BAB III MODEL ANTRIAN PADA PEMBUATAN SIM C
3.1
Single Channel Multiple Phase Sistem antrian single channel multiple phase merupakan sistem antrian
dimana pelanggan yang tiba, dapat memasuki sistem dengan mengantri di tempat yang telah disediakan. Selama proses antrian, pelanggan akan dipanggil oleh seorang pelayan untuk mendapatkan pelayanan di loket pertama. Setelah mendapatkan pelayanan di loket pertama, pelanggan mengantri kembali untuk mendapatkan pelayanan di loket selanjutnya. Antrian dilakukan pelanggan sampai proses pelayanan selesai dan pelanggan keluar dari sistem antrian. Dibawah ini akan disajikan gambar dari sistem antrian single channel multiple phase:
Gambar 3.1Single Channel Multiple Phase
Berdasarkan gambar diatas, sistem single channel multiple phase memiliki saluran pelayanan tunggal dalam setiap tahap pelayanan dimana pada pada pelayanan pertama hingga pelayanan ke-k hanya terdapat satu loket pelayanan. Kedatangan pelanggan ke loket pelayanan dapat terjadi satu per satu ataupun secara berkelompok seperti halnya pada pelayanan pembuatan SIM di Polrestabes kota Bandung, saat proses ujian simulator pelanggan datang secara berkelompok untuk kemudian mendapatkan pelayanan secara bergiliran. Selain itu pula, pada ujian teori pelanggan datang satu persatu namun pelayanan dilakukan secara berkelompok/borongan. Oleh karena itu perlu dibahas terlebih dahulu model 19
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
20
antrian pelayanan tunggal dengan pola kedatangan individu jugakedatangan berkelompok dan pelayanan berkelompok serta model antrian pelayanan majemuk pola kedatangan individu.
3.2
Model Antrian M/M/1 Dalam bagian ini akan dibahas cara mencari ekspektasi dari sistem antrian
yang meliputi rata-rata banyak pelanggan dalam sistem (Ls), rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam sistem (Ws), rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam antrian (Wq) dan rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (Lq). Pada model antrian M/M/1 diasumsikan bahwa proses kedatangan dengan pelayanan adalah independent(tidak ada kaitan dalam perhitungannya). Dengan demikian peluang dari satu kedatangan selama periode waktu โ๐ก = h bersifat konstan yaitu ๐โ (untuk satu kedatangan). Sedangkan peluang untuk pelayanan adalah ๐โ (untuk satu pelayanan).Asumsi yang terakhir, harus dapat dianalisis dari periode waktu โ๐ก yang sangat kecil, yang akan mencapai (โ๐ก)2 = h2= 0. Dalam menguraikan model antrian M/M/1 perlu diketahui terlebih dahulu: a. n yaitu jumlah pelanggan dalam sistem. b. Pn(t) yaitu peluang dari n pelanggan dalam sistem pada periode waktu t. c. ๐ = ๐/๐ yaitu peluang sistem dalam keadaan sibuk, dimana ๐ < 1. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam menguraikan pelayanan tunggal yaitu: a. Langkah 1: Tentukan besarnya Pn(t) dalam parameter ๐ dan ๐. b. Langkah 2: Berdasarkanhasil (a), cari expected number atau jumlah ekspektasi dari banyaknya pelanggan dalam sistem untuk parameter-parameter ๐ dan ๐. c. Langkah 3: Gunakan hasil (b) untuk mendapatkan perumusan dari lamanya waktu di dalam sistem dan rumus-rumus lainnya. Kedatangan dan kepergian merupakan kejadian-kejadian yang saling bebas,
sehingga
kejadian-kejadian
pada
interval
waktu
tertentu
mempengaruhi kejadian pada interval waktu sebelumnya atau sesudahnya.
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak
21
Proses kedatangan dan kepergian dalam suatu sistem antrian ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.2Proses Kedatangan dan kepergian Berdasarkan gambar 3.2 kemungkinan-kemungkinan kejadian saling lepas yang dapat terjadi jika terdapat n (n > 0) pelanggan dalam sistem pada waktu (t+h) adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan pada Waktu (t + h) pada Model Antrian M/M/1 Jumlah Kasus
Jumlah
Jumlah
pelanggan
pelanggan
Jumlahkedatanga
