DAFTAR PUSTAKA Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta. 571 hal. Asdak C, Jarvis FG, van Gardingen P., Fraser A. 1998. Rainfall Interception Loss in Unlogged and Logged Forest Area of Central Kalimantan, Indonesia. J.Hydrol. (206):237-244. [BPTP] Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2005. Usahatani Jagung. Rekomendasi Teknologi Spesifik Lokasi. WWW.pustakadeptan.go.id/agritech/sltg0403.pdf [3 September 2005]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Sesus Pertanian (ST) 2003. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Sesus Ekonomi (SE) 2005. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Program Pembangunan Pertanian 2001 2004. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. 93 hal. [DLH-Kab Bandung] Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2003. Laporan Evaluasi Kegiatan Proyek UPLDP Sub DAS Citarik-Kabupaten Bandung tahun 2000-2002. Bandung. 85 hal. [Ditjen-Bangda] Direktorat Jendral Pembangunan Daerah. 2003. Evaluasi Pelaksanaan UPLDP Sub DAS Citarik Tahun Pelaksanaan 2000, 2001, dan 2002 (versi Bahasa Indonesia). Jakarta. 135 hal. Chen M. 2001. Evaluation of Environmental Services of Agriculture in Taiwan. International Seminar on Multifunctionality of Agriculture, 17-19 October 2001. JIRCAS., Tsukuba, Ibaraki, Japan. hlm 169-189. Chow Ven Te. 1964. Handbook of Applied Hydrology, a Compedium of WaterResources Technology. McGraw-Hill Book Co. New York. Eom KC & Seong-Ho Y. 2004. Public benefit from Paddy Soil. The Journal of Korea Society of Soil science and Fertilizer. 26 (4) :314-333. Eom KC & Kang KK. 2001. Assessment of Environmental Multifunctions of Rice Paddy and Upland Farming in The Republic of Korea. International Seminar on Multifunctionality of Agriculture, 17-19 October 2001. JIRCAS., Tsukuba, Ibaraki, Japan. hlm 37-48. Agus F, Watung RL, Suganda H, Talaohu SH, Wahyunto, Sutono S, Setyanto A, Mayrowani H, Nurmanaf AR, Kundarto. 2003. Assessment of Environmental Multifunctions of Paddy Farming in Citarum River Basin, West Java, Indonesia. Di dalam U. Kurnia, F. Agus, D. Setyorini dan A. Setiyanto (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. hlm 1-28. [FAO] Food and Agriculture Organisation. 2001. ROA Project Publication No. 2: Expert Meeting Proceedings. Rome, Italy. 70 hal. [FFTC] The Food and Fertilizer Technology Center. 2001. International Seminar on Multifunctionality of agriculture. 17-19 October 2001. Tsukuba, Ibaraki. Japan (summary of the paper presentations).
191
Field BC. 1994. Environmental Economics An Introduction. McGRAW-HILL,INC. (Inter.Edition). Singapore. Gittinger JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. (Edi series in economic development). UI-Press - John Hopkins. Jakarta. 445 hal. Goda M. 2005. New Roles of Agriculture. In Mat Akhir A. (Ed). Evaluation of Multifunctionality of Paddy Farming and Its Effects in ASEAN Countries. hlm 1-10. Hufschmidt MM, James DE, Meister AD, Bower BT, Dixon JA. 1983. Environment, Natural Systems and Development : An Economic Valuation Guide. The John Hopkins University Press. Baltimore and London. 337 hal. Irawan B. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi dampak, pola pemanfaatannya dan faktor determinan. Forum Agro Ekonomi 23 (1) :1-18. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Manti I dan Hendayana R. 2005. Kajian kelayakan ekonomi rakitan teknologi usahatani jagung. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8 (1): 55-66. Matsumoto R. 2002. Concept of Multifunctionality of Agriculture. Document No 1. Second Experts Meeting of the ASEAN-JAPAN Project on Multifunctionality of Paddy Farming and Its effects in ASEAN Member Countries. 7-9 August 2002. Ha Noi. MAFF-Japan. Kasryno F. 1999. Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Menuju Era Globalisasi. Di Dalam Rusastra, I.W. dkk. (Eds). Dinamika Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelambagaan Pertanian. Buku I. Pusat Penelitian Sosial-Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. hlm 29 - 41. [KepKaBapedal] Keputusan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Republik Indonesia. Nomor : Kep-056 Tahun 1994. Jakarta. Khudori. 2003. Perlunya Penyelamatan http://www.kompas.com [ 10 April 2003].
Ruang
Terbuka
Hijau.
