FORTIFIKASI Fe PADA FLAKES SINGKONG (Manihot esculenta crantz) BEBAS GLUTEN DENGAN TEPUNG AMPAS KELAPA UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Siti Rahayu, Ade Heri Mulyati, Diana Widiastuti
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO.BOX 452 Bogor, Jawa Barat ABSTRACT Autism is a disorder in children characterized the emergence of disruptions and delays in cognitive, communication, interest in social interaction, and temperament (Febry, 2010). Food containing casein (milk protein) and gluten (wheat protein) can cause allergies and degrade the health of people with autism (Winarno, 2013). Ready to eat cereal products (Flakes) are made from cassava flour ity that are rich in carbohydrates but do not contain gluten with coconut fibres and fiber-rich food and enriched with minerals Fe can be used as an alternative food for children with autism who are expected to meet the nutritional needs and do not cause allergies, and lowers health care for people with autism. This research aims to produce Flakes made from cassava flour with the addition of coconut fibres enriched mineral Fe that can be consumed by children with special needs. The tasting begins with the manufacture of the raw materials of cassava flour and coconut fibres. manufacture of Flakes with different formulations, that is A1 (Flakes with 100% cassava flour), A2 (Flakes with 80% cassava flour and 20% of coconut flour), A3 (Flakes with 80% cassava flour and 20% of coconut flour and mineral Fe). The three kinds of analyzed of physical (texture, colour, aroma), chemical (gluten, water content, ash, protein, fat, carbohydrate, food fiber, minerals) and microbiology (Total Plate Count, Escherichia coli, Mold and Bacillus cereus).Then conducted organoleptic tests to children with special needs and see the response given and the level of satisfaction given. A3 cassava flakes are selected products, flakes A3 chemical testing result are gluten free, water content 2.55%, ash 2.41%, fat 14.58%, protein 4.79%, carbohydrate 75.67%, dietary fiber 8.64% and minerals which are K 2353.07ppm, Na 2181.69ppm, Fe 1479.38ppm, Ca 227.45ppm, Mg 1967.90ppm. All of meet microbiology parameters the criteria of requirements. Absence of a response negative on children with special needs.
Keywords: Autism, Gluten, cassava, coconut fibres waste, flakes, Mineral Fe, Fortification.
1
akan karbohidrat namun tidak mengandung
PENDAHULUAN Autisme merupakan ketidakmampuan
gluten.
seseorang untuk berinteraksi dengan orang
Singkong
merupakan
salah
satu
lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan
tanaman
dengan
tertunda,
mengandung gluten (free gluten) dan dapat
pembalikan kalimat, rute ingatan yang kuat
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat
dan keinginan yang obsesif. Penyandang
yang efisien, sumber pangan yang murah
autis,
dan mudah didapat, pakan ternak, bio etanol
penguasaan
khususnya
yang
anak-anak
harus
umbi-umbian
yang
tidak
mengkonsumsi makanan yang memiliki
dan
komposisi nilai gizi protein, karbohidrat,
Singkong dapat digunakan sebagai bahan
kalsium dan mineral yang cukup dan
baku dalam pembuatan produk siap santap
seimbang
seperti Flakes.
untuk
pertumbuhan
dan
manfaat
lainnya
untuk
industri.
perkembangannya (Breton, 2001). Pangan
Fortifikasi pangan adalah penambahan
yang mengandung kasein (protein susu) dan
zat gizi (nutrien) ke pangan. Tujuan utama
gluten (protein gandum) dapat menyebabkan
fortifikasi adalah untuk meningkatkan status
alergi dan menurunkan kesehatan penderita
gizi (Siagian, 2003). Tepung singkong
autis (Winarno, 2013). Menurut para ahli,
memiliki kadar besi yang rendah, sehingga
diet yang tepat bagi penderita autis yaitu diet
dilakukan fortifikasi mineral Fe pada tepung
GFCF (Gluten free Casein free) karena
singkong. Zat besi merupakan salah satu
gluten
mineral mikro atau trace element yang
akan
membentuk
gluteomorfin
sedangkan
kasein
akan
kaseomorfin
sehingga terjadi
membentuk
diperlukan
bagi
tubuh.
