edisi november 2013
ini UI !
Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter @sumaUI // Gratis
66
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
edisi n ov em b er 2 0 1 3
e d i to r i a l Setelah satu tahun lebih lamanya menerapkan Kurikulum 2013, Universitas Indonesia masih kelabakan. Masa transisi dari kurikulum lama menuju kurikulum terbaru dirasa membingungkan bagi beberapa mahasiswa di masing-masing fakultas. Mulai dari mata kuliah yang banyak berubah seperti dilebur, dikurangi, sampai yang dihilangkan, dan kebijakan masing-masing fakultas yang akan menghilangkan Semester Pendek yang tentunyasemakin membingungkan mahasiswa angkatan kolot. Gerbatama: ini UI! akan mencoba menyingkap implementasi kurikulum 2013 di beberapa fakultas di kampus UI dan opini para mahasiswa itu sendiri terhadap kurikulum yang baru ini. Selain itu, SUMA mengangkat Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) yang mulai dibangun Pemkot Depok di jalan Margonda. Hal ini menjadi penting karena sebelumnya, dua tahun lalu, Pemkot Depok telah mengeluarkan pernyataan kepada SUMA dalam Gerbatama: ini UI! edisi April 2011 lalu jika JPO akan selesai dibangun di akhir 2012. Dua berita utama dan khusus yang disajikan dalam edisi kali ini diharapkan mampu memberikan informasi aktual di hampir penghujung tahun 2013.
Pemimpin Redaksi Yasinta Sonia Ariesti Redaktur Pelaksana Syamsul Bahri Redaktur Artistik Azharuddin Redaktur Bahasa Puji Eka Lestari Redaktur Foto Rahma Nissa Aini Reporter Anindita Astari, Carla Helsi Andina, Ika Indah Fitria, Syamsul Bahri, Miranda Olga, Robby Irfani Maqoma, Rooseno Aji Fotografer Dias Asilatiningsih, Hana Maulida, Awangga, Rama Ohara Desain Tata Letak Pracetak Wulan Handayani, Muhammad Banirahma Syahroni, Joanna Helena Meijer Desain Sampul Azharuddin Tim Riset Arief Hanifan, Maulandy Rizky, Putri Diani, Egi Muhammad Ginanjar, Muthmainah Iklan Sirkulasi dan Promosi Anton Budiharjo
04 LA P O R A N U TA M A
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
ILUSTRASI: Kurikulum baru 2013 menuai banyak kebingungan dari mahasiswa lama UI.
Implementasi Kurikulum 2013 di Universitas Indonesia Perubahan kurikulum yang ada di Indonesia diawali dengan adanya amanat perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Perubahan ini tampak dari penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk daya saing pelajar Indonesia. OLEH : ika indah fitria, Carla helsi andiana FOTO: hana maulida, awangga perdana
P
erubahan kurikulum yang ada di Indonesia diawali dengan adanya amanat perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Perubahan ini tampak dari penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk daya saing pelajar Indonesia. Perubahan kurikulum ternyata tidak hanya dirasakan oleh pelajar-pelajar sekolah dasar atau sekolah menengah, namun juga dirasakan oleh mahasiswa terutama oleh mahasiswa Universitas Indonesia. Terhitung tahun 2013, UI menerapkan kurikulum baru dimana hal ini
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
LA P O R A N U TA M A
menyebabkan munculnya perubahan-perubahan di beberapa fakultas. Di lima fakultas yang berbeda yakni FIB, FISIP, FKM, FH dan FE misalnya, pergantian kurikulum dilakukan sesuai dengan kebutuhan masingmasing program studi. Kurikulum baru ini menyebabkan penambahan matakuliah wajib Universitas seperti MMI (Manusia dan Masyarakat Indonesia) yang dalam penerapannya disesuaikan di masing-masing fakultas. Misalnya di FIB, materi di dalam matakuliah MMI merupakan gabungan dari lintas departemen di FIB, yaitu Departemen Arkeologi, Filsafat, Linguistik, Sejarah, Kewilayahan, Sastra, dan Perpustakaan. Kurikulum baru juga menyebabkan penghapusan peminatan seperti yang terjadi di FE. Di samping itu kurikulum baru juga menyebabkan peleburan dan penghapusan mata kuliah. Matakuliah yang bobotnya dianggap lebih berat dibuat lebih padat dan ada juga beberapa mata kuliah yang dihapuskan sehingga bagi yang mengulang mata kuliah tersebut, bingung harus mengulang mata kuliah yang mana.
program studi di FEUI yaitu Akuntansi, Manajemen, Ilmu Ekonomi, Ilmu Ekonomi Islam, dan Bisnis Islam. Kurikulum baru ini, menurut Hafizh, disusun berdasarkan kompetensi yang sudah ditetapkan demi menyokong kebutuhan masyarakat dan keinginan dunia industri. Sejak
“Program studi merasa perlu ada perubahan dalam kurikulum pada waktu itu, di lain pihak, UI pun mengintruksikan untuk mencanangkan pemakaian kurikulum baru di saat yang bersamaan, tampak seirama.”
