GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR “PEREMPOEAN BERGERAK” DI MEDAN 1919 JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH:
LIZA TANURA NIM. 309 321 023
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui latar belakang penerbitan surat kabar “Perempuan Bergerak” di kota Medan tahun 1919; (2) Untuk memahami konsep gerakan perempuan menurut surat kabar Perempuan Bergerak di kota Medan tahun 1919; (3) Untuk menganalisis bagaimana pencitraan perempuan dalam profil pemberitaan surat kabar Perempuan Bergerak tahun 1919. Penelitian ini menggunakan metode Library Research atau Study Pustaka yaitu suatu metode penelitian dengan cara menelusuri buku-buku, arsip, dokumen-dokumen, jurnal, artikel ilmiah, catatan maupun foto-foto atau gambar-gambar yang relevan atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode studi pustaka digunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan informasi dan data yang relevan dari berbagai buku, arsip serta literatur yang berkenaan dengan gerakan perempuan di kota Medan melalui surat kabar “Perempuan Bergerak” tahun 1919. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Surat kabar Perempoean Bergerak terbit di kota Medan pada tahun 1919 sebagai upaya bagi kaum perempuan pada masa itu untuk melakukan pergerakan mengangkat harkat dan martabat perempuan; (2) Konsep gerakan perempuan dalam surat kabar Perempuan Bergerak tidak hanya berpusat untuk menyokong gerakan emansipasi perempuan terutama dalam hal pendidikan formal dan posisi perempuan dalam kehidupan sosial sehari-hari; (3) Konsep pemberitaan surat kabar Perempoean Bergerak adalah konsep pemberitaan berkelanjutan dan pencitraan berita perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak pada umumnya tidak bersifat negatif atau memarginalkan perempuan melalui produksi wacananya. Hal ini dikarenakan surat kabar Perempoean Bergerak merupakan media atau alat gerakan perempuan melalui produksi wacananya untuk menggerakkan hati dan kemauan perempuan agar dapat menikmati sejumlah perubahan dan kemajuan zaman pada masa itu.
Kata Kunci : Surat Kabar “Perempoean Bergerak” dan Gerakan Perempuan
LATAR BELAKANG Selama dalam masa perang atau pergerakan mempertahankan kemerdekaan, surat kabar adalah salah satu media massa yang mampu memberikan kontribusi atau peranan yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya kota Medan. Peranannya
sangat terlihat jelas dalam penyebaran berita tentang perjuangan yang dapat membangkitkan semangat dan rasa nasionalisme rakyat. Adam (2003 : 212) memaparkan mengenai perkembangan pers di Sumatera Utara yaitu : di Sumatera perkembangan pers hanya berkembang di beberapa kota atau kota besar di wilayah pemerintahan Pantai Barat dan Aceh, serta Pantai Timur Keresidenan Tapanuli dan Palembang. Pertumbuhan pers di daerah-daerah ini sangat tergantung pada denyut ekonomi kota untuk mendukung sirkulasi surat kabar dan berkala di kalangan pedagang dan penduduk setempat. Hingga menjelang paruh kedua abad ke-19 terdapat beberapa kota-kota utama penerbitan surat kabar yaitu Padang, Medan, Sibolga dan Kuta Raja atau yang sekarang dikenal dengan Banda Aceh. Seperti yang dipaparkan oleh Said (1976 : 33 - 45) diketahui bahwa di Kota Medan pada tanggal 18 Maret 1885 telah terbit untuk pertama kalinya surat kabar pertama milik Belanda dengan berbahasa Belanda. Surat kabar ini bernama “Deli Courant” yang diterbitkan oleh Jacques Deen (Wakil Redaktur). Surat kabar ini terbit 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu dan Sabtu dengan jumlah oplah 150 lembar. Hampir selama 10 tahun peranan “Deli Courant” yang hampir sebagian besar beritanya hanya berisikan mengenai kepentingan majikan perkebunan. Hal ini menyebabkan banyak golongan dari orang-orang Belanda untuk menerbitkan sebuah surat kabar lain di kota Medan yang dikenal dengan “De Oostkust” pada 30 November 1895. Masa keemasan “De Oostkust” tidaklah sepanjang masa keemasan “Deli Courant” hanya mampu bertahan beberapa tahun
