Dear esteemed clients,
Greetings from Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa Hope you find this official letter well.
In response to queries regarding security at our hotel and incidents happened on a tenant at our entertainment complex – Hugo’s & Embassy, we would like to reiterate that at Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa, part of Starwood Hotels & Resorts worldwide, the safety and security of guests and associates has always been a paramount priority. In today’s uncertain world, our safety mission has never been more important. Therefore, beginning several years ago, Starwood undertook a global overhaul of our existing emergency and crisis programs and procedures to address traditional crises as well as terrorism-related events.
A brief information, Hugo’s Yogyakarta was our tenant which been with us since 2002 as the best night club in town. It was belong to third party with owner office-based from Malang, East Java.
Our Corporate Crisis Team consists of senior executives from all divisions and relevant disciplines. They have designed Plans and Procedures in consultation with two highly regarded organizations that specialize in Corporate Security and Crisis operations. Starwood also has made a significant investment to upgrade our emergency and crisis procedures in light of world events, understanding that travelers are ever more concerned about their personal safety, whether at home or on the road.
Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa has been provided the security precautions and procedures according to Starwood’s Emergency and Crisis Management Plan, and these are reviewed and adjusted where relevant on a regular basis.
Should you wish to visit the hotel for a site inspection regarding this matter prior to your event, our management is at your disposal to assist you.
Warm regards,
Muhamad Munir General Manager
About Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa is one of thousands Starwood Hotels & Resorts Worldwide, Inc. property, located on Jl. Laksda Adisucipto KM 8.7, Yogyakarta 55282, nestled on 5.6 hectare ground. Open at 17 March 1997 and grand opening at 15 September 1997 with total 246 ooms; Garden View Room, Volcano View Room, Club Room, Lagoon Access, Junior Suite, Lagoon Suite, Executive Suite, President Suite and Royal Suite. Mataram Grand Balloom, which still becoming the biggest Ballroom in Yogyakarta and surrounds region, having capacity up to 2.500 person and can be divided into 9 different break-outs. There also 7 meeting room with capacity of 5 to 325 people. At Food & Beverage outlets, there are outlets to be explored; Androwino Bistro, Suko Wine Lounge, Club Lounge, In-Room Dining service and Pool Bar. Five (5) swimming pools, Taman Sari Royal Heritage Spa and Health Club presented as guest facilities. As a MICE & Business Resort, Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa provides complimentary hi-speed internet access dan WiFi at all public area & rooms, whereas Link@Sheraton and business center are provided at the Lobby area.
Lampiran 1. Hasil Wawancara PR Hotel Sheraton Yogyakarta. SL
: Dari Kejadian tanggal 7 Desember 2012 dulu deh, yang itu pertamanya dari versi Hotel Sheraton sendiri kejadian 7 Maret itu gimana?
PR
: 7 Desember? Hehe
SL
: Iya, 7 Desember yang terjadi di Hotel Sheraton gimana? Hehe
PR
: Jadi 7 Desember tuh kalo adalah tanggal….. Sek tak liat lagi ya, hari kamis kan?!
SL
: Iya, tadikan impactnya ke tanggal belasan.
PR
: Jadi ditemukannya hari Kamis kan itu sebenarnya, jadi…..
SL
: Oh iya, itu udah masuk hari kami ya…..
PR
: Jadi eh pada saat itu sebenarnya berjalan normal saja dan di operasional di depan di Hugo’s ama Embassy itu hari rabu kan itu ceritanya hari penuh kan ceritanya “rabu gaul” banyak komunitas-komunitas kesana, komunitas mobil, komunitas motor pasti banyak yang kesana kalo pas hari rabu ke kamis itu.
SL
: Karena si Aditya ini juga kan anak komunitas mobil.
PR
: Iya anak mobil gitu, iya almarhum yah.
SL
: Iya, almarhum. Oke
PR
: Jadi mereka, eh kita juga berjalan seperti normal, karena itu hari rabu, hari kamis itu juga kita normal, kita waktu itu ada event di ballroom dan selesai sekitar jam 9 malam.
SL
: Jam 9 malam ya?!
PR
: Iya, malam, jam 9/10 malam. Habis itu selesai operasional, ballroom bener-bener dimatikan itu sekitara jam 11an lah, gitu….. Jadi area kita di depan udah clear jam 10, udah nggak ada mobil-mobil dari tamu-tamu kita yang berkunjung di ballroom. Terus Hugo’s baru buka jam 10an kan, baru buka segala macam, itu berjalan lancar sampai paginya kita baru dapat kabar, pagi-pagi itu waktu masuk kerja itu kok di depan banyak police line,
terus aku tanya ada disana, ternyata ada pembunuhan gitu, terus pembunuhannya keji banget gitu kan, parah. Terus aku tanya backgroundnya segala macem, pada saat itu kebetulan aku belum jadi PR disitu, karena waktu itu aku sedang sibuk urusin new year masuk new year. Jadi langsung impact ku adalah pasti akan langsung ditutup sementara at least dan waktu new year pasti tidak bias dibuka. SL
: Ah iya betul.
PR
: Hhmm, jadi aku mikir gitu kan karena ini pembunuhan kan udah parah banget dan ternyata usut punya usut yang dibunuh tuh anaknya orang gede juga toh.
SL
: Hmm…..
PR
: Terus yang ngebunuh adalah eh oknum-oknumnya juga, ga gampanganlah dan mereka tau strateginya segala macemlah, karena menyewa pembunuh bayaran ceritanya gitu. Oh oke, aku langsung nyari data lengkapnya itu, terus habis itu dikasih fotonya itu, ahhhh…. Di kasih foto korbannya.
SL
: Foto korban pembunuhannya gitu.
PR
: Hhmm.
SL
: Ya ampun, berarti sempat tersebar?
PR
: Iya sempat tersebar, jadi itu tuh klo dari kejadian warga yang bilang, sekitar jam 4an itu ada yang lari muter-muter sebelum subuh pokoknya, sebelum adzan, ada satu orang dikejar banyak orang, mengelilingi pinggir-pinggir Sheraton ini.
SL
: Jadi kejar-kejarannya keluar area ya?
PR
: Iya, keluar area. Di dalam dulu katanya trus habis itu keluar, dari luar itu ternyata mereka, mungkin si Adit nya dikejar banyak orang gitu ya, dikejar, muterin ini jalan-jalan sekitar Sheraton.
SL
: Jalanan yang kecil-kecil ini ya?
PR
: Hmm. Terus habis itu mungkin dia balik lagi ke area situ mo naik mobil atau gimana gitu, terus dipukulah disitu. Banyak versi untuk pembunuhannya, itu salah satu versi, ada yang juga waktu jam 4 itu kan dah sepi dia mo ke mobil, waktu ke mobil itu baru dipukulin disitu. Tapi warga sekitar bilangnya adalah ada suara orang-orang lari-lari dulu, kayak dikejar-kejar “woi, woi” segala macam gitu. Terus habis itu disana terjadi pemukulan, terus dipuku, ditimpuk pakai tanda parkir itu kan.
SL
: Iya, terus itu kan ada betonnya dibawah.
PR
: Hhmm, kek gitu. Terus habis itu, eh oke pasti ini bakal waktu new year tutup. Itu kan secara nggak langsung karena akan berpengaruh terhadap new year nya kita, soalnya biasanya new year nya kita itu, kita dari jam 8 sampai jam 12, kan maksimumnya jam 2 lah yah, terus after party nya di Hugo’s karena mereka bisa sampai pagi disana dan kalo mereka pun new year dikita, alcohol di kita kan beda harganya sama di depan, lebih mahal di kita dikit dari di Hugo’s dan Embassy, dan kalo untuk dj-djan disana sampe jam 4 sedangkan di kita sampe jam 2 gitu. Oke kita akan berpengaruh langsung untuk itu, habis itu langsung bikin strategi nih, pasti akan banyak yang tanya-tanya ke Hotel segala macam tentang hugo’s. Terus habis itu, ternyata nggak terlalu banyak yang tanya-tanya ke Hotelnya mereka langsung tanya ke pihak menejemannya Hugo’s and Embassy, karena anak media itu sedikit banyak yang sudah sering kesana, yang anak-anak reporter life style tuh mereka yang yah, karena mereka reporter life style jadi mereka tuntutannya harus ikut dugem juga walaupun disitu mereka cari berita. Terus habis itu, eh kalau pun seperti Geronimo, Seputar Indonesia kan mereka support disitu kan, karena ada satu-dua anak yang datang kesana at least ngeceklah mereka disana apa ga.
SL
: Heeh, terus juga kan yang waktu ulang tahun Hugo’s itu, pas datang liat mobil Geronimo, terus aku mikir, jangan-jangan ada Ovie, biasanya yang bekerja sama gitu kan PR-nya karena ada mobilnya Geronimo, terus aku hubungi “Ovie dimana? Datang nggak ke Hugo’s”, “nggak, aku nggak datang Fani”. Kirain datang, karena ada mobil toh.
PR
: Iya kan, pasti ada perwakilannya at least gitu.
SL
: Heehmm.
PR
: Nah anak-anak media juga udah pada tau dan mereka udah tau kalo sebenarnya Hugo’s itu statusnya adalah penyewa disini. Jadi nggak harus banyak mengulang lebih banyak lagi, kecuali media-media yang tidak ada cabang disini, jadi kayak TV nasional gitu atau media nasional, itu pun kadang-kadang akan bertanya langsung kesini, karena lokasi alamatnya mereka sama kayak punya kita, terus mereka tulisnya disitu “Sheraton Entertainment Complex”.
