EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL Oleh: Dian Arya Susanti Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected] Abstract Plagiarism is an academic sin, but still exist even by the academic community in Indonesia. Director General of Higher Education at the note that’s been circulated, there are 21 state universities and seven private universities in the list of cases of plagiarism. Actors in plagiarism obviously having a big loss. Demotion, even a moratorium on the recruitment of professors for the institutions is definitely a very big loss. This paper tries to see how the actors right from an ethical standpoint of plagiarist liberalism who exalts individual freedom. By taking Nozick as a character that upholds individual liberty, however,it was found that, still, the behavior of plagiarism is an act that violates the principles of justice. Keywords: Plagiarism, Academics, Ethics Liberalism Abstrak Plagiarisme adalah sebuah dosa besar dalam dunia akademik. Walaupun demikian, hal ini masih seringkali terjadi, yang bahkan dilakukan oleh para pelaku akademik itu sendiri. Direktorat Jeneral Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa terdapat 21 perguruan tinggi negeri dan 7 perguruan tinggi swasta yang didaulat sebagai pelaku plagiarism. Pelaku plagiarisme dalam hal ini jelas besar pasak daripada tiang. Demosi sampai dengan moratorium pengangkatan profesor untuk institusi pelaku plagiarism jelas merupakan sesuatu yang sangat merugikan. Artikel ini mencoba untuk meninjau, bagaimana para pelaku plagiarism dari sudut pandang etika liberalism, yang sangat mennyanjung tinggi kebebasan individual. Dari hasil kajian, ternyata, dengan mengambil pendapat Nozick sebagai tokoh kebebasan individu sekalipun, perilaku plagiarism tetaplah sebuah tindakan yang melanggar prinsip-prinsip keadilan. Kata Kunci: Plagiarisme, Pendidikan Tinggi, Etika Liberalisme
A. PENDAHULUAN
Koordinator Kopertis, terdapat daftar
Pada surat edaran Dirjen Dikti bertanggal ditujukan Perguruan
138
4
Januari kepada
Tinggi
2012
nama-nama perguruan tinggi dan
yang
swasta yang masuk ke dalam daftar
Pimpinan
kasus pelanggaran norma akademik
Negeri
dan
berupa
plagiarisme.
Jumlah
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
Perguruan
Tinggi
yang
termasuk
merupakan sebuah pelanggaran hak
dalam daftar tersebut berjumlah 21
cipta
PTN dan 7 PTS. Jumlah yang sangat
berdasarkan pada Konvensi Bern dan
banyak bila dibandingkan dengan
berlaku hampir di seluruh dunia.
jumlah
Kebanyakan
seluruh
perguruan
tinggi
negeri di seluruh negeri tercinta ini. Masalah lingkungan
plagiarisme
akademisi
bagi
wajah
penulis.
Hukum
analisis
ini
selalu
mengedepankan hak penulis yang
dalam
dilanggar, akan tetapi, bagaimana
merupakan
dengan hak mereka yang melakukan
sesuatu yang ‘horrified’, ‘mockery’
si
sebuah
plagiasi? Karena pada banyak kasus
pendidikan
sebenarnya para akademisi cukup
bangsa Indonesia. Akan tetapi, bila
paham
ditelusur
sebenarnya
plagiarisme ini, akan tetapi ‘terpeleset’
masalah plagiarisme ini merupakan
dan divonis melakukan plagiasi secara
sesuatu yang menguratakar di bumi
sengaja. Vonis ini jelas menjadi sebuah
pertiwi ini. Salah satu contoh akar
kerugian
budaya berbasis peniruan ini ialah
bersangkutan,
kebanggaan orang-orang Bali bila
maupun materil.
kemampuan mereka dalam mengukir
Berdasarkan fenomena diatas, maka
kayu ditiru oleh banyak orang. Makin
makalah
banyak
yang
menganalisis hak-hak ‘plagiator’ dari
semakin
bahagia
lebih
jauh,
meniru dia.
karyanya, Selain
itu,
budaya gotong royong dan kuatnya solidaritas kegiatan
yang saling
tercermin tolong
dalam
menolong,
menyuburkan budaya plagiarisme.
mengenai
bagi
ini
mereka
baik
secara
disusun
yang moril
untuk
sisi etika liberalisme. B.
