216
Guru Matematika Seperti Apakah yang Dicita-citakan Mahasiswa Keguruan? 1
Ratnah Kurniati M.A.
1
Universitas Pejuang RI, Makassar
[email protected]
Abstrak – Dalam penelitian ini, sebanyak empat orang subjek yang merupakan mahasiswa semester VII tahun ajaran 2016/2017 pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) diberi pertanyaan mengenai karakteristik guru yang akan dipilih jika kelak menjadi seorang guru. Data yang dipaparkan pada penelitian kualitatif ini diperoleh melalui wawancara semi-terstruktur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik yang dicitacitakan mahasiswa dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu kemampuan guru, kepribadian, serta hubungan guru dan siswa. Ditinjau dari aspek kemampuan guru, sebagian besar subjek penelitian menjelaskan bahwa penguasaan materi yang diajarkan merupakan karakteristik terpenting yang harus dimiliki seorang guru. Beberapa subjek juga menambahkan pentingnya pemahaman guru mengenai berbagai metode pembelajaran serta cara penilaian prestasi siswa. Ditinjau dari aspek kepribadian, beberapa subjek berpendapat seorang guru haruslah tegas, disiplin, berwibawa, serta tidak murah senyum. Namun sebaliknya, ada pula subjek lain yang berpendapat seorang guru haruslah humoris dan tidak pernah memarahi siswanya. Adapun karakteristik guru yang dicita-citakan mahasiswa jika dilihat dari aspek hubungan guru dan siswa, beberapa subjek sepakat bahwa guru haruslah akrab dengan siswa sehingga siswa dapat menceritakan apapun pada gurunya. Menurutnya, dengan cara ini guru dapat membantu siswa menyelesaiakan masalahnya baik masalah di dalam ataupun di luar kelas. Namun ada pula subjek yang menyatakan keinginannya untuk menjadi guru yang dekat dengan siswa namun tetap menjaga jarak sehingga tetap ada ruang pembatas antara guru dan siswa. Kata kunci: karakteristik, guru, matematika, mahasiswa, siswa Abstract – In this study, four 7th semester’s students in Mathematics Education Department at Universtias Pejuang Republik Indonesia (UPRI) were asked questions about what kind of teachers they want to be. Data in this qualitative study was obtained through semi-structured interviews. This study define characteristics of teachers relate to three main aspect, they are teacher’s ability, personality and relationship with students. Relate to teachers ability, most of students argue that knowledge about the lesson is the most important thing. In addition, some students said that they have to had ability in used vary teaching method and assess students. Relate to teachers personality, few of them state that teacher who resolute, disciplined, authoritative and not too many smiles in class as their characteristics. Otherwise, the other subject state that they have to be humorous and never get mad to their students. In addition, relate to teachers relationship with students, subjects agreed that teachers have to be close to the students and make them easily to share anything. However, some subjects want to make a little distance between teachers and students when the others want to be so close and make there is no distance. Key words: characteristic, teacher, mathematics, students
I. PENDAHULUAN Minat anak muda pada profesi guru semakin meningkat. Hal ini terbukti dari meningkatnya jumlah mahasiswa yang memilih untuk bersekolah di fakultas keguruan. Namun, banyak diantara mereka yang kurang memperhatikan karakteristik-karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Padahal, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan, motivasi serta kemampuan belajar siswa adalah guru (Ollerton, 2010; Winkel, 2014; Larasati, 2013). Dalam Bullock (2015) dijelaskan bahwa guru yang baik adalah guru yang lebih dari sekedar pengajar. Menurutnya, karakteristik yang akan membuat seorang guru disebut guru yang baik sangatlah luas dan kompleks. Terdapat banyak penelitian yang telah mencoba melakukan pendeskripsian mengenai karakteristik guru yang baik. Pendeskripsian ini pun menggunakan subjek yang beragam, mulai dari siswa, orang tua siswa hingga penelitian mengenai deskripsi guru yang baik menurut pendapat guru itu sendiri. Selain adanya karakteristik