SL
: Hmm.
PR
: Gitu….. Itu yang waktu pertama, tapi yang menanyakan dari media lokal-lokal mereka langsung ke menejeman Hugo’s and Embassy Café, kek gitu. Jadi, tetap disebutin di Koran-koran lokasi di depan Hotel Sheraton, tapi mereka ga menyebutkan itu milik Bu Mooryati. Karena mereka sudah tau, udah tau bangetlah. Karena si Hugo’s and Embassy Café kalo bikin acara gede, mereka pasti bikin press conference kan, nah press con nya kop suratnya itu udah Hugo’s and Embassy Café, dari amplopnya dan sebagainya. Jadi mereka, anak-anak media udah tau tentang etika itu. Terus habis itu, berlanjut lagi beneran ditutup dan dicabut izinnya sementara tapi. Terus diusut-usut disitu, keluarga sama temantemannya banyak berdatangan di depan terus, selama seminggu itu datang.
SL
: Seminggu setelah kejadian yah…..
PR
: Sehari-hari setelah kejadian sampe seminggu kedepan setelah kejadian, sampe hampir 3 mingguan deh. Dan itu datang terus, terus itu disitu ada yang tabor bunga, pengajian malam-malam. Dan itu kebanyakan anak geng motor, mobil juga ada, tapi nggak tau ya, aku juga nggak tanya mereka langsung soalnya. Takutnya mereka lagi suasana berkabung mudah tersinggung, terus mereka disitu tebar bunga, terus eh naruh papan berdukacita dari gabus itu.
SL
: Turut berbelasungakawa gitu yah?!
PR
: Hmm. Terus habis itu ada, apa itu namanya spanduk #Justice For Aditya.
SL
: Okeee.
PR
: Terus habis itu, apa namanya, tamu-tamu di Hotel disini, itu paling mereka cuma nanya, itu kenapa ada police line disana, gitu gitu.
SL
: Berarti lebih karena police line nya gitu yahh?
PR
: Hmm, karena police line nya kan bener-bener keliatan. Itu sebenarnya tempatnya tidak terlalu kelihatan dari jalan bagusnya, karena itu ketutupan sama baliho kita yang gede banget itu. Tanggal 7 itu, baliho kita adalah tentang hits boyband, karena new year kita tentang hits itu, jadi ketutupan sama baliho itu tapi tetap ada police line disitu. Terus kemudian eh, polisi juga datang terus olah TKP segala macem, tapi tidak sampai masuk kesini karena mereka tau areanya, area hukumnya disana.
SL
: Hhmm.
PR
: Gitu….. Terus ditutup, kemudian aku tanya ke mereka gimana pas nanti tahun baru akan dibuka atau nggak, aku tanya si Hugo’s nya sih, “sepertinya masih belum bisa mas” gitu, “karena kita bakalan buka lagi mungkin setelah nunggu 40 harian”, terus bener kan 40 harian, januari tengah baru buka lagi.
SL
: Iya, tanggal belasan.
PR
: “Oh oke mas, aku akan info ke tamu-tamu yang akan new year disini, baik yang menginap maupun yang akan datang, bahwa nanti tidak akan ada after party”. Biasanya mereka datang karena serunya di kita, karena setelah acara di ballroom ada after party nya di depan, jadi lebih puas lah yah. Jadi kayak tahun lalu itu dan beberapa tahun lalu, kita temanya india-india gitu terus ada juga dengan tema kutub-kutub utara, nah setelah itu mereka langsung ke depan, masih dengan kostum-kostumnya. Mereka pengen sampai pagi dan kita ga bisa sampai jam segitu, maksimum sampai jam 2. Dan kejadian itu juga, bukan kemauan kita dan diluar kendali kita, terus gimana masih mau di kita nggak, oh oke itu ternyata nggak berpengaruh sama orang-orang yang pengen tahun baruan disini, jadi mereka tetap tahun baruan disini karena di ballroom, jadi kalaupun hujan nggak bakal keganggu kan walaupun nggak bisa lihat kembang api.
SL
: Yahh masih tetap party-party lah yahh?.....
PR
: Party yang pasti, tahun baru kan intinya party, terompet, count down udah.
SL
: Iyaa, count down nya.
PR
: Hmm. Terus bulan desember itu kan bulan hujan.
SL
: Iya, hujan kemarin.
PR
: Hmm, pada hancur kan yang diluar-luar, hehe. Terus habis itu, di hari apa ya yang ada isu demo itu.
SL
: Hmm, iya itu kalo dari versi PR sebelumnya, mereka tau isu demonya itu gimana?
PR
: Jadi, ehh apa namanya..... Ada bbm, broadcast gitu memberitahukan dan juga ada isu, kan ada satpam di depan itu, satpam kita itu, kan kita memperkerjakan warga sekitar juga kan, satpamnya itu orang sekitar yang mengetahui bahwa akan ada demo kek gitu, demo dari teman-temannya juga keluarganya yang menuntut keadilan, menuntut pertanggungjawaban dari Hugo’s sama Sheraton dan itu di broadcast luas banget sih, tapi ternyata nggak semuanya dapat cuma beberapa orang tertentu mungkin. Mungkin di komunitas dia banyak yang dapat, tapi di komunitas kita jadi kayak anak-anak media gitu nggak terlalu banyak yang dapat, tapi ada yang tau terus nanyain ke aku “Mas tuh jadi demo atau nggak?”, “Mas tanya ke PR ku aja ya, aku lagi diluar”. Usut punya usut, siangnya itu jam 12an kan dia mo demo itu, ternyata hujan. Yang menggelikan broadcastnya itu salah nama.
SL
: Ahaa.
PR
: “Akan di adakan demo dan permohonan tanggung jawab oleh pihak keluarga kepada pihak 1: pihak kepolisian, 2: Hugo’s dan Embassy ditulis dengan, Hugos dan Embesi, 3: Hotel Seraton bukan Sheraton. Aku pas bacanya waktu itu, hmm gimana mo nuntut tulisannya aja salah. Hehe
SL
: Iyaa, jelas salah nama. Hehe
-
Ponsel PR Sheraton berdering -
PR
: Bentar ya aku lihat dulu…..
PR
: Lalu, aku udah mikir nanti kalo demo itu pasti itu akan ada di depan baliho, kemudian akan bikin macet jalan solo segala macem, aku udah mikir segitu padahal itu belum tentu terjadi, hehe. Terus habis itu, ahh oke, mereka pasti akan tebar-tebar bunga, tapi mereka pasti ga akan bisa masuk kesini, aku yakin banget mereka pasti nggak bakalan bisa masuk kesini karena kita kan jauh banget.
SL
: Mereka pun akan kesini, akan langsung haaaa – menghela napas –. Hehe
PR
: Hehehe. Akan susah juga karena security kita kuat juga kan, nanti akan bisa di barikade juga segala macem, kalo pun rusuh nantinya cuma akan keliatan dari jalan, tapi nanti impact juga kan akan luas kan, rusuh di depan Hotel segala macem.
SL
: Iyaa, dan orang tidak akan begitu mengingat Hugo’s-nya malah ke Sheraton-nya.
PR
: Di depan ada tulisan “Sheraton” gede, terus di baliho gede ada tulisan Sheraton nya juga gitu. Hehe
SL
: Iyaa, bener. Hehe
PR
: Terus aku nunggu jam 12, waktu itu aku masih keluar, masih jualan new year. Gimana nih demo, udah mo mendung nih, belum ada tanda-tanda. Terus aku telepon security depan, nanya “gimana pak, udah ada yang nungguin di depan, atau semacam satu orang yang provokatornya udah ada disana belum?”, “belum ada apa-apa mas disini, mobil juga belum ada disini”, “oh mungkin mereka datangnya bareng-bareng, makasih pak”. Terus waktu aku balik jam 3, tak tungguin terus tuh nggak ada sms segala macam, tak tungguin jam 3, tak liatin di timeline twitter juga nggak ada tulisan bahwa itu akan ada demo, terus habis itu si Hugo’s and Embassy Café mengundang polisi, juga pihak Hotel, tapi waktu yang datang bukan saya, tapi yang datang perwakilan security, itu yang waktu itu aku fokus ke new year kan.
Kita waktu itu, sebagai yang datang aja, bukan sebagai speaker karena yang
klarifikasi adalah dari pihak polisi dan Hugo’s and Embassy Café, karena mereka yang ditanyai kenapa bisa ada kejadian seperti itu. Padahal kejadian dipukulnya itu pas di depan pos satpam parkirnya dia itu, terus kalo mo nyalahin ke Sheraton itu bukan area hokum kita. SL
: Iya, karena itu kan ada batasannya sendiri.
PR
: Hhmm, dan hampir tiap itu selalu ada jotos-jotosan di luar itu, dan security kita juga udah jengah gitu loh.
SL
: Udah tau ya, orang lagi mabok gitu.
PR
: Hhmm, mabok segala macam gitu. terus habis itu, ya udah apa namanya, ada support ada warga juga bahwa mereka juga kasih kesaksian segala macem.
SL
: Berarti masyarakat udah tau, yang pertanyaan poin dua ini sendiri, mereka tau tapi mereka udah mengerti dengan kondisi lokasi dari Hugo’s ini sendiri, mereka usahanya apa, seperti apa.
