FEMINA (WOMEN) DALAM HUKUM WARIS Muhammad Aniq Pemerhati Islam Dan Gender
[email protected]
Abstract: In the Compilation of Islamic Law (KHI) Article 176 stated that the daughter becomes heirs with the son. The portion of the son is twice the size as of the daughter’s. Next comes the question, is it true that 2:1 of inheritance are completely against the principle of equity partnership in the Al-Qur'an? The difference share is not due to gender issues, but the difference in the duties and responsibilities imposed upon men are greater than women in the Muslim community, according to the theory of conventional standard which states: "The bigger and heavier the burden carried by men, the greater the rights to be acquired ".
Keywords: inheritance, justice, women, gender Abstrak: Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 176 disebutkan bahwa anak perempuan menjadi ahli waris bersama-sama anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan. Selanjutnya muncul pertanyaan, apakah benar bahwa pembagian waris 2:1 ini sepenuhnya telah melawan prinsip keadilan kemitraan yang dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an? Perbedaan forsi tersebut tidak disebabkan persoalan gender, melainkan atas perbedaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan yang dibebankan kepada perempuan dalam konteks masyarakat Islam, sesuai teori standar konvensional yang menyebutkan :"Semakin besar dan berat beban yang dipikul seorang laki-laki, maka semakin besar pula hak yang akan diperolehnya". Kata Kunci: Warisan, Keadilan, Wanita, Gender
Femina (Women) dalam Hukum Waris (Muhammad Aniq)
| 107
"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud ..."
Pendahuluan Feminisme berasal dari bahasa latin
(an-Naml: 16)
(femina: women) yang berarti memiliki
"... Dan Kami adalah pewarisnya." (al-
sifat wanita. Feminisme dipergunakan
Qashash: 58)
untuk menunjukkan suatu teori persamaan
Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi
kelamin (sexual equqlity) antara laki-laki
saw.:
dan perempuan serta untuk menunjuk
'Ulama adalah ahli waris para nabi'.
pergerakan
bagi
hal-hak
Sedangkan
perempuan.
makna
al-miirats
Istilah ini digunakan sebagai pengganti
menurut istilah yang dikenal para ulama
dari womanim yang lahir pada tahun
ialah berpindahnya hak kepemilikan dari
1980-an. Istilah feminisme pertama kali
orang
dipergunakan pada tahun 1985 dan sejak
warisnya yang masih hidup, baik yang
itu makin luas penggunaannya (Lisa
ditinggalkan itu berupa harta (uang),
Tutle,1986: 107).
tanah, atau apa saja yang berupa hak milik
Dalam
perkembangannya,
yang
meninggal
kepada
ahli
legal secara syar'i.
sebagai
Dari sini kita dapat melihat bahwa
pembelaan terhadap hak-hak perempuan
yang dimaksudkan dengan Feminisme
yang didasarkan pada keyakinan tentang
dalam hukum warisan adalah persamaan
kesamaan jenis kelamin.
dan keadilan hak dari pembagian harta
Feminisme
sering
diartikan
Sedangkan Al-Miirats, dalam bahasa
warisan kepada kaum perempuan dan
Arab adalah bentuk mashdar (infinitif)
laki-laki atas pembagian yang sesui
dari
dengan hukum waris pembagiannya.
kata
waritsa-yaritsu-irtsan-
miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang
Pembahasan
kepada orang lain', atau dari suatu kaum
A. Perempuan Dan Warisan Para
kepada kaum lain. Pengertian menurut
Islam
bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada
Dalam tradisi Arab pra Islam,
hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi
hukum yang diberlakukan menyangkut
mencakup harta benda dan non harta
ahli waris mereka menetapkan bahwa
benda.
banyak
wanita dan anak-anak tidak memperoleh
menegaskan hal ini, demikian pula sabda
bagian warisan kecuali jika si Ayah
Rasulullah saw.. Di antaranya Allah
meninggalkan
berfirman:
mereka tidak atau belum dapat berperang
108 |
Ayat-ayat
Al-Qur'an
wasiat,
dengan
alasan
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
guna mempertahankan diri, suku atau
bagikan kepada kerabat dekat mereka.
