FENOMENA OLAHRAGA DALAM PRANATA SOSIAL MASYARAKAT Maftukin Hudah. S.Pd, M.Pd
[email protected] universitas PGRI Semarang Abstrak Menurut undang – undang no.3 tahun 2005: Olahraga adalah kegiatan sistematis untuk mendorong, membina, mengengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dalam kehidupan sosial, olahraga selain bertujuan untuk menyehatkan badan. Olahraga ternyata dapat dijadikan alat untuk menjalin komunikasi sosial dengan lebih banyak orang. Berkembangnya komunitas olahgara salah satu bukti bahwa dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kualitas pergaulan. Dalam perkembangannya sampai saat ini, olahraga kian meluas dan memiliki makna yang bersifat universal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang, dan media eksistensi diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena-fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Ciri-ciri pranata sosial Suatu pranata sosial tentu memiliki ciri-ciri umum. Dalam bukunya yang berjudul General Feature of Social Institutions, Gillin dan Gillin mengemukakan ciri umum pranata sosial sebagai berikut: 1. Pola-pola pemikiran dan perilaku terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasilhasilnya. 2. Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan tertentu. 4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, 5. Memiliki lambang-Iambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Kadang-kadang lambang tersebut berwujud tulisan-tulisan atau slogan-slogan. 6. Mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis. Yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain lembaga sosial tersebut. Dinamika olahraga dan pengembangan nilai memainkan peranan penting dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai dalam olahraga sangat terkait dengan tradisi budaya masyarakat yang diwarisikan secara turun menurun dari satu generasi ke generasi lainya. Karena itu, olahraga merefleksikan nilai-nilai sosial suatu masyarakat. Kata Kunci: Fenomena Olahraga, Pranata sosial masyarakat
PENDAHULUAN Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa guna hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup. Seperti halnya makan, gerak (Olahraga) merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya terus-menerus; artinya Olahraga sebagai alat untuk mempertahankan hidup, memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Seperti halnya makan, olahragapun hanya akan dapat dinikmati dan bermanfaat bagi kesehatan pada mereka yang melakukan kegiatan olahraga. Bila orang hanya menonton olahraga, maka sama halnya dengan orang yang hanya menonton orang makan, artinya ia tidak akan dapat merasakan nikmatnya berolahraga dan tidak akan dapat memperoleh manfaat dari olahraga bagi kesehatannya. Pada saat ini olahraga telah menjadi sebuah budaya penting dengan segala kompleksitasnya, baik konsekuensinya positif maupun negatif bagi individu maupun masyarakat, merasuk segala aspek kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, seni, politik, hukum, media massa, bahkan diplomasi international. Studi tentang olahraga sangat luar biasa jika kita mampu memahami mencermati dan memahami keberkaitan tentang arti olahraga itu sendiri dalam kehidupan bersosial di masyarakat, hal
ini dapat kita jumpai dengan istilah olahraga masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Hal tersebut mempunyai aspek dan indikator yang luar biasa yang dapat tumbuh dalam sosial bermasyarakat. Menurut undang – undang No.3 tahun 2005: Olahraga adalah kegiatan sistematis untuk mendorong, membina, mengengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial.Dalam kehidupan sosial, olahraga selain bertujuan untuk menyehatkan badan. Olahraga ternyata dapat dijadikan alat untuk menjalin komunikasi sosial dengan lebih banyak orang. Berkembangnya komunitas olahgara salah satu bukti bahwa dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kualitas pergaulan. Dalam perkembangannya sampai saat ini, olahraga kian meluas dan memiliki makna yang bersifat universal dan unik. Berawal dari sekedar kegiatan fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktu luang, dan media eksistensi diri, akhirnya bergeser menjadi kegiatan yang multi kompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh fenomena fenomena lain seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya. Nilai sosial dari olahraga adalah sebuah proses pembauran tanpa pembatas suku, ras dan agama. Proses kesetaraan ini dipandu oleh rasa persaudaraan dalam meningkatkan kemampuan berolahraga. Nilai-nilai olahraga ini mengikuti perkembangan masyarakatnya yang bisa dilihat dari sistem perekonomian dan budayanya. Nilai-nilai kejiwaan dan sosial terlihat pada masa masyarakat komunal primitif. Sejarah menunjukkan zaman tersebut manusia berolahraga sesuai dengan peradabannya, misal berburu dengan panah atau lempar batu. Tidak ada pemenang dan pecundang, tidak
ada
hadiah
yang
diperebutkan
(Warnadunia:2009:125).
