FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan kecenderungan masyarakat modern dalam menggunakan
produk yang berasal dari bahan alam untuk peningkatan kesehatan, maka keamanan, manfaat dan kualitas produk obat herbal ini menjadi pertimbangan penting. Sehingga perlu diperoleh data yang sangat akurat supaya dapat menjadi acuan bagi para peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang bermanfaat. Hal tersebut berjalan terus seiring dengan kemajuan teknologi yang terus berproses membawa perubahan yang cepat dan signifikan dalam industri farmasi dan obat herbal. Dalam meningkatkan berbagai pelayanan khususnya di bidang herbal, maka perlu studi literatur berbagai tanaman yang memiliki khasiat yang menguntungkan. Dalam hal menggali potensi yang ada dalam setiap tanaman, tentu saja kita harus mempelajari salah satunya mongrafi simplisia setiap tanaman yang berkhasiat. Dengan demikian, kita akan lebih efektif dan benar dalam menarik benang merah untuk terciptanya suatu produk herbal yang berkualitas. Dalam makalah Farmakognosi ini, akan dibahas salah satu tanaman, yakni Phaleria macrocarpa (mahkota dewa).
1.2
Perumusan Masalah Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan
monografi, antara lain: Deskripsi tanaman Phaleria macrocarpa. Deskripsi simplisia tanaman Phaleria macrocarpa . Kandungan kimia (struktur kandungan utama) simplisia tanaman Phaleria macrocarpa. Cara
ekstraksi
dan
isolasi
ekstrak
tanaman
Phaleria
macrocarpa. Manfaat ekstrak/isolat Phaleria macrocarpa
UNIVERSITAS INDONESIA
1
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Farmakologi (in vitro & in vivo) ekstrak/isolat tanaman Phaleria macrocarpa. Data penelitian terkini dan sebelumnya tentang tanaman Phaleria macrocarpa. Bentuk sediaan & produk Phaleria macrocarpa yang beredar di pasaran. Pustaka
(jurnal/penelitian/skripsi/thesis/disertasi)
berkaitan
dengan tanaman Phaleria macrocarpa.
1.3
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ilmiah ini, antara lain: Tujuan Umum: Memenuhi tugas makalah mata kuliah Farmakognosi, program studi
Magister
Herbal,
Departemen
Farmasi,
FMIPA-
Universitas Indonesia Tujuan Khusus: a. Mengetahui deskripsi tanaman Phaleria macrocarpa. b. Mengetahui deskripsi simplisia tanaman Phaleria macrocarpa. c. Mengetahui kandungan kimia (struktur kandungan utama) simplisia tanaman Phaleria macrocarpa. d. Mengetahui cara ekstraksi dan cara isolasi ekstrak Phaleria macrocarpa e. Mengetahui manfaat ekstrak & isolat tanaman Phaleria macrocarpa.. f. Mengetahui farmakologi
(in vitro
&
in
vivo)
ekstrak/isolat tanaman Phaleria macrocarpa. g. Mengetahui data penelitian terkini & sebelumnya tanaman Phaleria macrocarpa. h. Mengetahui bentuk sediaan & produk tanaman Phaleria macrocarpa yang sudah beredar di pasaran.
UNIVERSITAS INDONESIA
2
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
1.4
Manfaat Penulisan Beberapa manfaat yang diharapkan, antara lain: Diharapkan dapat mengembangkan potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat yang ada di Indonesia. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan isolat dari ekstrak Phaleria macrocarpa. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang kedokteran dengan menggunakan bahan alami yang mudah didapat, harga terjangkau, serta efek samping yang jauh lebih kecil dibandingkan pengobatan konvensional, terutama untuk pengobatan jangka panjang. Meningkatkan pengembangan material kedokteran yang berasal dari alam sehingga limbahnya lebih mudah terurai dan bersifat kompatibel tinggi dengan cara kerja yang berbeda dengan bahan terdahulu. Sebagai informasi bagi para dokter tentang manfaat dan efek Phaleria macrocarpa dalam pengobatan berbagai macam penyakit.