05
lebih cepat ataupun lebih lama.” Menanggapi kasus mahasiswa 2011 yang tidak lulus sebuah mata kuliah yang pada kurikulum KBK dihapus, Hafizh menerangkan bahwa fakultas dan program studi akan tetap membuka mata kuliah tersebut, tapi khusus hanya bagi mahasiswa yang mengulang atau tidak lulus mata kuliah bersangkutan. Terkait isu peniadaan Semester Pendek (SP) pada kurikulum KBK, Hafizh mengatakan bahwa KBK tidak melarang dilaksanakannya SP. Selain itu penetapan peniadaan SP hanya merupakan kebijakan FE dan tidak terkait dengan kurikulum. SP dilakukan terakhir pada tahun ini, 2013. Itupun hanya bagi mata kuliah tertentu yang berbobot 2 SKS. Sejak 2012, SP diberlakukan hanya bagi mereka yang ingin mengulang atau belum lulus mata kuliah yang bersangkutan. Sedangkan SP sebagai langkah mahasiswa untuk dapat mengambil mata kuliah yang ada pada semester depan agar bisa lulus lebih cepat telah ditiadakan sejak tahun 2011. Penerapan KBK di FHUI
Penerapan KBK di FEUI Kurikulum pendidikan di FEUI dari tahun 2002-2006 rutin berganti tiap tahunnya, hingga yang terakhir yaitu kurikulum 2006, bertahan sampai tahun 2009. Kemudian diubah kembali, dan terus digunakan hingga tahun 2012. FEUI memutuskan untuk mengubah kembali kurikulumnya di tahun 2012 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menurut Asisten Manajer Pendidikan, Hafizh, akan terus dijalankan hingga periode 4 tahun mendatang. “Biasanya kurikulum diganti tergantung kebutuhan program studi.” tutur Hafizh. Ketika ditanya tentang latar belakang diubahnya kurikulum FEUI menjadi KBK, Hafizh menjelaskan keputusan untuk menjalankan KBK di tahun 2012 datang dari pihak UI. “Program studi merasa perlu ada perubahan dalam kurikulum pada waktu itu, di lain pihak, UI pun mengintruksikan untuk mencanangkan pemakaian kurikulum baru di saat yang bersamaan, tampak seirama.” Hafizh juga menambahkan pelaksanaan kurikulum tersebut ditujukan per
diterapkannya kurikulum baru, terjadi beberapa perubahan dalam sistem akademis di FEUI. Pada aspek mata kuliah, terjadi penambahan mata kuliah wajib yaitu Manusia dan Masyarakat Indonesia (MMI). Beberapa mata kuliah wajib fakultas baru juga diberlakukan dalam kurikulum KBK ini. Selain itu, perubahan lain yang muncul akibat diberlakukannya kurikulum baru ini adalah dihilangkannya peminatan pada program studi Ilmu Ekonomi S1. “Agar lulusan S1 Ilmu Ekonomi lebih menguasai ilmu secara generalis dengan spesialisasi terbatas.” jelas Hafizh. Terdapat juga pengurangan bobot SKS di beberapa mata kuliah sejak kurikulum baru ini dijalankan. Hafizh mengaku karena KBK baru berjalan selama satu tahun, perbedaan kualitas lulusan belum dapat terukur secara menyeluruh. Namun Hafizh memperkirakan para mahasiswa dapat lebih kompeten dalam artian mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat dan tuntutan kebutuhan dunia industri ”Kurikulum baru ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat lulus tepat waktu, tidak
Menurut Iffah Karimah, Wakil Kepala Departemen Pendidikan dan Keilmuan BEM FH UI 2013, kurikulum KBK diberlakukan untuk menjawab kebutuhan di masyarakat atas skill yang harus dimiliki oleh para calon sarjana hukum. “Sebelumnya perumusan kurikulum ini dilakukan dengan riset mendalam yang melibatkan berbagai institusi penegak hukum.” tutur Iffah. Ia juga menambahkan bahwa perubahan kurikulum ini juga sebagai bentuk FHUI menyesuaikan perubahan kurikulum di semua fakultas di UI. Iffah juga menjelaskan dengan mengutip perkataan Dekanat Fakultas Hukum UI bahwa kurikulum baru ini telah menempuh proses yang cukup lama di dalam hal perumusannya, mulai dari mendapatkan saran dari pihak sekolah kejaksaan, sekolah kepolisian, dan beberapa pihak yang terkait dengan institusi penegak hukum. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, kurikulum baru 2012 dirampungkan, dan mulai diterapkan pada semester ganjil tahun 2013.
06 la p o r a n u ta m a
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
ILUSTRASI: Kegiatan ajar-mengajar di kelas dengan kurikulum baru.
Pelaksanaan kurikulum KBK menghilangkan tujuh program kekhususan yang telah ada sebelumnya di FHUI yaitu hukum perdata, hukum pidana, hukum acara, hukum bisnis, hukum tata Negara, hukum transnasional, dan hukum dan masyarakat. “Sebenarnya program kekhususan ini secara praktik tidak benar-benar dihapuskan, tetapi justru muncul di dalam aspek baru yang disebut peminatan di mana peminatan tersebut merupakan spesifikasi lebih dalam dari bagian program kekhususan yang telah ada di mana terdapat 14 peminatan.” jelas Iffah. Iffah mengaku bahwa kelebihan dari kurikulum ini adalah memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mempelajari hukum lebih dalam dimana di dalam kurikulum lama mata kuliah yang tadinya bukan mata kuliah wajib fakultas, menjadi mata kuliah wajib fakultas. Kondisi ini membuat mahasiswa hukum tidak lagi terkotak-kotakkan dengan program kekhususannya. Diubahnya kurikulum menjadi KBK mengantarkan FHUI pada berbagai permasalahan. Diantaranya adalah pergeseran jadwal dimana mata kuliah yang harusnya terdapat di semester ganjil menjadi ada di semester genap. “Implikasi dari kondisi ini adalah mahasiswa yang sedang skripsi jadi tidak bisa tepat waktu
