EDAJ 5 (1) (2016)
Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
PENGARUH INVESTASI PMA, PMDN, APBD DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010-2012 Ganjar Wahyudihantoro1, Fafurida2 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Diterima Desember 2015 Disetujui Januari 2016 Dipublikasikan Februari 2016
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suku bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi di samping untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas (Irawan dan Suparmoko, 1992: 5). Secara umum pembangunan ekonomi juga bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, menjaga keseimbangan ekonomi negara dan pendistribusian pendapatan yang merata. Permasalahan dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh Penanaman Modal asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Tenaga Kerja dan APBD baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada tahun 2010-2012. Sampel pada penelitian ini seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur.. Metode pengumpulan data menggunakan data skunder. Metode Analisis menggunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Secara bersama- sama Investasi PMA, PMDN, APBD dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota Di Jawa Timur memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5%.
________________ Keywords: Foreign Investment (PMA), Domestic Investment (DCI), Labor and budget revenue and expenditure ____________________
Abstract ________________________________________________________________ Economic development is the efforts to improve the lives of the peoples who are often measured by the level of real income per capita. So the purpose of economic development in addition to raise real national income as well as to improve productivity (Irawan and Suparmoko, 1992: 5). In general, economic development also aims to achieve a sufficiently high economic growth, keeping the country's economic balance and equitable distribution of income. The problem in this research is there any influence of foreign Investment (PMA), Domestic Investment (DCI), Labor and budget either jointly or individually to economic growth in East Java in 2010-2012. Samples in this study all regencies / cities in East Java .. Methods of data collection using secondary data. Analysis Method using regression analysis. Based on the results of the study concluded that Together of foreign investment, domestic investment, Budgets and Labor Against Economic Growth Regency / City in East Java has a positive and significant impact on the level of 5%.
© 2016 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6765
Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail:
[email protected]
103
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
mengalami pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahuntahun berikutnya (Prasetyo, 2009: 237). Jadi, pertumbuhan ekonomi ini sangatlah penting dalam pembangunan suatu negara. Tersedianya faktor-faktor produksi di masing-masing negara menjadi pembeda bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktorfaktor produksi yang dimaksud yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan tenaga kerja. Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolak ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, meskipun telah digunakan sebagai indikator pembangunan, pertumbuhan ekonomi masih bersifat umum dan belum mencerminkan kemampuan masyarakat secara individual. Pembangunan daerah diharapkan akan membawa dampak positif pula terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari perubahan PDRB dalam suatu wilayah (suryono, 2010). Berikut data PDRB selama tahun 2010-2012.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi adalah usahausaha untuk meningkatkan taraf hidup suku bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi di samping untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas (Irawan dan Suparmoko, 1992: 5). Secara umum pembangunan ekonomi juga bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, menjaga keseimbangan ekonomi negara dan pendistribusian pendapatan yang merata. Adanya pembangunan ekonomi bisa jadi akan mendorong pertumbuhan ekonomi, begitu pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan memperlancar proses pembangunan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka kesejahteraan masyarakat akan terlihat jelas, karena tingginya pertumbuhan ekonomi suatu negara diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu misalnya satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Jawa Timur Tahun 20102012 Tahun SEKTORAL
