),
perusahaan
multinasional
(MNC), dan lama perusahaan menjadi klien KAP (KLIEN) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu audit (AUDLAY). Variabel
Hal
dependen
ini
dengan
dikatakan
asumsi
variabel
signifikan
lain
apabila
t
dianggap hitung
delay
konstan.
lebih
besar
dibandingkan dengan t tabel. Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
83.915
17.272
SIZE
-4.395
.000
DER
6.605
LR
Beta
t
Sig.
4.859
.000
-.051
-.344
.733
2.505
.562
2.637
.013
5.723
9.204
.110
.622
.539
17.121
8.636
.364
1.983
.056
OPINI
-44.472
19.368
-.447
-2.296
.029
MNC
11.598
5.515
.340
2.103
.044
.722
8.263
.014
.087
.931
KAP
KLIEN
a. Dependent Variable: AUDLAY
Sumber: data sekunder yang diolah
20
Berdasarkan tabel diatas, hubungan variabel dependen dan independen dapat dituliskan dengan persamaan sistematis sebagai berikut : AUD =
83.915 - 4.395 SIZE + 6.605 DER + 5.723 LR + 17.121 KAP 44.472 OPINI + 11.598 MNC + 0,722 KLIEN
4.4 Interpretasi Hasil 4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay Hipotesis pertama ditolak. Besar kecilnya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay yang dialami perusahaan. Pada dasarnya pelaporan keuangan merupakan tanggung jawab perusahaan dalam mematuhi peraturan yang ditetapkan oeh Bapepam. Selain itu pelaporan keuangan menunjukkan seberapa besar tanggung jawab perusahaan untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada para pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hossain dan Taylor (2006), Supriyati dan Rolinda (2007) serta Ahmad dan Abidin (2008).
4.4.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Audit Delay Hipotesis kedua diterima. Dalam Owusu-Ansah (2000) disebutkan alasan yang mendasari pengaruh debt to equity ratio terhadap audit delay. Proporsi utang yang tinggi merupakan sinyal perusahaan berada dalam kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan dimata masyarakat maupun dimata para kreditur perusahaan. Dewasa ini, dikenal sebuah perjanjian yang melibatkan antara perusahaan (debitur) dan kreditur yang dinamakan Debt Covenant. Debt Covenant atau yang biasa disebut juga dengan perjanjian hutang atau perjanjian keuangan, merupakan perjanjian antara debitur dan kreditur bahwa perusahaan harus beroperasi dalam batasan-batasan tertentu. Perjanjian hutang disepakati sebagai syarat pinjaman dari kreditur. Perusahaan setuju untuk membatasi pinjaman lain atau untuk mempertahankan tingkat tertentu gearing. Gearing adalah perbandingan antara utang dengan seluruh modal perusahaan,
21
untuk menilai tingkat pendapatan modal sendiri sehubungan dengan usaha peningkatan pendapatan operasional. Selain itu, batasan umum lain dari kreditor adalah tingkat bunga, modal kerja dan cakupan pelayanan utang. Adanya perjanjian hutang atau Debt Covenant membuat pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk (bad news). Terdapat alasan lain yang memperkuat pengaruh debt to equity ratio terhadap audit delay. Tingginya tingkat debt to equity ratio membuat auditor harus melakukan jam audit yang lebih banyak untuk meningkatkan pertahanannya melawan berbagai kemungkinan tuntutan hukum, yang dapat memperlama waktu penugasan audit (Simnett et al, 1995) dalam Owusu-Ansah (2000).
4.4.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit delay Hipotesis ketiga ditolak. Perusahaan baik yang menderita rugi maupun yang memperoleh laba tetap menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu. Hal itu dapat dikarenakan perusahaan tidak ingin mendapat sanksi dari Bapepam. Di lain pihak, para stakeholder terus memantau laporan keuangan perusahaan. Sehingga perusahaan meminta auditor untuk menyelesaiakan auditnya tepat pada waktunya atau tidak terlambat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ashton, Willingham dan Elliot (1987), Dyer dan McHugh (1975), Hossain dan Taylor (1998), serta penelitian Supriyati dan Yuliati Rolinda (2007).
