TULISAN DI BAWAH INI TELAH DI LOMBAKAN DALAM LKTM YANG DI SELANGGARAKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN BEKERJA SAMA BENGAN BEM FIP BERTEMPAT DI GSG FIP PADA 2-3 APRIL 2008
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNEVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008 Didokumentasikan By : http://tanpatinta.blogspot.com
Didokumentasikan By :
PERANAN PEREMPUAN DALAM MENCEGAH BAHAYA KORUPSI
KARYA TULIS ILMIAH BIDANG SOSIAL
Diajukan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Fakultas Tahun 2008
Oleh
Endar Merry W.
1201405058
Emi Mardiyanti
1201405064
Mu’arifuddin
1201407031
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNEVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008
Didokumentasikan By :
PENGESAHAN
PERAN PEREMPUAN DALAM MENCEGAH BAHAYA KORUPSI
Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Oleh
Endar Merry W.
1201405058
Emi Mardiyanti
1201405064
Mu’arifuddin
1201407031
Telah disetujui dan disahkan untuk diajukan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Sosial Tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan Tahun 2008
Hari
: Selasa
Tanggal
: 1 April 2008
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan,
Dosen Pembimbing,
Drs. Sugeng Haryadi, M.S
Dra.Mintarsih Arbarini, M.Pd
NIP.131471593
NIP.132319035
Didokumentasikan By :
ABSTRAK
Peranan Perempuan dalam Mencegah Bahaya Korupsi Penulis
: Endar M.W, Emi M, Mu’arifuddin
Pembimbing : Dra.Mintarsih Arbarini, M.Pd
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri Semarang
Separuh dari dunia kita adalah perempuan, namun sampai seabad yang lalu, dunia seni-budaya, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan adalah dunianya kaum lakilaki. Karena itulah perempuan hidupnya bagaikan mengambang dalam keremangan senja; bergerak hanyut seperti bayangan di belakang punggung lakilaki, dan tidak berarti, seperti setengah hidup, setengah tindakan perempuan masih menjadi rahasia tersembunyi yang menimbulkan berbagai pendapat yang saling bertentangan. Kaum laki-laki yang bekerja dalam memenuhi kewajibannya sebagai kepala rumah tangga, tak lepas pula sering melanggar aturan-aturan. Pelanggaran aturan dalam hal ini adalah mengenai korupsi yaitu tindakan yang salah sebab merugikan negara dan membuat sengsara orang lain, meski tindakan yang dilakukan untuk kepentingan rumah tangga. Hal inilah yang membuat peran perempuan sebagai istri lebih berhati-hati mendampingi suami dalam situasi apapun, disertai rasa kasih sayang, kecintaan, loyalitas dan kesetiaan pada pasangan hidupnya. Juga mendorong suami untuk berkarier dengan cara-cara yang sehat. Perempuan karier yang bekerja diluar rumah juga rentan untuk melakukan tindakan korupsi. Selama ini, banyak perempuan yang mengetahui pasangan hidupnya melakukan tindakan yang salah melanggar hukum dalam segi ekonomi dan pemenuhan barang-barang domestik,tetapi mereka membiarkannya. Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah mengetahui gambaran peran perempuan dalam mengatasi masalah korupsi yang dilakukan laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan perempuan melakukan peran ganda yaitu sebagi ibu rumah tangga dan sebagai perempuan karier. Metode penulisan ini menggunakan deskriptif dengan studi kepustakaan. Telaah pustaka yang digunakan sebagai pijakan meliputi dalam perempuan dalam rumah tangga, perempuan karier, karakteristik perempuan, korupsi, dan bahaya korupsi. Pembahasan berisi strategi mnencegah bahaya korupsi, peranan perempuan rumah tangga dan perempuan karier dalam mencegah bahaya korupsi. Kata kunci : perempuan, bahaya korupsi.