[KKBP] Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2005. Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) Indonesia. Jakarta. 56 hal. Kundarto M, Agus F, Maas A, dan Sunarminto BH. 2003. Neraca air, erosi tanah, dan Transport Lateral hara NPK pada sistem Persawahan di Sub DAS Kali Babon, Semarang. Di dalam U. Kurnia, F. Agus, D. Setyorini dan A. Setiyanto (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor. hlm 223-238. Kurnia U. 2006. Pencemaran pestisida pada tanah dan pengendaliannya. Jurnal Sumberdaya Lahan. 1 (1): 10-19. Kurnia U, Sinukaban N, Suratmo FG, Pawitan H, dan Suwarjo. 1997. Pengaruh Teknologi Rehabilitasi Lahan terhadap Produktivitas Tanah dan Kehilangan Hara. Jurnal Tanah dan Pupuk 15: 14-17. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah. Bogor. [MAFF] Ministry of Agriculture, Forestry and Fishery Japan. 2001. Compact Disk mengenai Multifungsi Pertanian (dalam Bahasa Inggris/ Tidak Dipublikasikan). Malian AH, Mardianto S, Ariani M. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi dam harga beras serta inflasi bahan makanan. Jurnal Agro Ekonomi 22 (2): 119-146. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
192
Munasinghe M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank. Washington, D.C. Nainggolan K. 2006. Ekonomi Politik Perberasan Nasional. Makalah Diskusi Politik Beras dalam Membangun Ketahanan Pangan. Himpunan Alumni IPB. 14 Januari 2006. Bogor. 9 hal. Nasoetion LI dan Winoto J. 1996. Masalah alih fungsi lahan pertanian dan dampaknya terhadap keberlangsungan swasembada pangan. Prosiding Lokakarya Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial-Ekonomi Pertanian dan Ford Foundation. hlm 64-82. Nasoetion LI. 2003. Konversi lahan pertanian: Aspek hukum dan implementasinya. Di dalam U. Kurnia, F. Agus, D. Setyorini dan A. Setiyanto (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. hlm 41-55. Navrud S. 2000. Strengths, weaknesses and policy utility of valuation techniques and benefit transfer methods. Invited paper for the OECD-USDA workshop The Value of Rural Amenities: Dealing with Public Goods, Non-market Goods and Externalities, Washington D.C., June 5-6, 2000. Department of Economics and Social Sciences, Agricultural University of Norway. Navrud S. & Mungatana ED. 1994. Environmental Valuation in Developing Countries: The Recreational Value of Wildlife Viewing. Ecological Economics 11:135-151. Notohadiprawiro T. 2006. Konsep sempit lingkup pertanian kendala berat bagi pembangunan nasional. Jurnal Tanah dan Lingkungan. UGM Press 6 (1) 6370. [OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2001. Multifunctionality: Towards an Analitycal Framework. Paris. 159 p. Oshima S. 2001. Multifunctionality of agriculture: viewpoint of consumer's activity. International Seminar on Multifunctionality of Agriculture, 17-19 October 2001. JIRCAS., Tsukuba, Ibaraki, Japan. hlm 19-36. Othman J. 2002. Benefits valuation of improved residential solid waste management service in Malaysia. Journal of Environmental Economics and Management 25:182-206 Othman J, Bennet J, Blamey R. 2004. Environmental values and resource management options: a choice modelling experience in Malaysia. Environment and Developmnet Economics 9 (6) :802-824 Othman J, Md Nor NG, Othman R. 2006. "Welfare impacts of air quality changes in Malaysia: The Hedonic Pricing Approach". Jurnal Ekonomi Malaysia 42:109134. Poerbandono, Basyar A, Agung B, Harto, dan Rallyanti P. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi DAS Citarum Hulu. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan 2 (1): 15-22. [Puslitbangtanak] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2001. Peta Penggunaan dan Konversi Lahan (dalam bahasa Inggris). Kerjasama ASEAN-MAFF Japan. Puslitbangtanak, Badan Litbang Pertanian. Bogor.
193
[PSLH UGM] Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. 2001. Metode Valuasi Ekonomi Lingkungan. Edisi I. Yogjakarta. Indonesia. Rasid I. 2005. Pemodelan Spasial Zonasi Erosi Menggunakan Pendekatan Morgan (Studi Kasus di Sub DAS Cikapundung Hulu). [Tesis]. Departemen Teknik Lingkungan, ITB. Bandung. Reichelderfer K. 1990. Environmental protection and agricultural support: Are tradeoffs necessary?. In Allen (Ed.) Agricultural Policies in A New Decade. Annual Policy Review. Resource for the Future. Washington D.C. hlm 201 - 230. hlm 201 - 230. Rolfe J, Bennett J, Louviere J. 2000. Choice modeling and its potential application to tropical rainforest preservation. Ecological Economics 35: 290-302. Rusastra IW dan Budhi GS. 1997. Konversi lahan pertanian dan strategi antisipatif penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian 16 (4):107-113. Salim E. 2007. Ekonomi Dalam Lingkungan. http://www.Kompas.com [24 Februari 2007] Sarwono H. 1987. ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 218 hal. Setyanto P, Boer R, & Bakar RA. 2006. Evaluation of Methane Emission Mitigation Option from Rice Field in Java. In Sumarno, Suparyono, A.M. Fagi, and M.O. Adnyana (Eds). Rice Industri, Culture and Environment: Proceeding International Rice Conference. AARD Jakarta-IRRI The Phillippines. Pp:219231. Shogen JF, Shin SY, Hayes DJ, Kliebenstein JB. 1994. Resolving difference in willingness to pay and willingness to accept. American Economic Review 84(1) 255-270. Steel RGD and Torrie JH. 1980. Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical Approach. McGraw-Hill Book Company. New York. USA. 633 p. Sudjana 1989. Metoda Statistika (Ed. Ke 6). Penerbit TARSITO. Bandung. 501 hal. Sudaryanto T. 2003. Konversi lahan dan produksi pangan nasional. Di dalam U. Kurnia, F. Agus, D. Setyorini dan A. Setiyanto (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. pp.57-65. Suh DK. 2001. Social and Economic Valuation of the Multifunctionality Roles of Paddy Farming. International Seminar on Multi-Functionality of Agriculture, 1719 October 2001. JIRCAS., Tsukuba, Ibaraki, Japan. hlm 151-168. Suparmoko M dan Suparmoko MR. 2000. Ekonomika Lingkungan (Edisi Pertama). BPPE. Yogjakarta. 365 hal. Sutomo S. 2004. Analisis Data Konversi dan Prediksi Kebutuhan Lahan. Makalah disampaikan pada Pertemuan Round Table II Pengendalian Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian. Jakarta, 14 Desember 2004. Sutono S, Tala'ohu SH, Sopandi O dan Agus F. 2003. Erosi pada berbagai penggunaan lahan di DAS Citarum. Di dalam U. Kurnia, F. Agus, D. Setyorini dan A. Setiyanto (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor. hlm 113133. Turner RK, Pearce D, Bateman I. 1994. Environmental Economics: An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf.