1.5
Batasan Penulisan Penulisan makalah ini memiliki beberapa batasan, yakni: Monografi simplisia Phaleria macrocarpa. Farmakognosi ekstrak & isolat Phaleria macrocarpa. Farmakologi ekstrak & isolat Phaleria macrocarpa
UNIVERSITAS INDONESIA
3
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Tanaman
Klasifikasi Kingdom: Plantae Subkingdom: Tracheobionta Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Sub Kelas: Rosidae Ordo: Myrtales Famili: Thymelaeaceae Genus: Phaleria Spesies: Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. Sinonim : Phaleria papuana Nama Lokal: Simalakama (Melayu), makutadewa, makuto mewo, makuto ratu, makuto rojo (Jawa).
Mahkota dewa tumbuh subur ditanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1200 mdpl. Perdu menahun ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar, warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar
UNIVERSITAS INDONESIA
4
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setalah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Biji bulat, keras, berwarna cokelat. Berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya. Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya. Di sana memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa dikenal juga sebagai beluntas cina atau daun dewa di Sumatera, atau tegel kio di jawa., Khasiat tanaman dan pengobatannya sudah dikenal puluhan tahun lalu khususnya di negara China, yang penduduk sana menyebutnya dengan nama shian tao. Dalam bentuk ramuan obat gajin, daun mahkota dewa berkhasiat sebagai obat anti radang, penurun panas, penghilang rasa sakit, pembersih darah dan mampu menghambat pembekuan darah. Selain di China, di Indonesia pada awalnya tanaman ini terdapat di Papua. Tetapi masyarakat lokal tidak menganggapnya sebagai tanaman berkhasiat karena ditakuti mengandung racun sehingga tanaman ini banyak dibiarkan berkembang sebagai tanaman liar setara dengan gulma lainnya. Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa).Sebagian ahli botani menamai mahkota dewa berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana Warb. var. Wichannii (Val.) Back. Namun, sebagian yang lain menamainya berdasarkan ukuran buahnya yang besar-besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak. Ada yang menyebutnya pusaka dewa, derajat, mahkota ratu, mahkota raja, trimahkota. Di Jawa Tengah, orang menyebutnya dengan nama makuto mewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat. Nama ini diberikan karena pohon ini mampu mengobati aneka penyakit. Sementara itu, orang etnis Cina lebih suka menyebutnya pau yang berarti obat pusaka. Tidaklah mengejutkan jika beberapa orang pun menginggriskan namanya menjadi the crown of god.
UNIVERSITAS INDONESIA
5
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Bagian buah, terutama bijinya berracun. Jika buah segar dimakan langsung, bisa menyebabkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, kejang, sampai pingsan. Menggunakan dengan dosis berlebihan dalam waktu lama bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala kronis. Ibu hamil dilarang minum tanaman obat ini. Pohon Mahkota Dewa dibudidayakan sebagai tanaman hias / tanaman peneduh. Pohonnya kecil dengan tinggi mencapai 1,5 - 3 meter, merupakan tanaman perdu, mempunyai buah yang menarik karena warnanya merah menyala, menempel dari batang utama hingga ke ranting-rantingnya. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang memanfaatkan peluang usaha untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan berbagai bentuk. Masa produksi 10 - 20 tahun. Buah mahkota dewa berbentuk bulat, dengan ukuran bervariasi mulai sebesar bola pingpong sampai buah apel. Bagian tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan obat adalah daun dan buahnya. Tanaman mahkota dewa biasa tumbuh di ketinggian 10 - 1.200 m dpl (di atas permukaan laut) dengan lokasi optimal 10 - 1.000 m dpl. Perbanyakan tanaman menggunakan biji dari buah yang sudah matang. Cara penyemaian biji bisa dilakukan menggunakan media tanam berupa sekam bakar yang dicampur dengan pupuk kandang (kompos). Selama proses pesemaian dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan sore hari. Sekitar 10 - 14 hari setelah penyemaian, mulai terlihat pertumbuhan daun. Bibit dipindahkan ke media penanaman pada umur 2 bulan atau dimana tanaman telah mencapai ketinggian 10 - 15 cm. Media penanaman bisa menggunakan pot atau ditanam di tanah pekarangan. Pot berukuran diameter 30 cm dan tinggi 40 cm, bisa terbuat dari tanah, plastik, kayu atau kaleng. Media tanam dalam pot sebaiknya campuran tanah, kompos, pasir/sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Tanaman ini membutuhkan banyak air selama hidupnya. Tanaman berbunga pertama kali yang menjadi buah pada umur 10-12 bulan. Buah akan matang dan siap dipanen dalam waktu 2 bulan. Buah yang matang akan berwarna merah.