pelayanan
pada waktu
pada waktu t
n pada waktu h
pada waktu h
(t + h)
1
n
0
0
n
2
n+1
0
1
n
3
nโ1
1
0
n
4
n
1
1
n
๐๐ (๐ก + โ) = (peluang terdapat n pelanggan pada waktu t) x (peluang dari jumlah kedatangan pada waktu h) x (peluang dari jumlah pelayanan pada waktu h) = [Pn(t)] (1- ๐โ) (1- ๐โ) = Pn(t) [1- ๐โ - ๐โ + ๐๐โ2 ] = Pn(t) [1- ๐โ - ๐โ]
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22
๐๐ (๐ก + โ) = (peluang terdapat(n+1) pelanggan pada waktu t) x (peluang dari jumlah kedatangan pada waktu h) x
(peluang dari jumlah
pelayanan pada waktu h) = [Pn+1(t)] (1- ๐โ) (๐โ) = Pn+1(t) [๐โ-๐๐โ2 ] = Pn+1(t) (๐โ) ๐๐ (๐ก + โ) = (peluang terdapat (n-1) pelanggan pada waktu t) x (peluang dari jumlah kedatangan pada waktu h) x
(peluang dari jumlah
pelayanan pada waktu h) = [Pn-1(t)] (๐โ) (1- ๐โ) = Pn-1(t) [๐โ - ๐๐โ2 ] = Pn-1(t) (๐โ) Peluang kasus 4 berdasarkan definisi proses poisson bahwa ๐ ๐ โ โฅ 2 = ๐(โ) artinya peluang terdapat 2 atau lebih kejadian pada waktu h sangat kecil atau dianggap nol. Karena kasus-kasus tersebut saling lepas, maka peluang terdapat n pelanggan dalam sistem pada waktu (t+h) dinyatakan dengan: Pn(t+h) = kasus 1 + kasus 2 + kasus 3 = Pn(t) [1- ๐โ - ๐โ] + Pn+1(t) (๐โ) + Pn-1(t) (๐โ) = Pn(t) - ๐โPn(t) - ๐โPn(t) + ๐โPn+1(t) + ๐โPn-1(t) Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: Pn(t) = Pn(t+h) Pn(t) = Pn(t) [1- ๐โ - ๐โ] + Pn+1(t) (๐โ) + Pn-1(t) (๐โ) atau Pn+1(t) (๐โ) = Pn(t) - Pn(t) [1- ๐โ - ๐โ] - Pn-1(t) (๐โ) = Pn(t) - Pn(t) + ๐โPn(t) + ๐โPn(t) - ๐โPn-1(t) = Pn(t) . (๐โ + ๐โ) - ๐โPn-1(t) = Pn(t) . h (๐ + ๐) - ๐โPn-1(t) ๐๐+1 ๐ก
=
๐๐ ๐ก . โ ๐ + ๐ โ ๐โ๐๐ โ1 (๐ก) ๐โ
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
๐๐+1 (๐ก) = ๐๐ (๐ก)
๐ + ๐ โ ๐๐โ1 ๐ก ๐
๐ ๐
(3.1)
Selanjutnya, akan dicarai rumus umum Pn(t) dalam bentuk P0(t) dalam parameter ๐ dan ๐. Pertama-tama akan ditinjau segala cara untuk P0(t+h) yang dapat terjadi:
Kasus 1: a. Tidak ada unit pada waktu t (P0(t)) b. Tidak ada kedatangan dengan peluang (1- ๐โ) c. Tidak ada pelayanan dengan peluang (1- ๐โ), dimana ๐โ = 0 Maka, P0(t+h) pada kasus 1 yaitu: P0(t+h) = P0(t) . (1- ๐โ) . 1
Kasus 2: d. Satu unit pada waktu t (P1(t)) e. Tidak ada kedatangan dengan peluang (1- ๐โ) f. Melayani satu unit dengan peluang๐โ Maka, P0(t+h) pada kasus 2 yaitu: P0(t+h) = P1(t) . (1- ๐โ) . ๐โ Berdasarkan kasus 1 dan kasus 2, maka kemungkinan P0(t+h) yang dapat terjadi yaitu: P0(t+h) = kasus 1 + kasus 2 = P0(t) . (1- ๐โ) + P1(t) . (1- ๐โ) . ๐โ = P0(t) - ๐โP0(t) + ๐โP1(t) - ๐๐โ2 P1(t) = P0(t) - ๐โP0(t) + ๐โP1(t) Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: P0(t)
= P0(t+h)
P0(t)
= P0(t) - ๐โP0(t) + ๐โP1(t)
๐โ ๐0 (๐ก) = P0(t) -P0(t) + ๐โP1(t) = ๐โP1(t) Atau Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
๐1 ๐ก
=
= ๐0 (๐ก)
๐ ๐
๐โ๐0 (๐ก) ๐โ
Kemudian untuk perumusan ๐๐ ๐ก dalam bentuk ๐0 dalam ๐ dan ๐ pada setiap waktu maka ๐0 ๐ก = ๐0 karena harus independen. Sehingga diperoleh: Langkah 1: ๐1 = ๐0
๐ ๐
Berdasarkan rumus (3.1) telah dibuktikan bahwa : ๐๐+1 = ๐๐
๐ + ๐ ๐ โ ๐๐ โ1 ๐ ๐
apabila n = 1, maka: ๐2
= ๐0
= ๐1
๐ + ๐ ๐ โ ๐0 ๐ ๐
= ๐0
๐ ๐
๐ + ๐ ๐ โ ๐0 ๐ ๐
= ๐0
๐ ๐
๐ + ๐ โ1 ๐
๐ ๐
๐ + ๐โ๐ ๐
= ๐0
๐ ๐
2
Untuk n = 3 didapat: ๐3 = ๐0
= ๐2 ๐ ๐
2
= ๐0
๐ + ๐ ๐ โ ๐1 ๐ ๐ ๐ + ๐ ๐ โ ๐0 ๐ ๐ ๐3 + ๐2 ๐ ๐ โ ๐0 3 ๐ ๐
๐ ๐ 2
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
= ๐0
๐3 + ๐2 ๐ โ ๐2 ๐ ๐3
= ๐0
๐ ๐
3
Untuk n = k didapat: ๐๐
๐ ๐
= ๐0
๐
Sehingga didapatkan: ๐๐
= ๐0
๐ ๐
๐
Atau ๐ ๐๐ (๐ก) = ๐0 (๐ก) ๐
๐
Berdasarkan kesimpulan ini, sudah diketahui ๐๐ (๐ก) dinyatakan dalam ๐0 = ๐0 (๐ก) dalam parameter ๐ dan ๐ . Untuk mendapatkan ๐0 dalam bentuk ๐ dan ๐ dapat dikaitkan dengan peluang sistem dalam keadaan sibuk yaitu ๐ = ๐/๐, maka: ๐0 = 1 โ ฯ =1โ
๐ ๐
Dengan demikian diperoleh: ๐ ๐๐ ๐ก = 1 โ ๐
๐ ๐
๐
(3.2)
Langkah 2: Dalam langkah ini akan dicari rata-rata banyaknya pelanggan dalam sistem yang
dinotasikan
dengan
Ls.
