HALALKAH MLM dg SYSTEM DIRECT SELLING dan SISTEM PIRAMIDA ? Referensi: http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/halalkah-mlm.htm http://mbelgedez.wordpress.com/2007/08/15/bisnis-mlm-menipu-dan-haram/ http://jacksite.wordpress.com/2007/07/25/akhirnya-mlm-halal-dalam-islam/ Assalamu`alaikum wr.wb Dalam hubungan muamalah menekankan pentingnya peranan AKAD dalam menentukan sah tidaknya suatu perjanjian. Contoh kasus yang intinya adalah mobil A dipakai oleh B: 1. A menitipkan sebuah mobil ke B. Dan keduanya sepakat, mobil A dititpkan ke B, dan B boleh memakainya tanpa harus membayar ke A selama mobil dititipkan di B, dan B tidak meminta biaya ke A sebagai uang titip. 2. A menyewakan sebuah mobil ke B. Dan keduanya sepakat mobil A disewakan ke B, dan B boleh memakainya dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan dengan syarat B membayar uang sewa ke A selama mobil dipakai B. Tanpa mengetahui akadnya, orang lain akan melihat kasus diatas adalah mobil A dipakai oleh B. Dan orang lain bisa berfikiran mungkin mobil A dicuri, dipinjam, disewa, dibeli, oleh B. Saya pernah mengikuti MLM pada thn 2004 lalu(dan sekarang sudah MENGHINDARI IKUT MLM). Setelah baca semua isi forum ini ada beberapa alasan yang masih membikin orang jadi bingung, sehingga pembaca yg ikut MLM akan mendebat sesuai pemahaman mereka. System MLM yang ada saat ini banyak sekali, dan semuanya berbeda-beda dalam menerapkan systemnya, dan sangat rumit untuk dipeahami secara cepat. Namun demikian menurut informasi yang saya baca dari APLI(http://www.apli.or.id) dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu DIRECT SELLING dan SISTEM PIRAMIDA. Menurut yang saya pahami saat ini, system DIRECT SELLING adalah syubhat, dan SISTEM PIRAMIDA adalah HARAM. 1. MLM system DIRECT SELLING Apakah Ciri-Ciri MLM? (menurut http://www.apli.or.id) Ciri-ciri MLM yang benar antara lain adalah : - Ada produk yang dijual - Pendapatan utama dari penjualan/pembelian produk, bukan dari rekrut. Yang umum saya ketahui, dalam MLM system DIRECT SELLING saya tidak melihat adanya makelar diatas makelar, dan juga dalam pembagian bonus penjualan saya tidak melihat adanya pengambilan bonus secara bathil dari downline ke upline. BILA KASUSNYA SEPERTI CONTOH KASUS DIBAWAH, mengapa? Secara urutan jaringan, A adalah seorang anggota sebuah perusahaan MLM, dan A mempunyai downline B, dan B mempunyai downline C. Dalam prakteknya, walaupun C dibawah jaringan B, tetapi saat C membeli sebuah barang AKADnya C beli barang langsung ke perusahaan MLM dan tidak melalui B, dengan harga agen(spt yg sudah disepakati dlm syarat), dan harga yg didapat C juga akan sama dg harga bila B ataupun A membeli barang ke perusahaan MLM. Disini kita bisa melihat bahwa C membeli barang ke perusahaan MLM adalah sah menurut akadnya yang sudah disepakati mengenai harga maupun spesifikasi barangnya, dan tidak ada yang didholimi, karena jual belinya transparan. Sekarang komisi yang diterima A dan B dari penjualan perusahaan MLM ke C apakah bathil? Kalau dilihat dari akadnya tidak. Karena A dan B mendapatkan komisi akadnya adalah: Perusahaan MLM menyisihkan sedikit hasil keuntungan(yang sdh sah menjadi milik perusahaan MLM) dari penjualan ke C untuk diberikan ke B dan A dengan sarat tertentu kepada B dan A(biasanya dengan tutup poin). Jadi disini C tidak didholimi ole B maupun A dg bonus yang diterimanya dari perusahaan MLM. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah: Apakah bonus yang diterima B dan A dari perusahaan sesuai syar`i? Yang menurut saya MASIH SAH bila B(A tidak) menerima bonus dari perusahaan MLM hanya saat pertama kali C mendaftar dan melakukan pembelian barang ke perusahaan MLM. Karena disini kalau dilihat dari akadnya, B mendapat komisi referensi. Jadi bisa disimpulkan kalau di MLM menganut system referensi, bukan keagenan.
