Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 10-16
perlakuan D (kontrol) tidak ditemukan
Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan
Tingkat
Kematangan Gonad secara morfologi
sel telur. Fekunditas
hasilnya disajikan pada Tabel 2. Secara morfologi, pada awal penelitian (hari ke 0) terlihat bahwa kematangan gonad berada pada TKG I, ovarium berwarna coklat muda dan butiran telur belum dapat dilihat dengan mata. Setelah diberikan perlakuan dengan pemberian hormon OODEV, maka TKG mulai meningkat sampai pada hari ke 28 berada pada TKG III dimana ukuran
Fekunditas adalah jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus reproduksi,
fekunditas
juga
menunjukan kualitas dari induk betina. Data fekunditas dapat dilihat pada Tabel 3. Pengamatan terhadap induk ikan patin selama proses penelitian dengan
empat
perlakuan
yang
diujicobakan diperoleh data banyaknya sel telur yang di keluarkan.
ovarium relatif lebih besar dan mengisi sampai sepertiga rongga perut dan butiran telur terlihat jelas. Tabel 2.Rerata diameter telur induk ikan Perlakuan A B C D
Rerata Diameter Telur (mm) 0,3±0,01087 0,8±0,2055 0,9±0,5766 0±0
Tabel 3. Rerata Fekunditas Induk masingmasing perlakuan Perlakuan
RerataFekunditas (butir)
A
1.208.510±78472,2
B
1.130.568±84082,8
C
805.697±547788,4
D
0±0
Diameter Telur Data rerata diameter sel telur terlihat bahwa perlakuan C lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya, ini disebabkan sel telur berkembang lebih cepat
dibanding
perlakuan
yang
Gambar 2. Grafik fekunditas induk ikan patin dari empat perlakuan
lainnya ukuran sel telur lebih besar dari
normalnya
sedangkan
pada
14
AgusTinus : Kinerja Reproduksi Dengan Induksi OODEV.....
2. Terjadi perkembangan reproduksi
Kualitas Air
pada
Hasil pengukuran kualitas air
ditandai dengan rerata berat gonad
awal
menunjukkan lebih dari 10% (30 –
dan
akhir
penelitian
disajikan dalam tabel 4 berikut:
40%) dari rerata berat induk ikan patin yang diteliti.
Tabel 4. hasil analisa kualitas air No
Parameter
Awal peneliti an
Akhir penelitian
1
Suhu ( ̊C)
29,3
29,5
2
pH
7,3
7,0
3
DO (mg/l)
4,4
4,6
4
Amoniak (mg/l)
0,23
0,25
Pustaka 28-29 ̊C (Djariah, 2001). 7,2-7,5 (Djariah, 2001). 2-5 ppm (Djariah, 2001). <1 ppm (Djariah, 2001).
3. Induksi
Oodev
bahwa
semakin
Oodev
yang
memperbesar
menunjukkan tinggi
dosis
diberikan
akan
ukuran
diameter
telur dan TKG dari induk ikan patin.
KESIMPULAN DAN SARAN Saran Kesimpulan
1. Dapat disarankan pengunaan
1. Induksi
Oodev
pengaruh vitelogenesis
memberikan
terhadap
proses
ikan patin untuk rematurasi
dengan
indikator
karena dosis ini dinilai lebih
pengamatan peningkatan Growth Rate,
berat
dosis Oodev 0,5 ml/ kg induk
gonad,
tingkat
ekonomis. 2. Untuk
penelitian
rematurasi
kematangan gonad, diameter telur
menggunakan
dan fekunditas dari induk ikan
dilakukan dengan komoditas
patin
ikan yang lain.
yang
diteliti
dimana
Oodev
dapat
pemberian pakan kondisional.