Berdasarkan
definisi
ekspektasi:
โ
๐ฟ๐ =
๐ . ๐(๐) ๐ =0
Sehingga, ๐ฟ๐
= 0. ๐ 0 + 1. ๐ 1 + 2. ๐ 2 + 3. ๐ 3 + 4. ๐ 4 + โฏ ๐ =0 1โ ๐
๐ ๐
0
๐ +1 1โ ๐
๐ ๐
1
๐ +2 1โ ๐
๐ ๐
2
๐ +3 1โ ๐
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
๐ ๐
3
26
+4 1 โ
๐ ๐
4
๐ ๐
+โฏ
๐ = 1โ ๐
๐ ๐ +2 1โ ๐ ๐
๐ = 1โ ๐
๐ + ๐
๐ 1โ ๐ ๐ ๐
=
1โ
=
๐ 1โ ๐
๐ 1โ ๐
๐ ๐
๐ + ๐
2
๐ + 1โ ๐
๐ ๐
3
๐ ๐
๐ ๐
๐ ๐
2
๐ ๐
๐ ๐
+โฏ +
+
๐ +4 1โ ๐
2
๐ ๐
๐ 1โ ๐
2
๐ 1โ ๐
๐ ๐
๐ 1โ ๐
๐ ๐
๐ ๐
+ 1โ 3
๐ ๐
๐ ๐ 1+ + ๐ ๐
2
๐ + 1โ ๐
3
๐ ๐
๐ 1โ ๐
๐ ๐
3
๐ + 1โ ๐
๐ ๐
4
+ 4
๐ ๐
๐ ๐
๐ + 1โ ๐
3
๐ ๐
+ 1โ
๐ ๐
4
+โฏ +
2
๐ + ๐
3
1+
3
+โฏ
+
๐ +โฏ ๐
๐ 1โ ๐
+โฏ
๐๐ฅ ๐ , dengan ๐ โ 0 ๐=0
Akan konvergen dan mempunyai jumlah ๐ ๐= , apabila ๐ฅ < 1 1โ๐ฅ Bentuk Ls diatas menjadi: ๐ฟ๐
=
1 ๐
1โ๐
+โฏ + +
+
๐ ๐
4
+โฏ +
๐ 1โ ๐
๐ ๐
3
+
+โฏ +โฏ
โ
๐ ๐
4
4
Dengan menggunakan deret geometri berikut:
๐ 1โ ๐
๐ ๐
+โฏ
๐ + 1โ ๐
+โฏ +
๐ +3 1โ ๐
4
๐ ๐ + 1โ ๐ ๐
4
๐ 1โ ๐
=
๐ ๐
+ 1โ ๐ ๐
2
๐ 1โ ๐
4
๐ ๐
1โ
3
๐ ๐
๐ ๐
๐ 1โ ๐
๐ ๐
2
1 ๐
1โ๐
+
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
๐ ๐
2
1+
๐ ๐
27
๐ 1โ ๐
3
๐ ๐
1
๐โ๐ ๐
= ๐โ๐ ๐
3
๐ ๐
๐ ๐
๐ฟ๐
=
๐ ๐
=
๐ ๐
=
2
3
๐ ๐ 1+ + ๐ ๐
๐ ๐
2
๐ ๐โ๐
+
+โฏ 2
+โฏ
1 ๐
1โ๐ ๐ ๐โ๐
rata-ratajumlah =
+
+โฏ
๐ + ๐
๐โ๐ ๐
๐ ๐โ๐
Jadi, ๐ฟ๐
๐ ๐โ๐
๐ ๐โ๐
๐ ๐ = + ๐ ๐ ๐ = ๐
+โฏ
๐
1โ๐
(3.3) pelanggan
dalam
sistem
yaitu
๐ ๐โ๐
Dengan demikian langkah kedua selesai dengan Ls dapat dinyatakan dalam bentuk ๐ dan ๐. Langkah 3: Dalam penguraian lebih lanjut, perlu dicari rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang pelanggan dalam sistem (Ws), Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam antrian (Wq), rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (Lq). 1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang pelanggan dalam sistem (Ws) ๐๐
=
1 .๐ฟ ๐ ๐ ๐
=
๐ โ๐
๐
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
=
1 ๐โ๐
(3.4)
2. Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam antrian(Wq) ๐๐
= ๐๐ โ
1 ๐
=
1 1 โ ๐โ๐ ๐
=
๐ ๐ ๐โ๐
(3.5)
3. Rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (Lq) ๐ฟ๐
= ๐ . ๐๐ =๐.
๐ฟ๐
3.3
๐ ๐ ๐โ๐
๐2 = ๐ ๐โ๐
(3.6)
Model Antrian M/M/k Penguraian untuk pelayanan majemuk model antrian M/M/k sama halnya
pada pelayanan tunggal M/M/1, perbedaannya terletak pada pelanggan yang tidak perlu menunggu terlalu lama karena paling sedikit ada k pelayanan untuk melayani pelanggan. Pertama-tama dicari Pn(t) dalam parameter ๐, ๐ dan k. Disini akan diuraikan dua kasus yakni untuk populasi (n โค k) dan (n > k) untuk k = 2 Sebelumnya akan dicari P1 melalui kemungkinan kejadian-kejadian saling lepas dimanaP0 dapat muncul pada saat (t+h) 1.
Tidak terdapat pelanggan pada saat t (๐0 (๐ก)), tidak ada kedatangan dengan peluang (1 โ ๐โ) dan tidak ada pelayanan dengan peluang 1.
2.
Hanya ada satu pelanggan pada saat t (๐1 (๐ก)), tidak ada kedatangan dengan peluang (1 โ ๐โ) dan melayani satu pelanggan dengan peluang (๐โ).