saja yang kemudian digantikan oleh “Pertja Timor” sebagai koran berbahasa Indonesia pertama yang terbit di kota Medan pada tahun 1902. Sejalan dengan banyaknya surat kabar yang terbit di Sumatra Utara, bermunculan pula surat kabar yang dirintis oleh beberapa kaum perempuan di kota Medan. Surat kabar ini terbit untuk pertama kalinya di kota Medan pada 15 Mei tahun 1919 dengan nama “Perempoean Bergerak”. Terbitnya surat kabar Perempuan Bergerak merupakan suatu upaya untuk menyokong pergerakan perempuan di kota Medan. Selain itu, keberadaan surat kabar Perempoean Bergerak juga berperan sebagai pendamping perjuangan para kaum lelaki di kota Medan. Pada mulanya surat kabar ini disebut sebagai majalah khususs wanita yang disponsori dan sekaligus menjadi pemimpin redaksi yaitu oleh Parada Harahap. Namun hal itu hanya pada satu nomor/edisi saja, kemudian Parada Harahap menyerahkan kepemimpinan redaksinya kepada Siti Rohana (Rohana Kudus) dan yang bernama Setiaman Parada Harahap. Terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak merupakan kerja sama yang baik antara Parada Harahap dengan seorang guru yang bernama Tengku A. Sabariah yang kemudian menjabat sebagai ketua direksi/sdirektris. Kemudian redaktris oleh Butet Satidjah dan pembantu redaktris yaitu A. S Hamidah, Chairil Bariah Indra Boengsoe Pangkalan Berandan, dan Siti Zahara yang merupakan guru Matang Gelumpang Dua. Tujuan utama terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak adalah untuk mengangkat derajat kaum perempuan agar dapat berperan aktif dan menikmati kemajuan zaman pada masa itu. Hal ini dikarenakan sudah selayaknya dan
sepatutnya kaum perempuan di tanah Deli (kota Medan) menikmati perubahan zaman yang disebut dengan kemajuan. Selain itu keberadaan surat kabar Perempoean Bergerak merupakan upaya untuk memperjuangkan kemajuan tanah air dan membantu pergerakan para kaum laki-laki. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Heuristik, dengan cara ini peneliti berusaha mencari sumber, mengumpulkan data, menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas tentang objek sejarah yang akan diteliti, berdasarkan interpretasi dari sumber - sumber yang diperoleh dan dikumpulkan. Lebih lanjut Heuristik merupakan kegiatan berupa mengumpulkan jejak-jejak masa lampau, yakni peninggalan sejarah atau sumber apa saja yang dapat dijadikan dalam studi sejarah. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Study Pustaka (Library Research). Metode Study Pustaka merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku, arsip, dokumen-dokumen, jurnal, artikel ilmiah, catatan maupun foto-foto atau gambar-gambar yang relevan atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode studi pustaka digunakan untuk menelusuri dan mengumpulkan informasi dan data yang relevan dari berbagai buku, arsip serta literatur yang berkenaan dengan gerakan perempuan di kota Medan melalui surat kabar “Perempoean Bergerak” tahun 1919. Selain itu untuk mengetahui konsep pemberitaan dan pencitraan perempuan dalam wacana surat kabar Perempoean Bergerak digunakan metode analisis wacana berdasarkan beberapa para ahli terutama mengenai masalah feminisme.
Analisis wacana yang digunakan adalah analisis wacana menurut Sara Mills, Teun van Djik, Theo van Leeuwen serta analisi wacana Framing.
HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Penerbitan Surat Kabar “Perempoean Bergerak” Tahun 1919 Surat kabar Perempoean Bergerak adalah surat kabar perempuan pertama yang terbit di kota Medan pada 15 Mei tahun 1919. Pada awal penerbitannya surat kabar ini disebut sebagai majalah khususs wanita yang disponsori dan sekaligus dipimpin suatu redaksi yaitu oleh Parada Harahap. Namun hal itu hanya pada satu nomor/edisi saja, kemudian Parada Harahap menyerahkan kepemimpinan redaksinya kepada Siti Rohana (Roehana Koeddoes) dan Setiaman Parada Harahap yang merupakan istri dari Parada Harahap. Seperti yang tertera pada bagian pembuka atas surat kabar Perempoean Bergerak
yaitu
“Diterbitkan
oentoek
penyokong
pergerakan
kaoem
perempoean, sekali seboelan (boeat sementara) oleh pergerakan perempuan di Medan Deli”, maka tujuan dari diterbitkannya surat kabar Perempoean Bergerak adalah sebagai media atau alat pergerakan kaum perempuan pada masa itu sekitar tahun 1919 di kota Medan. Pergerakan perempuan yang dimaksudkan adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan zaman terutama dalam kemajuan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya.
Pergerakan ini mereka (kaum perempuan) sebut dengan gerakan Feminisme. Namun berbeda dengan gerakan feminisme pada umumnya, gerakan feminisme yang kaum perempuan pada masa itu tidaklah bersifat radikalisme, melainkan dengan jalan yang baik dan bersih. Seperti apa yang tertulis dalam surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama tanggal 15 Mei 1919 yang berbunyi : “Feminisme kita ini hendaklah kita toedjoekan menoeroet djalan nan elok dan bersih soepaja pergerakan kita ini tiada terhambat-hambat; adat dan agama nan elok itoe djangan kita lampawi. Pada saudara-saudara laki-laki saja poehoenkan soepaja toean fikirkan bahasa toean-toean moelai dipandang bangsa Hollander sebagai “Indisch broeder”djadi saja harap toean-toean djang feminisme kami soepaja kami perempoean-perempoean poen akan dipandang oleh Hollander dari Hollandsche vrouw sebagai Indiche zuster. ”
Selain pergerakan yang bersifat feminisme, gerakan perempuan pada masa itu melalui surat kabar Perempoean Bergerak juga berusaha mendukung dan membantu pergerakan kaum laki-laki. Dengan kata lain pergerakan kaum perempuan pada masa itu berdiri di samping pergerakan kaum laki-laki. Hal ini juga tertulis dalam surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama tanggal 15 Mei 1919 yang berbunyi sebagai berikut : “Lachirnja Perempoean Bergerak (PB) tidak bermaksud djahat, tapi sebaliknja akan menjokong kemadjoean fihak perempoean jang bersetoedjoe dengan kemaoean sekarang, dan kalau bisa akan membantoe pergerakan saudara-saudara lelaki djoega. Pendeknja kemadjoean fihak perempoean akan berdiri disisinja pergerakan fihak saudara-saudara lekali bangsa kit, karena bagaimana pembatja tahoe boekan sadja fihak lelaki jang mengingini akan kemadjoean tanah ajer kita Hindia, tapi djoega fihak perempoean ada mempoenyai keinginan akan kemadjoean tanah Hindia; jang mana maksoed itoe bisa disampaikan sadja djikalau lelaki dan perempoean soedah sama berada dalam tjatoer padang pergerakan kemadjoean.”