Para pengikut MLM akan menyatakan” bukankah bonus yang didapat B dan A dari setiap pembelian barang selanjutnya oleh C adalah pemberian dari perusahaan MLM?(Disyaratkan oleh perusahaan MLM) “ Ya...tapi apakah sebab pemberiannya ini sudah syar`i. Hampir mirip juga dg kasus seorang nasabah bank konvensional akan berkata” bukankah bunga yang saya terima atas tabungan saya adalah atas pemberian bank?” Ya....tapi sebab pemberiannya tidak syar`i. Kalau dalam system konvensional sebagai contoh: Dealer motor mensyaratkan B, bila B bisa membawa C(pembeli) utk datang dan membeli sebuah motor ke dealernya maka B akan mendapat bonus dari dealer(sebagai akibat referensi dari B ke C(pembeli). Dan untuk selanjutnya bila C kembali untuk membeli motor ataupun beli spart ke dealer biasanya B tidak lagi mendapat bonus, karena C sudah datang langsung ke perusahaan tanpa referensi dari B lagi. Tapi kalau mengikuti system MLM, B akan tetap meminta/mendapat bonus dari dealer motor tsb bila suatu hari C datang sendiri ke dealer untuk membeli motor lagi ataupun spart atau setiap service(setelah habis garansi) . DI SINILAH YANG MENURUT SAYA BERMASALAH(syubhat). Dengan demikian ada unsur tidak baik, karena B akan tetap menerima bonus secara tidak syar`i walaupun B tidak bekerja. Unsur tidak baiknya B terhadap dealer. Mari kita lihat, apakah MLM sama dengan system jaringan di distributor, agen, konsumen? Disinipun ada berbagai system yang diterapkan, tapi tetap tidak sama dengan system MLM. Contoh kasus: A adalah agen penjual alat penghemat BBM untuk motor, dengan harga eceran ke konsumen rp110.000. A kulakan barang tersebut dari distributor seharga rp70.000 dengan pembelian minimum 10pcs. Dan distributor kulakan ke pabriknya dengan harga rp50.000 dengan pembelian minimum 50pcs. Dan biasanya pabrik, distributor, agen, akan menjual ke konsumen(eceran) tetap dengan harga yang sama yaitu rp110.000. Setiap konsumen beli ke agen maka agen akan selalu dapat keuntungan dari barang yg dijualnya. Dan ditributor akan mendapat keuntungan jika agen ataupun konsumen beli pada distributor. Dan sudah tentu pabrik akan selalu memproduksi terus alat penghemat BBM tsb, karena distributor selalu membelinya. Disini jelas semuanya bekerja dan ikut andil dalam penjualan produk sesuai syar`i. Agen, distributor, pabrik, semua mendapat keuntungan sesuai posisinya masing-masing sesuai syarat yang disepakati. Apakah system MLM demikian? Tidak. Contoh kasus makelar diatas makelar menurut saya adalah: A meminta B untuk menjual barangnya seharga rp1000.000 kepada pembeli dan B akan mendapat komisi 20% dari harga jual. B menyanggupinya, kemudian B menyuruh C untuk menjualkan barangnya tsb ke pembeli seharga rp1000.000 dan C akan mendapat komisi 10% dari B. Dalam kasus ini B tidak melakukan usaha apapun untuk ikut mempromosikan barangnya A, dan C yang berhasil menjual barang tsb. Dengan demikian B telah mengambil hak komisi yang seharusnya didapat C sebesar 20% dari A, walaupun C sudah sepakat mendapat 10% dari B, karena disini ada unsur dholim, juga ada unsur ingkar kesepakatan antara B terhadap A. Kecuali bila B membeli dulu barang tsb dari A, kemudian B menyuruh C untuk menjualkan ke pembeli dan C mendapat komisi 10% maka hal itu boleh. Bagaimanapun juga karena di system ini ada banyak hal-hal yang meragukan, sebaiknya agar lebih selamat, kita hindari yang namanya MLM. Masih banyak cara konvensional yang bisa menghasilkan duwit. MANTAN MLMerS YANG INSYAF Ada seorang teman saya yang sebelumnya pernah debat dengan saya mengenai MLM, kebetulan dia ikut di K-link dan sepertinya sudah lumayan banyak juga bonusnya. Tapi sekarang dia sudah kapok dan tobat, karena dia sebel banget, mau mencairkan bonus beberapa ratus ribu diharuskan belanja juga hampir seniali bonusnya. Padahal menurut dia chloropil dan kawan-kawannya dirumah masih belum terjual. Dulu kukira dia banyak duwitnya dari bisnis MLM, karena beberapa kali saya lihat selalu makai jas dan dasi, eee...ternyata sekarang sudah tampak kusut dan selalu kehabisan uang....dan bilang tidak mau lagi MLM, sadar katanya....hik hik hik hik..(ketawa geli, kubilang juga apa..bangun dari mimpi bung) Dikutip dari http://mbelgedez.wordpress.com Rexy Says:
April 12, 2009 at 19:12
Buat Iyunk dan member K-link lain yg terhormat, Sy cuma ingin mengatakan, insyaflah nak, mumpung lom terlambat. Saya ini juga dulu member k-link, peringkat sy dah Saphire Manager, downline sy dah ada beberapa nyang jadi manager, saphire, ruby, bahkan emerald. tinggal nunggu waktu aja sy jd diamond manager, nyang kata orang pintu pertama passive income. Tapi, akhirnya sy berhasil keluar dr dunia MLM. Kalau anda bertanya kenapa, nih salah satu alasan utamanya : 1. MLM memperkaya Upline yang dah kaya, mempermiskin downline yg belum miskin, makin memiskinkan downline yang memang dah miskin. Caranya macam-macam. kita disuruh ngikutin berbagai macam pelatihan dan pertemuan nyang semuanya ngga gratis alias bayar. ada yg mingguan, bulanan, tiga bulanan, enam bulanan. waktu sy masih aktif, ada namanya pelatihan : 1. road to manager = Rp 15.000 2. road to emerald = 100.000 3. Training the presenter = Rp 100.000 Lom lagi pertemuan-pertemuan tdk jelas, kyk meeting group, emerald night, recognition, dan laen2 yang UjungUjungnya intinya jualan tiket. terus, nyang katanya puncak pelatihannya itu ada yg namanya BOB (Best of the Best), waktu sy dolo tarifnya masih 500.000, sehari semalam pelatihan. Apa untung pelatihan itu? hampir