KATA PENGANTAR Didokumentasikan By :
Dengan Ridho Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan limpahan rahmat, taufik nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan studi pustaka yang diinterpretasikan dalam bentuk paparan aplikasi dalam pembahasannya, dengan mengambil judul ”Peranan Perempuan dalam Mencegah Bahaya Korupsi”. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak penulisan karya tulis ini tidak akan terwujud. Semoga segala budi baik semua pihak mendapat balasan yang terindah dari Allah SWT. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Dra. Mintarsih Arbarini, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dengan segenap kesabaran, keikhlasan dan kebijaksanaan serta tidak henti-hentinya memotivasi penulis di sela-sela kesibukannya. Tidak terlupakan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada : 1. Drs. Agus Salim, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. 2. Drs. Sugeng Haryadi, M.S, Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan. 3. Drs. Utsman , M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah. 4. Teman-teman PLS semester VI, Lilis, Mutmainah, Andriyana, Nurmalasari yang telah memberikan semangat dan dorongan. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat guna meningkatkan peranan perempuan dalam mencegah bahaya korupsi.
Semarang, 1 April 2008 Penulis,
Didokumentasikan By :
DAFTAR ISI
Halaman i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii ABSTRAK................................................................................................................ iv KATA PENGANTAR........................................................................................ vi DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1
1 A. Latar belakang........................................................................ 2 B. Rumusan Masalah............................................................... 2 C. Tujuan Penelitian...................................................................... 2 D. Manfaat Penulisan........................................................................ 2 E. Bidang Penulisan.......................................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
A. Karakteristik PerempuanPerempuan.............................. 3 B. Perempuan Berperan Ganda ........................................... 6 C. Perempuan Berkarier ..................................................... 15 D. Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga......................... 17 E. Bahaya Korupsi ............................................................. 18
BAB III
METODE PENULISAN
20
20 A. ProsedurPengumpulan …………………………………….. B. Prosedur Pengolahan Data …………………………….. 20 C. Analisis Síntesis …………………………………….......20 20 D. Simpulan…………………………………………………… 20 E. Rekomendasi…………………………………………………
BAB IV
PEMBAHASAN
22 Didokumentasikan By :
22
A. Strategi Mencegah Bahaya Korupsi............................. B. Peranan Perempuan Karir dalam Mencegah Bahaya Korupsi........................................................................ C. Peranan Perempuan Rumah Tangga dalam Mencegah Bahaya Korupsi........................................
BAB V
PENUTUP A. Simpulan ……………………………………………….. B. Saran …………………………………………..............
DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS
Didokumentasikan By :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada tahun 2005, menurut data political Economic and Risk Consultacy, Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia. Jika dilihat dalam kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi disetiap tingkatan dan aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), proyek pengadaan di instansi pemerintah sampai proses penegakan hukum (KPK, 2006:9) Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti memberi hadiah kepada pejabat, pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan itu di pandang lumrah dilakukan sebagai budaya ketimuran. Kebiasan koruptif ini lamalama akan menjadi bibit-bibit korupsi yang nyata. Kebiasaan berperilaku korupsi yang terus berlangsung di kalangan masyarakat salah satunya disebabkan masih sangat kurangnya pengertian korupsi dan kurang sadarnya masyarakat tentang bahaya dari korupsi. Selama ini korupsi sudah popular di Indonesia. Hampir semua orang sudah mendengar kata korupsi. Dari mulai masyarakat di pedesaan, mahasiswa, pegawai negeri, orang swasta, aparat penegak hukum sampai pejabat Negara. Namun, jika ditanyakan kepada mereka apa itu korupsi, jenis perbuatan apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi? Hampir dipastikan sangat sedikit yang dapat menjawab secara benar tentang bentuk atau jenis korupsi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Pengertian korupsi sebenarnya telah dimuat secara tegas di dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebagian besar pengertian korupsi di dalam Undang-Undang tersebut dirujuk dalam kitab Undang-Undang hukum Pidana (KUHP) yang lahir sebelum Negara ini merdeka. Namun, sampai dengan saat ini pemahaman masyarakat terhadap pengertian korupsi masih sangat kurang.