Namun satu hal yang paling mendasar yang melatarbelakangi terbitnya surat kabar Perempoean Bergerak adalah telah adanya pergerakan kaum perempuan di luar kota Medan seperti di Jawa dan Sumatera Barat. Pergerakanpergerakan ini juga dilakukan melalui surat kabar seperti di Sumatera Barat (Padang) melalui surat kabar Soenting Melajoe dan Soeara Perempoean di Pariaman. Tidak hanya gerakan perempuan di Sumatera Barat yang tetapi pada tahun yang sama yaitu tahun 1919 kaum perempuan Sumatera Timur Aceh dan Tapanuli juga mengikuti jejak pergerakan saudara-saudara perempuan di Sumatera Barat dan Jawa yang telah terlebih dahulu melakukan gerakan. Hal serupa juga pada tahun 1919 diikuti oleh kaum perempuan yang ada di kota Medan. Seperti yang tertera dalam tulisan surat kabar Perempoean Bergerak edisi pertama dipaparkan bahwa : “Tahoen 1919 iallah poela satoe tahoen jang ta’ diloepakan oleh saudara-saudara perempoean sebelah Sumatra Timoer Atjeh en Tapanoeli karena tahoen 1919 inillah pertama kali saudara-saudara iteo mau ikoet djedjaknja saudara-saudara perempoean sebelah Sumatra Barat dan Java jang pada masa ini sedang berada dalam tjatoer gerakan mengangkat deradjat saudara-saudara bangsa kita pihak perempoean.” B. Konsep Pemberitaan Perempuan Dalam Surat Kabar Perempoean Bergerak. Berdasarkan profil atau isi surat kabar “Perempoean Bergerak” diketahui bahwa hampir sebagian besar artikel atau tulisan-tulisan yang terdapat didalamnya membahas serta memaparkan berita mengenai perempuan beserta gerakan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memajukan keadaan kaum perempuan pada masa itu. Namun tidak hanya menampilkan pemberitaan perempuan dalam hal kemajuan perempuan, surat kabar Perempoean Bergerak
juga menampilkan berita mengenai sekolah, ilmu pengetahuan, ekonomi, penentangan terhadap Kolonialisme dan lain sebagainya. Sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah berbentuk artikel yang secara keseluruhan berkelanjutan. Sehingga secara umum dapat dikatakan konsep pemberitaan perempuan dalam surat kabar Perempoean Bergerak adalah konsep yang bersifat berkelanjutan
(berkala)
dan
bukan
sebaliknya
bersifat
fragmentaris.
Pemberitaan yang fragmentaris dapat dikatakan pemberitaan yang sifatnya tidak berkelanjutan. Berita yang ditampilkan terpotong-potong dan tidak sepenuhnya. Hal ini menyebabkan pembaca kehilangan berita dan tidak dapat mengikuti tingkat-tingkat kejadian atau peristiwa-peristiwa yang diberitakan. Konsep pemberitaan ini tidak terdapat dalam surat kabar Perempoean Bergerak karena walaupun surat kabar Perempoean Bergerak yang ada saat ini edisinya tidak lengkap, namun dari sejumlah artikel yang ada dapat dilihat berita yang ditampilkan saling berkelanjutan dan tidak terpotong-potong. Mengenai hal ini dapat dilihat dalam surat kabar Perempoean Bergerak dalam pemberitaan berbentuk artikel dengan judul “Soeara Pihak Perempoean Tionghoa” yang ditulis secara berkelanjutan mulai dari edisi 16 Oktober 1919, 16 November 1919 dan edisi 16 Desember 1919 yang tidak diketahui penulisnya dan kemungkinan jika dilihat dari cara penulisannya maka penulisnya adalah perempuan dari golongan Tionghoa. Bentuk artikelnya antara lain :