gak ada, kecuali bikin kita mabok,sombong, egois,nyela profesi orang laen, semua salah kecuali upline (termasuk ortu sendiri),dan berbagai dampak negatif laen. Intinya cuci otak dah…. Selain pelatihan, upline juga jualan tools nyang hukumnya fardhu ain dimiliki member k-link. seperti musti langganan kaset, nyang isinya sama ja dengan dipertemuan2, terus materinya ngga beruba2, penyampainya aja yg gontaganti org nda jelas. mahal lho, satu biji kaset harganya Rp 15.000. trus mesti beli dasi dan WAJIB BELI di k-system, kagak boleh beli dit4 lain. Ane pernah ditegur ma upline gara2 pake dasi yg meski motif dan warnanya sama, tapi gak ada cap k-systemnya. ane beli tu dasi cuman 30.000, sementara di k-system harganya sampe 100 REBU. nah, pertemuan, kaset, tambah konsultasi ma Upline (nyang omongannya itu-itu aja, duplikasi aja ma kaset + pertemuan) itu nyang disebut orang k-link sebagai sistem. di k-link, selaen ada perusahaan nyang kerjanya jualan prodak, ada jg nyang namanya k-system nyang nyedian perlengkapan system itu. mo jd partner sejati, kudu ikutin tu semua. kalo kagak,jgn harap mo dilirik pa lagi ‘dibantu’ ma upline….atau dicuekin ampe koe orang manut bin patuh ma perintah upline Terus, pernahkah Anda hai orang-orang MLM, nanya pada dikemanain tuh duit hasil penjualan tiket dan ? contoh kecilnya : BOB. ntu kan harganya 500.000 (keknya sekarang dah naik deh,soalnya tiap tahun harganya naik).upline2 slalu bilang, mang sudah harganya, sebab pelatihannya diadain dihotel berbintang, terus peserta dikasih nginap, trus konsumsi ditanggung. pokoke tinggal makan,tidur, ma cuci otak eh maksudnya ikut pelatihan. Nah, pertanyaannya, pa bener segitu taripnya? .ane kasih contoh soal ya : yg ikut tiap kali ni pertemuan rata2 tarohlah 1000 orang. itungannya : 500.000 x 1000 = 500.000.000 nah, taokah sodara-sodara, 1 kamar hotel itu taripnya berapa?okelah, kasih 500.000 semalem. tekor dong k-link. but, jangan salah. satu kamar kalo ikut BOB diisi ma 4 orang. iya, empat orang, ane kagak bercanda jadi 1000 : 4 = 250 kamar ja yg musti dibooking ma k-link. artina = 250 kali 500.000 = 125.000.000. sisanya masih byk dong..okelah kita keluarin biaya buat konsumsi…misalnya dianggarkan 100.000 per peserta artinya 100.000.000. masih ada sisa. trus buat sewa ruangan pelatihan? itu mah ane rasa gratis…tis…tis….soalnya ane pernah bantu2 di EO yg sering ngadain acara di hotel, ternyata kalo kita bisa datangin peserta ampe ratusan dan nginap di hotel, biasanya dikasih fasilitas free make ruang pertemuan. bahkan, dikasih diskon pula utk harga kamar.pa lagi kalo pesertanya ampe ribuan kayak k-link ini. trus, sisanya dikemanain? ya, kemana lagi kalo bukan buat upline2 kita tersayang, yang dengan tulus ikhlas tanpa tendensi pa apa hadir di tempat ini buat bagi pengalaman ma kite2 huahahahaa……nyang hadir itu katanya udah pada
punya penghasilan ratusan jeti, ternyata masih ngarap duit2 receh kyk gitchu…nuasib,nuasib. padahal, kalo downlinenya pada sukses, kan nyang nikmati mereka2 jg….downline2 pade disuruh investasi, mereka cemua kagak kasih contoh. harusnya mensubsidi, eh ini malah minta disubsidi. Lom lagi bagi hasil dari k-system untuk penjualan kaset, dasi, flip chart, cd motivasi, buku2, dan lain-lain. kasian betul nasib downline. jadi sapi perah perusahaan ma leader2 MLM. Inga’- inga’, semoa biaya ma cost itu ditanggung jg ma member2 yg lom punya penghasilan pa apa di MLM alias br joint….dan semua pemasukan dari system itu dinikmati ma leader leader MLM nyang udah punya penghasilan ratusan bahkan milyaran rupiah. sadis ngga? (segene dulu, nunggu respon dari MLM-ers dolo. besok2 ane sambung lg) Rexy Says: April 15, 2009 at 14:23
ibarat kate, maju kena mundur kena.demikian sebenarnya perasaan org yg dah lama di MLM. Mo mundur, malu ma teman,tetangga, sodara, orang-orang disekitar, karena dulu waktu diawal-awal dah koar-koar mo membahagiakan ortu, punya mobil sendiri, punya F-16 lah, dll.malu pula udah nghina propesi2 laen. Tapi, mo maju jg susah.semua harta udah pada ludes dijual,hutang udah numpuk, orang2 yg dikenal udah pada masuk jd member, mo tutup point eh pelanggannya udah didaftarin jd downline. terus gimana dong? Ini pengalaman ane di k-link. utang numpuk buat perjalanan dinas,tutup point, ikut pertemuan, ntraktir downline ma calon Downline biar dikata borjuis krn peringkat dah tinggi,dll. kawan dan keluarga menjauh, alergi liat ane karena kerjaannya mprospek mulu,kalo nelp nda diangkat2, diajak ketemuan byk alasan, dll. lama2 byk teman ma keluarga yang jauhin karena ane sering nganggap jualan kloro upil lah profesi yg paling bener, profesi lain ujungnya pasti nda bisa nyaingi penghasilan k-link. padahal, ane sering minjem duit ma mereka.hehe…aneh kan? Rexy Says: April 16, 2009 at 08:44