Dengan demikian: ๐0 ๐ก + โ = ๐0 ๐ก 1 โ ๐โ + ๐1 (๐ก)(1 โ ๐โ)(๐โ) Bedasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: ๐0 ๐ก + โ = ๐0 ๐ก Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
maka ๐0 ๐ก = ๐0 ๐ก 1 โ ๐โ + ๐1 (๐ก)(1 โ ๐โ)(๐โ) ๐0 ๐ก = ๐0 ๐ก โ ๐โ๐0 ๐ก + ๐โ๐1 ๐ก โ ๐๐โ2 ๐1 ๐ก 0 = โ๐โ๐0 ๐ก + ๐โ๐1 ๐ก ๐โ๐0 ๐ก = ๐โ๐1 ๐ก ๐1 =
๐ ๐ untuk setiap t ๐ 0
(3.7)
3.3.1 Populasi dari n โค 2 Akan ditentukan kemungkinan-kemungkinan P1dapat muncul seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Tabel Kemungkinan P1 pada Waktu (t+h) Jumlah Jumlah
Kasus
Jumlah
pelanggan
pelanggan
Jumlahkedatanga
pelayanan
pada waktu
pada waktu t
n pada waktu h
pada waktu h
(t + h)
1
0
1
0
1
2
1
0
0
1
3
2
0
1
1
๐1 (๐ก + โ)= ๐0 (๐ก)๐โ ๐1 (๐ก + โ)= ๐1 ๐ก 1 โ ๐โ 1 โ ๐โ ๐1 (๐ก + โ)= ๐2 ๐ก 1 โ ๐โ 2๐โ Perlu diketahui bila kedua pelayanan diisi maka probabilitas satu server adalah ๐โ + ๐โ = 2๐โ, dimana โ2 = 0. Karena ketiganya merupakan kejadian saling lepas dan berlaku untuk setiap t, maka ๐1 = ๐0 ๐โ + ๐1 1 โ ๐โ 1 โ ๐โ + ๐2 1 โ ๐โ 2๐โ ๐1 = ๐โ ๐0 + ๐1 โ ๐โ ๐1 โ ๐โ ๐1 + ๐๐โ2 ๐1 + 2๐โ ๐2 โ 2๐๐โ2 ๐2 0 = ๐โ ๐0 โ ๐โ ๐1 โ ๐โ ๐1 + 2๐โ ๐2 ๐2 =
โ(๐ + ๐) ๐โ ๐1 โ ๐ 2โ๐ 2โ๐ 0
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
๐2 =
(๐ + ๐) ๐ ๐1 โ ๐ 2๐ 2๐ 0 Rumus ini dapat diuraikan untuk peluang dalam n kedatangan, sehingga ๐๐
dapat dirumuskan: ๐๐ =
(๐ + (๐ โ 1)๐) ๐ ๐๐โ1 โ ๐ ๐๐ ๐๐ ๐ โ2
(3.8)
Untuk n = 2, 3, ..., k untuk n โค k
3.3.2 Populasi dari n > 2 Akan dicari peluang terdapat n pelanggan pada waktu (t+h) dengan kemungkinan kejadian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Pelanggan pada Waktu (t+h) pada Model Antrian M/M/k Jumlah Kasus
Jumlah
Jumlah
pelanggan
pelanggan
Jumlahkedatanga
pelayanan
pada waktu
pada waktu t
n pada waktu h
pada waktu h
(t + h)
1
n
0
0
n
2
n+1
0
1
n
3
n-1
1
0
n
๐๐ (๐ก + โ)= ๐๐ (๐ก)(1 โ ๐โ)(1 โ 2๐โ) ๐๐ (๐ก + โ)= ๐๐ +1 ๐ก 1 โ ๐โ 2๐โ ๐๐ (๐ก + โ)= ๐๐ โ1 ๐ก ๐โ 1 โ 2๐โ Jadi, ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก 1 โ ๐โ 1 โ 2๐โ + ๐๐+1 ๐ก 1 โ ๐โ 2๐โ +๐๐โ1 ๐ก ๐โ 1 โ 2๐โ Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก Untuk setiap t didapat ๐๐ = ๐๐ 1 โ ๐โ 1 โ 2๐โ + ๐๐ +1 1 โ ๐โ 2๐โ + ๐๐โ1 ๐โ 1 โ 2๐โ Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
๐๐ = ๐๐ โ ๐โ ๐๐ โ 2๐โ๐๐ + 2๐๐โ2 ๐๐ + 2๐โ ๐๐+1 โ 2๐๐โ2 ๐๐ +1 + ๐โ ๐๐โ1 โ2๐๐โ2 ๐๐โ1 ๐๐ = ๐๐ โ ๐โ ๐๐ โ 2๐โ๐๐ + 2๐โ ๐๐+1 + ๐โ ๐๐โ1 0 = โ ๐โ ๐๐ โ 2๐โ๐๐ + 2๐โ ๐๐+1 + ๐โ ๐๐โ1 2๐โ ๐๐+1 = ๐โ ๐๐ + 2๐โ๐๐ โ ๐โ ๐๐โ1 ๐๐+1 = ๐๐+1 =
