FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014
Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah Indonesia (GOI), The Nature Conservancy (TNC), dan World Wide Fund for Nature (WWF) untuk melindungi keanekaragaman hayati yang penting secara global, menjaga karbon hutan, dan meningkatkan penghidupan masyarakat dengan cara yang konsisten dengan upaya konservasi hutan itu sendiri di Kalimantan. Program ini secara khusus mendukung pelaksanaan 2 program skala besar yang telah ada sebelumnya, yaitu Heart of Borneo (HoB) dan Berau Forest Carbon Program (Program Karbon Hutan Berau atau PKHB) dengan tetap membuat investasi strategis yang relevan dengan tujuan TFCA Kalimantan di luar kabupaten sasaran. Dalam program HoB, Kutai Barat, Mahakam Ulu (sebagai akibat dari pemekaran wilayah Kabupaten Kutai Barat), dan Kapuas Hulu merupakan tiga kabupaten sasaran yang akan diprioritaskan untuk mendapatkan pendanaan sehingga secara keseluruhan TFCA Kalimantan bekerja di 4 kabupaten, yaitu: Berau, Mahakam Ulu, dan Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat. Diharapkan bahwa 80% dari dana TFCA Kalimantan akan dialokasikan secara merata antara dua program besar tersebut, dan bahwa 20% dari dana tersebut akan tersedia untuk investasi strategis di luar 4 kabupaten sasaran. PKHB merupakan program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, Kementerian Kehutanan, berbagai lembaga pemerintah lainnya, lembaga swadaya masyarakat serta lembaga donor untuk bersama-sama mengembangkan program percontohan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan serta peningkatan stok karbon melalui kegiatan pengelolaan hutan secara lestari, konservasi hutan, restorasi ekosistem, dan rehabilitasi hutan (REDD+). PKHB bertujuan untuk mencapai pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon sekitar 10 juta ton CO2 selama periode lima tahun (2011 – 2015) atau berkurang sedikitnya 10% dari business as usual/tanpa rencana aksi, khususnya dari sektor kehutanan dan perubahan lahan dengan menerapkan berbagai strategi, baik strategi untuk mendukung terbangunnya atau penguatan kondisi pemungkin, dan strategi berbasis tapak, seperti strategi pengurangan emisi di kawasan hutan produksi. Strategi-strategi tersebut dibangun bersama-sama dengan para pemangku kepentingan kunci, baik di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional sejak tahun 2009 dimana strategi-strategi tersebut berhasil difinalisasi dalam sebuah Rencana Strategis PKHB yang disetujui oleh Bupati Berau pada bulan Maret 2011. Lebih lanjut, berdasarkan Rencana Strategis PKHB tersebut, strategi-strategi yang bersifat lebih rinci juga telah dibangun oleh para pemangku kepentingan kunci di Berau, seperti strategi pelibatan masyarakat, strategi pengelolaan hutan lindung, dan strategi pengelolaan hutan produksi. Penjelasan lebih lengkap tentang PKHB dapat dilihat dalam Rencana Strategis PKHB dan dokumen-dokumen strategis lainnya yang dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org PKHB akan mencapai tujuan pengurangan emisi sebagaimana tersebut di atas dengan memberikan bantuan teknis kepada para pengelola lahan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Secara khusus, TFCA Kalimantan akan mendukung pencapaian tujuan PKHB tersebut dengan memberikan pendanaan kepada lembaga nirlaba dimana lembaga nirlaba tersebut diharapkan dapat bekerja sama dengan para pengelola lahan. TFCA Kalimantan akan menyalurkan dana hibah siklus 2 pada tahun 2014 dengan fokus-fokus sebagaimana dijelaskan di bawah.