Didokumentasikan By :
Selain laki-laki yang rentan sekali melakukan tindakan korupsi, perempuan yang melakukan peran ganda dalam kehidupan rumah tangga, juga tidak luput dari bahaya korupsi. Perempuan melakukan peran ganda seperti perempuan karier juga mudah sekali terkena imbas dari korupsi misalnya: korupsi karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan korupsi yang diakibatkan karena pengaruh lingkungan serta kesempatan yang didapatkan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini yaitu: 1. Apa saja yang termasuk bahaya korupsi? 2. Bagaimanakah strategi dalam mencegah bahaya korupsi? 3. Bagaimana peranan perempuan dalam mencegah bahaya korupsi?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan kaya tulis ini yaitu: 1. Mengetahui apa saja yang termasuk bahaya korupsi. 2. Mengetahui strategi dalam mencegah bahaya korupsi. 3. Mengetahui bagaimana peranan perempuan dalam mencegah bahaya korupsi.
D. Manfaat Penulisan Dengan penulisan karya tulis ilmiah, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam memunculkan kesadaran akan pentingnya peranan perempuan, sehingga masyarakat tidak akan memandang sebelah mata apalagi menyia-nyiakan kaum perempuan. Selain itu dengan penulisan ini penulis berharap dapat memberikan masukan atau solusi atas masalah korupsi yang dilakukan laki-laki dan perempuan meski untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pemuasan diri, dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Perempuan memiliki arti penting dalam menyelesaikan masalah korupsi selain dengan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi.
E. Bidang Penulisan Karya Tulis Didokumentasikan By :
Penulisan karya tulis ini terlingkup bidang sosial yang mengkaji Peranan Perempuan dalam Mencegah Bahaya Korupsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Perempuan Kata “Perempuan” sering dibedakan dengan kaum laki-laki atau hal yang membedakan dari segi fisiologis. Sejak lahir, pada umumnya kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada; khususnya oleh adat istiadat dan pengaruhpengaruh pendidikan. Pengaruh kultural dan pedagogis itu diarahkan pada perkembangan pribadi perempuan menurut satu pola hidup dan satu ide tertentu. Bentuk jasmani perempuan itu berbeda dengan laki-laki. Perbedaan-perbedaan ini akan tetap ada, walaupun struktur sosial di dunia dan norma-norma tradisional berubah. Eksistensi perempuan mencakup cara keberadaan jasmani dan rohaninya; termasuk cara perempuan menghayati dan menyadari hakekat dirinya dan makna pribadinya; yaitu antara lain memahami relasi dirinya dengan dunia sekitar, dengan segala isinya, dan dengan sesama manusia. Jelasnya, cara menghayati keadaan dirinya di dunia dengan segala aspeknya. Selaku manusia, perempuan juga merupakan suatu substansi, dan kemandirian. Maka setiap substansi yang hidup–jadi juga setiap perempuan–tidak hanya otomatis saja hadir di dunia. Akan tetapi ia harus memperjuangkan adanya atau
dirinya
(her
being),
dan
membangun
realitas
hidupnya,
untuk
mengembangkan dirinya. Keadaan dirinya atau hidupnya itu bukan hanya merupakan satu “cedau” atau “pemberian” saja, akan tetapi lebih merupakan satu proyek yang harus dilaksanakan dan diselesaikan sendiri. Oleh sebab itu keberadaan perempuan, merupakan karunia Illahi (Gabe), sekaligus juga merupakan proyek (Aufgabe) yang harus diselesaikan sendiri. Sebagai substansi, perempuan sifatnya dinamis, dengan berbagai variasi tingkah
laku
dan
pengekspresiannya
pengekspresiannya. berbeda-beda
dan
Akan
tetapi,
kepribadiannya
sekalipun selalu
bentuk
mengalami Didokumentasikan By :
perubahan-perubahan , namun pada intinya hakekat perempuan itu tetap identik. Sebab asas dari itu semua perubahan dan mobilitas manusia itu adalah ketetapannya atau immobilitasnya, yang immanen sifatnya. Karena itu sebagai substansi perempuan tetap identik; sedang sebagai manusia yang memiliki pribadi, ia adalah otentik (asli, khas) dan otonom sifatnya. Perempuan