DAFTAR PUSTAKA Mackenzie, D., P. Thomas dan S.M. Farrar. 1989. Seasonal changes in thyroid and reproductive steroids hormones in female channel catfish, Ictalurus punctatus in pond culture. Aquaculture.78 : 63-80. 15
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 10-16
Ng,TB., and D. R. Idler 1984. Yolk formation and differetiantion in teleoteifishes. In W. S. Hoar, D. J. Randall and Donaldson (Eds). FishPhysiology Vol. IX. Academic Press, New York. Siregar, M. 1999. Stimulasi pematangan gonad bakal induk betina ikan jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) dengan hormoe hCG. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor. 41 hal Wiegand, M.D. 1984.Vitellogenesis in fishes p:233-241. In reproductive physiology of fish edited by Richer, G.J. and H.J.Goss.Proc.Of Intern Symposium.On Reprod. Physiol. Fish Centre for Agricultural Publishing and Documentation. Weginegen. Zairin, M. Jr. Dkk. 2004. Pengaruh Pemberian Hormon aLH-RH Melalui Emulsi W/O/W LG (C-14) pada Perkembangan Gonad Induk Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Indonesia 3 :15- 21.
16
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
EFISIENSI PEMBERIAN PERUPUK TERHADAP SERAPAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET EFFICIENCY PERUPUK AGAINST THE ABSORPTION LIQUID WASTE RUBBER INDUSTRY 1) 1)
Deddy Dharmaji
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research was aimed to analyze the ability of perupuk (Phragmites karka Trin) in reducing the element of rubber industrial liquid waste polluters on the scale of the laboratory. The method used was the method of survey. The data from laboratory test were tabulated and analyzed descriptively and the level of efficiency was calculated. Referring to South Kalimantan Governor Regulation Number 36 in 2008, the results showed that, TSS parameters started to be effectively reduced on day 10 (T 1) with close to 84,33 mg/l (32.53%), BOD5 started to be effectively reduced on day 20 (T 2) with close to 24.00 mg/l (99,29%), and COD started to be effectively reduced on day 20 (T 2) with close to 44,65 mg/l (98,90%) due to the levels were already below the value of the Quality Standard Liquid Waste (QSLW). Generally, time retention was best accomplished on day 30 (T 3) in reducing liquid waste rubber industry. Keywords: Fitoremediasi, Rubber, Liquid Waste, Perupuk
industri dan kegiatan lain berdampak
PENDAHULUAN Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin
menurun.
Kegiatan
negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan kulitas air. Kondisi
ini
dapat
menimbulkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. 17
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
Menurut
Sumarwoto
(1989),
memiliki polutan yaitu bahan yang
pencemaran Daerah Aliran Sungai
dapat
(DAS) atau perairan umum lainnya
pencemaran/pengotoran yang sangat
oleh industri karena tidak mempunyai
tinggi
tempat dan alat pengolah limbah
pengelolaan yang tepat.
sehingga
limbah karet ini langsung dibuang ke
industri
membuang
limbahnya ke sungai.
menimbukan
apabila
polusi
tidak
dilakukan Apabila
perairan tanpa pengelolaan yang tepat,
Karakter air limbah industri karet
akan menimbulkan dampak negatif
dalam pengolahan karet sheet (Ribbed
bagi
lingkungan
perairan
Smoked Sheet / RSS) memerlukan air
masyarakat di sekitarnya.
dan
yang banyak, yang berfungsi sebagai
Menurut Muthurajah, John dan
pengencer lateks, mencuci koagulan,
Lee (1973) di dalam Najamuddin
merendam sheet dan mencuci bak-bak
(1996), limbah hasil prosessing pabrik
koagulasi, mesin gilingan, lantai pabrik
karet memiliki sifat bahan pencemar
dan lain sebagainya. Pada pengolahan
yang
karet sheet juga dipergunakan bahan-
pencemarnya
bahan kimia tertentu seperti asam
perairan tergantung kepada kualitas air
semut,
tempat pembuangan suatu jenis limbah.
sehingga
kemasaman
air
sangat
tinggi,
yang
terhadap
lingkungan
buangan berkisar antara 5 – 5,2
Pada
(BBKKP, 1982).
remah/crumb rubber, tergolong proses
Menurut
Chairuddin (1994),
proses
kadar
pengolahan
karet
basah yang memerlukan air hampir
limbah cair karet mengandung bahan
pada
organik dan anorganik yang mudah
mengolah bahan baku dari karet rakyat,
terurai serta mengandung nutrien yang
disebabkan tingginya kadar kotoran
potensial.
