GERAKAN KOIN PACCE SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KARAKTER PEDULI BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SD PERTIWI MAKASSAR HASLIAH MADONG, S.Pd. SD PERTIWI MAKASSAR MAKASSAR
ABSTRAK Penulisan ini dilatarbelakangi oleh fakta yang menunjukkan bahwa nilainilai pacce sebagai sebuah kearifal lokal yang mengkristalkan nilai merasakan keperihan hidup orang lain masih lemah termasuk di SD Pertiwi. Belum ada kesadaran nurani siswa turut merasakan dan membantu teman dan waga sekolah yang terkena musibah, sakit, kedukaan, dan sebagainya. Siswa belum terbiasa memberi santunan kepada anak yatim dan fakir miskin melalui panti asuhan maupun lembaga lainnya, Siswa belum terbiasa membantu dengan kesadaran nurani kepada para korban bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. Budaya saling membantu antar warga sekolah dalam masalah sosial belum membudaya. Penulisan ini bertujuan mendeskripsikan beberapa hal sebagai berikut (1) Hasil penerapan gerakan koin pacce terhadap upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar (2) Dampak penerapan gerakan koin pacce terahdap upaya mengembangkan nilainilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. (3) Respon siswa dan warga sekolah lainnya terhadap penerapan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar, dan (4) Respon masyarakat terhadap penerapan gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. Gerakankoin pacce terhadap upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar telah diterapkan sejak tahun 2014/2015. Hasil penerapan menunjukkan (1) Gerakan koin pacce dapat mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. (2) Gerakan koin pacce berdampak pada implementasi nilai-nilai peduli seperti membesuk seluruh siswa yang sakit, menyantuni panti asuhan, sumbangan kebakaran, sumbangan duka cita siswa, dan pembelian/ pemotongan hewan qurban oleh siswa di sekolah. (3) Respon siswa dan warga sekolah sangat positif terhadap gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. (4) Respon masyarakat sangat positif terhadap gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar.
Kata kunci: Gerakan koin pacce, nilai-nilai karakter peduli, dan kearifan lokal
1
I PENDUHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan esensi pendidikan. Hal ini secara tegas diamanatkan dalam bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pembangunan karakter bangsa.
Masalah karakter bangsa perlu mendapat
perhatian yang serius oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, sekolah, dan keluarga, karena gejala imoralitas di masyarakat semakin serius. Kondisi ini diperparah oleh derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi.
Arus globalisasi yang sangat deras dalam berbagai aspek membawa
perkembangan dunia terus melaju ke arah peradaban multi budaya. Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tercermin dari kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi
di kalangan remaja,
kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaataan berlalu lintas. Hal
ini
menunjukkan
bukti
betapa
karakter
bangsa
masih
memerlukan
penanganan yang serius. Masyarakat Indonesia yang dikenal terbiasa santun dalam berperilaku, melaksanakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung berubah menjadi hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Kesemua itu menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian
jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada
disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa,
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
2
bernegara,
memudarnya
kesadaran
terhadap
nilai-nilai
budaya
bangsa,
ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa. Selain itu, dalam kehidupan yang terbuka secara global ini tentu ada yang positif bagi pergerakan arus informasi dan pengetahuan. Hal ini disebabkan karena terjadi di belahan bumi yang jauh, dengan cepat dapat diketahui oleh siapapun juga di segala tempat. Komdisi ini juga membawa arus budaya global yang dapat menggerus atau melemahkan budaya yang dimiliki sebagai nilai-nilai panduan bagi kehidupan suatu bangsa atau masyarakat. Kondisi semacam ini menuntut adanya penguatan terhadap budaya sendiri, agar supaya nilai-nilai, keyakinan,
atau
adat istiadat yang
merupakan produk
kesejarahan dan
kebudayaan dari suatu masyarakat tidak hancur karena pengaruh budaya global. Berdasarkan uraian di atas, maka pembentukan karakter bangsa sudah saatnya kembali pada nilai-nilai kearifan lokal. Pengembangan karakter kearifan lokal merupakan kebutuhan yang
mendesak
dalam mewujudkan tatanan
masyarakat yang demokratis dan sekaligus untuk menghadapi arus globalisasi yang membawa nilai-nilai global yang menggerus dan melemahkan budaya bangsa.
