3
p
xs
p
xs Gambar 1 Sayatan transversal akar andromonoecious; lapisan periderm (p), xilem sekunder (xs)
p p
xs
xs
Gambar 2 Sayatan transversal akar monoecious; lapisan periderm (p), xilem sekunder (xs) Pengamatan Anatomi Batang Sayatan transversal batang tanaman andromonoecious dan monoecious memiliki struktur anatomi yang sama. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa struktur anatomi batang yang berumur ± 1 bulan memiliki sel epidermis yang tersusun rapat dan memiliki 4 – 5 lapisan periderm. Parenkima korteks mengandung sklerenkima dengan penebalan merata pada dindingnya (Gambar 3). Batang tanaman andromonoecious dan monoecious samasama memiliki 4 – 6 susunan berkas pembuluh. Berkas xilem mengandung lignin dan memiliki 5 – 7 jari-jari xilem dengan ukuran panjang xilem 33 – 36 µm dan lebar xilem 26 – 28 µm (Lampiran 6).
1
xs
Pengamatan Anatomi Daun Pengamatan pada sayatan paradermal sisi adaksial dan abaksial daun andromonoecious dan monoecious menunjukkan bahwa daun J. curcas memiliki stomata bertipe anomositik (Gambar 4). Kerapatan stomata pada sisi adaksial dijumpai lebih tinggi pada daun andromonoecious, yaitu 32,89/mm2. Sedangkan kerapatan stomata pada sisi abaksial dijumpai lebih tinggi pada daun monoecious, yaitu 179,82/mm2. Kisaran ukuran stomata bervariasi dengan panjang 20 – 40 µm dan lebar 15 – 27,5 µm (Tabel 1).
xs
p s
p
pk
s
2
xs
pk s p
p
s
xs
Gambar 3 Sayatan transversal batang (1) andromonoecious dan (2) monoecious; lapisan periderm (p), sklerenkima (s), parenkima korteks (pk), xilem sekunder (xs)
4
Pengamatan struktur anatomi daun pada sayatan transversal menunjukkan bahwa susunan daun terdiri dari kutikula, epidermis atas, parenkima palisade, parenkima bunga karang dan epidermis bawah (Gambar 5). Berdasarkan data yang diperoleh, daun pada tanaman andromonoecious dan monoecious berbeda yakni pada tebal daun, tebal lapisan epidermis atas dan bawah, tebal parenkima
1 a
palisade dan bunga karang. Daun tanaman andromonoecious lebih tipis dari pada daun tanaman monoecious karena daun andromonoecious memiliki ukuran epidermis atas, parenkima palisade, parenkima bunga karang yang lebih tipis. Ukuran epidermis bawah daun tanaman andromonoecious lebih tebal dari daun monoecious (Tabel 2).