Mineral
Fe
gangguan
diperlukan untuk pembentukan myelin yang
perilaku seperti hiperaktif (Newschaffer CJ,
akan mempengaruhi kecepatan hantar syaraf
Croen LA, Daniels J, 2007).
sehingga mempercepat proses penyampaian
Salah satu tahap pemilihan makanan
informasi dan berdampak pada kecerdasan.
untuk penderita autis adalah menghindari
Ampas
kelapa
merupakan
hasil
konsumsi kasein dan gluten, tetapi bahan
samping
pangan yang memenuhi persyaratan tersebut
mengandung serat pangan cukup tinggi,
masih jarang ditemukan. Singkong dapat
protein yang baik dan bebas gluten. Seiring
dijadikan
untuk
dengan perkembangan teknologi, ampas
penyandang autis, karena singkong kaya
kelapa tidak hanya dimanfaatkan sebagai
sebagai
makanan
2
dari
pembuatan
santan
dan
pakan ternak melainkan sebagai bahan
menggunakan solar cell, oven atau mesin
pangan manusia (Rosida et al., 2008).
pengering hingga mencapai batas kadar air
Produk
sereal
siap
santap
yang
maksimum yang telah ditentukan. Sawut
berbahan dasar tepung singkong bebas
kering yang dihasilkan kemudian digiling
gluten dengan penambahan tepung ampas
dan diayak dengan ayakan 60 mesh.
kelapa dan diperkaya dengan mineral Fe
Pembuatan Tepung Ampas Kelapa
dikembangkan dan diteliti untuk memenuhi
Menurut Supriatna, et al. (2012),
kebutuhan gizi khusus bagi penderita autis.
sebanyak 1 kg ampas kelapa ditambahkan
METODE PENELITIAN
air dengan perbandingan 1: 8, direbus
Waktu dan Tempat Penelitian
sampai mendidih, dibiarkan selama 40 menit
Penelitian ini dilakukan pada bulan
sambil diaduk. Selanjutnya ampas kelapa
Maret - Mei 2016 di Laboratorium Makanan
dipress
Olahan Balai Besar Industri Agro Bogor
50oC.Ampas kelapa yang telah kering
yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No.11
kemudian digiling. Proses terahir adalah
Bogor.
pengayakan dengan menggunakan ayakan
BAHAN DAN ALAT
60 mesh
Bahan
Pembuatan Flakes
Bahan
yang
digunakan
dan
dikeringkan
pada
suhu
Pembuatan Flakes singkong dilakukan
singkong,
ampas kelapa, mineral Fe margarine, gula
dengan
berbagai
variasi
rasio
tepung
pasir, garam, susu skim, santan dan air.
singkong dan tepung ampas kelapa dalam
Analisis kimia, dan mikrobiologi.
100 gram bahan. Flakes dibuat dengan
Alat
bahan : tepung singkong, tepung ampas Alat yang digunakan pisau, tray, meja
kelapa, mineral Fe, margarin, gula pasir,
pengering, alat pengepres, saringan, dan alat
garam, santan kelapa, susu skim dan air.
penepung, analisis kimia dan mikrobiologi.
Pertama
singkong
yang
semua
bahan
sesuai
dengan formulasi yang ditentukan, lalu
Pembuatan Tepung Singkong Daging
timbang
campurkan
telah
bahan-bahan,
selanjutnya
dibersihkan dari kulitnya lalu dicuci dengan
tambahkan sedikit demi sedikit santan
air bersih, lalu singkong diparut atau
kelapa.Setelah terbentuk adonan, tambahkan
dirajang untuk menghasilkan sawut basah.
lagi air hangat. Kedua yaitu lakukan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan
pengukusan adonan, yang sebelumnya di 3
bentuk
panjang
lonjong
seperti
sosis.