mengambil mata kuliah yang menjadi mata kuliah prasyarat skripsi yang dikarenakan perubahan jadwal tersebut.” jelas Iffah. Selain itu, adanya penggabungan mata kuliah juga membingungkan para mahasiswa. Munculnya sejumlah masalah tersebut membuat pihak dekanat FH UI mengadakan hearing dengan pihak mahasiswa, seperti
“Implikasi dari kondisi ini adalah mahasiswa yang sedang skripsi jadi tidak bisa tepat waktu.” BEM, BPM, dan perwakilan angkatan. “Di dalam kesempatan tersebut, dekanat menanyakan kepada mahasiwa terkait potensi permasalahan yang mungkin timbul ketika kurikulum baru diterapkan.” tambah Iffah. Hearing ini mencapai mufakat dimana pihak dekanat membuat peraturan peralihan untuk masa penyesuaian terhadap KBK yang substansinya menyesuaikan kebutuhan dari setiap angkatan. Selama satu tahun peraturan
peralihan ini akan dijalankan. Setelah itu pihak dekanat akan melakukan sosialisasi tentang penerapan kurikulum dimana BEM FH UI juga berperan aktif dalam sosialisasi tersebut. Dalam menerapkan kurikulum ini, setiap fakultas mempublikasikannya melalui Pengenalan Sistem Akademik Fakultas (PSAF) yang didapatkan oleh semua mahasiswa baru. Selain itu, informasi ini juga disampaikan melalui buku paduan akademik dan katalog mata ajar serta penyampaian oleh ketua prodi secara langsung kepada mahasiswanya. Pada kenyataannya karena kurikulum baru dilaksanakan, masih ada kekurangan di sana-sini di bidang publikasi. Hal ini dikarenakan penyesuaian mata kuliah baru, maka terkadang penyampaian informasi kepada mahasiswa masih seringkali diralat kembali. Selain itu, masalah yang timbul akibat pergantian kurikulum tetap menjadi kewajiban tiap-tiap fakultas untuk menyelesaikannya. Berbagai upaya juga sudah dilakukan seperti tetap dibukanya matakuliah di kurikulum lama bagi yang ingin mengulang. Pada akhirnya kurikulum dilaksanakan karena adanya kesesuaian dari fakultas dan UI sendiri. UI menerapkan kurikulum baru karena RPJMN sedangkan fakultas menerapkan kurikulum agar lulusan masing-masing fakultas dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
ggeerrbbata atammaa6666//// 0181-2013
o p i n i s k e t sa
illustrasi: Rama ohara/ SUMAUI
07
08 l i p u ta n k h u s u s g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
Pembangunan jembatan penyebrangan yang membuat macet Jalan Raya Margonda, Depok.
Masalah Lahan, JPO Lama Dibangun Tahun 2013 sudah memasuki triwulannya yang terakhir. Pemerintah Kota Depok akhirnya mulai membangun Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang seharusnya, ditargetkan selesai pada akhir 2012 lalu. OLEH: Syamsul Bahri Fikri, Miranda Olga FOTO: Dias Asilatiningsih
D
ua tahun lalu, Pemerintah Kota Depok menjanjikan akan melakukan pembangunan Jembatan Penyembrangan Orang (JPO) di beberapa titik Jalan Margonda di tahun 2012. Hal itu diungkapkan oleh Wahyudin Joko, Kepala Sub-Bidang Pengambangan Pengembangan Kota Depok. “Di bawah kepemimpi-
nan Walikota Depok (Nur Mahmudi Ismail—red) saat ini kemungkinan dipercepatnya pembangunan sarana umum sangat dimungkinkan,” katanya meyakinkan, dua tahun lalu dikutip dari Buletin Gerbatama: Ini UI Nomor 49 Edisi April tahun 2011. Namun nyatanya, hingga menjelang akhir tahun 2013, pembangunan itu
belum kunjung usai, bahkan baru akan dilaksanakan. “Ini masalah pembebasan lahan,” kata Marbudiantono, Kepala Seksi Jaringan Transportasi Dinas Perhubungan Depok, ketika ditanya perihal lamanya pembangunan jembatan. Ia mengungkapkan, baru tahun 2013 pembangunan jembatan
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
l i p u ta n k h u s u s
dimulai. Hal itu dikarenakan beberapa pemilik lahan di beberapa titik di Margonda, saat ini, baru rela melepaskan lahannya untuk dibangun tiang jembatan. Lanjutnya, JPO ini akan dibangun di empat titik di Jalan Margonda yang dianggap sebagai tempat penyeberangan teramai. “4 titik itu telah disurvey oleh Dinas Perhubungan sebagai titik teramai penyeberangan di Margonda,” ungkap Marbudiantono. Empat titik itu antara lain, Balai Kota Depok, Terminal Depok, Apartemen Margonda Recidence, dan Jalan Akses Universitas Indonesia. Marbudiantono menerangkan, pembangunan JPO nanti akan menghabiskan dana sekitar Rp 6 Miliar. “Dana ini sudah dialokasikan sejak 2012 lalu,” ujarnya. Namun, karena lahan yang dibutuhkan baru didapatkan sekarang, alokasi dana itu baru terealisasi di triwulan ketiga tahun 2013 ini. Hal ini menjadi kontradiktif jika merunut janji Pemkot Depok di tahun 2011 lalu. Mereka menjanjikan pembebasan lahan akan
dijalankan pada Oktober tahun 2011 itu juga. Menurut Herniwaty, Kepala Sub Bidang Infrastruktur Kota Depok, pembebasan lahan terhalang karena untuk membangun kaki jembatan dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. “belum tentu kan pemilik kios sepanjang jalan Margonda memberikan ngasih gitu aja,” jelasnya dua tahun yang lalu. Saat ini di sepanjang Jalan Margonda, hanya ada dua JPO di dua titik, yaitu di titik penyeberangan Depok Town Square (Detos)-Margo City, dan satu lagi berada di dekat ITC Depok. Namun ternyata, kedua JPO ini bukan dibangun oleh Pemkot Depok. Berdasar keterangan Herniwaty, JPO itu adalah hasil persetujuan antara Pemkot dan Perusahaan sebagai bentuk Company Social Responbility (CSR) Detos, Margo City, dan ITC. Namun kini, jembatan tersebut seringkali tidak digunakan pejalan kaki untuk menyeberang. Beberapa pejalan kaki terlihat lebih memilih untuk menyebrang langsung tanpa menggunakan jembatan. Hal