โ ๐ + 2๐ ๐โ ๐๐ โ ๐ 2๐โ 2๐โ ๐โ1 ๐ + 2๐ ๐ ๐๐ โ ๐ untuk n > 2 2๐ 2๐ ๐ โ1
Rumus ini dapat dikembangkan untuk k pelayanan menjadi: ๐๐ =
๐ + ๐๐ ๐ ๐๐ โ1 โ ๐ untuk n โฅ k + 1 ๐๐ ๐๐ ๐โ2
3.3.3 Hubungan Antara n dan k 1.
Untuk kasus n < k
Telah diketahui: ๐1 =
๐ ๐ ๐ 0
๐2 =
(๐ + ๐) ๐ ๐1 โ ๐ 2๐ 2๐ 0
Dengan melakukan substitusi didapat: ๐2 =
(๐ + ๐) ๐ ๐ ๐0 โ ๐ 2๐ ๐ 2๐ 0
=
๐ ๐+๐ ๐0 โ1 2๐ ๐
=
๐ ๐+๐โ๐ ๐0 2๐ ๐
=
๐ ๐ ๐ 2๐ ๐ 0
๐0 ๐ ๐2 = 2 ๐ ๐3 =
2
๐ + 2๐ ๐ ๐2 โ ๐ 3๐ 3๐ 1
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3.9)
32
=
๐ + 2๐ ๐0 ๐ 3๐ 2 ๐
2
โ
๐ ๐ ๐ 3๐ ๐ 0
2
= ๐0
๐ ๐
๐ + 2๐ 1 โ 2.3๐ 3
2
= ๐0
๐ ๐
๐ + 2๐ โ 2๐ 2.3๐
2
= ๐0
๐ ๐
๐ 2.3๐
3
๐3 = ๐0
๐ ๐
1 2.3
โฎ 1 ๐ ๐๐ = ๐0 ๐! ๐
๐
Dimana n = 0, 1, 2, ..., k-1
2. Untuk n = k Dengan menggunakan rumus dari persamaan (3.8) ๐๐ =
(๐ + (๐ โ 1)๐) ๐ ๐๐โ1 โ ๐ ๐๐ ๐๐ ๐โ2
(๐ + (๐ โ 1)๐) 1 ๐ = ๐0 ๐๐ (๐ โ 1)! ๐ (๐ + (๐ โ 1)๐) ๐0 ๐ = ๐๐ (๐ โ 1)! ๐
๐โ1
๐โ1
๐ 1 ๐ โ ๐0 ๐๐ (๐ โ 2)! ๐
๐0 ๐ โ ๐(๐ โ 2)! ๐
๐0 ๐ = ๐(๐ โ 2)! ๐
๐โ1
๐ + (๐ โ 1)๐ โ1 (๐ โ 1)๐
๐0 ๐ = ๐(๐ โ 2)! ๐
๐โ1
๐ (๐ โ 1)๐
=
๐0 ๐ ๐(๐ โ 2)! ๐
๐
๐โ2
๐โ1
1 ๐โ1
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
๐๐ =
๐0 ๐ ๐! ๐
๐
3. Untuk n = k+1 dengan menggunakan pengembangan dari rumus (3.9) didapat ๐๐+1 =
๐๐+1
๐ + ๐๐ ๐ ๐๐ โ ๐ ๐๐ ๐๐ ๐โ1
=
๐ + ๐๐ ๐0 ๐ ๐๐ ๐! ๐
=
๐ + ๐๐ ๐0 ๐ ๐๐ ๐! ๐
๐
โ
๐ ๐0 ๐ ๐๐ (๐ โ 1)! ๐
โ
๐0 ๐ ๐! ๐
๐
๐0 ๐ = ๐! ๐
๐
๐ + ๐๐ โ1 ๐๐
๐0 ๐ = ๐! ๐
๐
๐ ๐๐
๐0 ๐ = ๐! ๐ ๐
๐+1
๐โ1
๐
4. Untuk n = k+2 dengan menggunakan pengembangan dari rumus (3.9) didapat ๐๐+2 =
๐ + ๐๐ ๐ ๐๐+1 โ ๐ ๐๐ ๐๐ ๐
๐ + ๐๐ ๐0 ๐ = ๐๐ ๐! ๐ ๐
๐+1
๐ ๐0 ๐ โ ๐๐ ๐! ๐
๐ + ๐๐ ๐0 ๐ = ๐๐ ๐! ๐ ๐
๐+1
๐0 ๐ โ ๐! ๐ ๐
๐0 ๐ = ๐! ๐ ๐
๐+1
๐ + ๐๐ โ1 ๐๐
๐0 ๐ ๐! ๐ ๐
๐+1
๐ ๐๐
=
๐
๐+1
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
๐๐+2 =
๐0 ๐ ๐! ๐ 2 ๐
๐+2
โฎ ๐0 ๐ ๐๐ = ๐ โ๐ ๐! ๐ ๐
๐
(3.10)
3.3.4 Penentuan Peluang dan Ekspektasi Langkah terakhir adalah menentukan ๐0 untuk n < k dan n โฅ k. Perlu diketahui bahwa : โ
๐๐ = 1 ๐=0
๐๐ juga terbagi menjadi dua kasus: 1. n < k-1 2. n โฅ k sehingga jumlah peluang dari kedua kasus tersebut adalah 1 ๐โ1
๐=0
๐
1 ๐ ๐0 ๐! ๐
๐โ1
๐0 ๐=0 ๐โ1
๐0 ๐=0 ๐โ1
๐0 ๐=0 ๐โ1
๐0 ๐=0 ๐โ1
๐0 ๐=0
โ
+ ๐=๐ ๐
1 ๐ ๐! ๐
๐0 + ๐!
๐0 ๐ ๐! ๐ ๐ โ๐ ๐
๐
โ
๐
1
๐=๐
๐ ๐โ๐
๐
1 ๐ ๐! ๐
๐0 1 ๐ + ๐โ๐ ๐! ๐ ๐ ๐
1 ๐ ๐! ๐
+
๐0 ๐!
๐
1 ๐ ๐! ๐
๐0 ๐ + ๐! ๐
๐
๐0 ๐ ๐! ๐
๐
๐
1 ๐ ๐! ๐
๐ ๐
+
๐
+
=1
๐ ๐
=1
๐
+ 1 ๐ ๐ ๐
๐ ๐
๐+1
1 ๐ ๐2 ๐
๐+2
1 ๐ (๐+1)โ๐ ๐+1
+
1 ๐ 1 ๐ 1+ + 2 ๐ ๐ ๐ ๐ 1 ๐
1 โ ๐๐
+
1 ๐ (๐+2)โ๐
+โฏ
๐ ๐
=1
2
+โฏ
=1
=1
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
๐+2
+โฏ
=1
35
๐
๐โ1
1 ๐ ๐! ๐
๐0 ๐ =0
1 ๐ + ๐! ๐
๐
๐๐ ๐๐ โ ๐
=1
1
๐0 =
๐ ๐โ1 1 ๐ ๐=0 ๐! ๐
๐ ๐
1
+ ๐!
๐๐
๐
๐๐ โ๐
Rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (Lq) โ
๐ฟ๐ =
(๐ โ ๐)๐๐ ๐=๐
โ
=
๐ โ ๐ ๐๐ ๐ =๐+1
๐๐ = ๐!
