GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR SHOLEH KELAS VII KARYA FATCHIYAH FITRIYAH DKK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Isalam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh:
FENI RISAL ALALA 07420072
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
MOTTO
Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal, dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Penerbit Misykat, 2004)
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya sederhana ini kepada: Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
ABSTRAK Feni Risal Alala, “Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah Fitriyah Dkk”. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi materi yang ada di dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh yang disusun oleh Fatchiyah dkk dan untuk menetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki LKS Bahasa Arab Star Shaleh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan menerapkan pola fikir induktif yaitu proses berfikir dengan mengorganisasikan hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang berhubungan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian kepustakaan.. Adapun sumber data primer LKS Bahasa Arab Star Shaleh semester ganjil dan genap. Kesimpulannya adalah: 1) Penyusunan gradasi pembelajaran Bahasa Arab di dalam LKS Star Sholeh menerapkan tiga hal yaitu dasar gradasi berdasarkan tujuan penguasaan empat kemampuan berbahasa untuk tingkat pemula , jenis gradasi yang digunakan adalah gradasi putar dan gradasi fungsional-nosional, dan kriteria gradasinya dimulai dengan urutan materi dari hal yang sederhana yang memiliki karakteristik dasar yang kemudian pada materi lanjutannya dikembangkan dan dijelaskan secara lebih komplek . 2) Kelebihan dari LKS Star Shaleh adalah pemaparan empat maharah bahasa Arab yang runtut dan bertahap, latihan soal yang variatif dan pemaparan tarkib/tata Bahasa Arab yang bertahap dan berkelanjutan. Sedangkan kelemahannya adalah indikator pembelajaran tidak dicantumkan secara eksplisit dan kosakata yang tidak mencakup kata kerja.
Kata Kunci : Gradasi, Materi Pembelajaran, Model Pembelajaran .
vii
ا
ر ا ،رّج ا ا ّد ور ا ل اب رس ا ا"!ّ "'&ر )*+ "$%ا"( ا & !/& ,+وا.ا ،-ا 2! 2 ،0/1ا ا"! ،آ! ام ا&" و5ه!) ا ! ' 7; ،ن آ!9آ ا!7'8 ا !7
viii
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻡ ﺍﷲ ﺍﻝﺭﺤﻤﻥ ﺍﻝﺭﺤﻴﻡ a ا ا, أن ا-T أ.[ر ا ! وا7 أF [!& ," رب ا ![ وa /ا ,1/% و, أF و/7 F 2') و% 2- ا.a ا ر' ل ا/7 ان-Tوأ ." 7 أ،[! ;أ Segala puji dan syukur rahmat,
taufik
kepada Allah SWT yang telah memlimpahkan
dan hidayah-Mu
kepada
kami,
sehingga
penulis
bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi petunjuk bagi umat manusia dari jalan kesesatan menuj jalan yang penuh gemerlap bintang hidayah Alloh SWT. Alhamdulillah, penyusunan skripsi ini yang berjudul
“Gradasi materi
dalam LKS Bahasa Arab Star Sholeh kelas VII karya Fatchiyah Fitriyah dan kawan-kawan”
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis
menyadari
sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud secara baik tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, dalam kesempatan penulis sampaikan rasa terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. H. Musa Asy’ari M.Si. selaku rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
ix
2.
Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3.
Bapak Drs. H. Ahmad Rodli, M.Si. selaku ketua Jurusan dan pembimbing skripsi Pendidikan Bahasa Arab
yang telah memberikan arahan dan
bimbinganya dalam menuntut ilmu. 4.
Bapak Dr. Abdul Munip,S.Ag, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam perkuliahan.
5.
Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah menularkan ilmunya kepada kami semua hingga kita menjadi seperti sekarang ini.
6.
Kedua Orang tua penulis, Bapak Syamsun Effendy dan Ibuk Lilik Yutriani yang senantiasa mengiringi penulis dengan limpahan do’a dan restunya. Berkat usaha yang gigih dan kerja keras beliaulah penulis dapat berjuang dan bertahan hingga saat ini.
7.
Gus Nasih Burhani S.Pd.I, Gus. M Thobroni S.Pd.I, Gus M Jaelany S.Pd.I yang telah membantu lahirnya skripsi penulis, kesabarannya mengajari dan pembimbing penulis dalam menuntut ilmu, beragama dan berkehidupan.
8.
Seluruh kang- kang Pondok Pesantren Krapyak di Asrama Taman Santri beserta staf dan segenap ustadz atas segala dukungan dan arahannya.
9.
Seluruh sahabat-sahabatku, dan kawan-kawan PPL-KKN di MAN popongan Prambanan Klaten dan yang lainnya. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini.
x
10. Kawan-kawan waroeng kopi Yogyakarta. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini. 11. Kawan-kawan PBA 06 dan 07. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini. 12. Almarhum Guru besar Bp.Sri Warsono dan sedulor-sedulor Assalam Cahya Buana. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini. 13. Kawan-kawan
INKAI UIN SUKA. Terima kasih atas kebersamaan,
keceriaan, kekeluargaan dan motivasinya yang kalian berikan selama ini. 14. Rekan-rekan kerjaku di SKB Cellular dan U Cellular yang telah mendukung dan menyemangatiku. 15. Istriku Diyah Ayu Mujiati yang telah membuatku mengerti arti kesabaran, dan sudah menemaniku dalam suka dan duka. 16. Anakku Zayyin Nurusshafa Al-Kharomain, dengan perantara nya lah Allah telah memberikan setitik cahaya Surga. 17. Dan semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ ii HALAMAN SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAKS ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN.......................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah......................................................................... 10 C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 10 D. Telaah Pustaka............................................................................... 11 E.
Kerangka Teori ............................................................................ 12
F. Metode penelitian .......................................................................... 53 G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 55
xiii
BAB II GAMBARAN UMUM LKS A. Identitas LKS .................................................................................. 57 B.
Latar Belakang Penyusunan LKS ................................................. 57
C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 59 D. Materi Pembelajaran ..................................................................... 62 E. Daftar Pustaka LKS ...................................................................... 72 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dasar Penyusunan Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah dkk............................................. .73 B. Jenis Gradasi Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah dkk ………………………………………..
81
C. Kriteria Materi Dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh Kelas VII Karya Fatchiyah dkk……………………………………………….
92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 100 B. Saran-saran .................................................................................... 101 C. Penutup ......................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1, Tema: Mufradat Ta’aruf..................................................................
74
Tabel 2, Tema: Kata Tunjuk .........................................................................
76
Tabel 3, D}amir Mufrod .................................................................................
77
Tabel 4, Tema: Kata Tanya َ ......................................................................
78
Tabel 5, Tema: Kata Tanya ه......................................................................
78
Tabel 6, Nama Kota ......................................................................................
78
Tabel 7, tema: إ و............................................................
88
Tabel 8, tema: + اء..............................................................................
89
Tabel 9, tema:
ﻭﺧﱪﻣﻘﺪﻡ ﻣﺒﺘﺪﺍﺀ ﻣﺆﺧﺮ.........................................................
89
Tabel 10, tema: م اء...............................................................
89
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1, tema رف..................................................................................
62
Gambar 2, tema ا ر.................................................................................
64
Gambar 3, tema ا....................................................................................
66
Gambar 4, tema اة....................................................................................
68
Gambar 5, tema ا ان...................................................................................
70
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987. A. Konsonan tunggal Huruf Arab
ا ﺏ ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل
Nama
Huruf Latin
Keterangan
Alîf Bâ’ Tâ’ Sâ’ Jîm Hâ’ Khâ’ Dâl Zâl Râ’ zai sin syin sâd dâd tâ’ zâ’ ‘ain gain fâ’ qâf kâf lâm mîm
tidak dilambangkan b t ṡ j ḥ kh d Ŝ r z s sy ṣ ḍ ṭ ẓ ‘ g f q k l
tidak dilambangkan be te es (dengan titik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik di atas ge ef qi ka `el
xviii
م ن و هـ ء ي
nûn wâwû hâ’ hamzah yâ’
m n w h ’ Y
`em `en w ha apostrof ye
B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
ّ دة ّة
ditulis
Muta‘addidah
ditulis
‘iddah
ditulis
Ḥiikmah
ditulis
‘illah
C. Ta’ marbutah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.
آا اوء
ditulis
Karāmah al-auliyā’
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h.
زآة ا
ditulis
xix
Zakāh al-fiṭri
D. Vokal pendek __َ_
__ِ_
ذآ
fathah
ditulis ditulis
A fa’ala
kasrah
ditulis ditulis
i Ŝukira
ditulis
u
ditulis
yaŜhabu
__ُ_
"ه#
dammah
E. Vokal panjang 1
Fathah + alif
ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis
Ā jāhiliyyah ā tansā ī karīm ū furūḍ
Fathah + ya’ mati
ditulis
ai
) '/
ditulis
bainakum
fathah + wawu mati
ditulis
au
ل12
ditulis
qaul
ه$
2
fathah + ya’ mati
3
kasrah + ya’ mati
4
dammah + wawu mati
%&'(
)#آـ
وض
F. Vokal rangkap 1 2
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
)3أأ أ ت )( 6 78
ditulis
A’antum
ditulis
U‘iddat
ditulis
La’in syakartum
xx
H.
Kata sandang alif + lam 1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
ن:;ا ا;س
ditulis
Al-Qur’ān
ditulis
Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
ا& =ء > ?ا I.
ditulis
As-Samā’
ditulis
Asy-Syams
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya.
ذوي اوض '&أه ا
ditulis
śaw awī aw alal-furūḍ fur
ditulis
Ahl as-Sunnah
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemahiran
seseorang
dalam
suatu
bahasa
tidak
menjamin
kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal, dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain1. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari situ lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa harus bermusyawarah lebih dulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka terjadilah bahasa-bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan masyarakat, dimana bahasa itu lahir.2 Bahasa Arab tak ubahnya bahasa bahasa lain di dunia. Ia tumbuh dan berkembang sesuai kepentingan orang orang yang menggunakannya. Suatu bahasa hidup atau mati sangat ditentukan oleh sejauh mana masyarakat memakainya dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Suatu bahasa dikatakan hidup jika masyarakat masih memakainya dalam kehidupan sehari hari, dan dikatakan mati bila terjadi sebaliknya.3 Pembelajaran bahasa merupakan suatu sistemyang melibatkan banyak komponen. Komponen-komponen tersebut saling kait mengkait dan mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran bahasa. Di antara 1
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Penerbit Misykat, 2004) hlm.1. 2 Abdul Mun’im, Analisis kontrastif Bhs. Arab & Bhs Indonesia, (Jakarta: Penerbit PT Pustaka Al-Husna Baru 2004) hlm.19. 3 Ibid., hlm.24
1
2
komponen-komponen itu adalah tujuan, materi, metode, sumber belajar, media pembelajaran, interaksi belajar mengajar, evaluasi hasil belajar, pembelajar atau siswa dan komponen guru.4 Setiap guru dan atau pendidik lainnya harus menguasai komponen komponen itu dan trampil menerapkannya dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan proses belajar mengajar yang berkualitas.5 Bahasa Arab dan al-Qur’an bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk menguasai isi al-Qur’an. Dan mempelajari al-Qur’an berarti mempelajari bahasa Arab. Selain itu kenyataan lain bahwa bahasa Arab dalam fase perkembanganya telah dijadikan sebagai bahasa resmi dunia Internasional, dan ini sangat menggembirakan bagi kita semua. Maka tidak berlebihan jika pengajaran bahasa Arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian seksama di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam baik dalam pendidikan formal maupun nonformal, mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.6 Dengan demikian, sumber belajar bahasa arab pada hakikatnya adalah sebuah sub disiplin yang mencoba mengelola semua komponen pembelajaran bahasa tersebut agar dapat berjalan efektif dan efisien guna mencapai tujuan pengajaran bahasa arab yang telah ditentukan. Sumber belajar (Learning Resourch) menurut C. Asri Budiningsih dalam buku Metodologi Pengajaran Bahasa Arab karya Syamsuddin Asyrofi, adalah segala macam sumber yang 4
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), .15-16 5 Ibid., hlm. 18 6 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hal. 188.