A. FOKUS PROGRAM BAGI PENYALURAN DANA HIBAH REGULER 1. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat Melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan PKHB merupakan salah satu strategi penting dalam upaya untuk mengurangi emisi dari sektor kehutanan dan perubahan lahan dimana banyak masyarakat di Berau masih menggantungkan kehidupan mereka dari pemanfaatan dan pengelolaan hutan dan lahan. Strategi pelibatan masyarakat dalam PKHB mencakup pendampingan masyarakat dan pemberian dana hibah kepada masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan untuk memitigasi dampak dari perubahan iklim, temasuk mengurangi skala dan intensitas dari berbagai kegiatan mata pencaharian yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi dan membangun berbagai pilihan mata pencaharian yang berdampak emisi rendah. Dalam melaksanakan strategi ini, sebuah Kerangka Metodologi dan Operasional Pelibatan Masyarakat dalam PKHB yang disebut dengan pendekatan SIGAP-REDD+ (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan dalam REDD+) telah dikembangkan. Saat ini, TNC telah menerapkan pendekatan SIGAP REDD+ di 2 kampung di Berau dimana ke-2 kampung ini menjadi model bagi pengelolaan sumber daya alam yang rendah emisi. Sekurangnya akan ada 5 lembaga lain yang akan menggunakan pendekatan ini untuk diterapkan di sekurang-kurangnya 10 kampung lainnya di Berau dalam waktu dekat. Diharapkan setidaknya akan ada 20 kampung yang akan menggunakan pendekatan SIGAP-REDD+ ini untuk mendukung PKHB. Pada siklus 2 tahun 2014 ini, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan untuk penerapan SIGAPREDD+ di kampung-kampung yang berada di dalam dan sekitar kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Berau Barat sebagaimana tersebut dalam Tabel 1 dan Gambar 1, tanpa menutup kemungkinan adanya usulan kampung lain yang diusulkan oleh calon penerima hibah. Dana TFCA Kalimantan juga akan diberikan kepada lembaga nirlaba yang akan mendukung peningkatan kapasitas lembaga-lembaga pengguna SIGAP REDD+ dalam menggunakan berbagai alat bantu dan metode pendampingan, dan memfasilitasi proses berbagi pembelajaran di antara mereka. Pendekatan SIGAP REDD+ ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org Tabel 1. Lokasi Kampung No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Kampung Long Sului Long Lamcin Long Pelay Panaan Long Oking/Punan Segah Long Pay/Punan Mahkam Long Laai Long Ayap Long Ayan Punan Malinau Tepian Buah Apou Indah Siduung
Lokasi Kec. Kelay Kec. Kelay Kec. Kelay Kec. Kelay Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah Kec. Segah
Gambar 1. Lokasi Kampung dan Hutan Lindung Prioritas PKHB
Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
2. Pengelolaan Hutan Lindung Hutan lindung berperan penting bagi masyarakat Berau, terutama untuk menyediakan berbagai kebutuhan pokok, seperti air, makanan, dan obat-obatan, serta mendukung kehidupan dari beraneka ragam spesies binatang dan tumbuh-tumbuhan. Namun, pengelolaan hutan lindung di Berau masih menghadapi tantangan yang cukup besar, terutama terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia dan pendanaan. Hal ini menyebabkan hutan lindung di Berau dengan luasan sebesar 370,000 hektar belum dapat dikelola dengan efektif, termasuk untuk melindungi kawasan ini dari pembalakan liar, perladangan berpindah, tumpang tindih perizinan, dan tekanan lainnya. Hal ini menyebabkan peningkatan emisi karbon yang berasal dari hutan lindung. Hasil penelitian TNC dan ICRAFT menunjukan bahwa emisi historis CO2 dari hutan lindung di Berau selama periode 2005 – 2008 mengalami peningkatan (9% dari total emisi) jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya (4%). Tujuan pengelolaan hutan lindung di Berau adalah untuk meningkatkan tata kelola hutan lindung di kawasan dengan luasan sekurang-kurangnya 100,000 hektar dan mengurangi emisi CO2 atau meningkatkan stok karbon sebesar 2 Mt CO2 selama 5 tahun ke depan (Kelompok Kerja PKHB, 2011). Diskusi yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan, yang difasilitasi oleh Kelompok Kerja REDD Berau telah memprioritaskan pengelolaan empat hutan lindung seperti tersebut dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hutan Lindung Prioritas PKHB No. Nama Hutan Lindung Lokasi 1
Gn. Kopoi – Gn. Mantam – Gn. Guguang – Gn. Kongkemul
2
Sungai Lesan
Luas Kawasan (ha)
Alasan
Kec. Segah dan Kelay
487,070
Ancaman tinggi: berdekatan dengan area IUPHHK dan kampung masyarakat
Kec. Kelay
10,377
Populasi orangutan yang tinggi Ancaman tinggi: dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit dan kampung masyarakat
3
Pegunungan Menyapa
4
Sungai Domaring
Kec. Kelay
65,500
Ekosistem karst yang rentan
Kec. Biatan dan Talisayan
18,000
Ancaman tinggi: pengembangan kelapa sawit dan perambahan liar
Selain empat kawasan hutan lindung tersebut di atas, kawasan penyangga juga memiliki peran penting untuk perlindungan kawasan KPHP Berau Barat. Salah satu kawasan penyangga yang berfungsi melindungi kawasan KPHP Berau Barat adalah Hutan Lindung Wehea seluas 22,000 hektar yang terletak di Kutai Timur dan berbatasan dengan kawasan KPHP Berau Barat. Lebih lanjut, hutan lindung ini juga memiliki populasi orang utan yang tinggi sehingga perlindungan bentang alam yang mencakup Hutan Lindung Wehea dan KPHP Berau Barat sebagai habitat orang utan menjadi hal yang strategis.