Ciri-ciri karyawan (employee) atau bahasanya orang MLM oang kuadran kiri : 1. Dapat gaji tetap tiap tanggal yg ditentukan tiap bulan plus bonus (tergantung perusahaan) 2. Ada target.Macam-macam, baik target penjualan,tenggat waktu,banyaknya file yg mesti diselesaikan,dll. pokonya semua kerjaan pasti ada targetnya 3. Bisa dipecat ma bos tp ga bisa mecat bosnya 4. tergantung ma perusahaan. kalo perusahaannya bubar,penghasilannya jg lenyap. nah itu sebagian ciri-cirinya. sekarang,mari kita liat ciri2 orang MLM yang mengklaim sebagai orang kuadran kanan, alias businnes owner. contoh kasus K-LINK : 1.dapat bonus kalau capai target tiap tanggal yang ditentukan, yaitu tanggal 20 tiap bulan. 2. ada target dari perusahaan.yaitu target belanja pribadi maupun belanja grup. 3. member K-LINK bisa dikeluarkan dari keanggotaan sewaktu2 bila kedapatan melanggar.contohnya, joint MLM lain. Tapi member K-link JELAS NGGA’ BISA MECAT YANG PUNYA K-LINK,si orang Malaysia itu 4.tergantung ma perusahaan, kalo k-link bubar misalnya,membernya dpt barang dari mana?terus yang bayarin bonusnya sapa? Nah, member2 k-link yang terhormat, berdasar perbandingan diatas masihkah Anda bisa nyebut diri anda sebagai pemilik bisnis,orang kuadran kanan? atau hanya SALES dari PT K-Link yg dengan cerdiknya make tenaga,waktu,pikiran Anda untuk ngejualin produknya tanpa mesti ngeluarin gaji,tunjangan,pesangon,dll tiap bulan? hehehe….hareee geeneee masih ketepu, apa kata dunia? Rexy Says: April 16, 2009 at 13:25
Sory bung Mbel, diluruskan dikit.komisi MLM juga kagak gede2 amat. mangsih gedean keknya komisi jual rumah ma jual asuransi. komisi MLM standarlah. Ta’ kasih contoh,marketing plan (lagi2 dari k-link nih) : COntoh: Sontoloyo (S) Upline dari Panu (P), Kadas (K1), Kurap (k2). agar si S dapat bonus dia mesti nutup minimal point 100 BV. tp, paling cuman dapet 5000 perak. Nah, kalo mo dapt bonus yg agak gede, si S mesti nutup 400 BV,downlinenya si P, K1 dan K2 juga mesti nutup 400 BV. ini namanya 1 point, dan S berhak ma bonus kurang lebih 700 ribu. lumayan,lumayan. Btw, 400 bv itu berapa sih nilainya?itu kalo dirupiahkan rata2 2 juta. artinya untuk dapat 700 ribu, omzet S dan grup mesti 4 X 2 juta = 8 juta. Kalo dipersenkan, 700.000 dari 8 juta itu ngga nyampe 10 persen kan?cuma, hitungannya di k-link dibuat ribet.dibikin plan A lah + plan B.jd, macam bonusnya kelihatan banyak. ada 28 jenis insentif sodara kalo diitung semua. padahal,jatuh2nya kalo dihitung cuma 10 persen..dikadalin lu semua member k-link. Ada yg nanya, kok’ nda dibikin simpel aja, total omzet pribadi ja ma grup yg dikali 10 persen, selesai persoalan. nah, ini dijawab ma kenalan gw yg jago ngitung.katanya,dengan bonus dipecah jadi sekian, syarat dapatnya juga jd banyak. sehingga meski berhasil capai omzet,kalo salah satu syarat ngga tercapai, bonus ngga maksimal, bahkan ampe hangus,ngus,ngus….. terus, yg jadi soal lg, di k-link didoktrin neh kita ngga boleh cuma jd sales.jd produk itu, disaranin kita dan keluarga dolo yg pake,baru khasiatnya diceritain ma org laen, spy pada joint juga. nah, pertanyaannya, APA BISNIS INI BISA DITERIMA AKAL SEHAT, BILA KITA NGELUARIN TIAP BULAN 2 JUTA UNTUK DAPAT 700 RIBU? Kalo ada yg ngebantah, makanya nyari pasien dong…emang, ntu produk dikasih ke pasien gratis?tidak kan?dijual juga…ujung2nya NYALES juga…trus, mang gampang jual kloro upil 14 botol?atau Kino 7 dos?atau Omega squa 20 botol?sulit.paling tidak ntu yg saya rasakan.pa lg kalo pasien kita pasti lama2 jadi anggota juga,spy dapat diskon, ma supaya nda keburu direkrut ma orang laen…. Rexy Says: April 17, 2009 at 17:11
JANGAN TERTIPU STATEMENT BONUS Salah satu jualan leader K-Link, mereka ntu berani pamer statement bonus mereka. malah downline disuruh perbanyak ntu statement bonus, jd bs ditunjukin pas mprospek. Nilainya WOW, memang bikin mata terbelalak,iler jatuh, ma khayalan melambung. Siapa nga mo coba, kalo nilai bonus yg tertera disitu ampe puluhan bahkan ampe ratusan juta. Upline sy dulu, (ngakunya) bonusnya ampe Rp 60 juta Sodara, hebatkan ?!! Tp, yang bikin Ane ngga’ ngeh, kok tiap dia bikin meeting group yg dihadiri paling banter 50 orang ja, musti bayar sih? ngga tanggung2 lagi harganya, Rp 50.000 cing. yang hadir kan bukan level kroco, tp dah leader…yang udah nyumbangin omzet ribuan BV tiap bulan buat si Uplen….tapi nyatanya dipalak juga. logikanya, kalo ane punya penghasilan segitu, keluar duit untuk 50 orang jenderal2 gue seh pasti ngga masalah dong. paling abis 2,5 jeti, yaaaah,seuprit dibanding penghasilan ane.bwt nambahin semangat mereka, supaya kerja rodinya makin sip,dan makin nda sadar udah ane manfaatin,duit segitu sih pasti no problemo lah. di perusahaan konvensional kan biasa, kalau boss datang ke daerah, pasti ntraktir pegawe-pegawenya, GRATIS TIS TIS, tanpa pandang bulu.padahal, gajinya pan ga’ segede leader MLM-er Ada pula leader MLM K-Link yang ngaku penghasilannya dah ratusan juta, bahkan hampir 1 M. tapi, pas bikin jumpa fans ma penganut aliran sesat eh MLM di hotel, fansnya cm dsuguhin aer…HUAHAHAHA…padahal pertemuannya hampir 6 jam…..yg datang jg ngga nyampe ratusan orang… Kemana tuh duit bonus ya?
2. MLM system PIRAMIDA
Nah kalau system piramida jelas sekali arahnya money game yang sudah pasti merugikan level terakhir. Dan sudah bisa dibilang HARAM. Mari kita baca cuplikan dibawah diambil dari http://www.APLI.or.id
Sistem Piramida perlu diwaspadai Di Indonesia saat ini telah berkembang Penjualan Langsung melalui sistim Piramida. Sistem piramida ini secara sepintas mirip Multi Level Marketing dan cukup banyak orang telah melibatkan diri sebagai anggota, lebih tepat disebut bahwa sistem ini berkedok Multi Level Marketing. Sistem Piramida, yang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan besar dengan sedikit usaha, sebenarnya telah pula dijalankan di Taiwan, Amerika Serikat, Malaysia dan lain-lain negara, tetapi sehubungan dengan banyaknya pengaduan dari para anggotanya, kini di negara-negara tersebut sistem ini diawasi secara ketat oleh Pemerintah setempat karena dianggap merugikan dan meresahkan masyarakat luas. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut banyak pula yang telah ditutup.