adalah
pribadi
sosial,
yaitu
pribadi-psikofisik
yang
memerlukan antar relasi jasmaniah dan psikis dengan manusia lain. Perempuan juga ingin dicintai, ingin dihargai dan diakui, ingin dihitung dan mendapat status dalam kelompoknya. Pembentukan diri perempuan yang paling subur dan paling kaya ialah dengan jalan: mau membuka diri sendiri bagi yang lain, dan berusaha untuk membahagiakan orang lain. Sebagai tujuan final hidupnya ialah; tidak terlampau mementingkan diri sendiri, dan ikut memikirkan kebahagiaan anakanak dan suaminya. Perempuan mempunyai macam-macam bakat dan potensi untuk merealisasikan diri sepanjang hidup. Selanjutnya ia selalu memperjuangkan eksistensi dirinya secara khusus manusiawi. Unsur-unsur pengukur bagi keindahan psikis perempuan yang sangat dihargai antara lain ialah: kehalusan, keramahan, keringanan, humeur atau suasana hati yang positif, kelembutan dan tidak jahat. Kelembutan itu mengandung unsur kehalusan; selalu menyebar iklim psikis yang menyenangkan. Di samping itu kelembutan juga diperlukan untuk “membatasi” kekerasan, kesakitan dan kepedihan atau duka nestapa. Sedang rendah hati itu artinya tidak angkuh, tidak mengunggulkan diri sendiri; tetapi selalu bersedia mengalah, dan memahami kondisi pihak lain. Ciri khas perempuan lainnya yang banyak disebut-sebut baik oleh orang awam maupun oleh sarjana ialah: memelihara (open besorgend). Sifat memelihara ini kemudian dikembangakan menjadi tuntutan etis, sebab bersumber pada cintakasih tanpa pamrih, disertai pengorbanan (sering juga pengorbanan diri) dan penyerahan diri. Perilaku perempuan yang dengan total menyerahkan dirinya keadaan seseorang yang dicintainya dengan segenap hati perempuan tersebut konon menjadi seseorang yang berharga bagi kekasihnya. Meski laki-laki sangat Didokumentasikan By :
mencintai pasangannya, laki-laki memiliki jiwa ekspansif sehingga apa yang dilakukannya tidak melihat dampak bagi pasanggannya. Perempuan meski mengetahui apa yang dilakukan suaminya tetapi masih mempunyai rasa iba, akan sesutau hal yang terjadi oleh suaminya. “…Cinta laki-laki seumpama gunung. Ia besar tapi konstan dan (sayangnya) rentan sewaktu-waktu ia bisa saja meletus memuntahkan lahar, menghanguskan apa saja yang ditemuinya. Cinta perempuan seumpama kuku. Ia hanya seujung jari, tapi tumbuh perlahan-lahan, diamdiam dan terus-menerus bertambah. Jika dipotong, ia tumbuh dan tumbuh lagi...” (Cinta Seseorang Perempuan, 2005: 6). Perumpamaan tersebut terilhami dari sebuah dialog dalam adegan film Bulan Tertusuk Ilalang karya Garin Nugroho. Laki-laki mencintai perempuan seperti api yang berkobar-kobar, besar, dan cepat berlalu begitu saja. Di akal lakilaki tidak ingin membahagiakan perempuan dalam hal apapun, terkadang laki-laki tidak berfikir panjang yang dilakukannya. Perempuan mencintai laki-laki memang perlahan-lahan, tidak menggebu-gebu, dalam dan tidak mudah hilang dari hatinya. Sehingga meski perempuan mengetahui tindakan yang dilakukan suaminya salah dan dapat merugikan dirinya, perempuan tak memiliki keberanian untuk menyakiti pasangannya. Cintanya terwujud dalam sebuah tindakan agung memaafkan. Sebuah tindakan yang butuh kekuatan besar, energi banyak, yang anehnya banyak dimiliki oleh mahkluk (yang katanya) lemah bernama perempuan. Selama ini, sangat sedikit kasus korupsi yang diselesaikan melalui pengadilan. Kalaupun itu ada hanyalah menjadi kasus-kasus pada pidana biasa seperti penyelewengan uang, suap menyuap, pemberian hadiah, sampai penyalahgunaan jabatan. Konteks korupsi dalam rumah tangga menjadi samar atau hilang. Para korban biasanya khususnya sebagai pasangannya yaitu kaum perempuan enggan dan takut untuk melaporkan diri. Takut dianiaya, membuka aib keluarga dan takut tidak dapat menyelesaikan masalahnya. Perempuan yang menjadi korban dalam bahaya korupsi yang dilakukan suaminya cenderung selalu ragu-ragu dalam memberitahu kesalahan dari pasangannya, dan menindaklanjuti penuntasan kasusnya. Adapun perempuan karier yang bekerja di luar rumah harus Didokumentasikan By :