Dalam bukunya yang berjudul General Feature of Social Institutions, Gillin dan Gillin mengemukakan ciri umum pranata sosial sebagai berikut: 1. Pola-pola pemikiran dan perilaku terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2. Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan tertentu. 4. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, 5. Memiliki lambang-Iambang yang menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Kadang-kadang lambang tersebut berwujud tulisan-tulisan atau slogan-slogan. 6. Mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis. Yang merumuskan tujuan, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain lembaga sosial tersebut. Pengertian dan Fungsi Pranata Sosial Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan khusus dalam masyarakat. Pranata sosial berasal dari bahasa asing social institutions, itulah sebabnya ada beberapa ahli sosiologi yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan, di antaranya adalah Soerjono Soekanto. Lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, pranata sosial merupakan
kumpulan norma (sistem norma) dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi pranata sosial. a)
Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah kemasyarakatan.
b)
Menjaga keutuhan dan integrasi masyarakat.Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Tipe pranata sosial menurut J. L. Gillin dan J. P. Gillin sebagai berikut. 1. Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat a.
Basic Institition Pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib masyarakat. Contoh : pranata keluarga, pranata sekolah.
b.
Subsidiary Institution Pranata sosial yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat sehingga disebut juga pranata yang paling primer. Contoh : pranata hak milik, perkawinan, dan agama.
c.
Enacted Institution Pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contoh : pranata utang piutang dan pranata pendidikan Tingkatan dipatuhinya proses suatu pranata agar dapat berlangsung sebagai berikut.
1. Terbentuknya cara (usage) Adalah suatu perilaku tertentu yang secara tidak sadar telah disepakati oleh masyarakat terhadap perbuatan yang tertentu pula. Contohnya cara orang memakai topi, cara orang menuang minuman, cara orang memberi salam kepada orang tua, dan lain-lain. 2. Terbentuknya kebiasaan (folkways) Adalah suatu tata kelakuan yang bersifat lebih mengikat kepada anggota masyarakat dan lebih dipatuhi karena apabila terjadi penyimpangan terhadapnya akan dimarahi oleh para leluhurnya. Kebiasaan ini merupakan perbuatan yang diulang-ulang terhadap apa yang sama, sebagai bukti bahwa orang menyukai perbuatan tersebut. 3. Terbentuknya tata kelakuan (mores) Adalah suatu kelompok aktivitas yang benar-benar telah menjadi pedoman yang berlaku dalam suatu masyarakat. Mores ini merupakan pedoman perilaku yang dianggap paling benar yang dimiliki, dipakai, dan dipertahankan oleh warga masyarakat.
4. Adat istiadat (costum) Apabila tata kelakuan tersebut kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat, dengan demikian terbentuklah costum (adat istadat). Olahraga Dalam Kehidupan Sosial Secara individu, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dengan rutin berolahraga diantaranya : 1.
Berolahraga meningkatkan energi dan menambah serotonin dalam otak yang berfungsi membantu meningkatkan produktifitas dalam bekerja
2.
Rutin berolahraga dapat menurunkan stress dan menjaga badan agar tetap berenergi
3.
Berolahraga rutin dan teratur dapat menjaga kesehatan jantung sehingga sistem kardiovaskular dalam tubuh dapat bekerja dengan optimal.
4.
