Gempabumi akibat Pemusnahan Ranjau Laut di Teluk Kendari Oleh: Waode Sitti Mudhalifana,S.Si PMG Pertama-Stasiun Geofisika Kendari
[email protected] I. Pendahuluan Telah dilakukan peledakan bom untuk memusnahkan ranjau laut di Teluk Kendari pada tanggal 18 hingga 20 Juni 2016 oleh Satgas Ranjau TNI Angkatan Laut dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim). Ranjau-ranjau laut tersebut adalah sisa-sisa peninggalan Jepang pada Perang Dunia II. Pemusnahan ranjau laut ini bertujuan untuk membersihkan area yang akan menjadi lokasi pembangunan Jembatan Bahteramas Kendari. Sejumlah 15 titik ranjau yang diidentifikasi ole h Tim dari TNI AL melalui proses survei awal magnetik, namun jumlahnya berubah menjadi 9 titik saja setelah diketahui melalui proses penyelaman beberapa di antara ranjau-ranjau tersebut lokasinya berdekatan. Hingga hari terakhir, Senin (20/06), jumlah titik ranjau yang berhasil diledakkan bertambah menjadi 10 titik. Peledakan bom untuk pemusnahan ranjau laut di Teluk Kendari dilakukan dengan memakai bom laut dan bom TNT (trinitrotoluen). Bom laut dipakai untuk ranjau yang berada di tengah laut karena berdaya ledak lebih besar, sementara bom TNT dipakai untuk ranjau yang lebih dekat dengan daratan. Besarnya ranjau laut yang dimusnahkan tidak diketahui. Namun berdasarkan catatan peledakan ranjau peninggalan Jepang pada 16 Februari 2013 di Pantai Secepit, Batang, Jawa Tengah, ranjau laut yang berbentuk bulat tersebut memiliki berat 384 kilogram dengan diameter 86 sentimeter dan tinggi 114 sentimeter. Stasiun Geofisika Kendari juga memantau kegiatan pemusnahan ranjau ini sejak hari pertama , Sabtu 18 Juni 2016, hingga hari terakhir, Senin 20 Juni 2016. Peledakan bom untuk memusnahkan ranjau dilakukan sebanyak 10 kali dengan rincian 3 kali di hari pertama (18/06), 3 kali di hari kedua (19/06) dan 4 kali di hari ketiga (20/06). Namun yang tercatat oleh seismograf di Stasiun Geofisika Kendari hanya 9 kejadian ( event) saja. Kejadian gempa yang tidak tercatat yaitu kegiatan peledakan kali pertama di hari kedua, Minggu 19 Juni 2016. Lokasi peledakan berada di Teluk Kendari pada area dengan luasan 400 meter x 200 meter (Gbr.1, kotak merah), dengan posisi 3.9764 LS – 3.9766 LS dan 122.5870 BT – 122.5876 BT pada kedalaman 5 hingga 21 meter. Lokasi tersebut berjarak ± 4 kilometer dari Stasiun Geofisika Kendari. 1
Gbr.1 Lokasi pedakan bom (kotak merah) di Teluk Kendari (Google Earth, 2016)
Operasi pemusnahan ranjau laut peninggalan Perang Dunia II telah berkali-kali dilakukan oleh TNI Angkatan Laut. Tercatat seperti di Gresik Jawa Timur pada bulan September 2015 dan Desember 2003 serta di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada Februari 2013. Namun dari beberapa kegiatan pemusnahan ranjau tersebut, belum ada studi tentang sinyal seismik yang terekam akibat ledakan. Tulisan ini bertujuan untuk mengulas rekaman sinyal seismik akibat peledakan bom pemusnahan ranjau di Teluk Kendari. II. Rekaman Gempabumi akibat Ledakan Bom Sebuah gempabumi atau guncangan di bumi dapat terjadi secara alami (karena