berdasarkan pendeskripsian ini, kemampuan guru sebenarnya telah diatur dalam standar kompetensi yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan serta memiliki standar yang ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah di Indonesia. Dalam Winkel (2014: 234) disebutkan sepuluh kompetensi guru yang dipelajari siswa dan mahasiswa di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Kemampuan tersebut antara lain kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penggunaan media, penguasaan landasan kependidikan, penilaian siswa, dan sebagainya. Kompetensi-kompetensi ini juga sesuai dengan syarat guru yang dicantumkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Syarat tersebut adalah: memiliki kualifikasi akademik, mempunyai kompetensi sebagai agen pembelajaran, mempunyai sertifikat pendidik, sehat jasmani
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
217 dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain syarat-syarat tersebut, berdasarkan temuan beberapa penelitian diketahui bahwa menurut siswa karakteristik-karakteristik guru yang akan memberikan pengaruh positif pada mereka adalah guru yang bersemangat, ceria, sabar, selalu tersenyum, menyenangi pekerjaannya, menjelaskan dengan jelas, membuat pengetahuan yang kompleks menjadi lebih mudah, memberikan feedback, bijak, mudah memberi pujian dan berpengalaman (Bullock, 2015; Murray, 2011; Hilman, 2010; Vlad & Ciascai, 2014; Delaney, Johnson, Johnson, & Treslan, 2010). Sependapat dengan karakteristik yang diungkapkan siswa, menurut orang tua siswa karakteristik guru yang mampu memberikan pengaruh positif pada anak mereka (siswa) adalah guru yang mendorong, memotivasi, memberi harapan kepada siswanya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, menyadari perbedaan setiap siswa, sabar, ramah, adil, berpikiran terbuka, mampu menjadi teladan serta mampu membentuk komunikasi yang baik dengan orang tua siswa dan siswanya (Qureshi, 2103). Bullock (2015) menambahkan deskripsi guru yang baik menurut sudut pandang guru adalah mereka yang mampu menjalin hubungan dengan siswa seperti fleksibel dan perhatian. Selain karakteristik yang dipaparkan ini, Winkel (2014: 225) menjelaskan bahwa guru juga harus memiliki sisi lain, maksudnya selain bersikap empatik, guru juga harus mampu bersikap kritis terhadap siswanya. Karakteristik yang telah dijelaskan ini tentunya diharapkan ada pada guru-guru di sekolah, khususnya guru matematika. Hal ini karena berdasarkan data PISA 2015 kemampuan rata-rata siswa dalam bidang matematika masih terbilang rendah (OECD, 2016). Data tersebut menyebutkan kemampuan matematika siswa Indonesia berada pada rangking 63 dari 70 negara yang berpartisipasi. Untuk memperbaiki tingkat kemampuan matematika siswa ini, maka perlu dimulai dengan perbaikan kompetensi serta karakter guru matematika. Berdasarkan alasan-alasan inilah peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik guru yang baik menurut pendapat mahasiswa program studi pendidikan matematika yang merupakan calon guru matematika. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik guru yang dicita-citakan mahasiswa. II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan melibatkan 4 orang subjek yang terdiri dari mahasiswa semester VII tahun ajaran 2016/2017 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Pejuang RI (UPRI) Makassar. Subjek terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang telah melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Data penelitian dikumpulkan dengan cara direkam menggunakan sound recorder yang kemudian dibuat dalam bentuk transkrip. Pertanyaan wawancara diberikan secara semi-terstruktur dengan seluruh subjek diberi pertanyaan yang sama. Adapun
pertanyaan yang diberikan merupakan hasil rujukan dari penelitian Bullock (2015), Murray (2011) dan Qureshi (2013). Pertanyaan yang ditanyakan tersebut adalah: “Jika kelak Anda menjadi guru matematika di salah satu sekolah menengah, guru dengan karakteristik seperti apakah Anda? Sebutkan karakteristik-karakteristik yang menurut Anda paling penting untuk Anda miliki serta jelaskan alasannya!”