Ada lebih banyak lagi manfaat yang dapat kita perolah dengan rajin berolahraga. Bukan hanya fisik yang bugar, tapi juga dapat menjaga kondisi mental dan meningkatkan kualitas sosial dalam kehidupan. Olahraga dalam hubungannya dengan kehidupan sosial mempunyai peranan yang sangat penting
karena berhubungan dengan kualitas hidup, aktifitas gerak dan kestabilan mental. Di bidang pendidikan, olahraga memainkan peranan dalam mentransmisikan nilai-nilai kepada anak-anak, remaja bahkan dewasa. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai aktivitas fisik menanamkan rasa hormat, komitmen tanggung jawab, dan dedikasi, antara lain menjalani proses sosialisasi dan keterlibatan dengan perbaikan struktur dan sikap sosial. Olahraga memberikan kontribusi untuk hubungan sosial antara orang yang berbeda dan budaya yang berbeda dan dengan demikian membantu untuk menanamkan pengertian menghargai orang lain, mengajarkan bagaimana bersaing secara konstruktif, tanpa antagonisme untuk meraih tujuan itu sendiri. Nilai sosial lain yang penting dalam olahraga adalah belajar bagaimana untuk menang dan tahu bagaimana mengakui kekalahan tanpa mengorbankan tujuan dan sasaran. Nilai Sosial dalam Olahraga Selain pentingnya olahraga dalam kehidupan sosial, ternyata dalam melakukan kegiatan olahraga ada nilai-nilai sosial yang musti dilakukan dan ditaati untuk menunjang kesuksesan berolahraga. Dalam hal ini, nilai-nilai sosial akan sangat dibutuhkan dalam melaksanakan event olahraga dan dalam olahraga itu sendiri terutama dalam olahraga regu atau tim. Dalam sebuah pertandingan itu harus ada yang menang dan ada yang kalah. Kekalahan bukan akhir segalanya sebab kekalahan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, sekaligus sebagai parameter akan kemampuan diri dan lawan yang dihadapi. Agar seorang atlet dapat memahami arti
kekalahan, yang dilakukan oleh guru atau pelatih adalah langkah-langkah sebagai berikut. Diskusikan dengan siswa atau atlet Anda tentang apa yang akan mereka lakukan jika mereka kalah. Jangan izinkan siswa/atlet Anda menyalahkan kekalahan karena cedera karena teman satu tim atau karena guru/pelatih. Bantu siswa atau atlet Anda mengenali konsekuensi atas kesalahan di lapangan. Diskusikan dengan siswa/atlet tentang konsekuensi kesalahan di lapangan seperti pemberian penalti yang hanya akan merugikan tim. Bantu siswa/atlet Anda mengendalikan stress dengan lebih baik, terus berupaya dan terus meningkatkan pengendalian emosi, jangan hanya bicara kemenangan. Dorong siswa/atlet Anda untuk memberikan pujian kepada musuhnya. Mereka harus selalu ingat bahwa terkadang lawan dan pelatih mereka menampilkan permainan/unjuk kerja lebih baik. Setiap orang yang terlibat dalam olahraga harus saling menghormati dan menghargai. Menghormati dan menghargai orang lain merupakan bagian penting dalam olahraga. Dalam olahraga ada wasit, ada atlet dan ada pelaih. Unsur-unsur ini harus saling menghargai sesuai keputusan dan aturan yang ada. Olahraga merupakan arena kompetisi. Dalam arena kompetisi umumnya dianggap persaingan satu sama yang lain demi menjadi salah satu sebagai pemenang atau yang kalah. Meski demikian, dalam olahraga banyak kesempatan bagi individu untuk bekerja sama satu dengan yang lain. Salah satu yang paling nyata adalah kerjasama satu tim untuk memenangkan pertandingan. Olahragawan juga berkesempatan untuk bekerjasama dengan para pejabat, politisi, lawan main, ataupun penonton. Dalam meningkatkan kerjasama dengan orang lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. Pastikan siswa/atlet Anda tentang kerjasama seperti apa yang Anda harapkan darinya. Beri mereka contoh yang jelas seperti “Saya harap kamu mendukung semua anggota tim bukan hanya teman dekatmu”. Mulailah dengan sistem reward atau pujian dengan memberikan hadiah karena tingkah laku kerjasama mereka baik. Contohnya, jika Anda memunyai siswa/atlet pemain bola basket, kamu dapat menghitung berapa banyak dia mengoper bola, dan ajaklah pergi minum es krim bersama jika dia dapat mencapai angka besar, misalnya 50 operan bola. Libatkan pemain dalam menentukan misi umum, mengambil keputusan dan diskusikan tujuan-tujun yang hendak dicapai dengan berkomunikasi secara terbuka dan sering. Anjurkan membuat kelompok latihan dengan melibatkan teman yang sulit dan tidak disukai meskipun ini pekerjaan yang sulit DIMENSI SOSIAL BUDAYA DALAM OLAHRAGA 1.
Olahrga dalam ekonomi Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang
dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini
kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk. Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yng dominan. 1.