Gambar 2. Hutan Lindung Wehea
Pada siklus 2 tahun 2014 ini, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan Hutan Lindung Sungai Domaring, Hutan Lindung Gn. Kopoi – Gn. Mantam – Gn. Guguang – Gn. Kongkemul, Hutan Lindung Pegunungan Menyapa (Gambar 1) dan Hutan Lindung Wehea (Gambar 2). Pengelolaan hutan lindung ini akan menggunakan Kerangka dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung dalam PKHB. Kerangka dan strategi ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
3. Pengelolaan Karst Sangkulirang Mangkalihat Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang terbentang antara Kabupaten Berau dan Kutai Timur memiliki luas sebesar 1.8 juta hektar dengan kawasan inti ekosistem karst seluas 550.000 hektar. Kawasan ini memiliki berbagai nilai penting, antara lain (1) nilai ilmiah: litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaeontologi, serta tingginya ragam jenis flora dan fauna endemis; (2) nilai sosial budaya: terutama menyangkut keberadaan gua sebagai tempat keramat untuk kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi, dan pendidikan; dan (3) nilai ekonomi: sumber air sungai bawah tanah, cadangan batu kapur dan bahan semen, serta pariwisata. Keberadaan berbagai hal penting tersebut menyebabkan Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat dinyatakan sebagai salah satu pusat keragaman tumbuh-tumbuhan di dunia oleh IUCN dan salah satu dari sepuluh kawasan ekosistem karst di dunia yang terancam punah oleh para ahli karst internasional. Akhir-akhir ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan bersama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mengusulkan agar Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat, seluas 430.000 hektar, dijadikan sebagai warisan dunia ke UNESCO. Namun, keberadaan kawasan yang memiliki banyak nilai penting ini belum dikelola dengan tepat sehingga kawasan ini menghadapi berbagai ancaman yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti batu bara, IUPHHK-HA dan HT, dan perkebunan kelapa sawit, dan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan. Data awal menunjukan bahwa setidaknya saat ini terdapat 35 perusahaan batu bara yang memiliki izin untuk melakukan penambangan di kawasan ini dengan total luas izin sebesar 366.000 hektar, 13 pemegang IUPHHK-HA dengan luasan total sebesar 700,000 hektar, 3 pemegang IUPHHK-HT dengan luasan total sebesar 295,000 hektar, dan 60 perusahaan kelapa sawit dengan total luasan sebesar 427,000 hektar. Banyak dari izin-izin ini saling tumpang tindih. Banyaknya izin pengelolaan di kawasan ini dapat menyebabkan hilangnya berbagai nilai penting yang terdapat dalam Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat jika pengelolaan tidak dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan. Untuk menghindari atau mengurangi hal ini, , maka penting untuk membangun kondisi pemungkin dan melakukan intervensi di tingkat tapak. Terkait dengan hal tersebut, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan pada siklus 2 tahun 2014 untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat dengan prioritas kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Penyusunan baseline data keanekaragaman hayati, ekologi, hidrologi, geologi, sosial ekonomi, spasial, dan goa di dalam Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat Ulu (lihat Gambar 3); dan b. Pembangunan berbagai kebijakan pengelolaan Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat, termasuk pengembangan institusi pengelola kawasan dan pendanaan berkelanjutan bagi pengelolaan kawasan tersebut.
Gambar 3. Kawasan Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat
Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
4. Pengelolaan Mangrove Kawasan mangrove di Kabupaten Berau dapat ditemukan mulai dari bagian utara di Tanjung Batu, Delta Berau sampai ke bagian selatan di Biduk-biduk. Selain itu, penyebaran mangrove di Kabupaten Berau juga dapat ditemukan di beberapa pulau, seperti Pulau Panjang, Rabu-rabu, Semama dan Maratua di bagian utara pesisir Berau serta di Pulau Buaya-buaya di bagian selatan pesisir Berau. Luas kawasan mangrove di Kabupaten Berau berdasarkan analisa citra satelit tahun 2013 – tanpa pengecekan lapangan – dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Luas Kawasan Mangrove di Berau No. Nama Kecamatan Luas Kawasan (ha) 1 2 3 4 5 6 7 8
Pulau Derawan Sambaliung Tabalar Biatan Talisayan Batu Putih Biduk-Biduk Maratua Total Luas
17.690 10.188 8.569 3.013 535 7.742 1.278 143 49.159