PR
: Hhmm, Hugo’s usahanya apa, mereka udah tau. Kemudian, ehh pihak Hugo’s juga kan sering sosialisasi ke warga sekitar juga, gitu. Karena yang mengelola Hugo’s juga anakanak jogja, jadi mereka taulah adatnya jogja seperti apa. Terus kalau dari pihak Hotel sih, waktu kita si PR-nya udah menyiapkan release mengenai pihak ketiga segala macam, gitugitu, tapi ternyata nggak ada yang tanya karena Hugo’s and Embassy Café sudah langsung bikin press con, klarifikasi bahwa kejadiannya seperti ini, bahwa nanti akan dilakukan pengusutan, semuanya nanti akan ditanya-tanya, intinya semua karyawan Hugo’s akan ditanyakan satu-satu gimana kejadiannya, ciri-ciri pembunuhnya seperti apa, kan dari dalam mereka udah pukul-pukulan dulu, sering nggak datang kesini pembunuhnya itu, terus ditanyain background-nya Aditya itu gimana, terus pihak Hugo’s and Embassy Café juga mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, kita juga diwakili pihak security mengucapkan secara langsung kepada pihak keluarga. Keluarga akhirnya mengerti, walaupun tetap ga bakalan happy biar udah di ucapin turut berduka cita gitu, namanya juga kehilangan orang yang mereka sayangi.
SL
: Hhmm.
PR
: Udah clear waktu disitu, di clear-kan juga disitu bahwa Hugo’s and Embassy Café operasionalnya ditutup selama 40 hari, jadi mereka tidak akan ada waktu new year.
SL
: Ahh, iya iya. Oh berarti setelah kejadian itu, otomatis kan dari pihak Hotel sendiri kan nggak jadi mengeluarkan release-nya sendiri ternyata kan emang nggak akan…..
PR
: Emang kita tidak akan, ehm nggak etis maksudnya akan jadi kayak apa sih, “Ih loe kan bukan temen gue kali” gituu, kan masa di gituin. Yang pasti kita masih menganggap Hugo’s and Embassy Café itu keluarga kita, bahwa mereka itu satu kelengkapan kita kan. Jadi kita tidak mengeluarkan release itu jika tidak diperlukan.
SL
: Oke, jadi emang tidak diperlukan ya release-nya?
PR
: Belum di perlukan. Karena mereka juga udah bikin press con yang sudah cukup jelas disitu dan nanti kalo kita ngeluarin tanpa media yang tanya atau pun saat itu diperlukan, jadi image kita ke klien tuh jadi kayak “Oh gini ya kalo kerjasama sama Sheraton kayak gini ya, disaat manis seneng-seneng bareng tapi nanti kek gini, ada krisis ternyata nggak mau tau” gitu, kita menjaga dari image situ juga.
SL
: Terus setelah itu, ehh kejadian, otomatis kan baik konsumen loyalnya maupun konsumen baru kan nanya, karena kan masih ada police line itu sendiri, gimana strateginya?
PR
: Eh itu TV One juga, tau kan TV One itu kayak apa. Ehh, hehe.
SL
: Iyaa, hehe.
PR
: Itu dia membesar-besarkan segala macem gitu, bikin kronologis gitulah segala macem. Yang nggak mau aku liat adalah majalah, apa sih paranormal-paranormal gitu, dirimu kalau ke tukang Koran, terus habis itu ada majalah yang isinya tentang mitos naga dan bla bla, ada judulnya apa yak, ehh…..
SL
: Aku jarang sih. Hmm
PR
: Itu tuh lucu banget, hehe. Itu kan dia menghubung-hubungkan dengan mitos segala macam, gitu-gitulah. Terus habis itu, eh ada keangkeran tempat ehh….. habis itu aku nggak mau baca.
SL
: Haha.
PR
: Dan aku nggak mau klarifikasi ke majalah itu, karena itu kan bukan segmen ku, buat apa, kecuali kalo yang mengeluarkan itu Jakarta Post, nah itu baru bakal signifikan.
SL
: Iya, toh yang baca hanya orang tertentu, nggak langsung masyarakat luas, beda dengan koran nasional.
PR
: Skeptis kan dengan hal-hal yang begituan, hal-hal semacam mitos itu kan.
SL
: Agak kayak, antara takut, percaya, gitu-gitu.
PR
: Toh juga, kek cheesy banget kan. Hehehe
PR
: Apa sih berita disangkut pautkan dengan mitos gitu kan.
SL
: Berarti strategi ke TV One-nya sendiri, ketika tau ada berita itu?
PR
: Ada berita itu, kita tetap nyampein itu tapi kita langsung bilang ke Hugo’s and Embassy Café eh, “kita tetap support kalian, kalo memang dibutuhkan keterangan dari kita, itu nanti kalian bilang saja”. Tapi sementara ini kita lihat Hugo’s and Embassy Café cukup mampu untuk meng-handle isu-isu dan itu semua. Terus eh, apa namanya.. karena waktu itu aku belum jadi PR, jadi paling aku sms aja sama anak media lain, besok tuh kalo nyebutin tuh, jangan nyebutin milik Sheraton ya, “Oh kita udah tau kok mas, kemarin juga bikin press con”, “oh oke, good”. Jadi pihak Hugo’s and Embassy Café menejemannya juga cukup professional dan cukup dewasa juga.
SL
: Jadi mereka juga siap ya, dalam menghadapi keadaan tersebut.
PR
: Hhmm, kita support dan kalo emang butuh keterangan tentang keamanan segala macam, kan kalo keamanan tiap tahun kita kan selalu ada “audit keamanan” namanya, nah auditnya itu ke Hotel dan ekstranya juga kesana.
SL
: Oh tetap ada ya.
PR
: Hmm, nah kalo butuh keterangan itu nanti kita berikan, gitu.
SL
: Kalau strategi ke konsumen Hotel sendiri itu seperti apa?
PR
: Tamu-tamu tuh bertanya sih, eh “mas situ ada apa disana, ada police line?”, kita langsung bilang, tapi nggak secara rinci, kita Cuma bilang “disana ada kejadian gitu”.
SL
: Berarti lebih ke konfirmasi ya?
PR
: Iya ke konfirmasi, karena kan nggak semua tamu yang nginap disini tuh pergi kesana, disini kan kebanyakan MICE, tamu-tamu meetng dan yang meeting kebanyakan yang udah eksmud yang berumurlah, yang dewasa gitu kan, jadi mereka nggak banyak yang ke depan. Jadi yang ke depan tuh, biasanya yang bule-bule kemudian sama yang EO-nya itu. Terus mereka kita jelaskan, terjadi kejadian seperti itu, sementara ini di close jadi kita mohon maaf sekali, terus kita akan memberikan suggest, kalo memang nanti butuh klub malam itu nanti ada di jalan magelang, tapi kita tidak menyediakan shuttle kesana, biasanya seperti itu. Terus nanti ada pilihan-pilihan klub malam lainnya, oh langsung mereka mengerti sekali, karena itu kan masuknya force majeure kan itu, bukan konflik antara Hotel dan Hugo’s karena kan itu akan agak ashamed-memalukan, karena ini force majeure kan siapa sih yang tau disitu akan ada pembunuhan.
SL
: Nggak akan ada yang tau kalau mo ada kejadian tersebut.
PR
: Hhmm, terus kita juga langsung melayangkan surat ke Hugo’s and Embassy Café, bahwa eh apa namanya, eh “kita turut berduka cita atas kejadian itu dan atas ditutupnya Hugo’s untuk sementara waktu in”. Waktu itu sempat ada kompensasi masalah biaya dari Hotel, karena mereka kan monthly untuk yang payment electricity sama water using, gituu. Kita kasih keringanan kepada mereka, sebagai rasa berduka cita kita juga, kita menghargai orang yang sedang mengalami berduka cita. Itu kan istilahnya mereka kena musibah, 40 hari karyawannya makan dari mana.
SL
: Otomatis mereka kan nggak beroperasi dan si owner-nya sendiri merugi dong karena harus membiayai karyawan-karyawannya.
PR
: Hhmm, tanpa harus beroperasi. Dan yang dirugikan lagi adalah mungkin pihak vendor minumannya, makanannya segala macam, kan secara nggak langsung di tutup. Jadi strategi yang paling utama, yaitu kita langsung bilang ke Hugo’s, “mohon ini segera diselesaikan, karena ini masalah ada dilingkup area hukum kalian”, tapi nanti kalo membutuhkan keterangan dari Hotel Sheraton kita akan support, gituu.
SL
: Ehh, berarti alasan kalau memilih alasan tersebut karena kerjasama dan supporting ke Hugo’s-nya sendiri, dan kalau yang TV One langsung di alihkan ke Hugo’s…..
PR
: Terus eh, sebagai preventive juga kita kan langsung di online-social media itu, kita kan follower-nya cukup banyak, terus kita juga disarankan, kan kalo di Starwood itu udah ada “Guideline” kalo crisis management itu seperti apa.
SL
: Aahhh…..
PR
: Iya, kita kan sudah ada guideline seperti itu, kemudian dari situ dan dari social media juga kita mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kejadian yang menimpah pihak sebelah, gitu-gitu. Terus kita akan mengumumkan juga akan ditutup sementara waktu. Jadi baik online maupun offline cetak juga bakal tetap dapat berita ter-update-nya. Udah klarifikasi lunak dari situ.
SL
: Hmm, iya iya. Oke deh kalo begitu, cukup yang 7 Desember. Karena emang kan nggak begitu ber-impact, karena media yang mengeluarkan berita adalah TV One, otomatis orang juga kan “ahh, TV One”, kek gitu.