UNIVERSITAS INDONESIA
6
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat. Kecuali dengan cangkokan atau melalui biji, mahkota dewa juga dapat diperbanyak dengan teknik okulasi. Untuk memperpanjang masa simpan buah mahkota dewa, dapat dilakukan pengawetan dengan beberapa cara antara lain pendinginan, pengalengan, dan pengeringan. Pengeringan yang dilakukan pada buah mahkota dewa bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan sebagai media hidup mikroba perusak yang ada di dalam bahan tersebut, dengan kata lain dapat memperpanjang masa simpan buah mahkota dewa tersebut. Kondisi pengeringan yang tepat akan menentukan mutu hasil pengeringan yang tinggi. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.
2.2
Simplisia Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun, daging dan
kulit buahnya. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau yang telah dikeringkan,
2.3
sedangkan
daging
buah
digunakan
setelah
dikeringkan.
Kandungan Kimia Dari penelitian terdahulu diperoleh data bahwa daun dan kulit mahkota
dewa mengandung alkaloid, saponin, flanoida, minyak atsiri, dan tanin. Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkoloid, saponin dan polifenol (lignan). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid. DR Regina Sumastuti, farmakolog dari Fakultas Kedokteran UGM menemukan kandungan zat kimia antara lain zat antihistamin yang mampu mencegah alergi. Di samping tanaman ini bersifat sebagai axytosin dan sintosinon yang merangsang kerja otot rahim yang memudahkan proses melahirkan selama persalinan.
UNIVERSITAS INDONESIA
7
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Secara ringkas, buah Mahkota dewa mengandung zat-zat aktif seperti : Alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh Saponin, yang bermanfaat sebagai:
sumber anti bakteri dan anti virus
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
meningkatkan vitalitas
mengurangi kadar gula dalam darah
mengurangi penggumpalan darah
Flavonoid
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah
mengurangi kandungan kolesterol serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah
mengurangi kadar risiko penyakit jantung koroner
mengandung antiinflamasi (antiradang)
berfungsi sebagai anti-oksidan
membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan
Polifenol
berfungsi sebagai anti histamin (antialergi)
Penelitian terakhir, sudah berhasil dilakukan terhadap isolat yang terdapat dalam buah Phaleria macrocarpa, antara lain: DLBS1425E2.2 (disingkat E2.2) DLDS1425F1 (disingkat F1)
Gambar 2.2 Struktur kimia isolat E2.2
UNIVERSITAS INDONESIA
8
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Gambar 2.3. Struktur kimia isolat F1
Kedua isolat tersebut menunjukkan aktifitas anti proliferasi terhadap sel kanker MDA-MB-231. Senyawa DLBS1425E2.2 memiliki aktifitas inducer apoptosis.
2.4
Cara Ekstraksi & Isolasi
Langkah-langkah dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut: 1. Simplisia Phaleria macrocarpa fructus (daging buah yang sudah matang/ripe fruit/disebut DLBS14) digiling (grinding). 2. Dilakukan ekstraksi dengan pelarut organik (ethyl asetat atau alkohol) dengan perbandingan 1:2 sampai dengan 1:20. 3. Dilakukan inkubasi selama 4 hari pada suhu 70oC. 4. Dilanjutkan dengan penyaringan padat. 5. Dihasilkan bentuk dry powder (filtrat). 6. Langkah 1,2,3 diulang beberapa tahap untuk mendapatkan filtrat di setiap tahap. 7. Kumpulkan seluruh filtrat dari beberapa tahap tersebut,kemudian dilakukan pencampuran (mixing). 8. Filtrat yang sudah tercampur dikeringkan untuk menguapkan (evaporasi) pelarut. 9. Dihasilkan ekstrak padat (solid crude extract)/dry extract (disebut DLBS1437). 10. Fraksinasi ekstrak padat tersebut dengan ekstraksi cair untuk memisahan saluran dengan pelarut organik (ethyl asetat atau alkohol) dan air, dengan perbandingan 1:1 sampai 3:2 (tehnik LLE/Liquid-Liquid Extraction) pada suhu kamar.