ini diakui Marbudiantono ketika ia melakukan survey di lokasi jembatan penyebrangan tersebut. Oleh karena itu, ia mengharapkan, pembangunan JPO nanti diiringi dengan meningkatnya kesadaran pejalan kaki akan keselamatan dirinya sendiri. Ia menghimbau agar pejalan kaki dan pengguna jalan mematuhi peraturan yang ada. “Demi keselamatan di jalan raya,” katanya. “Lumayan, Bisa Bantu Nyeberang Jalan.” Sejak tahun 2012, penghambat kecepatan (speedbump) dipasang Pemkot Depok sebagai alternatif sementara untuk membantu penyeberangan bagi mahasiswa dan warga sekitar selama JPO belum dibangun. Namun, penghambat kecepatan itu hanya dipasang di titik penyeberangan antara Gang Sawo dan Gang Kober, karena dianggap sebagai titik penyeberangan teramai selama ini. Dinas Pekerjaan Umum Depok, yang bertanggung jawab akan pembangunan JPO ini, cukup bangga dengan alternatif speedbump yang ditawarkanya. Memang, masalah seberang-menyeberang su-
09
dah menjadi cerita lama di tengah warga Margonda. Speedbump yang terbentang di jalanan itu menjadi solusi andalan untuk menyelesaikan masalah penyeberangan. Namun malangnya, kondisi speedbump itu kini sudah hampir rata dengan aspal. Dari empat jalur yang dipasangi speedbump, satu sudah hilang dari tanah aspal, dan tiga sisanya masih terlihat cukup berfungsi di jalan Margonda. “Berasa bedanya sama tahun lalu, sekarang speedbump-nya hampir rata sama jalanan, nyeberang jadi taruhan nyawa karena pengendara yang enggak tahu diri,” ujar Berna, mahasiswi FISIP UI yang tinggal di daerah Kober Selain itu, ada juga lampu lalu-lintas yang dilengkapi pengatur waktu untuk membantu penyeberangan. Akan tetapi, lampu ini seringkali menjadi biang kemacetan di Jalan Margonda dan tidak ditaati oleh kendaraan yang terus melaju karena tidak mau menunggu sampai lampu hijau. Kemacetan juga ditambah dengan angkot yang sering berhenti dan ngetem di depan Gang Sawo dan Gang Kober. Ditambah akhir-akhir ini di depan Gang Sawo, para supir angkot menjadikan jalanan untuk menjadi “terminal mini” di malam hari. Ironisnya, warga sekitar Gang Kober justru bersyukur dengan sering berhentinya angkot dan kendaraan lain di depan dua gang tersebut ketika macet. “Lumayan, bisa bantu 50% proses nyebrang jalan,” ungkap Lidya yang bertempat-tinggal di Kober. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi para penyebrang jalan, kendaraan-kendaraan yang memperlambat kecepatan lajunya di antara Gang Sawo dan Gang Kober tentu mempermudah para penyebrang jalan. Sekarang, dengan rata-nya speedbump yang diimpor langsung oleh Pemkot Depok dari Inggris itu, para pejalan kaki yang akan menyebrang harus lebih waspada saat menyebrang. Bersamaan dengan itu, pembangunan JPO yang akan melintang didepan Margonda Recidence, diharapkan tetap menjunjung tinggi keselamatan dan kebermanfaatannya bagi para pejalan kaki.
10
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
SA I N S & T E K n o lo g i
ProgresioApp: Permudah Jaringan Komunikasi OLEH: Jurnalistika Febra Ariella FOTO: website progresioapp.com
B
erawal dari pesan singkat (SMS) tausiyah di FUKI (Forum Ukhuwah dan Kajian Islam) Fasilkom UI setahun lalu, Mufid, Ryan, Ade, dan Dimas berinisiatif membuat perangkat lunak (software) bernama ProgresioApp. Keempat mahasiswa angkatan 2010 ini kemudian memanfaatkannya untuk mengirimkan pesan singkat ke mahasiswa muslim Fasilkom UI. “Setelah kami beritahu ke banyak LDF (Lembaga Dakhwah Fakultas) tentang sms tausiyah ini, tanggapannya positif. Sehingga kami berinisiatif untuk membuat penjarkoman (pesan singkat masif—red) ini mudah bagi semua, tidak terbatas di kalangan FUKI saja,” tutur Ryan. Untuk dapat menggunakan ProgresioApp, pengguna hanya perlu membuka browser dan mengetikan http://progresioapp.com/ . Kemudian user diminta untuk mendaftar. Setelah mendaftar, pengguna
bebas untuk mengirimkan Jarkom via pesan singkat ke siapa saja dengan menekan tombol kirim. Sistem jarkom ini tidak perlu membutuhkan pulsa dan bisa diakses dari tablet atau gadget apapun yang mendapatkan jaringan internet. `Saat ini ProgresioApp memiliki dua worker pemroses SMS. Keduanya saling melengkapi, jika salah satu mati maka yang lain akan membackup. Worker-worker inilah yang kemudian akan mengirimkan pesan ke nomor ponsel tujuan user. Worker pertamanya berbentuk Raspberry yang dipasang disuatu tempat di Depok sedangkan worker kedua merupakan virtual machine yang fisiknya ada di San Fransisco. `Saat ini langkah publikasi yang telah dilakukan adalah melalui Facebook, Twitter dan Scele (Student Center E-Learning Environment) Fasilkom UI serta dengan pendekatan ke lembaga-lembaga. Selanjutnya publikasi
akan dimasifkan lagi melalui sosial media dan akan dilanjutkan pada tahap pembuatan brosur. “Dalam waktu dekat insyaAllah kami akan mempublikasikan ProgresioApp beta, saat ini sedang kami usahakan menuju tahap private beta. Jadi harapan kami, semua orang dapat mencoba sistem kami,” tutur Rian. Rian juga menambahkan bawa ProgresioApp akan dikomersilkan dengan harga yang terjangkau. Mereka berniat untuk memudahkan segala aktivitas Jarkom. Selain itu juga mereka ingin agar semua orang dapat merasakan teknologi yang mutakhir dengan harga yang sangat terjangkau. Saat ini ProgresioApp juga belum dipatenkan, karena founder masih mencari tempat yang tepat untuk mematenkan software tersebut.