3
ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar mengajar. Sumber belajar dapat dimaknai sebagai alat pendidikan, dapat pula dimaknai melieu atau lingkungan. Sesuatu menjadi alat pendidikan bila difungsikan untuk membantu proses belajar mengajar. Sesuatu yang sama bila tidak difungsikan untuk tujuan membantu proses belajar mengajar maka akan kehilangan fungsinya sebagai alat dan berubah menjadi lingkungan hidup.7 Menurut S. Nasution sebagaimana yang dikutip oleh Syamsuddin Asyrofi mengemukakan bahwa sumber belajar itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio visual, dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar, sumber belajar memegang peran sangat vital. Saat ini, proses belajar mengajar berbasis sumber belajar (resourch-based learning) menjadi tuntutan zaman. Proses belajar tidak lagi cukup hanya mengandalkan informasi dari guru. Sebab, pengetahuan manusia akhir akhir ini berkembang sangat cepat, bahkan terjadi apa yang disebut dengan eksplosi pengetahuan. Sehingga, tuntutan agar siswa memiliki kemampuan belajar mandiri melalui sumber-sumber belajar yang ada (learn how to learn) semakin tidak terelakkan. Tanpa kemampuan menggali sendiri ilmu pengetahuan yang ada, maka siswa akan terus ketinggalan informasi.8 Salah satu sumber belajar yang sangat dekat dengan siswa adalah Lembar Kerja Siswa atau lebih sering disebut LKS, Lembar Kerja Siswa 7
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006), hal.23-24 8 Ibid.
4
(LKS) mempunya peranan yang sangat penting bagi proses belajar siswa, hal ini dikarenakan banyak sekolah dan guru-guru menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar, baik itu digunakan sebagai sumber belajar atau sekedar buku latihan saja. Sejauh pengamatan penulis, ternyata LKS lebih sering digunakan oleh siswa sebagai sumber belajarnya dibandingkan dengan buku materi resmi yang disediakan oleh lembaga pendidikan atau sekolah, mungkin karena dalam kenyataannya lebih banyak siswa yang lebih dekat dengan LKS dari pada buku materi terlepas dari mungkin sedikitnya buku materi yang tersedia. Penulis juga sudah melakukan wawancara singkat ke lebih dari 15 Guru bahasa Arab, dan mereka mengatakan hal yang sama. Inilah alasan utama penulis mengapa lebih memilih LKS sebagai bahan penelitian. Sumber belajar adalah bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi pelajar. Sumber belajar itu dapat berasal dari manusia, buku, perpustakaan, media massa, alam lingkungan
dan
media
pendidikan.
Dengan
demikian,
LKS
dapat
dikategorikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Depdiknas dalam Darusman menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram. Sedangkan Shadiq mendefinisikan LKS sebagai lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas belajar mengajar. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan
pengertian
agar
siswa
dapat
mempeluas
serta
memperdalam
5
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa9. Sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Menurut Association for Educational Communications and Technology, sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun secara terpadu untuk kepentingan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.10 Berdasarkan batasan-batasan di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa sumber belajar adalah segala bentuk sumber informasi yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Terdapat beberapa jenis sumber belajar yang dapat digunakan guru untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat dikatagorikan tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku, benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi siswa, 9
Firdaus, “lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber-belajar,” http://pirdauslpmp.wordpress.com/ 2011/ 04/19/, akses 5 Mei 2014 10 Ibid.
6
orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana siswa dapat belajar sesuatu, bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, atau web yang dapat digunakan untuk belajar, buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh siswa, peristiwa dan fakta yang sedang terjadi.11 Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar disusun dengan tujuan berikut, antara lain adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa; membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan penyusunan bahan ajar di atas dapat dikembangkan guru sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran, misalnya untuk membantu kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep, menggunakan konsep, atau memecahkan masalah.12 Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah, mulai dari yang 11 12
Ibid. Ibid.
7
mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak, pengulangan akan memperkuat pemahaman, umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa, motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar, mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu, mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan 13 Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak jenis bahan ajar. Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).14 Dalam proses belajar mengajar bahasa Arab metode merupakan hal yang penting. Bahkan menurut ahli bahasa metode termasuk rukun yang keempat dalam proses belajar mengajar. Setelah guru, murid dan materi.15 Menurut Mackey, metode adalah keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar 13
Ibid. Firdaus, ” lembar-kerja-siswa-lks-sebagai-sumber- belajar, ” http://pirdauslpmp.wordpress.com/2011/04/19/, akses 5 mei 2014 15 Abdul Mun’im, Analisis Kontrastif Bhs.Arab & Bhs Indonesia, (Jakarta: Penerbit PT Pustaka Al-Husna Baru 2004), hal.151 14
8
yang meliputi hal-hal, yakni: a) Seleksi; b) Gradasi; c) Presentasi; dan d) Repetisi16 Disamping faktor metodologi dalam proses pembelajaran, faktor materi atau pelajaran bahasa Arab itu sendiri harus mendapat perhatian. Karena keberhasilan pengajaran bahasa tidaklah semata-mata ditentukan oleh metode. Faktor bahan pelajaran (buku teks) bagaimana dia disusun dan disampaikan kepada murid-murid juga menentukan tercapainya tujuan pengajaran.17 Seperti yang diungkapkan Akrom Malibari dkk, bahwa ada enam faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan pengajaran bahasa arab dan salah satunya adalah texbook yang sesuai dengan tujuan dan metode pengajaran.18 Seperti yang kita ketahui bahwa setiap karakteristik-karakteristik texbook pelajaran bahasa arab dengan segala isinya yang berbeda-beda pada setiap aspek penyusunan buku, bisa jadi dua metode menggunakan materi yang sama tetapi penyajiannya tahap demi tahap (gradasi) berlainan,19.ada yang menggunakan gradasi lurus (linear gradation) dalam menyusun isi materi, ada juga yang menggunakan gradasi putar (cyclic gradation). Dari segi kebahasaan dalam menyusun isi materi ada yang menggunakan gradasi gramatis (grammatical gradation), ada yang menggunakan gradasi situasional
16
Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.41-64 17 Busyairi Madjidi, Metodologi pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Sumbangsih offset, 1994), hal.7 18 A. Akrom Malibary L.A.S. dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Departemen RI), hal.206 19 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Dari Segi Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.47
9
(situational gradation), ada juga yang menggunakan gradasi fungsionalnosional (functional-notional gradation). Menurut Ibrahim Abdul ’Alim dan Badri kamal Ibrahim sebagaimana yang dikutip Radliyah Zaenuddin dkk, mengemukakan bahwa salah satu prinsip pokok pengajaran bahasa Arab adalah Gradasi yaitu tingkatan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Gradasi mengenal lima tahapan, yakni (a) dari tahap yang mudah kepada yang sulit, (b) dari tahap yang sederhana kepada yang kompleks, (c) dari tahap yang jelas kepada yang samar, (d) dari tahap yang kongkrit kepada yang abstrak, dan (e) dari tahap yang sering dipergunakan kepada yang jarang dipergunakan.20 Dalam mengajarkan bahasa gradasi sangat penting, karena gradasi yang sistematis akan mengurangi kesulitan mempelajari bahasa dengan cara menyusun materi yang banyak itu kedalam bagian-bagian yang berurutan tahap demi tahap.21 Dari permasalahan tersebut, penyusun tertarik untuk meneliti gradasi materi dalam lks bahasa Arab kelas VII semester ganjil dan semester genap yang disusun oleh Fatchiyah Fitriyah, S.Pd, Rosiatul Hidayati,S.Ag, Huriyatul Cholisoh,S.ag, yang diterbitkan oleh Star Sholeh Klaten Jawa Tengah.
20 Radliyah Zaenuddin dkk, Dra. Hj. M.Ag. Metodologi & Strategi alternatif pembelajaran bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hal.47 21 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.48
10
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana Gradasi Materi dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh kelas VII karya Fatchiyah Fitriyah, S.Pd dkk ?
C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Gradasi Materi dalam LKS Bahasa Arab Star Shaleh kelas VII karya Fatchiyah Fitriyah, S.Pd dkk. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Dari sisi kegunaan ilmiah, penyusunan skripsi ini di harapkan dapat memberikan kontribusi nyata untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan kepustakaan pada umumnya dan dalam bidang ilmu bahasa Arab pada khususnya. b. Dari sisi kegunaan terapan adalah memberikan sumbangan pemikiran bagi umat Islam, khususnya bagi pengajar bahasa Arab dan pelajar atau siswa yang berkaitan dengan efektifitas metode pegajaran bahasa arab pada saat ini.