Limbah
karet
dalam bahan baku, pengolahan low
mengandung
bahan
yang
grade ini memerlukan air yang lebih
berasal dari serum dan partikel karet
banyak daripada yang diperlukan untuk
yang belum terkoagulasi.
pengolahan high grade. Air untuk
cair organik
Dalam
setiap
proses.
pengolahan
Apalagi
serum terdapat protein, gula, lemak,
proses
garam organik dan mikroorganisme.
sebagian
Limbah hasil proses industri karet
pembersihan dan penggilingan. Untuk
besar
karet
jika
digunakan
remah, untuk
18
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
proses
pengolahan
karet
remah
diversifikasi pengolah limbah cair
dibutuhkan air sebanyak 40 m3/ton
berbasis
karet.
kenyataannya, penggunaan tumbuhan
Pada umumnya air limbah
fitoremediasi.
pabrik karet remah bersifat asam
air
dengan pH 5.5 – 6. Hal ini disebabkan
perbaikan
pemakaian asam asetat atau asam
pengelolaannya. Pengembangan unit
format untuk proses penggumpalan
instalasi
lateks. Limbah cair hasil produksi karet
berteknologi seperti sistem biofilm,
mengandung
Oxygen
sludge dan lumpur aktif dan macam
Demand (COD), Biological Oxygen
teknologi lainnya yang saat ini telah
Demand
banyak
dikembangkan
keasaman (pH) yang tinggi, selain
tergolong
high
NH3-N, TSS, P-Total dan kandungan
maintenance yang relatif besar dengan
logam Zn.
melibatkan tenaga ahli/operator yang
Chemical
(BOD5),
dan
tingkat
Industri karet dihadapkan pada kendala biaya pengolahan limbah cair yang
cukup
tinggi,
harus
Namun
disinergikan
dengan
lingkungan
tempat
pengolahan
air
cost
limbah
namun dan
biaya
terampil untuk mengelola unit instalasi tersebut.
memerlukan
Tumbuhan air sering dianggap
perawatan peralatan yang kontinyu,
gulma, karena pertumbuhan yang cepat
dan memerlukan tenaga ahli khusus
dan doubling time (DT) pendek (Hisbi,
untuk
instalasi
1992). Perupuk (Phragmites karka)
Oleh karena itu
dapat dimanfaatkan sebagai bahan
mengoperasikan
pengolahan limbah.
diusahakan untuk mendapatkan cara
pengolah
pengolahan
menghilangkan
limbah
dengan
biaya
limbah bau
cair,
dapat
serta
nyamuk
murah dan perawatan yang lebih
(Kurniadie, 2001). Tumbuhan purun
mudah dan sederhana (Behera et al.,
tikus
1984).
ekologis berperan sebagai tumbuhan
Kemajuan-kemajuan
yang
biofilter
(Eleocharis
dulcis)
secara
yang
dapat menetralisir
beracun
dan kemasaman di
dicapai di bidang ilmu tumbuhan air
unsur
telah berhasil memanfaatkan beberapa
lahan sulfat masam dengan menyerap
jenis tumbuhan air yang tersedia secara
Fe sebesar 80,0-1.559,5 ppm dan SO4
melimpah untuk digunakan sebagai 19
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
sebesar 7,88-12,63 ppm (Atika, dkk.,
kualitas
perairan
2009).
industri
karet,
Pemanfaatan
dan
instalasi baik
limbah
pengaruhnya
potensi
terhadap kondisi parameter perairan,
tumbuhan air sebagai fitoremediasi
kandungan daya ekstraksi terbesar
dalam instalasi pengelolaan limbah cair
tanaman air dan kemampuan media
industri belum banyak dikembangkan
hidup biota ikan serta kandungan
padahal jenis-jenis makrofita akuatik
logam berat dalam jaringan ikan yang
ini dianggap penting karena berkaitan
berada di instalasi limbah.
dengan laju penyerapan nutrien dan
Salah satu cara pengelolaan air
unsur-unsur pencemar tumbuhan air
limbah karet dengan teknologi murah
tersebut.