โ
๐โ๐ ๐ =๐+1
๐๐ = ๐ ๐ ๐! 0 ๐๐ = ๐ ๐! 0 ๐๐ = ๐ ๐! 0
โ
๐=๐+1
โ
๐ =๐+1
๐ ๐๐
๐=๐+1
๐ ๐๐
๐0
โ๐
๐+1
๐+2
๐
๐
๐ ๐๐
โ
โ ๐+1 ๐๐ = ๐ ๐! 0
๐ ๐๐
๐ ๐๐
๐+1
๐ ๐๐
๐+1
๐
๐ ๐๐
โ
๐
โ ๐+1 ๐=๐+1
+ ๐+3
๐ + ๐๐
๐+2
๐ ๐๐
๐+1
1+
๐ ๐๐
๐+1
๐ + ๐+2+2 ๐๐
๐ ๐๐
+ ๐+4
๐ + ๐๐
๐+2 + ๐+2+1
๐ ๐๐
๐
๐+1
๐+1
โ ๐+1
๐ ๐๐
๐ ๐ + ๐๐ ๐๐
+โฏ
๐+3
+โฏ
2
+โฏ
Perhatikan bahwa: Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
+โฏ
36
๐ + ๐ + ๐ ๐ + ๐ + 2๐ ๐ 2 + โฏ = ๐ = ๐ + 2, ๐ = 1, ๐ =
๐ ๐๐ + 1โ๐ 1โ๐
2
๐ ๐๐
Sehingga diperoleh, ๐๐ ๐ฟ๐ = ๐ ๐! 0
๐
=
๐ ๐ ๐! 0
๐
=
๐ ๐ ๐! 0
๐+1
๐ ๐๐
๐ ๐๐
๐
(๐ + 2)
+
๐
1 โ ๐๐
๐
๐
1 โ ๐๐ ๐
๐+2
๐+1
๐๐
๐
๐+1
๐๐
๐
๐+1
๐๐
๐๐
โ
๐+1
๐ ๐+1
๐!
๐๐
+
๐
1โ
๐+2
๐๐
2
๐
๐
๐+2
๐๐
๐
๐+1
๐๐
2
๐+1
๐ ๐๐
2
๐
1 โ ๐๐
๐ ๐+1
๐๐
=
๐+2
๐0
๐ ๐
1 โ ๐๐
๐+1
๐๐
2
โ ๐+1
1 โ ๐๐ ๐ ๐ ๐! 0
๐
โ ๐+1
1 1โ
2
โ ๐+1
1 โ ๐๐ ๐
๐+1
๐
๐
๐+1
๐ ๐๐
1 โ ๐๐ ๐
๐+2
๐
โ ๐+2
1 โ ๐๐
=
๐
2
1 โ ๐๐
โ ๐+1
๐
๐
1 โ ๐๐
โ ๐+1
2
(๐ + 2) 1 โ ๐๐ + ๐๐
๐+1
๐
๐๐ = ๐ ๐! 0
๐๐
2
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
๐ ๐๐
๐ ๐๐
37
๐ ๐+1
1 ๐ฟ๐ = ๐ ๐. ๐! 0
๐ ๐
1 โ ๐๐
(3.11)
2
Rata-rata banyaknya pelanggan dalam sistem (Ls) ๐ฟ๐ =
๐ ๐+1
1 ๐ ๐. ๐! 0
๐ ๐
1 โ ๐๐
2
+
๐ ๐
(3.12)
Rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang pelanggan dalam sistem (Ws) ๐ ๐ +1 ๐ ๐ 2
1
๐ ๐.๐! 0
+
1โ
๐ ๐
๐๐
๐๐ =
๐
(3.13)
Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam antrian (Wq) ๐ ๐+1 ๐ ๐ 2
1
๐ ๐.๐! 0 ๐๐ =
1โ
๐๐
๐
(3.14)
(Kakiay, 2004:90)
3.4
Model Antrian M/M/1 Pola Kedatangan Berkelompok Pada model antrian ini para pelanggan datang secara berkelompok pada
waktu yang sama dan mendapat pelayanan secara bergiliran. Jumlah pelanggan dalam kelompok yang satu berbeda dengan kelompok yang lain. Misalkan dalam antrian pembuatan SIM, pemohon SIM yang datang untuk melakukan ujian simulator datang secara berkelompok tergantung dari jumlah pemohon yang lulus pada tahap ujian tulis dimana jumlah pemohon yang lulus pada kelompok satu, dua dan selanjutnya berbeda-beda. Jadi, jumlah pelanggan dalam satu kelompok yang datang selalu acak. Model antrian M/M/1 pola kedatangan berkelompok dinotasikan dengan MX/M/1. Pada model antrian MX/M/1, ukuran suatu kelompok yang masuk kedalam suatu sistem antrian merupakan variabel acak positif X. Jika laju kedatangan suatu kelompok yang terdiri dari k pelanggan dinyatakan dengan ๐๐ maka peluang kedatangan suatu kelompok berukuran k yaitu: Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
๐ ๐ = ๐ = ๐๐ = Dimana ๐ =
๐๐ ๐
โ ๐=1 ๐๐
Berikut ini adalah ilustrasi gambar untuk model antrian M/M/1 dengan kedatangan kelompok acak, dengan jumlah pelanggan dalam kelompok satu, dua atau n pelanggan:
Gambar 3.3Pola Kedatangan Berkelompok Acak Berdasarkan (Anaviroh, 2011:60),dari gambar di atas kemungkinankemungkinan kejadian saling lepas yang dapat terjadi dengan pola kedatangan berkelompok yang berukuran k (1 โค ๐ โค ๐) jika terdapat n (n > 0) pelanggan dalam sistem pada waktu (t+h) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Jumlah Pelanggan pada Waktu (t+h) padaModel Antrian MX/M/1 Jumlah Kasus
Jumlah
Jumlah
pelanggan
pelanggan
Jumlahkedatanga
pelayanan
pada waktu
pada waktu t
n pada waktu h
pada waktu h
(t + h)
1
n
0
0
n
2
n+1
0
1
n
3
nโk
k
0
n
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
4
n
1
1
n