11
D. Telaah Pustaka Ada beberapa karya ilmiah berupa skripsi yang membahas tentang metode pengajaran dalam hal ini adalah gradasi yang penulis ketahui, diantaranya yaitu : skripsi yang berjudul ”Gradasi materi dalam kitab al-
Nah}wu al-Wa>dih} li al-Mada>ris al-Ibtida>iyyah karya ‘Ali al-Jarim dan Mustofa Amin dan al-‘Imriti karya Syaikh Syarifuddin Yahya al-Imriti” yang ditulis oleh saudara Muhammad Thobrony. Skripsi tersebut membahas tentang gradasi materi dalam kitab Al-Nahwu Al-Wadih, dan gradasi materi dalam kitab al-Imriti, dan mencari persamaan dan perbedaan diantara keduanya karaena merupakan studi komparatif, sama-sama membahas gradasi dan menjadikan dunia teks sebagai obyek kajiannya (penelitian kepustakaan), yang menjadi pembeda adalah bahan penelitian penulis yaitu LKS. Skripsi yang ditulis oleh saudara syafiq yaitu tentang analisis buku teks
Ta’li>m al-Lugah al-‘Ara>biyyah Pendidikan Bahasa Arab SMP/MTs Muhammadiyah Kelas VII Karya Muhammad Thariq Aziz, S.Pd.I dan Nurul Cholidiyah S.H.I, meneliti buku dari empat aspek seleksi, gradasi, presentasi, repetisi, berbeda dengan skripsi penulis yang meneliti LKS dan lebih menfokuskan pada aspek gradasi materi. Fitri Na’imah juga menulis skripsi yang membahas tentang buku teks dengan judul “Analisis Materi Kitab Al Balaghah Al Wadlihah”. Fokus skripsi tersebut sama dengan skripsi yang ditulis oleh Ayi Sudarisman yaitu kesesuaian Al Balagah Al Wadlihah untuk diajarkan kepada peserta didik
12
tingkat pemula non-Arab dan juga menerapkan teknik seleksi, repetisi, dan gradasi materi dalam buku tersebut. Berbeda dengan beberapa penelitian tersebut di atas, di sini penulis akan meneliti GRADASI MATERI DALAM LKS BAHASA ARAB STAR SHALEHKELAS VII SEMESTER GANJIL DAN GENAP KARYA FATCHIYAH FITRIYAH DKK. Atas dasar penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dangan penelitian-penelitian sebelumnya. Baik arah pembahasannya, tujuan maupun objek kajiannya. Dengan kata lain penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain (orisinil).
E. Kerangka Teoritik 1. Gradasi Materi pembelajaran bahasa Gradasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah susunan derajat atau tingkat, tingkat dl peralihan suatu keadaan pada keadaan lain; tingkat perubahan. Gradasi menurut kesimpulan M. Thobroni dalam skripsinya, gradasi adalah penataurutan isi pembelajaran bahasa yang sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan tertentu sehingga tersaji secara sistematis. Istilah gradasi isi pembelajaran menurut Richards dan Platt sebagaimana yang dikutip Budinuryanta adalah the arrangement of the content of language course or a textbook so that it is presented in a
13
helpful way, yaitu penataan isi pembelajaran bahasa atau isi buku ajar bahasa sehingga tersaji secara berdaya guna.22 Menurut Mackey sebagaimana yang dikutip Mulyanto Sumardi, mengemukakan bahwa Prinsip penting dalam pembelajaran adalah masalah pentahapan. Bahan yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan pembelajaran tertentu. Karena materi yang telah diseleksi tidak mungkin diajarkan sekaligus. Comenius (dalam Mulyanto Sumardi) berpendapat bahwa dalam gradasi dasarnya harus diletakkan secara baik dengan penyajian dan contohcontoh yang baik pula. Seperti dijelaskan dalam prinsip pembelajaran bahasa bahwa urutan pentahapan harus direncankan. 23 Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa gradasi adalah pentahapan atau penataurutan materi pembelajaran sesuai tata tingkatan siswa sehingga tersusun secara sistematis agar mudah dinikmati. a. Jenis Gradasi Menurut Budinuryanta Yohanes dalam bukunya “Gradasi Isi Pembelajaran Bahasa” sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Thobroni dalam skripsinya menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar bahasa akan berhadapan dengan pilihan gradasi yang pada
22
M. Thobroni, ”Gradasi Materi Dalam Kitab Al-Nahwu Al-Wadih Li Al-Madaris AlIbtidaiyyah Karya ‘Ali Al-Jarim dan Mustofa Amin Dan Al-‘Imriti Karya Syaikh Syarifuddin Yahya Al-Imriti”, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal 7-8 23 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976), hal.48
14
dasarnya antara dua jenis gradasi, yaitu gradasi lurus (linear gradation), dan gradasi putar (cyclic gradation). Gradasi lurus sering juga disebut sebagai gradasi suksesif (successive gradation) dan gradasi putar disebut juga sebagai gradasi spiral (spiral gradation) atau gradasi konsentris (concentric gradation) Di samping itu, berdasarkan kategori kebahasaan gradari isi pembelajaran dapat juga dibedakan atas gradasi gramatis (grammatical gradation), gradasi situasional (situational gradation), dan gradasi fungsional-nosional (functional-notional gradation).24 Berikut penjelasannya: 1) Gradasi lurus Gradasi lurus merupakan jenis penata tingkatan isi pembelajaran yang paling awal digunakan sebelum dikenal adanya gradasi putar. Gradasi ini menatatingkatkan isi pembelajaran secara lurus satu demi satu. Artinya setiap pokok pembelajaran disajikan secara detail dengan tujuan pencapaian secara tuntas atas pokok pembelajaran tersebut. Sebelum pokok pembelajaran itu dikuasai secara tuntas oleh pembelajar, pembelajaran tidak akan berlanjut ke pokok pembelajaran berikutnya. Pada gradasi lurus (penuh), penyajian secara intensif mendalam dan detail terinci hal itu 24
perlu
dilakukan karena
gradasi ini menolak adanya
Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris alibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal : 12
15
pengulangan. Jadi setiap bagian isi pembelajaran hanya tersaji satu kali. Andaikata ada bagian yang belum terkuasai, maka pengulangan dilakukan secara sekilas dalam konteks yang sama persis.25 Gradasi lurus, dengan demikian, memiliki sejumlah kelemahan. Pada tingkat permulaan kemajuan belajar akan sangat lambat karena setiap pokok pembelajaran disajikan secara mendasar. Hal itu mengakibatkan pembelajaran memerlukan waktu yang relatif banyak. Kedua hal itu dapat menimbulkan pengaruh negatif
pada
motivasi
pembelajar,
bahkan
dapat
terjadi
kepercayaan diri pembelajar juga rendah, atau menimbulkan keraguan atas relevansi yang dipelajarinya bagi dirinya. Dalam paduan dengan gradasi gramatis, misalnya, gradasi lurus ini akan berlama-lama pada pembelajaran gramatika tertentu, dan tidak kunjung tiba pada pembelajaran komunikatifnya. Akibatnya pembelajar jenuh, bosan, dan tidak jarang patah semangat.26 Fuad Abdul Hamied mengemukakan bahwa dalam literatur mutakhir pada umumnya gradasi lurus dianggap tidak cocok untuk pengajaran bahasa ke 2 atau asing. Keberatan utama terhadap gradasi lurus itu adalah sebagai berikut, bahwa dalam pelajaran yang disusun secara lurus, sebuah pokok pelajaran itu hanya disuguhkan satu kali, dilatihkan secara intensif, dan kemudian pada 25 26
Ibid. Ibid.
16
pokoknya diacuhkan, meskipun kebanyakan pelajaran mempunyai sejumlah unit “revisi”, didalamnya bahan pelajaran dikaji ulang sekilas dan biasanya dalam konteks yang asli. Akan tetapi studi akan retensimenunjukkan bahwa pokok pelajaran akan lebih baik diingat jika terjadi berulang dalam konteks yang berbeda beda.27 2) Gradasi putar Berbeda
dengan
gradasi
lurus,
gradasi
putar
menatatingkatkan isi pembelajaran dengan pengarahan pada pemahaman bertahap dengan kembali ke isi pembelajaran itu pada interval yang berbeda dalam alur pembelajaran tersebut. Dalam gradasi putar isi pembelajaran tidak disajikan dan dibahas secara mendalam seperti halnya dalam gradasi lurus, tetapi hanya aspekaspek penting yang disajikannya. Tanpa harus menunggu penguasaan tuntas atas isi pembelajaran yang tersajikan, proses pembelajaran dapat berlanjut pada penyajian isi pembelajaran berikutnya. Pada pembelajaran yang baru itu, isi pembelajaran yang lama diulang, dan diintegrasikan.28 Lebih lanjut Corder menganjurkan gradasi berputar karena sesuai dengan hakikat struktur bahasa yang kait-mengait tak terpisahkan antara unsur yang satu dengan yang lain. Begitu juga Howatt (1974: 20) gradasi putar mirip dengan proses alamiah
27 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987). hal.161-162 28 Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004)
17
pembelajaran bahasa yang tidak berjalan secara linear tetapi secara spiral. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar dianjurkan menggunakan gradasi putar ini.29 Gradasi berputar, mempunyai keuntungan keuntungan yang jelas, di samping kesesuaiannya dengan hakihat bahasa dan proses alamiah pembelajaran bahasa, adalah revisi yang terus terjadi dalam konteks yang berbeda dari bahan yang telah disajikan, kemajuan pada tahap awal akan relatif cepat. Tentu saja, hal itu akan mengakibatkan pengehematan waktu, dan peningkatan motivasi pembelajar (setidak-tidaknya pengonstanan motivasi pembelajar). Keunggulan lain, memeiliki keleluasaan dalam pembedaan isi pembelajaran bahasa reseptif dan produktif.30 Gradasi berdasarkan kategori kebahasaan : 1) Gradasi gramatis Secara tradisional, pada umumnya diasumsikan bahwa proses pembelajaran bahasa dapat dikembangkan dengan baik melalui penatatingkatan isi pembelajaran yang berdasarkan karakteristik struktural. Hal itu didasarkan pada pandangan bahwa penguasaan yang cukup tentang sistem kaidah morfo-sintaktik
29
Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa..hal.163, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris alibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya alimriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal : 14 30 Ibid.
18
bahasa merupakan prasyarat untuk komunikasi yang efektif. Itulah dasar penatatingkatan isi pembelajaran dalam gradasi gramatis.31 Dalam pelajaran yang disusun secara khas gramatis, isi pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan pemusatan pada satu atau beberapa struktur morfologi atau sintaktik. Artinya, isi pembelajaran disajikan kepada pembelajar berdasarkan aspek gramatikal tertentu (misal: imbuhan ber-), kaidah morfo-sintaktik disajikan lebih dahulu, barulah kemudian diikuti oleh kaidah komunikatifnya.32 Sejumlah keberatan muncul tentang gradasi gramatis itu. Keberatan penggunaan gradasi ini adalah karena penekanan pada penguasaan sistem kaidah morfo-sintaktik, sehingga sering dilupakan bahwa forma linguistik itu adalah alat untuk mencapai tujuan dan bahwa tujuan itu adalah komunikasi. Padahal untuk komunikasi verbal diperlukan lebih dari sekedar penguasaan kaidah morfo-sintaktik. Karena itulah kaidah penggunaan bahasa harus dipelajari bersama sama dengan kaidah tata bahasa. Dengan kata lain pengajaran bahasa kedua harus menekankan bukan saja pada pengembanagan kompetensi linguistik, teapi juga pada pengembangan kompetensi komunikatif. Keberatan kedua adalah kaidah-kaidah gramatis yang disajikan miskin unsur leksikal. Akibatnya pembelajar menguasai 31
Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987).hal.163 32 Ibid.