194
Wahyunto, Abidin MZ, Priyono A, Sunaryo. 2001. Studi perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Kaligarang, Jawa Tengah. Di dalam F.Agus, Uk. Kurnia, dan A.R. Nutmanaf (Peny.) Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. hlm 39-63. Widjanarko BS, Pakpahan M, Rahardjono B, Suweken P. 2001. Aspek pertanahan dalam pengendalian alih fungsi lahan pertanian (sawah). Di dalam F. Agus, U. Kurnia, dan A. R. Nurmanaf (Peny.). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. hlm 19-28. Winoto J. 2005. Kebijakan pengendalian alih fungsi tanah pertanian dan implementasinya. Makalah utama pada Seminar Sehari Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi:. Jakarta. 13 Desember 2005. Yabe M. 2005. Multifunctionality from View Point of Economics and Its Related Reseach Activities. In Mat Akhir A. (Ed). Evaluation of Multifunctionality of Paddy Farming and Its Effects in ASEAN Countries. hlm 11-31. Yoshida K. 2001. An Economic Evaluation of the Multifunctional Roles of Agriculture and Rural Areas in Japan. Technical Bulletin 154. August 2001. FFTC. Taipei. Yoshida K & Goda M. 2001. Economic Evaluation of Multifunctional Roles of Agriculture in Hilly and Mountanious Areas in Japan. Proceeding International Seminar on Multifunctionality of Agriculture, 17-19 October 2001. JIRCAS., Tsukuba, Ibaraki, Japan. hlm 191-200. Yoshida K. 1999. Contingent Valuation Approach on the Environmental Benefits from Agriculture in the Less-Favored Areas. Q.Jur. of Agric.Econ. 53 (1):4548.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
195
Lampiran 1. Izin penelitian dari SPs-IPB dalam rangka penyusunan disertasi
196
Lampiran 1. (lanjutan) Izin pengumpulan data dari Pemda Kabupaten Bandung
197
Lampiran 2. Karakteristik responden kajian WTP dan variabel yang dianalisis, Kabupaten Bandung, 2005 Variabel
N
Rata-rata
Standar Deviasi
Jumlah
Minimum
P1
80
0,9000
0,3018
72,0000
0
1,000
P2
80
0,8625
0,3465
69,0000
0
1,000
P3
80
0,7375
0,4427
59,0000
0
1,000
P4
80
0,9625
0,1911
77,0000
0
1,000
WTP
80
15819
17667
12655
UMUR
80
50,0625
11,8303
4005,0000
PDK_D
80
0,4375
0,4992
35,0000
0
1,000
PDK_L
80
0,5625
0,4992
45,0000
0
1,000
PNS_D
80
0,2875
0,4554
23,0000
0
1,000
SWASTA_D
80
0,2125
0,4116
17,0000
0
1,000
WRSWTA_D
80
0,3875
0,4902
31,0000
0
1,000
TTETAP_D
80
0,1125
0,3179
9,0000
0
1,000
INCOME
80
12,3337
6,3391
986,7000
1,800
42,000
JARAK
80
123,6250
136,4838
9890,0000
10,000
750,000
PEL_BJR
80
0,4575
0,2479
36,6000
0,100
1,000
TG_AIR
80
78,4375
73,7580
6275,0000
10,000
250,000
LOSS
80
1,0997
1,3411
87,9800
0,130
10,000
0 27,00
Maximum
80000 71,000
Definisi variabel dan satuannya: - P1 s/d P4 = variabel dummy pendapat responden (1 = Ya, 0 = Tidak) - WTP = variabel kesediaan untuk membayar jasa lingkungan (Rp/responden) - UMUR = variabel umur responden (tahun) - PDK_D = variabe dummy (1= pendidikan formal sampai dengan 9 tahun, 0= lainnya) - PDK_L = variabel dummy ( 1= pendidikan formal di atas 9 tahun, 0 = lainnya) - PNS_D = variabel dummy (1= status pekerjaan PNS, ABRI atau pensiunannya, 0=lainnya) - SWASTA_D = variabel dummy (1= status pekerjaan swasta, 0 =lainnya) - WRSWTA_D = variabel dummy (1=status pekerjaan wiraswasta, 0 = lainnya) - TTETAP_D = variable dummy (1= status pekerjaan tidak tetap, 0=lainnya) - INCOME = variabel pendapatan (Rp juta/tahun) - JARAK = variabel jarak rumah ke sungai (m) - PEL_BJR = variabel peluang terkena banjir - TG_AIR = variabel tinggi genangan air saat banjir (cm) - LOSS = variabel nilai kerugian akibat banjir (Rp juta/responden).