Contoh pertama : penyelenggaraan Sea Games di Palembang dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang pertumbuhan ekonomi yang sangat luar biasa , pedagang mampu merauk keuntungan perhari sebesar Rp. 500.000,00 – Rp . 3.000.000,00 / hari
2.
Contoh kedua : pengembangan Privat renang di kota semarang untuk setiap privat renang mempunyai member renang 20 member maka laba yang dihasilkan apabila per member Rp. 100.000,00 / 4 kali pertemuan maka keuntungan pengelola Rp. 100.000,00 X 20 = Rp. 2.000.000,00 / bulan
2.
Olahraga Dan Budaya Manfaat transformasi olahraga dan kebudayaan antara lain: Mendukung program masyarakat
sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat sejahtera. Transformasi Olahraga tradisional bertujuan untuk mengawali restorasi budaya Indonesia sehingga perlahan memperkokoh jati diri bangsa yang seakan pudar Manfaat transformasi olahraga tradisional antara lain: Mendukung program masyarakat sehat, mempererat ikatan sosial masyarakat, menjaga identitas budaya bangsa, kebanggaan kolektif bangsa, daya tarik pariwisata dan mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera. 1.
Contoh Pertama : kegiatan permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak merupakan gerakan gerakan olahraga yang di kembangkan nmelalui pendidikan
2.
Contoh kedua : padepokan pencak silat yang ada di masing-masing perguruan dimana pencak silat salah satu olahraga budaya sebagai jati diri bangsa indonesia
3.
Olahraga Dengan Politik Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam
peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu Contoh pertama
: Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New
Emerging Forces (GANEFO), adalah suatu ajang olahraga yang didirikan mantan presiden Indonesia, Soekarno, pada akhir tahun 1962 sebagai tandingan Olimpiade. GANEFO menegaskan
bahwa
politik
tidak
bisa
dipisahkan
dengan
olahraga,
hal
ini
menentang doktrin Komite Olimpiade Internasional (KOI) yang memisahkan antara politik dan olahraga. Indonesia mendirikan GANEFO setelah kecaman KOI yang bermuatan politis pada Asian Games 1962, karena Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan dengan alasan simpati terhadap Cina dan negara-negara Arab. Aksi ini diprotes KOI karena Israel dan Taiwan merupakan anggota resmi KOI. Akhirnya KOI menangguhkan keanggotaan Indonesia, dan Indonesia diskors untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo. Ini pertama kalinya KOI menangguhkan keanggotaan suatu negara. 4.
Olahraga Dengan Agama Olahraga sangat bervariasi dan sangat bermanfaat. Hal ini sudah dikenal oleh orang-orang
terdahulu. Dalam Ath-Thibbun Nabawi (Kedokteran a la Nabi) Ibnul Qayyim mengatakan, “Berkuda, panahan, gulat dan lomba lari adalah olahraga untuk keseluruhan fisik dan mampu menghilangkan penyakit akut Semua itu tidak perlu dilakukan secara rutin setiap hari. Sejumlah pakar mendapatkan bahwa melakukan olahraga 5 kali dalam sepekan sudah cukup untuk mewujudkan tujuan yang dimaksud, dengan syarat, dilakukan dengan rutin. Agama dan olahraga tentunya sangat berkaitan, kedua-duanya saling berhubungan dimana agama berhubungan dengan olahraga dan olahraga berhubungan dengan agama. Keduanya secara tidak langsung tidak dapat dipisahkan hubungan ini bisa dibuktikan dengan sifat-sifat yang ada di dalam olahraga berlandaskan kepada agama, khususnya agama islam. Seperti sifat jujur dalam bertanding,,dalam islam kita di wajibkan untuk selalu jujur juga..lalu karena kita beragama kita juga saling diajarkan untuk saling menghormati maupun menghargai individu lain. dalam olahraga Disini kedua hal tersebut harus seimbang, olahraga itu baik untuk kesehatan dan dengan tubuh yang sehat maka seseorang dapat melakukan ibadah dengan lebih baik. Maka dari itu, selain memiliki jasmani yang sehat, seseorang juga perlu mengimbangi dengan keadaan rohani yang sehat pula, yang dapat dicapai dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seseorang harus sehat jasmani dan juga rohani, karena dalam menjalankan aktifitas kehidupannya Allah telah memberikannya