19
sistem kaidah bahasa yang dipelajari, tetapi tidak mempunyai cukup kosa kata yang diperlukan dalam situasi komunikasi yang dihadapinya.33 2) Gradasi situasional Siswa yang diajar dengan pelajaran yang disusun secara gramatis sering tidak mampu menerapkan apa yang dipelajarinya dalan situasi komunikatif yang sesungguhnya. Itulah yang mendorong munculnya gradasi situasional. Situasi tempat siswa dapat menggunakan bahasa merupakan pertimbangan penting dalam gradasi situasional. Situasi komunikasi adalah lingkungan fisik tempat bahasa itu digunakan. Dalam gradasi situasional isi pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan lingkungan tersebut, untuk itulah unit dalam pelajaran situasional sering diberi nama seperti ‘in the post office’, ‘in the restaurant’ dan lain sebagainya.34 Pendekatan situasional terhadap gradasi adalah pendekatan yang faktor utamanya adalah lingkungan fisik tempat tuturan itu diproduksi. Sebagaimana telah dipahami bahwa tuturan ditentukan oleh sejumlah faktor yang melatarinya, salah satunya adalah lingkungan fisik. Faktor lain adalah peranan sosial dan pskologis para pelibat pertuturan, di samping faktor tujuan yang hendak dicapai oleh penggunaan tuturan tersebut. Oleh karena itu, isi pembelajaran ditatatingkatkan berdasarkan faktor tempat, pelibat, 33 34
Ibid., hal.164 Ibid., hal.164-165
20
tujuan, dan saat atau waktu pertuturan. Semua itulah yang disebut sebagai konteks pertuturan.35 Keunggulan gradasi ini jelas bahwa isi pembelajaran bahasa sesuai dengan konteks penggunaan bahasa tersebut, sehingga pembelajar akan langsung dapat menerapkan atau menggunakan kecakapan yang dipelajari sesuai situasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena yang dipelajari berguna dalam kehidupannya. Pada gilirannya, yang demikian itu akan dapat meningkatkan motivasi pembelajar. Kelemahan gradasi situasional terletak pada penekanan yang berlebihan antara isi pembelajaran dengan lingkungan fisik tempat bahasa digunakan. Hal itu akan mengakibatkan
pemaksaan
isi
pembelajaran
yang
secara
kebahasaan belum tentu sesuai dengan situasi, atau sebaliknya. Akhirnya, pembelajaran yang seharusnya natural tercipta oleh gradasi situasional ini, menjadi artifisial juga.36 3) Gradasi Fungsional-Nasional Dalam dasa warsa terakhir ini pendekatan pada desain silabus yang dikenal dengan pendekatan fungsiona-nasional. Gradasi ini menatatingkatkan isi pembelajaran dengan memadukan 35
Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa..hal.163, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris alibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya alimriti”, Skripsi (yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal: 16-17 36 Ibid.
21
tiga kategori fungsional-nasional yang terdiri atas (1)kategori semantico-grammatikal, yaitu kategori yang berkaitan dengan persepsi kita atas kejadian, proses, keadaan, dan abstraksi, (2)kategori modal meaning, yaitu kategori yang berkaitan dengan cara penutur bahasa mengekspresikan sikpnya terhadap yang dikatakannya
atau
yang
dituliskannya,
serta
(3)kategori
communicative function, yaitu kategori yang digunakan untuk menunjukkan yang dilakukan melalui bahasa sebagai lawan yang dilaporkan melalui bahasa.
37
Dalam gradasi ini isi pembelajaran
bahasa tetap mencakup kaidah-kaidah gramatis sebagaimana ditatatingkatkan oleh gradasi gramatis. Kelebihan gradasi ini dibandingkan dengan gradasi gramatis adalah kaidah gramatis langsung dipadukan dengan penggunaannya. Wilkins menyarankan untuk menatatingkatkan isi pembelajaran dalam beberapa putaran. Putaran pertama berisi realisasi kategori nosional-fungsional yang paling sederhana dan produktif. Dalam putaran kedua, bahan tersebut diulang lagi, tetapi isi pembelajaran secara struktural lebih rumit lagi. Dengan demikian dalam gradasi ini tetap bergradasi gramatis tetapi ditata secara national-fungsional.38 Atas dasar karakteristik yang demikian itu, gradasi notional-fungsional dapat dikatakan sebagai gradasi yang minim 37 38
Fuad Abdu Hamied, Proses Belajar Mengajar Bahasa, hal.165-166 Ibid.
22
kelemahan tetapi kaya akan keunggulan. Teristimewa manakala, gradasi ini dikaitkan dengan tujuan pembelajaran komunikatif yang di dalamnya mencakup kompetensi gramatikal maupun kompetensi
pragmatikal.
Di
bandingkan
dengan
gradasi
situasional, gradasi ini menjaga keseimbangan antara faktor situasi dengan kaidah gramatis. Artinya gradasi national-fungsional tidak memberikan penekanan berlebihan pada situasi yang justru dapat menyulitkan penataannya sebagaimana hal itu terjadi pada gradasi situasional.39 b. Dasar-Dasar Penyusunan Gradasi Menurut Theo Van Els, etc 1984 sebagaimana yang dikutip oleh Budinuryanta Y, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum menyusun gradasi isi pembelajaran, yaitu faktor tujuan, tingkat, dan waktu pembelajaran.40 Sedangkan menurut Nunan sebagaimana pula yang dikutip oleh Budinuryanta Y, mengajukan faktor gradasi isi pembelajaran atas faktor masukan (input
39
Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li almadaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.18-19 40 Van Els, Theo etc.. 1984. Applied Linguistics and the Learning and Teaching of Foreign Languages. Victoria: Edward Arnold, hal.226, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004), Lihat juga M. Thobroni, “materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.8
23
factors), pembelajar (learners factors), dan aktivitas (activity factors).41 Berikut faktor yang harus diperhatikan dalam menyusun Gradasi isi pembelajaran bahasa : 1) Faktor tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan faktor yang bukan saja perlu dipertimbangkan dalam gradasi isi pembelajaran, melainkan faktor yang wajib diperhitungkan dalam gradasi isi pembelajaran. Hal itu berarti bahwa gradasi isi pembelajaran harus dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran. Bagaimanapun, penatatingkatan isi pembelajaran diabdikan bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa dengan tujuan khusus oral (misal: wicara, atau
menyimak),
akan
berbeda
penatatingkatan
isi
pembelajarannya dengan pembelajaran bahasa dengan tujuan khusus
literal
(misal:
membaca,
atau
menulis),
ataupun
pembelajaran dengan tujuan khusus reseptif (misal: menyimak, membaca) akan berbeda penatatingkatan isi pembelejarannya dengan tujuan khusus produktif (misal: wicara, menulis). Walaupun dimungkinkan bahwa di antara tujuan pembelajaran khusus tersebut, terjadi kesamaan tata tingkat pada beberapa isi pembelajaran.42
41
Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge: Cambridge University Press, 1989), hal.97, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004). 42 Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987)..hal.147, Lihat juga Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004)
24
2) Faktor tingkat kecakapan Demikianpun, tingkat kecakapan perlu dipertimbangkan dalam gradasi isi pembelajaran. Pembelajaran pada tingkat pemula memerlukan penatatingkatan isi pembelajaran yang berlainan dengan pembelajaran pada tingkat lanjut. Dengan kata lain, pengembangan bahan ajar bahasa
harus mengetahui atau
memastikan lebih dahulu untuk tingkat manakah bahan ajar itu disusun. Gradasi isi pembelajaran bahasa untuk jenjang sekolah dasar semestinya tidak sama dengan yang diperuntukkan pada jenjang sekolah lanjutan, dan atau sekolah menengah. Gradasi isi pembelajaran bahasa tingkat dasar (elementary) tentu berbeda dengan tingkat lanjut (advanced). 3) Faktor waktu Alokasi waktu dan persebaran waktu dalam keseluruhan kurikulum juga ikut menentukan gradasi isi pembelajaran. Pertama alokasi waktu akan berpengaruh langsung pada seleksi isi pembelajaran, khususnya segi kuatitas. Pembelajaran bahasa yang dirancang untuk waktu tiga tahun dengan alokasi waktu tiga jam per minggu pasti memungkinkan pemuatan isi pembelajaran yang lebih banyak daripada yang dirancang untuk waktu dua tahun dengan alokasi waktu dua jam per minggu. Tentu saja, jumlah isi pembelajaran ini akhirnya berpengaruh pada gradasinya.
25
4) Faktor masukan (input factors) Gradasi isi pembelajaran harus mempertimbangkan faktor masukan,
yaitu
yang
berkaitan
dengan
teks
sebagai
isi
pembelajarannya. Tentang hal ini, ada beberepa segi yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar bahasa. Pertama adalah kompleksitas teks. Teks yang memuat kalimat-kalimat sederhana secara umum akan lebih mudah daripada teks yang memuat kalimat-kalimat rumit. Kalimat-kalimat tunggal, misalnya, lebih mudah daripada kalimat-kalimat majemuk.. Demikianpun, teks yang mengeksplisitkan hubungan antarteks relatif lebih mudah dan daripada yang mengimplisitkan hubungan antarteks.43 Tuturan (1) terkategori sederhana karena mengeksplisitkan hubungan antarbagiannya dengan penggunaan konjungsi ‘karena’, sedangkan tuturan (2) karena hubungan antarteks tidak eksplisit, terkategori rumit. (1) Murid-murid membuang-buang waktu karena guru meninggalkan ruang kelas. (2) Guru meninggalkan ruang kelas. Murid-murid membuang-buang waktu. Tentu saja, paragraf yang secara jelas mengungkapkan gagasan pokoknya dalam kalimat utama termasuk kategori sederhana, sedangkan paragraf yang menyembunyikan gagasan pokoknya atau tidak menyatakan gagasan pokoknya dalam kalimat utama terkategori teks rumit. Dari sini ini dapat dipahami mengapa 43
Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge: Cambridge University Press, 1989).hal.97-101
26
tulisan berita, misalnya, lebih mudah dibandingkan dengan tulisan sastra karena yang satu lebih mengeksplisitkan gagasan utama, yang lain kurang –untuk tidak mengatakan tidak- mengeksplisitkan gagasan utama. Teks yang bersesirah dan bersubsesirah, serta dilengkapi gambar, foto, tabel, grafik lebih mudah dipahami daripada teks yang tak berserirah, tanpa gambar, tanpa foto, dan sebagainya. Kedua, kompleksitas teks sebagai isi pembelajaraan dapat juga disebabkan oleh jenis teks. Teks deskripsi berbeda tingkat kesulitannya dengan teks argumentasi, narasi, ataupun eksposisi. Teks yang menyajikan opini atau pendapat dan sikap seperti halnya argumentasi
lebih
sulit
dibandingkan
teks
yang
sekedar
menyajikan fakta dan data seperti halnya deskripsi dan eksposisi. Narasi yang menyajikan fakta dengan bumbu fiksi dengan demikian juga lebih sulit daripada eksposisi dan deskripsi. Belum lagi jika dipertimbangkan dari segi lisan (oral), dan tulis (literal), ataupun asli, dan saduran.44 5) Faktor pembelajar (learners factors) Pertimbangan penatatingkatan isi pembelajaran harus juga didasarkan pada faktor pembelajar Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan dasar (background knowlegde) atau skemata yang dimiliki pembelajar. Dapat dipahami bahwa penatatingkatan
44
Ibid.