4.4.4 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay Hipotesis
keempat
yang
menyatakan
bahwa
ukuran
KAP
berpengaruh negatif terhadap audit delay tidak dapat diterima. Seiring dengan perkembangan jaman, KAP non-Big Four berusaha memperbaiki kualitas auditnya agar dapat bersaing dengan KAP Big Four. Hal inilah yang menyebabkan masa audit delay yang dialami perusahaan, baik yang diaudit oleh KAP Big Four maupun non-Big Four tidak jauh berbeda. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Haron et al (2006), tetapi tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Kamarudin (2002), Subekti dan Widiyanti (2004) dan Supriyanti dan Rolinda (2007).
22
4.4.5 Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay Hipotesis kelima diterima. Perusahaan yang menerima opini selain unqualified opinion memiliki audit delay yang lebih lama dibandingkan yang menerima unqualified opinion. Hal ini dikarenakan, proses pemberian pendapat tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis, dan perluasan lingkup audit. Lamanya audit delay yang dialami juga dimungkinkan munculnya konflik antara auditor dan perusahaan yang dapat berkontribusi pada penundanaan penerbitan laporan keuangan (Carslaw dan Kaplan, 1991).
4.4.6 Pengaruh Perusahaan Multinasional terhadap Audit Delay Hipotesis keenam ditolak. Perusahaan multinasional biasanya melakukan double listing (listing di dua negara yang berbeda) sehingga akan menemui standar akuntansi yang berbeda pula. Perusahaan harus melakukan penyesuaianpenyesuaian atas standar akuntansi di tiap negara tersebut. Proses pengiriman konfirmasi terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan multinasional juga lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan domestik. Dikarenakan perusahaan multinasional memiliki anak perusahaan yang lebih banyak dan cakupannya lebih luas yaitu hingga ke luar negeri. Keseluruhan proses tersebut mengakibatkan proses pengauditan memakan waktu yang lebih lama. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yg dilakukan Haron et al. (2006).
4.4.7 Pengaruh Lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP terhadap Audit Delay Hipotesis ketujuh ditolak. Perusahaan yang diaudit oleh KAP lebih dari 3 tahun maupun yang kurang dari 3 tahun memiliki jangka waktu penyelesaian audit yang tidak jauh berbeda. Seiring perkembangan jaman dimana informasi bisa diakses darimana saja, auditor dapat dengan mudah memahami bisnis, karakteristik, serta efektivitas sistem pengendalian internal perusahaan. Auditor dapat mengakses data-data tersebut melalui situs resmi perusahaan.
23
Perusahaan-perusahaan go public biasanya memiliki situs-situs resmi perusahaan yang mencantumkan informasi-informasi perusahaan, seperti visi perusahaan, struktur organisasi, produk, Research and Development, serta data yang berhubungan dengan operasional perusahaan (penjualan dan bahan baku). Selain itu, data tentang keuangan biasanya disajikan dalam bentuk Financial highlight.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Simpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor
yang
dapat mempengaruhi jangka waktu penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang memiliki total aset diatas rata-rata, yaitu sebesar 3.616 miliar rupiah. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel. Variabel tersebut terdiri dari: ukuran perusahaan, debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran Kantor Akuntan
Publik,
perusahaan
opini
menjadi
auditor, klien
perusahaan
suatu
multinasional,
Kantor
Akuntan
dan
lamanya
Publik.
Periode
penelitian ini adalah tahun 2008-2009, dari periode tersebut terdapat 39 perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Setelah dilakukan pengkajian yang mendalam, maka diperoleh hasil bahwa: 1. Sampel
penelitian
manufaktur
yang
menunjukkan memiliki
sebagian
karakteristik
besar
usaha
perusahaan
yang
beragam
dengan berbagai peraturan yang membatasi akan menyebabkan semakin lamanya penyelesaian laporan audit. 2. Variabel
debt
to
equity
ratio
dan
perusahaan
multinasional
berpengaruh positif terhadap jangka waktu penyelesaian audit (audit delay). 3. Variabel
opini
auditor
berpengaruh
negatif
terhadap
jangka
ukuran
Kantor
waktu penyelesaian audit (audit delay). 4. Variabel
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
Akuntan Publik, dan lamanya perusahaan menjadi klien auditor
24
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
jangka
waktu
penyelesaian audit (audit delay).