bentuk tubuh beserta fungsinya dengan sempurna dan kita dapat bersyukur dengan selalu menjalankan perintahnya dan juga menjaga tubuh ini dengan baik. Allah SWT menyukai muslim yang kuat, dengan kata lain agama islam menganjurkan setiap umatnya untuk menjadi kuat. kuat rohaninya,maupun jasmaninya Untuk mendapatkan rohani yang kuat, kita beribadah. Dan untuk mendapatkan jasmani yang kuat, kita harus berolahraga. Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar, sedangkan segala keputusan Allah yang menentukan. jadi serajin apapun kita berlatih untuk mencapai target yang diinginkan, apabila tidak di imbangi dengan berdoa dan beribadah semuanya akan sia-sia, dengan kita berdoa insyallah segala sersuatunya pasti akan mendapatkan atau diridhoi oleh Allah SWT 1)
Contoh pertama Hubungan antara olahraga dan agama yaitu tentang kejujuran serta keadilan.Agama mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan adil. Dalam pertandingan olahraga, peran agamapun sangat penting, seperti sebelum bertanding kita berdoa. Disetiap pertandingan olahraga setiap atletpun menjunjung tinggi sportifitas dan kejujuran,karena tujuan dari olahraga itu sendiri adalah kerendahan dalam kemenangan dan kesetiakawanan dalam kekalahan.Apabila seorang atlet memenangi pertandingan diharapkan dapat rendah diri, dan mampu membangkitkan semangat kepada lawan yang kalah.
2)
Contoh kedua Seperti sifat rasul yang selalu sederhana tidak pernah sombong dan selalu menyayangi setiap manusia tanpa harus memandang status ornag tersebut. Sebagai atlit atau wasit dituntut untuk profesional dalam menjalaninya. Dalam bertanding, misalnya kita harus fairplay dan sportif. Serta sebagai wasit,kita harus bersikap adil dan tidak membela salah satu kelompok pemain. Jadi hubungan olahraga dan agama itu sangat penting untuk dipahami
5.
Pengaruh Media Masa Terhadap Perkembangan Olahraga Di Indonesia Media massa memang mempengaruhi perkembangan dunia olahraga. Pengaruh tersebut bisa
berarti atau tidak, menguntungkan atau merugikan bergantung atas kepiawaian olahraga mempertahankan dirinya sendiri. Sebenarnya posisi olahrag berimbang kedudukannya dengan media massa di dalam masyarakat, hanya kadang-kadang ada kepentingan tertentu yang menggoyahkan kedudukan tersebut Disisi lain hubungan yang ada, keduanya, olahraga dan media massa, bisa saling memaafkan untuk kemajuan bidang masing-masing. Keduanya bisa saling menarik keuntungan dari eberadaan salah satu pihak. Yang jelas, keduanya sudah saling bergantung dan saling membutuhkan. Olahraga tidak bisa hidup tanpa media dan media tidak akan berkembang tanpa bantuan olahraga. Itulah makna hubungan resiprokal.
6.
Peranan Media Olahraga
Daya tarik olahraga terletak pada unsur kejutan, hasil yang sukar direka dan unsur ketegangan Media olahraga sebagai perantara antara kegiatan olahraga dan penggemarnya : 1) Kredibilitas sumber informasi dan daya tariknya merupakan faktor dominan bagi keberhasilan komunikasi (kasus surat kabar 2) Media olahraga merupakan agen sosial yang efektif untuk menggugah partisipasi dan memperkuat respons emosional dan kesiapan berbuat dalam olahraga 3) Media sangat besar peranannya untuk melaksanakan peran penyuluhan 4) Media mendorong proses sosialisasi: internalisasi nilai-nilai hakiki dalam OR 5) Media berperan dalam merangsang dan mendorong anak muda agar menyukai budaya gerak atau olahraga 7. Dampak Olahraga Terhadap Perkembangan Kaum Wanita Kajian 1)
Fisiologi
Hanya saya kita adalah masyarakat hedonis yang bersuka cita sesaat tanpa mampu mengambil makna dari setiap peristiwa yang mampu menorehkan prestasi spektakuler. Yang pada akhirnya kita tetap lupa (atau mungkin mengabaikan) akan “kemashuran” atlet wanita yang berhasil mencetak prestasi melebihi kaum pria. Sehingga status dan peranan wanita dalam olahraga masih terus berada di belakang kaum pria. Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah Keikutsertaan yang berat dalam olahraga mungkin menjadi penyebab utama masalah kemampuan menghasilkan keturunan 1.