Efektivitas
dan
efesiensi
dan mudah serta cocok diterapkan di
cair
industri
Indonesia khususnya di Kalimantan
terhadap laju penyerapan nutrien yang
Selatan adalah menggunakan berbagai
berarti
pemiskinan
gulma air seperti gelagah / perupuk
kimia
(Phragmites karka Trin) (John, 1984,
pengolahan
limbah
pula
proses
kandungan
parameter
berdasarkan
kemampuan
air
makrofita
di dalam Kurniadie, 2001).
akuatik dalam menyerap unsur-unsur
Penelitian
mengenai
gulma
pencemar dan nutrien dalam instalasi
gelagah (perupuk : sebutan masyarakat
limbah. Instalasi pengolah limbah cair
lokal di daerah Kalimantan Selatan,
menggunakan
telah
tumbuhan
air
banyak
dilakukan,
seperti
merupakan salah satu metode/sistem
pembuatan Instalasi Pengolah Limbah
pengolah air limbah yang sifatnya
Biologis
ekonomis, mudah dan bersifat tepat
memanfaatkan
guna.
menunjukkan
(IPALbio) gulma
dengan gelagah
efisiensi-efisiensi
Potensi daya reduksi makrofita
pembersih yang tinggi diantaranya
akuatik lokal Purun Tikus (Eleocharis
efisiensi pembersih BOD5 > 85%,
dulcis), Perupuk (Phragmites karka)
efisiensi pembersih COD > 81%,
dan Kiambang (Salvinia Molesta),
efisiensi pembersih NH4-N > 90%, dan
Eceng gondok (Eichornia crassipers),
efisiensi pembersih bakteri coli > 99%.
Kangkung (Ipomea aquatica) belum
Hal ini menunjukkan bahwa perupuk
banyak
dapat
diteliti
dalam
perbaikan
digunakan
untuk
mereduksi 20
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
limbah
dari
bahan
organik
dan
anorganik (Kurniadie, 2001). Kegunaan
plastik)
sebanyak
3
buah,
yang
sebelumnya telah diisi media tanam. ini
Kemudian baskom plastik diisi dengan
cara
limbah karet dengan volume 10 l.
pengolahan limbah cair industri karet
Bobot biomassa tumbuhan uji dan
secara
volume air limbah yang diberikan pada
diharapkan
penelitian diperolehnya
biologis,
dalam
hal
ini
pemberian perupuk untuk mereduksi
penelitian
limbah cair industri karet yang dapat
perbandingan 0,5 kg tumbuhan uji : 10
diaplikasikan
skala
l air limbah.
industri/home industri yang ada unit
Media
dalam
ini
tanam
menggunakan
yang
mengisi
pengolahan maupun yang belum ada
masing-masing baskom berturut-turut
unit pengolahannya
dari lapisan bawah berupa kerikil / batu ukuran 17 – 32 mm setinggi 4 cm, kerikil / batu ukuran 8 – 16 mm
METODE PENELITIAN
setinggi 4 cm, pasir dan tanah setinggi 8 cm, dan pasir setinggi 4 cm.
Alat dan Bahan Limbah
cair
industri
karet
1. Uji
laboratorium
untuk
diambil di PT. Perkebunan Nusantara
menganalisa
(PT. PN) XIII Persero, Kebun Danau
cair
Salak
Provinsi
waktu retensi 10 hari selama ±
Kalimantan Selatan, sedangkan sampel
1 (satu) bulan, dimulai dari hari
perupuk diambil di daerah Martapura
ke-0 (T 0) yaitu pada saat
Lama
Provinsi
pengambilan limbah cair karet
Kalimantan Selatan. Perupuk yang
sebelum diujikan pada masing-
telah diambil dari habitatnya kemudian
masing baskom, hari ke-10 (T
diaklimatisasi selama ± 1 minggu.