Lampiran 3. Hasil padi dan jagung lahan sawah di Sub DAS Citarik, 2003
No
Kecamatan
Luas Sawah ha
IPPadi %/th
Produktivitas Padi kw/ha
Hasil Padi Ton/th
IPJagung %/th
Produktivitas Jagung kw/ha
Hasil Jagung Ton/th
1
Cikancung
949
117
56,2
6.211
38
41,3
1.507
2
Cicalengka
1.030
182
56,0
10.505
18
41,4
767
3
Nagreg
1.197
154
54,6
10.056
26
41,4
1.288
4
Cileunyi
1.088
174
55,4
10.492
26
42,9
1.212
5
Cilengkrang
283
167
53,1
2.510
33
40,8
381
6
Cimenyan
221
200
55,3
2.446
12
43,6
116
7
Paseh
1.904
200
55,1
20.982
8
46,9
715
8
Jatinangor
392
171
51,8
3.463
29
27,4
313
9
Cimanggung
608
176
50,6
5.250
24
41,5
576
10
Tanjungsari
725
150
39,8
4.219
30
28,0
600
Jumlah
8.360
169
52,8
76.133
24
39,5
7.474
13,9
8,9
36,6
15,6
C.V. (%)
198
Lampiran 4. Hasil padi ladang dan palawija dari lahan kering tanaman pangan di Sub DAS Citarik, 2003
Padi ladang Hasil Produksi kw/ha ton
Luas ha
Jagung Hasil kw/ha
Produksi ton
Luas ha
Ubikayu Hasil kw/ha
Produksi ton
1.512
690
41,3
2.847
520
121,8
6.332
-
29,4
767
752
41,4
3.113
527
126,3
6.655
506
33,2
1.681
182
102,2
293
24,6
720
1655
41,4
6.848
1.196
126,4
15.121
420
40,1
1.685
-
-
-
-
-
260
42,9
1.114
200
127,8
2.556
10
42,0
42
5
117,5
59
80
30,2
241
202
40,8
823
119
125,7
1.496
111
45,7
507
48
105,2
505
-
-
-
317
43,6
1.383
143
127,5
1.823
140
42,8
599
187
107,9
2.018
60
26,8
161
140
46,9
657
32
130,0
416
63
41,3
260
106
90,7
961
-
-
-
206
27,4
564
120
87,2
1.046
-
-
50
24
41,6
98
59
23,5
138
332
41,5
1.378
121
109,5
1.325
50
10,0
100
34,3
343
87
27,7
241
207
60,5
1.251
1.399
27,0
3.780
925
85,0
7.764
Kecamatan
Luas ha
Cikancung
560
27,0
Cicalengka
261
Nagreg Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Paseh Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Jumlah C.V. (%)
9,0
Luas ha
Kacang Merah Hasil Produksi kw/ha ton -
-
373
28,0
1.044
373
69,6
2.596
-
-
4.927
39,5
19.771
3.351
115,2
39.364
1.300
42,1
16,4
17,9
11,8
*) 4.775
Luas ha 67
Ubi jalar Hasil Produksi kw/ha ton 100,0
670
29,1
Keterangan : Hasil = Produktivitas; *) Kedelai (tidak diperhitungkan pada baris Jumlah dan C.V.)
199
1.860 -
Lampiran 5. Kebutuhan tenaga kerja, sarana produksi, hasil dan keuntungan usahatani padi sawah, 2005 Musim Musim Musim Total No Deskripsi Satuan Hujan Kemarau-1 Kemarau-2 3 MT/th 1 Kebutuhan tenaga kerja (TK): a) TK. Keluarga Pria HKP 41 35 28 104 b) TK. Keluarga Wanita HKW 8 7 8 23 c) TK. Upah Pria HKP 73 68 58 199 d) TK. Upah Wanita HKW 62 64 37 163 e) Total TK Keluarga (setara pria) HKP 47 41 34 122 f) Total TK Upah (setara pria) HKP 119 116 86 321 g) Upah TK Pria Rp/jam 3500 3500 3500 3500 h) Upah TK Wanita Rp/jam 2500 2500 2500 2500 i) j) k) 2 a) b) c) d) e) f) g) h) 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nilai TK Upah Nilai TK Keluarga Total nilai TK Kebutuhan sarana produksi: Bibit padi Pupuk sumber N Pupuk sumber P Pupuk sumber K Pupuk majemuk (Phonska) Obat cair Obat padat Nilai sarana produksi Sewa lahan Biaya usahatani tunai Biaya usahatani tidak tunai Total biaya usahatani Hasil padi (GKG) Nilai hasil padi Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C
Total 2 MT/th 70 15 133 109 81 214 3500 2500
Rp Rp Rp
3.268.582 1.302.063 4.570.645
3.190.823 1.129.688 4.320.510
2.373.681 956.375 3.330.056
8.833.086 3.388.125 12.221.211
5.888.724 2.258.750 8.147.474
kg kg kg kg kg CC kg Rp Rp/ha Rp Rp Rp kg Rp Rp Rp
26,3 188,8 93,8 71,9 35,0 731 3,5 840.625 2.520.000 4.109.207 3.822.063 7.931.270 4.875 9.262.500 5.153.293 1.331.230 1,17
25,0 188,8 93,8 71,9 35,0 363 0 728.750 2.520.000 3.919.573 3.649.688 7.569.260 5.150 10.300.000 6.380.427 2.730.740 1,36
25,0 201,3 87,5 43,8 70,0 525 0 745.000 2.520.000 3.118.681 3.476.375 6.595.056 4.905 9.810.000 6.691.319 3.214.944 1,49
76,3 578,8 275,0 187,5 140,0 1.619 3,5 2.314.375 7.560.000 11.147.461 10.948.125 22.095.586 14.930 29.372.500 18.225.039 7.276.914 1,33
50,8 385,8 183,3 125,0 93,3 1.079 3,5 1.542.917 5.040.000 7.431.640 7.298.750 14.730.390 9.953 19.581.667 12.150.026 4.851.276 1,33
Sumber : Data primer, 2005
200
Lampiran 6. Algoritma diagram alir Powersim
201
202
Lampiran 7. Nilai koefisien aliran permukaan pada berbagai penutupan lahan No. 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
9.