Untuk
membangun
kemajuan
dan
kemandirian
bangsa,
keanekaragaman budaya lokal (daerah) harus dijadikan modal dasar bagi pembentukan karakter bangsa. Setiap daerah memiliki nilai-nilai budaya luhur yang menjunjung keluhuran kodrat manusia yang berlaku secara universal dan dapat digunakan sebagai dasar bagi pembentukan karakter bangsa. Tugas utama pendidikan adalah pembentukan karakter, di samping pemeliharaan kepribadian dan pengembangan pengetahuan keahlian bagi kehidupan anak di waktu sekarang dan akan datang yang membahagiakan. Pendidikan karakter harus sudah dilakukan sejak usia anak-anak. II MASALAH Salah satu nilai karakter yang sangat penting ditumbuhkan sedini mungkin adalah peduli sosial. Peduli sosial adalah keinginan untuk selalu membantu orang lain. Kepedulian terhadap orang lain sudah mulai tergeser.
Karakter peduli
terutama di kota besar tergerus oleh individualisme, elitisme, dan kemapanan serta keserakahan. Kondisi seperti ini melahirkan manusia yang enggan berbagi, 3
yang pada akhirnya akan berujung pada mental serakah yang korup. Oleh karena itu, karakter peduli perlu ditanamkan sedini mungkin termasuk di sekolah. Sekolah merupakan sasaran penumbuhan nilai-nilai karakter termasuk peduli. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa sekolah merupakan wahana pembinaan dan pengembangan
karakter
yang
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
pedekatan seperti integrasi nilai dalam pembelajaran, pengembangan budaya satuan pendidikan, pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta pembiasaan
perilaku
dalam
kehidupan di
lingkungan satuan pendidikan.
Pembangunan karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan sedini mungkin termasuk di sekolah dasar. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis telah mengembangkan nilai-nilai peduli tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab sekolah dalam mengemban amanat mencerdaskan anak bangsa dari segala aspek. Hal ini dilakukan karena beberapa tahun silam, kondisi nilai-nilai kepedulian sosial belum terinternalisasi dengan baik. Pencerminan nilai pacce sebagai sebuah kearifal lokal yang mengkristalkan nilai merasakan keperihan hidup orang lain masih lemah termasuk di SD Pertiwi. Belum ada kesadaran nurani siswa turut merasakan dan membantu teman dan waga
sekolah yang
terkena
musibah, sakit, kedukaan, dan
sebagainya. Siswa belum terbiasa memberi santunan kepada anak yatim dan fakir miskin melalui panti asuhan maupun lembaga lainnya, Siswa belum terbiasa membantu dengan kesadaran nurani kepada para korban bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. Budaya saling membantu antar warga sekolah dalam masalah sosial belum membudaya. Berdasarkan hal di atas, maka di SD Pertiwi Makassar dikembangkan budaya dan pembiasaan prilaku mengumpulkan koin
(uang) secara sukarela
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan sebagai sebuah keyakinan amaliah yang akan menumbuhkan budaya peduli. Kegiatan ini merupakan kearifan lokal (lokal jenius) yang tumbuh pada masyarakat Sulawesi Selatan (Bugis-Makassar) yang disebut pacce. Pacce merupakan suatu sikap maha dalam untuk peduli terhadap kepedihan orang lain. Pacce ini telah terinternalisasi dalam diri masayarakat Bugis-Makassar sejak dahulu. Masyarakat Bugis-Makassar yang tidak menunjukkan rasa pacce, maka mereka memiliki perasaan bersalah yang sangat dalam bahkan malu. Jadi pacce merupakan kewajiban sosial yang tidak 4
bisa dilepaskan dalam kehidupan. Oleh karena itu, dengan landasan atau basis pacce ini, kegiatan kumpul koin sebagai bentuk penanaman nilai kepedulian dapat memiliki kekuatan sosial yang tinggi. Pembudayaan ini dinamakan gerakan koin pacce. Pembudayaan ini diharapkan dapat terus tumbuh dan berkembang seiring nilai-nilai kerifan lokal lainnya di sekolah sebagai sebuah kekayaan nurani siswa. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
penulisan
ini
adalah menjawab beberapa masalah sebagai
berikut (1) Bagaimanakah hasil penerapan gerakan koin pacce terhadap upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar? (2) Bagaimanakah dampak penerapan gerakan koin pacce terahdap upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar? (3) Bagaimanakah respon siswa dan warga sekolah lainnya terhadap penerapan gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar? (4) Bagaimanakah respon masyarakat terhadap penerapan gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar?