27
isi pembelajaran yang berdasarkan skemata yang dimiliki siswa menuju ke yang belum dimiliki siswa akan memudahkan pemahaman
daripada
sebaliknya.
Setidak-tidaknya
dapat
diharapkan bahwa kesulitan pemahaman isi pembelajaran yang didasarkan pada skemata pembelajar lebih kecil dibandingkan yang tidak didasarkan pada skemata pembelajar.45 Brindley dalam Nunan mengemukakan selain pengetahuan dasar atau skemata yang dimiliki pembelajar, faktor pembelajar mencakup (motivation),
juga
kepercayaan
pengalaman
diri
(confidence),
pembelajaran
motivasi
sebelumnya
(prior
learning experience), kepesatan pembelajaran (learning pace), kecakapan terpelajari (observed ability in language skills), kesadaran
kultural
(cultural
knowledge/awarenes),
dan
pengetahuan kebahasaan (linguistic knowledge).46 6) Faktor aktivitas (activity factors) Faktor lain dalam gradasi isi pembelajaran bahasa adalah aktivitas pembelajaran. Menurut Nunan, akhir-akhir ini telah terjadi
kecenderungan
untuk
mengontrol
kesulitan
(isi
pembelajaran) bukan dengan penyederhanaan masukan, malainkan dengan pemvariasian kesulitan aktivitas pembelajaran. 47
45 Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom. (Cambridge: Cambridge University Press, 1989).hal.101-103 46 Ibid., hal.101-103 47 Ibid., hal.104
28
Kompleksitas
kegiatan
pembelajar
bisa
ditengarai
berdasarkan faktor relevansi, kekompleksan, jumlah konteks yang tersedia sebelumnya, keterprosesan bahasa, jumlah bantuan yang tersedia bagi pembelajar, tingkat ketepatan gramatikal/kesesuaian konstekstual, dan ketersediaan waktu. Apakah isi pembelajaran itu bermakna dan berkesan bagi pembelajar; berapa langkah kegitan yang terkandung di dalamnya; berapa banyak pengetahuan dunia yang mendasarinya; berapa lama waktu yang dimiliki pembelajar untuk menyelesaikan isi pembelajaran? Itu semua baru sebagian pertanyaan yang jawabannya akan menentukan kompleksitas aktivitas pembelajar48 Candlin
dan
Nunan
menyarankan
bahwa
aktivitas
pembelajaran juga dapat ditatatingkatkan dengan mengacu pada kecenderungan kognitif secara umum. Dengan mengadaptasi pandangan Bruner, aktivitas tersebut terdiri atas (1)pemusatan perhatian
dan
pengenalan
(attending
and
recognizing),
(2)pemahaman (making sense), (3)penguasaan informasi yang tersaji (going beyond the information given), dan (4)pentransferan dan perampatan (transferring and generalising).49 c. Kriteria Gradasi Kriteria gradasi adalah rambu-rambu yang digunakan untuk mengkaji keoptimalan gradasi isi pembelajaran bahasa yang disusun 48 49
Ibid., hal.109 Ibid., hal. 110
29
berdasar faktor atau jenis gradasi tertentu. Kriteria tersebut dapat didasarkan pada deskripsi bahasa sasaran, analisis kontrastif bahasa yang telah dikuasai dan bahasa yang sedang dipelajari, dan struktur proses pembelajaran.50 Berdasarkan deskripsi bahasa sasaran, isi pembelajaran bahasa dapat diteropong pada kesederhanan atau kerumitan struktur bahasa tersebut. Oleh karena itu, isi pembelajaran dapat ditatatingkatkan berdasarkan urutan dari yang sederhana ke yang rumit. Mengapa demikian? Kelazimannya struktur rumit identik dengan kesulitan pembelajarannya, dan struktur yang sederhana identik dengan kemudahan pembelajarannya. Walaupun sesungguhnya, secara teoretis kerumitan atau kesederhanaan struktur itu masih diperdebatkan.51 Kriteria lain yang ditarik dari deskripsi bahasa sasaran adalah frekuensi keterjadian, dan bobot fungsional.52 Frekuensi keterjadian dan
bobot
fungsional
adalah
produktivitas
struktur
tertentu,
penggunaannya dalam membentuk ragam kalimat, dan fungsinya sebagai basis bagi struktur lainnya. Gradasi isi pembelajaran bahasa dapat juga dikaji dari dua hal tersebut. Apakah tertata atas struktur yang memiliki frekuensi keterjadian tinggi dan bobot fungsional tinggi, atau tidak.
50
Budinuryanta Yohanes, ”Gradasi isi Pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa,
2004) 51
Ibid. Fuad Abdu Hamied, l. Proses Belajar Mengajar Bahasa. (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK, 1987).hal.168 52
30
Analisis kontrastif atas bahasa yang telah terkuasai dengan bahasa yang sedang dipelajari dapat juga digunakan sebagai kriteria peneropongan gradasi isi pembelajaran bahasa. Asumsinya unsur yang sama (bac:a: isomorfik) akan lebih sederhana dan lebih mudah bagi pembelajar, sedangkan unsur yang beda akan lebih rumit dan sulit bagi pembelajar. Oleh karena itu apakah penatatingkatan isi pembelajaran bahasa bermula dari isomorfik atau bukan, jika gradasi ditata berdasar tingkat kesulitannya. Meskipun, penelitian Politzer menyimpulkan bahwa gradasi berdasar analisis kontrastif dengan pola beda-sama lebih menunjukkan hasil belajar yang lebih baik ketimbang pola samabeda.53 Jadi penatatingkatan atas pola sama-beda tidak dapat dipastikan memberikan gradasi isi pembelajaran bahasa yang optimal. Alternatif lain dalam penggunaan kriteria gradasi ialah berdasarkan struktur proses pembelajaran. Hal ini sebagaimana diintroduksi Candlin dan Nunan yang mengadaptasi model Bruner seperti telah diketengahkan di muka. Kriteria ini dapat diperluas pada urutan proses pemerolehan bahasa sebagai para penutur asli bahasa itu memperolehnya. Walaupun harus diakui penelitian tentang kedua hal tersebut –proses pembelajaran dan urutan pemerolehan bahasa- masih sangat terbatas sehingga informasi tentang hal itupun juga belum dapat dianggap memadai dan mencukupi. Menurut penelitian Knapp dalam Hamied pola urutan itu sangat rumit, tidak ada urutan yang menjamin
53
Ibid.
31
bahwa semua aspek struktur klausa dipelajari secara relatif berurut. Suatu urutan yang terbukti efektik pada pembelajaran aspek tertentu, ternyata berpengaruh negatif terhadap pembelajaran aspek lain. Hasil lain penelitian Knapp (1) Aspek yang disuguhkan di awal pada umumnya dikuasi lebih baik daripada aspek yang disajikan di akhir, dan yang disuguhkan di tengah terbukti paling tidak efektif, dan (2) Struktur yang kontras terbukti lebih sukar daripada struktur paralel.54 Secara keseluruhan ada dua aspek pokok dalam pengurutan, yaitu
pengelompokan
(grouping)
dan
pengurutan
(gradation).
Pengelompokan harus didasarkan pada prinsip-prinsip keseragaman, kekontrasan, dan kepararelan. Sedangkan pengurutan harus didasarkan pada prinsip psikologi belajar, yaitu Biasanya dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit (kompleks atau sophisticated), dari yang umum ke yang khusus dari yang ringkas ke yang panjang, dari bentuk yang analogous ke bentuk anomalous, dan dari yang paling berguna bagi siswa ke yang kurang berguna.55 2. Gradasi Materi pembelajaran bahasa Arab Dalam penyusunan gradasi pembelajaran bahasa Arab juga dapat menerapkan tiga hal yaitu jenis gradasi, faktor gradasi, dan kriteria gradasi.
54
Ibid., hal.169 Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995) hal. 402, Lihat juga M. Thobroni, “materi dalam kitab alnahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al-imriti”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hal.21 55
32
a. Jenis Gradasi Pembelajaran Bahasa Arab Penyusunan bahan ajar bahasa Arab juga dapat menerapkan dengan pilihan gradasi yang pada dasarnya antara dua jenis gradasi, yaitu gradasi lurus (linear gradation), dan gradasi putar (cyclic gradation), dan berdasarkan kategori kebahasaan gradari isi pembelajaran
dapat
juga
dibedakan
atas
gradasi
gramatis
(grammatical gradation), gradasi situasional (situational gradation), dan gradasi fungsional-nosional (functional-notional gradation). b. Dasar-Dasar Penyusunan Gradasi pembelajaran Bahasa Arab 1) Faktor tujuan Gradasi
isi
pembelajaran
bahasa
Arab
harus
memperhatikan tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan khusus maha>rah al-kala>m atau maha>rah al-istima>’, akan
berbeda
penatatingkatan
isi pembelajarannya
dengan
pembelajaran bahasa Arab dengan tujuan khusus maha>rah al-
qira>’ah atau maha>rah al-kita>bah, meskipun mungkin di antara tujuan pembelajaran khusus tersebut terjadi kesamaan tata tingkat pada beberapa isi pembelajaran. Maka sebaiknya sebelum menyusun gradasi harus menentukan dulu tujuan pembelajaran, apakah untuk tujuan maha>rah al-istima>’, maha>rah al-kala>m,
maha>rah al-qira>’ah atau maha>rah al-kita>bah.
33
2) Faktor tingkat kecakapan Pembelajaran
pada
tingkat
ibtida>iyyah
berbeda
penatatingkatan isi pembelajarannya dengan pembelajaran pada tingkat s\ana>wiyyah. Sebaiknya pengembangan bahan ajar bahasa Arab harus mengetahui atau memastikan lebih dahulu untuk tingkat manakah bahan ajar itu disusun. 3) Faktor waktu Pembelajaran Alokasi waktu dan persebaran waktu dalam keseluruhan kurikulum juga ikut menentukan gradasi isi pembelajaran, begitu juga dengan pembelajaran bahasa Arab, selain berpengaruh terhadap seleksi (kualitas), alokasi waktu juga berpengaruh pada gradasi. Pembelajaran bahasa Arab yang dirancang untuk waktu tiga tahun dengan alokasi waktu tiga jam per minggu pasti memungkinkan pemuatan isi pembelajaran yang lebih banyak daripada yang dirancang untuk waktu dua tahun dengan alokasi waktu dua jam per minggu. Tentu saja jumlah isi pembelajaran ini akhirnya berpengaruh pada gradasinya 4) Faktor masukan (input factors) Teks Arab yang memuat kalimat-kalimat sederhana secara umum akan lebih mudah daripada teks yang memuat kalimatkalimat rumit. Kalimat-kalimat tunggal lebih mudah daripada kalimat-kalimat majemuk. Begitu juga teks Arab yang berbentuk sya’ir lebih sulit dipahami daripada yang tidak berbentuk sya’ir.