3. A3: 80% tepung singkong, 20% tepung
Selanjutnya pendinginan dan pemotongan
ampas kelapa dan Mineral Fe
pada Flakes, pemagangan pada oven dengan
Flakes yang dihasilkan dikarakterisasi
O
suhu 150 C selama 20 menit. Tahap terakhir
secara
yaitu pendinginan pada Flakes yang telah
Karakterisasi fisik meliputi warna, aroma,
terbentuk. Pada penelitian ini akan dibuat
kerenyahan, dan rasa. Karakteristik kimia
Flakes dengan 3 formulasi tepung yang
meliputi analisis gluten, analisis proksimat,
berbeda yaitu:
analisis
1. A1: 100% tepung singkong
Karakteristik mikrobilogi meliputi Angka
2. A2: 80% tepung singkong dan 20%
Lempeng Total (ALT), E.coli, kapang dan
tepung ampas kelapa.
fisik,
serat
kimia
dan
pangan
mikrobiologi.
dan
mineral.
Bacillus cereus.
HASIL DAN PEMBAHASAN . Tabel 1 Karakteristik Fisik Tepung Singkong Dan Tepung Ampas Kelapa No
Parameter
Satuan
Tepung singkong
Tepung ampas kelapa
1
Warna
-
Putih
Putih
2
Tekstur
-
Halus
Sedikit berserat
3
Aroma
-
Singkong
Kelapa
Karakteristik fisik tepung singkong
hal
tersebut
karena
sebelum
proses
dan tepung ampas kelapa dilakukan secara
penyawutan kulit singkong dibuang dan
visual dengan indra penglihatan meliputi
singkong dibersihkan. Begitupun dengan
pengamatan warna, tekstur dan aroma.
ampas kelapa, kulit ari daging kelapa (testa)
Parameter warna, tepung singkong dan
dibuang dan dibersihkan terlebih dahulu.
tepung ampas kelapa memiliki warna putih
. Gambar 2 Tepung Ampas Kelapa
Gambar 1 Tepung Singkong
4
Parameter
tekstur
dari
tepung
singkong dan tepung ampas kelapa sesuai
singkong halus tidak berserat, sedangkan
dengan aroma khas singkong dan ampas
Tepung ampas kelapa memiliki tekstur yang
kelapa.
berserat. Parameter aroma dari tepung Karakteristik kimia Flakes Tabel 2 Karakteristik Kimia Flakes No
Parameter
Satuan
Flakes A1
Flakes A2
Flakes A3
Ppm
0,0049
0,0040
0,0042
1
Gluten
2
Air
%
2,54
2,52
2,55
3
Abu
%
2,34
2,27
2,41
4
Lemak
%
10,06
14,40
14,58
5
Protein
%
2,35
4,50
4,79
6
Karbohidrat
%
82,71
76,31
75,67
7
Serat Pangan
%
4,15
8,56
8,64
8
K
Ppm
2160,42
2346,11
2353,07
9
Na
Ppm
1845,35
2163,66
2181,69
10
Fe
Ppm
1225,38
1415,42
1479,38
11
Ca
Ppm
219,64
225,24
227,45
12
Mg
Ppm
1904,54
1996,45
1967,60
Penyandang autis, khususnya anak-anak Menurut Codex Alimentarius yang
harus menghindari mengkonsumsi kasein
dikutip oleh Arora (2015) terdapat 2 jenis
(protein susu) dan gluten (protein gandum),
label makanan tentang gluten yaitu “Gluten Free”
jika
konsentrasi
gluten
karena
berada
menyebabkan
dibawah 20 ppm dan “Very Low Gluten”
Hasil
gluten
(Gluten
menurunkan
karena tidak mengandung gluten.
tersebut
Kandungan air dalam bahan makanan
menunjukan bahwa flakes singkong tidak mengandung
dan
dapat
dapat dikonsumsi oleh penyandang autis
singkong A1, A2 dan A3 yaitu 0,0049, 0,0042.