III PEMBAHSAN DAN SOSLUSI A. Kajian Teori 1. Konsep karakter Martin Buber mengatakan bahwa pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan karakter. Oleh karena itu pendidik yang sejati adalah bukan sekedar mengajar siswa suatu pengetahuan tertentu atau mengembangkan kemampuan mengeijakan suatu
pekeijaan,
tetapi
perhatiannya pada anak secara
keseluruhan sebagai potensialitas (keadaan sekarang) dan kemungkinan untuk menjadi
apa
(yang
akan datang).. Pendidik berfungsi memelihara dan
mengembangkan kepribadian, tetapi dalam mendidik pendidik'dapat dan harus mengarahkan tujuan pada karakter (Ramdani, 2009).
Kutipan di atas
mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter menjadi tugas utama pendidik dan 5
sebagai tugas utama, maka tidak boleh diabaikan. Pendidik dalam tugasnya harus memperhatikan pembentukan karakter anak, sebab karakter tidak sekadar tumbuh dari potensi-potensi yang dimiliki anak. melalui
interaksi
yang
penuh
Karakter harus
dibentuk
dengan muatan perasaan dan kedekatan
dengan anak sehingga nilai-nilai moral dapat diresapi dan dihayati, dan selanjutnya menjadi bagian dari sikap kehidupan.
Di
dirinya yang dilakukan dalam tindakan
sisi lain pendidik harus membantu dan memelihara
pertumbuhan kepribadian, karena kepribadian tumbuh dari kekuatan laten yang sudah ada dalam diri anak. Kepribadian bukan sesuatu yang dibentuk, tetapi sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak sehingga kegiatan pendidik adalah memelihara atau merawat pertumbuhan kepribadian. Karakter sebagai sesuatu yang harus dibangun melalui proses interaksi yang tidak mudah dilakukan. Pendidikan karakter sebenamya adalah merupakan tugas utama pendidik, tetapi juga merupakan tugas yang paling sulit. Oleh karenanya perlu dipahami apa yang dimaksud dengan karakter. Kerschensteiner dalam (Mujid, 2011:21) membedakan antara karakter dalam arti umum sebagai suatu sikap manusia
terhadap
(stabil) dan dinyatakan
lingkungannya,
yang
cenderung
konstan
dalam bentuk tindakan, dan dalam arti khusus suatu
sikap khusus di mana seseorang dalam tindakannya menampilkan kesukaan di hadapan orang lain pada nilai- nilai absolut. Secara
filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah
kebutuhan azasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter
merupakan
upaya
mengejawantahkan
ideologi
Pancasila
dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa
merupakan
wujud
nyata
langkah mencapai
tujuan negara, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa;
ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara
6
sosiokultural, pembangunan karakter bangsa
merupakan suatu keharusan dari
suatu bangsa yang multikultural. 2. Konsep pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Kata kearifan lokal digunakan untuk mengindikasikan adanya suatu konsep bahwa dalam kehidupan sosial budaya lokal terdapat suatu keluhuran, ketinggian nilai-nilai, kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang dihargai oleh warga masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai panduan atau pedoman bagi membangun pola hubungan antarwarga atau sebagai dasar untuk membangun tujuan hidup mereka yang ingin direalisasikan. Pembentukan karakter bangsa dengan menggunakan basis kearifan lokal merupakan banteng menghadapi arus globalisasi yang membawa nilai-nilai global yang menggerus dan melemahkan