UNIVERSITAS INDONESIA
9
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
11. Dilakukan inkubasi maksimum semalaman. 12. Agitasi saluran hingga terbentuk 2 fase yang sepenuhnya dapat dibedakan 13. Dilakukan pemisahan fase organik (upper phase) dari fase yang terbentuk tersebut (LLE product). 14. Tambahkan anhydrous salt ke dalam fase organik tersebut untuk menarik molekul air. 15. Konsentrasikan dan keringkan fase organik tersebut untuk menguapkan pelarut yang ikut serta dalam senyawa aktif Phaleria macrocarpa yang berbentuk semi solid.
Sedangkan langkah-langkah dalam proses isolasi adalah sebagai berikut: Metode 1: 1. Fase organik (LLE product) yang sudah dihasilkan dilakukan fraksinasi dengan preparative chromatography column (stationary phase: silica gel, dan mobile phase:organic solvents). 2. Dihasilkan 2 fraksi: fraksi E dan fraksi F 3. Dilakukan purifikasi fraksi E dengan kristalisasi menggunakan pelarut kloroform untuk menghasilkan isolat E2.2. 4. Dilakukan purifikasi fraksi F dengan re-kristalisasi menggunakan pelarut etanol-water untk menghasilkan isolat F1. 5. Kemudian dilakukan identifikasi. Metode 2: 1. Fase organik (LLE product) yang sudah dihasilkan dilakukan fraksinasi dengan larutan Superficial CO2 (SCFE-CO2), 5% co-solvent, selama 2 jam pada suhu 50-60oC. 2. Dihasilkan fraksi tertentu yang akan dilanjutkan dengan preparative chromatography column terhadap fraksi tersebut (stationary phase: silica gel, dan mobile phase:organic solvents). 3. Dihasilkan 2 fraksi: fraksi B-1 dan fraksi B-2 4. Dilakukan purifikasi fraksi B-1 dengan rekristalisasi menggunakan pelarut etanol-water untuk menghasilkan isolat E2.2.
UNIVERSITAS INDONESIA
10
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Dilakukan purifikasi fraksi B-2 dengan re-kristalisasi menggunakan pelarut etanol-water untk menghasilkan isolat F1. Kemudian dilakukan identifikasi.
2.5
Manfaat Mahkota dewa merupakan tanaman perdu yang batang, daun, dan buahnya
sangat ampuh untuk menaklukkan berbagai penyakit karena mengandung antioksidan yang tinggi, namun bijinya sangat beracun. Tanaman ini merupakan tanaman obat yang sedang popular karena daun dan buahnya dianggap mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Misalnya : penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, sakit jantung, kencing manis, asam urat, reumatik, sakit ginjal, alergi, berbagai macam penyakit kulit, mengatasi ketergantungan obat, insomnia, paru-paru, sirosis hati, meningkatkan stamina dan ketahanan terhadap influenza. Dalam daun dan kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi dan antihistamin. Selama ini daun dan buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin. Soal
kemampuan
melawan
penyakit
kulit
ini
Sumastuti
sudah
membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota dewa mempunyai efek antihistamin.
Artinya,
tanaman
tersebut
secara
ilmiah
bisa
dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain akibat alergi. Pemanfaatan lain adalah bagian kulit buah dan daging buah dalam pengobatan penyakit, antara lain: disentri, psoriasis, jerawat. Sedangkan daun dan biji biasanya digunakan untuk penyakit kulit, seperti eksim dan gatal-gatal. Namun, belum diketahui dosis efektif yang aman dan bermanfaat. Untuk obat yang diminum, gunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya.