Aturan Sistem Piramida Biaya Pendaftaran keanggotaan berikut paket produk, sangat mahal. Harga jual produk-produknya juga sangat tinggi, ada yang bisa mencapai lebih dari 10 kali lipat harga produk sejenis dipasaran. Sistem dilakukan menyerupai Multi Level Marketing, tetapi tidak sama. Misalnya masing-masing anggota dibatasi hanya boleh merekrut maksimum 2 orang. Dua orang tersebut, rekrut dua orang lain lagi dan seterusnya hingga terbentuk satu piramida juga cara-cara lain yang mirip cara ini, misalnya merekrut max. 3,4,5 anggota. Satu orang anggota boleh membeli lebih dari 1 keanggotaan (disebut kavling). Imbalan diberikan berdasarkan tersusunnya satu jaringan berbentuk piramida dengan jumlah orang dalam format tertentu; imbalan bukan berdasarkan presentasi atas volume penjualan dan tidak ada unsur harus memasarkan produk sampai kepada konsumen. Masa keanggotaan kadangkala berlangsung sangat singkat (hanya sampai dengan terbentuknya suatu format tertentu). Berbeda dengan perusahaan penjualan langsung, dimana anggota dapat aktif minimal 1 tahun atau bahkan seumur hidup. Program pemasaran (Marketing Plan) skema piramida sangat rumit dan susah dipelajari. Titik berat pada rekruting, bukan pada penjualan.
Apa bedanya dengan bisnis penjualan langsung? Dalam dunia penjualan langsung, baik di Indonesia maupun di tingkat internasional, terdapat 3 sistem yang telah berjalan sangat lama, yaitu sistem konvensional atau Single Level Marketing (termasuk party plan), sistem Limited Level dan sistem Multi Level atau Multi Level Marketing. Semuanya sama-sama membuka peluang berpenghasilan bagi siapa saja yang mau berusaha berdasarkan kerjasama kemitraan. Landasan bisnisnya sama-sama terdiri dari 3 hal, yaitu merekrut, mendidik, dan memotivasi para mitra usaha yang lazim disebut Distributor atau Dealer. Semuanya sama-sama mengenakan biaya pendaftaran keanggotaan kepada para Distributor/Dealernya dengan nilai yang pantas sesuai dengan starter kit yang diperoleh. Semuanya sama-sama memiliki sejumlah produk (barang atau jasa) dengan harga yang masuk akal untuk dijual melalui para Distributor/Dealer sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan volume penjualan yang dicapai, para Distributor/Dealer memperoleh imbalan berupa komisi beserta insentif dan berbagai hadiah yang menarik yang jumlah dan besarnya tidak terbatas. Semuanya sama-sama memberlakukan sistem dimana seorang anggota hanya mendapatkan satu keanggotaan dan tidak boleh lebih. Bagi Distributor/Dealer yang aktif bekerja peluang berpenghasilan sudah pasti ada. Program pemasaran (Marketing Plan) sederhana dan transparan.
Dari perbedaan aturan main tersebut diatas, terlihat bahwa sistem Piramida : 1. Menjerat dan menyesatkan masyarakat dan anggotanya, karena : Dapat dikategorikan sebagai judi sebab perolehan penghasilan berada diluar kontrol anggota yang berada di level bawah, pendapatan utama diperoleh bukan dari penjualan barang dan jasa, tetapi terutama dari rekruting orang lain untuk mencapai format tertentu. Tidak membuka peluang berpenghasilan yang merata dan adil sebagaimana layaknya yang ditawarkan perusahaan yang menjalankan sistem Penjualan Langsung termasuk MLM. Merugikan anggota yang sudah membayar biaya pendaftaran berikut paket produk yang sangat mahal, kemudian menghadapi kesulitan menjual produk-produk tersebut kepada masyarakat karena tujuan perusahaan adalah menggunakan produk sekedar sebagai kedok untuk menarik dana dari masyarakat dan tidak diberi pelatihan cara penjualan. Merugikan masyarakat yang membeli produk-produk dari sistem piramida, karena harganya jauh melampaui harga produk sejenis di pasaran.
2. Bertentangan dengan dasar-dasar sistem penjualan langsung serta kode etik yang berlaku. Merupakan metamorfosa dari sistem Surat Berantai yang telah dilarang dibanyak negara. Aturan mainnya sangat mirip dengan Surat Berantai yaitu: a. Menarik biaya pendaftaran cukup besar (Pendapatan perusahaan diperoleh terutama dari biaya pendaftaran anggota bukan dari penjualan produk/jasa) b. Produk yang disediakan perusahaan hanya untuk tujuan kamuflase, karena titik berat bisnis lebih pada format jaringan dan anggota tidak selalu diwajibkan untuk mengambil produk yang dibeli apalagi dilatih untuk menjual kembali.