budaya bangsa. Untuk
membangun kemajuan dan kemandirian bangsa, keanekaragaman budaya lokal (daerah) harus dijadikan modal dasar bagi pembentukan karakter bangsa. Kearifan lokal merupakan kekayaan nasional yang subur. Setiap daerah memiliki nilai-nilai budayaluhur yang menjunjung keluhuran kodrat manusia yang berlaku secara universal dan dapat digunakan sebagai dasar bagi pembentukan karakter bangsa. Tugas utama pendidikan adalah pembentukan karakter, di samping pemeliharaan kepribadian dan pengembangan pengetahuan keahlian bagi kehidupan anak di waktu sekarang dan akan datang yang membahagiakan. Penggalian nilai-nilai budaya lokal yang mendukung kearifan
lokal
bagi
pembentukan karakter bangsa adalah menjadi tugas mulia dalam tugas pendidikan pada waktu sekarang dan yang akan datang. Pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal
merupakan terminologi
yang diciptakan untuk mewujudkan kebijakan desentralisasi pendidikan yang menggunakan kekayaan sosial budaya lokal sebagai modal pengembangan kegiatan pendidikan. Antara pendidikan dan budaya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Vygotsky dalam (Santrock, 2012) berpandangan bahwa semua
kegiatan
manusia termasuk pendidikan mengambil tempat dalam
konteks suatu budaya tertentu yang melibatkan banyak tingkat interaksi, saling memberi-menerima keyakinan, nilai , pengetahuan, ketrampilan, hubungan terstruktur, dan sistem simbol. Setiap budaya memiliki alat berupa bahasa dan 7
teknologi yang digunakan sebagai alat berinteraksi dengan lingkungan hidupnya dan dengan itu manusia belajar. Perubahan pada diri individu (kognitif, ketrampilan, moral) tidak dapat dipisahkan dari pengaruh keyakinan, nilai, pengetahuan atau ketrampilan yang telah dimiliki oleh budaya masyarakatnya. Menurut Kuntoro (2011) bahwa kearifan lokal sebagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai puncak kebudayaan, dalam konsepnya kebudayaan nasional.
Kebudayaan nasional sebagai
bangunan dari
puncak-puncak
kebudayaan daerah yang berbeda-beda , tetapi saling mendukung dan hidup secara harmoni satu dengan lainnya untuk mewujudkan kehidupan nasional yang bersatu, stabil dan berkemajuan. Hal ini identik pandangan kearifan lokal oleh Aristoteles tokoh filsafat realisme mengajukan konsep dualistik realita, yaitu bahwa realita mengandung
dua elemen substance
dan accident (Suhartono,
2013) 3. Konsep Koin pacce Pacce
(dalam bahasa Makassar) atau pesse
(dalam bahasa Bugis)
merupakan kearifan lokal Bugis-Makassar sebagai suatu tata nilai yang lahir dan dianut secara fanatik oleh masyarakat Bugis-Makassar. Pacce merupakan nilai hakiki yang secara emosional selalu ingin turut merasakan kepedihan atau kesulitan orang lain. Secara umum disebut solidaritas dan empati. Akan tetapi, nilai pacce ini menjadi sebiuah budaya yang kuat dalam masyarakat. Nilai pacce dilandasi oleh
nilai budaya ‘sirí’ (rasa malu) yang secara hakiki menunjukkan
sikap malu jika tidak melakukan nilai-nilai moral baik atau malu jika melakukan nilai-nilai yang bertentangan dengan moral. Sehingga jika dipadukan kedua nilai itu menjadi siri na pacce (rasa malu dan peduli). Hal ini dapat diartikan bahwa siri na pacce adalah malu jika tidak merasakan kepedihan orang lain.