PR
: Dan si itu tadi, Hugo’s and Embassy Café sudah membuat press conference-nya sudah cukup meng-cover itu semua, media massa juga langsung tau jelas kan, kalo ada press con tuh jelas nggak yang blur kan dan mereka nggak perlu bertanya-tanya lagi, gituu. Padahal Hugo’s and Embassy Café kan udah bikin event untuk tahun barunya sendiri kan. Karena di Jogja, Hugo’s and Embassy Café di pandang sebagai klub ter-oke dari segi tempat maupun musik.
SL
: Okee. Lanjut ke 19 Maret 2013, itu bagaimana kejadiannya seperti apa? pasti agak-agak cukup heboh gimana gitu.
PR
: 19 Maret itu berjalan seperti biasa, dan diriku sudah menjabat sebagai Public Relations dan di januari pertengahan Hugo’s sudah buka, aku lupa tanggal pastinya.
SL
: Belasan aku ingatnya mas.
PR
: Iya, belasan. Dan itu langsung kita lansir di social media bahwa itu udah dibuka dan memberitahukan kepada tamu-tamu bahwa Hugo’s and Embassy sudah buka dan bisa dikunjungi lagi. Dengan kalo kita kan free entrance sama 15% discount kalau yang menginap disini, gitu.
SL
: Berarti ada kerjasama antara Hugo’s and Embassy Café dengan Hotel Sheraton?
PR
: Pasti dong…..
SL
: Berarti kalau nginap disini, gratis ke Hugo’s-nya?
PR
: Hmm, terus kalau dari Hugo’s ada bintang tamu nanti special price untuk nginap disini. Sudah otomatis yah, karena seperti satu organ. Hehe
SL
: Iya, karena satu lokasi, dan juga orang disini image-nya yoo Hugo’s ya Sheraton.
PR
: Hmm, kek gitu. Terus habis itu kita lansir dan langsung jalan dan jalan, mereka bikin event dan event-nya langsung penuh, kita juga dikasihkan agenda yang valentine, yang free flow, yang cocktail dan segala macam. Eh iya, itu tuh sebelum mereka buka, kita sempat party disana sesudah new year tanggal 10an januari kayaknya. Kita bikin staff party di Hugo’s and Embassy Café itu, kita pinjam tempatnya, kita kan hampir setiap bulannya ada staff party untuk mengapresiasi staf-staf disini, ada staff of the month nanti diakhir tahun ada staff of the year, gitu-gitu. Terus habis itu nanti, sales dengan pencapaian tertinggi, gitu-gitu sih. Terus habis itu disana ada door prize dan ada pengumuman dari GM sendiri, biar lebih deket. Terus kita juga ngucapin selamat atas dibukanya kembali, semoga lancar dan kedepannya tidak ada kejadian apa-apa lagi.
SL
: Hmm, iyaa.
PR
: Dan selama dua bulan lah ya berjalan lancar, januari-februari-maret, eh maret tiba-tiba ada kejadian lagi. Walaupun setelah dibuka itu, hampir tiap malam ada jotos-jotosan gitu, pengaruh alkohol mungkin yahh. Terus 19 maret itu, aku masih sibuk dengan eh earth hour waktu itu, project earth hour, lagi bikin-bikin earth hour itu, dari bikin press con segala macem, terus udah bikin surat ke Hugo’s and Embassy Café juga bahwa nanti tanggal 23 Maret 2013 mohon dimatikan listriknya disana. Soalnya nggak lucu dong, Sheraton mati lampu, depannya Hugos and Embassy Café masih menyala, soalnya itu yang paling keliatan dari jalan, sedangkan nanti kita akan bikin acaranya diluar, diluar persis dipinggir jalan, kan diluar itu sebelah kiri jalan ada tulisan Sheraton, nanti bikin acara disitu dikasih panggung, nanti disebelah sini nggak dimatikan, nanti jadinya aneh.
SL
: Tapi kan itu belum jam bukannya mereka juga.
PR
: Iya, nanti pemadamannya jam 9-10 malam, setelah itu bisa dinyalakan lagi untuk operasional. Eh kok tanggal 18-nya itu kan tangal 19-nya baru ketahuan ada pembunuhannya itu. Itu kan kejadiannya kan di dalam Hugo’s and Embassy Café kan, jadi bukan diluarnya dan itu di dalam area hukumnya banget malah itu, dan itu bakal ketahuan banget senjata apa yang dibawa apa segala macam dan saksi matanya lebih banyak, walaupun gelap banget sih.
SL
: Kan ada yang “aaaahhhh, ahhhhh”. Hehe
PR
: Hehe. Dan tanggal 19 Maret itu rame juga deh, iyaa hari senin ke selasa dan itu adalah university party, yang 50% untuk anak-anak yang mahasiswa.
SL
: Iya, betul.
PR
: Dan tanggal 19 Maret itu langsung rame disitu dan dikasih police line, Hugo’s langsung dinyatakan tutup, disitu malah langsung dicabut. Isu dari polisinya langsung dicabut, eh “ini kamu udah dua kali masa kamu nggak kapok sih”. Waktu itu aku langsung tanya klarifikasinya piye segala macam, eh kejadiannya gimana, background-nya gimana, itu siapa yang dibunuh dan siapa yang membunuh, gitu. Dan langsung ini melibatkan orang timur dan nggak cuma satu orang, jadi ada yang membantu, terus urusannya adalah karena backgroundnya rebutan cewek.
SL
: Haaaa? Oh jadi itu karena rebutan cewek…..
PR
: Sebenarnya….. Antara si Deki dengan kepala gengnya sama eh, itu dia brimob atau yaa?
SL
: Kopassus.
PR
: Oh iya Kopassus. Terus habis itu mereka rebutan cewek katanya di dalam, terus ceweknya udah keluar duluan, terus langsung cowoknya mo nyusulin, ternyata disitu udah dipukulin pakai botol itu, terus botolnya dipecahin terus ditusukin dan nggak cuma sekali, jadi berlimpahlah darah disitu.
PR
: Okee, karena udah dua kali gini, kekenya mereka akan langsung dicabut, nggak cuma sementara dan aku udah mikir gitu. Dan nanti kalau dicabut, entertainment complex kita akan jadi apa, aku udah mikirnya sampai disitu kan. Dan aku udah mempersiapkan senjata, press release lagi, bahwa itu adalah pihak ketiga dan aku menghubugi Hugo’s bahwa nanti ini lagi-lagi adalah masalahmu, tapi kita tidak lepas tangan kita akan support, mohon ini nanti media ditekan karena ini nanti adalah image dikau dan kita yang akan dipertaruhkan. Terus aku juga udah siap-siap kontak anak media, terus kita juga mengluarkan release ke social media, kita turut berduka cita atas kejadian ini dan prihatin untuk yang kedua kalinya di komplek entertainment-nya kita. Dan inikan semua resiko yang harus ditanggung semua tempat kan. Terus itu kemudian, jalan, jalan, disitu ada olah TKP, terus koran-koran pada release mengenai Hugo’s, dan media lokal juga udah tau klo Hugo’s itu bukan milik kita, jadi mereka menulisnya disitu, di komplek Hotel Sheraton.
SL
: Iya, aku juga liat di media-media lokal nulisnya “yang berada di kawasan Hotel Sheraton”.
PR
: Karena mereka sudah tau, backgroundnya seperti apa dan mereka udah tau etikanya seperti apa, dan mereka juga udah tau apa resikonya kalau mereka menulis bahwa itu milik Hotel Sheraton, karena kita juga cukup kuat, apalagi Bu Moor. Hehe
PR
: Terus habis itu, dari pihak Hugo’s and Embassy Café sudah cukup meredam segala macam. Kayaknya juga bikin press con tapi khusus media aja, dan dari kita, karena ini yang kedua kali, jadi yang datang adalah tetap ada pihak security Hotel kita juga. Terus mereka disitu klarifikasi, kejadiannya seperti ini dan pelakunya sempat lari jadi buron, kemudian tanggal 21-nya ke tangkap, tanggal 21 masuk pindah ke LP Cebongan. Dan tanggal 21-nya itu aku bener-bener lagi hectic-nya disitu bikin earth hour, dan lagi ke mangrove dekat pantai samas, kita nanam bakau disana dalam rangka earth hour, terus habis itu anak-anak media juga kontak-kontakan nanya-nanya segala macam, terus ada yang tanya, mas anak-anak Sheraton pada kesana tanam bakau, itu karena pengalihan isu atau mengembalikan nama baik gitu, terus aku langsung nanya “dirimu nggak datang waktu press con ya?”. Kan waktu itu aku bikin press con disini waktu tanggal 9 Maret 2013 mengenai earth hour, disitu aku paparkan, kita tuh acaranya ini, ini, terus dia jawab “iya mas, aku nggak datang waktu press con kemarin, sorry”. Nah disana tuh aku udah
menyebutkan bahwa tanggal 21 Maret 2013 itu aku kan ke daerah sana untuk tanam bakau, jadi ini sama sekali bukan pengalihan isu atau mengembalikan nama baik. PR
: Sebenarnya aku sangat berterima kasih sekali sama pihak Hugo’s and Embassy Café, karena memang mereka sangat cooperative dan berlapang dada ditutupnya lokasinya juga.