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
r ag a m
11
Genderang UI ‘Ditabuh’, Kampanye Pemira IKM UI 2014 Dimulai OLEH: Rooseno Aji, Syamsul Bahri
P
embukaan Akbar Kampanye Pemilihan Raya Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia (Pemira IKM UI) 2014, telah dilaksanakan pada jumat sore 8/11/13 kemarin. Acara yang diisi dengan parade ke semua Fakultas UI itu, sempat molor satu jam karena gerimis yang mengguyur Kampus UI Depok. Namun,pada pukul 3 sore, dengan lantunan Genderang UI yang dinyanyikan oleh semua kandidat dan peserta parade, acara tersebut akhirnya resmi dimulai. Parade dimulai dari halte Stasiun UI. Semua kandidat baik BEM, DPM dan MWA menaiki mobil bak terbuka. Diikuti semua peserta parade dengan 50 sepeda kuning yang disediakan panitia di belakangnya. Untuk pertama kali rombongan berhenti di Fakulatas Ilmu Komputer. Semua kandidat diberi waktu sekitar 3 menit untuk memperkenalkan diri, serta visi-misi mereka. Setelah itu, rombongan melanjutkan parade ke Fakultas lain danProgram Vokasi dengan tujuan yang sama. Rangkaian parade hari itu berakhir di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) pada pukul 09.00 WIB. Wakil Ketua Pelaksana Pemira IKM UI 2014, Annisa Haq Nur Qu’rani menuturkan, parade ini merupakan bagian dari publikasi Pemira IKM UI. Selain itu, tujuan acara ini dilaksanakan juga agar mahasiswa UI lebih mengenal calon pemimpinnya. “Parade ini merupakan simbolisasi dimulainya masa kampanye Pemira IKM UI 2014”, tutur mahasiswa Ilmu Komunikasi 2011 ini. Rangkaian kampanye ini
rencananya akan berlangsung hingga tanggal 29 November 2013 nanti. Senin 11/11/13, rangkaian kampanye akan berlanjut dengan eksplorasi semua kandidat di FISIP. Dan akan ditutup dengan debat publik pada hari terakhir. Pemira BEM UI tahun in akan diikuti oleh tiga calon pasangan. Pasangan itu antara lain, Kevin Lutfiano (FH ’10)- Wieldan Akbar (FISIP ’10), Adnan Mubarak (FH ’10)- Widio Wize (FISIP ’10), dan Ivan Riansa (FT ’10)-Ahmad Mujahid (FMIPA ’10).
“Parade ini merupakan simbolisasi dimulainya masa kampanye Pemira IKM UI 2014”, Pasangan Adnan-Wize dan Ivan-Ahmad Mujahid dinyatakan lolos verifikasi pada selasa, 5/11 malam lalu. Pada Selasa (29/10) lalu, pasangan Adnan-Wize dinyatakan tidak lolos verifikasi karena tidak memenuhi syarat administratif. Sedangkan pasangan Ivan-Mujahid dianggap mengundurkan diri karena tidak datang saat sidang verifikasi sampai batas yang diberikan berlalu. Penutupan perpanjangan pendaftaran Pemira dan sidang verifikasi ini dilaksanakan setelah beberapa saat Bakal Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM mengumpulkan berkasnya. Pasangan
Adnan-Wizie mengumpulkan berkas pada Senin (4/11) lalu, sedangkan Ivan-Mujahid pada Selasa (5/11) pagi. Menurut Egi Mahira, Ketua Sidang Verifikasi, perpanjangan pendaftaran dan sidang verifikasi dipercepat karena mengikuti linimasa yang dibuat panitia. Padahal, pendaftaran bisa saja diperpanjang sampai 14 hari. Awalnya, pasangan AdnanWize telah melakukan pemalsuan tanda-tangan. Namun, pasangan ini tetap diloloskan verifikasi. Menurut Egi, dari 109 tanda-tangan yang dikumpulkan oleh pasangan ini, 4 tanda-tangannya telah dipalsukan. Akan tetapi, pasangan Adnan-Wize, kata Egi, mencoret kembali tanda-tangan yang dipalsukannya saat Selasa (5/11) pagi. “Dengan demikian, pasangan ini diloloskan,” terang Egi saat dihubungi via telepon. Sedangkan untuk pasangan Ivan-Mujahid, dinyatakan lolos verifikasi karena telah memenuhi persyaratan administratif. Namun, sebenarnya, saat perpanjangan masa pendaftaran ini, pasangan Bakal Calon Ketua Dan Wakil Ketua BEM harus mengulang kembali proses pengumpulan tanda-tangan. Oleh karena itu, berkas Bakal Calon yang lama tidak boleh dipergunakan lagi. Hal ini diyakini oleh Egi bahwa masing-masing Bakal Calon tidak mempergunakan berkas yang lama. “Panitia juga sudah memastikan,” tegas Egi. Sedangkan pasangan Kevin-Wieldan telah lolos verifikasi empat hari sebelumnya pada 1/11 lalu setelah memenangkan gugatanya yang diajukan ke Sidang Permohonan Keberatan.