34
Kompleksitas teks sebagai isi pembelajaraan dapat juga disebabkan oleh jenis teks. Teks deskripsi berbeda tingkat kesulitannya dengan teks argumentasi, narasi, ataupun eksposisi. Teks yang menyajikan opini atau pendapat dan sikap seperti halnya argumentasi lebih sulit dibandingkan teks yang sekedar menyajikan fakta dan data seperti halnya deskripsi dan eksposisi. Narasi yang menyajikan fakta dengan bumbu fiksi dengan demikian juga lebih sulit daripada eksposisi dan deskripsi. Belum lagi jika dipertimbangkan dari segi lisan (oral), dan tulis (literal), ataupun asli, dan saduran 5) Faktor pembelajar (learners factors) Penatatingkatan isi pembelajaran bahasa Arab yang berdasarkan skemata yang dimiliki siswa menuju ke yang belum dimiliki siswa akan memudahkan pemahaman daripada sebaliknya. Pada umumnya siswa baru s\ana>wiyyah dengan background ibtidaiyah tentu akan lebih mumpuni dari pada siswa baru
s\ana>wiyyah dengan background sekolah dasar. 6) Faktor aktivitas (activity factors) Apakah isi pembelajaran baasa Arab itu bermakna dan berkesan bagi pembelajar; berapa langkah kegitan yang terkandung di
dalamnya;
berapa
banyak
pengetahuan
dunia
yang
mendasarinya; berapa lama waktu yang dimiliki pembelajar untuk menyelesaikan isi pembelajaran? Itu semua baru sebagian pertanyaan yang jawabannya akan menentukan kompleksitas aktivitas pembelajar.
35
c. Kriteria Gradasi Pembelajaran Bahasa Arab Ibrahim Abdul ’Alim dan Badri kamal Ibrahim sebagaimana yang dikutip Radliyah Zaenuddin dkk, bahwa salah satu prinsip pokok pengajaran bahasa Arab adalah Gradasi yaitu tingkatan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Gradasi mengenal lima tahapan, yakni (a) dari tahap yang mudah kepada yang sulit, (b) dari tahap yang sederhana kepada yang kompleks, (c) dari tahap yang jelas kepada yang samar, (d) dari tahap yang kongkrit kepada yang abstrak, dan (e) dari tahap yang sering dipergunakan kepada yang jarang dipergunakan.56 Hendaklah mengajarkan materi bahasa Arab itu dimulai dengan bercakap cakap dan membaca, dimulai dari hal yang terdekat. Sekali sekali jangan dimulai pengajaran bahasa arab itu dengan mengajarkan nahwu dan s}araf (Gramatica) karena cara seperti itu lambat sekali dan tidak menarik hati murid-murid. Jangan mengajarkan bahasa asing itu dengan memakai terjemahan (kecuali terpaksa) karena murid tidak akan mengerti bahasa itu waktu bercakap cakap, sebab ia harus lebih dulu memikirkan terjemahannya agar ia mengerti (metode langsung/ direct method). Apabila hendak mengajarkan kata-kata baru dalam bahasa Arab, maka hendaklah kata-kata itu dipergunakan dalam kalimat, supaya pelajar memakai kata-kata itu pada tempatnya. Mengajarkan kata-kata saja biasanya akan mendatangkan kekhilafan 56
Radliyah Zaenuddin dkk, Metodologi & Strategi alternatif pembelajaran bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), hal.47
36
tentang
pemakaian
kata-kata
tersebut
dalam
kalimat.57Kedua,
Hendaklah memperkenalkan unsur-unsur bagian kalimat, misalnya janis kata mubtada’, khabar, fa’il dan sebagainya dalam hubungannya dalam kalimat ini tidak bebas, dan tidak diajarkan dengan penuh jika tidak diletakkan dalam kerangka kalimat. Ketiga, tambahkanlah tiap unsur pola baru kepada yang terdahulu. Keempat, sesuaikanlah pelajaran yang sulit-sulit dengan kesanggupan para palajar. Inilah arti ”langkah-langkah bertahap” yang menghendaki interpretasi yang lebih berbelit-belit dari pada sesuatu yang diterapkan dalam pelajaran linier berprogram, dimana sesuatu dipecahkan dalam langkah-langkah minimal agar para pelajar yang paling bodoh tidak membuat kesalahan.58 Dengan sangat rinci Syamsuddin Asyrofi menguraikan kriteria Gradasi dalam bukunya Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, beliau menguraikannya dalam empat elemen maha>rah secara urut, beliau menebutnya teknik mengajarkan kemempuan berbahasa arab, berikut uraiannya: 1) Teknik Mengajarkan al-istima>’ Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Dengan demikian, beberapa
57 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an), (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983). hal. 22-23 58 Abdul Mun’im, Analisis Kontrastif bahasa Arab & bahasa Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hal.145
37
pengajaran
ahli
bahasa
menetapkan
suatu
prinsip
bahwa
pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis59. Oleh karena itu, menyimak merupakan suatu pengalaman belajar yang amat penting. Implikasinya, guru hendaknya memulai pengajarannya dengan memperdengarkan ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat. Manfaat aktifitas ini adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata bunyi bahasa Arab, menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Secara umum, tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi.60 Ada beberapa tahapan dalam pengajaran istima’, yaitu: a) Latihan pengenalan (identifikasi) Kegiatan
ini
bertujuan
agar
siswa
dapat
mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Penyajian pelajaran menyimak ini bisa langsung oleh guru secara lisan. Akan tetapi lebih baik jika, guru menggunakan rekaman tape recorder dengan suara orang Arab asli. Latihan mengenal (identifikasi) bisa
59
berupa
latihan mendengar
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006).hal.125 60 Ibid.
38
untukmembedakan fonem atau huruf-huruf Arab dengan teknik mengontraskan pasangan-pasangan ucapan yang hampir sama. b) Latihan mendengar dan menirukan Meskipun
latihan
menyimak
bertujuan
melatih
pendengaran, tetapi dalam prakteknya selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan yang terakhir inilah yang menjadi tujuan utama kegiatan menyimak. Jadi, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, maka mereka dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna yang terkandung dalam ujaran tersebut. Dengan demikian, pelajaran istima’ sekaligus melatih dasar-dasar kemampuan reseptif dan produktif. Latihan mendengarkan dan menirukan ini (istima’ wa
tardi>d) ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di laboraturium bahasa, sebab berbagai teknik bisa dipraktekkan. Dismping itu, latihan bisa dilakukan secara individual dalam waktu yang bersamaan, dan siswa bisa membandingkan ucapanya sendiri dengan model ucapan yang ditirukannya. c) Latihan mendengarkan dan memahami. Latihan mendengar untuk pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai maacam teknik seperti melihat dan mendengar (unz{ur wa isma’), membaca dan mendengar (iqra’ wa isma’), dan mendengarkan dan memeragakan (iqra’ wa
39
mas\si\ l).
Ketiga
permulaanbagi
jenis jenis
latihan latihan
tersebut
adalah
latihan
yakni
latihan
berikutnya,
pemahaman atau fahm al-masmu’.61 Ada
beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
mengajarkan fahm al-masmu’ antara lain: a) Dalam pelajaran menyimak hendaknya dipupuk kemampuan siswa untuk menafsirkan makna kalimat melalui intonasi dan bunyi-bunyi lainnnya. b) Siswa perlu dilatih untuk dapat mengidentifikasi gagasan pokok (Main idea) dan membedakannya dengan gagasan tambahan dalam materi diaolg atau teks yang didengarnya. c) Dalam
memilih
teks
lisan,
hendaknya
guru
perlu
memperhatikan usia dan minat siswa, kosa kata yang dimiliki siswa, dan tingkat kematangan serta kecepatan siswa dalam mengikuti teks lisan. d) Penyajian teks lisan untuk tingkat permulaan perlu diulang agar siswa dapat membiasakan diri. e) Penggunaan alat peraga akan sangat membantu. f) Untuk siswa tingkat lanjut, situasi atau konteks perlu dibuat mendekati situasi sehari-hari. g) Guru hendaknya menuliskan kata-kata kunci sebelum pelajaran dimulai. 61
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006).hal.125-126
40
h) Guru menyampaikan kepada siswa dengan jelas apa yang harus dikerjakan. i) Untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang disimaknya, maka setiap materi hendaknya dilengkapi dengan daftar pertanyaan.62 2) Teknik mengajarkan al-kala>m Kemahiran
berbicara
merupakan
salah
satu
jenis
kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa Arab. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dan pendengar secara timbal balik. Dengan demikian, latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh (i) kemampuan mendengarkan, (ii) kemmpuan mengucapkan, dan (iii) penguasaan relatif terhadap kosa kata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan pikirannya. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara adalah keberanian siswa dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru harus dapat memberikan dorongan kepada siswa agar berani berbicara meskipun dengan resiko salah. Kepada siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan yang paling besar. Secara umum, tujuan latihan berbicara untuk
62
Ibid. hal.126-127
41
tingkat
pemula
dan
menengah
adalah
agar
siswa
dapat
berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab.63 Beberapa model latihan berbicara antara lain: a) Latihan asosiasi dan identifikasi. Latihan ini terutama dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya. Bentuk latihannya antara lain: (1) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubunganya dengan kata tersebut. (2) Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang tidak ada hubungannya dengan kata tersebut. (3) Guru menyebut satu kata benda (ism), siswa menyebut kata sifat yang sesuai dengan kata tersebut. (4) Guru menyebut satu kata kerja (fi’il), siswa menyebut pelaku (fa>’il) yang cocok dengan kata tersebut. (5) Dan lain-lain
b) Latihan pola kalimat (pattern practice) Latihan ini dilakukan melalui berbagai drill, baik yang bersifat mekanis,
bermakna maupun
dpraktekkan secara lisan.
63
Ibid. hal.127-128
komunikatif
yang
42
c) Latihan pecakapan. Latihan percakapan ini terutama mengambil topik tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa. Dalam kegiatan ini juga diajarkan berbagai macam ucapan selamat (tahiyat), ungkapan basa-basi dan lainlain. Tidak hanya aspek-aspek bahasa yang diajarkan tetapi juga aspek sosial budaya seperti sopan santun, gerak-gerik, bahasa tubuh dan perilaku dalam bercakap-cakap. Banyak teknik dan model latihan percakapan yang telah dikembangkan. Setiap pendekatan atau metode memberikan penekanan kepada teknik atau model tertentu. Diantara moel-model tersebut antara lain: tanya jawab, menghafalkan model dialog, percakapan terpimpin, dan percakapan bebas. d) Bercerita Bercerita
mungkin
salah
satu
kegiatan
yang
menyenangkan, tetapi bagi yang mendapatkan tugas bercerita seringkali merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa yang akan diceritakan. Oleh karena itu, guru hendaknya membantu siswa dalam menemukan topik cerita yang sesuai. e) Diskusi Ada beberapa model diskusi yang bisa diterapkan, seperti diskusi kelas dua kelompok berhadapan, diskusi kelompok, diskusi panel, dan lain-lain.