5. 2 Keterbatasan 1. Beberapa faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap audit delay seperti faktor perusahaan publik dan non-publik, faktor
luas
lingkup
audit
yang
dilakukan
tidak
dimasukkan
dalam penelitian ini. 2. Penelitian primer
ini
yang
hanya
menggunakan
tidak
dipublikasikan
data
sekunder,
seperti
luas
data-data
audit
yang
dilakukan, tingkat pengendalian internal klien, dan risiko audit tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
5. 3 Saran 1. Bagi
perusahaan
publik,
disarankan
untuk
memberikan
keleluasaan kepada auditor untuk audit interim selama tahun fiskal
masih
berjalan.
Audit
Interim
memungkinkan
auditor
untuk menyelesaikan beberapa tugas yang menjadi bagian dari audit
final
setelah
tahun
fiskal
selesai.
Manfaat
dari
audit
interim adalah agar para pemegang kepentingan (stakeholder) dapat menerima laporan keuangan auditan lebih cepat, daripada jika proses pengauditan dimulai setelah tahun fiskal selesai.
2. Bagi
penelitian
selanjutnya,
lain
belum
variabel
kemungkinan
yang juga
disarankan diuji
pada
mempengaruhi
audit
untuk penelitian delay,
menambah ini,
seperti
yang ROA,
ROE, dan berakhirnya tahun buku. Selain itu, sebaiknya juga menambah variabel yang berasal dari data primer digunakan
dalam
penelitian
ini,
seperti
tingkat
yang tidak pengendalian
internal perusahaan, dan kategori perusahaan publik atau nonpublik.
25
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, R. A. R. and K. A. Kamarudin. 2003. ”Audit Delay And The Timelines of Corporate Reporting: Malaysian Evidenced. http:// www.hicbusiness.org/BIZ2003proceeding/Khairul%20Kamarudin%202.p df. Diakses tanggal 10 Mei 2010. Ahmad, R. A. R. and K. A. Kamarudin. 2003. ”Audit Delay And The Timelines of Corporate Reporting: Malaysian Evidenced. http:// www.hicbusiness.org/BIZ2003proceeding/Khairul%20Kamarudin%202.p df. Diakses tanggal 10 Mei 2010. Arens, Alvin A., Randall J. Elder, and Mark S. Beasley. 2006. Auditing And Assurance Services An Integrated Approach. 11th ed. New Jersey: Prentice-Hall. Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliot. 1987. “An Empirical Analysis Of Audit Delay.” Journal of Accounting Research, Vol. 25, No. 2, Autumn, pp. 275-292. Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell . 2002a. Modern Auditing Jilid I. (Terj.) Paul A. Rajoe,Gina Gania, dan Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Erlangga. Boynton, William C., Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell . 2002b. Modern Auditing Jilid II. (Terj.) Paul A. Rajoe,Gina Gania, dan Ichsan Setiyo Budi. Jakarta: Erlangga. Gozhali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Mulitivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul dan Totok Budi Santoso. 2004. Auditing 2 (Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan Keuangan). Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2009. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2002a. Auditing 1. 6 ed. Jakarta : Salemba Empat.
26
Mulyadi. 2002b. Auditing 2. 6 ed. Jakarta : Salemba Empat. Owusu-Ansah, Stephen. 2000. ”Timeliness of Corporate Financial Reporting in emerging apital Markets: Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange.” http://www.ssrn.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010. Rachmawati, Sistya. 2008. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timelines,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.1, Mei, h. 1-10. Ratnawaty dan Toto Sugiharto. 2005. “Audit Delay Pada Industri Real Estate dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Dan Faktor Yang Mempengaruhi,” Proceeding Seminar Nasional PESAT, h.288-300, Agustus. Respati, Novita Weningtyas. 2004. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris Di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Maksi 4. h. 67-81. Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Di Indonesia,” Simposium Nasional Akuntansi VII. h.991-1002. Bali. Supriyati dan Yuliasri Rolinda. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay,” Ventura, Vol. 1, No.3, h. 109-126. Jakarta. Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta,” Bulletin Penelitian, No. 9, h. 1-14. Jakarta. Wirakusuma, Made Gede. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik,” Simposium Nasional Akuntansi VII. h. 1202-1222. Bali. Yuliana dan Aloysia Yanti A. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia.” Modus, Vol. 16. No.2. September.