b st
e
e
st
2 a
b
e
st e st Gambar 4 Sayatan paradermal daun (1) andromonoecious dan (2) monoecious pada sisi (a) adaksial dan (b) abaksial; stomata (st), epidermis (e) Tabel 1 Kerapatan dan ukuran stomata sisi adaksial dan abaksial daun andromonoecious dan monoecious Kerapatan Stomata / mm2 Kisaran Ukuran Stomata (µm) Daun Adaksial Abaksial Panjang Lebar Andromonoecious
32,89
166,66
20 - 40
15 – 27,5
Monoecious
26,32
179,82
20 - 40
15 – 27,5
ea pp
ea pp
pb pb eb eb Gambar 5 Sayatan transversal daun tanaman (1) andromonoecious dan (2) monoecious; epidermis atas (ea), parenkima palisade (pp), parenkima bunga karang (pb), epidermis bawah (eb)
5
Tabel 2 Ukuran anatomi sayatan transversal daun tanaman andromonoecious dan monoecious Tebal (µm) Daun Epidermis Parenkima Parenkima Epidermis Tebal atas palisade bunga karang bawah daun Andromonoecious Monoecious
27,50 29,06
45,47 53,20
85,94 96,25
Pengamatan Anatomi Bunga Sayatan longitudinal pada fase kuncup kecil pada bunga hermaprodit dan bunga jantan menunjukkan adanya antera yang belum merekah dengan polen yang sudah terbentuk (Gambar 6). Fase kuncup sedang menunjukkan adanya ovari pada bunga hermaprodit dengan ovul yang tidak terlihat (Gambar 7). Gambar 8 (1 - 2) menunjukkan adanya kelenjar nektar pada bunga hermaprodit dan bunga jantan fase 1 hari sebelum anthesis. Gambar 8 (1) menunjukkan ovul pada bunga hermaprodit fase 1 hari
1
20,94 19,22
176,30 196,30
sebelum anthesis. Gambar 8 (2) menunjukkan antera pada bunga hermaprodit dan bunga jantan fase 1 hari sebelum anthesis belum merekah, dengan polen telah dewasa yang mengandung 2 inti, yaitu inti vegetatif dan inti generatif yang masih berada di dalam kantong polen. Bunga anthesis memiliki ovul dengan kantong embrio yang memperlihatkan adanya inti polar (Gambar 9). Sayatan longitudinal pada bunga hermaprodit hanya terlihat 2 dari 3 ovul.
2
bs
bs
k
k
Gambar 6 Perkembangan (1) bunga hermaprodit dan (2) bunga jantan dengan sayatan longitudinal pada fase kuncup kecil; kelopak (k), benang sari (bs)
1
2
m
m
bs
o
bs
Gambar 7 Perkembangan (1) bunga hermaprodit dan (2) bunga jantan dengan sayatan longitudinal pada fase kuncup sedang; mahkota (m), ovari (o), benang sari (bs)
6
1 pt
o
il
bs id
ov
sn
kn
2 bs pd inti
po
an kn
Gambar 8 Perkembangan (1) bunga hermaprodit dan (2) bunga jantan dengan sayatan longitudinal pada fase 1 hari sebelum anthesis; putik (pt), ovari (o), ovul (ov), benang sari (bs), kelenjar nektar (kn), integumen luar (il), integumen dalam (id), subdermal nuselar (sn), polen (po), antera (an), polen dewasa (pd)
1
2 pt bs
il
m
bs
ov id
ip sn
ke kn
kn
0,5 mm
Gambar 9 Perkembangan (1) bunga hermaprodit dan (2) bunga jantan dengan sayatan longitudinal pada fase anthesis; putik (pt), ovari (o), ovul (ov), integumen luar (il), integumen dalam (id), subdermal nuselar (sn), mikropil (m), inti polar (ip), kantong embrio (ke), benang sari (bs), kelenjar nektar (kn)
PEMBAHASAN Tanaman J. curcas merupakan tanaman dikotil yang memiliki akar tunggang. Struktur anatomi akar J. curcas andromonoecious dan monoecious pada sayatan transversal tidak dapat dibedakan. Akar andromonoecious maupun monoecious telah mengalami pertumbuhan sekunder pada umur ± 1 bulan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwati et al. (2008) di Balittas, Malang yang menyebutkan bahwa akar kecambah benih J. curcas yang berumur 3 minggu telah mengalami petumbuhan sekunder. Keadaan ini ditunjukkan oleh adanya lapisan periderm yang telah menggantikan epidermis, dan berkas pembuluh telah menyebar. Berkas pembuluh xilem telah menyebar, sehingga memiliki tipe poliarkh, yang berarti memiliki banyak jumlah berkas pembuluh xilem (Rudall 2007). Dinding sel xilem pada akar J. curcas