PR
: Tadi sampai dibakau ya, hmm. Tanggal 22-nya itu aku ada fogging diseputaran sini dan itu masih dipasangin police line. Terus tanggal 23-nya nih, itu kan aku mempersiang panggung untuk acara dan sebagainya dan ternyata tanggal 23 tengah malamnya ini ada penembakannya di cebongan itu, nah itu aku langsung di kasih kabar itu, ada penembakan di cebongan, terus isunya nanti akan ada perang antara Kopassus dan orang timur.
SL
: Hmm, katanya mo perang suku lah.
PR
: Iya. Terus habis itu katanya ada satu orang lagi yang belum ketangkep dan akan ada swiping pada tanggal 23 katanya. Terus aku langsung di tanya “gimana kamu tetap mau jadi earth hour gitu?”, dan karena aku adalah chairman earth hour, jadi aku langsung bilang tetap jadi, karena ini bukan problem kita, kalaupun nanti bakal dijalani itu malah kita menunjukkan keluar bahwa kita lapang dada dan kita berani dan kita memang tidak bersalah disini, kita hanya bagian yang kena effect-nya. Terus aku bikin acara di depan, ceremonial gitu kan, dan pas tanggal 23 itu aku udah sempat ketar-ketir, anak-anak media pada datang nggak ya sama anak-anak yang lain datang ke ceremonial. Soalnya isu swipingnya, serem kan.
SL
: Iyaa.
PR
: Terus waktu acara itu, kan ada pembakaran obor angka 60 dan itu apinya gede banget, terus habis itu ada yang iseng di twitter, ambil foto dari arah barat dan belakangnya Hugo’s and Embassy Café, trus posting gambarnya dan bilang “coba tebak apa yang di bakar sama Sheraton?”, trus di twitt di jogja update, jogja update nggak langsung percaya, dan pada tanggal 23 itu juga sama-sama ada konsernya Agnes Monica dan jogja update masih disana. Kan jogja update kalau beritanya nggak faktual nggak akan di retwitt, bayangkan kalau jogja update langsung retwitt pasti bakalan langsung rame banget di timeline, jogja
update kan yang ikutin banyak banget dan langsung akan heboh. Jogja update untungnya nggak, jadi mereka cooperative juga. SL
: Berarti langsung konfirmasi ke pihak Hotel gitu ya.
PR
: Hmm. Terus kita tetap berjalan seperti biasa dan di acara earth hour itu kita sama sekali nggak bahas kejadian itu, kita menghormati Hugo’s and Embassy Café dan menghormati sensitivitas warga sekitar yang nonton. Kan di depannya kita ini tuh komplek militer, yang ada patung garudanya itu, militer udara. Terus habis itu siangnya tanggal 23 itu, waktu aku bener-bener prepare dan ngecek lokasi, terus ngecek sound system, ngecek kelengkapan talent-talent yang akan tampil. Itu tuh aku liat timeline, dan ditulis “empat tewas, izin muryati sudibyo dicabut”, aku langsung “what?”, langsung aku buka komputer dan bla bla, dan ini saatnya aku mengeluarkan release ku ini. Habis itu aku langsung telepon anak sini, media Indonesia sama metro, aku minta nomor telepon pusat, aku mau klarifikasi, ini ada kesalahan penulisan dan mohon segera dibenarkan, direvisi atau dihapus, kalau emang parah. Terus langsung dapat telepon dari Jakarta, dapat dari PR-nya Mustika Ratu, karena waktu itu posisi Bu Mooryati dan keluarga lagi di Jakarta, tapi mereka tidak membaca secara langsung karena itu kan twitter jalannya cepat banget, update-nya setengah jam sekali bukan kayak cetak, kalau cetak kan bertahan lama dan revisinya harus edisi selanjutnya. Dari situ udah ketahuan banget, dari link-nya udah keliatan.
SL
: Hmm, dan kata-kata café ini akan langsung merujuk ke Hugo’s.
PR
: Hmm, terus dari PR Mustika Ratu langsung telepon. Eh hmm, whatsapp dulu ding, “mas awang urgent.”, “iya pak”, “mohon itu segera diklarifikasi, direvisi, kalau perlu di delete. Dari anak-anak Bu Moor nggak berkenan”. Terus aku dapat nomor redaktur Jakarta, terus aku bilang ke dia secara alus-alus toh, “siang mas, saya dengan Awang dari PR Sheraton Yogyakarta, mas ini aku mau lapor sepertinya ada kesalahan penulisan, boleh nggak aku direvisi”.
PR
: karena aku yakin semuanya itu akan terselesaikan dengan baik kalau dilakukan dengan komunikasi yang bagus sama nadanya juga bagus. “Yang mana ya mas?”, “yang dari twitter mas, twitter metro mas”, “isinya apa emang?”, “kalau isinya sih bener mas, cuma dari judulnya udah kontroversial dan terlalu eksplisit, jadi aku minta di benahin judulnya
aja sama linknya, ataupun kalau emang berkenan mohon dihapus. Nanti aku akan mengirimkan status dari Hugo’s itu seperti apa, dan ini aku boleh tanya nggak dapat dari reporter mana?”, “oke mas, nanti aku kabari lagi”. Terus aku langsung kirim surat, yang aku kasih ke dikau juga itu. SL
: Ahh, hmm.
PR
: Nah surat itu, aku langsung kirim ke PR Mustika Ratu. PR Mustika Ratu akan membantu nyebarin ke media yang di Jakarta, aku yang pegang lokal sini, dia yang pegang Jakarta sana. Enaknya perusahaan yang berantai seperti itu kan.
SL
: Hmm, iyaa saling membantu. Hehe
PR
: Terus di Jakarta juga sudah disebar, dari aku juga udah bagi yang menanyakan aja, karena balik lagi, sebagian besar sudah tau. Terus habis itu, Metro TV sejam kemudian judulnya sudah berubah, kan ku refresh, web nya nggak aku close, terus berubah jadi “Izin Hugo’s Café dicabut”, tapi linknya tetap “café milik muryati sudibyo”. Itu ternyata dapat dari reporter jogja, isinya itu tanpa judul dan dikasih ke Jakarta. Terus aku langsung mengucapkan “terima kasih sekali atas bantuannya Metro TV segala macam”. Terus satu jam kemudian lagi, beritanya udah nggak ada tapi linknya masih ada, tapi linknya waktu dibuka itu halamannya kosong, konten beritanya dihapus tapi linknya masih ada. Terus ada media lokal yang bertanya, “mas kamu gimana ada berita dari Metro TV? Hehe”, “nggak kenapa-kenapa, udah selesai kali. Hehe”
PR
: Terus habis itu kan, aku langsung bikin banyak event kan, bukan untuk menutupi tapi aku ingin mempertahankan citra baik kita. Dan kalau dari Hugo’s and Embassy Café, mereka langsung menyatakan mereka di tutup, padahal mereka kan selesainya bulan juli.
SL
: Hmm, hmm.
PR
: Terus habis itu kita juga langsung mengumumkan di website juga bahwa Hugo’s and Embassy Café ditutup, di twitter juga kita sebutkan disitu “tidak beroperasi lagi, mohon maaf karena tidak bisa menjadi fasilitas kita lagi”.
SL
: Hiks hiks, menyedihkan, saya pun cukup sedih mas.
PR
: Hehe, salah satu klub terbaik di jogja mungkin, satu-satunya mungkin. Hehe
SL
: Saya juga nggak bisa main-main ke jogja dengan niat, hehe.
PR
: Terus habis itu dari twitter Hugo’s and Embassy Café, mereka juga kan sempat anniversary kan. Mereka kayaknya masing-masing ada yang ke Malang, bandung, karena cabang mereka tinggal Malang, Bandung, Jakarta. Semarang udah tutup dari 2011 kemarin. Nah itu aku bikin event terus, dimana itu eventnya adalah memberikan citra baik ke Sheraton juga dari segi lifestyle juga dari segi bisnis. Itu bikin fashion show, juga galeri lukisan.
SL
: Berarti lebih ke CSR-nya sendiri ya, strategi CSR yang banyak dipakai.
PR
: Hmm, nah CSR itu sedikit banyak itu efektif, karena rasa iba orang-orang jogja itu gede banget kan.
SL
: Hmm.
PR
: Tapi emang kita tiap tahun ada program CSR, bukan karena ini terus aku langsung gencar…..
SL
: Tapi emang sekalian menggunakan, karena emang udah terjadwal sendiri, jadi emang bisa digunakan.
PR
: Sekalian aku pergunakan itu, karena disitu juga ketemu media-media lokal, terus aku langsung klarifikasi “bahwa kita tuh settle, kita nggak terganggu dengan isu itu dan tidak terganggu secara signifikan dengan isu tersebut”. Nggak ada yang namanya turun occupancy, atau cancel group, nggak ada namanya isu keamanan kayak “ih Sheraton ada pembunuhan, nanti aku kesana, aku dibunuh nggak ya”. Hehe
SL
: Itu sih, agak-agak terlalu jauh sih. Hehe
PR
: Terus aku dari Starwood diminta bikin surat untuk klien-klien, intinya sih itu keamanan kita concern kita dan kita take care sekali untuk keamanan, dan kita berduka cita atas kejadian di depan dan memohon maaf karena fasilitas kita berkurang. Semoga mereka mengerti karena ini force majeure dan intinya adalah, poin pertama tadi yang bold
underline yaitu keamanan concern kita. Kenapa, karena kalau kita ada event disini, larinya akan ke ballroom, karena presiden bisa lari lewat belakang, terus kita jauh dari jalan raya, juga kita dekat AU. Terus kita juga punya scanning kalau naik mobil, pasti di scanning dulu dan dibuka bagasi, diperiksa ada sesuatu yang mencurigakan atau tidak. Dan itu digunakan para sales dan kita ke tamu-tamu Hotel sendiri, dan itu cukup berhasil sekali. Kita juga nulis dibawahnya, kalau memang butuh pengecekan lokasi dan inspeksi, kemudian sistem keamanan kita seperti apa. SL
: Berarti event pertama yang dilakukan setelah kejadian 19 Maret ini adalah event earth hour yaa.