pergerakan sesar) atau karena buatan manusia (ledakan bom, dsb). Gempabumi pada 6 Januari 2016 yang terjadi di Korea Utara merupakan contoh gempabumi akibat buatan manusia. Gempabumi yang tercatat pada magnitudo 5.1 mb tersebut adalah hasil dari uji coba bom Hidrogen Korea Utara. Peledakan bom untuk memusnahkan ranjau laut di Teluk Kendari pada tanggal 18 hingga 20 Juni 2016 juga dirasakan seperti gempabumi oleh warga sekitar. Beberapa warga di kelurahan sekitar Teluk Kendari melaporkan getaran yang mirip dengan gempabumi saat peledakan terjadi. Gempabumi yang dicatat oleh Stasiun Geofisika Kendari akibat peledakan bom tersebut sebanyak 9 kali, dengan sinyal seismik dari peledakan pertama pada hari kedua (19/06) tidak terekam oleh seismograf di stasiun. 2
Gbr.2 Sinyal Gempabumi Pertama (I) akibat Ledakan (Tanpa Filter)
Gbr.3 Sinyal Gempabumi Pertama (I) akibat Ledakan (Filter 5 Hertz)
Sinyal-sinyal yang direkam oleh Stasiun Geofisika Kendari sangat jelas memperlihatkan sebagai sinyal seismik akibat ledakan bom, meski tanpa difilter. Impuls awal (first motion) dari gelombang P yang terekam selalu mengarah ke atas atau kompresi. Ini berlaku untuk semua sinyal rekaman ledakan bom tersebut mulai dari hari pertama hingga hari terakhir. Sebagai akibat dari tekanan pada bola, maka sinyal seismik akibat ledakan didominasi oleh gelombang P. Impuls awal dari gelombang P tersebut selalu mengarah ke atas atau kompresi sebab ledakan bom pada dasarnya terjadi akibat kompresi bukan dilatasi. Berbeda dengan gempabumi biasa (alami) yang terjadi akibat pergeseran bidang sesar sehingga energi dari gelombang S mendominasi. Impuls awal dari gelombang P pada kejadian gempabumi (biasa) akan bervariasi di tiap komponennya, dilatasi atau kompresi. Pada semua sinyal terlihat gelombang permukaan Rayleigh (R) dan tanpa adanya gelombang permukaan Love (L). 3
III. Kekuatan Gempabumi akibat Ledakan Dari hasil analisa dengan menggunakan TDS 5.2, diperoleh parameter gempabumi (tabel 1). Magnitudo gempa yang teranalisa berkisar antara paling kecil adalah pada nilai 1.3 Ml (gempa kelima dan kesembilan) dan maksimal pada 2.2 Ml (gempa pertama). Untuk kedalaman gempa, semuanya tercatat pada 1 kilometer. Pada hari pertama, kekuatan gempabumi terekam pada angka 1.4, 2.1 dan 2.2 Ml. Sedang pada hari kedua, teranalisa antara 1.4 dan 1.8 Ml. Di hari ketiga, kekuatan gempa akibat ledakan bom tersebut menurun menjadi 1.3, 1.4 dan 1.6 Ml. Berkurangnya magnitudo atau kekuatan gempa kemungkinan akibat berkurangnya kekuatan bom dan ranjau yang diledakkan. Untuk memastikan hal tersebut, perlu ada data tentang berat bahan peledak dan ukuran serta kekuatan ranjau yang diledakkan. Kekuatan intensitas gempa akibat ledakan bom tersebut tidak terekam oleh akselerograf KDRI (yang berada Stasiun Meterorologi Maritim Kendari). Namun, berdasarkan laporan warga, intensitas maksimalnya diperkirakan pada skala II – III MMI atau II SIG dengan radius minimal terasa hingga 2 kilometer dari pusat ledakan. Tabel. 1 Parameter gempabumi akibat peledakan bom 18 Juni – 20 Juni 2016
No.