mengandung lignin yang berfungsi sebagai penguat dan penyokong (Hidayat 1995). J. curcas memiliki batang yang berkayu (Hambali 2006). Berdasarkan pengamatan morfologi di lapang, batang tanaman andromonoecious dan monoecious memiliki perbedaan pada jumlah cabang dan jarak buku batangnya. Jumlah cabang pada batang andromonoecious lebih banyak dibandingkan tanaman monoecious. Jarak buku batang pada tanaman andromonoecious lebih pendek dari tanaman monoecious. Sedangkan dari struktur anatominya, batang J. curcas andromonoecious dan monoecious tidak berbeda. Batang pada J. curcas andromonoecious maupun monoecious ternyata juga telah mengalami pertumbuhan sekunder pada umur ± 1 bulan. Lapisan epidermisnya juga telah tergantikan oleh beberapa lapisan periderm. Sel parenkima korteks mengandung sklerenkima dengan selsel yang mengalami penebalan merata pada dinding. Berkas xilem pada batang juga mengalami penebalan dinding. Hal ini berarti berkas xilem mengandung lignin yang berfungsi sebagai penguat dan penyokong (Hidayat 1995). Tanaman J. curcas memiliki daun tunggal, lebar, bertulang daun menjari dengan sisi berlekuk, dan bersudut 3 - 5 (Hambali 2006). Sayatan paradermal daun J. curcas andromonoecious dan monoecious memiliki stomata bertipe anomositik yang terdapat pada sisi adaksial dan abaksial daun. Sisi abaksial daun memiliki stomata yang lebih banyak dibandingkan dengan sisi
adaksialnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raden et al. (2008). Kerapatan stomata pada sisi adaksial dijumpai lebih tinggi pada daun andromonoecious. Sedangkan kerapatan stomata pada sisi abaksial dijumpai lebih tinggi pada daun monoecious. Struktur anatomi daun J. curcas andromonoecious dan monoecious tersusun atas kutikula, epidermis atas, mesofil (parenkima palisade dan parenkima bunga karang), berkas pembuluh dan epidermis bawah. Kutikula pada J. curcas sangat tipis, sehingga tidak dilakukan pengukuran. Tumbuhan dikotil memiliki mesofil yang terdiri dari dua macam parenkima, yaitu parenkima palisade dan parenkima bunga karang (Fahn 1991). Mesofil pada J. curcas bertipe bifasial. Sel-sel parenkima palisade pada sayatan melintang J. curcas tersusun dalam 1 - 2 lapisan dan terlihat seperti tongkat yang tersusun berjajar seperti pagar. Sel-sel palisade ini terletak langsung di bawah sel epidermis yang hanya terdapat pada sisi atas daun saja. Parenkima bunga karang berada di bawah parenkima palisade dan tepat di atas epidermis bagian bawah. Sel-sel parenkima bunga karang memiliki cuping-cuping yang menghubungkan sel-sel disebelahnya. Parenkima palisade mengandung banyak kloroplas, sedangkan parenkima bunga karang mengandung sedikit kloroplas (Purwati et al. 2008). Bunga J. curcas tersusun secara majemuk yang terbatas dan terbentuk pada cabang terminal (Utomo 2008). Tanaman monoecious menghasilkan bunga betina yang dikelilingi oleh bunga jantan. Tanaman andromonoecious menghasilkan bunga hermaprodit yang dikelilingi oleh bunga jantan. Jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan bunga betina maupun bunga hermaprodit. Bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit memiliki 5 kelopak, 5 mahkota, dan 5 kelenjar nektar. Bunga jantan dan bunga hermaprodit memiliki 10 benang sari. Putik pada bunga hermaprodit memiliki 3 ovul. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Janah (2011). Perkembangan bunga hermaprodit pada tanaman andromonoecious dan bunga jantan pada tanaman monoecious dapat dibedakan dari hasil sayatan longitudinal. Perkembangan bunga dapat dibedakan dari beberapa tingkatan, yaitu fase kuncup kecil, fase kuncup sedang, fase 1 hari sebelum anthesis dan fase anthesis. Benang sari pada fase kuncup kecil bunga hermaprodit dan