alergi
gluten
Sehingga Flakes singkong A1, A2 dan A3
100 ppm. Hasil analisis gluten pada flakes
dan
dan
kesehatan penderita autis (Winarno, 2013).
jika konsentrasi gluten berkisar antara 20 –
0,0040
kasein
menentukan acceptability, kesegaran, dan
Free).
daya tahan bahan 5
tersebut (Winarno,
1997). Air merupakan komponen penting
Lemak merupakan zat makanan yang
dalam bahan makanan karena air dapat
penting untuk menjaga kesehatan tubuh
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
manusia. Lemak merupakan sumber energi
cita rasa makanan. Penentuan kadar air
bagi tubuh yang lebih efektif dibandingkan
dilakukan
oven
karbohidrat dan protein. Satu gram lemak
(gravimetri). Prinsipnya hilangnya bobot
menghasilkan 9 Kkal energi sedangkan
sampel pada pemanasan 1050C dianggap
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan
sebagai kadar air dalam sampel. Kandungan
4Kkal/gram.
kadar air pada flakes singkong A1, A2 dan
ditentukan dengan metode ekstraksi soxhlet
A3 secara berturut-turut yaitu sebesar
menggunakan pelarut non polar (n-heksana)
2,54%, 2,52% dan 2,55%. Kadar air untuk
karena lemak hanya dapat larut dalam
flakes menurut karakteristik atau syarat
pelarut non polar. Hasil analisis kadar lemak
mutu makanan pelengkap serealia instant
flakes singkong A1 yaitu sebesar 10,06%,
berdasarkan (SNI) 01-3842-1995, maksimal
A2 sebesar 14,40% dan A3 sebesar 14,58%.
dengan
cara
metode
Penentuan
kadar
lemak
Protein merupakan zat makanan
adalah 4% dengan demikian Flakes tersebut
yang penting bagi tubuh manusia, karena
dapat memenuhi persyaratan. dilakukan
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
dengan cara mengabukan sampel pada suhu
dan juga sebagai bahan pembangun dan
5500C, pada proses pengabuan zat – zat
pengatur (Winarno, 2004). Kandungan kadar
organik diuraikan menjadi air dan CO 2
protein pada flakes singkong A1 yaitu
tetapi bahan anorganiknya tidak terurai.
sebesar 2,35%, A2 sebesar 4,50% dan A3
Residu yang tertinggal ditimbang dan
sebesar 4,79%.
Penentuan
kadar
abu
merupakan total abu yang terdapat dalam
Kandungan kadar karbohidrat pada
sampel. Hasil analisis kadar abu flakes
flakes singkong A1, A2 dan A3 secara
singkong A1 yaitu 2,34%, A2 yaitu 2,27%
berturut - turut yaitu sebesar 82,71%,76,31%
dan A3 yaitu 2,41%. Hal ini menunjukkan
dan 75,67%. Pada penelitian ini kadar
bahwa flakes singkong A3 mengandung
karbohidrat ditentukan dengan by difference
kadar mineral yang lebih tinggi dari pada
yaitu dengan menjumlahkan kadar protein,
flakes singkong A1 dan A2, karena A3
lemak, abu, air lalu dikurangkan dengan
ditambahkan mineral Fe (NaFeEDTA).
100%.
6
Menurut Departemen of Nutrition,
sebesar 225,24 ppm dan Mg sebesar 1996,45
Ministry of Health and Institute of Health
ppm. Sedangkan Kandungan mineral pada
(1999) seperti yang dikutip oleh Friska
flakes
(2002) menyatakan bahwa makanan bisa
2353.07ppm, Na sebesar 2181.69ppm, Fe
diklaim sebagai sumber serat pangan jika
sebesar 1479.38ppm, Ca sebesar 227.45ppm
mengandung serat pangan sebesar 3-6
dan Mg sebesar 1967.60ppm.