METODE 1. Metode Pengumpulan Data Makalah
ini
disusun
dengan menggunakan metode
Bila dilihat dari sudut pandang
kualitatif
hak intelektual, tentunya plagiarisme
literatur,
EduLib – Dian Arya Susanti
aturan-aturan
berupa dimana
studi data-data 139
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 baik berupa angka maupun
melakukan
fakta, yang dikumpulkan dari
Universityof New South Wales
literatur-literatur
memberikan
berkaitan
dengan
yang masalah-
masalah yang diajukan, serta
definisi
plagiarisme
untuk
mahasiswanya sebagai
pernyataan
sebagai
hasil
“using the words or ideas of
wawancara
maupun
hasil
others and presenting them as
pengamatan lapangan.
your own. Lebih jauh lagi,
Metode Analisis Data
plagiarism
Tujuan dari makalah ini
intellectual theft. It can take
pada intinya adalah mengkaji
many forms, from deliberate
sebuah fenomena yang hadir
cheating
dan
copying from a source without
nyata
terjadi
dalam
keseharian hidup kita sebagai
is
a
to
type
of
accidentally
acknowledgement”
sebuah bangsa. Maka analisis
Flinders University juga
yang perlu dilakukan bila data
memberikan
sudah
adalah
plagiarisme sebagai the use of
data,
another’s ideas or words as if
terkumpul
mengorganisasikan
menguji keabsahan data, lalu mencoba
definisi
untuk
they were one’s own.
mengaitkannya
Bila
ditarik
dari
definisi
dan memang berkaitan dengan
disimpulkan bahwa kegiatan
fenomena tersebut.
plagiarisme
adalah
bisa
bila
seseorang menggunakan ide-
1. Plagiarisme
ide atau kata-kata milik orang
Secara
definitif,
lain
bisa
diartikan
serta
sebuah
tindakan
miliknya pribadi. Kata yang
plagiarisme sebagai
diatas,
dua
dengan teori-teori yang tepat
C. PEMBAHASAN
140
plagiasi.
dan
menggunakannya
mengakuinya
sebagai
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
seringkali dengan
diasosiasikan plagiarisme
adalah
b. Mengganti dengan bahasa sendiri
adalah
‘penjiplakan’. Kedua istilah ini
Plagiarisme.
memiliki asosiasi negatif bila
mengambil
dikenai kepada suatu subjek
kalimat dari sumber dan
tertentu,
melakukan
dengan
baik hal
dikaitkan
yang
abstrak
Jika
kita sebuah
perubahan
beberapa kata atas kalimat
seperti masalah etika, maupun
itu,
dalam hal yang sifatnya fisik,
dikatakan
plagiarisme.
misalnya seperti kasus-kasus
Jadi
kita
hukum yang pernah terjadi.
mengutip sebuah kalimat,
Kegiatan
jika
masih
ingin
aktivitas
maka
kita
harus
ini
menurut
meletakkannya
dalam
Barnbaum
(Valdosta
tanda kutip dan mengutip
menjadi
penulis dan dari mana
terbagi
lima jenis, yaitu; a. Copy
ini
atau
plagiarisme
University)
hal
&
artikel Paste
Plagiarisme.
adalah
Setiap
kita
kali akan
Tapi
itu
didapatkan.
kebanyakan
mengutip
artikel,
menyertakan
orang tanpa sumber
mengangkat/mengutip
utama artikel. Mengutip
sebuah anak kalimat atau
harus dilakukan apabila
paragraf
ada
utuh
dari
hubungan
manfaat
sumber, maka kita harus
antara kutipan kata ini
menggunakan
tanda
dengan kalimat yang kita
kutipan dan memberikan
tulis, terutama manfaat ini
referensi sumber.
terasa
EduLib – Dian Arya Susanti
ketika
dibaca
berulang-ulang.