1), hari ke-20 (T 2), dan hari
Setelah
aklimatisasi,
ke-30 (T 3). Perlakuan waktu
perupuk ditimbang seberat 0,5 kg
retensi setiap 10 hari, lebih
untuk
ditekankan
Kabupaten
Banjar
Kabupaten
Banjar
dilakukan
selanjutnya
masing-masing
ditanamkan
wadah
ke
(baskom
karet
sampel
limbah
diambil
dengan
pada
adaptasi
perupuk pada media uji dalam mereduksi limbah karet. 21
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
Analisis Data Parameter
yang
dianalisa
di
laboratorium meliputi TSS, BOD5,
Keterangan : Kontrol = Perlakuan =
COD. Kadar parameter TSS, BOD5, COD
selanjutnya
dengan
disebandingkan
Peraturan
Gubernur
Nilai kualitas air sebelum diberi perlakuan Nilai kualitas air dengan pemberian perupuk (Phragmites karka Trin) pada waktu retensi hari ke0, hari ke-10, hari ke-20 dan hari ke-30
Kalimantan Selatan No. 36 tahun 2008 tanggal 16 Oktober 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karet dan disebandingkan juga dengan
Hasil
hasil penelitian para ahli. efisiensi
Tumbuhan perupuk dapat menurunkan
pemberian perupuk terhadap serapan
kadar TSS secara signifikan. Rataan
air limbah karet, dilakukan perhitungan
kadar TSS hasil pengamatan fluktuasi
efisiensi serapan (Ihsan, 2003) berikut
TSS disajikan pada Tabel 1, Tabel 2
ini :
dan Tabel 3, serta divisualisasikan
Untuk
melihat
pada
Kontrol – Perlakuan Efisiensi
X 100%
= Kontrol
Gambar 1, Gambar 2 dan
Gambar 3.
Tabel 1. Rataan kadar TSS hasil pengamatan (mg/l) Baskom Waktu Retensi (hari)
Rataan 1
2
3
Hari ke-0 (T 0) = Kontrol
125
125
125
125,00
Hari ke-10 (T 1)
83
81
89
84,33
Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Karet
Efisiensi (%)
0,00 32,53 100 mg/l
Hari ke-20 (T 2)
53
61
40
51,33
58,93
Hari ke-30 (T 3)
23
29
22
24,67
80,27
Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.
22
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
Gambar 1. Grafik fluktuasi kadar TSS hasil pengamatan.
Tabel 2. Rataan kadar BOD5 hasil pengamatan (mg/l) Baskom Waktu Retensi (hari)
Rataan 1
2
3
Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Karet
Hari ke-0 (T 0) 3400,00 3400,00 3400,00 3400,00 = Kontrol Hari ke-10 (T 166,67 300,00 300,00 255,56 1) Hari ke-20 (T 13,33 21,33 37,33 24,00 2) Hari ke-30 (T 11,56 12,44 22,22 15,41 3) Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.
Efisiensi (%)
0,00
60 mg/l
92,48 99,29 99,55
Gambar 2. Grafik fluktuasi kadar BOD5 hasil pengamatan.
23
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
Tabel 3. Rataan kadar COD hasil pengamatan (mg/l) Baskom Waktu Retensi (hari)
Rataan
Hari ke-0 (T 0) = Kontrol Hari ke-10 (T 1)
1
2
3
4063,76
4063,76
4063,76
4063,76
541,83
632,14
614,08
596,02
Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Karet
Efisiensi (%)
0,00 85,33 200 mg/l
Hari ke-20 (T 2)
42,14
46,66
45,15
44,65
98,90
Hari ke-30 (T 36,87 43,65 39,13 39,88 3) Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.