Edisi 16 Oktober 1919 isinya adalah sebagai berikut : “Sekean lamanja kebangsaan Tionghoa telah didirikan tetapi sekean lamanja djoega kita tinggal dalam keadaan jang terlaloe miring, itoelah saja nanti oetarakan. Doenia semangkin lama djadi semangkin baroe dan semangkin toea djadi semangkin madjoe dengan segala kepintaran dan kepandean. Ditilik dari sitoe djadi ternjata bahwa negeri atau bangsa jang madjoe, tegoeh dan sempoerna adalah dari raajatnya poenja kemadjoean, ketegoehan dan kesempoernaan poenja keadaan jang mendjadi pokok”. Edisi 16 November 1919 isinya adalah sebagai berikut : “Kita poenja kebangsaan djadi miring sebab orang-orang jang djadi orang toea tidak begitoe giat dalam oeroesan peladjaran bagi anakanaknja teroetama anak-anaknja perempoean. Sebab itoe kebanjakan kita poenja bangsa idoep dalam doenia jang gelap dari peladjaran. Orang jang idoep dalam gelap bagaimana bisa melakoekan kewadjiban dengan betoel? Tentoe tida bisa boekan? “Sekarang doenia soedah berobah banjak dari pada keadaan doeloe kala, maka kita orang poen tidak boleh tinggal dian sadja dalam itoe keadaan jang soedah terlaloe koeno. Kita moesti madjoe boeat ikoetin gerakannja doenia seopaja kita tidak kena terindjek dibawah kakinja laen orang jang lagi berlomba”. “Dalam hal ini kita tidak bisa ambil laen djalan dari pada pake peladjaran boeat didjadikan fondamentnja. Dari itoe ini oeroesan moesti tidak boleh tidak dijakinkan agar djadi bertambah madjoe dan tidak kala lama laen orang”. Edisi 16 Desember 1919 isinya adalah sebagai berikut : “Tetapi adanja orang Tionghoa ada berat sekali sama kekoenoean. Ia tida bisa lakoekan sama rata antara anak lelaki dan anak perempuannja. Dalam oeroesan peladjaran satoe hal jang paling berpenting poen dilakoekan dengan sangat berbeda. Satoe anak perempoean baroe boleh masoek dalam sekolah sesoedah ia beroesia 7 atau 8 tahoen, tetapi ia soedah moesti ditarik ataw diberhentikan peladjarannja kalau ia soedah makan oemoer 12 ataw 14 tahoen, djadi ia tjoema dapat tempo boeat beladjar paling lama 5 ataw 7 tahoen. Sesoedah anak perempoean itoe ditarik dari sekolahan oleh orang toeanja jang koerang pikir ataw sebab ia sendiri djoega tida terpeladjar, seodah lantas moesti diringkoes dalam
tentara dapoer dan tida diidzinkan keloear dari pintoenja ataw bergaoelan dengan sesamanja”. “Kalau sekarang orang Tionghoa maoe djadi madjoe, maoe dipandang sebagai bangsa jang deradjatnja tida dibawah lain orang ataw dengan pendek maoe terindah, ia moesti sekali kasi toendjoek bahoea ia poenja diri ada poenja itoe harga boeat diindahkan; ia moesti oesahakan peladjarannja dan adat pekerti jang sopan dan santoen. Ia moesti ada poenja pengartian dan kepandaian jang bergoena boeat membawa idoepnja. Dan itoe semoea moesti dibikin sempoerna bagi ia poenja anak-anak, baik lelaki baikpoen perempoean, boekan tjoema boeat anak-anak laki sadja”. “Tetapi kalau ditilik keadaan sekarang, boekan begitoe adanja. Orang tjoema pikir bagi fihak lelaki sadja, sedang fihak perempoean maoe dikoerang sebage orang piara babi. Ia diasingkan dari segala pergaoelan doenia sama sekali dibikin gelap bagi ia orang. Saja tidak bisa abis pikir itoe apa artinja. Apakah itoe boekan maksoednja seperti anggepannja orang lain bangsa orang Tionghoa masi masi setengah manoesia poenja keadaan? “. “Kemadjoean jang sedjati baroe bisa berboekti kalau lelaki dan perempoeannja ada sama deradjatnja. Kehormatan moesti ada pada dirinja mereka berdoea rata-rata”.