dapat membentengi dirinya dari tindakan korupsi, dengan adanya kebutuhan, gaya hidup, dan faktor lingkungan sekitar yang sangat rentan akan hal tersebut. Hal yang dilakukan perempuan dapat berkaitan dengan pasangannya sehinngga pasangannya terkena imbas atas perbuatan yang dilakukan. B. Perempuan Berperan Ganda Menurut pendapat Kartini (dalam Susanti, 2003) mendefinisikan peranan perempuan dalam dua bentuk, yaitu perempuan yang berperan di bidang domestik dan perempuan karier, sesuai dengan penjelasannya sebagai berikut: Yang dimaksud dengan tugas domestik adalah perempuan yang hanya bekerja di rumah saja sebagai istri yang setia. Sedangkan yang dimaksud dengan perempuan karier adalah apabila ia bekerja di luar, maupun bekerja secara profesional karena ilmu yang didapat atau karena ketrampilannya. Sedangkan menurut Rowatt dan Rowatt (dalam Wanaddito, 2005), peran ganda dapat diartikan yaitu peranan disamping sebagai pengelola rumah tangga tetapi juga mengerjakan pekerjaan nafkah (publik). Dengan kata lain, kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah dengan tetap mengutamakan tugas utamanya dalam rumah tangga. Jadi yang dimaksud dengan perempuan yang berperan ganda adalah perempuan yang berperan di bidang domestik dan di bidang publik. Peran di bidang domestik yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang dikerjakan di dalam rumah, sedangkan di bidang publik yaitu mengerjakan pekerjaan untuk mencari nafkah yang dikerjakan baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
1. Peran sebagai Ibu Rumah Tangga Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004:253-255) perempuan memiliki beberapa peran antara lain sebagai berikut: a. Perempuan perlu mencari dan membentuk identitasnya sebagai perempuan. Perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan kemampuan, ketrampilan yang memantapkan perannya dalam masyarakat maupun dalam keluarga. b. Perempuan bisa berperan dalam menetapkan pengetahuan dan menyalurkan emosi dalam perjuangan hidup. Membuktikan identitasnya sebagai kaum
Didokumentasikan By :
hawa, yang tidak selalu lemah bahkan dalam hal-hal tertentu, bisa kuat seperti laki-laki. c. Perempuan sebagai anggota keluarga berperan ganda: 1). Perempuan sebagai anggota keluarga, yaitu memberi inspirasi tentang gambaran arti hidup dan peranannya sebagai perempuan dan anggota keluarga. 2). Perempuan sebagai istri, yaitu membantu suami dalam menentukan nilainilai yang akan menjadi tujuan hidup yang mewarnai hidup sehari-hari dan keluarga. Peran perempuan dalam hal ini adalah: a). Menjadi kekasih suami. b). Menjadi pengabdi dalam membantu meringankan beban suami. c). Menjadi pendamping suami, bila perlu membina relasi-relasi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial, menghadapi, mengatasi masalah baik diatasi sendiri atau bersama-sama. d). Menjadi manajer keuangan yang dilimpahkan oleh suami. 3). Perempuan sebagai pencari nafkah Perempuan
untuk
mencapai
kepuasan
diri
bisa
menunjukkan
kemampuannya dengan bekerja. Perempuan yang berambisi tinggi sesudah menikah bisa juga ingin tetap mengejar karier. Pada kenyataannya ada perempuan yang perlu bekerja di luar rumah atau di dalam rumah untuk meringankan beban suami atau untuk mengamalkan kemampuannya setelah mempelajari sesuatu yang memberi kepuasan tersendiri, sambil menambah penghasilan keluarga. Beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya tidak terjadi ketegangan dan kegoncangan dalam keluarga adalah sebagai berikut: a). Pandai mengatur waktu dan tenaga yang efisien untuk melaksanakan tugas dalam mengatur rumah tangga, serta mengasuh dan mendidik anak. b). Tenaga dan waktu yang banyak tersita oleh pekerjaan bisa menimbulkan kelelahan fisik.