PR
: Iya, pas bertepatan dengan earth hour itu sendiri.
SL
: Hmm, ya. Memang setiap tahun melakukan acara earth hour?
PR
: Iya, ini kita yang kelima kalinya ikut acara earth hour sejak dibuka, dan kita ikut dari yang kedua.
SL
: Nah setelah itu, event setelah earth hour, event apa? Fashion show?
PR
: Iya, fashion show yang dikau datang itu kan.
SL
: Nah pemilihan event fashion show itu, kenapa memilih melakukan event fashion show?
PR
: Fashion Show itu, dalam rangka merayakan hari Kartini, tapi kita udah sounding dari jauh-jauh hari. Dan kita sounding kalau hari Kartini nanti kita harganya diskon 21% semuanya. Terus disitu kenapa kita pemilihannya disitu ada polwannya, itu bukan karena kita menyenggol polisinya dan menunjukkan bahwa kita bekerja sama baik dengan polisinya atau nggak, itu pemilihannya karena tim kreatif fashion show kita, kepikiran kalau kayaknya “waktu sekarang itu polwan suruh jalan di catwalk lucu kali ya”. Kan kalau sosialita disuruh jalan udah biasa, kita juga udah pernah bikin acara fashion show dengan tema sosialita.
SL
: Hmm, hemm.
PR
: Terus dengan tema penjual jamu gendong juga udah pernah. Terus apa ya yang beda lagi, soalnya media kan nyarinya yang signifikansi dan nilai dari beritanya, dan kalau ada news value-nya itu akan menjual beritanya dan mereka dengan senang hati akan masukin berita itu ke media mereka. Maka dipilih lah dua orang polwan waktu pilihnya polwan polisi militer, kita juga mengirimkan surat resmi untuk mengundang dua orang polwan ikut bergabung dalam acara fashion show ini. Kita juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa inilah Kartini masa kini, mereka juga bisa melakukan pekerjaan laki-laki tanpa meninggalkan sisi feminim mereka.
SL
: Tapi kalau, hmm, sekilas begitu dari Mas Awang sendiri, ada nggak unsur sekalian pembuktian bahwa memang tidak ada keterkaitan, dalam artian menjamin keamanan dari Hotel Sheraton dengan menggunakan dua orang polwan PM ini sendiri?
PR
: Hmm, sebenarnya kan kalau PM itu diminta kalau ada kenegaraan aja dan kalau ada krisis doang. Tinggal itu, kalau emang kita niat membuktikan kepada publik bahwa tidak terjadi apa-apa, kita mintanya polwan murni.
SL
: Hmm.
PR
: Tapi inikan PM lebih sangar dari polisi biasa. Secara nggak langsung sih kita menunjukkan bahwa hubungan pihak Sheraton dan pihak keamanan Negara itu sangat baik sekali, dan kita menghargai pekerjaan mereka. Tapi bukan sebagai pengalihan isu dan ingin menyentil mereka sih.
SL
: Hmm, bukan, pengalihan isu udah terlalu jauh banget sih. Maksudnya sebagai pembuktian memiliki hubungan baik dan menghargai. Dan kalau adanya pembuktian bahwa keadaan hotel baik-baik saja? Ada maksud kesitu juga nggak?
PR
: Bisa juga dan bukan berarti dengan Hugo’s and Embassy Café tutup, kreatifitas dan eventevent lifestyle di kita juga langsung mati, jadi kita mau menunjukkan bahwa “ini loh Sheraton tuh tetap hidup ada dan tiada Hugo’s and Embassy Café”, karena mereka adalah hanya pihak ketiga. Jadi fashion show ini juga menunjukkan kepada mereka, dan temanteman media juga pada salut kan, “selamat ya Awang, maksudnya kamu at least berhasil mengembalikan itu”.
SL
: Iyaa, saya pun, maksudnya sebagai peneliti cukup berhasil. Hehe
PR
: Dan Hugo’s and Embassy Café juga udah benar-benar tutup, mereka juga udah clearing dan juga udah ambil barang-barangnya mereka. Tapi nanti tempatnya akan tetap jadi tempat entertainment kita, tapi bukan dalam bendera Hugo’s and Embassy Café, yang pasti lebih oke, bisa jadi planet Hollywood, upsss. Haha. Masih rahasialah, tapi yang pasti sudah ada.
SL
: Ahh, okee. Pastikan yang seru ya mas. Haha. Hmm, setelah event fashion show kemarin ada event apalagi?
PR
: Hmm, apalagi yaa?!
SL
: Atau nanti besok lagi, yang acara foto hunting?
PR
: Eh habis fashion show ada acara foto hunting, akhir april kemarin. Itu ada foto hunting, jadi komunitas foto hampir seluruh Indonesia sih datang disitu, itu juga modelnya dari beberapa pulau, jogja 1, Surabaya 1, bandung 1, Jakarta 1. Jadi lebih menantang anak-anak fotografer juga kan, kalau modelnya itu-itu aja kan bosen. Terus dari situ anak-anak fotografer juga aku perkenalkan, nggak cuma lounge, ballroom, juga swimming pool kita juga keren untuk dijadikan foto-foto. Mereka juga akan merasakan sendiri, bagaimana sistem keamanan di kita, mereka juga bilang “ya ampun ketat banget ya mas”. Sekalian membuktikan kepada mereka juga, walaupun mereka cuma datang untuk fotografer, tapi aku yakin mereka punya link.
SL
: Iya, otomatis kan mouth to mouth-nya itu yang lebih efektif, dibandingkan berita, dan self experience juga lebih oke, jadi mereka akan memberitahukan berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
PR
: Terus habis itu nanti ada foto hunting lagi, tema bridal hari minggu, eh bridal ada, casual juga ada dan itu dilombakan, kalau yang kemarin nggak dilombakan. Sebelum ini lagi, ada juga pas awal april foto hunting, dalam rangka salah satu komunitas foto ada yang ulang tahun.
SL
: Kenapa meng-iya-kan ada foto hunting di Hotel?
PR
: Karena mereka komunitas dan profesi mereka adalah dalam bahasa jawa “tukang foto prewed”, dan tukang foto untuk model-model yang cari lokasi untuk di foto, terus kemudian butik-butik yang mo nyari tempat foto kan, pakainya kan fotografer. Jadi mereka yang akan meng-capture picture sebuah brand/merek. Jadi aku menggunakan mereka sebagai sarana, untuk memberitahukan kalau view di Sheraton tuh bakal jadinya bagus, eksotik, dan bukan keliatan kek di jogja. Dan karena mereka juga banyak, jadi mereka akan memperlihatkan kepada teman-teman mereka lagi, dan memberitahukan bahwa tempat ini juga bagus. Dari hasil foto mereka juga akan menyarankan kepada yang melihat hasil foto tersebut, seperti “kok lokasinya bagus banget sih”, jadi mereka juga pengen untuk foto-foto dilokasi kita. Mereka juga akan upload di facebook, twitter, flicker, jadi dari orangnya akan berbicara, dari fotonya juga berbicara.
SL
: Ah okelah kalau begitu. Selanjutanya media yang memiliki hubungan dengan Sheraton tuh media apa saja?
PR
: Eh media cetak pasti, baik yang lokal maupun interlokal, kemudian kalau yang internasional aku pilih-pilih kali yah. Kayak kalau berita Miss Universe baru aku kasih ke international, kek routers. Kalau yang lokal, mereka juga pilih-pilih, mereka tetap terima tapi nggak bisa menerbitkan karena. Terus media online, karena sekarang jamannya media online, jadi kayak detik.com, kompas.com, itu juga aku ada berhubungan dengan mereka, berhubungan dalam arti aku satu-dua kali juga memasukan berita dalam bentuk advertisement/iklan.
SL
: Hmm, selama mengelola strategi PR sendiri, mulai 19 Maret terus setelah 23 Maret, ini kan mau memasukin bulan kedua setelah kasus itu, ada kendala-kendala nggak atau awalawal kejadian itu dalam menangani kasus itu, ada kendala tidak dalam mengelola strategi PR? Jadi kayak kendala dalam menangani event fashion show, earth hour?
PR
: Hmm, tidak sih, kalau dari aku. Soalnya kan dari masalahnya juga udah jelas, terus teman-teman media juga udah terklasifikasi, mereka media tentang apa, jadi aku juga lebih gampang dalam mengeluarkan strategi ku, sasarannya ini-itu, senjatanya ini-itu. Jadi lebih gampang, tidak terlalu susah. Kecuali, kasus ini masih chaos, blur, kayak kasus korupsi gitu.
SL
: Terus sekarang ini, gimana keadaan Hotel Sheraton setelah melewati 2 bulan setelah kejadian, bisa dibilang krisis image, walaupun krisisnya hanya sebentar, tapi keadaan setelah krisis image itu sendiri, gimana keadaan hotel selama 2 bulan?
PR
: Ehh, doing great. Hehe. Kemudian tidak ada yang cancel karena masalah itu.
SL
: Lancar lah ya.