Dalam 141
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 banyak
kasus,
menghindari
untuk
membuat lebih jelas ide
pengutipan
atau memberikan pembaca
semacam ini, lebih baik
sebuah
kita mengutip langsung
menyentuh
dari sumber-sumber asli.
emosi lebih baik, dengan
Hal
adanya
ini
adalah
pilihan
yang lebih baik.
kutipan
adalah Ketika
indera
gambaran
atau
yang
Metafora
itu
sendiri.
Kemudian juga mengikuti
kita
bagian penting dari gaya
mengikuti sebuah sumber
kreatif si penulis tersebut.
kalimat demi kalimat atau
Jika
paragraf demi paragraf,
membuat kalimat sebagus
itu
metafora
adalah
tindakan
kita
tidak
si
bisa
penulis
plagiarisme, meskipun tak
(sumber), sebaiknya kita
satu pun dari kalimat kita
datang dengan penulisan
yang persis sama seperti
metafora si penulis untuk
yang ada di artikel atau
dapat menggambarkan ide
sumber,
urutan
penting yang ada pada
yang berneda juga. Jadi
tulisan, oleh karena itu
dengan demikian, dalam
apabila
kasus
demikian,
bahkan
ini
kita
sudah
ingin kita
menyalin gaya penalaran
mencantumkan
penulis.
penuh
d. Penulisan Metafora adalah Plagiarisme.
Penulisan
metafora digunakan
142
yang
jelas dari objek atau proses
c. Mengikuti gaya penalaran
Plagiarisme.
analogi
baik
kredit
berlaku harus secara penulis
untuk sumber itu. e. Mengikuti
Ide
penulis
biasanya
adalah Plagiarisme. Jika
untuk
kita menulis sebuah artikel
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
dengan mengikuti sumber
penulis
sebenarnya
dalam
mengungkapkan
sebagai literatur.
ide
kreatif
atau
Random House Compact
menyarankan solusi untuk
Unabridged Dictionary (1995)
suatu masalah pembaca,
menyatakan bahwa kegiatan
maka ide atau solusi harus
plagiarisme
jelas
(intentionally) dan bisa
dikaitkan
penulis
dengan
sebenarnya.
bisa
disengaja
tidak
saja
disengaja
Banyak mahasiswa yang
(unintentionally).
tampaknya
dengan tidak disengaja adalah
kesulitan
Maksudnya
untuk membedakan mana
bila
yang kalimat gagasan (ide)
kata-kata,
ide-ide
atau
dan / atau solusi dari
pemikiran
seseorang
pada
informasi yang disajikan
tulisannya sendiri, akan tetapi
penulis.
Gagasan
lupa mencantumkan sumber-
informasi umum adalah
sumber pustaka atau tidak
setiap
ide
mengenai orang
seseorang memasukkan
atau
solusi
mengetahui bagaimana cara
sesuatu
yang
untuk mensitasi atau mengutip
lapangan
hasil karya orang lain ke dalam
di
menerima
sebagai
tulisannya.
pengetahuan umum dan meberikan tersendiri
makna bagi
mereka.
Dengan
melihat
fenomena diatas, akan sangat mudah
seseorang
terpeleset
Namun, ide baru tentang
dan masuk ke dalam ‘vonis’
bagaimana untuk mencari
plagiarisme.
solusi dari informasi itu
Indonesia,
perlu
mengenai plagiarisme belum
dikaitkan
EduLib – Dian Arya Susanti
dengan
Apalagi
di
pengetahuan
143
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 termasyarakatkan
secara
mungkin beliau tanpa sengaja
bidang
pernah membaca (dibacakan,
akademik maupun jurnalisme.
karena beliau difabel) novel
Apalagi
yang dikutipnya pada suatu
merata,
baik
di
dengan
semakin
‘canggih’nya
teknologi
dimasa
kecilnya
komunikasi informasi, dimana
terlupa,
internet membuat karya cipta
kisah
dan
menginspirasinya
karsa
didapatkan
seseorang dalam
bisa
akan
tetapi
dan esensi
tersebut sehingga
bentuk
membuat Helen Keller ingin
dengan
menuliskannya. Hal-hal seperti
demikian akan sangat lebih
ini sangat mungkin terjadi, dan
mudah dijiplak.
bisa saja menipa siapa saja.