kelompoknya, oleh karena itu yang berhak
Bahkan mereka tidak mewariskan kepada
mewarisi adalah laki-laki yang berfisik
anak perempuan sama sekali, begitu juga
kuat dan dapat memanggul senjata untuk
dengan anak kecil baik itu laki-laki atau
mengalahkan
perempuan.
musuh
dalam
setiap
peperangan (Sayid Muhammad Husain
Diantara yang mendapatkan harta
Fadhlulloh, 2000: 90). Konsekwensinya
dengan sabab (sebab) adalah dengan
perempuan, anak-anak dan orang tua renta
mengadopsi anak atau anak angkat,
tidak berhak mewarisi harta peninggalan
mereka mendapatkan warisan dari bapak
kerabatnya. Islam datang membawa panji
angkatnya begitu juga sebaliknya mereka
keadilan persamaan kedudukan laki-laki
mewarisi bapak angkatnya ketika mereka
dan perempuan, anak-anak, orang dewasa,
meninggal. Pengadopsian merupakan hal
orang yang tua renta, suami, isteri saudara
yang sangat terkenal di Arab Jahiliah
laki-laki dan saudara perempuan sesuai
bahkan menjadi sebuah adat (kebiasaan),
tingkatan masing-masing.
hingga mereka menjadikan adopsi sebagai
Sebelum kita melihat lebih jauh pembagian harta warisan di dalam Islam
salah satu sebab tidak boleh menikah dan sebab mendapatkan hak harta warisan.
terlebih dahulu kita menilik pembagian
Dari hal diatas telah kita perhatikan
harta warisan sebelum datangnya Islam
bahwa masyarakat Arab Jahiliyah tidak
atau lebih dikenal pada zaman Arab
mewarisi perempuan dan anak-anak kecil
Jahiliah. sebelum Islam terbit menerangi
sama sekali, misalnya : pada masa Nabi
jazirah Arab pembagian harta warisan
Muhammad, Aus Bin Tsabit meninggal
telah berlaku bagi masyarakat Jahiliah
dunia dengan meninggalkan dua orang
khususnya, tetapi harta warisan dibagikan
anak perempuan dan seorang anak laki-
atas dua prinsip dasar: nasab dan sebab.
laki yang masih kecil. Saudara sepupu
Diantara mereka yang mendapatkan
laki-laki Aus dating dan mengambil
harta warisan dengan nasab (keturunan)
seluruh harta kekayaannya karena baik
adalah anak laki-laki yang telah bertempur
isterinya, anak perempuan atau anak laki-
di medan perang dan membawakan
lakinya yang masih kecil itu dianggap
ghanimah (harta rampasan perang). Harta
tidak berhak mewarisinya (Asghar Ali
tersebut diwarisi oleh mereka yang lebih
Enginner, 1994: 44). Namun ketika Islam
tua di dalam keluarga. apabila tidak ada
terbit
anak yang lebih tua, maka harta di
menghapus
bagaikan
Femina (Women) dalam Hukum Waris (Muhammad Aniq)
mentari
kegelapan
pagi
malam
yang Islam
| 109
mengatur hak pewarisan secara adil dan
perempuan
bijaksana sehingga perempuan dan anak-
sepakat. Yang perlu diperhatikan bahwa
anak mendapatkan hak dari harta warisan.
didalam
Sudah
telah
mendapat warisan secara pasti sebagian
mengangkat derajat kaum wanita dalam
besar terdiri dari ahli waris perempuan.
masalah harta, bahkan pembagian ini
Anak perempuan, bisa mungkin mendapat
langsung datang dari Allah SWT berupa
tiga kali macam warisan, yaitu setengah,
wahyu, yaitu dikala manusia belum
dua pertiga, dan ‘asabah (bila yang
mengerti pembagian dan perkalian secara
meninggal
modern.
