GESEKAN BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA GLOBAL DALAM DUNIA KULINER INDONESIA
Globalisasi
sebenarnya
telah
menyerbu
hampir semua lapisan masyarakat di seluruh belahan dunia sejak abad 20 lalu. Gejala-gejala yang dimunculkan
dalam
globalisasi
memang
bisa
dikatakan hampir sama antara satu negara dengan negara yang lain dimana hubungan antar negara kini sudah tidak lagi ada batasnya (borderless). Dan yang terjadi kemudian adalah bahwa peradaban pasar tidak hanya mengubah gaya hidup lokal menjadi gaya hidup
global,
namun
turut
pula
mewarnai
perkembangan, ketahanan, serta nasib berbagai produk kebudayaan dan peradaban yang berlabel lokal. Era globalisasi sekarang ini, atau yang lebih sering disalah kaprahkan oleh sebagian besar masyarakat sebagai era Westernisasi karena produk-
produk kebudayaan yang masuk ke negara-negara berkembang dan juga ke negara-negara maju sebagian besar adalah produk-produk kebudayaan Barat. Sebut saja misalnya KFC, Mc Donalds, Dunkin’ Donuts, Hush Puppies, Mango, Guess, Mercedez Benz, Range Rover, Harley Davidson, musik rap, hip-hop, Starbucks, MTV, Premier League, hingga film-film Hollywood yang sekarang lebih banyak dikenal oleh generasi muda bangsa. Salah satu contoh yang sangat menarik untuk diperbincangkan terkait dengan adanya gesekan dan tumbukan antara budaya lokal dan budaya global adalah yang terjadi dalam dunia kuliner. Makanan dikenal sebagai salah satu produk kebudayaan yang berbentuk tangible. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa kuliner khas Indonesia termasuk salah satu kuliner yang sangat kaya akan variasi rasa maupun variasi jenis makanan dan minuman. Kekayaan kuliner nusantara begitu beragam dan telah diakui oleh dunia internasional sebagai salah satu kekayaan produk kebudayaan. 2
Dan
berikut
memberikan
beberapa
penulis
mencoba
contoh
terkait
untuk tentang
pengakuan dunia internasional terhadap kuliner khas Indonesia. Contoh yang pertama lebih menekankan pada bagaimana dunia kuliner internasional mampu mempengaruhi kuliner nusantara dan bahkan menjadi inspirasi
bagi
pengusaha
lokal
untuk
meraih
kesuksesan dari bisnis kuliner melalui franchise atau “mencuri” ide dari perusahaan kuliner kelas dunia. Kemudian contoh yang kedua akan menekankan pada hal yang sebaliknya yaitu tentang bagaimana kuliner nusantara pada akhirnya mampu menarik hati hotelhotel dan restoran-restoran premium untuk turut menyajikan hidangan tradisional di tengah hidangan Eropa,
Amerika,
Timur
Tengah,
India,
serta
hidangan-hidangan Asia lainnya. Persaingan antara J.Co dan Dunkin’ Donuts Dan yang akan dibahas lebih detail dalam makalah ini adalah mengenai produk lokal yang
3
mampu menjadi raja di negeri sendiri dan berkat kerja keras, telah berhasil menjadi kompetitor serius bagi gerai-gerai asing yang sudah lebih dahulu menguasai pasar Indonesia. Pertama, pada tahun 2005 Johny Andrean (seorang hairdresser yang cukup kondang di tanah air dan juga merupakan pemilik gerai roti Bread Talk) mendirikan brand donatnya sendiri yaitu J.Co. Pada awalnya Johny yang sering bepergian ke berbagai belahan dunia sangat tertarik dengan aneka rasa donat yang dia coba di berbagai negara yang pernah dia singgahi. Dan insting bisnisnya pun timbul melalui keinginan untuk membeli franchise salah satu produk donat legendaris asal Amerika. Namun berdasarkan pengamatannya, jika dia meneruskan usaha franchise tersebut, maka akan banyak kendala besar yang dihadapi diantaranya adalah pasokan bahan baku dan pengendalian kualitas bahan makanan yang diproduksi. Karena hal itu
pula,
akhirnya
dia
memutuskan
untuk
memproduksi sendiri donat buatannya dengan resep
4
yang diperoleh berdasarkan pengalaman yang dia dapatkan selama bepergian ke luar negeri. Persiapan J.Co membutuhkan waktu yang lama. Selama 3 tahun Johnny Andrean dan timnya mempelajari bisnis donat, mengeksplorasi resepnya, serta melakukan riset pasar dan sampling. Hingga pada 26 Juni 2005, J.Co mulai beroperasi pertama kali di Supermal Karawaci, Tangerang dan kemudian langsung
membuka
outlet
sebanyak-banyaknya.
Dalam waktu setahun, J.Co telah punya 16 buah gerai dengan 450-an orang karyawan untuk gerai saja. Dan jadilah J.Co yang kini telah berhasil merebut pangsa pasar Indonesia yang dulunya selalu Western minded. Johny berhasil menggarap gerai J.Co ini karena dia menerapkan konsep gerai premium dengan tatanan interior yang serba modern dan menawarkan konsep ‘dapur terbuka’ atau ‘open kitchen’. Konsep dapur terbuka ini sendiri merupakan
5