Pertanyaan wawancara ini bertujuan menggali karakteristik guru yang dicita-citakan mahasiswa, bukan berfokus pada cara mengajar atau strategi mengajar yang mereka inginkan. Jawaban mereka selanjutnya diidentifikasi dan dikategorikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan gambaran umumnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bullock (2015) disebutkan bahwa “good teaching characteristics relate to a teacher’s ability, personality and relationship with students.” Secara umum terdapat tiga aspek pada karakteristik mengajar seorang guru, yaitu karakteristik guru yang ditinjau dari aspek: kemampuan guru, kepribadian, serta hubungan guru dengan siswa. Ditinjau dari aspek kemampuan guru Dalam Bullock (2014) dijelaskan bahwa kemampuan, pengalaman, pengetahuan dan pemahaman mengenai metode mengajar yang digunakan merupakan karakteristik dari guru yang ditinjau dari kemampuan gurunya. Berdasarkan hasil wawancara, S1, S2, dan S4 menjelaskan bahwa kemampuan guru dalam memahami materi yang dipaparkan di depan kelas merupakan aspek terpenting yang harus dimilikinya. S1 mengungkapkan bahwa “...guru haruslah pintar dan mempelajari materi yang akan dibawakan dengan baik.” Pernyataan serupa juga diungkapkan S2, subjek ini berpendapat bahwa seorang guru haruslah lebih cerdas dan lebih menguasai materi dibanding siswanya. Menurutnya, penguasaan materi yang diajarkan tersebut sangatlah perlu untuk mempersiapkan materi pembelajaran serta memikirkan jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang mugkin akan ditanyakan siswa di kelas nantinya. Selain itu, S2 menambahkan tanpa pemahaman yang baik, seorang guru tidak akan mampu memahamkan suatu materi kepada siswanya. Sependapat dengan ini, S4 mengungkapkan untuk memahamkan suatu materi kepada siswa, seorang guru haruslah menguasai materi yang dibawakan. S4 menyatakan “kalau tidak dikuasai bu bagaimana caranya dijelaskan materinya.” Selain pemahaman materi, seorang guru juga harus mengetahui cara menjelaskan materi yang diajarkan. Seperti karakteristik yang dicita-citakan S1 yaitu
“guru yang bisa menerapkan metode-metode yang bisa bikin itu siswa menjadi lebih aktif belajar. Jadi misalnya kan kita jurusan matematika, banyak siswa yang takuti karena susah bede. Tapi ketika guru itu mampu terapkan metode yang pas dan bisa kasi aktif siswa pasti akan ada perubahan pola pikir terhadap siswa itu sendiri.”
Keinginan S1 untuk menjadi guru yang memiliki pengetahuan luas tidak hanya sebatas pada materi yang akan diajarkan melainkan juga menyangkut pemahamannya mengenai metode pembelajaran ini menurutnya sangat
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
218 diperlukan agar dapat mengubah pola pikir siswa yang menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit. Menurutnya, dengan pemilihan metode pembelajaran yang kreatif maka guru akan mampu mengaktifkan siswanya. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang dijelaskan. Pendapat serupa juga ada di dalam penelitian Delaney, dkk (2010) yang menyebutkan bahwa “the other component of ‘knowledgeable’ that students identified is pedagogical knowledge ...(it is) the ability of faculty to vary teaching methods, included practical, eclectic, qualified and reflective.”
Disini dikatakan bahwa guru yang berilmu harus pula memiliki pengetahuan yang cukup mengenai metodemetode pembelajaran. Dengan ini guru akan mampu mengaitkan sebanyak mungkin materi yang diajarkan dengan kehidupan di dunia nyata. Pendapat serupa juga diungkapkan S2 yang menyatakan “cara mengajar guru harus mudah dipahami siswa.” Pendapat yang diutarakan S2 ini sesuai dengan temuan Murray (2011) yang menyatakan bahwa siswa menginginkan guru yang mampu membuat pelajaran sulit menjadi mudah. Selain kemampuan penguasaan materi serta metode pembelajaran, aspek mengenai kemampuan guru dalam pemberian nilai juga merupakan salah satu karakteristik yang dirasa penting oleh S1. Subjek menyatakan “harus ada penilaian tersendiri untuk keaktifan seorang siswa dengan tes tertulisnya, jadi tidak boleh disamakan kalau ini siswa aktif maka otomatis nanti guru ini memberikan nilai plus pada nilai ulangannya.”