gram/100 gram. Kandungan kadar Serat
Karakteristik mikrobiologi Flakes
pangan pada flakes singkong A1 yaitu
Tabel 3 karakteristik mikrobiologi Flakes
singkong
sebesar 4,15%, pada flakes singkong A2
A1
A2
A3
Kol/g
<10
<10
<10
E.coli
APM/g
<3
<3
<3
Kapang
Kol/g
<10
˂10
˂10
B.cereus
Kol/g
˂100
˂100
˂100
ALT
bahwa Flakes A1, A2 dan A3 sebagai sumber serat pangan. A3
memiliki
sebesar
Flakes
sebesar 8,64%. Sehingga dapat diklaim
singkong
K
Flakes
Satuan
Flakes
yaitu
Flakes
Parameter
sebesar 8,56% dan flakes singkong A3
A3
kandungan mineral lebih tinggi dari pada
Uji Angka Lempeng Total (ALT)
flakes singkong A1 dan A2, hal ini terjadi
bertujuan untuk mengetahui jumlah total
karena dilakukannya penambahan mineral
bakteri mesofil aerob dalam 1 ml/1 gram
Fe yaitu NaFeEDTA. Mineral Fe yang
sampel setelah cuplikan diinokulasi pada
ditambahkan bertujuan untuk pembentukan
media lempeng agar dan diinkubasi pada
myelin yang akan mempengaruhi kecepatan
suhu yang sesuai. Media yang digunakan
hantar syaraf sehingga mempercepat proses
dalam uji ALT adalah media Plate Count
penyampaian informasi dan berdampak pada
Agar (PCA) yaitu media tidak selektif
kecerdasan yang ditujukan untuk anak
(umum) yang digunakan untuk pertumbuhan
berkebutuhan khusus. Kandungan mineral
semua jenis bakteri, baik yang patogen
pada flakes singkong A1 yaitu K sebesar
maupun tidak. Nilai ALT yang tinggi
2160,42 ppm, Na sebesar 1845,35 ppm, Fe
mengindikasikan
kemungkinan
sebesar 1225,38ppm, Ca sebesar 219,64ppm
bakteri
diantara
dan Mg sebesar 1904,54 ppm. Kandungan
tumbuh (Ramdani, 2007). Flakes singkong
mineral pada flakes singkong A2 yaitu K
A1, A2 dan A3 memiliki kandungan angka
sebesar sebesar 2346,11 ppm, Na sebesar
lempeng total yang sama yaitu sebesar <10
2163,66 ppm, Fe sebesar 1415,42 ppm, Ca
kol/g. Angka lempeng total untuk flakes 7
patogen
bakteri
adanya yang
menurut karakteristik atau syarat mutu
singkong
makanan
instant
kandungan Escerichia coli sebesar <3
berdasarkan (SNI) 01-3842-1995, maksimal
apm/g, kapang sebesar <10 kol/g dan
pelengkap
serealia
4
adalah 10 dengan demikian Flakes tersebut dapat
memenuhi
persyaratan.
A1,
A2
dan
A3
memiliki
Bacillus cereus sebesar <100 kol/g.
Flakes
Uji Organoleptik
A1
A2
A3
Gambar 3 Flakes Keterangan : A1
: flakes dengan 100% tepung singkong
A2
: flakes dengan 80% tepung singkong dan 20% tepung ampas kelapa
A3
: flakes dengan 80% tepung singkong, 20% tepung ampas kelapa dan mineral Fe
Tabel 4 Hasil Uji Statistik Uji Rating Flakes Sampel
Parameter Warna
Kerenyahan
Rasa
Aroma
A1
5,40a
5,30a
5,80b
4,20a
A2
5,30a
5,30a
4,80a
5,00b
A3
5,20a
5,40a
4,30a
5,30b
. Hasil analisis sidik ragam uji rating warna,
menunjukkan
formulasi
Hasil analisis sidik ragam uji rating
tidak
kerenyahan, menunjukkan formulasi tidak
berbeda nyata terhadap parameter warna
berbeda
pada selang kepercayaan 95 %. Tidak
kerenyahan pada selang kepercayaan 95 %.
adanya perbedaan yang signifikan antara
Tidak adanya perbedaan yang signifikan
ketiga flakes.
antara ketiga flakes.