Sinyal Gempa
Tanggal (date)
Waktu Kejadian (UTC)
Lintang (Latitude)
Bujur (Longitude )
Kedalaman (depth)
1
Gempa Pertama
18 Juni 2016
02:09:02.0
-3.97
122.58
2
Gempa Kedua
18 Juni 2016
02:56:22.0
-3.97
3
Gempa Ketiga
18 Juni 2016
03:38:21.1
4
Gempa Keempat
19 Juni 2016
5
Gempa Kelima
6 7 8 9
Magnitudo
Jarak (distance)
Keterangan
1.3
4.2 km
Peledakan I
2.2
1.4
4.2 km
Peledakan II
1 km
1.4
0.5
4.2 km
Peledakan III
122.58
1 km
1.8
1.0
4.2 km
Peledakan V
-3.97
122.58
1 km
1.3
0.4
4.2 km
Peledakan VI
02:18:06.8
-3.97
122.58
1 km
1.6
0.7
4.2 km
Peledakan VII
20 Juni 2016
03:01:38.4
-3.97
122.58
1 km
1.4
0.5
4.2 km
Peledakan VIII
20 Juni 2016
03:34:07.4
-3.97
122.58
1 km
1.6
0.7
4.2 km
Peledakan IX
20 Juni 2016
04:14:00.5
-3.97
122.58
1 km
1.3
0.4
4.2 km
Peledakan X
Ml (Mag. Lokal)
Ms Imag. Permukaan)
1 km
2.1
122.58
1 km
-3.97
122.58
03:33:49.0
-3.97
19 Juni 2016
04:00:12.5
Gempa Keenam
20 Juni 2016
Gempa Ketujuh Gempa Kedelapa n Gempa Kesembila n
IV. Penutup 4
Pemusnahan ranjau laut di Teluk Kendari pada tanggal 18, 19 dan 20 Juni 2016 terdeteksi oleh seismograf di Stasiun Geofisika Kendari sebagai sinyal gempabumi. Dari 10 kali peledakan, hanya 9 yang sinyalnya terekam di Stasiun Geofisika Kendari. Kesembilan sinyal seismik peledakan tersebut memiliki karakteristik yang sama, yaitu impuls awal (first motion) gelombang P yang mengarah ke atas (up, compression). Magnitudo atau kekuatan gempabumi akibat ledakan berkisar antara 1.3 Ml hingga 2.2 Ml. Kekuatan intensitas gempabumi yang dirasakan masyarakat sekitar mencapai skala II – III MMI atau II SIG BMKG. Daftar Pustaka Rohadi, Supriyadi., dkk. Gempabumi Akibat Ujicoba Nuklir Korea Utara Awal 2016. Puslitbang B M K G . 2 0 1 6 . [ d a r i n g ] (http://puslitbang.bmkg.go.id/index.php/in/geofisika/198gempabumi-akibat-ujicoba-nuklir-korea-utara-awal-2016, diakses 27 Juni 2016) Walter,L. W., et al., 2007. Empirical Observations of Earthquake-Explosions Discrimination Using P/S Ratios and Implications For The Sources of Explosions S-Waves. Proceeding of the 29th Monitoring Research Review: Ground-Based Nuclear Explosion Monitoring Technologies. 684-693. Kendari Pos. 2016. Operasi Sapu Ranjau Tuntas. Kendari Pos. 21 Juni 2016 Kendari Pos. 2016. 15 Ranjau Diledakkan. Kendari Pos. 20 Juni 2016 Sultrakini.com. 2016. TNI AL Akan Bersihkan Ranjau Sisa Perang Dunia II di Teluk Kendari [ d a r i n g ] . (http://ww1.sultrakini.com/kendarikini/tni-al-akan-bersihkan-ranjau-sisa-perangdunia-ii-di-teluk-kendari-2072.html, diakses 27 Juni 2016). LensaIndonesia.com. 2013. Satgas Demolisi Ledakkan Ranjau Laut di Perairan Batang [daring]. (http://www.lensaindonesia.com/2013/02/16/satgas-demolisi-ledakkan-ranjau-laut-diperairan-batang.html, diakses 28 Juni 2016).
Kendari, 1 Juli 2016 Mengetahui, Kepala Stasiun Geofisika Kendari
Rosa Amelia, S.Si. NIP. 198305082008012016
5