43
f) Wawancara Wawancara
juga
bisa
dijadikan
strategi
untuk
mengajarkan keterampilan berbicara. Wawancara bisa dilakukan dengan tamu, dengan teman sekelas, dan bisa juga dengan guru. g) Drama, berpidato dan lain-lain64.
3) Teknik mengajarkan al-qira>’ah Kemahiran
membaca
mengandung
dua
aspek
atau
pengertian. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi lambang bunyi, dan kedua, menangkap arti dari situasi yang dilambangkan dengan simbol-simbol tulisan dan bunyi tersebut. Inti dari kemahiran membaca adalah pada aspek atau pengertian kedua tersebut, yakni agar siswa dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab. Secara umum, ada beberapa jenis membaca, yaitu membaca keras, membaca dalam hati, membaca cepat, membaca kreatif dan membaca analitis. Masing-masing jenis membaca tersebut perlu dilatihkan kepada siswa secara bertahap dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Agar pengajarankemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi dengan sejumlah pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan
64
Ibid. hal.128-129
44
sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis membaca atau pengalamanbelajar yang ingin dilatihkan kepad siswa,65 a) Belajar mengetahui dan mengingat Siswa belajar mengetahui (al-ma’rifah) dan mengingat informasi yang berupa sejumlah fakta atau definisi tentang sesuatu dari teks yang dibacanya. Jenis pertanyaan yang bisa dipakai untuk membimbing siswa menemukan informasi tersebut adalah man, ma>, aina, mata dan lain-lainnya. Pertanyaan-pertanyaan tingkat pertama ini nampaknya sepele, tetapi cukup penting artinya sebagai landasan untuk berpikir lebih lanjut atau mengenal teks pada tingkat yang lebih tinggi. b) Belajar memahami Ini berarti siswa belajar memahami dan menguasai sesuatu dari teks berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan pada tingkat pertama. Jika seorang guru bertanya “apa yang dikatakan Nabi mengenai kebersihan?”, maka pertanyaan ini masih tergolong tingkat pengetahuan karena guru hanya meminta siswa untuk menyebutkan dan mengingat kembali perkataan Nabi (idalam teks) mengenai kebersihan. Namun, jika guru bertanya “apa yang dimaksudkan oleh Nabi dengan
65
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2006) hal.130
45
al-nadzafat min al-iman?”, maka pertanyaan ini sudah tergolong tingkat pemahaman Beberapa kata tanya untuk merangsang berkembangnya kemampuan memahami teks bacaan antara lain: limaz{a, ma al-
laz}i, isyrah, s}if, bayyin, qarrin, dan lain-lain. c) Belajar mengaplikasikan pengetahuan Siswa
tidak
hanya
cukup
bisa
menyebutkan,
menerangkan dan menafsirkan informasi, tetapi dituntut pula untuk
bisa
mengaplikasikan
atau
menerapkan
(tat{biq)
informasi pengetahuan tersebut. Menggunakan informasi yang diperoleh dari teks untuk memecahkan masalah juga termasuk dalam tingkat aplikasi ini. d) Belajar menganalisis Belajar menganalisis (al-tahlil) menuntut siswa secara kritis dan mendalam untuk menemukan sesuatu yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam teks bacaan. Menemukan ide pokok dalam paaragraf bisa digolongkan dalam belajar menganalisis. Dalam hai ini, siswa perlu dikenalkan dengan kata-kata penghubung yang bisa dijadikan acuan menemukan ide pokok, seperti liz}alik, li’anna, li’annahu, rag}}{ma anna, ma’a
anna, dan lain-lain.. e) Belajar mensintesis
46
Kegiatan sintesis (al-tarkib) adalah merangkum bagianbagian dalam teks untuk ditampilkan kembali dengan “baju baru” atau dalam sebuah kerangka yang sama sekali baru dan original. Hal ini memerlukan kreatifitas siswa, seperti membuat bagan,
denah,
skema,
grafik
dan
sejenisnya
yang
menggambarkan isi teks. Sebagai contoh, untuk sebuah teks yang mengutarakan secara rinci tetapi tidak sistematis tentang perbedaan pendapat di antara para ahli mengenai suatu masalah, guru meminta mereka untuk melakukan sintesa dengan membuat sebuah bagan yang menampilkan secara jelas kedua kubu yang berbeda pendapat, mencakup siapa pendukungnya, alasanalasannya, da a-data pendukungnya, dan lain-lain. f) Belajar mengevaluasi Pengalaman belajar keenam dalam menghadapi teks bacaan adalah melakukan evaluasi (taqwi>m). Dalam kegiatan ini, siswa dituntut untuk menilai kualitas atau manfaat dari teks yang dipelajari, baik menyangkut sistematika maupun gagasan yang dimuat dalam teks tersebut. Penilaian itu harus didasarkan pada kriteria-kriteria yang jelas, apakah ini menyangkut standar objektif atau pendapat subjektif pribadi. Hasil penilaian siswa mungkin akan berbeda-beda, baik karena pebedaan kriteria
47
yang dipakai atau perbedaan sudut pandang, tetapi perbedaan itu justru diharapkan. g) Belajar untuk mengenal pola kalimat Ada bahan bacaan yang disajikan dengan tujuan untuk memperkenalkan pola kalimat baru kepada siswa. Untuk itu harus dipersiapkan latihan guna memantapkan pola kalimat tersebut secara lisan maupun tulisan.dalam hubungan ini, bila dianggap perlu, siswa juga bisa dilatih untuk mengenal fungsifungsi gramatikal dari kata-kata dalam kalimat, misalnya untuk mengetahui mana fa’il, fi’il, maf’ul bih, mubtada’, khabar dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk membantu memahami teks, tetapi harus dibatasi seperlunya agar pelajaran qira>’ah tidak berubah menjadi pelajaran nahw.66 4) Teknik mengajarkan al-kita>bah Seperti halnya membaca, kemahiran menulis (kita>bah) mempunyai dua aspek yang berbeda, yaitu: pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan, kedua, kemahiran melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan berbahasa Arab. a) Kemahiran membentuk huruf Inti kemahiran menulis dalam pelajaran bahasa terletak dalam dua aspek di atas. Namun, dalam kenyataanya, banyak
66
Ibid. hal.130-134
48
orang yang dapat menulis Arab dengan baik tetapi tidak faham makna kalimat yang ditulisnya, apalagi melahirkan maksud dan pikirannya sendiri dengan bahasa Arab. Sebaliknya, tidak sedikit sarjana Bahasa Arab tulisannya kurang baik. b) Kemahiran mengungkapkan pikiran dengan tulisan Aspek ini merupakan inti dari kemahiran menulis. Latihan menulis ini pada prinsipnya diberikan setelah latihan menyimak, berbicara dan membaca. Hal ini tidak berarti bahwa latihan menulis hanya diberikan setelah siswa memiliki ketiga kemahiran tersebut di atas. Latihan menulis dapat diberikan pada jam yang sama dengan latihan kemahiran yang lain, tentunya dengan memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. c) Tahap-tahap latihan menulis (1) Mencontoh Kegiatan mencontoh sepintas lalu nampaknya tidak ada gunanya dan membuang waktu saja, tetapi sebenarnya aktivitas ini tidak semudah yang kita bayangkan. Tentu saja kegiatan mencontoh ini diberikan pada tahap-tahap permulaan dan juga untuk variasi pada tahap-tahap berikutnya.
49
(2) Reproduksi Reproduksi adalah menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara lisan. Dalam tahap kedua ini, siswa sudah mulai dilatih menulis tanpa ada model.
Model
lisan tetap ada dan harus model yang benar-benar baik. Jawaban-jawaban
yang
benar
atas
pertanyaan-
pertanyaan dalam pengajaran membaca, misalnya dapat dipakai sebagai latihan untuk maksud atau tujuan ini. Jawaban-jawaban
latihan pola kalimat yang biasanya
dikerjakan secara lisan dapat juga dipakai sebagai
latihan
menulis, dan ini akan menyangkut berbagai macam latihan seperti telah
dijelaskan dimuka.
(3) Imlak (mendikte) Imlak atau mendikte sangat banyak manfaatnya asal bahan yang diimlakkan dipilih dengan cermat. Disamping melatih ejaan, imlak juga melatih penggunaan pendengaran, bahkan pemahaman juga dilatihkan sekaligus. Ada dua macam imlak, yaitu: pertama, imlak yang dipersiapkan
sebelumnya,
artinya
siswa
diberitahu
sebelumnya tentang materi atau teks yang akan diimlakkan. Kedua, imlak yang tidak dipersiapkan sebelumnya, artinya siswa tidak diberitahu sebelumnya tentang materi atau teks yang akan diimlakkan.
50
(a) Rekombinasi dan transformasi Rekombinasi adalah latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri menjadi satu
kalimat yang panjang.