Jenis penggunaan lahan /tipe wilayah Lahan rumput: -Tanah berpasir, lereng datar, 2% -Tanah berpasir, lereng sedang, 2-7% -Tanah berpasir, lereng curam, 7% -Tanah liat, lereng datar, 2% -Tanahliat, lereng sedang, 2-7% -Tanahliat, lereng curam, 7% Pusat keramaian kota: -Wilayah perkotaan -Wilayah pedesaan/perkampungan Pemukiman: -Sangat jarang -Agak padat -Padat -Luar kota -Lingkungan apartemen Kawasan industri: -Jarang -Padat Taman, pemakaman Taman bermain Daerah semak belukar, belum terjamah Jalan: -Aspal -Beton -Berbatu -Setapak Atap
Sumber: Chow, Ven Te (1964)
Koefisien aliran permukaan C 0,05 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35 0,70 – 0,95 0,50 – 0,70 0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 0,10 – 0,25 0,20 – 0,35 0,10 – 0,30 0,70 – 0,95 0,80 – 0,95 0,70 – 0,85 0,75 - 0,85 0,75 – 0,95
203
Lampiran 8. Lembaran kwesioner wawancara dengan pengurus kelompok tani di Ishibu Terraced Paddy Fields, Shizuoka, Tokyo Jepang
204
Lampiran 8. (lanjutan) terjemahan (Bahasa Inggris) kwesioner
205
Lampiran 9. Narasi kwesioner mengenai pengetahuan multifungsi pertanian
Selain berfungsi sebagai penghasil atau penyedia bahan makanan atau pangan (seperti padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian) dan sandang (serat untuk bahan pakaian) pertanian mempunyai beberapa fungsi lain yang positif bagi lingkungan hidup, disebut sebagai multifungsi pertanian. Sejauh yang Bapak/Saudara ketahui mohon tuliskan beberapa (sebanyak mungkin) multifungsi pertanian sebagaimana penjelasan di atas! 1. ___________________________________________________ 2. ___________________________________________________ 3. ___________________________________________________ 4. ___________________________________________________ 5. ___________________________________________________ 6. ___________________________________________________ 7. ___________________________________________________ 8. ___________________________________________________ 9. ___________________________________________________ 10. ___________________________________________________
Pertanian juga mempunyai dampak negatif bagi lingkungan. Sejauh yang Bapak/Saudara ketahui mohon dituliskan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pertanian terhadap lingkungan hidup! 1. ___________________________________________________ 2. ___________________________________________________ 3. ___________________________________________________ 4. ___________________________________________________ 5. ___________________________________________________
Nama : _____________________(opsional), JK: ____ (L/P), Umur: ______ th Jabatan: _____________________, Pendidikan formal : _____ th
Terima kasih atas kerjasamanya
Lampiran 10. Uji beda nilai tengah mengenai pengetahuan multifungsi pertanian berdasarkan status, tingkat pendidikan dan kelompok umur responden Nilai Status responden
No
N
Mean
SD
SE
SE-gab*)
Peneliti
1
16
3,9
1,526
0,394
-
Penyuluh
2
30
2,6
0,765
0,142
Birokrat
3
44
2,4
1,106
Petani padi sawah
4
60
1,8
5
75
2,0
Petani lahan kering Catatan:
Taraf SEgab**)
Nilai t_hitung **)
Taraf DB**)
Nyata(α)
t_hitung*)
DB *)
Nyata(α)
0,419
3,11
44
0,01
0,169
0,221
1,02
72
0,15
0,429
3,57
58
0,01
0,909
0,118
0,206
3,12
102
0,01
0,411
5,28
74
0,01
1,145
0,133
0,178
-1,39
133
0,15
0,416
4,63
89
0,01
N= jumlah contoh, SD = Standar deviasi; SE =Standar error, SE-gab=Standar error gabungan (pooled SE), DB=Derajat bebas *) uji beda nilai tengah berurutan (peneliti dengan penyuluh (No 1 dengan No 2), penyuluh dengan birokrat (No 2 dan 3), dan seterusnya **) uji beda nilai tengan antara status birokrat, petani padi sawah dan petani lahan kering dengan peneliti (No 3, 4, dan 5 dengan No 1)
Nilai Tingkat pendidikan
No
N
Mean
SD
SE
Tidak tamat SD
1
13
1,7
0,947
0,273
Tamat SD atau SLTP
2
111
1,8
0,943
0,090
0,288
-0,47
122
ns
Tamat SLTA
3
31
2,7
1,137
0,208
0,226
-3,75
140
0,010
Perguruan Tinggi Catatan:
SE-gab*)
t_hitung
Taraf DB
Nyata(α)
Nilai
Taraf
SEgab**)
t_hitung
DB
Nyata(α)
0,316
-3,55
81
0,01
0,183
-5,39
179
0,01
4 70 2,8 1,322 0,159 0,262 -0,52 99 ns *) uji beda nilai tengah berurutan: No 1 dengan No 2, No 2 dengan No 3, dan No 3 dengan No 4 **) uji beda nilai tengan antara No 1 dan No 2 dengan No 4
206
Lampiran 10. (lanjutan) Nilai Kelompok umur
No
N
Mean
SD
SE
SE-gab*)
t_hitung*)
Taraf DB *)
Nyata(α)
SEgab**)
Nilai t_hitung **)
Taraf DB**)
Nyata(α)
0,411
1,67
31
0,15
Kurang dari 30 th
1
20
2,3
1,418
0,325
Antara 30-39 th
2
49
2,4
1,074
0,155
0,360
-0,19
67
ns
0,295
2,55
60
0,01
Antara 40 - 49 th
3
79
2,4
1,375
0,156
0,220
-0,29
126
ns
0,295
2,76
90
0,01
Antara 50-60 th
4
64
2,0
0,959
0,121
0,197
2,03
141
0,05
Lebih dari 60 th Catatan:
5 13 1,6 0,870 0,251 0,279 1,49 75 0,15 *) uji beda nilai tengah berurutan: No 1 dengan 2, No 2 dengan 3, No 3 dengan 4, dan No 4 dengan 5 **) uji beda nilai tengan antara No 1, 2 dan 3 dengan No 5
Nilai Jenis Kelamin
No
N
Mean
SD
SE
SE-gab*)
t_hitung*)
DB
Nyata(α)
0,228
1,704
223
0,10
Pria
1
180
2,2
1,13
0,084
Wanita
2
45
2,6
1,41
0,212
Sumber acuan:
Taraf
Anderson, D.R., D.J.Sweeney, & T.A. Williams.1986. Statistics: Concepts and Applications. WPC. New York. hal:373-377 Sudijono, A. 1997. Pengantar Statistik Pendidikan. Grafindo. Jakarta. Hal: 293-299.