99,02
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
Gambar 3. Grafik fluktuasi kadar COD hasil pengamatan. Tabel 3. Pertumbuhan cacing rambut pada berbagai perlakuan Ulangan 1 2. 3. Rerata
Perlakuan A (ekor) 41094 37358 31132 36528
Perlakuan B (ekor) 56037 53301 57283 55207
Perlakuan C (ekor) 67245 70981 74716 70981
turun hingga 30 hari (T 3) pada
Pembahasan
masing-masing baskom uji. Pada hari ke-10 (T 1) kadar TSS sebesar 84,33
Kadar TSS pada hari ke-0
(T 0)
mg/l, dimana kadarnya sudah di bawah
sebesar 125 mg/l dan berangsur-angsur 24
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
baku
mutu
yang
penyerapan BOD5 pada waktu retensi
dipersyaratkan (Peraturan Gubernur
hari ke-20 (T 2). Nilai efisiensi serapan
Kalimantan Selatan No. 36 tahun 2008,
BOD5 yang signifikan yaitu pada hari
yaitu sebesar 100 mg/l.
Artinya
ke-10 (T 1) sebesar 92,48 %, hari ke-
dalam
20 (T 2) sebesar 99,29 %, dan hari ke-
perupuk
limbah
sudah
cair
efektif
penyerapan TSS pada waktu retensi
30 (T 3) sebesar 99,55 %.
hari ke-10 (T 1).
menunjukkan
Nilai efisiensi serapan TSS yang signifikan yaitu pada hari ke-10 (T 1) sebesar
32,53 %, hari ke-20 (T 2)
adanya
Hal ini
kemampuan
perupuk yang tinggi sebagai pereduksi BOD5. Tumbuhan
perupuk
dapat
COD
secara
sebesar 58,93 %, dan hari ke-30 (T 3)
menurunkan
sebesar
ini
signifikan. Rataan kadar COD hasil
kemampuan
pengamatan fluktuasi COD disajikan
80,27
menunjukkan
%.
adanya
Hal
perupuk yang tinggi sebagai pereduksi TSS.
kadar
pada Tabel 3 dan Gambar 3. Kadar COD pada hari ke-0 (T 0)
Tumbuhan menurunkan
kadar
perupuk
dapat
sebesar 4063,76 mg/l. Nilai COD ini
BOD5
secara
masih di atas Baku Mutu menurut
signifikan. Rataan kadar BOD5 hasil
Peraturan
Gubernur
Kalimantan
pengamatan fluktuasi BOD5 disajikan
Selatan No. 36 tahun 2008, dimana
pada Tabel 2 dan Gambar 2.
kadar maksimum COD tidak boleh
Kadar BOD5 pada hari ke-0
melebihi 200 mg/l. Setelah diberikan
(T 0) sebesar 3400 mg/l dan berangsur-
pemberian perupuk, kadar COD ini
angsur turun hingga hari ke-30 (T 3)
berangsur-angsur turun hingga hari ke-
pada masing-masing baskom uji. Pada
30 (T 3) pada masing-masing baskom
hari ke-20 (T 2) kadar BOD5 sebesar
uji. Pada hari ke-20 (T 2) kadar COD
24,00 mg/l, dimana kadarnya sudah di
sebesar 44,65 mg/l, dimana kadarnya
bawah baku mutu limbah cair yang
sudah di bawah baku mutu limbah cair
dipersyaratkan (Peraturan Gubernur
yang dipersyaratkan. Artinya perupuk
Kalimantan Selatan No. 36 tahun
sudah efektif dalam penyerapan COD
2008), yaitu sebesar 60 mg/l. Artinya
pada waktu retensi hari ke-20 (T 2).
perupuk
sudah
efektif
dalam 25
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
Nilai efisiensi serapan COD yang
KESIMPULAN DAN SARAN
signifikan yaitu pada hari ke-10 (T 1) sebesar
85,33 %, hari ke-20 (T 2)
sebesar 98,90 %, dan hari ke-30 (T 3) sebesar
99,02
menunjukkan
%.