PR
: Iya, lancar. Karena terbantu juga oleh dengan surat pengantar tadi.
SL
: Ahh oke. Terus selain dari press release dari Hugo’s, eh berita dari event itu sendiri, berita bulanan tentang hotel ke media ada nggak?
PR
: Jadi tiap dua bulan, ada event food promo, yang sekarang itu yang vegetarian, dan mengeluarkan release. Dan kalau ke klien-klien kita memberika daftar paket makan kita dan plus hot deal, bener-bener diskon.
SL
: Berarti emang lebih banyak pemberitaan yang positif ya?
PR
: Iya yang positif dan harusnya gitu. Dan juga dalam pemberitaan, sama sekali tidak menyinggung entertainment komplek, Hugo’s segala macam.
SL
: Jadi emang pengaruh dari pemberitaan tersebuh adalah image baik tentang Hotel.
PR
: Hmm. Malah adanya pemberitaan tentang Hugo’s terkena bencana itu, kan kita juga ke ikut namanya segala macam. Itu efeknya kita malah semakin dikenal dan semakin berciri, walaupun orang nantinya pengen ke jogja dan nginap di Sheraton, “nginap dimana? Nginap di Sheraton, oh hotel yang ada pembunuhan itu ya?!”, walaupun kita akan terkenal dengan image agak-agak negatif, tapi aku nggak mau menggunakan itu. Karena udah kejadian jadi di syukuri apa yang udah terjadi itu. Terus mereka akan merasakan pengalaman sendiri dan tau bagaimana tingkat keamanan kita.
SL
: Hmm, okay kalau begitu, cukup saya rasa Mas Awang. Terima kasih…..
Lampiran 2. Hasil Wawancara GM Hotel Sheraton Yogyakarta.
GM : Eh satu jumlah berupa meter square meter tanah tersebut, itu sewa sama orang lain. SL
: Iya.
GM : Itu adalah Management Hugo’s, berasal dari Malang ya? PR
: Iya, dari Malang.
GM : Jadi ini, sana apa pun yang sudah terjadi tidak ada sedikit pun bisnis kita terpengaruh. Tidak pengaruh dengan bisnis, maka kita pun tidak bikin sesuatu yang strategi, kenapa? Karena memang bukan hubungan sama kita langsung, tetapi pasti pertanyaan orang ada “oh ini Sheraton Mustika ya?” SL
: Iya.
GM : Begitu yah? Iya, itu pertanyaan orang, manusia, itu wajar. Tetapi tidak ada hubungan dengan kita, maka kita tidak bikin strategi, maka kita punya PR punya action plan. SL
: Oh, berarti tidak ada strategi khusus tetapi?
GM : Oh tidak, karena kita boleh gabung, kenapa karena ini kan tidak sama kita. Kalau kita gabung, pasti orang akan tanya sama kita “kok ini bukan Sheraton, kok Sheraton yang maju?”, orang yang punya masalah kenapa kita yang mau pikulin, begitu kan?! Tetapi sistem security kita mau harus jaga dengan baik, karena pasti pertanyaan orang kalau lewat sana jangan sampai tamu kita yang kena yang problem. Maka kita jaga dengan system security controlling dengan baik. Dan satu strategi yang dilakukan dengan PR itu adalah release yang dilakukan dengan seluruh masyarakat kita sampaikan dengan ini, memang ini jangan sampai orang salah mengerti, Hugo’s adalah entertainment punya Sheraton, yang one part of, bukan yang part of Sheraton. Jadi itu adalah PR punya release yang keluar, itu keluar ya? PR
: Iya, keluar.
GM : Yang TV One keluar? PR
: Bukan, yang Metro TV.
GM : Oh iya, Metro TV. Jadi itu PR punya strategi, supaya orang tau memang ini tidak ada sangkut paut dengan Sheraton, jadi walaupun pembunuhan yang ada tapi kita sedih, karena bangsa Indonesia kita, betul kan? SL
: Iya.
GM : Dan juga nama Jogja rusak. Ini yang kita jaga supaya itu tidak. Maka strategi kita cuma 1, itu yang dilakukan PR, release yang dilakukan dengan masyarakat supaya orang tau bukan milik Sheraton, tidak ini berbeda. Tetapi management ambil action plan, security control, supaya tamu-tamu kita tidak rasa khawatir, ada pembunuhan apakah masuk dengan Sheraton ini, adakah?! Maka kita memang benar-benar jaga dengan system security kita, dan mereka pun tidak boleh sesuatu ada dengan masuk dengan komplek Sheraton. SL
: Nah kebetulan kalau orang pada umumnya kurang tau kalau ternyata berbeda antara Hugo’s dan Sheraton.
GM : Makanya PR action plan langsung kirim dengan release tersebut. SL
: Ahhh.
GM : Supaya masyarakat sudah tau, “oh ini memang bukan hubungan dengan Sheraton”. Jadi itu, saya biasanya berteman-teman dengan polisi, Kapolda, Kapolres, teman semua akrab, jadi saya yang tanya, “gimana?”, “saya tau, apa yang bapak bicara”. Kita punya disini, dengan sistem, kita tau dengan yang kita dapat dengan koran, selain itu kita tidak tau. Maka kita, hal tersebut tidak kita pikir dengan hal-hal tersebut. Karena begini, police garis, police line itu kan, oke itu bagus berarti tidak ada, itu sesuai dengan aturan, apa namanya dengan aturan pengadilan. SL
: Iya. Iya, sebenarnya sih pengen menanyakan secara men-detail kepada Bapak Muhammad Munir sebagai pimpinannya Hotel sini, jadi yang sepengetahuan Pak Munir pada tanggal 7 Desember kemarin, itu ada kejadian yang cukup berpengaruh tidak di Hotel?
GM : Betul. Oh tidak, kalau di Hotel kita tidak pengaruh, occupancy pun tidak jatuh, apapun tidak pengaruh. SL
: Baik.
GM : Sedikit pun kita tidak pengaruh, kalau pengaruh baru saya meng-action plan, karena saya tidak ada pengaruh dengan apa pun. Malah kita dapat satu promosi, orang memberikan sebut dengan “komplek Sheraton”, betul kan?! Nama kita keluar dengan gratis, dan setiap waktu acara tersebut occupancy kita sangat bagus, half quartal revenue kita yang terbaik di jogja ya, dan over budget kita. Jadi, tidak, tidak pengaruh dengan hal itu. SL
: Oke. Hmm, sebenarnya sih sudah tanya banyak dengan Mas Awang.
GM : Iya, dia yang lebih tau banyak.
SL
: Iya, benar. Saya sekedar mengkonfirmasi kembali bagaimana strategi yang digunakan Mas Awang, mulai dari 7 Desember kemarin terus sampai sini, kebetulan kan Mas Awang jadi PR Coordinator.
GM : Tapi baru yang pertama kali itu, saya pernah eh kebetulan saya kenal semacam kepalakepala Polisi begitu, saya akrab dengan mereka dan saya sudah jelaskan kepada mereka. Itu komplek, iyaa mereka sudah tau ini bukan Hugo’s dan Sheraton, saya pun sudah kan, jangan sampai ada tamu kita kaget ataupun mereka jaga dengan baik. Maka waktu itu mau ada demo kecil-kecilan, agar Polisi jaga dengan baik tempat ku, supaya mana yang ada problem kalian sesuatu lakukan di tempat itu, bukan di tempat Sheraton. SL
: Eh iya, kebetulan kan saya dengar katanya ada isu bahwa Hotel Sheraton pun akan ikut kena di demo dari kerabat.
GM: Ah nggak, nggak. Bukan, itu pola pikiran kalau bangsa Indonesia bilang belum telur sudah bilang ayam, sudah berdiri, sudah jalan, itu hal yang kecil bisa. Waktu itu saya ada macam bbm blast saya pernah baca, saya ketawa aja. Nggak lah, jangan takut. Karena apa, saya sudah tau hal-hal tersebut tidak betul. Dan dari apa namanya itu, keamanan Polisi pun mereka sampaikan. Tidak, tidak. Ada orang bilang, tak boleh lewat jalan itu, tak banyaknya itu banyak teman-teman yang bilang, nggak lah itu. Dan hari itu kita bikin acara, apa namanya itu, earth hour ya? PR
: Yang mana? Earth hour? Oh iya, earth hour.
SL
: Oh iya, earth hour.
GM : Malah kita bikin acara yang heboh earth hour. Hehe. SL
: Iya. Saya sih pengennya bertanya secara mendetail, tapi memang nggak ada terjadi apaapa dan sudah mendapat secara mendetail dari Mas Awang, berarti memang nggak ada dari kejadian itu sampai sekarang.
GM : Oh, tidak ada. SL
: Berarti aman aja.
GM : Malah itu, sebenarnya tempat itu mau bikin tempat entertainment berbeda ya. Soalnya mau bikin dengan lux, bukan dengan Sheraton, bukan. SL
: Penyewa lagi.
GM : Iya. Itu adalah dengan pemilik perusahaan ini punya tanah disini, itu adalah satu blok. Jadi dari satu blok itu, satu komplek itu, itu adalah Hugo’s dan Embassy dan tempat itu
kena problem. Ini tidak ada masalah, maka sekarang itu, mereka pikir itu adalah entertainment komplek. Kita tidak tau, kita pun tidak bisa bicara. Revenue pun saya tidak masuk, saya pun tidak ada untung, kenapa saya mau kepala ku pusing kan, kalau ada uang masuk sama saya, pasti saya pusing, ini tidak ada uang masuk sama saya. SL
: Jadi memang tidak ada keterkaitan, jadi memang nggak ada…..