Pada kasus-kasus yang telah
Tidak
terjadi, baik di luar negeri
pelajar, dosen, jurnalis, penulis
maupun di dalam negeri, tidak
maupun
sekali
sangat
digital,
dimana
dua
kali,
seringkali
seseorang terpeleset kedalam kasus plagiarisme karena tidak sengaja. Seorang Helen Keller, tokoh
pendidikan
hanya
mahasiswa,
guru
besar
mungkin
pun
terpeleset
kedalam kasus ini. 2. Plagiarisme
di
Kalangan
Akademisi
difabel,
Kasus plagiarisme yang
pernah masuk kedalam kasus
terjadi
plagiarisme
beliau
akademisi di Indonesia, pun
secara tidak sengaja mengutip
sebenarnya termasuk ke dalam
sebuah
golongan
karena
novel
memasukkannya novel
Beliau
ke
miliknya
menuliskan
144
saat
dan
kalangan
‘tidak
dengan
dalam
sengaja’ dilakukan. Pada kasus
tanpa
dosen UNS yang menjiplak
sumber aslinya.
berargumen
pada
bahwa
sebuah sebagai
buku
dan
bukunya
diakui sendiri
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
merupakan sebuah kesalahan
tersebut dibatalkan dan UPI
karena kurangnya kontrol dari
mendapat sanksi moratorium
sang dosen sebagai penulis
pengajuan guru besar bagi
utama terhadap ghost writer-
seluruh
nya.
tahun.
Akibatnya
adalah
dosen
selama
Sungguh
satu
sebuah
penurunan pangkat bagi sang
kerugian yang sangat besar,
penulis
yang tidak hanya menimpa
utama,
karena
dianggap lalai. Hukuman ini
pelaku
cukup ringan karena Senat
terkena sanksi, bahkan satu
Akademik UNS menganggap
institusi
kejadian ini tidak disengaja.
getahnya.
Bila
kejadiannya
plagiarisme
turut
yang
terkena
berbeda,
Dan seperti yang telah
sudah pasti sang dosen akan
disebutkan pada pendahuluan
langsung
bahwa dalam Surat Edaran
kehilangan
pekerjaannya.
Dirjen
Entah apa yang terjadi
DIKTI
Pendidikan
Dinas Indonesia
dengan tiga dosen UPI yang
dinyatakan bahwa terdapat 21
melakukan
PTN dan 7 PTS yang terlibat
plagiarisme,
apakah mereka melakukannya
kedalam
dengan
sengaja
tidak
PTN yang disebutkan dalam
dengan
sengaja,
ada
surat edaran tersebut adalah
atau tidak
kasus
plagiarisme.
media yang benar-benar tahu
Universitas
Hasanuddin,
apa yang terjadi karena pejabat
Universitas
Andalas,
universitas
rapat-
Universitas
Indonesia,
rapat informasi mengenainya.
Universitas
Brawijaya,
Yang pasti adalah pengajuan
Universitas
Lampung,
guru
Universitas Jambi, Universitas
besar
menutup
ketiga
EduLib – Dian Arya Susanti
dosen
145
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 Padjadjaran,
Universitas
Hal
ini
Mataram, Universitas Sebelas
sebaiknya menjadi koreksi
Maret Surakarta, Universitas
kampus
Sam
menjatuhkan
ketika
akan
Ratulangi,
Universitas
Ageng
Tirtayasa,
plagiarisme.
Silahkan
Udayana,
Anda
tahu
Sultan
Universitas
saksi
mencari
di
Universitas Sumatera Utara,
kampus Anda apakah ada
Universitas
peraturan tertulis tentang
Pattimura,
Universitas Negeri Gorontalo,
plagiarisme
Universitas
dengan
Negeri
Medan,
berserta sanksi-sanksi.