UNIVERSITAS INDONESIA
11
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Untuk penyakit berat, seperti kanker dan psoriasis, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan. Perhatikan efek samping. Dalam pengobatan disentri, caranya adalah dengan merebus kulit buah mahkota dewa yang sudah dikeringkan (15 g) dengan dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring clan minum airnya sekaligus. Lakukan 2–3 kali dalam sehari. Pada pengobatan psoriasis, caranya dengan membelah buah mahkota dewa segar (tiga buah), bijinya dibuang, lalu iris tipis-tipis dan jemur sampai kering. Rebus simplisia ini dengan satu liter air dengan api besar. Setelah mendidih, kecilkan api dan rebus sampai airnya tersisa seperempatnya. Setelah dingin, saring dan minum airnya sehari dua kali, masing-masing separuhnya. Jika timbul gejala keracunan, turunkan dosis atau hentikan penggunaannya. Untuk pengobatan eksim, gatal-gatal, dilakukan dengan cara mencuci daun mahkota dewa segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tempelkan pada bagian yang sakit, lalu balut. Ganti 2–3 kali dalam sehari. Catatan: Penggunaan tanaman obat harus berdasarkan asas manfaat dan keamanan. Jika bermanfaat untuk penyembuhan penyakit, tetapi tidak aman karena beracun, harus dipikirkan kemungkinan timbulnya keracunan akut maupun keracunan kronis yang mungkin terjadi. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit DM yang tidak terlalu serius diperlukan 3 - 5 potong teh racik mahkota dewa yang direbus dalam tiga gelas air bersama tiga lembar daun salam. Perebusan dilakukan hingga air tinggal setengahnya. Ramuan ini diminum tiga hari sampai seminggu sekali. Sedangkan untuk mengobati diabetes parah kita merebus dengan cara yang sama: sesendok teh racik mahkota dewa dan tiga lembar daun salam. Ramuan diminum 3X sehari.
2.6
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktivitas ekstrak buah mahkota
dewa dengan metode BSLT yang dilanjutkan dengan uji penapisan antikanker in vitro terhadap sel leukemia 1210, menunjukkan toksisitas yang sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker. Identifikasi senyawa kimia aktif dalam ekstrak buah mahkota dewa didapat senyawa lignan yang termasuk dalam golongan polifenol
UNIVERSITAS INDONESIA
12
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
dan senyawa syringaresinol (Dra. Vivi Lisdawati MSi, Apt., tesis S-2 di FMIPA UL April 2003). Dra. Lucie Widowati Penelitian Farmasi dan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan. "Saya meneliti mahkota dewa dari tahun 2003," kata Lucie. Hasil penelitian menunjukkan, biji beracun mahkora dewa. Sementara lakilaki tidak. Lucie juga menyimpulkan bahwa zat yang ditemukan dalam buahbuahan tuhan mehkota meliputi alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, polifenol. Dalam abstraksi laporannya, Lucie menyebutkan buah mahkota dewa bersifat sitotoksik terhadap sel kanker rahim (sel HeLa) dan sel leukemia. Menurunkan kadar gula darah, menurunkan asam urat. Apakah antioksidan sebagai scavenger radikal bebas. Juga mengurangi kadar asam urat. Laporan itu juga mengungkapkan hasil penelitian Vivi Lisdayati dari Departemen Farmasi, Fakultas Sains dan Matematika UI. "Penelitian mengatakan bahwa Vivi mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan kanker darah putih sebesar 50% pada larva udang." Sedangkan Sumastuti dari Fakultas Universitas Gadjah Mada Kedokteran uji bioassay untuk sel-sel kanker serviks kesimpulan awal. Mahkota ekstrak jus bisa menghambat pertumbuhan sel HeLa dewa (sel kanker rahim) dengan Konsentrasi Hambat (IC50) 196,74 mg / ml pada sel kanker. Uji khasiat menurunkan mahkota dewa sebagai kadar gula darah, juga dilakukan Lucie. Dia menggunakan ekstrak etanol 70% dari buah mahkota dewa. Hasilnya, pada dosis 110mg/200g bb, kadar gula darah akan menurun pada tikus. Untuk melihat pengaruh mahkota dewa kadar asam urat, Lucie mencatat Hasturani penelitian Endah dari Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2003. Penelitian pada ayam usia cokelat Lohman dari 2-4 bulan. Hasilnya, para dewa daging mahkota jus antihiperuresemia memiliki efek, dengan dosis tengah 13,16 g / kg bb. Jadi dengan dosis diatas kadar asam urat telah turun. Untuk menganalisa khasiat mahkota dewa mengatasi eksem, gatal-gatal, penyakit kulit karena alergi, Sumastuti menguji efek antihistamin dengan ekstrak air daun dan buah mahkota dewa. Hasil pemberian 0,5 ml ekstrak dengan konsentrasi 6,25; 12,5; 25; 50, dan 100% dapat mengurangi kontraksi ileum guinea pig oleh histamin.