207
208
Lampiran 11. Pengantar dan pedoman penawaran (bidding) dalam wawancara dengan responden
Pengantar Sebagaimana Bapak/Saudara ketahui lahan pertanian, khususnya sawah di wilayah hulu Sub DAS Citarik, Kabupaten Bandung (antara lain termasuk wilayah Kecamatan Rancaekek, Cicalengka, Cikancung, Nagreg, Cileunyi, dan Cimenyan) mengalami penyusutan (berkurang terus) dari tahun ke tahun karena dikonversi (alih fungsi) menjadi lahan non pertanian (kawasan permukiman dan industri). Bapak/Saudara terpilih menjadi responden penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pandangan masyarakat mengenai semakin menciutnya lahan pertanian dikaitkan dengan kualitas lingkungan, khususnya masalah banjir dan erosi tanah atau pendangkalan sungai. Kuesioner
ini
berisi
pertanyaan
untuk
mengetahui
persepsi,
pandangan dan penilaian Bapak/Saudara mengenai keberadaan, manfaat, dan simulasi pembayaran jasa lingkungan pertanian (WTP). Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Peneliti
209
Lampiran 11.(lanjutan)
Lembaran pedoman penawaran WTP WTP Masyarakat hilir terhadap fungsi lingkungan lahan pertanian (khususnya sawah)
1. Jika responden tidak bersedia membayar maka lingkari Butir a (Nol Rupiah), tetapi lakukan hal berikut: Agar sikap/keputusan responden meyakinkan, maka perlu diulang 1-2 kali apakah responden benar-benar tidak bersedia membayar jasa lingkungan lahan sawah. Jika responden berubah pikiran (menjadi mau membayar) yakinkan juga bahwa itu adalah "keputusannya" secara sukarela, bukan merasa "terdesak" oleh enumerator. Jika sudah "final" tidak bersedia membayar maka tanyakan apa alasannya! 2. Jika responden bersedia membayar, maka kemukakan semua nilai pilihan WTP (mulai dari terendah). Apa pun pilihan responden harus ada keyakinan itulah yang dia pilih. Lalu lakukan penawaran/bidding! 3. Tingkatkan nilai penawaran sekitar 10% atau lebih. Misal dari nilai awal Rp 5.000 menjadi Rp 5.500. Apakah responden masih bersedia membayar nilai itu? Jika masih bersedia tingkatkan lagi nilainya menjadi Rp 6.000, dan seterusnya. 4. Jika responden sudah menyatakan tidak bersedia lagi membayar pada nilai penawaran tinggi tertentu maka isikan nilai terakhir yang masih bersedia dibayar pada Butir f. Berikut Ini adalah pilihan peningkatan nilai penawaran (WTP): 1. Awal Rp 5.000, naikkan --> Rp 5.500, lalu --> Rp 6.000, --> 6.500...,
dst.
2. Awal Rp 7.000, naikkan --> Rp 8.000, --> Rp 9.000, --> Rp 10.000..,
dst.
2. Awal Rp 10.000, naikkan -> Rp 11.000, -> Rp 12.000, -->Rp 13.000.., dst. 3. Awal Rp 14.000, naikkan ->Rp 16.000, --> Rp 18.000, --> Rp 20.000...., dst.
210
Lampiran 11.(lanjutan)
Lembaran pedoman penawaran WTA WTA Petani lahan kering dan padi sawah 1. Nilai WTA pasti ada karena sangat kecil kemungkinan petani tidak mau dibantu/menerima pembayaran. 2. Komponen WTA (bantuan) untuk petani lahan kering berupa investasi dan pemeliharaan atau perbaikan, bisa berupa uang, saprotan atau peralatan lainnya (in kind). 3. Komponen WTA lahan sawah untuk mempertahankan atau memelihara usahatani padi sawah, bisa berupa uang, saprodi atau peralatan (in kind). 4. Acuan biaya investasi teras bangku Rp 3,6 - Rp 6,4 juta/ha, pemeliharaan teras bangku Rp 450.000/ha/tahun. Di lapangan acuannya adalah luas lahan garapan petani, bukan per hektar. 5. Tingkat penawaran mulai dari 50% nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu ditingkatkan atau diturunkan sesuai dengan respon awal petani. Misalnya biaya pembuatan teras menurut petani Rp 1.000.000 (mungkin lahannya 200 bata atau 0,28 ha), terdiri atas biaya TK (Rp 600.000), bahan (250.000) dan peralatan (150.000). Bentuk pilihan penawarannya sebagai berikut: a. TK : Rp 300.000; jika responnya masih bersedia, turunkan sekitar 10% atau lebih menjadi Rp 275.000, lalu Rp 250.000, lalu Rp 225.000 dst, sampai responden menyatakan tak bersedia menerima jumlah tersebut. jika responnya tidak bersedia, maka naikkan nilai tersebut dengan 10% atau lebih, menjadi Rp 325.000, lalu Rp 350.000, lalu Rp 375.000, atau Rp 400.000, dst sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai tersebut! b. Bahan: Rp 100.000; Jika responnya masih bersedia, turunkan lagi sekitar 10% seperti di atas sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima nilai tersebut! Jika responnya tidak bersedia, naikkan nilai tersebut sekitar 10% sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai bantuan tersebut! c. Peralatan : Rp 50.000 (Modelnya sama dengan di atas).