12
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
infografis
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
infografis
13
14
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
K i l as
Mengembalikan Budaya Dongeng dalam Festival Dongeng Indonesia 2013 OLEH: Anindita Astari FOTO: Dias Asilatiningsih
Pembukaan Festival Dongeng Indonesia yang diadakan di Taman Melingkar, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia.
D
i tengah-tengah merebaknya teknologi yang membuat anak-anak lebih memilih bermain games dibandingkan dengan mendengarkan dongeng, Festival Dongeng Indonesia 2013 hadir untuk mengembalikan budaya dongeng di kalangan masyarakat Indonesia. Festival Dongeng Indonesia 2013 merupakan acara yang diselenggarakan oleh komunitas Ayo Dongeng Indonesia pada 26 Oktober 2013 di kawasan Perpusatakaan Pusat Univesitas Indonesia. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan dongeng yang sesungguhnya dan memperkenalkan dongeng dalam keseharian masyarakat umum. Tahun ini, Festival Dongeng Indonesia fokus pada pendongengpendongeng asal Indonesia. “Untuk tahun depan, kita akan mengundang pendongeng-pendongeng
internasional sehingga kami harap tahun depan festival ini bertaraf internasional,” ujar public relation Festival Dongeng Indonesia 2013, Widita Diah Kustrini yang akrab disapa Dita. Acara yang bekerja sama sengan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia ini terbuka untuk umum dengan target anak-anak mulai dari balita hingga remaja dan juga para orang tua. Beragam pendongeng-pendongeng terkenal Indonesia ikut berpartisipasi sebagaipengisi acara. “Ada pak Raden, Kak Aio sebagai pendiri komunitas Ayo Dongeng Indonesia, dan Clara Ng yang merupakan penulis buku anak-anak,” kata Dita. Dita mengungkapkan bahwa pendongengpendongeng yang menjadi pengisi acara pada acara ini juga memiliki keunikan tersendiri dalam mendon-
geng. Terdapat Bonchie & Her Littletress yang mendongeng dalam bentuk grup vokal serta Popzzle yang mendongeng melalui lagu anak-anak. “Dengan beragam pendongeng ini, kami ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa terdapat berbagai cara untuk berdongeng,” ungkap Dita. Festival Dongeng Indonesia 2013 memiliki 2 acara utama, yaitu panggung dongeng untuk anak-anak serta workshop dongeng untuk para orang tua. Panggung dongeng yang terdapat di tengah-tengah Taman Teater Kolam Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia ini dirancang untuk menciptakan suasana yang interaktif dan intim antara pendongeng dan anak-anak. Di samping panggung dongeng, terdapat pulaWorkshop dongeng untuk orang tua
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
k i l as
Dengan beragam pendongeng ini, kami ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa terdapat berbagai cara untuk berdongeng.
yang bertujuan untuk mengajarkan kepada para orang tua bagaimana cara berdongeng. Dalam workshop ini, orang tua akan diperkenalkan cara pendekatan yang berbedabeda dalam berdongeng. Pengisi acara yang hadir adalah pendngeng yang memiliki ciri khas tersendiri, seperti, Om Dida yang berdongeng melalui gitar dan juga Ibu Guru Leni yang merupakan guru TK sehingga tahu bagaimana cara mendekatkan diri dengan anak-anak. Berdongeng pada dasarnya memiliki beragam manfaat bagi anak-anak. Melalui dongeng, anak-anak dapat belajar mengenai kehidupan dan memahami pesan moral dalam dongeng dari orng tua tanpa menggurui. Dongeng juga dapat menjadi cara berkomunikasi yang baik antara orang tua dan anak-anak serta dapat meng-
15
hangatkan suasana keluarga. Melalui dongeng, keluarga dapat menghilangkan perasaan asing akibat kurangnya komunikasi satu sama lain. “Dengan adanya acara ini, diharapkan kita dapat melakukan sosialisasi dongeng dan mengaplikasikan dongeng dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,” ungkap Dita.
14
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
sosok
Identitas Sastra Indonesia Menurut Sapardi Joko Damono Sastra adalah varian bahasa. Dengan bahasa kita menciptakan kesusasteraan baru. Dengan sastra kita berkomunikasi, berfatwa, menyindir, memprotes, berkelakar, ataupun menyebar ideologi. OLEH: Robby Irfani Maqomma FOTO: Dokumen Panitia
S
edang dalam bahasa, bagi bangsa yang berakar majemuk, adalah alat pemersatu yang niscaya. Bahasa juga menjadi identitas yang menampilkan jati-diri sehingga ia adalah turunan dari unsur kebudayaan yang mempunyai sifat unik. Bahasa menjadi tolok pembeda satu identitas dengan yang lainnya. Kekuatan bahasa yang maha, disadari para pemuda beragam suku di Indonesia pada 28 Oktober 85 tahun lalu. Sebagai alat pemben-
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
sosok
tuk kesadaran akan kesatuan, bahasa menjadi unsur yang tidak terelakkan. Akhirnya, Bahasa Indonesia, yang berinduk dari bahasa Melayu ditasbihkan perwakilan pemuda kala itu sebagai bahasa persatuan. Tujuannya untuk menekankan segenap masyarakat bahwa meski berasal dari beragam suku, tetap ada sarana komunikasi yang satu, Bahasa Indonesia. “Tapi mesti dipahami, kesepakatan pemuda tentang Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, bukan satu bahasa,” ujar maestro sastra Indonesia, Sapardi Joko Damono. Menurut pemahamannya, apabila disepakati hanya satu bahasa yang dipakai, maka tidak ada pengakuan bahasa daerah. Oleh karena itu, frasa “satu bahasa persatuan” dalam Sumpah Pemuda 1928 dimaknai sebagai pengakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa bersama, tanpa menihilkan bahasa daerah. Pandangan sastrawan sekaligus mantan Dekan FIB UI ini disampaikan dalam kuliah umumnya dalam rangkaian Festival Bulan Bahasa Indonesia (Falasido) di Auditorium Gedung I FIB. Kuliah umum dihelat Ikatan Mahasiswa Sastra Indonesia (IKSI) pada Senin (28/10) mengangkat tema “Sastra dan Identitas Bangsa”. Akademisi sekaligus seniman aksara ini berasal dari Surakarta. Terlahir pada 20 Maret 1940, Sapardi Joko Damono menempuh pendidikan menengah di Surakarta sebelum akhirnya singgah di Universitas Gadjah Mada untuk kuliah pada jurusan Bahasa Inggris. Ia melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Honolulu, Hawaii dan program doktoral di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia. Sapardi dikukuhkan menjadi guru besar FS UI pada tahun 1974 dan dipercaya menjadi dekan di Fakultas Sastra UI pada periode 1995-1999. Sajak yang diuntai Sapardi dikenal orang sebagai sajak yang jamak dengan metafora dan personifikasi. Ia membuat benda mati seolah hidup dengan gramatika yang lembut dan latar yang berjajar. Budayawan Goenawan Mohamad dalam bukunya “Puisi dan Anti Puisi (2011)” menyebut sajak-sajak Sapardi sebagai sajak yang “sederhana, tak dramatik, tapi intens dan lembut.”