Rasa malu
itulah yang mendorong sesorang untuk melakukan kepen=dulian untuk membantu orang lain sebagai sebuah rasa empati dlam merasakan kepedihan orang lain. Imbasadi (2016) menyatakan pacce atau pesse adalah suatu tata nilai yang lahir dan dianut oleh masyarakat Bugis/Makassar. Pacce’ dalam pengertian harfiahnya berarti “pedih“, dalam makna kulturalnya pacce berarti juga belas kasih, perikemanusiaan, rasa turut prihatin, berhasrat membantu, humanisme universal. Jadi, pacce’ adalah perasaan (pernyataan) solidaritas yang terbit dari dalam kalbu 8
yang dpaat merangsang kepada suatu tindakan. Ini merupakan etos (sikap hidup) orang Bugis-Makassar sebagai pernyataan moralnya. Pacce diarahkan keluar dari dirinya, sedangkan siri’ diarahkan kedalam dirinya. Siri’ dan pacce
inilah yang
mengarahkan tingkah laku masyarakatnya dalam pergaulan sehari-hari sebagai penggerak dalam memanifestasikan pola-pola kebudayaan dan sistem sosialnya. Siri na pacce ini memiliki nilai filosofi, sebagai pandangan hidup. Secara etis menunjukkan keteguhan dalm pendirian, setia, tahu diri, pemberani dan konstruktif. Hal ini tentu sejak dulu terus ditumbuhkan dan dipelihara oleh masyarakat dengan kesadaran nurani. Burhanuddin (2012) mengemukakan siri na pacce dalam Budaya Sulawesi Selatan secara umum terbagi dalam empat kerangka pokok, yaitu: (1) Getteng: artinya berpegang teguh pada pendirian atau memiliki komitmen yang tinggi, (2) Lempu: memiliki kejujuran atau dapat dipercaya, (3) Acca/Macca: Pintar dan mudah memahami sesuatu, dan
(4)
Warani: memiliki keberanian yang tinggi dalam melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip kebenaran dan kejujuran. Apabila setiap manusia dapat menerapkan keempat dari kerangka tersebut, maka akan menjadi manusia seutuhnya. Demikianlah, nilai pacce menjadi sesuatu motivasi yang kuat yang dapat dijadikan landasan untuk mengembangkan nilai-nilai kepedulian bagi siswa di sekolah sedini mungkin. Tentu saja dapat dilakukan dengan berbagai kreativitas. Salah satunya dalam perspektif yang lebih sepesifik dpat dilakukan dengan pengumpulan koin secara sukarela untuk berbagai tujuan sosial sebagai bentuk kepedulian. B. Pemecahan/Solusi Masalah 1. Perencanaan Membangun nilai karakter melalui gerakan koin harus direncanakan dengan baik melalui melalui paguyuban kelas dimulai dari kelas 1 s.d.6. Orang tua terlibat
dalam
sosialisasi,
membuat/menyiapkan
tempat
koin,
sosialisasi
penyadaran pentingnya berbagi, dan sebagainya. Kegiatan yang dilakuakn dlam perencanaan adalah sebagai berikut. a. Pertemuan orang tua siswa dengan guru kelas membicarakan semua hal yang berkaitan dengan gerakan koin pacce.
9
b. Pemilihan ketua paguyuban kelas yang akan membantu seluruh aktivitas kelas termasuk gerakan koin pacce. c. Sosialisasi kepada siswa pentinya program koin pacce. d. Membantu siswa terutama kelas awal membiasakan/menyiapkan koin sukarela serta mengingatkan. e. Menyiapkan kotak/tempat koin (celengan) atau amplop untuk uang kertas setiap kelas dibuat dari bahan/kertas bekas. f.
Membuka rekening setipa kelas untuk penampungan hasil pengumpulan koin pacce.
2. Pelaksanaan koin pacce Pelaksanaan gerakan koin pacce dilakukan secara terus menerus setiap siswa berada di sekolah dengan prosedur sebagai berikut. a. Siswa secara suka rela memasukkan koin/uang kertas setiap hari berapa pun jumlahnya pada celengan atau amplop. b. Khusus pada waktu pelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa wajib memasukkan koin kedalam kotak koin pacce. c. Guru dan anggota paguyuban melakukan kontrol dan terus mengingatkan para siswa mengisi kotak/amplop koin pacce. d. Setiap akhir semester paguyuban dan pengurus kelas menghitung isi uang tersebut. Koin tersebut ditabung dalam rekening kelas. e. Jika kotak penuh sebelum akhir semester maka kotak diganti yang baru. Untuk kelas tinggi umumnya menggu akan amplop sehingga jika amplop sudah cukup maka di bawa ke teller bank mini yang disiapkan BTN. f.