Peluang satu kedatangan secara individu selama periode ฮ๐ก = โ adalah ๐โ. Sedangkan pada model antrian dengan pola kedatangan berkelompok, peluang satu kedatangan yang terdiri dari ๐ pelanggan selama periode ฮ๐ก = โ adalah ๐๐๐ โ dimana ๐๐ merupakan distribusi ukuran kelompok kedatangan. Berdasarkan tabel 3.4 terlihat perbedaan kemungkinan kejadian pada model antrian M/M/1 dengan model antrian MX/M/1 yaitu pada kasus ketiga. Kasus ketiga dapat diuraikan sebagai berikut: ๐๐ (๐ก + โ)= peluang kedatangan berukuran 1 + peluang kedatangan berukuran 2 + ... + peluang kedatangan berukuran n = Pn-1(t) (๐๐1 โ) (1- ๐โ) + Pn-2(t) (๐๐2 โ) (1- ๐โ) + ... + P0(t) (๐๐๐ โ) (1- ๐โ) = Pn-1(t) (๐๐1 โ) + Pn-2(t) (๐๐2 โ) + ... + P0(t) (๐๐๐ โ) ๐
=
๐๐ โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ ๐=1
maka Pn(t+h) pada kasus model antrian dengan pola kedatangan berkelompok yaitu: ๐๐ ๐ก + โ = kasus 1 + kasus 2 + kasus 3 + kasus 4 ๐
= ๐๐ t 1 โ ๐โ โ ๐โ + ๐๐ +1 (t)(๐โ) +
๐๐โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ ๐=1 ๐
= ๐๐ t โ ๐โ๐๐ t โ ๐โ๐๐ t + ๐โ๐๐ +1 (t) +
๐๐โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ ๐=1
Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: ๐๐ ๐ก = ๐๐ ๐ก + โ ๐
๐๐ ๐ก = ๐๐ t โ ๐โ๐๐ t โ ๐โ๐๐ t + ๐โ๐๐ +1 (t) +
๐๐ โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ ๐=1 ๐
0 = โ๐โ๐๐ t โ ๐โ๐๐ t + ๐โ๐๐+1 (t) +
๐๐ โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ ๐=1
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
๐
0 = โ ๐ + ๐ โ๐๐ t + ๐โ๐๐+1 t +
๐๐ โ๐ ๐ก ๐๐๐ โ , untuk n โฅ 1 ๐=1
Berdasarkan perumusan pada model antrian M/M/1 sebelumnya didapatkan: ๐๐0 = ๐๐1 ๐๐1 โ ๐๐0 = 0
(3.15๐)
Untuk n โฅ 1 ๐
0 = โ ๐ + ๐ ๐๐ + ๐๐๐+1 +
๐๐โ๐ ๐๐๐ , untuk setiap t
(3.15๐)
๐=1
Perumusan peluang dan ekspektasi model antrian MX/M/1 adalah sebagai berikut: 1. Peluang fasilitas pelayanan akan kosong (๐0 ), yaitu: ๐0 = 1 โ
๐๐ ๐
(3.16)
Dengan ๐ = ๐ธ(๐) adalah nilai harapan ukuran kelompok yang masuk dalam sistem. 2. Rata-rata banyaknya pelanggan dalam sistem (๐ฟ๐ ), yaitu: ๐
๐ฟ๐ =
๐ + ๐ ๐ธ(๐ 2 )
(3.17)
2(1 โ ๐)
atau ๐ฟ๐ =
๐พ+1 ๐ 2 1โ๐
(3.18)
3. Rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (๐ฟ๐ ), yaitu: ๐
๐ฟ๐ =
๐ + ๐ ๐ธ(๐ 2 )
โ๐
(3.19)
๐พ+1 ๐ โ๐ 2 1โ๐
(3.20)
2(1 โ ๐)
atau ๐ฟ๐ =
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
4. Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam sistem (๐๐ ), yaitu: ๐
๐๐ =
๐ + ๐ ๐ธ(๐ 2 )
(3.21)
2๐๐ธ(๐)(1 โ ๐)
atau ๐๐ =
1 ๐พ + ๐พ2 2๐(1 โ ๐) ๐พ
(3.22)
5. Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam antrian (๐๐ ), yaitu: ๐
๐๐ =
๐ + ๐ ๐ธ(๐ 2 ) 2๐๐ธ(๐)(1 โ ๐)
โ
1 ๐
(3.23)
atau ๐๐ =
1 ๐พ 2 โ ๐พ(1 โ 2๐) 2๐(1 โ ๐) ๐พ
(3.24)
(Anaviroh, 2011:73-77)
3.5
Model Antrian M/M/1 Pola Pelayanan Berkelompok Model antrian M/M/1 dengan pelayanan berkelompok adalah suatu sistem
antrian
yang
pelayanannya
mampu
melayani
pelanggan
secara
berkelompok/borongan sebanyak k pelanggan dalam satu waktu. Namun jika jumlah pelanggan yang datang kurang dari k pelanggan maka pelanggan tersebut akan tetap mendapatkan pelayanan tanpa harus menunggu hingga k pelanggan. Model antrian M/M/1 dengan pelayanan berkelompok dinotasikan dengan M/MK/1. Contoh kasus pada model antrian ini adalah antrian ujian teori pada proses pembuatan SIM di Polrestabes Bandung, dimana ruang ujian memuat paling banyak 20 pemohon.
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Selanjutnya akan dicari perumusan probabilitas dan ekspektasi dari model antrian M/MK/1. Pertama-tama akan dicari kemungkinan kejadian-kejadian saling lepas dimana P0 dapat muncul pada saat (t+h): 1.
Tidak terdapat kedatangan pada saat t (P0(t)), tidak ada kedatangan dengan peluang (1 โ ๐โ) dan tidak ada pelayanan dengan peluang 1.
2.