Petualangan Sapardi dalam dunia sastra dan kesusasteraan mengantarkannya pada beberapa penghargaan. Pada tahun 1986, ia mendapat penghargaan SEA (South East Asia) Writer Award dan menyusul penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Beberapa karyanya juga melanglang buana. Mulai dari sajaknya berjudul ‘Ziarah’ (diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi ‘Pilgrimage’) yang dibacakan Perdana Menteri India Narashima Rao pada forum politik Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok hingga ‘Ayat-Ayat Api’ yang dicatut sebagai penguat pendapat mahasiswa dalam Skripsi, Tesis ataupun Disertasi. Adanya dua bahasa dalam budaya berkomunikasi bangsa Indonesia turut menambah khazanah sastra. Penulis sajak terkenal Hujan Bulan Juni dan Ayat-Ayat Api ini mengemukakan pemaknaan sastra Indonesia sebagai sastra hibrid. Alasannya, sastra Indonesia ditulis dari berbagai kelompok etnik dan budaya, yang membawa latar belakang masing-masing, tetapi dengan suguhan Bahasa Indonesia. “Saya dari Jawa, Putu (sastrawan Putu Wijaya) dari Bali, Acip (sastrawan Acip Rosidi) dari Sunda. Kita membawa budaya masing-masing,” tutur Sapardi. Selain keberagaman budaya, sastra Indonesia makin variatif karena merupa dalam berbagai bentuk. Sapardi menjelaskan fakta sejarah kesusastraan Indonesia yang mengembangkan kitab-kitab klasik dari seluruh dunia seperti kisah Mahabharata dari India, Sampek Ingthay dari Tiongkok ataupun kitab puisi bernafas teologis yang menjadi pembawaan khas kaum sufi. Bangsa Indonesia juga ‘mencuri’ varian genre sastra mulai dari novel, puisi, hingga gurindam yang berasal dari budaya bangsa lain. Positifnya, semua hasil ‘rampasan’ itu melebur menjadi sarana penguat identitas sastra Indonesia. Oleh karena hibriditasnya, pemaknaan sastra Indonesia harus lebih dalam. Pemaknaan tidak bisa tekstual semata, melainkan harus melihat penulis dan latar belakang budayanya. Sapardi mengemukakan bahwa sastra bukanlah yang berada di permukaan melalui utak-atik
17
redaksional semata. Sastra adalah pemaknaan yang lebih mengakar hingga kepada penulis dan segala latar belakang yang berada di baliknya. Pun, sastra Indonesia yang membawa khazanah keberagaman bangsa menjadi amat dalam maknanya karena bukan sekadar pesona dari untaian indah gramatika. Sastra Indonesia membawa identitas keberagaman yang menjadi tolok pembeda dibanding sastra lain. Identitas dan keberagaman menurut Sapardi adalah dua hal yang sangat dinamis berpadu menjadi unsur yang tidak bisa dipisahkan dari sastra Indonesia. sehingga potensi berkembangnya amatlah besar. “Kemampuan berkembangnya tidak bisa dibayangkan!” tegas Sapardi. Sapardi tidak termasuk dalam golongan sastrawan yang asik masyuk dengan dunianya sendiri. Kepeduliannya kepada kesenian Indonesia dibuktikan saat ia ditunjuk menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta dan pengurus harian Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Pada tahun 1987, Sapardi semakin memperbesar kontribusinya dalam pengembangan sastra Indonesia melalui pendirian Yayasan Lontar pada tahun 1987. Yayasan Lontar didirikan guna mempromosikan sastra dan budaya Indonesia melalui penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris, penelitian lapangan dan dokumentasi karya sastra. Lembaga independen dan nirlaba ini ia dirikan bersama Goenawan Mohamad, Umar Kayam, Subayo Sastrowardoyo dan John H McGlynn. Identitas bagi Sapardi dimaknai sebagai sebuah proses yang dapat berubah kapanpun. Perubahan bisa terjadi berbagai macam faktor, salah satunya karena persinggungan dengan kebudayaan lain. Maka, identitas sastra Indonesia berguna sebagai benda budaya yang menjelaskan aspek ‘siapa’ dalam penilaian yang tidak akan pernah selesai. “Sastra terus menerus berubah sejalan dengan perubahan identitas bangsa,” ujar Sapardi menutup kuliah umumnya pada siang itu, disambut tepuk tangan meriah dari audiens.