GM : Ah nggak ada keterkaitan. Tapi kalau ada entertainment kita senang, tamu kita dapat enjoy begitu kan. Tak perlu pergi jauh-jauh, itu dapat diambil benefit. Mungkin kita bisa kerjasama sama, hal-hal itu yang bisa kita lakukan. Mungkin sama bisa kerjasama dengan tempat-tempat lain, nah begitu. Tapi kita harapkan tempat entertainment ini dengan bagus dan mendapat civil security jaga dengan baik, begitu. SL
: Iya, benar. Eh selain terkait kasus kemarin, pemberitaan di media sendiri berkaitan dengan Hotel Sheraton, apakah ada pemberitaan yang positif, atau selalu positif, ataukah ada yang sedikit…..
GM : Kalau negative, belum ada. Sampai saat ini tidak ada negatif dengan tentang nama Sheraton, belum ada. Tetapi satu kali, Metro ya, tulis dengan komplek nama pun juga Sheraton. PR
: Oh iya yang Metro TV itu.
SL
: Ahh iya.
GM : Metro TV itu. Saya langsung bicara dengan dia, kamu hari ini kirim dengan release dan telepon orang itu. Dia langsung telepon, dan mereka mohom maaf dan mereka langsung merubah. SL
: Baik. Kebetulan dari penelitian ini sih, lebih karena Metro TV sendiri sedangkan Metro TV di Indonesia termasuk salah satu stasiun televisi yang bisa di andalkan, cukup valid dalam memberitakan, terkait apapun itu. Jadi kan orang akan menganggap sesuatu ini kalau tidak secepatnya…..
GM : Betul. Jadi itu negatif tidak masuk, sampai saat ini belum ada negatif. Tapi sebut nama Ibu Mooryati, jadi kita protes. SL
: Jadi cepat proses ya.
GM : Hari itu juga, langsung mereka rubah. Saya telepon sama dia, saya tak maulah dengan itu, tak mau dengan hal-hal itu. Saya langsung minta ganti. Kenapa kita tidak mau dengan negatif, kita mau dengan positif.
SL
: Karena memang kan, itu tidak ada keterkaitan terus tiba-tiba di bawa nama pemilik, owner-nya sendiri.
GM : Hahmm, iya pemilik. Jadi kan kaget, kok datang nama Bu Mooryati pula. Haha SL
: Iya. Hehe
GM : Memang itu, memang itu Bu Mooryati dia punya PR ada yang di Jakarta, tapi kita yang bantu. Karena kita, komplek Sheraton Mustik adalah tanggung jawab kita. Maka kita yang bilang tak perlu khawatir, kita yang handle, jadi Awang-nya ini yang handle dengan baik dan dia kan PR yang handal. Hehe PR
: Hehe
SL
: Eh sebenarnya kalau strategi ke-PR-an, Mas Awang strateginya sudah cukup baik memang, apalagi ini Metro TV.
GM : Iya. Atau kasih uang sedikit biar promo dikasih. Haha SL
: Haha
PR
: Haha
SL
: Cukup sih Bapak, sebenarnya mau tanya agak cukup banyak, tapi memang nggak ada.
GM : Tidak ada. Makanya tadi Awang bilang, mau tanya tentang Hugo’s, tidak ada kaitan mau tanya apa. SL
: Iya sih. Karena saya liatnya dari pemberitaan yang Metro kemarin, apa ada step khusus yang dilakukan. Baik.
GM : Kalau ada nama kita negatif, saya cukup keras. Saya orangnya cukup keras untuk hal-hal yang begini. Kalau saya salah dan orang bilang saya salah, saya terima dengan baik, saya tak lakukan yang salah orang bacanya dengan salah, saya tak mau. SL
: Iya.
GM : Dan hubungan sama kita, media sangat bagus. PR
: Kita juga tidak ada dampak.
GM : Iya, kita dampaknya sedikit pun tidak ada. Dan ini ada satu positif, karena ini untuk pendidikan kan. SL
: Iya.
GM : Dari ini adalah satu management entertainment sangat kuat dan khawatir akan civilian security, itu adalah kesimpulan positif-nya. Dan mereka benar-benar khawatir, walaupun entertainment apa pun, harus mau kita jaga dengan civil security yang harus canggih. Jadi
ini adalah belajar yang cukup tinggi dari sana pun, jogja pun sangat waspada, jogja pun sudah mau belajar waspada jangan lepas. Tapi satu yang kita lakukan benar-benar jaga. Security control kita perketat, mobil masuk ada pemeriksaan automatic video yang berada, kita pun dari dalam bisa lihat. Karena kita sangat fokus akan hal tersebut. SL
: Baik, terima kasih banyak Bapak atas waktunya.
Lampiran 3. Hasil Wawancara Sales Executive (Corporate) Hotel Sheraton Yogyakarta.
SL
: Mulai dari tanggal 7 Desember, kalau dari versi cici Evelyne sendiri sebagai salesnya, di Sheraton-nya apa yang terjadi? Maksudnya ada keterkaitannya nggak?
SE
: Itu kalau keterkaitan dari sisi Salesnya itu, nggak ada ya. Tetapi yang lebih terkait ya, eh security, mungkin akan lebih berefek kesitu, cuman efeknya juga nggak langsung ke kita, karena kan itu hanya satu lokasi saja.
SL
: Hmm. Kalau di Hotelnya sendiri, apa yang terjadi? Dari kejadian 7 Desember kemarin.
SE
: Dari sisi staf dan sales, nggak ada.
SL
: Hmm, nggak ada ya.
SE
: Oh nggak, nggak ada sih.
SL
: Kalau ci Evelyne nya sendiri, yang kejadian 7 Desember, tau dari mana?
SE
: Kalau saya, benar-benar tau, eh setiap pagi ada morning briefing, taunya dari situ dan ada waktu itu ada pak munir selaku GM sama department head yang lain, jadi dari situ saya tau.
SL
: Okee.
SE
: Karena kan kalau di morning briefing segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi atau sistem operasi di Hotel, itu di share, termasuk dua kejadian tersebut. Gituu
SL
: Hmm, okee. Untuk poin yang dua masyarakat tau tidak untuk kejadian ini?
SE
: Kalau tau, pasti tau ya. Karena kan media juga memberitakan, media elektronik dan saya pikir cakupannya juga lebih luas.
SL
: Okee. Berarti waktu yang tangga 7 Desember tidak ada kendala apapun untuk selling produknya sendiri?
SE
: Oh nggak, saya dari bagian corporate, yang lain juga government, travel agent juga saya rasa tidak.
SL
: Okee. Hmm, kalau gitu langsung yang ke 19 Maret aja. Yang ini Ci Evelyne juga taunya pas di morning briefing juga?
SE
: Iya, sama pas morning briefing juga. Kan rata-rata terjadi dini hari, pagi kita udah aktivitas kantor, nah baru kita tau.
SL
: Oke oke. Kan yang 19 Maret ini kayaknya yang cukup terekspose.
SE
: Seluruh dunia kayaknya tau itu. Hehe
SL
: Hehe. Selaku sales gimana reaksi konsumen ketika tau berita tersebut, mereka ada bertanya atau apa?
SE
: Sekedar pertanyaan, iya ada. Tapi kalau lebih ke pertanyaan yang detail, tapi memang yang dari kami memang semua sudah di wakili PR.
SL
: Kalau konsumen baru, kan kalau konsumen loyal kan sudah tau memang tidak ada kaitan.
SE
: Kebetulan kita, bicara konsumen itu adalah kita MICE Hotel, Hotel itu adalah yang group event, meeting dan itu semua rata-rata tidak dari jogja, tapi dari luar kota, mostly Jakarta. Dan itu juga mereka pasti sudah dengar itu dari media, sebatas pertanyaan biasa dan itu sudah cukup buat mereka, oh oke safe-aman.
SL
: Sebatas konfirmasi, bahwa aman.
SE
: Karena kan memang, Hotel posisi building-nya jauh dengan lokasi, jadi nggak langsung bersentuhan.
SL
: Bearti memang tidak ada tindakan khusus dari sales?
SE
: Nggak ada.
SL
: Berarti sales setelah kejadian itu tersebut, seminggu setelah, berjalan seperti biasa?
SE
: Selama kejadian tersebut juga untuk kita, istilahnya untuk selling biasa.
SL
: Oh oke. Hmm, berarti emang nggak ada pengaruh apa pun ya?
SE
: Hmm.
SL
: Kalau menurut ci Evelyne sendiri, gimana strategi Mas Awang setelah kejadian dan menangani kasus ini sendiri?
SE
: Kalau setau saya, PR ataupun Pak Munir sudah mengeluarkan satu statement yang resmi dan itu sudah cukup. Karena memang, tidak dampak untuk tingkat occupancy-nya, jadi kita memang tidak melakukan satu strategi khusus.
SL
: Eh, kalau ci Evelyne menilai secara umum, strategi dan cara Mas Awang meng-handle event?
SE
: Dengan tidak ada pertanyaan dari media itu kan, menjadi bukti nyata, kalau waktu itu management, seperti Mas Awang dan Pak Munir, sudah berhasil memblok sisi image, saya pikir itu hasil yang kongkrit gitu, karena setelah itu tidak ada lagi pertanyaan dari media atau apapun.
SL
: Oke cici, itu dulu. Hehe
SE
: Oke.