2010
2011
Pertanian
Rupiah (Juta) 51.329.549
Pertambangan
7.757.320
2,27
Industri pengolahan
86.900.779
25,39 92.171.191
25,12 21.421.547
21.07
Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdanganan, Hotel, Restoran Angkutan/Komunikasi Bank/Keu/Perum JASA TOTAL
4.642.082 10.992.600
1,36 3,21
1,34 3,27
2,15 6,67
Rupiah (Juta) 15,00 52.628.433 %
8.228.632
4.932.084 11.994.826
2012 Rupiah (Juta) 14,34 78.013.26 %
2,24
6.743.23
2.188.117 6.782.238
% 0,08 0,01
106.229.113 31,04 116.645.214 31,78 44.011.461
43,29
25.076.426 18.659.490 30.693.407 342.280.766
11.86 6,50 8,38 100
7,33 5,45 8,97 100
Sumber:Badan Pusat Statistik Jawa Timur
104
27.946.280 20.186.109 32.251.631 366.984.401
7,62 5,50 8,78 100
12.054.700 6.613.389 8.515.422 101.671.633
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
Provinsi Jawa Timur mempunyai latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan ini merupakan perbedaan karakteristik alam, ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap wilayahnya. Perbedaan tersebut menjadi hambatan dalam pemerataan pembangunan ekonomi dikarenakan konsentrasinya suatu kegiatan perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam yang dimiliki seharusnya dapat menjadikan nilai tambah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Kelebihan yang dimiliki tersebut diharapkan memberikan dampak menyebar ( trickle donw effect ).Pembangunan di Provinsi Jawa Timur yang berlangsung secara menyeluruh dan
berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasilhasil pembangunan yang dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang tidak terlepas dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur relatif baik dan stabil. Pada tahun 2012 dari keenam provinsi di Pulau Jawa, terdapat tiga provinsi yang mencapai pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan nasional sebesar 6,23%, yaitu Provinsi Jawa Timur 7,27%, DKI Jakarta 6,53% dan Jawa Tengah 6,34%. Berikut perbandingan laju pertumbuhan ekonomi enam provinsi yang berada di Pulau Jawa.
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Enam Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2012 (dalam persen) Pertumbuhan ekonomi (%) No Provinsi 2010 2011 2012 1 Banten 6,11 6,38 6,15 2 Jawa Barat 6,09 6,48 6,21 3 DKI Jakarta 6,50 6,73 6,53 4 Jawa Tengah 5,84 6,03 6,34 5 DIY 4,88 5,17 5,32 6 Jawa Timur 6,68 7,22 7,27 Nasional 6,22 6,49 6,23 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2012) Berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota menunjukkan bahwa, Perbedaan yang menyebabkan perbedaan tingkat pertumbuhan pada masing-masing daerah, sehingga masih terjadi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, selain itu
juga masih terdapat beberapa daerah yang mengalami fluktuasi pertumbuhan daerah, tidak semua kabupaten/kota Jawa Timur yang mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode tahun 2010-2012. Dapat dilihat pada tabel berikut ini :
105
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota Di Jawa Timur Tahun 2010-2012 (Dalam persen) Tahun NO Kab/Kota 2010 2011 2012 1. Kab. Pacitan 6.66 6.72 6.77 2. Kab. Ponorogo 55.89 6.41 6.67 3. Kab. Trenggalek 6.16 6.53 6.72 4. Kab. Tulungangung 6.65 6.88 6.99 5. Kab. Blitar 6.12 6.42 6.44 6 Kab. Kediri 6.07 6.28 6.99 7 Kab. Malang 6.57 7.35 7.56 8. Kab. Lumajang 5.94 6.35 6.47 9. Kab. Jember 6.16 7.21 7.27 10. Kab. Banyuwangi 6.26 7.14 7.29 11. Kab. Bondowoso 5.69 6.28 6.47 12. Kab. Situbondo 5.89 6.39 6.62 13. Kab. Probolinggo 6.25 6.33 6.67 14. Kab. Pasuruan 6.23 7.19 7.29 15. Kab. Sidoarjo 5.92 6.95 7.23 16. Kab. Mojokerto 6.87 7.23 7.29 17. Kab. Jombang 6.65 6.91 6.99 18. Kab. Nganjuk 6.32 6.47 6.72 19. Kab. Madiun 5.96 6.49 6.58 20. Kab. Magetan 5.81 6.18 6.51 21. Kab. Ngawi 6.19 6.20 6.67 22. Kab. Bojonegoro 10.97 9.20 5.82 23. Kab. Tuban 6.30 7.24 6.19 24. Kab. Lamongan 6.86 7.07 7.22 25. Kab. Gresik 6.89 7.39 7.43 26. Kab. Bangkalan 5.47 6.27 6.45 27. Kab. Sampang 5.40 6,14 6.19 28. Kab. Pamekasan 5.77 6.27 6.43 29. Kab. Sumenep 5.51 6.36 6.49 30. Kota. Kediri 5.99 7.93 7.67 31. Kota. Blitar 6.66 6.64 6.84 32. Kota. Malang 6.60 7.22 7.71 33. Kota. Probolinggo 6.41 6.67 6.96 34. Kota. Pasuruan 5.99 6.35 5.59 35. Kota. Mojokerto 6.99 6.77 7.19 36. Kota. Madiun 6.97 7.29 7.88 37. Kota. Surabaya 7.47 7.65 7.76 38. Kota. Batu 7.16 8.17 8.26 39.
Jawa Timur
6.68
7.22
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur
106
7.27
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
Laju pertumbuhan ekonomi, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi regional juga tidak lepas dari peran adanya investasi. Dengan dilaksanakannya desentralisasi fiskal maka pemerintah daerah diberikan pelimpahan kewenangan untuk mengurus dan mengatur rumah tangga daerah. Perkembangan realisasi nilai Investasi PMA Provinsi Jawa Timur dalam tiga tahun terahir cenderung meningkat. Realisasi PMA tahun 2012 tercatat sekitar 2.298,78 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (1.312,04
juta US$) atau sekitar 6,74 pesen dari total PMA nasional dengan jumlah proyek sebanyak 403 proyek. Sementara itu perkembangan nilai realisasi investasi PMDN dalm tiga tahun terahir meningkat, realisasi investasi tahun 2012 nilai PMDN sebesar 21.520,27 miliar rupiah meningkat dari nilai PMDN 2011 (9.687,54 miliar rupiah) dengan jumlah proyek 289 proyek. Untuk melihat perkembangan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.4 Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Jawa Timur Tahun 2010-2012 PMA PMDN Tahun Proyek Investasi Proyek Investasi (Unit) (Juta US$) (Unit) (Miliar) 2010 110 1.769,23 89 8.084,06 2011 208 1.312,04 157 9.687,54 2012 403 2.298,78 289 21.520,27 Sumber : Jawa Timur Dalam Angka 2010 Salah satu indikator penting lainnya pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah produksi. Namun disisi lain, akibat buruk dari
penambahan penduduk yang tidak diimbangi oleh kesempatan kerja akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan. Tabel 2.5 berikut menunjukkan jumlah angkatan kerja menurut kabupaten/kota di Jawa Timur :
Tabel 1.5 Jumlah Angkatan Kerja Usia 15 Tahun Keatas Kab / Kota Di Jawa Timur Tahun 20102012 No Kab/Kota
Jumlah Angkatan Kerja
2010 1. Kab. Pacitan 347.306 2. Kab. Ponorogo 474.044 3. Kab. Trenggalek 379.109 4. Kab. Tulungangung 524.294 5. Kab. Blitar 580.193 6. Kab. Kediri 734.643 7. Kab. Malang 1.199.542 8. Kab. Lumajang 472.049 9. Kab. Jember 1.130.595 10. Kab. Banyuwangi 793.846
107
2011 284.344 451.450 352.802 499.125 569.483 755.271 1.235.266 516.960 1.160.941 787.410
2012 373.142 527.254 393.032 566.891 594.177 733.121 1.192.722 514.599 1.191.068 815.740
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
11. Kab. Bondowoso 398.735 382.186 390.140 12. Kab. Situbondo 349.306 337.065 361.424 13. Kab. Probolinggo 591.038 551.374 588.561 14. Kab. Pasuruan 764.381 759.016 756.445 15. Kab. Sidoardo 917.622 970.591 822.862 16. Kab. Mojokerto 518.877 519.680 517.150 17. Kab. Jombang 578.789 593.961 650.361 18. Kab. Nganjuk 485.507 518.150 540.873 19. Kab. Madiun 328.262 347.494 330.339 20. Kab. Magetan 372.784 323.039 372.225 21. Kab. Ngawi 425.885 430.631 471.239 22. Kab. Bojonegoro 608.954 635.548 650.020 23. Kab.Tuban 582.059 580.508 576.331 24. Kab. Lamongan 575.822 608.196 620.235 25. Kab. Gresik 541.720 585.409 551.562 26. Kab. Bangkalan 407.091 416.637 450.058 27. Kab. Sampang 436.256 404.046 469.336 28. Kab. Pamekasan 74,72 69,94 76,68 29. Kab. Sumenep 588.322 550.154 596.417 30. Kota. Kediri 124.436 132.907 123.630 31. Kota. Blitar 61.298 64.592 63.417 32. Kota. Malang 358.415 404.992 374.328 33. Kota. Probolinggo 73.981 95.092 100.721 34. Kota. Pasuruan 76.405 89.259 84.097 35. Kota. Mojokerto 56.836 59.365 55.934 36. Kota. Madiun 79.297 85.684 76.995 37. Kota. Surabaya 1.245.542 1.399.193 1.253.962 38. Kota. Batu 92.274 94.555 95.629 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Dalam tabel 2.5 Jumlah angkatan kerja usia 15 tahun keatas di Jawa Timur dalam 3 tahun terahir mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 1.245.542 jiwa menjadi 1.253.962 jiwa pada tahun 2012. Peningkatan jumlah angkatan kerja usia 15 tahun keatas ini perlu diperhatikan oleh pemerintah khususnya pemerintah Prov. Jawa Timur. Pemerintah perlu turun tangan agar para penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dapat bekerja sehingga tidak menimbulkan masalah pegangguran. Masalah ini juga berkaitan dan strategi perencanaan yang matang. Serta kemampuan pemerintah dalam melihat pergeseran struktur ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Pembiayaan pembangunan daerah selain diperoleh dari penanaman modal swasta juga dari pemerintah yaitu belanja modal. Hal ini disebabkan karena belanja modal adalah pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan di Provinsi Jawa Timur. Belanja modal akan menghasilkan penyediaan ketidak berhasilan suatu daerah menarik modal di daerahnya sendiri disebabkan karena kurangnya prasarana yang tersedia. Untuk mengetahui seberapa besar peran pemerintah di dalam menyediakan sarana infrastruktur dapat dilihat dari nilai realisasi belanja modal dalam APBD masing masing kabupaten/kota pada tahun yang bersangkutan. Semakin besar nilai belanja modal, maka