Universitas Negeri Makassar,
Saya
Universitas
mencoba searching ke
Pendidikan
Indonesia, Universitas Negeri
beberapa
Surabaya, Institut Teknologi
Perguruan
Sepuluh
Indonesia, hampir tidak
Nopember,
dan
website
Institut Pemerintahan Dalam
menemukan
Negeri.
yang
Subekti
dalam
jelas
Tinggi
di
informasi dan
akurat
blognya
dengan plagiarisme dan
kajiannya
sanksi-sanksinya sehingga
mengenai beberapa penyebab
bisa diakses dan dipahami
maraknya
oleh
menuliskan
plagiarisme
di
Indonesia. Penyebab-penyebab tersebut yaitu; a. Minimnya
civitas
akademika
kampus. b. Buruknya mental sebagian
perhatian
akademisi
Indonesia
kampus untuk mengurusi
menjadikan
plagiarisme
isu plagiarisme membuat
semakin
bertumbuh
mahasiswa
subur.
tanpa
146
plagiarisme.
sadar
dan
dosen
melakukan
Tidak
ditemukan
sedikit kasus
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
mahasiswa
dan
tenaga
sedikit
yang
hanya
akademik
karya
akademik dikonsumsi
melakukan tindakan tidak
kalangan
terpuji
seperti copy
sehingga
paste karya
orang
hasil plagiat tidak dengan
atau
hanya
mengganti
lain
sekedar
sampul
diberi
dan
namanya.
Kebiasaan
malas
dan
mudah
terbatas sebuah
karya
dan cepat
bisa
terdeteksi.
Seandainya
karya-karya
mahasiswa
dan dosen diunduh online
hanya mau jalan singkat
beberapa
bagian
saja
menghinggapi
(misalnya
judul
dan
sebagian
kalangan
civitas
abstraknya) maka dengan
Nah,
mudah bisa diakses orang
akademika. kebiasaan
ini
harus
luar.
ditumpas
sejak
awal
mesin
secara
perlahan
Dengan
bantuan pencari
dan
misalnya GOOGLE karya-
bijaksana. Peraturan yang
karya serupa bisa dengan
ketat seputar kegiatan dan
mudah ditampilkan. Jadi,
karya
akademik
menjadikan
kampus
bisa
mereka
di
membuat
yang
melanggar berpikir
akan dua
kali. c. Buruknya akses informasi menjadikan
karya
sebagian
mahasiswa
dan
dosen online secara tidak langsung
mendidik
kalangan
civitas
akademika kampus untuk
plagiarisme
hati-hati dalam membuat
tertutupi dan terlindungi.
sebuah karya karena ada
pengamatan saya, tidak EduLib – Dian Arya Susanti
147
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 banyak mata yang siap
dunia sejak Konvensi Bern
melihat.
tahun
d. Kesibukan
dosen
berlebih
yang
menjadikan
tentang
perlindungan karya sastra dan seni
yang
diikuti
dengan
mereka
tidak
memiliki
Konvensi Hak Cipta Universal
waktu
untuk
meneliti
pada tahun 1955. Di Indonesia,
karya
mahasiswanya.
perlindungan hak cipta sudah
Walhasil
semua
mulai
karya
diberlakukan
yang diberikan mahasiswa
sebelum
diamini saja tanpa dilihat
dikumandangkan,
lebih
Auteurswet
jauh
kandungan
jauh
proklamasi berupa
tahun
1912.
plagiarisme. Dosen atau
Peraturan ini dianggap tidak
akademisi dengan mental
berlaku lagi
mengejar
berlakunya
lompat
setoran
tambahan
mengajar
menjadikan
Peraturan ini terus mengalami perubahan
seiring
perkembangan peraturannya.
objek Peraturan
ini
mengalami perubahan pada
plagiarisme
tahun 1987, lalu pada tahun
secara
1997 dan terakhir tahun 2002.
Argumen
Terlepas
dari
tersebut merupakan kritik
belakang
yang keras terhadap dunia
Undang-undang
pendidikan di Indonesia.
sendiri,
Masalah
dengan
proyek
tersentuh
maksimal.