UNIVERSITAS INDONESIA
13
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
2.7
Penelitian Terakhir Penelitian terhadap ekstrak Phaleria macrocarpa telah tebukti secara in
vitro sebagai inhibitor proliferasi sel kanker payudara, dengan IC50 40,76 µg/mL. Selain itu juga sudah dibuktikan adanya efek downregulation BCl2 mRNA expression dan upregulation Bax mRNA expression terhadap MDA-MB-231 Cancer Cells. Selain itu juga secara in vitro didapatkan bahwa ekstrak Phaleria macrocarpa dapat menginduksi apoptosis melalui aktivasi caspase 9 proteolytic enzyme. Berdasarkan data tersebut, maka ekstrak Phaleria macrocarpa dapat digunakan sebagai antitumor, curative agent cervical intraepithelial neoplasia, anal intraepithelial neoplasia, leukemia, leiomyoma, masalah ginekologik lainnya pada wanita. Efek lain yang sekaligus dibuktikan adalah efek anti inflamasi dan anti angiogenik untuk MDA-MB-231 Cancer Cells. Efek anti inflamasi terbukti dengan adanya aktifitas inhibisi COX-2 gene expression pada level mRNA dan sedikit untuk COX-1. Aktifitas tersebut akan meningkatkan manfaat lain ekstrak Phaleria macrocarpa sebagai obat untuk penyakit rheumatoid arthritis, osteoarthritis, metabolic arthritis (acute gout), inflammatory arthropaty (ligament diseases, seperti: ankylosing spondylitis, psoriatic arthritis), Reiter’s syndrome, dysmenorrhea/menstrual pain, metastatic bone pain, headache & migrain, post surgery pain, pyrexia, renal colic, dsb. Efek anti angiogenik dapat diperlihatkan dengan adanya inhibisi VEGF-C expression pada level mRNA terhadap MDA-MB-231 Cancer Cells. Selain itu ekstrak Phaleria macrocarpa dapat diberikan secara langsung pada lesi neoplasma dan sekitarnya saat tindakan pembedahan dilakukan. Pada penelitian terakhir, sudah berhasil diisolasi 2 senyawa yaitu DLBS1425E2.2 (disingkat E2.2) dan DLDS1425F1 (disingkat F1) yang sudah dijelaskan di atas. Penggunaannya pun menjadi semakin jelas terhadap kelainan ginekologik pada wanita seperti kanker adenoma, kista, yang terjadi pada organ payudara, uterus, leher rahim dan ovarium. Metode yang mebuktikan adanya aktivitas anti proliferasi isolat terhadap MDA-MB-231 Cancer Cells antara lain: 1. Anti-Proliferation Assay.
UNIVERSITAS INDONESIA
14
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
Pada MTT, IC50 isolat E2.2 adalah 36,91 µg/mL dan IC50 isolat F1 adalah 65,80 µg/mL. 2. DNA Fragmentation Analysis Efek induksi apoptosis isolat E2.2 terjadi pada konsentrasi 50, 75, dan 100 µg/mL. 3. RNA Isolation (BCl2) & Bax RT-PCR Efek downregulation BCl2 mRNA expression dan upregulation Bax mRNA expression .
Berdasarkan aktifitas tersebut, maka kedua isolat yang memiliki aktifitas inhibitor pertumbuhan sel kanker payudara (MDA-MB-231 Breast Cancer Cells), dengan isolat E2.2 lebih poten dibandingkan isolat F1. Kombinasi keduanya dapat berfungsi sebagai anti kanker. Selain itu, kedua isolat tersebut dapat digunakan sebagai supplement, vitamin, makanan, dsb.