Lampiran 12. Matriks korelasi analisis data WTP Correlation Coefficients / Prob > |R| under Ho: Rho=0 / N = 80 P1
P2
P3
P4
WTP
UMUR
PDK_D
PDK_L
PNS_D
P1
1.00000 0.0
0.35088 0.0014
-0.00947 0.9336
0.37284 0.0007
0.30034 0.0068
-0.20379 0.0698
-0.12599 0.2655
0.12599 0.2655
-0.06444 0.5701
P2
0.35088 0.0014
1.00000 0.0
0.17427 0.1221
0.49436 0.0001
0.35976 0.0010
-0.00714 0.9499
-0.01372 0.9039
0.01372 0.9039
-0.06717 0.5539
P3
-0.00947 0.9336
0.17427 0.1221
1.00000 0.0
0.18131 0.1075
0.33852 0.0021
0.00076 0.9947
-0.10380 0.3595
0.10380 0.3595
0.00235 0.9835
P4
0.37284 0.0007
0.49436 0.0001
0.18131 0.1075
1.00000 0.0
0.17785 0.1145
0.06821 0.5477
0.04145 0.7151
-0.04145 0.7151
-0.01999 0.8603
WTP
0.30034 0.0068
0.35976 0.0010
0.33852 0.0021
0.17785 0.1145
1.00000 0.0
-0.15484 0.1703
-0.21982 0.0501
0.21982 0.0501
0.14971 0.1850
UMUR
-0.20379 0.0698
-0.00714 0.9499
0.00076 0.9947
0.06821 0.5477
-0.15484 0.1703
1.00000 0.0
0.51829 0.0001
-0.51829 0.0001
0.18691 0.0969
PDK_D
-0.12599 0.2655
-0.01372 0.9039
-0.10380 0.3595
0.04145 0.7151
-0.21982 0.0501
0.51829 0.0001
1.00000 0.0
-1.00000 0.0001
-0.28185 0.0113
PDK_L
0.12599 0.2655
0.01372 0.9039
0.10380 0.3595
-0.04145 0.7151
0.21982 0.0501
-0.51829 0.0001
-1.00000 0.0001
1.00000 0.0
0.28185 0.0113
PNS_D
-0.06444 0.5701
-0.06717 0.5539
0.00235 0.9835
-0.01999 0.8603
0.14971 0.1850
0.18691 0.0969
-0.28185 0.0113
0.28185 0.0113
1.00000 0.0
PDK_L 0.15014 0.1837
PNS_D -0.32997 0.0028
SWASTA_D
P1 -0.03056 0.7879
WRSWTA_D
0.17961 0.1109
0.01956 0.8633
0.00802 0.9437
0.02195 0.8468
-0.04002 0.7245
-0.07625 0.5014
0.22951 0.0406
-0.22951 0.0406
-0.50525 0.0001
TTETAP_D
-0.14505 0.1992
-0.08759 0.4398
-0.05732 0.6136
-0.13795 0.2224
-0.23179 0.0386
0.26731 0.0165
0.24422 0.0290
-0.24422 0.0290
-0.22616 0.0437
0.15921 0.1584
0.18422 0.1019
0.09790 0.3876
0.09193 0.4174
0.46794 0.0001
-0.29649 0.0076
-0.46433 0.0001
0.46433 0.0001
0.13558 0.2305
INCOME
P2 0.11868 0.2944
P3 0.03212 0.7773
P4 0.10253 0.3654
WTP 0.06106 0.5906
UMUR -0.32246 0.0035
PDK_D -0.15014 0.1837
211
JARAK
-0.27065 0.0152
-0.19808 0.0782
-0.14220 0.2083
-0.20817 0.0639
-0.27201 0.0147
-0.07105 0.5311
-0.14805 0.1900
0.14805 0.1900
0.10011 0.3769
PEL_BJR
-0.27737 0.0127
-0.08361 0.4609
0.20844 0.0635
0.01936 0.8646
-0.03256 0.7743
-0.16222 0.1505
-0.15470 0.1706
0.15470 0.1706
-0.09221 0.4159
TG_AIR
-0.28566 0.0102
0.02120 0.8519
0.07643 0.5004
-0.01318 0.9076
0.03341 0.7686
-0.03753 0.7410
0.04802 0.6723
-0.04802 0.6723
-0.06747 0.5521
0.11249 0.3205
0.13202 0.2431
0.21241 0.0585
0.12338 0.2755
0.49556 0.0001
0.02399 0.8327
-0.08586 0.4489
0.08586 0.4489
0.14891 0.1874
SWASTA_D
WRSWTA_D
TTETAP_D
INCOME
JARAK
PEL_BJR
TG_AIR
LOSS
P1
-0.03056 0.7879
0.17961 0.1109
-0.14505 0.1992
0.15921 0.1584
-0.27065 0.0152
-0.27737 0.0127
-0.28566 0.0102
0.11249 0.3205
P2
0.11868 0.2944
0.01956 0.8633
-0.08759 0.4398
0.18422 0.1019
-0.19808 0.0782
-0.08361 0.4609
0.02120 0.8519
0.13202 0.2431
P3
0.03212 0.7773
0.00802 0.9437
-0.05732 0.6136
0.09790 0.3876
-0.14220 0.2083
0.20844 0.0635
0.07643 0.5004
0.21241 0.0585
P4
0.10253 0.3654
0.02195 0.8468
-0.13795 0.2224
0.09193 0.4174
-0.20817 0.0639
0.01936 0.8646
-0.01318 0.9076
0.12338 0.2755
WTP
0.06106 0.5906
-0.04002 0.7245
-0.23179 0.0386
0.46794 0.0001
-0.27201 0.0147
-0.03256 0.7743
0.03341 0.7686
0.49556 0.0001
UMUR
-0.32246 0.0035
-0.07625 0.5014
0.26731 0.0165
-0.29649 0.0076
-0.07105 0.5311
-0.16222 0.1505
-0.03753 0.7410