Maksud S1 adalah dalam pemberian nilai, guru haruslah bersikap adil dan memperhatikan keseluruhan aspek penilaian yang telah ditetapkan, tidak hanya berfokus pada keaktifan atau kehadiran siswa saja. Temuan yang sama juga dikemukakan Kaur (2008) yang menyatakan “the findings of the teacher interview data showed that they attached importance to student’s self assessment.” Berdasarkan hasil wawancaranya dengan beberapa guru diketahui bahwa kemampuan penilaian prestasi siswa dianggap sangat penting oleh guru. Data yang diperoleh dari penelitian ini mengungkapkan adanya keinginan yang sama antara guru, siswa, serta mahasiswa (calon guru) dalam membentuk karakter guru yang cerdas dan berpengetahuan luas, memahami materinya dengan baik, mengetahui dan mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran, serta mampu menilai prestasi siswa secara objektif. Ditinjau dari aspek Kepribadian Guru Bullock (2014) menyebutkan the personality perspective defines a good teacher based on characteristics and traits, rather than by knowledge or ability. Menurutnya, karakteristik guru ditinjau dari aspek kepribadiannya meliputi watak dan pembawaannya. Berdasarkan hasil wawancara, keseluruhan subjek mengungkapkan karakteristik yang tidak jauh berbeda. S1 menyatakan keinginannya untuk menjadi guru yang “tidak pilih kasih ... disiplin ... sabar ... tidak terlalu sering senyum ... memiliki suara yang besar.” Ketika dimintai alasan mengenai karakter yang tidak terlalu sering mengumbar senyum, S 1
menyatakan kepribadian seperti ini akan menyebabkan hilangnya kendali guru atas siswanya. Menurutnya, berdasarkan pengalaman subjek ketika PPL di sekolah, perilaku tersebut menjadikan guru dipandang “sebelah mata” oleh siswanya. Seperti diungkapkan S1 “...terlalu banyak senyum malah dipandang sebelah mata oleh siswa. Karena pengalaman kemarin banyak senyum tapi siswa bilang ‘ah ndak ji itu karena ini kakak ndak bisa marah, karena sering senyum’ ...”
Karakteristik disiplin, rajin masuk kelas, serta tegas juga dicita-citakan S3 dan S4. Menurut mereka, dengan memiliki karakteristik tersebut guru akan dihargai dan dihormati oleh siswa. S3 menjelaskan ketegasan seorang guru sangatlah perlu untuk menjaga suasana kelas agar tidak kacau dan dapat dikontrol. Karakteristik yang diungkapkan S1, S3 dan S4 mengenai kedisiplinan dan ketegasan ini juga dikemukakan dalam hasil penelitian Qureshi (2013) yang menyatakan “discipline was also considered important by Asian American parents” serta penelitian Bullock (2015) bahwa “teacher identified characteristics such as firm, positive, ... as the characteristics of a good teacher” Selain memperhatikan sikap disiplin, S3 juga menaruh perhatian lebih pada penampilannya di depan kelas. Menurutnya, jika kelak dirinya menjadi seorang guru maka subjek akan tampil rapi di depan kelas karena guru merupakan panutan bagi siswa-siswanya. Pernyataan subjek sesuai dengan temuan Qureshi (2013) mengenai pendapat orang tua siswa (Asian American parents) yang menyatakan “effective teachers are good role models. They (teacher) have to dress properly and professionally, so that their students are educated about the proper and professional way to be dressed.”