18
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3
resensi
Disconnect: PERMASALAHAN MAYA DI DUNIA NYATA Sutradara Penulis Naskah Durasi Genre Pemain
: Henry Alex Rubin : Andrew Stern : 115 Menit : Drama/ Thriller : Jason Bateman, Jonah Bobo, Haley Ramm, Paula Patton
OLEH: ARIEF HANIFAN
P
erkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat beberapa tahun belakangan ini mau tidak mau menyeret manusia ke dalam pola komunikasi instan tanpa tatap muka. Saat ini lazim kita temui jejaring sosial yang menyediakan fitur untuk saling mendekatkan manusia. Fitur-fitur seperti unggah foto, update status maupun chatting hingga memperlihatkan posisi anda berada lazim kita temukan di berbagai jejaring sosial. Namun dengan begitu banyaknya fitur untuk ‘mengumbar’ kehidupan pribadi, kita sebagai penggunanya jarang mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari jejaring sosial. Disconnect merupakan film garapan sutradara Henry Alex Rubin dan ditulis oleh Andrew Stern. Secara garis besar, film ini berkisah mengenai ‘bahaya’ internet bagi orang-orang yang tidak berhati-hati dalam menggunakannya. Film berdurasi 115 menit ini memiliki 3 (tiga) jalan cerita yang saling berkaitan dengan alur yang menguras emosi pembacanya. Keterkaitan antar cerita dalam film ini melibatkan seorang reporter televisi bernama Nina, yang diperankan oleh Andrea Rosebrough,
yang sedang melakukan investigasi terhadap situs chatting ‘dewasa’ berbayar yang mempekerjakan anak di bawah usia. Kyle, (Mike Thieriot) remaja yang bekerja di situs dewasa tersebut, masuk kedalam masalah besar ketika investigasi yang dilakukan oleh Nina terpaksa harus dibongkar demi penyelidikan FBI. Cerita kedua berkisah tentang seorang anak yang introvert dan cupu bernama Ben yang diperankan oleh Jonah Bobo. Ia menjadi korban cyber-bullying setelah berkenalan dengan akun gadis misterius di salah satu situs jejaring sosial. Hidup dengan perhatian yang minim dari orang tua serta bakat bermusik yang tidak didukung menjadikan Ben kerap meluapkan isi hati kepada gadis misterius tersebut. Tanpa sepengetahuan Ben, akun gadis tersebut ternyata hanyalah sebuah rekayasa yang dilakukan oleh dua orang teman sekolahnya. Ben yang sering berkirim pesan dengan gadis tersebut pada akhirnya tanpa ragu saling bertukar foto ‘pribadi’. Tanpa ia sadari kejadian tersebut menjadi malapetaka buatnya ketika foto ‘pribadi’ dirinya tersebar luas di seantero sekolah. Ben yang menjadi bahan olok-olokan disekolah merasa tak
tahan dan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. Ia kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, beruntung sang kakak berhasil menyelamatkannya sebelum ia berhasil menghabisi nyawanya sendiri. Sebagai orang tua, Rich diperankan oleh Jason Bateman, merasa bersalah atas apa yang menimpa anaknya. Cerita terakhir berkisah mengenai sepasang suami istri, Derek (Alexander Skarsgard) dan Cindy (Paula Patton), yang tengah frustrasi menghadapi kenyataan bahwa mereka ditinggal mati anak semata wayangnya. Kehilangan anak membuat mereka tak lagi harmonis sebagai suami istri dan keduanya mulai mencari pelarian atas rasa duka masing-masing. Tangisan sang istri karena ditinggal sang anak mulai dialihkan dengan cara giat berinteraksi di dalam forum internet, sementara itu sang suami yang merasa tak berguna karena gagal memberi kebahagiaan bagi istrinya melampiaskan rasa bersalahnya lewat cara bermain game online. Tanpa mereka sadari uang mereka lenyap begitu saja dari kartu kredit merekakarena identitas mereka telah dicuri oleh orang yang bertanggung jawab karena aktivitas yang mereka lakukan di dunia maya.
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
resensi
Kisah spionase yang dilakukan pasangan ini begitu mendebarkan. Tetesan keringat pemain, degup jantung serta suasana mencekam dan menyedihkan yang ditampilkan lewat latar suara mampu membuat penonton ikut dapat merasakan dan seakan diajak masuk ke dalam konflik yang dialami dua sejoli ini. Film ini sungguh menarik karena memiliki jalan cerita yang saling berhubungan dan sang sutradara merangkainya dengan sangat teratur. Meskipun memiliki lebih dari satu alur cerita, namun perpindahan antar scene tidak terasa membingungkan. Selain itu, sutradara juga
mampu mengemas tema kejahatan di dunia maya menjadi terlihat sangat nyata dengan jalan cerita yang cukup menguras perasaan. Pujian yang tinggi patut diberikan kepada Henry Alex Rubin atas usahanya mengemas beragam konflik seperti pornografi, cyber-bullying, dan pencurian data, ke dalam sebuah film yang menarik dan terasa dekat dengan kehidupan manusia sekarang. Hadirnya deretan aktor dan aktris terkenal seperti Jason Bateman dan Paula Patton juga menambah daftar panjang pujian atas film ini. Meskipun ending dari film dirasa tidak terlalu ‘tuntas’ serta tidak terdapatnya perkembangan karakter,
19
namun pesan apa yang ingin disampaikan oleh sutradara dapat dengan mudah dicerna oleh penonton. Film ini kami rekomendasikan untuk Anda yang mungkin akrab dengan dunia maya dan sering mengunggah informasi pribadi ke dalamnya. Film ini menceritakan bagaimana internet dapat ‘merusak’ hidup Anda dan berusaha untuk mengajarkan tentang kehati-hatian dalam berinteraksi di dunia maya. Film ini mampu dijadikan pembelajaran bagi Anda agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan internet.
g e r b ata m a 6 6 / / 1 1 - 2 0 1 3
ko m i k
g er b ata m a 6 6 // 1 1- 2 0 1 3