Sedangkan
transformasi adalah latihan mengubah bentuk kalimat tertentu menjadi bentuk kalimat yang lain, seperti kalimat positif menjadi kalimat negatif, kalimat berita menjadi kalimat tanya dan lain-lain. (b) Mengarang terpimpin Pada tahap rekombinasi dan transformasi, kalimat kalimat yang dilatihkan masih merupakan kalimat-kalimat yang lepas. Pada tahap mengarang terpimpin ini, siswa mulai dikenalkan dengan penulisan alinea, meskipun sifatnya masih terpimpin. (4) Mengarang bebas Tahap
ini
merupakan
tahap
melatih
siswa
mengutarakan pikirannya dan isi hatinya dengan memilih kata-kata dan pola kalimat secara bebas. Namun, guru hendaknya tetap memberikan bimbingan dan pengarahan. Tanpa bimbingan guru, siswa mungkin akan mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus ditulisnya. Ada baiknya kalau topik, unsur-unsur dan panjang karangan ditentukan oleh guru dengan mengikutsertakan siswa dalam
51
proses penentuannya. Harus diingat bahwa tidak semua orang dapat mengarang dengan mudah. Oleh karena itu, judul yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat kematangan anak.67 Beberapa hal berikut ini mungkin bisa dijadikan pedoman sesuai dengan tingkat kesukarannya; (a) Menulis definisi kata sehari-hari (b) Menuliskan kembali apa yang telah dipelajari dalam pelajaran membaca (c) Menceritakan suatu peristiwa (d) Mendeskripsikan satu benda atau suatu keadaan (e) Menulis surat (f) Menulis suatu topik tentang pengetahuan yang telah dikuasainya dari mata pelajaran lain (g) Menulis artikel yang menuntut daya pikir (h) Menulis cerpen yang menuntut daya hayal, dan lainlain. (5) Jenis-jenis karangan Berdasarkan jenisnya, karangan yang bisa dibagi menjadi: (a) Eksposisi sederhana (‘ard{ bas}it{)
67
Syamsuddin Asyrofi dkk, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pokja Akademik UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta, 2010.hal.135-138
52
Misalnya,
siswa
diminta
menulis
definisi
tentang kata-kata sehari-hari yang dilihat atau didengar oleh siswa, atau bisa juga berupa komentar singkat mengenai suatu keadaan atau peristiwa. (b) Narasi-cerita (qis{s{ah) Misalnya, siswa diminta untuk menulis berbagai macam kejadian dengan urutan yang tepat, seperti menceritakan sebuah kecelakaan yang baru dialaminya sendiri. Gambar mengenai kejadian secara kronologis bisa dipakai untuk membantu siswa. (c) Deskripsi/pemerian (was{f) Siswa dilatih untuk menggunakan kata-kata yang kongkrit, memilih rincian untuk mendukung sebuah kesan dengan menggunakan bahasa yang akurat, misalnya deskripsi tentang suatu daerah wisata, keadaan sekolah dan lain-lain. (d) Surah (risa>lah) Siswa diminta berlatih untuk menulis berbagai jenis surat seperti surat persahabatan, surat keluarga, surat resmi dan lain-lain. Penulisan surat ini juga mengandung unsur-unsur narasi dan deskripsi.
53
(e) Kreasi (ibtikari>) Jenis karangan ini akan baik dilatihkan kepada siswa tingkat lanjut, karena penulis dituntut untuk berpikir
dan
menulis
secara
logis,
mampu
mengutarakan atau mendukung suatu pendapat dengan argumentasi dan bukti-bukti yang cukup. (f) Imajinasi (h{ayali) Jenis karangan ini juga sebaiknya dilatihkan kepada siswa tingkat lanjut, karena menuntut daya imaginasi yang kuat. Faktor bakat nampakya cukup besar pengaruhnya. Contoh karangan jenis ini antara lain, cerpen.68
F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah library research (penelitian kepustakaan) yaitu jenis penelitian yang berusaha menghimpun data penelitian dari khazanah literatur dan menjadikan “dunia teks” sebagai objek utama analisis penelitiannya. 2. Sifat penelitian Sifat penelitian skripsi ini adalah deskriptif yaitu penguraian secara teratur seluruh konsep yang ada relevansinya dengan pembahasan.69
68 69
Ibid. hal.138-140 Anton Baker, Metode Filssfat, (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), hal. 10
54
3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini adalah pelelitian kepustakaan murni, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu mengkaji dan menelaah perbagai buku, tulisan, artikel, jurnal ataupun majalah yang mempunyai relevansi dengan tema pokok dalam pembahasan skripsi ini. Adapun sumber datanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Sumber data primer adalah sumber pokok yang sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah 1), LKS Bahasa Arab kelas VII Semester ganjil Penerbit Star Sholeh 2), LKS Bahasa Arab kelas VII Semester genap Penerbit Star Sholeh. b. Data Skunder Sumber sekunder adalah sumber informasi yang tidak secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada. Adapun yang dijadikan sumber sekunder adalah: 1) Buku Proses Belajar Mengajar Bahasa karya Fuad Abdul Hamied 2) Buku Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologis karya Dr. Mulyanto Sumardi 3) Buku Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab karya Drs.H. Syamsuddin Asyrofi, MM dan data-data yang diambil dari makalah, skripsi, buku-buku, kamus, jurnal, dan karya lain yang relevan dengan pembahasan tersebut.
55
4. Metode Analisis Data Metode Induktif Metode induktif adalah cara pembahasan dari suatu pengetahuan yang sifatnya khusus dan bertitik tolak pada pengetahuan yang khusus itu kita hendak menilai suatu kejadian yang umum, berangkat dari fakta fakta yag konkrit dan kemudian digeneralisasikan.70 Dengan metode induktif ini penulis bermaksud melakukan analisis terhadap kedua data primer yang diperoleh dengan konsep-konsep atau teori-teori khusus tentang gradasi yang ada sebagai landasan dalam pengambilan kesimpulan yang bersifat umum.
G. Sistematika Pembahasan Secara keseluruhan, skripsi ini terdiri dari empat bab yang tiap bab mempunyai spesifikasi sendiri. Bab pertama merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang umum bagi keseluruhan rancangan penulisan skripsi ini. Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua menguraikan karakteristik LKS yang terdiri dari Identitas LKS, latar belakang disusunnya, petunjuk pengajaran, isi LKS, dan teknik pembelajaran.
70
Sutrisno Hadi Metodologi Reserch II. (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), hal. 47
56
Bab ketiga merupakan inti dari skripsi ini berisi analisis Gradasi materi dalam LKS Bahasa Arab Semester ganjil dan LKS Bahasa Arab semester genap. Bab keempat adalah penutup terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
100
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada LKS Star Sholeh pelajaran Bahas Arab Kelas IIV semester ganjil dan genap yang dikarang oleh Fatchiyah Fitriyah, Rosidatul Hidayati, dan Huriyatul Cholisoh tentang gradasi materi di dalam buku tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: Penyusunan gradasi pembelajaran Bahasa Arab di dalam LKS Star Sholeh menerapkan tiga hal yaitu dasar gradasi, jenis gradasi, dan kriteria gradasi. Pengarang LKS Star Shaleh menatatingkatkan isi pembelajaran berdasarkan tujuan penguasaan empat kemampuan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. LKS ini dikatagorikan sebagai materi gradasi yang ditujukan untuk pembelajar pemula didalam bahasa Arab dengan ragam aktivitas yang beragam. Jenis gradasi yang digunakan adalah gradasi putar (cyclic gradation) dan berdasarkan katagori kebahasaan gradasi isi pembelajaran mengunakan gradasi fungsional-nosional (functional-notional gradation). Kriteria gradasi di dalam LKS Star Shaleh adalah dimulai dengan urutan materi menyimak dan berbicara, membaca serta menulis dengan mufradat dan tarkib sebagai penunjang pembelajaran keempat maha>ra>h tersebut. Materi dimulai dari hal yang terdekat dan sederhana yang memiliki
101
karakteristik dasar yang kemudian pada materi lanjutannya dikembangkan dan dijelaskan secara lebih komplek.
B. Saran 1. Dalam setiap babnya hendaknya pengarang mencantumkan indikator pembelajaran. Hal ini penting untuk menjadi tolok ukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan sehingga proses pembelajaran lebih terarah dan efektif. 2. Pengarang LKS, hendaknya melengkapi materi pembelajaran maha>rah istima’ dengan media audio dari teks yang disajikan dengan pengisi suara native speaker. Hal ini akan membantu siswa dalam mengenal dan mengidentifiasi bunyi-bunyi bahasa Arab dengan baik dan benar. 3. Mengingat bahwa kata-kata dalam bahasa Arab bersifat derivatif, maka penyajian mufradat jadi
C. Penutup
Alh{amdulillah, segala puji bagi Allah Ta’a>la yang senantiasa melimpahkan kekuatan, rahmat serta anugerahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan penuh kelegaan, penulis menghaturkan rasa syukur kepada-Nya karena hanya dengan pertolongan-Nya lah skripsi ini dapat terwujud.
102
Dengan penuh kesadaran, kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sebagai sebuah karya, yang tidak lain karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang peneliti miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan dari berbagai pihak guna menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk terus berkarya dalam bidak akademik dan memaksimalkan potensi yang telah dianugerahkan oeh Allah Yang Maha Kuasa. Besar harapan peneliti, agar apa yang telah peneliti usahakan ini tidak sia-sia dan dapat ernilai ibadah serta dapat memberikan banyak manfaat bagi peneliti dan juga berbagai pihak yang selalu berjuang untuk memajukan dunia pendidikan kita sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Amin.
103 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mun’im, Drs. H. M.A. Analisis kontrastif bahasa Arab & bahasa Indonesia, PT.Pustaka Al Husna Baru, Jakarta, 2004. Abdul Hamid dkk,.H.M M.A. Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press, Malang, 2008 Akrom Malibary L.A.S. dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam, Departeman RI, Jakarta, 1976 Asyrofi, Syamsuddin,.Drs. Metodologi Pengajaran Bahasa, Analisa Textbook Bahasa Arab, Sumbangsih, Yogyakarta, 1988 Budinuryanta yohanes, “Gradasi isi pembelajaran Bahasa”, Makalah, (Bentara Bahasa, 2004) Busyairi Madjidi, Drs. Metodologi pengajaran Bahasa Arab (penerapan audio lingual method dalam All in one system), sumbangsih offset, Yogyakarta, 1994. Drs. Nurhadi, M.Pd. Tata Bahasa Pendidikan, Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa, IKIP Semarang Press, Semarang, 1995 Dr. Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: sebuah tinjauan dari segi Metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1976 Effendi Ahmad Fuad, Metodologi pengajaran Bahasa Arab, Misykat, Malang, 2004. Fachrudin,.Dr.H.MA. Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Global pustaka utama, Yogyakarta, 2006 Firdaus,http://pirdauslpmp.wordpress.com/2011/04/19/lembar-kerja-siswa-lks-sebagaisumberbelajar/ akses 5 mei 2014 Fuad Abdul Hamied,. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK Imam bawani, Drs. Tata Bahasa Bahasa Arab tingkat pemula, Al-Ikhlas, Surabaya, 1987. Mahmud yunus, metodik khusus bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an), PT Hidakarya Agung, Jakarta, 1983. M. Thobroni, ”Gradasi materi dalam kitab al-nahwu al-wadih li al-madaris al-ibtidaiyyah karya ‘ali al-jarim dan mustofa amin dan al-‘imriti karya syaikh syarifuddin yahya al- imriti”,Skripsi,(yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009)
104 Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press. Radliyah Zaenuddin dkk, Dra. Hj. M.Ag. Metodologi & Strategi alternatif pembelajaran bahasa Arab, Pustaka Rihlah Group,Yogyakarta, 2005 Suja’i DR, M.Ag. inovasi pembelajaran Bahasa Arab (strategi dan metode pengembangan kompetensi ), Walisongo Press, Semarang, 2008. Suharsimi arikunto DR, prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek), Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Syamsuddin Asyrofi dkk, Drs. H. MM. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pokja Akademik UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta, 2010. Tarigan, Henry Guntur .Prof. Dr.dan Drs. Djago Tarigan . Telaah buku Teks Bahasa Indonesia, Angkasa, Bandung, 1986 Tayar yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Grafindo Persada, Jakarta, 1995. Yayat hidayat,http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasaarab/ akses 8 april 2009