C. Pencitraan Perempuan Dalam Surat Kabar Perempoean Bergerak 1919 Untuk
mengetahui
pencitraan
perempuan
dalam
surat
kabar
Perempoean Bergerak maka akan digunakan teori Analisis Wacana dan Analisis Framing. Hal ini dikarenakan pencitraan perempuan hadir melalui wacana dalam surat kabar Perempoean bergerak. Kedua teori ini digunakan untuk mengetahui pencitraan perempuan melalui wacana yang ditampilkan dalam berbagai tulisan pada surat kabar Perempoean Bergerak. Setidaknya ada tiga tokoh yang memberikan dasar teori mengenai analisis wacana feminis yang merupakan bagian dari analisi wacana kritis. Pertama adalah Sara Mills dengan titik perhatiannya yang disebut dengan teori perspektif feminis (Eriyanto, 2001 : 199), yaitu menunjukkan
bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Kedua adalah Teun A. van Djik dengan titik perhatiannya adalah mengenai proses produksi teks yang dikenal dengan kognisi sosial yang menurut Eriyanto (2001 : 222)
yaitu
bagaimana proses teks diproduksi oleh wartawan/media dan bagaimana nilainilai masyarakat yang patriarkal yang diserap oleh kognisi wartawan/media dan akhirnya digunakan dalam membuat teks berita. Terakhir adalah Theo van Leeuwen yang menurut Darma (2009 : 85) umum menampilkan bagaimana pihak-pihak dan aktor (bisa individu atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Secara umum analisis van Leeuwen ingin menampilkan bagaimana pihak-pihak atau aktor ditampilkan dalam pemberitaan. Salah satunya adalah mengenai posisi perempuan dalam berita. Selain ketiga tokoh di atas, ada pula yang diebut dengan Analisi Framing yaitu suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai dalam berita. Pembingkaian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media memahami dan memaknai realitas dan dengan cara apa realitas itu ditiadakan hal inilah yang menjadi pusat perhatian dari analisis framing. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis framing adalah suatu analisis atau pendekatan yang berkaitan dengan bagaimana melihat suatu realitas/peristiwa yang dibingkai dan dikonstruksi kemudian disajikan kepada khalayak melalui media. Berdasarkan beberapa teori yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan kesemua teori yang ditampilkan bertujuan untuk melihat bagaimana posisi perempuan ditampilkan dalam suatu pemberitaan media yang dalam hal ini
adalah surat kabar Perempoean Bergerak. Jika dilihat berdasarkan profil surat kabar Perempoean Bergerak dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah mengenai pemberitaan perempuan baik dalam hal gerakan emansipasi, feminisme, ilmu pengetahuan, cara mengurus anak dan rumah tangga dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut diketahui tidak terdapat pencitraan negatif atau memarginalkan posisi perempuan yang dituliskan oleh perempuan maupun laki-laki dalam surat kabar Perempoean Bergerak. Hal ini dikarenakan hampir keseluruhan pemberitaan yang ditampilkan dalam bentuk artikel pada surat kabar Perempoean Bergerak terfokus kepada gerakan perempuan atau emansipasi yang menjadikan surat kabar Perempoean Bergerak sebagai media pergerakan para kaum perempuan pada masa itu. Pencitraan perempuan yang ditampilkan dalam surat kabar Perempoean Bergerak dipaparkan sebagaimana mestinya atau sesuai proporsinya tidak dikurang-kurangi dan tidak pula ditambah-tambahi. Apa yang ditampilkan mengenai perempuan sesuai dengan kejadian yang terjadi atau sesuai dengan fakta yang terjadi pada masa itu. Tidak dijumpai satu beritapun dalam surat kabar
Perempoean
Bergerak
yang
memarginalkan
perempuan
dalam
pemberitaannya. Selain itu kehadiran surat kabar ini merupakan suatu langkah awal pergerakan perempuan untuk dapat menikmati sejumlah kemajuan yang hadir pada masa itu meliputi kemajuan dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi juga politik. isi artikel-artikel yang terdapat dalam surat kabar Perempoean
Bergerak berupaya membuka wawasan kaum perempuan di kota Medan untuk segera melakukan gebrakan yang dalam hal ini gerakan yang dampaknya menyebabkan perempuan dapat menikmati sejumlah kemajuan seperti misalnya menuntut ilmu dan bersekolah seperti halnya kaum laki-laki. Oleh karena tujuan penerbitan surat kabar ini menitikberatkan kepada gerakan perempuan sehingga sebagaian wacana yang ditampilkan adalah wacana mengenai gerakan perempuan. Hal ini pula yang menyebabkan tidak adanya satu wacana dalam surat
kabar
ini
yang
menampilkan
perempuan
dalam
posisi
yang
termarginalkan. KESIMPULAN 1. Latar belakang terbitnya surat kabar “Perempoean Bergerak” pada tanggal 15 Mei 1919 adalah sebagai media pergerakan kaum perempuan di kota Medan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama terbitnya surat kabar ini yaitu seperti yang tertera pada bagian pembuka atas surat kabar Perempoean Bergerak yaitu “Diterbitkan oentoek penyokong pergerakan kaoem perempoean, sekali seboelan (boeat sementara) oleh pergerakan perempuan di Medan Deli”, maka tujuan dari diterbitkannya surat kabar Perempoean Bergerak adalah sebagai media atau alat pergerakan kaum perempuan pada masa itu sekitar tahun 1919 di kota Medan. Pergerakan perempuan yang dimaksudkan adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan dan perubahan zaman terutama dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya.