perempuan tidak selamanya mendapat
jelaslah
bahwa
islam
Setelah kita melirik lebih jauh tentang hukum pewarisan sebelum Islam
asalkan Islam,
para
ahli
orang-orang
saudara
laki-laki).
waris yang
Jadi
bagian waris separoh dari bagian laki-laki. Selanjutnya
muncul
pertanyaan,
dan sesudah datangnya Islam, kita melihat
apakah benar bahwa pembagian waris 2:1
beberapa hal yang dikatakan bertentangan
ini sepenuhnya telah melawan prinsip
dengan kesetaraan gender dalam hal
keadilan kemitraan yang dikemukakan
pembagian harta warisan.
sendiri oleh Al-Qur’an?. Bahwa ini dapat
Dalam Kompilasi Hukum Islam
dipahami dengan adanya batas kuantitatif
(KHI) Pasal 176 disebutkan bahwa anak
(jumlah) yang diberikan, yang pada
perempuan menjadi ahli waris bersama-
dasarnya
sama anak laki-laki, maka bagian anak
maksimal. Artinya, dalam pembagian
laki-laki adalah dua berbanding satu
waris bagi perempuan yang disebutkan
dengan anak perempuan. Dalam Pasal 183
oleh Al-Qur’an adalah bentuk minimal.
disebutkan bahwa para ahli waris dapat
Bila dalam kasus-kasus tertentu, tuntutan
bersepakat melakukan perdamaian dalam
keadilan menghendaki, bagian laki-laki
pembagian harta warisan setelah masing-
bisa sama dengan perempuan atau bahkan
masing menyadari bagiannya. Gagasan
perempuan yang mendapat lebih banyak.
diktum itu ialah bahwa sesuai dengan
Jadi yang sangat digariskan oleh Allah
ajaran Al-Qur’an maka bagian anak laki-
bukanlah
angkanya,
laki adalah dua kali lipat bagian anak
keadilan
dan
perempuan, tetapi dengan memperhatikan
subyek yang sama-sama mewarisi setelah
tradisi dan budaya masyarakat Indonesia,
sebelumnya diperlakukan hanya sebagai
dimungkinkan untuk memberikan bagian
obyek yang diwariskan. Sehingga ada dua
yang sama kepada ahli waris laki-laki dan
hal yang perlu diperhatikan:
110 |
bukan
merupakan
tetapi
kesetaraannya
nilai
semangat sebagai
Pertama,
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
ayat waris tersebut memiliki hubungan
tengah masyarakat Arab lima belas abad
dengan realitas sosial, ketika ayat itu
yang lalu.
diturunkan, yaitu perempuan pada masa
Syek Ismail Muqodim menyebutkan
itu tidak mendapat hak waris bahkan
bahwa pertama kali yang melontarkan ide
menjadi
yang
penyamaan bagian waris laki-laki dan
diwariskan. Namun Islam berani memberi
perempuan adalah negara Turki pada
kebijakan
harus
masa Musthofa Kamal At Taturk , yaitu
mendapat bagian warisan. Munculnya
dengan jalan mengganti Hukum Syareat
kebijakan wahyu tersebut sebenarnya, bila
dengan
melihat kondisi riil masyarakat ketika itu,
kesesatan ini berpindah ke Tunis melalui
sudah merupakan sejarah besar tentang
tangan Burqaibah, kemudian ke Somalia.
warisan, bahkan dapat dikatakan sebagai
Bahkan pemimpin Somalia Ziyad Barri
revolusi yang radikal. Kedua, jumlah atau
pada
kuantitas pembagian waris perempuan
mengumumakan lewat siaran radio bahwa
hanya setengah dari bagian laki-laki dapat
pemerintahannya telah memeluk aliran
dilihat
sosial-ekonomi
Marxis Lenin. Setelah itu, dia mengatakan
(khususnya dalam kehidupan berkeluarga)
di dalam koran resmi : “ Dahulu kami
di masa itu, yakni beban keluarga atau
mendengar pendapat yang mengatakan
nafkah
menjadi
bahwa jatah warisan ada yang seperempat,
tanggungjawab kaum laki-laki. Karena itu
sepertiga, seperlima, dan seperenam, tapi
ayat tentang konsep warisan ini memberi
kita mengatakan : “
perempuan satu berbanding dua untuk
semua sudah tidak ada sejak hari ini, yang
laki-laki. Meskipun perempuan itu kaya
ada bahwa anak laki-laki dan perempuan
atau berpenghasilan lebih dari suami,
sama jatahnya di dalam warisan “
bagian
dari
bahwa
dari
harta
perempuan
aspek
sepenuhnya
Hukum
tahun
Swedia.