Terdapat i pelanggan pada saat t (Pi(t)), tidak ada kedatangan dengan peluang (1 โ ๐โ) dan terdapat i pelanggan yang dilayani dengan ๐ = 1, 2, โฆ , ๐ dengan peluang (๐โ)
Dengan demikian ๐0 ๐ก + โ = ๐0 ๐ก 1 โ ๐โ + ๐๐ ๐ก 1 โ ๐โ (๐โ) Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: ๐0 ๐ก + โ = ๐0 ๐ก Maka ๐0 ๐ก = ๐0 ๐ก 1 โ ๐โ + ๐๐ ๐ก 1 โ ๐โ (๐โ) ๐
๐0 ๐ก = ๐0 ๐ก โ ๐โ๐0 ๐ก + ๐โ
๐๐ (๐ก) ๐=1
๐
0 = โ๐๐0 ๐ก + ๐
๐๐ ๐ก
(3.25)
๐=1
Selanjutnya akan ditentukan kemungkinan-kemungkinan n pelanggan dapat muncul pada saat (t+h) seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Jumlah Pelanggan pada Waktu (t+h) Pada Model Antrian M/MK/1
Kasus
1
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Pelanggan
Kedatangan
Pelayanan
Pelanggan pada
pada Waktu t
pada Waktu h
pada Waktu h
waktu (t+h)
n
0
0
n
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
2
nโ1
1
0
n
3
n+k
0
k
n
Berdasarkan tabel di atas, terlihat perbedaan kemungkinan kejadian pada model antrian M/M/1 dengan model antrian M/MK/1 yaitu pada kasus ketiga. Kasus ketiga dapat diuraikan sebagai berikut: ๐๐ (๐ก + โ) = ๐๐ +๐ (๐ก)(1 โ ๐โ)(๐โ) Maka Pn (t+h) pada kasus model antrian M/MK/1 yaitu: ๐๐ ๐ก + โ = kasus 1 + kasus 2 + kasus 3 ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก 1 โ ๐โ 1 โ ๐โ + ๐๐ โ1 ๐ก ๐โ 1 โ ๐โ + ๐๐+๐ ๐ก 1 โ ๐โ (๐โ) ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก 1 โ ๐โ โ ๐โ + ๐๐โ1 ๐ก ๐โ + ๐๐+๐ ๐ก (๐โ) ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก โ ๐โ๐๐ ๐ก โ ๐โ๐๐ ๐ก + ๐โ๐๐โ1 ๐ก + ๐โ๐๐ +๐ ๐ก Berdasarkan asumsi, untuk h yang kecil berlaku: ๐๐ ๐ก + โ = ๐๐ ๐ก Sehingga ๐๐ ๐ก = ๐๐ ๐ก โ ๐โ๐๐ ๐ก โ ๐โ๐๐ ๐ก + ๐โ๐๐โ1 ๐ก + ๐โ๐๐+๐ ๐ก 0 = โ๐โ๐๐ ๐ก โ ๐โ๐๐ ๐ก + ๐โ๐๐โ1 ๐ก + ๐โ๐๐ +๐ ๐ก 0 = โ ๐ + ๐ ๐๐ ๐ก + ๐๐๐โ1 ๐ก + ๐๐๐+๐ ๐ก
(๐ โฅ 1)
(3.26)
Persamaan (3.25) dan (3.26) dapat ditulis kembali menjadi 0 = ๐๐๐ + ๐๐๐โ1 + โฏ + ๐๐1 โ ๐๐0
(3.27)
0 = โ ๐ + ๐ ๐๐ + ๐๐๐โ1 + ๐๐๐+๐ ๐ โฅ 1
(3.28)
Berdasarkan buku Fundamentals of Queueing Theory,Persamaan (3.28) dapat dinyatakan sebagai: ๐๐ท๐+1 โ ๐ + ๐ ๐ท + ๐ ๐๐ = 0
๐โฅ0
(3.29)
Dimana D merupakan persamaan karakteristik Misalkan ๐1 , ๐2 , โฆ , ๐๐+1 adalah akar-akar dari persamaan karakteristik, maka ๐+1
๐ถ๐ ๐๐๐
๐๐ =
(๐ โฅ 0)
๐=1
Dengan ๐ถ๐ adalah konstanta Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Kita tahu bahwa
โ ๐=0 ๐๐
= 1, sehingga masing-masing ๐๐ harus kurang dari satu
atau ๐ถ๐ = 0 untuk semua ๐๐ yang lebih dari satu. Sehingga dapat di ketahui bahwa jumlah dari seluruh akar kurang dari satu. Berdasarkan teorema rouche hanya terdapat satu akar katakanlah ๐0 yang nilainya berada pada selang (0,1) sehingga ๐๐ = ๐ถ๐0๐
(๐ โฅ 0, 0 < ๐0 < 1)
Dengan menggunakan kondisi batas dan
โ ๐=0 ๐๐
= 1, kita dapatkan
๐ถ = ๐0 = 1 โ ๐0 Maka ๐๐ = (1 โ ๐0 )๐0๐ ๐ โฅ 0, 0 < ๐0 < 1
(3.30)
Selanjutnya akan dicari ekspektasi dari model antrian M/MK/1. Karena bentuk di atas serupa dengan model antrian M/M/1, kita dapat menulis 1. Rata-rata banyaknya pelanggan dalam sistem (Ls) ๐0 ๐ฟ๐ = 1 โ ๐0
(3.31)
2. Rata-rata banyaknya pelanggan dalam antrian (Lq) ๐0 ๐ฟ๐ = โ ๐0 1 โ ๐0
(3.32)
3. Rata-rata jumlah waktu yang dihabiskan seorang pelanggan dalam sistem (Ws) ๐0
๐๐ =
1โ๐0
๐๐0
=
1 ๐(1 โ ๐0 )
(3.33)
4. Rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan seorang pelanggan dalam antrian (Wq) ๐0
๐๐ =
1โ๐0
โ ๐0
๐๐0
=
๐0 ๐(1 โ ๐0 )
(3.34)
Eka Septia Tantias, 2014 Sistem antrian pembuatan sim di polrestabes bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu