ffiffiffiffiffiffiffiffiffi .i::'i::r,X*:illl$,li flr'',{"u'
lrr
- :, l.:f,;,-;i ;r}Lr-i :r,i" r,{
i-
H-,,<*-
'
i-akl iu+ffi .d;" si .;,, '!-
,
-i
|]
Prosiding i
II I
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner "Inovasi Teknclogi Peternakan dan Veteriner Berbasis Sumber Daya Lokal yang Adaptif dan Mitigatif terhadap Perubahan Iklim" Medan, 3-5 September 2013
Penlunting: Nurhayati D. Purwantari Muharam Saepulloh So{an Iskandar Anneke Anggraeni Simon P Ginting Atien Priyanti Ening Wiedosari
Dwi Yulistiani Ismeth Inotrnu Sjamsul Bahri Wisri Puastuti
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
Cetakan 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang @IAARD Press,2013
Isi prosidirrg dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya.
Hak cipta pada Badan Penelitian dan pengembangan pertanian, 2013
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Prosidirrg Seminar Nasional Teknologi peternakan dan veteriner, Medan 3-5 September 2cl3.lPenlunting, purwantari ...... [et al.]; Jakarta: IAARD Press, 2013 xx + 595 halaman; ill;29,7 cm 636 1.
Peternakan
I. Judul rsBN
2. Veteriner II. Nurhayati
97 8 -602-t s20 -33 -8
Penanggungjawab Bess Tiesnamurti (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan) Penyunting Pelaksana: Risca Verawaty Rahmawati Elvianora Pul Linda Yunia Rancangan sampul: Ahmadi Riyanto
IAARD
Press Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu, Jakarta 12540 Telp: +62 211806202, Faks.: +6221 7900644
Alamat Redaksi: Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 Telp.: +52 251 83211 46,Faks.: +62 251 9326561 e-mail :
[email protected]. go.id
, l:-r,!lfl,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veieriner 201 3
KATA PENGANTAR Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan Veteriner merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan (Puslitbang Peternakan). dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi, peneliti dan teknisi dari instansi penelitian, dinas/instansi pemerintah dan perguruan tinggi terkait, para praktisi bidang peternakan dan wakil dari beberapa lembaga swadaya masyarakat. Seminar kali ini dengan tema "Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Berbasis Sumber Daya Lokal yang Adaptif dan Mitigatif Terhadap Perubahan Iklim", bertujuan untuk: (i) menghimpun dan merumuskan informasi teknclogi peternakan dan veteriner untuk menunjang kebijakan pengembangan agribisnis peternakan yang berbasis sumber daya lokal (ii) menyediakan forunr pertukaran informasi ilmiah teknologi peternakan dan veteriner, serta sosialisasi hasil hasil perrelitian Ci bidang peternakan (iii) meningkatkan jejaring informasi antara lembaga penelitian, perguruan tinggi, praktisi petemakan, serta pengguna jasa peternakan dan veteriner (iv) melihat fakta perkembangan teknologi peternakan dan veteriner melalui kunjungan lapang darr akselerasi diseminasi inovasi teknologi peternakan dan veteriner oleh pengguna. Seminar i.lasional Teknologi Peternakan dan Veteriner menampilkan 6 (enam) makalah undangan dalam maupun luar negeri. Disamping itu makalah penunjang yang dipresentasikan secara oral sebanyak 24 (d:ua puluh empat) dan 69 (enam puluh sembilan) makala,h disampaikan Calam beniuk poster. Pemakalah undangan dari luar negeri adalah dari Dr. Simon Quigley dari University of Queensland dengan topik "Nutrition and Genetic Interaction in Ruminant Livestock". dan Dr. Beate Scherf dari FAO yang diwakili oleh Dr. Ageng S. Herianto" FAO Representative intlonesia dengan makalah be{udul "Adaptation to Climate Change-Exploring the Potential of Locally Adapted Breeds". Sedangkan pemakalah undangan dari dalam negeri antara lain dari direktur PTPN VI, Jambi yang diwakili Direktur Renbang, Ir. Ahmad Nasulian Arifin MM dengan topik "Szccess Story
Sistem Integrasi Sapi-Sawit". Dr. ljeppy Soedjana dari Pusat penelitian Pengembangan Peternakan
Ternak dan Bahan Pakan Transgenik di Indonesia: Peluang dan
Kendala
Pengembangannya". Makalah penunjang yang dipresentasikan baik oral maupun poster berasal dari berbagai instansi terkait yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia seperti BATAN, Perguruan Tinggi, dan Balai Penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian termasuk PuslitbangiBalai Besar dan BPTP. Sesuai dengan temanya, hasil-hasil penelitian yang dihimpun dalam prosiding ini diharapkan dapat menambah informasi yang terkait dengan bidang peternakan, dimana hal ini juga dapat mempercepat alih teknologi hasil penelitian unggulan untuk pengembangan agribisnis peternakan. Forum ini juga dapat berperan sebagai sarana informasi dalam membangun kerjasama antar institusi terkait dengan pihak swasta maupun praktisi peternakan, selain sebagai masukan, gagasan dan pengetahuan bagi para pengambil kebijakan daiam upaya untuk meningkatkan kesejahieraan masyarakat peternak.
Bogor, November 2013 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Dr. Haryono
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 201 3
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ...... LAPOR,AN KETUA PANITIA PENYELENGGARA SEMINAR NASIONAL
TEKNOLOGI PETERNAKAN DAN VETERINRR
vi
2OT3
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN .................
vill xi
SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA UTARA RUMUSAN HASIL SEMINAR
xiv
DAFTAR ISI ...........
xvi
MAKALAH UNDANGAN Peran Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pefianian dalam mendukung Peningkatan Produktivitas Peternakan melalui Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Ilaryono, Bess Tiesnamurti, Sjamsul Bahri ........... Nutrition and Gene Expression in Skcletai Muscle of Ruminants Simon Quigley. Poppi D, Nattrass G .............. Tanaman Pakan dan Bahan Pakan lransgenik
di
Indonesia: Peluang dan Kendala
Pengembangannya Bambang Risdiono Prawiradiputra, Muharsini S ................
l0
Partisipasi Konsumsi sebagai Alat Ukur Status Ketahanan Pangan Daging
ljeppy D Soedjana
ll
Integrasi Sawit Sapi di PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Sulaiman I, Arifin AN, Ereskayanto ...
l3
Perspektif Usaha Kambing Perah melalui Pembentukan Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia (ASPEKPIN) di Sumatera Utara
M. Reza Siregar...
20
MAKALAH PENUNJANG RUMINANSIA Aplikasi Sperma Sexing Berbasis Antioksidan terhadap Kualitas dan Integritas Membran Serta Daya Fertilitas Induk Sapi Bali Enny Yuliani, Lukman HY .............
xvI
23
Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan Veteriner 2013
468
Perbandingan Morfometrik Ukuran Tubuh Pendekatan Analisis Diskriminan
Ayam KUB dan Sentul melalui
Tike Sartika.
561
Studi Frekuensi Sifat Kualitatif Ayam Kampung di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
418
Sadarman, Elfawati, Sadriadi
571
Peningkatan Bobot Badan Umur l0 Minggu Kelinci Pedaging FZ-3 melalui Seleksi 483
Bram Brahmantiyo, Raharjo YC, Prasetyo I-H
579
Respon Fisiologis dan Evaluasi Karkas Ayam Brciler terhadap Suhu Pemeliharaan
Dingin s86 490
Pengaruh Jenis Mineral terhadap Produksi Eksopolisakarida dan Karakteristik Perhrmbuhan Lactobacillus bulgaricus Strain Ropy dalam Media Susu R-atmawati Malaka, Metusalach, Abustam E
s92
Penganrh Tingkat Penambahan Fosfat dan Asap Cair terhadap Kualitas Nugget Daging Broiler Prarigor Bagian Paha dan Dada Effendi Abustam, Said Ml
s99
495
500
Aplikasi Uji ELISA Infectious Bronchitis Menggunakan Isolat Lokal PTS-3 pada Seruin Ayam Lapang
509
519
Risa Indriani
608
Karakteristik Infeksi Virus Avian Influenza (Al) H5N1 pada Unggas Pekarangan RM Abdul Adjid, Damayanti NLPI,Indriani R, HewajuliDA
619
PARTISIPAN SEMINAR
527
INDEKS PENULIS
632
530
531
545
s55
xxlil
Seminar Nasional Teknologi
G. de Valdez
GF.
: production by Infuence of salts. 88.
rointe G, Ceming
J.
rpolysaccharide by L
and analysis of its prolonged
during rr
iron
Microbiol.
peter-;r.r j=
l-ereriner
201j
PENGARUH TINGKAT PENAMBAE{N FOSFAT DAN ASAP CAIR TERHADAP KUALITAS NUGGET DAGING BROILER PRARTGOR BAGIAN PAEA, DAN DADA (Effects of Different Level of Phosphate and Liquid Smoke Addition on Quality of Chicken Nuggets from pre-Rigor Thigh and Breast Meat of Broiler) Effendi Abustam.
1993. Lactic acid
S:: ].fl
Laboratoriumliwf
rc. New York.
;:";#:il:il::r;:r7,.,:::,y:;";;:;sHasanuddin
:emistry. Springer-
efre ndi abu@)tor ma
;. :
:
-.
ABSTRACT Decreased functional properties of meat especially water : -.iing capacity post rigor requires an addition of binder in processing the meat to be a pasta product like nu:.::rs. a Uinaer-in which commonly utilized for meat processing products is phosphates in form of sodium tri-f,l-. phosphates (STpp) and liquii smoke. The aim of this study was to find out the effects of phosphates sut-r:ution concurrently with liquid smoke on the quality.of nuggets made from pre-rigor thigh and breast oi Broiler. Randomized Completely Design of factoridl pattern 2 x 3 with 3 replications was used in the studi: factor I was different part of ilroiler"meat (thigh and breast) and factor 2 was the ratio between different ler els addition of phosphates and liquid smoke (0.30% + 0%, 0.15o/o + 0.l5yo, and 0%o + a30W based on the meat weight. The materials used ior making nuggets were Broiler meat from pre-rigor thigh and breast as:d 40 days as the main stuff and non meat ingredients such as STTP, liquid smoke l0olo, tapioca flour. :alt, eggj and ice as additional stuffs. Five Yariables measured were flexibility of nugget, shear force val"e. cooling loss, elasticity, and acceptability. The.results of this study shows that substitution of STTP siir a 100%o of liquid smoke and breast meat resulting best quality of nugget. Liquid smoke can be utilized a-i binder in making chicken nugget from pre-
rigor meat.
Key words: water Holding capacity, Phosphates, Liquid Smoke. Nugget euality, pre-Rigor
ABSTRAK Penurunan sifat fungsional daging khususnya kemampuan mengikat air (water holding capacity) seiring dengan waktu pascarigor mengharuskan penambahan bahan pengikar (binder) pada proses f,engolatran daging
menjadi produk pasta seperti nugget Bahan pengikat yang sering digunakan dalam prodik pengolihan daging adalah fosfat dalam bentukSodium Tri Poly Phosphares (STTP) dan asap cair. penelitian ini UJrtu.luan untuk melihat pengaruh substitusi fosfat dengan asap cair terhadap kualitas rutgget ayam bagian paha dan Sada prarigor. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x3 dimana faktor I adalah ragian daging (paha dan dada) dan faktor 2 adalah tingkat penambahan fosfat dan asap cair dengan rasio r0.30 + 0%; 0,15 + 0,l5oh; dan 0 + 0,30%) dari berat daging yang diulang 3 kali. Daging iut u Oan dida ayam pedaging prarigor umur 40 hari sebagai bahan baku utama dan bahan tambahan bukan daging seperti SiTp, esap cair 107o, tepung tapiok4 garam, telur dan es batu digunakan dalam pembuatun niggit. peubah yang iiamati adalah daya lenting nugget, daya putus nugget, susut masak, tingkit kekenyalan,-Jan uji kesukaan. 3asil penelitian menunjukkan bahwa subsitusi STTP dengan 1009'o asap cair dan daging riada menghasilkan
:embuatan nugget ayam prarigor.
'(ata Kunci:
Kemampuan Mengikat Air, Fosfat, Asap cair, Kualitas Nugget, prarigor
r99
Seminar Nasional Tehtologi Pelernakan dan Veteriner 20 I 3
Asap cair merupakan hasil konden'pirolisis kayu atau batok kelapa setelah :r:
PENDAHULUAN
Penurunan
sifat fungsional
daging
khususnya kemampuan mengikat air (water
holding capacity) seiring dengan
waktu
pascarigor mengharuskan penambahan bahan
pengikat (binder) pada proses pengolahan daging menjadi produk pasta seperti nugget. Penambahan bahan pengikat pada proses
pengolahan daging menjadi nugget akan menghasilkan produk akhir dengan kualitas
yang lebih baik seperti kompak, padat dan kenyal.
Bahan pengikat yang sering digunakan dalam produk pengolahan daging adalah fosfat
dalam bentuk STTP (Sodium
Tri
Poly
Phosphates), boraks atau formalin. Boraks dan
formalin merupakan bahan kimia
yang
berbahaya bagi kesehatan konsumen, sedang STTP sekalipun tidak berbahaya tetapi tetap menjadi bahan pertanyaan bagi orang awam tentang keamanannya sebagai bahan tambahan.
Upaya untuk memperbaiki sifat fungsional pada produk olahan telah banyak dilakukan melalui penambahan bahan tambahan bukan
daging yang sifatnya untuk meningkatkan kemampuan daging mengikat air (daya ikat air)
misalnya penambahan sodium tripolifosfat (Abustam dan Ali 2005; Syaputra 2009), sodium difosfat (Amang 2006; Mutmainnah 2006). Ataupun dengan menggunakan daging dengan daya ikat air yang tinggi pada kondisi
pada suhu 400-600'C -'
selain sebagai bahan pengawet pada produk olahan daging. Pada pembuatan bakso daging sapi penambahan asap cair sampai tingkat I % menghasilkan produk bakso dengan kualitas dan rendemen tinggi (Abustam et al. 2009). Hasil penelitian lainnya Abustam et al. (2010) menunjukkan bahwa kualitas bakso dari otot Longissimus dorsi lebih baik dari Semitendinosus dan Pectoralis profundus. Semakin tinggi level penambahan asap cair pada pembuatan bakso semakin tinggi kualitas
bakso. Pada level 0,15%
keemPukan masak menurun
meningkat 22,47%. susut 3J,8s%., daya lenting meningkat 22.680/o, kekenyalan sensorik meningkat 25o/o, dan tingkat kesukaan panelis meningkat A,A6YI. Aplikasi asap cair pada daging segarjuga telah diperlihatkan oleh Abustam dan Ali (2011)-
600
berat daging) yang
:r
Paramaeter )'a
r-: pemanasan sebuah tabung atau drum. Asap c3.,- :: mengandung lebih dari 400 senyau a i. : i antara lain fenol(4,13o/o), karbonil (11.30, :.: asam (10,2oh) (Setiadji 2000; Anonim l -'- ! Senyawa-senyawa yang terdapat pada a-sa:
lenting nugget, dar
susut masak,
Pembuatan nugge
:,":
dapat berfungsi sebagai penga\\'et ;
yang berfungsi sebagai gum, yaitu ba:'-bahan pengental, penstabil emulsi ,-pembetuk gel yang larut dalam air (Cah;. ": 2006). Penggunaan asap cair sel,.:. antioksidan juga berdampak terha;'peningkatan keempukan daging bror,.: (Kompudu 2008). Pada penelitian ini level penambahan STT^ pada pembuatan nugget ayam pedagin. (broiler) yang biasanya digunakan 0,3Yo dr bahan adonan digantikan dengan menggunaka:, asap cair sampai 100% (tanpa STTP). Baha-
baku utama adalah daging ayam pedaging bagian dada dan paha pada fase prarigor.
Sampai sejauh mana asap
cair
bisa
menggantikan STTP sebagai bahan pengikat pada nugget ayam pedaging kondisi prari-uor menjadi permasalahan dalam penelitian ini ditinjau dari kualitas dan rendemen produk nugget.
kel
hedoniclkesukaan.
Proses penggii
pengemulsi (Cahyadi 2006). Selain itu. ;...asap cairjuga ditemukan beberapajenis '..-
paha dan dada masing dilaku]
dilakukan
l
ayam, garam dan :
dengar
yang dibutuhkan i
Fosfat dan asap ca
dengan
perlakua
masing-masin-e
pertam4 I
a
bersama
bumbu-bumbu da
digiling sampai
ad
Setelah adonan ho untuk mengetahui
masing
adonan
Adonan dipindahi dalam loyang 1an
dengan
plastik melekatnya adonai
bentuk bulat
prarigor (Rahalu 2006).
Akhir-akhir ini telah diteliti kemungkinan penggunaan asap cair sebagai bahan pengikat
0,15o/o, dan fosfat
tfl-
se.
dikukus dengan s' Bentuk bulat dim
MATERI DAN METODE
nugget dapat diur Bahan-bahan yang digunakan yaitu daging ayam pedaging bagian paha dan dada prarigor dari 6 ekor ayam umur 40 hari, asap cair, es
batu, tepung tapioka, sodium tripolifosfat (STPP), garam, bumbu, tepung panir, telur, aquades, minyak goreng, kertas label, plastik gula, tissu, dan plastik klip.
Alat yang
elastisitas
(keke
pengukusan, dilak berat nugget untu
Bahan-bahan yang nugget dapat dilihi Tabel l. Bahan-h::.:
digunakan adalah blender,
Jenis bahan
baskom,
Daging ayam
refrigerator, dan timbangan analitik.
Es batu Tepung tapioka Pospat dan asap
food processor, pisau, timbangan analitik, talenan, wajan, kompor, panci,
Penelitian dilakukan
menggunakan
rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 dimana faktor 1 adalah bagian daging (paha
dan dada) dan faktor 2 adalah
penambahan fosfat dan asap 0,3%o
+
asap
tingkat
cair l0% (fosfat cair 0%, fosfat 0,150 + asap cair
.r
Garam*
.Bumbu*+ Tepung panir*'
* *+
Berdasarkan Berdasarkan
a:: c::
Seminar Nasional Teknologi Peternakm dan Veteriner 20 I 3
ondensasi dari ieteiah melalui 500'C dalam
\sap cair ini snYawa kimia ii (11,3%) dan rnonim 2008). pada asap cair
tngawet
ain itu, dalam
dan
r air (Cahyadi
cair sebagai ik terhadap _:ing
broiler
mbahan STTP im pedaging ;an 0,3%o dari menggunakan STTP). Bahan ,am pedagine rrarigor. rp cair bisa
ahan pengikat ,ndisi prarigor penelitian ini lemen produk
fDE
r .
t I
l aitu daging dada prarigor asap cair, es
tripolifosfat
panir, telur. label, plastik
+
asap catr 0,3oh dari
Paramaeter yang diamati adalah daya lenting nugget, dan daya putus nugget (DpN), susut masak, kekenyalan nugget dan uji hedonickesukaan.
dengan cara menjatuhkan nugget
Proses penggilingan daging ayam bagian
paha dan dada kondisi pararigor masingmasing dilakukan secara tersendiri dengan menggunakan food processor. Untuk mendapatkan ekskaksi protein miosin yang banyak maka pada penggilingan awal dilakukan dengan mencampurkan daging ayam, garam dan sebagian dari jumlah es batu
yang dibutuhkan dalam pembuatan nugget. Fosfat dan asap cair dari berat formulasi sesuai
dengan perlakuan ditambahkan masing-masing adonan
hasil
pertam4 bersama dengan tepung tapioka, bumbu-bumbu dan sisa es batu, kemudian
digiling sampai adonan benar-benar homogen. Setelah adonan homogen, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awal dari masing-
masing adonan (adonan paha dan dada). Adonan dipindahkan dari food processor ke dalam loyang yang sebelumnya telah dilapisi
dengan plastik gula untuk
bahan
Es batu
14
Tepung tapioka
13
3
lalah
*
!ie
tingkat
10Yo (fosfat
*
asap cair
pantulan dari
g 4 skor (l-4)
masing-masin
nugget dengan terlebih awal mencari selisih antara pantulan
dikonversi kedalam
tertinggi dengan terendah yang kemudian
dibagi 4 untuk mendapatkan interval antara masing-masing skor. Skor I merupakan daya lenting kurang dan skor 4 menyatakan daya lenting terbaik (Abustam et al. 2009). Pengukuran daya putus nugget (DpN)
Pengukuran DPN dimaksudkan untuk melihat tingkat keempukan nugget dengan menggunakan CD Shear Force. dimana sampel
nugget dalam bentuk silender dengan ukuran panjang I cm dan diameter 0.5 inci diletakkan
dalam lubang CD shear force yang menggunakan pisau dengan tebal I mm untuk memotong sampel. Semakin besar beban untuk memutus sampel nugget maka semakin alot
nugget tersebut. Nilai daya purus nugget dinyatakan dalam kglcmz (Abustam et al. 200e).
Pengukuran susut masak Susut masak merupakan berat yang hilang selama
atau penyusutan berat sampel
pengukusan (cooking ioss). Susut masak di tentukan dengan persamaan sebagai brikut:
Tabel l. Bahan-bahan pembuatan nugget
-:lLlt\.
x
Setelah
pengukusan, dilakukan penimbangan kembali berat nugget untuk mengetahui susut masak. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan nugget dapat dilihat pada Tabel 1.
60
daging (paha
mencegah
melekatnya adonan kemudian di cetak dengan bentuk bulat seperti bulatan bakso, lalu dikukus dengan suhu 80oC selama 20 menit. Bentuk bulat dimaksudkan agar daya lenting nugget dapat diukur sebagai indikator tingkat
elastisitas (kekenyalan nugget).
pada
ketinggian 45 cm sebanyak 5 buah nuggetyang berbeda dalam gelas ukur dari kaca. Tinggi
kedalam
penggilingan
Daging ayam
rktorial 2
Daya lenting merupakan salah satu tehnik
untuk melihat daya pantul nugget ketika dijatuhkan pada suatu permukaan rata dari suatu ketinggian. Makin tinggi daya pantul Pengukuran daya lenting nugget dilakukan
Pembuatan nugget
alah blender. ru. timbangan mpor, panci. rnenggunakan
Pengukuran daya lenting nugget
maka kualitas nugget (kekenyalan) makin baik.
dan
roa jenis asam r aitu bahan-
emulsi
0,75yo, dan fosfat 0o/o
berat daging) yang diulang selama 3 kali.
Jenis
Jumlah (%)
Pospat dan asap cair*
0,3
Garam*
1,5
*Bumbu**
1,2
lgpung panir**
* **
Susut masak
:
A_B
x
100%
A Keterangan: : Berat adonan sebelum dikukus B : Berat setelah dikukus
A
Sumber: Soeparno 1998
10
Berdasarkan berat daging Berdasarkan berat adonan
60r
Seminar Nasional Telmologi Petemakan dan Yeteriner 2013
]i"r4. !:;J:
Uji organoleptik (skor kekenyalan)
I
*l
,=l 50t dl
Penilaian organoleptik/kekenyalan nugget dilakukan oleh panelis sebanyak l0 orang yang telah terbiasa melakukan uji organoleptik. Skor penilaian kekenyalan berayun dari 1-6 dimana: 1. Sangat tidak kenyal, 2. Tidak kenyal, 3. Agak tidak kenyal, 4. Agak kenyal, 5. Kenyal, dan 6. Sangat kenyal. (Abustam et al. 2009).
cl LE OE :ol I .-LE
o.I rB OT
l-7 yakni: 1. Sangat tidak
suka; 2. Tidak suka; 3. Agak tidak suka; 4. Netral; 5. Agak suka; 6. Suka;7. Sangat suka (Abustam et aI.2009).
YI ei .cE
Pengaruh tingkat penambahan f:sfer dan asap cair terhadap skor dal a lrnung nugget pada kondisi prarigor
ragam pola faktorial untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada ke dua faktor terhadap daya lenting nugget, daya putus nugget, susut masak, kekenyalan, dan tingkat
kesukaan (hedonik) dengan menggunakan bantuan program SPSS (SPSS 13, SPSS Ltd., Jika
terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN Daya lenting nugget Pengaruh bogian daging tethadap skor daya lenting nugget poda kondisi prarigor Tabel 2 memperlihatkan rata-rata skor daya lenting nugget berayun antara 2,17-2,90 (sedang) pada tingkat penambahan fosfat dan asap cair yang berbeda dan2,24- 2,74 (sedang) pada bagian daging yang berbeda
Analisis ragam memperlihatkan bahwa bagian daging berpengaruh sangat nyata nugget pada 1f'
kondisi prarigor dimana bagian dada sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi skomya (22,32oh) daripada bagian paha. Skor daya lenting nugget
+
r
5
,:.
o
o
--r-r--, bahwa fosfat da*'r i-:; asap cair menun-,
Ji
o\
.rl3l
tingkat penambahan
Data diolah dengan menggunakan analisis
Ii \o
:! :t
Analisis ragam
Analisis data
602
-1
.H
Kesukaan atau tingkat penerimaan panelis pada penilaian organoleptik nugget merupakan salah satu uji yang dipertimbangkan dalam penentuan kualitas nugget. Uji inijuga disebut sebagai uji hedonik. Kisaran skor yang
West Street Woking, Surrey, UK).
l
=E ^H !I
Uji hedonik/kesukaan
digunakan adalah
Bl
a
6
-l
"
(6
pada kondisi prarigor berpenua:--:- r=gat nyata (P<0,01) terhadap skor dal a ,=--::r.-s nugget ayam. Semakin tinggi tingk:: :enambahan
asap cair semakin tinggi ski': 1:''a lenting nugget. Pada tingkat penam'c.:.= asap cair 50oA (0,15'h) terjadi peningk::- skor daya lenting sebesar 10,60% dan ::da tingkat penambahan asap cair !3 3 (0,30%) peningkatan skor daya lentine s;"a"esar 33,64yo dari tanpa penambahan asap cair. Hal ini menunjukkan bahwa pada kor,Cisi prarigor tingkat penambahan asap caii saja (tanpa fosfat) mampu berperan saneat n1'ata dalam meningkatkan sifat fungsional produk nugget khususnya tingkat kekenyalan nugget. Daging
prarigor dari bagian dada dan paha yang mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi dapat dipertahankan dan malahan meningkat pada produk akhir setelah penambahan asap cair.
n1 I
+ dl\
.o
!
?
{) c6
:0
ir,
F
I
I
6i_ 3 :r)
.1 ol C',
ol
I I
I
u! !
fi
I
cit
,J
I
I
d
z terhadap daya putus nugget pada fase prarigor dimana bagian dada nyata lebih empuk sebesa-
di
rl 'l rol
Daya putus ,rugget (DPN)'
Analisis ragam memperlihatkan bagiardaging berpengaruh sangat nyata (P<0,01
I 1
E
Pengoruh bagion daging terhadup daya putus nagget (DPN) pada kondisi prurigor
l
N
()!
o:
-i
Seminar Nasional Teknologi Peternal
dada dalam kondisi
bahwa asap cair yang sangat baik
fOO9t'l--.4*v^O
o6
lenting nugget pada
rid-i'f
,+.
at dari peningkatan ang terkait dengan :
dan kenyal. Oasl:ns
A
/ ., +O\n-:46 ' e'l \o N ql \o v .o' .i 6i -rl
io
daging yang ri'asl ;itas glikolitik lebih
san daging bagian n lemaknya lebih dan paha (Schlting, engapa daya lenting
dari daging bagian
q 0 q & cn
+ \o
.$
t_ !-- o\ t- o !O\O.acno a.}r,C>n*
.d
cAO:nO<> v'i cl .i: o^ o.
a0
aa
d
unjukkan bahwa
O
garuh sangat nyata
6
rkat
penambahan
4i
;kor daya lenting
saja
6 ,v
kondisi prarigor
cair saja
(tanpa rgat nyata dalam
tl produk nugget t nugget. Daging dan paha yang 'neikat air yang
t)
(!,
no
\c;o6 \t:$"\iqi( c.l\C-=f<:
?\
id
U^
Fa.l @ \t \O+eVOl cid-I-fei m\o!ieo ..r,
v,
5r,
ro d c
(>
ov ^m
d
c<)
= -t'^ s;
A--
J; PU1 :orj
!1 + 'e..
ag. O
Xv ci^' E c
o cd
:t
^x >,-:z A6;S e
;+ A
^o EI HdG .:t .6
c,
t)
\o
U
+
!o
€
o s
F- OA F- cn vl -cO0amoO c{ \o r'{ .+ 6
-}i o ()
'o
d
d
--il \ao
;s G-h
H<
Y jrr
+ I-,-o!1o
= -75 .7 il \t.I >'d"r E^j @ ,. .i >' 6 5C'! =vi 6*
\o tq c)
dan
malahan akhir setelah
€
^a
&
+
^\
(0,30%)
s sebesar 33,64yo rp cair. Hal ini
E
o\
nbahan asap cair
zkatan skor daya an pada tingkat
r,
H (B
Cd
'a
c.I \O O ri
o
lan asap asap cair
lenting nugget
rr
\o
G
i prarigor.
rhan fosfat dan )'a lenting nugget
<)co e14 (},O\ifQcr, (.{rr()r)\f,
i-- a.l qf, 6 N00vl€lt C\l\O-t.7r
l\rrO\aAO <]) O\ - c.t c'l 9t:f.i'
<)
d-=o=
a
-o H=r
t €€ E* A'i: cq.j:.ij f;cL bod I.;HPiu Eo\.d c! dO
oa
.,:),6. etrrei:.o
$v)a
ct
i ts ae \
zdap daya putus
.*€?L
'arigor
ihatkan bagian nrata (P<0,01) la fase prarigor. t empuk sebesar
'r
-.
..
-c6bO--
z al (,
F
{) d)
H
6
.86!9En
r
8-*FS,E
SK E# OOr;VV
: rc 6 :Jfi Es== frdrCc -E"CJC) 6-9-0d *c3uus SEooo ! dJJllZ.Y
A r'L*rf
*L
*
603
Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan Veteriner 2013
4,54yo dari bagian paha. Komponen kolagen yang lebih tinggi pada otot bagian paha untuk mendukung sebagai otot yang banyak beraktivitas dan sebagai penyangga tubuh dapat menjelaskan mengapa otot paha lebih alot dari otot dada. Hal ini mendukung pernyataan Alvarado (2011) bahwa otot paha
mengandung kolagen yang lebih dari pada daging bagian dada karena diameternya yang
lebih kecil
mengakibatkan peningkatan
kolagen. Dengan tambahan, serat-serat otot merah (paha) membutuhkan dukungan untuk bertumpu dan berjalan dari pada serat-serat putih (dada) dan oleh karenanya mempunyai kolagen yang lebih banyak.
kemampuan mengikat air, salah --:- r:u fungsional protein, selama proses p.:--: iirrifir
dan akibatnya rendemen menjacii ::::i{r. Dalam pengolahan daging ,ji:::-ru"m rendemen yang tinggi atau susut mi-ia. -.zm!
rendah, Demikian halnya pada r:'{g{ diharapkan daging yang digunaka-r -nmr formulasi akan menghasilkan rendemi: ; $trlr tinggi pascapengolahan. Susut ma:,:-l- -,anrl rendah (rendemen tinggi) erat k:-:-.:,r dengan kualitas nugget. Semakin ti,ng::" :r;;,r masak maka kemungkinan kualitas gizi r;;5r1 menjadi menurun.
Susut masak (oh) nugget ayam berdas.::-r-ar
bagian daging dan tingkat penambahar dan asap cairpada fase prarigor (Tabel I
Tingkat penambahan fosfat dan asap cair berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap daya putus nugget pada fase prarigor, semakin
Analisis ragam memperlihatkan :=;rtl daging berpengaruh sangat nyata ( P<- terhadap susut masak nugget fase p:-r:-.;:n dimana susut masak pada otot dada .=lu
":::u
-
nyata (P<0,01) 51,11% lebih rendah dar-:,u;r otot paha fase prarigor. Tingginya SUSUI ir,...::.r nugget pada otot paha dapat disebabkan i"-=1,r.
fosfat dan asap cair berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Hal mana menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat penambahan asap cair maka DPN semakin rendah atau dengan kata lain nugget semakin empuk. Pada tingkat penambahan asap cair saja (rasio fosfat:asap cair : 0o/o : 0,3%o) menghasilkan nugget 13,08yo sangat nyata
ini s::,.* otot yang cenderung lebih alot :li.:,s kandungan kolagen yang lebih I'r.= disamping itu otot paha juga mengar.:-'-i kadar lemak yang lebih tinggi (Alrr=r: 201l) sehingga pascapengolahan. l;:;i:-j:
(P<0,01) lebih empuk dari pada tanpa asap cair
menghasilkan susut masak yang lebih tin-:g:
(rasio fosfat:asap cair
:
0,3%: 0%) pada
daya ikat air yang rendah pada otot
fase
prartigor. Kemampuan asap cair meningkatkan daya ikat air baik pada fase prarigor maupun pada fase pascarigor menyebabkan produk
Pengoruh tingkat penambohon fosfat d an asap cair terhadap susut mas{rk nugget ftse
prarigor
keempukannya
meningkat. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya pada produk bakso (Abustam et al. 2009) dan pada daging segar (Abustam dan
Ali,20l0).
Analisis ragam memperlihatkan rin-..: penambahan fosfat dan asap cair berpen_ra.-: sangat nyata (P<0,01) terhadap susut m3:"-!
nugget fase prarigor. Semakin tinggi tir:r! --penambahan asap cair semakin rendah s,.: masak, dimana terdapat perbedaan yang
'"'
Surrt masak
penambahan asap merupakan salah
satu
parameter kuantitas daging dan erat kaitannya dengan kualitas daging. Daging dengan susut masak yang tinggi menandakan bahwa daging tersebut kurang dapat mempertahankan
604
sar.-r
nyata (P<0,01) antar perlakuan. pada rin5..--
Susut masak nugget
susut
:ascapengolahan.
remperlihatkan su :engan meningkatr :embuatan bakso .{bustam et al. 20
ilat air dengan me :ada daging segar
-ibustam dan Ali.l(
Pengaruh
inter
-fase
prarigor
Analisis ragam pengaruh interaksi '
:ntara tingkat penar Jengan bagian dar 4ugget fase prarigc
.bahwa penurunan sangat nyata (P<0 level asap cair tidal susut masak rutgget tingkat penambahar 030%) penurunan kecil pada otot pahz dua perlakuan tingj cair lainnya.
:
Uji organoleptik:
I
Pengaruh bagian a kekenyalan nugget
Skor
kekenra
tingkat
daging segar maupun daging olahan seperti
produk nugget dan bakso
-hingga
hagian daging terh -d.r.:ju(r
pada kondisi prarigor
tinggi tingkat penambahan asap cair semakin rendah DPN. Perlakuan tingkat penambahan
(
--eningkatkan dafi
penambahan fosfa
Pengaruh bagian daging terhadap mssak nugget padafase prarigor
Pengarult tingkat penambahan fosfat dan asap cuir terhadap daya putus nugget (DPN)
-!3mampruan asap
cair saja (komt,i:,.
fosfat+a5ap cair : yoh + O,3Oo ) susut rila-.-.. nugget sangat nyata (p<0,01) g5,71%o )=: : rendah dari pada tanpa penambahan asap :.-: (kombinasi fosfat + asap cair : O,30oh - i_t.,
fase prarigor. Hal ini
menunjul*:=
penambah dengan bagian dagi dilihat pada Tabe L Analisis rasan daging tidak berpe kekenyalan nugget. dengan mengabai
fosfat dan asap ca antara daging bag
'kurang lebih sama.
Semirwr Nasional Teknologi Peternakan dan lteteriner 2013
h satu sifat i pengolahan iadi
rendah. diharapkan masak yang ada nugget akan dalam Ldemen yang
masak yang
r
kaitannya
rinegi susut s u.izi nugget
kemampuan asap cair mempertahankan dan meningkatkan daya ikat air fase prarigor
sehingga susut masak
pascapengolahan.
menu*n
penelitian
sebelumnya memperlihatkan susut masak yang rnenurun dengan meningkatnya level asap cair pada
pada daging segar (Abustam dan
perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) antira perlakuan 0,30Yo + 0%o dengan perlakuan 0oZ +
ikat air dengan meningkatnya level asap cair
Ali,
2010;
Abustam dan Ali, 2011).
Pengorah intersksi antars tingkat penambohan fosfst dan asap coir dengan bagian daging terhadap susut massk nugget
pengaruh interaksi yang sangat nyata (p<0,01) antara tingkat penambahan fosfat dan asap cair dengan bagian daging terhadap susut masak nitgget fase prarigor. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penurunan susut masak nugget yang sangat nyata (P<0,01) dengan meningkatnya level asap cair tidak sejalan dengan penurunan susut masak nugget antara bagian daging. pada tingkat penambahan fosfat dan asap cair (0olo + 0,30%) penurunan susut masak menjadi sangat kecil pada otot paha dibandingkan dengan pada dua perlakuan tingkat penambahan fosfat asap cair lainnya.
Jada
sangat
iah daripada susut masak .bkan karena r ini sebagai
:lot bih
akibat
tinggi
sangat nyata (P<0,01) terhadap
0,30%, antara perlakuan 0,15o
berdasarkan 'eahan fosfat a*hel 2). san bagian
(P<0,01)
tingkat
kekenyalan nugget pada fase prarigor. Terdapat
fase prarigor
ta
Analisis ragam menunjukkan
penambahan fosfat dan asap cair berpengaruh
pembuatan bakso (Abustam et al. 2009; Abustam et al. 2010) dan peningkatan daya
adap susut
.se prarigor.
Pengaruh tingkat penambahan fosful dan asop cair terhadap skor kekenyalan nugget padafuse prorigor
Analisis ragam memperlihatkan adanya
+
skor
0,l5yo
dengan 0%o + g,3go7o, antara perlakuan 0o% + 0,30yo dengan perlakuan 0,15yo + 0,15%o dan perlakuan A30Yo + \Yo. Tetapi tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan 0,30% + O% dan 0,15o/o + 0,15Yo. Semakin tinggi tingkat penambahan fosfat dan asap cair, semakin tinggi skor kekenyalan nugget. pada tingkat penambahan asap cair saja (kombinasi fosfat }Yo dan asap cair 0,30oh) menghasilkan skor kekenyalan nugget sangat nyata (p<0,01)
16,l7yo lebih tinggi dari pada tanpa penambahan asap cair (kombinasi fosfat 0,30% dan asap cair 0o/o). Hal ini mengindikasikan
bahwa penambahan asap cair pada daging prarigor meningkatkan daya ikat air daging
yang berimplikasi terhadap peningkatan skor
kekenyalan nugget. penelitian sebelumnya
memperlihatkan peningkatan skor kekenyalan bakso dengan meningkatnya level asap cair (Abustam et al. 2009; Abustam et al. 20 I 0).
nengandun-e
rAlvarado, nugget
rn,
,ih tinggi.
Uji kesukaan nugget
Pengaruh bogian daging terhaclap
Pengaruh bagian daging terhadap tingkat kesukaun nugget fase prorigor
kekenyolan nagget pada fase prorigor
;fat don rgget
Uji organoleptik: kekeny alan nugget
fuse
Skor kekenyalan nugget
berdasarkan
tingkat penambahan fosfat dan asap cair
i3n
tingkat
-rpengaruh
usut masak
rrgi
tingkat
:ndah susut vang sangat 'aJa tingkat ,kombinasi
l:Ut
maSak
.-19'o lebih r;r asap cair -.[iDo
+
Qol6)
.runjukkan
dengan bagian daging pada fase prarigor dapat dilihat pada Tabel 2.
Analisis ragam memperlihatkan
bagian
daging tidak berpengaruh nyata terhadap skor kekenyalan nugget. Hal ini menandakan bahwa
dengan mengabaikan tingkat penambahan fosfat dan asap cair, skor kekenyalan nugget antara daging bagian paha dan bagian dada
*urang lebih
sama.
Skor kesukaan nugget berdasarkan tingkat penambahan fosfat dan asap cair pada bagian daging pada fase prarigor dapat dilihat pada Tabel 2.
Analisis ragam memperlihatkan
bagian
daging berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap tingkat kesukaan nugget, bagian paha
memberikan peningkatan skor kesukaan 27,77% sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi daripada bagian dada, sekalipun skor kesukaan masih dalam rentang yang sama yakni netral.
Tingkat kesukaan yang lebih tinggi pada daging paha disebabkan karena perlemakan yang lebih intensif pada bagian ini sehingga leblhjuicy dan memberikan citarasa yang lebih
60s
Seminar Nasional Teknologi Petemakan dan yeteriner 2013
gurih. Sebagaimana diutarakan oleh Alvarado
dada
ayam Petemakan Lr
DAFTARPUSTAKA
(2011) bahwa daging paha mengandung lemak
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging dada, sekalipun perbedaan ini sangat kecil (<3%).Kandungan lemak yang sedikit lebih
Ali HM. 2005. Dasar Teknrrlc= -jg. Ternak. Buku Ajar. Program A-2 -i--:m
Abustam E.
Produksi Ternak Fakultas Pei-:ai:er
Universitas Hasanuddin.
tinggi ini dapat memperbaiki persepsi terhadap juiciness.
Abustam E, Ali HM. 2010. Kemampuan rn"-=:lu air (Water Holding Capacity) dan dar; :, rnr'"
daging sapi Bali prarigor melalui
Pengoruh lingkat penambah an fosfat dan asap cair terhadap skor kesukoun nugget podafase prarigor
penambahan asap Fakultas Petemakan.
penambahan fosfat dan asap cair berpengamh sangat nyata (P<0,01) terhadap skor kesukaan nugget pada fase pararigor. Terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan 0,30yo + 0%o dengan perlakuan 1Yo + 0,30oh,
antara perlakuan 0,15%o + 0,l5yo dan \Yo + 0,30o/o dan antara perlakuan 0oA + 0,30Yo dengan perlakuan 0,15o + 0,l1oh dan 0,30%o + 0%. Sedangkan antara perlakuan 0,300 + UYo dan 0,15% + 0,15z0 tidak berbeda nyata. Semakin tinggi tingkat penambahan asap cair semakin tinggi skor kesukaan nugget. Pada tingkat penambahan asap cair saja (kombinasi fosfat 0% + asap cair 0,30%) menghasilkan skor kesukaan nugget 28,570 sangat nyata
(P<0,01) lebih tinggi dari pada tanpa penambahan asap cair (kombinasi fosfat 0,30%
+ asap cair 0%) pada fase Kemampuan asap
prarigor.
cair meningkatkan
lenting dan keempukan nugget
daya serta
menurunkan susut masak nugget menyebabkan skor kesukaan meningkat pada fase prarigor:
*
Publication No. l/201 2. p. 233-236.
Abustam
E, Likadja JC, Ma'arif A.
Penggunaan asap cair sebagai bahan
I
"r:q;
p:-1i.:r
pada pembuatan bakso daging sapi 3:i:Seminar Nasional Kebangkitan Peren-i-a:Semarang.
Abustam
E, Likadja JC,
Sikapang
F.
:,: :
X
pen;rs pada pembuatan bakso daging dari tiga r=,: otot sapi Bali. Prasetyo LH, Naral:: Iskandar S, Puastuti W, Hera* arr , Nurhayati, Anggraeni A, Damalanc :Darmayanti NLPI, Estuningsih .: penyunting. Teknologi Peternakan tin Veteriner Ramah Lingkungan d-.:: Pemanfaatan asap cair sebagai bahan
mendukung Program Swasembada Da:l dan Peningkatan ketahan pangan. Pros::-:r
Seminar Nasional Teknologi Peternaka:: :-,r 3-4 Agustus l,-,. " Puslitbang Peternakan Bogor (lndonesia r: :-:: 467-473
Veteriner, Bogor,
Amang R. 2006. Pengaruh jenis dan level tc.:u terhadap kualitas bakso daging dada ar::
www.meatingplace.com.
pembuatan nugget broiler menghasilkan daya lenting tinggi, daya putus nugget rendah, susut
pedaging pascarigor. Skripsi Faku:*Petemakan Universitas Hasanu.i::_
kesukaan nugget tinggi. Daging bagian dada menghasilkan kualitas
Anonim. 2008. Asap cair tempurung kel:_-r
!iq1ggi, daya putus nugget rendah, dan susut masak rendah.
Asap cair dapat digunakan sebagai bahan pengikat untuk meningkatkan sifat firngsional protein khususnya daya ikat air daging pada pembuatan nugget.
606
2006.
bakso
a)'am.
Universitas H
Setiadji BAH. 200 asap cair seb
putus daging sapi Bali prarigor. Prlr n National Seminar on Zootechniqu=: rrr
cair saja (kombinasi fosfat 0% dan asap cair 0,30o/o) pada
nugget yang terbaik dimana daya lenting
AA.
susut masak
Indogenous Resources Development. 15t1.
2011. Pengaruh.ienis .-:;-: rm
Alvarado CZ.20ll . Overcoming the challenq:. :i working with dark irf.--i:
masak rendah, kekenyalan dan tingkat
Rahayu
d-- :r-,:.
Ali HM.
KESIMPULAN Penambahan asap
[]niversitas H
Schlling W. 2010
level asap cair terhadap daya ikat air
.
pascarigor.
protein and ar compositionwww.meating
Abustam E,
Analisis ragam memperlihatkan tingkat
:'-+s
cair. Penelitian - I
\{utmainnah. 2006. terhadap balr
Makassar.
http;//indonesiaindonesia.com.
Diakses,:
Oktober 2008.
Cahyadi W. 2006. Analisis dan aspek keseh:-.-
bahan tambahan pangan. Bumi
Ali-.a.-:_
Jakarta
Kompudu A. 2008. Pengan:h antioksidan catec4:.: /ea, eugenol ekstrak kayu manis dan &sap e-<_: terhadap terjadinya perubahan kualitas dag:- :
109
frFnp t"ltt*r rrec dese uep
p
uupqasal
rm
?reqv
tlw
sl4tpalD)
0I
seq?!{
zdele>1 Smrr
'uIppnueseH
SslIqBJ
F
ure,(e epup 3 lsJsoJ le^al s
leau ;o
saSuelpqc
urlq :(erssuopo;
'0102 m5n Ep ue)Ieuraed 'ud
Surprsor4
tur8eq
upeq
trtepp ue8u Eup uqeul'l
?s qlsaqt 'U pue,(uure :t
llp^{?.IeH
"r
?
elleleN
s-nraf e8rl gup rqr8uad ueqeq '0102 'c 3
{el?Iuelad r TeB ldes Aq
p16ued ueqeq
'ffiT 'Y
uaurc 3ue.( rurule lelrz8uod re8eqes .lrcc desu 'ede1e1 8urundue1 lsc desy .9696 .gyg rlpepe5 '
serlsla^lu^ @ryu,olad'sse#lH;I"lffr:rt
'ro8u lsod os{eg sulrl€n{ dupeqral ro8rr 1sod nep ro8u erd sseg eped (4a1g7to!so!uodt4 utnlpos) 1e;sod uep (po1,fl tuem? rseurquo{ lo^e[ u?qsqu.reued qruu8ue4 .6002 -Uhl urlndu.(g
IroA
'cul 'o3
clllH-,rerCcl4l .srrrs.r/pls ^1,eN Ioo g to s atnp aco t 4 puo saldtcurld .1661 .H[ orrroJ .CCU
loefs
'ugery,Go1'sser4 {lrsre,rrunupery qelpug
'3upuq r3opu1s1 u€p nurll .g661
.ouedoog
'uuqe[8of
'J)dd'(ruoc'rrccdese',tr,tr,r) .etsnueru
€
[02 raur.tatal
'.g1pnb
uroc'ece ldBurlearu.A{1r{11
pue
'uollgsodruoc
'splerf psru uo ,firsusp prcu our[rre pue urelord
Jo slre.Bo eq1 Eulpue6repun .0102 .16 Buqlqcg 'J€ssE{?I/{'urppnues?H selrsJe^run
ue{errJolod seln4eg
rsdulg .utuf,e
osleq
>1pde;oue8ro
TlslJeDlerq rrup Ieseru lnsns dupeqrel srgotu roSu qnruSue4 .9002 '11V Mrr{e1 'Jesse{BI I'urppnuesuH sslrsro^Jun
ue{etuelod s"}mled
Isdp{s
.roEgecsed
8ul8epod uref,e equd Supep osleq depeqrel lqsoJ lo^e[ uep sluel qruu8ue4 .9002 .qsuuruuln4
J.rx
'9&YYSI
'ruawdol'
at sanbruqal p 'corl 'ro3g e,.{up uep
rre
p
IEp loto s!uo[ q
vdl(J rrBllry.{tl qSu4 1nIelsu
s4nd e,(ep uup
r{6ueur uerfu rE{errJelad IEsrunf
uolDuapd fio1ou1a1
TouotsDN
s3
ry
pv11 Eoloqaa
'rsssB>[eIAJ'urppnu?suH setJsJo^luo ueleluelod ?pep
Y
sullol?d Isdpls 'Sur8epad ure,(e
r8eq
uDp
.tDuuas