Berbeda dengan S1, S3 dan S4 yang mengutamakan kedisiplinan, S2 lebih berfokus pada karakteristik guru yang tidak pernah memarahi siswa. Menurutnya, kesalahan siswa cukup ditindaklanjuti dengan pemberian arahan. S 2 menyatakan keinginan besarnya untuk menjadi guru yang ramah, karena menurutnya keramahan seorang guru dapat menyebabkan siswa tidak jenuh dalam menerima materi. Subjek menambahkan, guru yang tidak ramah akan menyebabkan kesulitan siswa dalam menerima materi karena akan membuat siswa takut, baik untuk bertanya, mengutarakan pendapat ataupun mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu, S2 juga menyebutkan cita-citanya untuk menjadi guru yang berakhlak, sopan dan menyayangi siswa, karena menurutnya guru yang penyayang akan didengar nasehatnya oleh semua siswa, bahkan oleh siswa yang paling sulit dikontrol sekalipun. Karakteristik ini sesuai dengan temuan Bullock (2015), menurut temuannya siswa di sekolah mengharapkan guru yang ramah, penolong, dan mempercayai siswanya. Dari penelitian ini diketahui adanya kesamaan antara kepribadian guru yang diinginkan siswa dan orang tua siswa dengan karakter guru yang dicita-citakan mahasiswa. Ditinjau dari aspek Kedekatan guru dengan siswa Karakteristik guru ditinjau dari aspek kedekatan guru dengan siswanya sangat berhubungan dengan kemampuan guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial serta memiliki tanggung jawab sosial (Ciascai& Vlad, 2014). Berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
219 S1, S2, S3 dan S4 berkeinginan untuk menjadi guru yang memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan siswasiswanya. S1 menyebutkan keinginannya untuk menjadi guru yang “tidak galak, karena kalau galak banyak muridmurid yang enggan... tidak paham penjelasannya (tapi) kaya’ mengerti karena cuma takut sama gurunya.” Menurutnya, sifat guru yang galak akan menciptakan kesenjangan yang cukup jauh antara guru dan siswa. Kesenjangan ini menurutnya akan membuat siswa “takut” untuk bertanya kepada guru jika ada materi yang kurang dipahami. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Namun, S1 menambahkan bahwa kedekatan yang akan dijalinnya dengan siswa tetaplah memiliki sekat pemisah. Pemisah ini dibuat dengan menerapkan aturanaturan di dalam kelas agar walaupun siswa merasa dekat dengan guru namun tetap mengikuti pelajaran dengan serius. Pendapat serupa juga dikemukakan S2 yang berkeinginan untuk menjadi guru yang memiliki hubungan baik dengan siswa sekaligus berwibawa. Subjek menyatakan “guru harus pandai berkomunikasi dengan siswanya agar siswa yang dihadapi dapat dengan mudah menerima materi yang diberikan.” Menurutnya, kemampuan komunikasi guru dengan siswa sangat berkaitan dengan kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa baik di dalam ataupun di luar kelas. S2 juga menjelaskan keinginannya untuk menjadi guru yang berwibawa karena menurutnya guru dengan karakter seperti inilah yang dapat mengontrol keakraban guru dan siswa sehingga guru tetap disegani siswanya namun tetap bebas berdiskusi mengenai materi pelajaran. Menurutnya, kewibawaan guru merupakan salah satu karakteristik penting yang harus dimiliki guru agar penilaian siswa terhadap guru tetap baik. Sedikit berbeda dengan S1 dan S2, subjek selanjutnya (S3 dan S4) justru menginginkan agar komunikasi guru dan siswa terjalin erat hingga tidak ada kesenjangan. Menurutnya, komunikasi ini akan membantu guru mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik masalah-masalah pelajaran di kelas ataupun masalah pribadi di luar kelas. Karakteristik-karakteristik mengenai kedekatan guru dan siswa berdasarkan temuan Bullock (2015) juga menyebutkan pentingnya hubungan baik antara guru dan siswa. Bullock menjelaskan bahwa “teachers view a good teaching as being about to connect to students and relate content to them.” sedangkan siswa mendefinisikan guru yang baik adalah “someone who is kind to them