8
nyata
terhadap
parameter
ranking pada selang kepercayaan 95 %.
Hasil analisis sidik ragam uji rating formulasi
Nilai rataannya berkisar 1,70-2,50. A1 dan
berbeda nyata terhadap parameter rasa pada
A2 mempunyai rataan terendah, dengan
selang kepercayaan 95 %. A2 dan A3 tidak
demikian flakes A3 merupakan produk yang
berbeda nyata, Sedangkan A1 berbeda
paling disukai panelis.
Rasa,
menunjukkan
bahwa
nyata. Hal ini disebabkan karena A2 dan A3 dilakukan
penambahan
dengan
Uji
tepung
dilakukan
untuk
mengetahui respon yang dihasilkan seperti
ampas kelapa.
alergi atau perubahan prilaku (tantrum) pada
Hasil analisis sidik ragam uji rating Aroma,
responsif
menunjukkan
bahwa
anak berkebutuhan khusus.
formulasi
Tabel 6 Hasil Uji responsif
berbeda nyata terhadap parameter aroma Panelis
pada selang kepercayaan 95 %. Uji lanjut
Flakes singkong A1
A2
A3
Duncan menunjukkan A2 tidak berbeda
1
–
–
–
nyata dengan A3, namun kedua formula
2
–
–
–
tersebut berbeda nyata dengan A1.
3
–
–
–
4
–
–
–
5
–
–
–
Tabel 5 Hasil Uji Friedman Test Flakes Sampel
Rataan
Ranking
A1
2,50
3
A2
1,80
2
A3
1,70
1
Keterangan : –
= Tidak menimbulkan alergi dan
perubahan perilaku + = Terjadi alergi dan perubahan perilaku
Hasil uji ranking menunjukkan bahwa formula tidak berbeda nyata terhadap rataan KESIMPULAN
pangan 8,64% dan mineral K sebesar
Flakes A3 merupakan produk terpilih,
2353,07ppm,
Na
2181,69ppm,
Fe
berdasarkan uji organoleptik, yang meliputi
1479,38ppm,
Ca
227,45ppm,
Mg
parameter warna, aroma, kerenyahan, dan
1967,60ppm.
Analisis
rasa.
menunjukan jumlah Angka Lempeng Total
Flakes
Singkong
A3
memiliki
Mikrobiologi
kol/gram, E.coli ˂3 ˂10
kandungan gizi bebas gluten, kadar air
(ALT) sebesar
sebesar 2,55%, abu 2,41%, lemak 14,58%,
APM/gram, kapang <10. Tidak adanya
protein 4,79%, karbohidrat 75,67%, serat
respon atau alergi yang terjadi pada anak
9
berkebutuhan
khusus,
sehingga
flakes
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UNPAK, Bogor.
singkong A1, A2 dan A3 dapat dikonsumsi oleh anak berkebutuhan khusus.
Bauman
ML,
Kemper
TL.2005.
The
Neurobiology of Autism. Baltimore
SARAN Perlu
dilakukan
mengenai
proses
pengemasan
penelitian
lanjutan
penyimpanan
apabila
Flakes
(US): The John Hopkins Univ Pr.
dan
Breton ML. 2011. Diet Intervention and
dengan
Autism.
penambahan tepung ampas kelapa akan
Kingley
dipasarkan.
Darlan,
London
Azhar.
2012.
(GB):
Jessica
Fortifikasi
dan
DAFTAR PUSTAKA
Ketersediaan Zat Besi pada Bahan
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis
Pangan Berbasis Kedelai dengan
of
The
Association
of
Official
Menggunakan
Fortifikasi
Analytical Chemistry. AOAC Int,
FeSO 4 .7H 2 O
campuran
Washington D.C
H2O
Na2H 2 EDTA
+
FeSO 4 .7 dan
Azizah T N. 2009. Kajian Pengaruh
NaFeEDTA.