Dana dalam kotak tersebut dapat dimanfaatkan secara insedental/tiba-tiba sesuai kebutuhan. Pemanfaatan koin pacce adalah semua yang berkaitan dengan masalah
sosial baik bagi siswa maupun warga sekitar siswa, termasuk guru antara lain sebagai berikut. a. Koin
pacce digunakan untuk membesuk siswa yang sakit (seluruh kondisi
sakit). Perwakilan kelas dan
pengurus paguyuban mewakili kelas untuk
membesuk secara formal dan menitipkan sejumlah uang sebagai bentuk kepedulian. Dengan budaya besuk ini juga dapat berfungsi kontrol kepada
10
anak untuk tidak mencoba alfa tanpa alasan atau pura-pura sakit untuk tidak datang ke sekolah. b. Koin
pacce digunakan untuk kebutuhan tertentu yang sifatnya mendesak,
misalnya membelikan anak siswa pinsil warna bagi siswa yang tidak memiliki pinsil warna, tidak ada mistar dan sebagainay untik kegiatan di kelas. c. Koin pacce digunakan untuk kunjungan ke panti asuhan setiap tahun. Hal ini ditambah sumbangan suka rela oleh siswa dalam bentuk bahan makanan, pakaian dan sebagainya. d. Koin pacce digunakan membantu korban bencana alam seperti kebakaran dll (khusus untuk hal ini wajib ditambah sumbangan langsung oleh para siswa dan warga sekolah) e. Koin pacce digunakan untuk pembelian hewan qurban (khusus untuk hal ini wajib ditambah sumbangan langsung oleh para siswa dan warga sekolah) 3. Monitoring dan Evaluasi Ada beberapa
kegiatan yang dilkukan untuk meperlancar program koin
pacce yaitu sebagai berikut. a. Kepala sekolah bersama wali kelas dan paguyuban kelas melakukan evaluasi program dengan mengecek aktivitas siswa dalam memperlancar koin pacce setiap sebulan sekali. Hal ini untuk melihat kendala dan tantangan program tersebut. b. Setiap
semester dilakukan pelaporan perkembangan koin pacce dan
diumumkan pada upacara berkaitan seluruh pengeluaran dan saldo akhir setiap kelas. c. Setiap akhir tahun dilakukan pelaporan seluruh penggunaan koin pacce dan diumumkan pada upacara berkaitan seluruh pengeluaran dan saldo akhir. d. Kepala sekolah terus memotivasi para warga sekolah untuk membangun komitmen dalam rangkan mensukseskan koin pacce.
11
C. Hasil Penerapan Gerakan Koin Pacce Gerakan koin pacce ini telah diterapkan pada SD Pertiwi Kota Makassar sejak tahun 2013/2014 sampai sekarang. Gerakan koin pacce ini dilakukan serentak mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. maka tentu
Untuk memperlancar aktivitas ini
selalu dilakukan evaluasi menyeluruh menggunakan indikator
tertentu, misalnya tingkat semangat guru dan siswa serta paguyuban, dan jumlah koin yang terkumpul. Setelah lebih dua tahun gerakan koin pacce diterapkan di SD Pertiwi Makassar, hasilnya sangat luar biasa. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator keberhasilan sebagai berikut. 1. Respon siswa, guru, masyarakat
dan orang tua, dan warga sekolah lainnya, serta
sangat positif. Nilai-nilai peduli terinternalisasi dalam diri anak
sebagai sebuah sifat pacce dari tahun ke tahun. 2. Koin yang terkumpul cukup banyak. Tahun pertama sekitar 15 juta rupiah dan tahun kedua sekitar 20 juta rupiah. 3. Seluruh dana yang terkumpul telah disalurkan kepada 18 panti asuhan setiap tahun, sumbangan duka cita beberapa siswa, sumbangan kepada beberapa warga terkena bencana kebakaran,
membeli satu ekor sapi qurban setiap
tahun dan beberapa ekor kambing pada dua tahun terakhir, meskipun harus ditambah dari sumbangan sukarela dari siswa dan warga sekolah lainnya. 4. Sejak tahun 2016/2017, Bank BTN membuka loket bank mini/teller khusus khusus untuk penabungan di sekolah yang dikontrol setiap sebulan sekali oleh pegawai Bank BTN. 5. Dampak dari gerakan koin pacce
maka kesadaran
menabung siswa
berkembang sehingga pada tahun itu, khusus kelas III. IV, V, dan VI membuka rekening untuk penabungan mandiri sebagai bentuk gemar menabung. 6. Salah satu dampakn gerakan koin pacce
adalah SD Pertiwi dijadikan