21
Kemudian
Oktober
1970
sesungguhnya itu
kekayaan dan hasil jerih payah semuanya
Dari hal diatas telah terbukti bahwa
menjadi milik isteri sendiri. Suami tidak
Islam tidak menyudutkan dan merugikan
boleh membebankan kewajiban nafkah
wanita dalam hak warisan, bahkan harta
keluarga
atau
milik laki-laki kelak akan menjadi bagian
atas
dari harta perempuan itu sendiri ketika
kesukarelaan isteri sendiri. Inilah latar
berkeluaraga dan harta perempuan akan
belakang
yang
selalu bertambah sedangkan harta laki-laki
2:1
akan semakin berkurang. jelas bahwa
disebutkan oleh Al-Qur’an di tengah-
kebijakan yang diambil oleh Al-Quran
kepada
penghasilan
harta
isteri, sosial
menyebabkan
sistem
warisan kecuali
ekonomi pewarisan
Femina (Women) dalam Hukum Waris (Muhammad Aniq)
| 111
sejalan dengan perkembangan zaman,
keadilan menyangkut hukum warisan
sehingga kita harus mengakui bahwa
Islam adalah tentang hak sama-sama dan
Hukum
dengan
saling mewarisi antara laki-laki dan
tempat,
perempuan serta perbandingan 2 : 1 (baca
likulli
2 banding 1) antara forsi laki-laki dan
zaman wamakan). Cendikiawan barat
perempuan. Asas keadilan dalam hukum
berkata “bahwa dengan meninggalkan
warisan Islam mengandung pengertian
agama
sukses”,
bahwa harus ada keseimbangan antara hak
sebaliknya kita harus menanam prinsip
yang diperoleh dan harta warisan dengan
bahwa dengan menjalankan apa yang
kewajiban atau beban kehidupan yang
telah disampaikan Al-Quran dan Sunnah
harus ditanggung atau ditunaikan diantara
kita akan sukses dan bahagia di dunia dan
para ahli waris (Ahmad Zahari, 2003:15).
akhirat.
Karena itu arti keadilan dalam hukum
Islam
perkembangan (Syariatul
sesuai
zaman
islamiah
Kristus
dan
shalihatun
kita
kan
Yang perlu kita garis bawahi, bahwa
waris Islam bukan diukur dari kesamaan
itu semua adalah fitnah-fitnah yang
tingkatan
dilontarkan oleh musuh Islam untuk
ditentukan berdasarkan besar kecilnya
menyeret umat Islam kepada kekufuran
beban
dari hukum Allah dengan meninggalkan
diembankan kepada mereka, ditinjau dari
apa yang telah diperintahkan oleh Al-
keumuman
Quran dan As-sunah, itu semua hanya
manusia.
shubhah dari musuh Islam karena tidak
antara atau
Jika
ahli
waris,
tanggungjawab
keadaan dikaitkan
atau
tetapi yang
kehidupan
dengan
definisi
senang atas perkembangan Islam di atas
keadilan
muka bumi.