and is funny in class.” Temuannya mengenai pendapat guru ini sesuai dengan pemaparan S1 dan S2. Sedangkan temuannya tentang pendapat siswa mengenai guru sebagai sosok yang baik untuk menolong mereka menyelesaikan masalah sangatlah sesuai dengan karakter yang dicita-citakan S3 dan S4. IV. KESIMPULAN Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik yang dicita-citakan mahasiswa dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu: 1. Ditinjau dari aspek kemampuan guru, sebagian besar subjek penelitian menjelaskan bahwa kecerdasan merupakan karakteristik terpenting yang harus dimiliki
seorang guru karena menurut mereka guru haruslah lebih menguasai materi dibanding siswanya. Selain kecerdasan dalam memahami materi, guru juga harus memiliki kemampuan menilai prestasi siswa serta memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. 2. Ditinjau dari aspek kepribadian, beberapa subjek berpendapat seorang guru haruslah tegas, disiplin, mampu mengontrol kelas, serta tidak murah senyum agar siswa “tunduk” pada gurunya. Sebaliknya, subjek yang lain berpendapat seorang guru haruslah humoris dan tidak pernah memarahi siswanya. Menurutnya, seorang guru haruslah bersikap lembut pada seluruh siswanya. 3. Dilihat dari aspek hubungan guru dan siswa, beberapa subjek menyatakan guru haruslah akrab dengan siswa sehingga siswa dapat menceritakan apapun pada gurunya. Hal ini menurutnya penting agar guru dapat membantu siswa menyelesaiakan masalahnya baik masalah di dalam ataupun di luar kelas. Sedangkan subjek lainnya menyatakan keinginannya untuk menjadi guru yang dekat dengan siswa namun tetap menjaga jarak. Subjek tersebut ingin agar siswa dapat leluasa berdiskusi dengan gurunya mengenai materi di kelas namun tetap ada pemisah yang membatasi keakraban diantara mereka. PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4]
[5]
[6] [7] [8]
[9] [10]
[11]
[12]
[13]
Bullock, M. Two sides of the same coin: Students’ and teachers’ beliefs on good teaching. A rising Tide: Vol. 8, 2015. Ciascai, L. & Vlad, I.L. Perception of School and University Students of Ideal Teacher Behaviours (II). Pilot Study. Acta Didactica Napocensia, vol 7, no. 3, 2014, pp. 49-58. Kaur, B.. Teaching and learning of mathematics: What really matters to teachers and students? ZDM, 40(6), 951–962, 2008 Murray, S., Secondary students' descriptions of "good" mathematics teachers. Australian Mathematics Teacher, vol.67, no. 4, 2011, pp.14-21. Vlad, IE. & Ciascai, L. 2014. Students’ Perception of the Personal Characteristics of Ideal Teacher (I). Pilot Study. Acta Didactica Napocensia, vol. 7, no. 2, 2014, pp. 41-47. Ollerton, M. Panduan Guru Mengajar Matematika. Erlangga, 2010. Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Sketsa, 2014. Delaney, J. Johnson, A., Johnson, T., & Treslan, D. Students’ Perceptions of Effective Teaching in Higher Education. Project Report. Memorial University of Newfoundland, St. John’s, Newfoundland, 2010. Hilman, I., Profil Guru Ideal, S.Pd., skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2010. Larasati, D. Pengaruh karakteristikistik Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa di SD Negeri 6 Bulungkulon JekuloKudus Tahun Ajaran 2012/2013, S.Pd. skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, 2013. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), PISA 2015 Result in Focus, 2016. Website: https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf diakses tanggal 19 Desember 2016. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, 2005. Website: https://www.unm.ac.id/files/surat/pp-19-tahun-2005-ttgsnp.pdf, diakses tanggal 27 Januari 2017. Republik Indonesia, Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003. Website:
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
220 sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf diakses tanggal 27 Januari 2017.
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017