2. Konsep gerakan perempuan dalam surat kabar “Perempoean Bergerak” adalah suatu bentuk upaya kaum perempuan pada masa itu untuk dapat menikmati kemajuan dan perubahan zaman terutama dalam bidang pendidikan, sosial dan politik seperti apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki sebelumnya. Pergerakan ini mereka (kaum perempuan) sebut dengan gerakan Feminisme. Pergerakan yang dilakukan oleh perempuan melalui surat kabar pada masa itu bukanlah suatu pergerakan feminisme radikal yang bersifat keras (radikal) melainkan suatu pergerakan yang selain tujuan utamanya bersifat emansipasi juga berupaya membantu pergerakan kaum laki-laki dalam memperjuangkan kota Medan dari kolonialisme bangsa Belanda. Kedua-duanya dilakukan secara bersama-sama. Tidak hanya berisi mengenai emansipasi dan pergerakan yang bersifat nasionalisme menentang penjajahan Belanda di Kota Medan, surat kabar Perempoean Bergerak juga banyak berisi tulisan-tulisan untuk perempuan dalam mengurus rumah tangga, mengurus dan mendidik anak juga mengurus suami. Selain itu juga terdapat suatu tulisan dalam surat kabar yang membahas mengenai kedudukan seorang perempuan dalam rumah tangga. 3. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan teori analisis wacana dan analisis framing untuk mengetahui mengenai pencitraan perempuan dalam surat kabar “Perempoean Bergerak” maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tidak ditemukan adanya wacana dalam surat kabar “Perempoean Bergerak” yang mengindikasikan memarginalkan perempuan melalui pemberitaannya. Hal ini sesuai berdasarkan profil surat kabar Perempoean Bergerak dapat diketahui bahwa sebagian besar pemberitaan yang ditampilkan adalah mengenai
pemberitaan perempuan baik dalam hal gerakan emansipasi, feminisme, ilmu pengetahuan, cara mengurus anak dan rumah tangga dan lain sebagainya. Pencitraan perempuan yang ditampilkan dalam surat kabar Perempoean Bergerak dipaparkan sebagaimana mestinya atau sesuai proporsinya tidak dikurang-kurangi dan tidak pula ditambah-tambahi. Apa yang ditampilkan mengenai perempuan sesuai dengan kejadian yang terjadi atau sesuai dengan fakta yang terjadi pada masa itu. Tidak dijumpai satu beritapun dalam surat kabar
Perempoean
Bergerak
yang
memarginalkan
perempuan
dalam
pemberitaannya.
DAFTAR PUSTAKA Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta : Hasta Mitra Darma, Aliah Yose. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya Bandung. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta. Said, Moh. 1976. Sejarah Pers Sumatera Utara Dengan Masyarakat Yang Dicerminkannya (1985-1942). Medan : Percetakan Waspada. Surat Kabar “Perempoean Bergerak” Edisi 15 Mei, 16 Juli, 16 Oktober, 16 November dan 16 Desember tahun 1919 terbit di kota Medan, Sumatera Utara.