Didokumentasikan By :
c). Kelelahan fisik mempengaruhi kondisi psikis, antara lain aspek emosi dengan reaksi cepat marah, mudah tersinggung yang tentunya mengganggu ketenangan suasana keluarga. d). Dalam mengatur penghasilan bersama, perlu pengertian dan kerja sama yang baik antara suami dan istri. 4). Perempuan sebagai ibu rumah tangga a). Mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga. b). Mengatur dan mengusahakan suasana rumah yang nyaman. Dalam kesibukan mengurus rumah tangga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a). Tetap memperhatikan penampilan diri diantara kesibukan-kesibukan. b). Bahaya kejenuhan akibat pekerjaan rutin yang monoton. c). Perlu kreativitas dalam mengatasi keadaan, supaya tetap bugar dan nyaman. 5). Perempuan sebagai ibu bagi anak. a). Menjadi model tingkah laku anak yang mudah diamati dan ditiru. b). Menjadi pendidik, yaitu memberi pengarahan, dorongan dan pertimbangan bagi perbuatan-perbuatan untuk membentuk perilaku. c). Menjadi konsultan, yaitu memberi nasehat, pertimbangan, pengarahan dan bimbingan. d). Menjadi sumber informasi, yaitu memberikan pengetahuan, pengertian dan penerangan. 6). Perempuan sebagai perempuan karier yang berkeluarga, menjadi istri dan ibu perlu memiliki perangkat urutan peran dalam kemajemukan perannya agar dapat mengatasi konflik yang mungkin akan dihadapinya bila pada saat yang sama dituntut melaksanakan beberapa peran.
2. Peran sebagai Pekerja di Luar Rumah a. Pengertian Perempuan yang Bekerja Menurut Akhir (dalam Septiningsih dan Na’imah, 2006) perempuan yang bekerja adalah perempuan yang melakukan kegiatan secara teratur atau sinambung dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas yaitu untuk Didokumentasikan By :
menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide. Sedangkan menurut Anoraga (2006:121) perempuan karier adalah perempuan yang memperoleh atau mengalami perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain. Kemudian disebut saja sebagai perempuan yang bekerja untuk istilah wanita karier. Selanjutnya Miraza (2007) memberikan definisi perempuan karier, yaitu perempuan yang mempergunakan waktunya untuk bekerja di luar rumah dengan maksud untuk mendapatkan pendapatan, yang akan dipergunakan bagi kebutuhan rumah tangga. Perempuan karier melakukan kegiatan produktif langsung karena ia bekerja dan mendapatkan pendapatan daripadanya. Dari berbagai definisi tentang perempuan yang bekerja, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perempuan yang bekerja adalah perempuan yang mempergunakan waktunya untuk bekerja baik di dalam rumah maupun di luar rumah dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang akan dipergunakan bagi kebutuhan keluarga. Lestari (dalam Septiningsih dan Nai’mah, 2006) mengatakan bahwa bekerja juga merupakan bentuk aktualisasi diri, sehingga sebelum bekerja perempuan harus memiliki beberapa persyaratan kerja, misalnya pendidikan yang memadai, pengetahuan dan ketrampilan bahkan kalau mungkin pengalaman kerja yang cukup sehingga akan diperoleh kepuasan kerja seperti kepuasan fisik, sosial, emosional dan kepuasan mental.