Hal
adanya
ini
kemampuan
perupuk yang tinggi sebagai pereduksi
Mengacu
pada
Peraturan
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008, parameter TSS mulai efektif direduksi pada hari ke-10 (T 1) dengan capaian 84,33 mg/l (32,53 %), BOD5 mulai efektif direduksi pada hari ke-20 dengan capaian 24,00 mg/l (99,29 %), dan COD mulai efektif direduksi pada hari ke-20 dengan capaian 44,65 mg/l (98,90 %) karena kadar capaiannya sudah berada di nilai
BMLC
yang
dipersyaratkan. Waktu retensi terbaik pada 30 hari (T 3), dimana parameter TSS, BOD, dan COD sudah tereduksi. Dari
1. Efisiensi
pemberian
perupuk
terhadap limbah cair industri karet pada parameter TSS mulai efektif direduksi pada hari ke-10 (T 1), BOD5 mulai efektif direduksi pada
kadar COD.
bawah
Kesimpulan
penjelasan
dikemukakan, kemampuan
yang
perupuk yang
telah
mempunyai
tinggi
untuk
menyerap limbah cair industri karet.
hari ke-20 (T 2) dan COD mulai efektif direduksi pada hari ke-20 (T 2) karena kadar capaiannya sudah berada di bawah nilai Baku Mutu Limbah Cair. Secara umum waktu retensi terbaik dicapai pada hari ke30 (T 3) dalam mereduksi limbah cair industri karet. 2. Besaran serapan perupuk terhadap limbah cair industri
karet pada
parameter TSS sebesar 84,33 mg/l (32,53
%),
serapan
terhadap
parameter BOD5 mencapai 24,00 mg/l (99,29
%),
dan
serapan
terhadap parameter COD mencapai 44,65 mg/l (98,90 %) karena kadarnya sudah berada di bawah nilai Baku Mutu Limbah Cair.
Saran 1. Dari skala an
hasil
penelitian
laboratorium,
pada
perbanding-
antara banyaknya
perupuk 26
Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....
dan air limbah yang direduksi dalam
baskom adalah
10 l.
Hal
ini
diaplikasikan
ke
0,5 kg :
berdasarkan
disarankan
untuk
menanam
dapat
perupuk, karena terbukti dapat
lahan
mereduksi limbah cair industri
sebenarnya dengan memperhatikan konversi
2. Dalam pengelolaan limbah karet,
kebutuhan
perupuk
volume
buangan
karet.
limbah.
DAFTAR PUSTAKA Atika Setyorini, Krisdianto dan Syaiful Asikin. 2009. Biomassa Purun Tikus (Eleocharis dulcis Trin.) Pada Tiga Titik Sampling Di Desa Puntik Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Bioscientiae Volume 6, Nomor 1, Januari 2009, Halaman 1-10 Behera, N.C., A.Y. Kulkarni, Jivendra and S.C. Jain. 1984. An economic and simple process of upgrading paper mill effluent by water hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms). Procedings of The International Conference on Water Hyacinth, Hyderabad, India, Februari 7 – 11, 1983. United Nations Environment Programme. Nairobi. P. 713 – 732. Balai Penelitian Barang Karet, Kulit, dan Plastik (BBKKP). 1982. Proses dan Family Tree, Pembuatan Barang-Barang Karet Serta Kemungkinan Pencemarannya. Balai Penelitian Barang Karet, Kulit dan Plastik. Yogyakarta. 30 halaman Chairuddin, G., 1994. Kualitas Air dan Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) dalam Lagoon Limbah Karet. Institut Pertanian Bogor. Tesis (tidak dipublikasikan). 150 halaman Hisbi, D. 1992. Kekerabatan Fenetik Gulma Air yang Mengapung Bebas Pada Permukaan Air di Kalimantan Selatan. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ihsan, M. 2003. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Islam Batik University Press. Surakarta. Kurniadie, D. 2001. Pemanfaatan Gulma Air Phragmites karka Sebagai Alat Pembersih Air Limbah Rumah Tangga. Prosiding Konferensi Nasional XV. Himpunan Gulam Indonesia. Surakarta. 27
Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013 hal. 17-28
Najamuddin, A., 1996. Toksisitas Air Limbah Pabrik Karet PTP. XVIII (Persero) Danau Salak terhadap Hewan Uji Daphnia pulex. Universitas Lambung Mangkurat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 36 Tahun 2008 tanggal 16 Oktober 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Karet. Sumarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
28