Apakah Skema Piramida itu? Skema Piramida adalah sistem (ilegal) dimana banyak orang yang berada pada lapisan terbawah dari piramida membayar sejumlah uang kepada sejumlah orang yang berada di lapisan piramida teratas. Setiap anggota baru membeli peluang untuk naik ke lapisan teratas dan mendapat keuntungan dari orang lain yang bergabung kemudian. Sebagai contoh, untuk menjadi anggota Anda mungkin harus membayar mulai dari jumlah yang kecil hingga jutaan rupiah. Dalam contoh ini, Anda harus membayar Rp. 10 juta, untuk membeli sebuah tempat pada piramida di lapisan paling bawah. Uang Anda senilai Rp. 5.000.000 akan pindah ke orang lain yang posisinya tepat di atas Anda dan Rp 5.000.000 lainnya beralih ke puncak piramida, atau ke promotor. Bilamana semua posisi yang tersedia dalam skema tersebut telah dipenuhi peserta, promotor akan memperoleh Rp 160 juta, sedangkan Anda dan teman-teman lain yang sama-sama berada di lapisan paling bawah akan kehilangan Rp 10 juta per orang. Apabila promotor telah terbayar, maka posisinya dihilangkan dan yang berada di lapisan kedua akan naik ke puncak. Setelah itu, barulah kedua orang yang tadinya berada pada lapisan kedua akan menikmati keuntungan. Untuk membayar kedua orang ini, lapisan terbawah ditambah 32 posisi baru, dan pencarian peserta baru terus berlanjut. Setiap kali sebuah lapisan naik ke puncak, sebuah lapisan baru harus ditambahkan pada alas piramida, masing-masing 2 kali lebih banyak dari sebelumnya. Apabila jumlah peserta baru mencukupi, maka Anda dan 15 peserta lain yang berada pada lapisan yang sama mungkin dapat mencapai puncak. Namun demikian, untuk mengumpulkan keuntungan bagi Anda, dibutuhkan 512 orang peserta baru dimana setengah dari mereka akan kehilangan Rp. 10 Juta. Tentu saja, piramida ini bisa saja ambruk jauh sebelum Anda mencapai puncak karena jumlah rekruting tidak tercapai. Agar supaya setiap peserta dapat memperoleh keuntungan, selalu dibutuhkan peserta-peserta baru. Namun pada kenyataannya, jumlah peserta baru terbatas dan setiap lapisan baru memiliki peluang merekrut orang lain, lebih kecil dan peluang kehilangan uang justru lebih besar.
Hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang Skema Piramida : 1. Mereka adalah pecundang. Skema Piramida didasarkan pada konsep matematika sederhana : banyak pecundang membayar kepada sedikit pemenang. 2. Skema ini menipu. Peserta skema piramida, secara sadar atau tidak, menipu orang yang mereka rekrut. Tidak banyak orang yang bersedia menjadi peserta dan membayar bilamana seluruh konsep permainan dijelaskan pada mereka. 3. Skema ini ilegal. Di banyak negara skema ini dilarang, ada resiko yang serius bahwa usaha piramida ditutup oleh
pemerintah dan para pesertanya dikenakan denda serta hukuman penjara.
Mengapa orang mau membayar untuk menjadi peserta piramida? Promotor skema piramida adalah ahli psikologi kelompok. Pada acara perekrutan peserta baru, mereka menciptakan suasana hingar-bingar dan antusias dimana terjadi tekanan kelompok serta janji-janji kemudahan memperoleh uang, menimbulkan kekhawatiran orang akan hilangnya suatu peluang baik. Pertimbangan-pertimbangan serta pertanyaan calon peserta diabaikan. Sulit sekali bertahan untuk tidak tergoda kecuali Anda benar-benar yakin bahwa konsep ini menjebak Anda.
Skema Piramida yang tersamar ? seperti serigala berbulu domba Beberapa promotor Skema Piramida berusaha membuat skema yang kelihatan mirip dengan metode penjualan berjenjang. Penjualan berjenjang adalah suatu sistem bisnis yang legal dan menggunakan jaringan mitra usaha mandiri untuk menjual produk-produk langsung kepada konsumen. Agar kelihatan seperti perusahaan penjualan berjenjang, Skema Piramida menyediakan serangkaian produk yang dinyatakan sebagai produk jualan untuk dipasarkan langsung kepada konsumen. Namun demikian, pada kenyataannya hampir tidak ada usaha sama sekali untuk memasarkan produk-produk tersebut pada konsumen. Sebaliknya, penghasilan diciptakan berdasarkan perekrutan anggota-anggota baru. Juga para mitra usaha baru dipaksa untuk membeli sebanyak mungkin produk yang bernilai besar pada saat mengisi formulir peserta. Misalnya, Anda mungkin harus membeli produk yang sebenarnya tidak bermanfaat senilai Rp 10 juta agar dapat menjadi ?mitra usaha?. Orang yang merekrut Anda mendapat komisi Rp 5.000.000 (50%) dan Rp 5.000.000 sisanya terbang ke puncak (dalam hal ini perusahaan). Perhatikanlah persamaannya dengan skema piramida dalam uraian sebelumnya. Namun demikian, piramida yang paling tersamar tidak terlalu mudah dibongkar kedoknya. Skema Piramida sering memilih produk-produk yang biaya produksinya murah namun tidak memiliki nilai di pasaran, seperti produk-produk ajaib hasil penemuan baru, pengobatan eksotik dan sebagainya. Dengan demikian sulit dijelaskan apakah produk-produk seperti itu benar-benar memiliki pangsa pasar. Cara terbaik untuk menghindari jebakan dari piramida yang tersamar adalah dengan mengetahui secara pasti apa yang ingin diperoleh dari peluang berpenghasilan secara legal.