Undang-undang
jam
dan
mengejar
dengan
Hak Cipta pada tahun 1982.
kualitas
pembelajaran
mulai
untuk
tanpa
menghiraukan
tidak
dan
sana-sini
mencari
penjiplakan
sudah mulai menjadi perhatian
148
1886
latar
kemunculan hak
yang
cipta jelas
kemunculannya tidak memberi arti
banyak
terhadap
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
pengurangan
jumlah
penjiplakan hampir
di
pada
Indonesia,
setiap
aspek
pendidikan
lebih
aware
dengan adanya regulasi ini, karena
sebagian
besar
kehidupan bangsa ini. Mulai
stakeholder dunia pendidikan
dari kebutuhan dasar, dimana
adalah
merek-merek
dibuat
terkena atau dikenai kasus
merek-merek
plagiarisme. Apa yang terjadi
mirip
yang
dengan
yang
paling
yang sudah ada (walaupun
adalah
untuk kasus ini produk buatan
yang sifatnya kuratif. Karena
China
menjadi
masalahnya
hiburan,
barulah
masih
juaranya),
aspek
dimana
lagu-lagu
diakui
pemecahan
rentan
masalah
sudah
dicari
terjadi,
pemecahan
masalahnya.
Beberapa
sebagai ciptaan padahal hanya
peraturan yang dikeluarkan
merupakan terjemahan dengan
anti
sedikit variasi di sana-sini.
Mendiknas
Film-film sinetron yang jalan
permendiknas
ceritanya
2010, lalu surat edaran Dirjen
‘terinspirasi’
dari
plagiasi
produk adalah tahun
opera sabun di luar negeri,
Dikti
hanya saja kebetulan kisah dan
tentang
karakternya
karya ilmiah bagi perguruan
hampir
100%
nomor
no.17
2050/E/T/2011
kewajiban
sama. Pada beberapa kasus
tinggi,
terjadi
dari
peraturan mengenai kenaikan
pengarang asli pemilik hak
pangkat dosen menjadi lebih
ciptanya. Tapi yang lainnya
ketat pada Surat Edaran Dirjen
dibiarkan begitu saja.
Dikti no.24/E/T/2012 dan Surat
Di
penuntutan
dunia
seharusnya EduLib – Dian Arya Susanti
dan
unggah
perubahan
pendidikan,
Edaran
Diktendik
nomor
kementrian
64/E/43 tahun 2012. Tapi pada 149
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 saat itu terjadi sudah ada
diperuntukkan
banyak
kepentingan pendidikan dan
korban
yang
dirugikan.
tidak
Pada kasus tertentu, di sebuah dunia
yang paralel
dengan dunia pendidikan, ada
untuk
dikomersilkan.
Akan tetapi penggandaan dan penjiplakan
memang
dua
kasus yang berbeda.
yang sudah terlebih dahulu
3. Hak Pelaku Plagiarisme dari
aware terhadap masalah ini.
Sudut Pandang Etika Liberal
Perpustakaan
di
sudah
Indonesia
Dalam
paham
memperhatikan
Liberalisme,
keberadaan
undang-undang
hak
cipta
dengan
segala
pengembangannya, kemungkinan
yang
berkaitan
langsung
individu adalah
dan
kebebasannya
hal
yang
sangat
diagungkan. Setiap individu
besar
layanan
karena
diberikan
berhak
untuk
berfikir
dan
melakukan
apa
difikirkannya.
Akan
tetapi
hak cipta orang atau kelompok
kebebasan
ini
tidak
tertentu. Selain itu, fungsinya
sepenuhnya atau tidak mutlak,
sebagai lembaga pengelola dan
karena kebebasan ini harus
penyebarluas
bisa
tentunya
dengan
pengetahuan
menjadi
sangat
yang
dipertanggungjawabkan.
Bila dilihat dari sisi ini, pelaku
rentan dengan terganggunya
plagiarisme
hak
untuk melakukan penjiplakan
pemilik
pengetahuan
tersebut. Walaupun memang pada
UUHC
tahun
disebutkan penggandaan ciptaan
150
bagi
suatu
diperbolehkan
karya bila
hak
karya orang lain.