2.8
Produk Bentuk
sediaan
yang
dapat
dibuat
dengan
ekstrak
atau
salah
satu/kombinasi isolat E2.2 & F1, antara lain: kapsul, tablet, powder, gel, oinment, cream, mouthwash, oil, suppositoria, injection, solution, syrup, emulsi, suspensi, effervescent tablet, pill, dsb. Dosis untuk ekstrak Phaleria macrocarpa yang dianjurkan 25-2000 mg/hari, tergantung kondisi pasien, berat badan, usia, tipe/ukuran/jumlah sel kanker, serta target organnya. Salah satu produk yang sudah beredar di pasaran adalah: Nama Dagang: kapsul mahkota dewa Komposisi: Phaleria macrocarpa fructus 100% Cara pakai: 3x1 capsul setelah makan
UNIVERSITAS INDONESIA
15
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian terhadap tanaman Phaleria macrocarpa masih terus berkembang. Adanya obat baru yang mempunyai efikasi yang tinggi dan efek samping yang minimal sangat diharapkan. Efikasi tanaman Phaleria frutescens harus terus dievaluasi melalui studi skala besar, prospektif, acak, dan terkontrol. Sejauh ini, ekstrak/isolat Phaleria macrocarpa diberikan sebagai tindak preventif, concurrent dengan terapi konvensional atau diberikan pasca bedah. Literatur tentang uji klinik masih sangat terbatas. Untuk itulah perlu dilakukan pengkajian dan penelitian yang terus menerus sehingga tanaman ini dapat menjadi alternatif yang baik bagi beberapa penyakit.
UNIVERSITAS INDONESIA
16
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
DAFTAR PUSTAKA
1. Aripin et al. 2011. Isolated Compounds from Phaleria Macrocarpa as AntiCancer Agents. US Patent Application Publication, No. US 2011/0257112 A1. 2. Tjandrawinata et al. 2011. Extract of Phaleria as Antineoplastic, AntiInflammatory
&
Antiangiogenic
Agent.
US
Patent
Application
Publication, No. US 2011/0091395 A1. 3. Pratama, Hadi Azis. 2007. Mempelajari Karakteristik Pengeringan Dengan Cara Menentukan Kadar Air Kesetimbangan dan Konstanta Pengeringan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.), sebuah skripsi. IPB, Bogor. 2. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=238 3. Artikel Media Veterineria Medika Vol. 1 - No. 3 / November-2008. The Usefull of Mahkota Dewa Fruit (Phaleria macrocarpa) Extract as a Hepatotoxicity Prevention to Mice Caused by Induction of Carbon Tetrachloride 4. Pemanfaatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Pencegahan
Terhadap
Hepatotoksisitas
Akibat
Induksi
Karbon
Tetraklorida pada Mencit, Rochmah Kurnijasanti, Reny I’tishom, Fakultas Kedokteran Hewan Unair,Kampus C, Mulyorejo, Surabaya 60115, Fakultas Kedokteran Unair 5. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 2, DESEMBER 2009: 74-78 ANTIHYPERGLYCEMIC ACTIVITY OF THE MAHKOTA DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] LEAF EXTRACTS AS AN ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITOR. Sri Sugiwati, Siswati Setiasih3, dan Efy Afifah 6. EFEK ANTIPROLIFERASI EKSTRAK KLOROFORM DARI Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. PADA TITISAN SEL KANKER MANUSIA Kintoko*) , Azimahtol Hawariah Lope Pihie**) Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Fakulti Sains dan Teknologi, Universiti Kebangsaan Malaysia UNIVERSITAS INDONESIA
17
FARMAKOGNOSI : PHALERIA MACROCARPA
7. Kandungan Antioksidan pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria
macrocarpa
(Scheff)
Boerl.
(Thymelaceae).
ARIF
SOEKSMANTO, YATRI HAPSARI, PARTOMUAN SIMANJUNTAK. Pusat Penelitian Bioeknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta. 2007 8. International Journal of Molecular Sciences ISSN 1422–0067 Flavonoid Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit . Rudi Hendra, Syahida Ahmad, Aspollah Sukari, M. Yunus Shukor and Ehsan Oskoueian
UNIVERSITAS INDONESIA
18