Syarifudin sebagai "keseimbangan antara
yang
dikemukakan
Amir
hak dan kewajiban dan keseimbangan B. Keadilan Dalam Warisan Islam Sebagaimana
telah
dan kegunaan", atau perimbangan antara
dikemukakan terdahulu bahwa keadilan
beban dan tanggung jawab diantara ahli
merupakan salah satu asas (doktrin) dalam
waris yang sederajat, maka kita akan
hukum waris Islam yang disimpulkan dari
melihat bahwa keadilan akan nampak
kajian mendalam tentang prinsip-prinsip
pada
dasar yang terkandung dalam hukum
warisan
tentang kewarisan. Hal yang paling
perbandingan 2 : 1, tidak hanya berlaku
menonjol
antara anak laki-laki dan perempuan
112 |
yang
antara yang diperoleh dengan keperluan
dalam pembahasan
tentang
pelaksanaan menurut
pembagian
harta
Islam.
Rasio
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
saja,melainkan juga berlaku antara suami
janganlah kamu menyusahkan mereka
isteri, antara bapak dan ibu serta antara
untuk menyempitkan (hati) mereka... ".
saudara
saudara
Dalam QS. Al- Baqarah ayat 233 Allah
itu
berfirman: Artinya: "...Dan kewajiban
mempunyai hikmah apabila dikaji dan
ayah memberi makan dan pakaian kepada
diteliti secara mendalam (Masfuk Zuhdi,
para ibu dengan cara yang ma 'ruf...".
1997: 207).
Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun
lelaki
perempuan,yang
Dalam
dan kesemuanya
kehidupan
masyarakat
1974 menyatakan:
muslim, laki-laki menjadi penanggung
"Suami wajib melindungi isterinya dan
jawab nafkah untuk keluarganya, berbeda
memberikan segala sesuatu keperluan
dengan perempuan. Apabila perempuan
hidup berumah tangga sesuai dengan
tersebut
belum
kemampuannya " Sedangkan kewajiban
menikah, maka ia menjadi tanggung
isteri pada dasarnya adalah mengatur
jawab orang tua ataupun walinya ataupun
urusan intern rumah tangga dengan
saudara laki-lakinya. Sedangkan setelah
sebaik-baiknya.Hal demikian juga berlaku
seorang perempuan menikah, maka ia
dalam kedudukan sebagai ayah dan ibu
berpindah akan menjadi tangguag jawab
pewaris (Sayuti Thalib, 1995: 113).
berstatus
gadis/masih
suaminya (laki-laki). Syari'at Islam tidak mewajibkan
Dalam tingkatan anak, anak laki-laki
perempuan untuk menafkahkan hartanya
yang belum menikah, ia diwajibkan
bagi
memberi mahar dan segala persyaratan
kepentingan
dirinya
ataupun
kebutuhan anak-anaknya, meskipun ia
pernikahan
tergolong mampu/kaya, jika ia telah
keluarga calon isteri kepadanya. Setelah
bersuami (Muhammad Ali Ash-Shabuni,
menikah, maka beban menafkahi isteri
tt. 13), sebab memberi nafkah (tempat
(dan anak-anaknya) kelak akan diletakkan
tinggal, makanan dan pakaian) keluarga
dipundaknya.
merupakan kewajiban yang dibebankan
perempuan,
syara' kepada suami (laki-laki setelah ia
diperolehnya tersebut akan
menikah). Dalam QS. At-Thalaq ayat 6
penambahan
Allah berfirman:
didapatkannya apabila kelak ia menikah,
Artinya: dimana
"Tempatkanlah kamu
berdasarkan
yang
dibebankan
Sebaliknya dengan dari
mahar
pihak
anak
forsi
yang
mendapat yang
akan
(isterimu)
selanjutnya setelah menikah ia (pada
tinggal
dasarnya) tidak dibebankan kewajiban
bertempat kemampuanmu,
dan
menafkahi
Femina (Women) dalam Hukum Waris (Muhammad Aniq)
keluarganya
bahkan
| 113
sebaliknya dia akan menerima nafkah dari
besar pula hak yang akan diperolehnya",
suaminya,
kondisi
disebabkan
menafikan
keadaan
umum
ini
sebaliknya,
tidak tapi
biaya
dikeluarkannya
yang
untuk
harus
mengemban
jumlahnya tidak banyak. Dari penjelasan
tanggung jawab dimaksud lebih besar
tersebut, jika dicontohkan secara konkrit
(Asghar Ali Enginner, 1994: 61).