2002 bahwa
memiliki
Menurut
Grotius,
perolehan hak milik dalam suatu
masyarakat
dalam
keadaan
negatif alamiah,
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL
ISSN : 2089-6549
dimana hak milik bersama
apakah adil bagi pemilik hak
terbuka untuk diambil dan
cipta
dijadikan hak milik pribadi.
payah membuat karyanya lalu
Nozick
diambil begitu saja oleh orang
mendasari
kebebasan
dan
teori
kepemilikan
pribadinya dengan teori ini. Nozick
berpendapat
yang
lain
telah
dan
bersusah
diaku
sebagai
miliknya?
bahwa
Dalam hal ini
Nozick
“bagaimana seseorang dapat
membagi
bertindak
pemilikan menjadi tiga bagian,
bebas
jika
konsep
tindakannya ditentukan secara
yaitu;
kausal oleh faktor-faktor yang
a. Original
keadilan
acquisition
of
sudah ada sebelum ia lahir,
holding (prinsip pemilikan
dan karena itu berada di luar
awal)
kendalinya?” .
b. Principle
Bila kita merujuk pada teori ini, pengetahuan yang bertumpuk-tumpuk
transfer
of
justice
(prinsip
in
keadilan
pengalihan)
di
c. Principle of rectification of
pengetahuan
injustice in holdings (prinsip
yang berjejalan di dunia maya,
menghilangkan ketidakadilan
semua pengetahuan itu berada
pemilikan).
perpustakaan,
di ruang publik dan sangat
Dengan tiga prinsip ini
terbuka untuk siapa saja yang
maka
membutuhkannya. Akademisi
dalam
pelaku plagiarisme pun bisa
kepemilikannya
menggunakan
semua
terbatas. Seseorang tidak bisa
pengetahuan tersebut untuk
mengakui bahwa ia memiliki
menjadi
sesuatu bila sesuatu itu sudah
miliknya.
EduLib – Dian Arya Susanti
Tetapi
kebebasan
seseorang
mengakui
hak menjadi
151
EduLib, Vol 3, No.1 Mei 2013 ada yang memiliki, atau bila
mengnai batasan-batasan plagiarisme.
dalam
pengalihan
Dengan dibantu oleh peranti lunak
terdapat
yang tepat tentunya hal ini sangat
proses
kepemilikan ketidakadilan kompensasi, ternyata
dalam dan
atau
terjadi
ketidakadilan
bagi
hal
mungkin untuk dilakukan.
bila
E.
sebuah pemilik
DAFTAR PUSTAKA
Damian,
Eddy.(1999).Hukum
Cipta
menurut
Hak
Beberapa
awal. Dari sini jelas bahwa
Konvensi
sebenarnya pengutipan adalah
Undang-undang Hak Cipta 1997
jalan
dan Perlindungannya terhadap
terbaik
menciptakan keadilan
dalam
prinsip-prinsip
dalam
penulisan
karya ilmiah.
Perjanjian
Penerbitannya.
Shapiro, Ian.(2006).Evolusi Hak dalam
Seperti yang dituliskan oleh sebelumnya
bahwa
masyarakat akademik di Indonesia belum
serta
Bandung:Alumni
D. PENUTUP
Besuki
Buku
Internasional,
terlalu
faham
apa
itu
Teori Liberal. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia [s.n.].2012. 20 PTN Diduga Lakukan Pelanggaran
Akademik.
plagiarisme, sehingga menjadi sangat
http://www.pikiran-rakyat.com
mudah untuk terpeleset ke dalam
node/179134
kasus plagiarisme. Beberapa solusi
Subekti,
Nanang
Bagus.
(2012).
yang mungkin bisa dilaksanakan oleh
Mengapa Plagiarisme Marak di
masyarakat
Indonesia.
akademik
untuk
mencegah baik mahasiswa maupun
http://www.Blogger.com
dosen tiba-tiba terjebak dalam situasi
Subekti,Nanang
yang tidak menyenangkan adalah
Maraknya
dengan
Indonesia.
intensif
152
memberikan dan
regulasi
sosialisasi yang
ketat
Bagus.
(2012).
Plagiarisme
di
http://www.Blogger.com
HAK AKADEMISI PELAKU PLAGIARISME DIPANDANG DARI SUDUT PANDANG ETIKA LIBERAL