Sumber: Sahri, A. et al. 2013 Hamparan mangrove yang menutupi kawasan pesisir merupakan lingkungan hidup strategis yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menunjang kehidupan mereka serta merupakan aset pembangunan ekonomi daerah dan nasional yang sangat penting. Pengelolaan mangrove yang efektif dapat memberikan dampak positif bagi pemerintah dan masyarakat, seperti menurunkan emisi karena mangrove merupakan ekosistem yang mampu menangkap emisi karbon dan menyimpannya pada substrat tempat tumbuhnya vegetasi mangrove, serta menciptakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan mangrove. Kawasan mangrove di Kabupaten Berau juga memiliki keunikan dimana kawasan ini berada dalam satu bentang alam dengan kawasan hutan di daratan. Namun, saat ini kawasan mangrove di Kabupate Berau mengalami degradasi akibat berbagai aktivitas konversi lahan untuk pemanfaatan sumber daya alam yang kurang memperhatikan keberlanjutan fungsi mangrove. Hal ini mengancam keberlanjutan fungsi ekosistem pesisir di Kabupaten Berau. Mempertimbangkan ancaman-ancaman yang dihadapi oleh kawasan mangrove, maka penting bagi Kabupaten Berau untuk memiliki rencana pengelolaan mangrove pada skala kabupaten sehingga upayaupaya pengelolaan mangrove di kemudian hari dapat dilakukan secara efektif dan terintegrasi. Terkait dengan hal tersebut, TFCA Kalimantan akan memberikan pendanaan pada siklus 2 tahun 2014 untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan kawasan mangrove di Berau dengan prioritas kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Menyusun dan/atau memuktahirkan baseline data sebaran vegetasi, kondisi keanekaragaman hayati, ekologi, sosial dan ekonomi dari kawasan mangrove yang berada di Kabupaten Berau (lihat Gambar 4), dengan mempertimbangkan data-data mangrove yang telah tersedia; b. Membangun rencana pengelolaan mangrove se-Kabupaten Berau dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kepentingan para pihak yang terkait, baik dari pemerintah, masyarakat, dan pihak lainnya, serta mengakomodasi inisiasi pengelolaan kawasan mangrove yang telah didorong oleh pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Berau; c. Pembangunan kebijakan dan penguatan institusi pengelolaan kawasan mangrove di tingkat kabupaten; dan/atau d. Pembangunan model perencanaan dan pengelolaan kawasan mangrove di tingkat kampung yang terintegrasi dengan kawasan ekosistem pesisir dan/atau ekosistem hutan dataran rendah, termasuk pembangunan, penguatan, dan/atau pendampingan institusi dan masyarakat kampung dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan mangrove di kampung-kampung sebagaimana tersebut dalam
Tabel 4. Pelibatan masyarakat kampung dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan mangrove akan menggunakan pendekatan SIGAP REDD+. Pendekatan SIGAP REDD+ ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org Tabel 4. Lokasi Kampung No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Kampung Teluk Semanting Kasai Batu-batu Tembudan Batu Putih Sumber Agung Lobang Kelatak Ampenan Medang
Lokasi Kec. Derawan Kec. Derawan Kec. Gunung Tabur Kec. Batu Putih Kec. Batu Putih Kec. Batu Putih Kec. Batu Putih Kec. Batu Putih
Gambar 4. Kawasan Mangrove di Kab. Berau
Gambar ini dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
B. FOKUS PROGRAM BAGI PENYALURAN DANA HIBAH KHUSUS Fokus program bagi penyaluran dana hibah khusus siklus 2 untuk mendukung pelaksanaan PKHB tidak dibatasi sepanjang: 1.
Usulan proyek selaras dan berkontribusi terhadap tercapainya tujuan, indikator tujuan, dampak (outcome), dan indikator dampak dari TFCA Kalimantan sebagaimana tertera dalam Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 – 2017; dan
2.
Usulan proyek selaras dengan prioritas geografis dan prioritas program PKHB sebagaimana tertera dalam Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 – 2017.
Jika pengusul proyek akan mengusulkan proyek yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat dalam PKHB, maka pengusul proyek akan menggunakan pendekatan SIGAP REDD+. Lebih lanjut, jika pengusul proyek akan mengusulkan proyek yang berkaitan dengan pengelolaan hutan lindung dalam PKHB, maka pengusul proyek akan menggunakan Kerangka dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung dalam PKHB. Pendekatan SIGAP REDD+, Kerangka dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung dalam PKHB, dan Rencana Implementasi TFCA Kalimantan 2013 – 2017 dapat diunduh di website TFCA Kalimantan: www.tfcakalimantan.org
Referensi
Kelompok Kerja PKHB, 2011. Rencana Strategis dan Rencana Aksi Bersama Program Karbon Hutan Berau 2011-2015: Dukungan Berau Bagi Dunia. Tanjung Redeb, Indonesia. Sahri. A, M. Helmi, R. Denestiyanto, WA. Nugraha. 2013. Laporan Pemutakhiran Data Hutan Mangrove Kabupaten Berau Tahun 2013 (Laporan Internal). The Nature Conservancy. Berau.