Dari cuplikan APLI.or.id diatas maka menurut saya fatwa HARAM dibawah ini berlaku untuk piramida: diambil dari http://jacksite.wordpress.com/2007/07/25/akhirnya-mlm-halal-dalam-islam/
Hukum Multi Level Marketing (Ust. Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi)
Pengantar Termasuk masalah yang banyak dipertanyakan hukumnya oleh kaum muslimin yang cinta untuk mengetahui kebenaran dan peduli dalam membedakan halal dan haram adalah masalah Multi Level Marketing (MLM). Transaksi dengan sistem MLM ini telah merambah di tengah manusia dan banyak mewarnai suasana pasar masyarakat. Maka sebagai seorang pebisnis muslim, wajib untuk mengetahui hukum transaksi dengan sistem MLM ini sebelum bergelut didalamnya. Sebagaimana prinsip umum dari ucapan ‘Umar radhiyallahu’anhu: “Jangan ada yang bertransaksi di pasar kami kecuali orang yang telah paham agama.” (Dikeluarkan oleh AtTirmidzy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany) Maksud dari ucapan ‘Umar adalah bahwa seorang pedagang muslim hendaknya mengetahui hukum-hukum syariat tentang aturan berdagang atau transaksi dan mengetahui bentuk-bentuk jual-beli yang terlarang dalam agama. Dangkalnya pengetahuan tentang hal ini akan menyebabkan seseorang jatuh dalam kesalahan dan dosa. Sebagaimana telah kita saksikan tersebarnya praktek riba, memakan harta manusia dengan cara yang batil, merusak harga pasaran dan
sebagainya dari bentuk-bentuk kerusakan yang merugikan masyarakat, bahkan merugikan negara. Maka pada tulisan ini, kami akan menampilkan fatwa ulama terkemuka di masa ini. Mereka yang telah di kenal dengan keilmuan, ketakwaan dan semangat dalam membimbing dan memperbaiki umat. Walaupun fatwa yang kami tampilkan hanya fatwa dari Lajnah Da’imah, Saudi Arabia, mengingat kedudukan mereka dalam bidang fatwa dan riset ilmiah. Namun kami juga mengetahui bahwa telah ada fatwa-fatwa lain yang sama dengan fatwa Lajnah Da’imah tersebut, seperti fatwa Majma’ Al-Fiqh Al-Islamy (Perkumpulan Fiqh Islamy) di Sudan yang menjelaskan tentang hukum Perusahaan Biznas (Salah satu nama perusahaan MLM). Fatwa Majma’ Al-Fiqh Al-Islamy Sudan ini dikeluarkan pada tanggal 17 Rabi’ul Akhir 1424 H, bertepatan dengan tanggal 17 Juni 2003 M pada majelis no. 3/24. kesimpulan dari fatwa mereka dalam dua poin-sebagaimana yang disampaikan oleh Amin ‘Am Majma Al-Fiqh Al-Islamy Sudan, Prof. DR. Ahmad Khalid Bakar-sebagai berikut: Satu, sesungguhnya bergabung dengan perusahaan Biznas dan yang semisal dengannya dari perusahaanperusahaan pemasaran berjejaring (MLM) tidak boleh secara syar’i karena hal tersebut adalah qimar. Dua, Sistem perusahaan Biznas dan yang semisal dengannya dari perusahaan-perusahaan berjejaring (MLM) tidak ada hubungannya dengan akad samsarah-sebagaimana yang disangka perusahaan (Biznas) itu dan sebagimana mereka mengesankan itu kepada ahlul ilmi yang memberi fatwa boleh dengan alasan itu sebagai samsarah di sela-sela pertanyaan yang mereka ajukan kepada ahlul ilmi tersebut dan telah digambarkan kepada mereka perkara yang tidak sebenarnya-.” Fatwa Majma’ Al-Fiqh Al-Islamy Sudan di atas dan pembahasan bersamanya telah dibukukan dan diberi catatan tambahan oleh seorang penuntut ilmu di Yordan, yaitu syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halaby. Sepanjang yang kami ketahui, belum ada dari para ulama ayang membolehkan sistem Multi Level Marketing ini. Memang ada sebagian dari tulisan orang-orang yang memberi kemungkinan bolehnya hal tersebut, tapi datangnya hanya dari sebagian para ulama yang digabarkan kepada mereka sistem MLM dengan penggambaran yang tidak benarsebagaimana dalam Fatwa Majma’ Al-Fiqh Al-Islamy-atau sebagian orang yang sebenarnya tidak pantas berbicara dalam masalah seperti ini. Akhirulkalam, semoga apa yang tertuang dalam tulisan ini ada manfaatnya untuk seluruh pembaca dan membawa kebaikan untuk kita. Wallahula’lam Fatwa Lajnah Da’imah pada tanggal 14/3/1425 dengan nomor (22935) Telah sampai pertanyaan-pertanyaan yang sangat banyak kepada Al-Lajnah Ad-Da’imah Li Al-Buhuts Al-Ilmiyah wa Al-Ifta tentang aktifitas perusahaan-perusahaan pemasaran berpiramida atau berjejaring (MLM) seperti Biznas dan hibah Al-Jazirah. Kesimpulan aktifitas mereka adalah meyakinkan seseorang untuk membeli sebuah barang atau produk agar dia (juga) mampu meyakinkan orang-orang lain untuk membeli produk tersebut (dan) agar orang-orang itu juga meyakinkan yang lainnya untuk membeli, demikian seterusnya. Setiap kali bertambah tingkatan anggota dibawahnya (downline), maka orang yang pertama akan mendapatkan komisi yang besar yang mencapai ribuan real. Setiap anggota yang dapat meyakinkan orang-orang setelahnya (downline-nya) untuk bergabung, akan mendapatkan komisi-komisi yang sangat besar yang mungkin dia dapatkan sepanjang berhasil merekrut anggota-anggota baru setelahnya ke dalam daftar para anggota. Inilah yang dinamakan dengan pemasaran berpiramida atau berjejaring (MLM). JAWAB: Alhamdullilah, Lajnah menjawab pertanyaan diatas sebagai berikut: Sesungguhnya transaksi sejenis ini adalah haram. Hal tersebut karena tujuan dari transaksi itu adalah komisi dan bukan produk. Terkadang komisi dapat mencapai puluhan ribu sedangkan harga produk tidaklah melebihi sekian ratus. Seorang yang berakal ketika dihadapkan di antara dua pilihan, niscaya ia akan memilih komisi. Karena itu, sandaran perusahaanperusahaan ini dalam memasarkan dan mempromosikan produk-produk mereka adalah menampakkan jumlah komisi yang besar yang mungkin didapatkan oleh anggota dan mengiming-imingi mereka dengan keuntungan yang melampaui batas sebagai imbalan dari modal yang kecil yaitu harga produk. Maka produk yang dipasarkan oleh perusahaanperusahaan ini hanya sekedar label dan pengantar untuk mendapatkan komisi dan keuntungan.