percontohan Sekolah Ramah Anak (SRA), yang dicanangkan oleh Bapak Gubernur Sulawesi Selatan untuk digaungkan kepada seluruh sekolah dasar di Sulawesi Selatan. Di mana pada SD pertiwi tersebut dinyatakan sekolah yang ramah, peduli dan memiliki emapti yang sangat besar, bebas kekerasan dan bulying serta menjadi tempat yang damai bagi siswa dan warga sekolah lainnya baik lingkungan fisik maupun sosial. 12
IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan Berdasarkan hasil penerapan gerakan koin pacce, maka
dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Gerakan koin pacce dapat mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. 2. Gerakan koin pacce berdampak pada implementasi nilai-nilai peduli seperti membesuk seluruh siswa yang sakit, menyantuni panti asuhan, sumbangan kebakaran, sumbangan duka cita siswa, dan pembelian/ pemotongan hewan qurban oleh siswa di sekolah dan menjadi sekolah ramah peduli dan ramah anak. 3. Respon siswa dan warga sekolah sangat positif terhadap gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. 4. Respon masyarakat sangat positif terhadap
gerakan koin pacce sebagai
upaya mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi Makassar. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penerapan gerakan koin pacce sebagai upaya mengembangkan
nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD Pertiwi
Makassar, maka direkomendasikan hal sebagai berikut. 1. Hendaknya gerakan koin pacce dijadikan sebagai upaya mengembang-kan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal. 2. Hendaknya gerakan koin pacce dijadikan sebagai bahan masukan kepada sekolah lain guna mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal di SD maupun di sekolah lainnya 3. Hendaknya gerakan koin
pacce
dijadikan sebagai bahan perbandingan
dalam menciptakan strategi membangun nilai nilai-nilai karakter peduli maupun karakter lainnya.
13
4. Hendaknya gerakan koin pacce dijadikan sebagai bahan masukan kepada sekolah lain guna mengembangkan nilai-nilai karakter peduli siswa berbasis kearifan lokal lain di seluruh nusantara.
DAFTAR PUSTAKA Burhanuddin A. 2012. http://southsulawesiarticles.blogspot,co.id. dunduh: 1 Oktober 2016. Pukul. 21.00. Imbasadi. 2016. https://imbasadi.wordpress. com. dunduh:1 Oktober 2016. Pukul 21.00. Kuntoro, Tri . 2011. Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bandung: Ganeca Exact. Mujid, Abdul. 2011 Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: Grafindo Persada Ramdani, Dani. 2009. “Hakikat Manusia dan Pengebamgannya” dalam https://protowindoro.blogspot.co.id. diunduh: 1 Oktober 2016. Pukul,20.00. Santrock, John W. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suhartono, Suparlan. 2013. Filsafat Pendidikan. Makassar: BP-UNM.
ooooooOOOooooo
14
15
LAMPIRAN-LAPIRAN
beberapa tempat koin/celengan siswa
16
Bank mini/loket teller BTN untuk menabung, baik koin pacce maupun tabungan siswa
17
amplop-ampop untuk koin pacce kelas tinggi
18
Perwakilan siswa melakukan penabungan koin pacce yang terkumpul
19
Hewan qurban hasil koin pacce
20
Gubermur mencanangkan sekolah ramah anak di SD Pertiwi
21
BIODATA PESERTA SIMPOSIUM TINGKAT NASIONALTAHUN 2016
Nama Tempat tanggal lahir Jenis kelamin NIP NUPTK Jabatan Fungsional Pangkat Golongan Nama sekolah Alamat Sekolah Alamat Rumah HP e-mail Pendidikan terakhir Perguruan Tinggi Fakultas Jurusan Tamat Tahun Masa Kerja Kepala Sekolah Prestasi yang pernah diraih
Hasliah Madong,S.Pd. Sungguminasa, 18 Agustus1968 Perempuan 196808018 199307 2 001 1150 7466 4930 0083 Kepala Sekolah Pembina Tk.I/IVB SD Pertiwi Makassar Jalan. Bontolangkasa No 15 Makassar Kelurahan Bonto Makkio, Kecamatan Rappocini, Kota Makssar, Sulsel 90222 Kompleks Manggarupi A.10/16 Sunggminasa Gowa Sulsel 92111 085398274477
[email protected] S1/Sarjana Pendidikan UNM Fakultas Ilmu Pendidikan PGSD 2010 3 tahun Guru berprestasi Tk. Kota Makassar Makassar, 21 Oktober 2016 Yang Membuat ,
HASLIAH MADONG ,S.Pd. NIP 196808018 199307 2 001
22