Substitusi Parsial Tepung Terigu
Pascasarjana
dengan Tepug Daging Sapi dalam
Fakultas
Pembuatan
Pengetahuan Alam. UI, Depok.
Kreker
Selama
Penyimpanan. Skripsi. Departemen
Matematika
dan
Ilmu
Jakarta.
Uji Makanan dan Minuman SNI 01-
FDA (Food and Drug Administration).
2891-1992. Jakarta: Standar Nasional
2001.
Indonesia.
Manual
Bahari, Umar. 2015. Diversifikasi Produk
Bacteriological (BAM)
Mycotoxins.
esculenta crantz) Diperkaya Dietary
Methods.
Kelapa.
Skripsi.
Kimia.
Fakultas
Analytical
Chapter
18:
Enumeration of Yeasts, Molds and
Flakes Berbasis Singkong (manihot
Studi
Kimia.
Djuwardi, anton. 2009. Cassava. Grasindo,
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara
Program
Departemen
Olahannya. Kanisius,Yogyakarta.
Peternakan, IPB, Bogor.
Ampas
Program
Djaafar dan Rahayu. 2003.Ubi Kayu Dan
Tekhnologi Hasil Ternak, Fakultas
Fiber
Tesis.
U.S:
Microbiology
FDA (Food and Drug Administration). 2002. Manual 10
Bacteriological (BAM)
Analytical
Chapter
4:
Enumeration of Escherichia coli and
Chips dengan Suplementasi Whey
The
Powder sebagai Makanan Ringan
Coliform
Bacteria.
U.S:
Microbiology Methods.
untuk Anak Autis. Skripsi. Fateta-
Hafsah, Muhammad Jafar. 2003. Bisnis Ubi Kayu
Indonesia.
Pustaka
IPB, Bogor.
Sinar
Sari, 2011.Aktifitas Antioksidan Produk
Harapan, Jakarta.
Olahan Fungsional Dari Ubi Kayu
ISO (International Standard Organization).
(Manihot Esculenta Crantz) Skripsi.
2003. ISO 4833:2003. Microbiology of
Program Studi Farmasi. Fakultas
Food and Animal Feeding Stuffs –
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Horizontal
Alam UNPAK,Bogor
Methods
Enumeration of
for
The
Soesanto, Edi. 2008. Tepung Cassava Dan
Microorganisms –
Colony Count Technique at 30oC.
Olahannya. kanisius, Yogyakarta.
Geneva, Switzerland.
Soewarno,et
Jasapura DK.2003. Gangguan Sistem Imun Pada
Anak
Autistik.
al.
2008.
Pengembangan
Divertifikasi Produk Untuk Industri
Bagian
Pangan Berbasis Pangan Lokal.
Farmakologi, Fakultas Kedokteran,
Laporan
Universitas
Pengetahuan Terapan. Balai Besar
Kristen
Maranatha.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(2)
Winarno, F. G. 2013. Autisme dan Peran
Manihuruk, Fitri M. 2013. Karakterisasi
Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Organoleptik dan Kimia Biskuit
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan
Berbahan Baku Tepung Whey untuk Penderita Autis. Skripsi. Fateta-IPB,
Gizi.
Bogor.
Jakarta.
Prihandana, Rama. 2007. Bioetanol Ubi
Pustaka
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Agro Media Pustaka, Jakarta. Safaria, Triantoro. 2005. Autisme. Graha Ilmu, Yogyakarta. Sari, Rizka N. 2013. Karakterisasi Kimia Tortila
Gramedia
Utama,
Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan,
Kayu Bahan Bakar Masa Depan.
Organoleptik
Ilmu
Industri Agro, Bogor.
Edisi Februari 2003.
dan
Penelitian
Corn 11