adalah seorang anak laki-laki memperoleh harta
warisan
Rp.20.000.000,-
bernilai (dua
uang
Penutup
juta),
1. Dalam tradisi Arab pra Islam, hukum
perempuannya
yang diberlakukan menyangkut ahli
puluh
sedangkan
saudara
memperoleh
Rp.10.000.000;
(sepuluh
waris
mereka
menetapkan
bahwa
dan
anak-anak
tidak
juta) berdasarkan ketentuan 2 :1. Hal
wanita
demikian menunjukkan bahwa keadilan
memperoleh bagian warisan kecuali
dalam hukum waris Islam bukan saja
jika si Ayah meninggalkan wasiat.
keadilan yang bersifat distributif semata
Namun
(yang
kebijakan bahwa perempuan harus
menentukan
besarnya
forsi
berdasarkan kewajiban yang dibebankan
Islam
berani
memberi
mendapat bagian warisan.
dalam keluarga), akan tetapi juga bersifat
2. Berdasarkan nash yang qath'i, maka
commulatif, yakni bagian warisan juga
adil dan berimbang yang dimaksudkan
diberikan kepada wanita dan anak-anak.
dalam hukum waris Islam adalah
Hal tersebut berbeda dengan hukum
bagian laki-laki sama dengan bagian
warisan Yahudi, Romawi dan juga hukum
dua orang perempuan (forsi 2 : 1
adat pra Islam, bahkan sebagiannya
antara laki-laki dan perempuan).
hingga sekarang masih berlaku.
3. Perbedaan
Jadi Perbedaan forsi tersebut tidak
forsi
disebabkan
tersebut
persoalan
tidak gender,
disebabkan persoalan gender, melainkan
melainkan atas perbedaan tugas dan
atas perbedaan tugas dan tanggung jawab
tanggung jawab yang dibebankan
yang dibebankan kepada laki-laki lebih
kepada
besar
dibandingkan
dibandingkan
dengan
yang
laki-laki
lebih dengan
besar yang
dibebankan kepada perempuan dalam
dibebankan kepada perempuan dalam
konteks masyarakat Islam, sesuai teori
konteks masyarakat Islam, sesuai teori
standar konvensional yang menyebutkan
standar
:"Semakin besar dan berat beban yang
menyebutkan :"Semakin besar dan
dipikul seorang laki-laki, maka semakin
berat beban yang dipikul seorang laki-
114 |
konvensional
yang
MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
laki, maka semakin besar pula hak
Abdul
yang akan diperolehnya", disebabkan
Lentera
biaya
yang
harus
Qodir
Alkaf,
Jakarta
:
dikeluarkannya
Rofik, Ahmad, 1998, Fiqh Mawaris,
untuk mengemban tanggung jawab
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
dimaksud lebih besar.
Summa, Muhammad Amin, 2004, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
DAFTAR PUSTAKA Ash-Shabuni, Muhammad Ali, t.t., Ilmu Hukum
Waris
Menurut
Thalib, Sayuti, 1995, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta : Sinar
Ajaran
Islam, Surabaya : Mutiara Ilmu, Enginner, Asghar Ali, 1994, Hak-hak Perempuan dalam islam (The Rights
Grafimdo Tutle,
Lisa,
1986,
Enylopedia
Of
Feminism, Fat On File Pub.
of Women in Islam), Diterjemahkan
Zahari, Ahmad, 2003, Tiga Versi Hukum
oleh Farid Wjidi dan Cici Farkha
Kewarisan Islam: Syafi'i, Hazairin
Asseghaf, Yogyakarta : Bentang
dan
Fadhlulloh, Sayid Muhammad Husain, 2000, Dunia Wanita dalam Islam, Diterjemahkan
oleh
Muhammad
KHI,
Pontianak
:
Romeo
Grafika Zuhdi, Masjfuk, 1997, Masail Fiqhyah, Jakarta : PT. Gunung Agung
Femina (Women) dalam Hukum Waris (Muhammad Aniq)
| 115