0.02399 0.8327
PDK_D
-0.15014 0.1837
0.22951 0.0406
0.24422 0.0290
-0.46433 0.0001
-0.14805 0.1900
-0.15470 0.1706
0.04802 0.6723
-0.08586 0.4489
PDK_L
0.15014 0.1837
-0.22951 0.0406
-0.24422 0.0290
0.46433 0.0001
0.14805 0.1900
0.15470 0.1706
-0.04802 0.6723
0.08586 0.4489
PNS_D
-0.32997 0.0028
-0.50525 0.0001
-0.22616 0.0437
0.13558 0.2305
0.10011 0.3769
-0.09221 0.4159
-0.06747 0.5521
0.14891 0.1874
1.00000 0.0
-0.41318 0.0001
-0.18495 0.1005
0.09472 0.4033
-0.05106 0.6529
0.12682 0.2623
-0.07856 0.4885
-0.02742 0.8092
LOSS
SWASTA_D
212
Lampiran 12. Matriks korelasi data WTP (lanjutan...) WRSWTA_D
SWASTA_D -0.41318 0.0001
WRSWTA_D 1.00000 0.0
TTETAP_D -0.28319 0.0109
INCOME -0.06251 0.5818
JARAK -0.03356 0.7676
PEL_BJR 0.07473 0.5100
TG_AIR 0.14998 0.1842
LOSS -0.02103 0.8531
TTETAP_D
-0.18495 0.1005
-0.28319 0.0109
1.00000 0.0
-0.22045 0.0494
-0.02556 0.8220
-0.14733 0.1922
-0.03289 0.7721
-0.14538 0.1982
0.09472 0.4033
-0.06251 0.5818
-0.22045 0.0494
1.00000 0.0
0.06381 0.5739
-0.06536 0.5646
-0.08040 0.4784
0.20071 0.0742
-0.05106 0.6529
-0.03356 0.7676
-0.02556 0.8220
0.06381 0.5739
1.00000 0.0
-0.17963 0.1108
-0.19562 0.0820
-0.18850 0.0940
0.12682 0.2623
0.07473 0.5100
-0.14733 0.1922
-0.06536 0.5646
-0.17963 0.1108
1.00000 0.0
0.49958 0.0001
-0.03532 0.7557
TG_AIR
-0.07856 0.4885
0.14998 0.1842
-0.03289 0.7721
-0.08040 0.4784
-0.19562 0.0820
0.49958 0.0001
1.00000 0.0
0.32041 0.0038
LOSS
-0.02742 0.8092
-0.02103 0.8531
-0.14538 0.1982
0.20071 0.0742
-0.18850 0.0940
-0.03532 0.7557
0.32041 0.0038
1.00000 0.0
INCOME JARAK PEL_BJR
213
214
Lampiran 13. Analisis regresi kesediaan untuk membayar (WTP) dengan intercep The SAS System Model: MODEL 1 Dependent Variable: WTP Sum of Squares
Mean Square
Source
DF
Model Error C Total
14 14757431581 1054102255.8 65 9900190294.3 152310619.91 79 24657621875
Root MSE Dep Mean C.V.
12341.41888 15818.75000 78.01766
R-square Adj R-sq
F Value
Prob. >F
6.921
0.0001
0.5985 0.5120
Parameter Estimates Variable
DF
INTERCEP P1 P2 P3 P4 UMUR PDK_L PNS_D SWASTA_D WRSWTA_D INCOME INCOM2 JARAK EXP_LOSS EXPLOSS2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Parameter Estimate -795.588689 7466.548372 10188 10137 -8653.195653 -119.045199 -4343.089618 10266 7974.475323 4539.599872 525.001131 16.757534 -26.024359 -16963 11392
Standard Error 13368.484807 5700.0319401 4836.2826497 3425.6436514 9001.8341654 161.14034149 4015.3268331 5371.7097716 5852.0191914 5105.7625666 707.84528514 18.45818488 11.67969677 7140.0484559 2962.8722855
T for H0: Parameter=0
Prob > |T|
-0.060 1.310 2.107 2.959 -0.961 -0.739 -1.082 1.911 1.363 0.889 0.742 0.908 -2.228 -2.376 3.845
0.9527 0.1948 0.0390 0.0043 0.3400 0.4627 0.2834 0.0604 0.1777 0.3772 0.4609 0.3673 0.0293 0.0205 0.0003
Catatan : Mengingat intercep secara statistik tidak nyata maka analisis regresi penduga WTP dilakukan dengan melalui titik nol (origin)
215
WTA (Rp juta/ha)
6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 2.0
1.0
0.7
0.5
0.5
0.5
0.4
0.4
0.4
0.3
0.3
0.3
0.3
0.2
0.1
0.0 Luas sawah (ha) Lampiran 14. Diagram pencar nilai WTA petani padi sawah berdasarkan luas sawah garapannya, Sub DAS Citarik Kabupaten Bandung, 2005
6.0
WTA (Rp juta/ha)
5.0 4.0 3.0 2.0 1.0
9. 8 12 .0
8. 6
8. 4
7. 9
7. 2
6. 0
5. 6
5. 4
5. 0
4. 2
4. 2
3. 5
2. 8
2. 4
0.0
Pendapatan (Rp juta/th)
Lampiran 15. Diagram pencar nilai WTA petani padi sawah berdasarkan tingkat pendapatannya, Sub DAS Citarik Kabupaten Bandung, 2005