Tatkala ini adalah hakikat dari transaksi di atas, maka dia adalah haram karena beberapa alasan: Pertama, transaksi tersebut mengandung riba dengan dua macam jenisnya; riba fadhl dan riba nasi’ah. Anggota membayar sejumlah kecil dari hartanya untuk mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya. Maka ia adalah barter uang dengan bentuk tafadhul (ada selisih nilai) dan ta’khir (tidak cash). Dan ini adalah riba yang diharamkan menurut nash dan kesepakatan. Produk yang dijual oleh perusahaan kepada konsumen tiada lain hanya sebagai kedok untuk barter uang tersebut dan bukan menjadi tujuan anggota (untuk mendapatkan keuntungan dari pemasarannya), sehingga (keberadaan produk) tidak berpengaruh dalam hukum (transaksi ini). Kedua, ia termasuk gharar yang diharamkan menurut syari’at, karena anggota tidak mengetahui apakah dia akan berhasil mendapatkan jumlah anggota yang cukup atau tidak?. Dan bagaimanapun pemasaran berjejaring atau piramida itu berlanjut, dan pasti akan mencapai batas akhir yang akan berhenti padanya. Sedangkan anggota tidak tahu ketika bergabung didalam piramida, apakah dia berada di tingkatan teratas sehingga ia beruntung atau berada di tingkatan bawah sehingga ia merugi? Dan kenyataannya, kebanyakan anggota piramida merugi kecuali sangat sedikit di tingkatan atas. Kalau begitu yang mendominasi adalah kerugian. Dan ini adalah hakikat gharar, yaitu ketidakjelasan antara dua perkara, yang paling mendominasi antara keduanya adalah yang dikhawatirkan. Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari gharar sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya. Tiga, apa yang terkandung dalam transaksi ini berupa memakan harta manusia dengan kebatilan, dimana tidak ada yang mengambil keuntungan dari akad (transaksi) ini selain perusahaan dan para anggota yang ditentukan oleh perusahaan dengan tujuan menipu anggota lainnya. Dan hal inilah yang datang nash pengharamannya dengan firman (Allah) Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil” [An-Nisa’:29] Empat, apa yang terkandung dalam transaksi ini berupa penipuan, pengkaburan dan penyamaran terhadap manusia, dari sisi penampakan produk seakan-akan itulah tujuan dalam transaksi, padahal kenyataanya adalah menyelisihi itu. Dan dari sisi, mereka mengiming-imingi komisi besar yang seringnya tidak terwujud. Dan ini terhitung dari penipuan yang diharamkan. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Siapa yang menipu maka ia bukan dari saya” [Dikeluarkan Muslim dalam shahihnya] Dan beliau juga bersabda, “Dua orang yang bertransaksi jual beli berhak menentukan pilihannya (khiyar) selama belum berpisah. Jika keduanya saling jujur dan transparan, niscaya akan diberkati transaksinya. Dan jika keduanya saling dusta dan tertutup, niscaya akan dicabut keberkahan transaksiny.”[Muttafaqun’Alaihi] Adapun pendapat bahwa transaksi ini tergolong samsarah, maka itu tidak benar. Karena samsarah adalah transaksi (dimana) pihak pertama mendapatkan imbalan atas usahanya mempertemukan barang (dengan pembelinya). Adapun pemasaran berjejaring (MLM), anggotanya-lah yang mengeluarkan biaya untuk memasarkan produk tersebut. Sebagaimana maksud hakikat dari samsarah adalah memasarkan barang, berbeda dengan pemasaran berjejaring (MLM), maksud sebenarnya adalah pemasaran komisi dan bukan (pemasaran) produk. Karena itu orang yang bergabung (dalam MLM) memasarkan kepada orang yang akan memasrkan dan seterusnya. Berbeda dengan samsarah, (dimana) pihak perantara benar-benar memasarkan kepada calon pembeli barang. Perbedaan diantara dua transaksi adalah jelas. Adapun pendapat bahwa komisi-komisi tersebut masuk dalam kategori hibah (pemberian), maka ini tidak benar, andaikata (pendapat itu) diterima, maka tidak semua bentuk hibah itu boleh menurut syari’at. (Sebagaimana) hibah yang terkait dengan suatu pinjaman adalah riba. Karena itu, Abdullah bin Salam berkata kepada Abu Burdah radhiyallahu’anhuma, “Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang riba tersebar padanya. Maka jika engkau memiliki hak pada seseorang kemudian dia menghadiahkan kepadamu sepikul jerami, sepikul gandum atau sepikul tumbuhan maka ia adalah riba.”[Dikeluarkan oleh Al-Bukhary dalam Ash-Shahih] Dan (hukum) hibah dilihat dari sebab terwujudnya hibah tersebut. Karena itu beliau ‘alaihish shalatu wa sallam bersabda kepada pekerjanya yang datang lalu berkata, “Ini untuk kalian, dan ini dihadiahkan kepada saya.” Beliau ‘alaihish shalatu wa sallam bersabda, “Tidakkah sepantasnya engkau duduk di rumah ayahmu atau ibumu, lalu engkau menunggu apakah dihadiahkan kepadamu atau tidak?” [Muttafaqun’Alaih] Dan komisi-komisi ini hanyalah diperoleh karena bergabung dalam sistem pemasaran berjejaring. Maka apapun
namanya, baik itu hadiah, hibah atau selainnya, maka hal tersebut sama sekali tidak mengubah hakikat dan hukumnya. Dan (juga) hal yang patut disebut disana ada beberapa perusahaan yang muncul di pasar bursa dengan sistem pemasaran berjejaring atau berpiramida (MLM) dalam transaksi mereka, seperti Smart Way, Gold Quest dan Seven Diamond. Dan hukumnya sama dengan perusahaan-perusahaan yang telah berlalu penyebutannya. Walaupun sebagiannya berbeda dengan yang lainnya pada produk-produk yang mereka perdagangkan. Wabillahi taufiq wa shalallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi. [Fatwa diatas ditanda-tangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Azis Alu Asy-Syaikh (ketua), Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Abdullah Al-Ghudayyan, Syaikh Abdullah Ar-Rukban, Syaikh Ahmad Sair Al-Mubaraky dan Syaikh Abdullah AlMutlaq] Dikutip dari majalah An-Nashihah volume 14, hal. 12-14
Wassalamu`alaikum wr.wb.