108
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
semakin besar pula peran pemerintah di dalam melaksanakan pembangunan. Begitu pula sebaliknya. Dengan anggapan bahwa besarnya peranan tersebut mencerminkan pemerintah ikut berperan aktif di dalam menyediakan fasilitas pendukung, maka akan berpengaruh secara positif terhadap besar kecilnya investasi
di Provinsi Jawa Timur. Tabel 2.6 berikut menjelaskan realisasi total APBD Di Jawa Timur tahun 2010-2012 :
Tabel 1.6 Realisasi Total APBD Jawa Timur Tahun 2010-2012 (Dalam Miliar Rupiah) M
i
700,000 600,000 500,000
l
i
400,000 300,000
Pendapatan
200,000 a
-100,000
u
p
Surplus/Defisit
0
r
R
Belanja
100,000
Pembiayaan 2010
2011
2012
Pendapatan
386,338
459,893
551,583
Belanja
426,857
495,274
591,887
Surplus/Defisit
-40,519
-35,381
-40,304
Pembiayaan
40,818
36,119
40,999
i Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa timur (Diolah)
a
Dari grafik tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa setiap tahun sejak 2010-2012 h Pendapatan Daerah meningkat rata-rata 15,6% dan peningkatan pada tahun 2012 sebesar 18,5%, di mana Pendapatan Daerah pada tahun 2011 sebesar Rp459,9 triliun meningkat menjadi Rp551,6 triliun pada tahun 2012. Secara nasional tren anggaran belanja daerah mengalami rata-rata peningkatan dari tahun 2010-2012 sebesar 14,4%. Belanja daerah yang dianggarkan pada tahun 2011 sebesar Rp495,3 triliun meningkat 19,6% pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp591,9 triliun. Dalam bukunya The Theory of Economic Developtment, Schumpeter menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus-menerus tetapi mengalami keadaan dimana adakalanya berkembang dan pada
seketika lain mengalami kemunduran. Konjungtur tersebut disebabkan oleh kegiatan para pengusaha (enterpreneur)melakukan inovasi dan pembaharuan dalam kegiatan mereka menghasilkan barang dan jasa. Untuk mewujudkan inovasi yang seperti ini investasi akan dilakukan, dan penambahan investasi akan meningkatkan kegiatan ekonomi (Sadono Sukirno, 2000:449). Investasi merupakan komponen utama dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Secara teori peningkatan investasi akan mendorong volume perdagangan dan volume produksi yang selanjutnya akan memperluas kesempatan kerja yang produktif dan berarti akan meningkatkan pendapatan perkapita sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
109
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
Pengertian modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. PMA hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung bedasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1967 dan digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam modal tersebut. Kesimpulanya, pemasukan modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membagun dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin, tetapi juga keterampilan tekhnik. Pengertian Modal Dalam Negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta yang memiliki Modal dalam Negeri tersebut, dapat secara perseorangan dan atau merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri atau PMDN adalah penggunaan kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut ketentuan Undang-undang Penanam Modal. Anggaran Pendapatan dan daerah merupakan rencana keuangan tahunan bagi suatu daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran merupakan dokumen kebijakan ekonomi pemerintah yang sangat penting dan merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Mardiasmo (2005) menyatakan bahwa anggaran berisi anggaran kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan belanja dan aktifitas. Anggaran
berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Pengertian anggaran menurut Mulyadi (1993) adalah rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan rencana-rencana manajerial untuk mengekpresikan tindakan dalam bentu uang dengan bahwa anggaran senantiasa berisikan rencana-rencana yang beraitan dengan aktivitas organisasi dengan menggunakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya ekonomi yang dimiliki organisasi. Selama ini yang terjadi didalam proses penyusunan anggaran adalah masih mengguanakan pendekatan anggaran tradisional. Pendekatan tradisional ini yang menjadi cirinya adalah cara penyusunan anggaran yang didasarkan pada pendekatan incrementalialism dan menampilka anggaran dalam perpektif sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau belanja (Nordiawan 2006) Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana di dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan ilmiah terhadap keputusan manajerial dan ekonomi. Pendekatan ini berangkat dari data yang kemudian data ini diproses dan dimanipulasi menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007 : 1 ). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan Direktorat Jenderal Dana Perimbangan khususnya data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Data yang diteliti meliputi data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), nilai realisasi PMA, nilai realisasi PMDN, data APBD dan tenaga kerja. Jenis data yang digunakan adalah data panel yaitu gabungan time series dan cross section. Data time series periode tahun 2010-2012 sedangkan data cross
110
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
section adalah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Variabel penelitian ini segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 2). Peneliti ini memiliki variabel penelitian sebagai berikut ini : Variabel dependen (Y) Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan ekonomi adalah Proses dimana terjadinya kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil (Wijaya, 2000). Pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang dihitng dengan PDRB atas dasar harga konstan dan dinyatakan dalam satuan juta Rupiah (Rp). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi (Arikunto, 2006 : 119). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : PMA adalah realisasi dari penanaman modal yang dilakukan oleh pemilik-pemilik modal asing langsung di Jawa Timur berdasarkan peraturan penanaman modal asing, ketentuan umum dan prosedur penanaan modal aasing oleh pemerintah daerah. Realisasi PMA diketahui dari data realisasi investasi asing yang ada di Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Timur dalam angka tahun 2010-2012. Ukuran variabel ini adalah satuan ribu US $. PMDN adalah Realisasi dari penanaman modal yang dilakukan oleh pemilik-pemilik modal dalam negeri secara langsung di Jawa Timur berdasarkan peraturan penanaman modal dalam negeri, ketentuan umum dan prosedur penanaman modal dalam negeri oleh pemerintah daerah . Realisasi PMDN diketahui dari data realisasi modal dalam negeri yang ada di Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Timur dalam angka 2010-2012. Ukuran variabel ini adalah Juta Rupiah (𝑅𝑝 ) Suatu daftar yang secara sistematis membua tsumber-sumber penerimaan daerah dana lokasi pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanyasatutahun). Tenaga kerja adalah jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun keatas) yang bekerja, yaitu
melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang/jasa secara kontinu paling sedikit satu jam dalam sseminggu di Jawa Timur yang dinyatakan dalam satuan orang. Metode pengumpulan data sangat penting digunakan dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2011) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai acara. Apabila dilihat dari berbagai sumber, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sember data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumentasi. Dalam penelitian ini, sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kuantitatif maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan mengambil seluruh populasi yaitu sebanyak 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pangkat kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Inti metode Ordinary Least Square (OLS) adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro 2007 : 79 ). HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa t hitung untuk variabel (PMA) sebesar 3.113740 dengan probabilitas 0,0024. Maka pengujian t menggunakan dua arah dan pengambilan keputusannya adalah variabel Penanaman Modal Asing merupakan penjelas yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE)
111
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
di Provinsi Jawa timur. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) di Provinsi Jawa timur. t hitung variabel (PMDN) sebesar 3.106682 dan signifikan Pada taraf 5% yang ditunjukan oleh probabilitas sebesar 0,0025. Berdasarkan kriteria t hitung > t tabel, maka disimpulkan bahwa variabel Penanaman Moda Dalam Negeri merupakan penjelas yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) di Provinsi Jawa timur. Sedangkan t hitung variabel (TK) sebesar 1.760708 dan signifikan Pada taraf 5% yang ditunjukan oleh probabilitas Tenaga Kerja sebesar 0,0387. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka t hitung > t tabel, yang berarti adalah variabel Tenaga Kerja merupakan penjelas yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) di Provinsi Jawa Timur. Jadi dapat disimpulkan ada pengaruh positif Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) di Provinsi Jawa timur. Dari nilai signifikansi di atas masingmasing variabel memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi seperti yang terlihat pada tabel 4.4 antara lain PMA memiliki pengaruh 0,145646 atau 15% , PMDN memiliki pengaruh sebesar 0,214566 atau 21%, TK memiliki pengaruh 0,143407 atau 14%, dan APBD memiliki pengaruh 0,1234 atau 12%. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi data pengaruh Pendapatan Pengaruh Investasi PMA, PMDN, APBD dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota Di Jawa Timur diperoleh hasil sebagai berikut: Penanaman Modal Asing mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur yang berarti semakin meningkat Modal Asing akan diikuti meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi di jawa timur. Penanaman Modal Dalam Negeri mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur yang berarti semakin meningkat Penanaman Modal Dalam Negeri akan diikuti
meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi di jawa timur. APBD mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur yang berarti semakin meningkat APBD akan diikuti meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi di jawa timur. Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur yang berarti semakin meningkat Tenaga Kerja akan diikuti meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi di jawa timur. Secara bersama- sama Investasi PMA, PMDN, APBD dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota Di Jawa Timur memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf 5%. DAFTAR PUSTAKA Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi Edisi 2. BPFE. Yogyakarta. Apridar. 2009. Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep, Permasalahan Dalam Aplikasinya). Yogyakarta : Graha Ilmu. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Licolin. 2004. Ekonomi Pembangunan Edisi ke Empat. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Berbagai Tahun Terbitan, Jawa Timur Dalam Angka, BPS Provinsi Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. PDRB Jawa Timur. BPS Provinsi Jawa Timur. Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi .Yogyakarta : BPFE YGM Dumairy. 1996. Perekonomian Jakarta : Erlangga.
112
Indonesia.
Ganjar Wahyudihantoro dan Fafurida / Economics Development Analysis Journal 5 (1) (2016)
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 19999. Basic Economitric. Mc Graw – Hill Book. USA. Hasan, Iqbal. 2008. Pokok - Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara.
M. Nazir. 19999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Edisi ke Lima . Jakarta : Erlangga. Sadono Sukirno. 2000. Makro ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hendra Esmara. 1991. Teori Ekonomi Makro dan Kebijaksanaan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Gramedia.
Todaro, Michael, P. Dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga.
J. Supranto. 2001. Statistik : teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Erlangga.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonomi Pengantar dan aplikasinya. Yogyakarta : Ekonisia.
Jhingan, M.L 2003. Ekonomi pembangunan. Jakarta : PT. Erlangga.
Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer ( Era Otonomi Daerah). Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
113