Aktivitas pada beberapa event olahraga dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita
2.
Wanita memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera
3.
Keterlibatan intens dalam olahraga menyebabkan masalah pada menstruasi
4.
Keterlibatan dalam olahraga membawa ke arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot
2)
SOSIOLOGI Wanita yang aktif berolahraga berarti dia terlibat secara intens dalam pola interaksi tertentu di
masyarakat. Dari sinilah masyarakatnya akan memandang, dan akan memberikan penilaian hingga akhirnya memberikan status kepadanya.Status sebagai kedudukan seseorang di masyarakat, yang artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak serta kewajibannya (Soekanto, 1990), dan merupakan kedudukan obyektif yang memberi hak dan kewajiban kepada orang yang menempati kedudukan tadi(Susanto, 1985). Faktor yang menentukan para wanita yang berolahraga dalam masyarakat adalah jaringan interaksinya. Seberapa luas dia mampu membentuk pola interaksi dengan yang lainnya, dan seberapa dalam interaksi serta komunikasi yang mampu dia lakukan dengan yang lainnya. Salah satu alat ukur untuk ini adalah frekuensi keterlibatannya pada aktivitas olahraga dan prestasi yang telah dicetaknya. KESIMPULAN Kegiatan olahraga dapat menembus sejumlah tingkatan dalam tatanan masyarakat, nilai-nilai positif, khususnya dalam kehidupan sosial bermasyarakat saat ini olahraga telah menjadi sebuah budaya penting dengan segala kompleksitasnya, baik konsekuensinya positif maupun negatif bagi individu maupun masyarakat, merasuk segala aspek kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi, seni, politik, hukum, media massa, bahkan diplomasi international. Studi tentang olahraga sangat luar biasa jika kita mampu memahami mencermati dan memahami keberkaitan tentang arti olahraga itu sendiri dalam kehidupan bersosial di masyarakat, hal ini dapat kita jumpai dengan istilah olahraga masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Hal tersebut mempunyai aspek dan indikator yang luar biasa yang dapat tumbuh dalam sosial bermasyarakat. Di bidang pendidikan, olahraga memainkan peranan dalam mentransmisikan nilai-nilai kepada anak-anak, remaja bahkan dewasa. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai aktivitas fisik menanamkan rasa hormat, komitmen tanggung jawab, dan dedikasi, antara lain menjalani proses sosialisasi dan keterlibatan dengan perbaikan struktur dan sikap sosial. Olahraga memberikan kontribusi untuk hubungan sosial antara orang yang berbeda dan budaya yang berbeda dan dengan demikian membantu untuk menanamkan pengertian menghargai orang lain, mengajarkan bagaimana bersaing secara konstruktif, tanpa antagonisme untuk meraih tujuan itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA AF. (2013). Sepanjang 2013, 19 pelajar tewas karena tawuran. [Online]. Diakses dari http://www.beritasatu.com/megapolitan/151139-sepanjang-2013-19-pelajar-tewas-karenatawuran.html Giriwijoyo, Santoso (2003). Wanita dan Olahraga. FPOK UPI Bandung. Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2000) : Olahraga Kesehatan, Bahan perkuliahan Mahasiswa FPOK-UPI.
Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2001) : Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga, kontribusinya terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Ma’had Al-Zaytun, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Giriwijoyo,H.Y.S.S. dan Komariyah,L (2007): Makalah : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Lembaga Pendidikan, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, 2007. Giriwijoyo,H.Y.S.S. (2008) : Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah Dasar, Makalah disajikan pada Penataran Guru Pen-Jas, diselenggarakan oleh PERWOSI Jawa Barat, Maret 2008 di gedung Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia. Hartoto. 2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana. wordpress.com, diakses 20 Maret 2008). Kemenegpora. 2005. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta : Kemenegpora RI. Soekanto, Soerjono (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Rajawali Pers – Jakarta. Suherman, A. (2009a). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV Bintang Warli Artika. Suherman, A. (2012). Membangun Kualitas Hidup Bangsa Melalui Pendidikan Jasmani. Draf Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia. UPI Bandung.