b. Alasan Perempuan untuk Bekerja Kathleen dan Jonathan (1999:230-231) mengemukakan beberapa alasan mengapa sang istri harus bekerja di luar rumah, yaitu: 1). Gaya hidup yang mahal Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dalam mempertahankan gaya hidup yang serba mahal, mengakibatkan adanya tanggungan yang besar sehingga tidak akan cukup bila hanya ditanggung oleh satu gaji saja. Akibatnya sang ibu sama sibuknya dengan sang ayah dalam mencari uang. 2). Mencari kepuasan hidup
Didokumentasikan By :
Alasan kedua yang menyebabkan ibu rumah tangga bekerja adalah adanya keinginan untuk memuaskan kepuasan hidup pribadi. Banyak perempuan yang merasa puas dengan hidupnya bila ia menjadi istri, ibu untuk anak-anaknya dan memelihara kehidupan rumah tangga. Namun banyak pula yang merasa bahwa di zaman modern ini, melakukan tugas-tugas rumah tangga adalah suatu pekerjaan yang ketinggalan zaman. Banyak yang merasakan kebutuhan egonya terpenuhi bila ia telah menjadi seorang perempuan karier, memiliki pencapaian yang dihargai oleh keluarga dan masyarakat di mana ia berada. Menurut Miraza (2007) menyebutkan beberapa alasan mengapa perempuan bekerja, antara lain sebagai berikut: 1). Untuk mendukung peningkatan pendapatan rumah tangga atau pendapatan suami yang dianggap terbatas. 2). Adanya pendidikan yang telah diperoleh oleh seorang perempuan yang perlu dimanfaatkan dalam kehidupan. 3). Adanya perubahan dan kemajuan zaman dimana kaum perempuan dapat melakukan pekerjaan di luar rumah sesuai dengan kodratnya masing-masing walau terkadang kaum perempuan juga bisa melihat bahwa ada perempuan yang sanggup mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum pria.
c.
Motivasi Kerja Perempuan Berperan Ganda Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
kerja (Anoraga, 2006:35). Munandar (dalam Septiningsih dan Na’imah, 2006), motivasi yang mendorong perempuan berkeluarga untuk bekerja sehingga harus meninggalkan rumah tangga dan anggotanya untuk waktu tertentu adalah sebagai berikut: 1). Untuk menambah penghasilan keluarga. 2). Agar secara ekonomis tidak bergantung pada suami. 3). Untuk menghindari rasa bosan atau untuk mengisi waktu kosong. 4). Karena terjadi ketidakpuasan dalam pernikahan. 5). Karena memiliki minat dan keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan. 6). Untuk memperoleh status. 7). Untuk mengembangkan diri. Didokumentasikan By :
Rini (2002) menyebutkan beberapa motivasi para ibu untuk bekerja di luar rumah, yaitu: 1). Kebutuhan finansial Adanya kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan seharihari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah, meskipun hatinya tidak ingin bekerja. 2). Kebutuhan sosial-relasioanal Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja, karena mempunyai kebutuhan sosial-relasional yang tinggi, dan tempat kerja mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. 3). Kebutuhan aktualisasi diri Abraham Maslow pada tahun 1960 mengembangkan teori hirarki kebutuhan yang salah satunya mengungkapkan bahwa manusia mempunyai kebutuhan akan aktualisasi diri, dan menemukan makna hidupnya melalui aktivitas yang dijalaninya. Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dan orang lain, membagikan ilmu pengetahuan, menemukan sesuatu, menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian kepenuhan diri.
d. Manfaat Bekerja bagi Perempuan Kerja tentu saja dapat mendatangkan manfaat positif baik bagi ibu rumah tangga maupun bagi keluarga, Rini (2002) mengemukakan beberapa manfaat bekerja bagi wanita, yaitu: 1). Mendukung ekonomi rumah tangga Dengan bekerjanya sang ibu, berarti sumber pemasukan keluarga tidak hanya satu, melainkan dua. Dengan demikian pasangan tersebut dapat
Didokumentasikan By :
mengupayakan kualitas hidup yang lebih baik untuk keluarga, seperti dalam hal: gizi, tempat tinggal, sandang, hiburan dan liburan serta fasilitas kesehatan. 2). Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas Bekerja memungkinkan seorang perempuan mengekspresikan dirinya sendiri dengan cara yang kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya mendapat penghargaan dan umpan balik yang positif. Melalui bekerja, perempuan berusaha menemukan arti dan identitas dirinya dan pencapaian tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. 3). Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga Perempuan yang bekerja cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, energik dan dinamis. Dengan demikian keberadaan istri bisa menjadi partner bagi suami, menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi harapan, pandangan dan tanggung jawab. 4). Pemenuhan kebutuhan sosial Setiap manusia, termasuk para ibu mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain. Dengan bekerja, seorang perempuan juga dapat memenuhi kebutuhan akan kebersamaan dan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas. Bagaimanapun juga sosialisasi penting bagi setiap orang untuk mempunyai wawasan dan cara berpikir yang luas, untuk meningkatkan kemampuan empati dan kepekaan sosial, dan yang terpenting untuk dapat menjadi tempat pengalihan energi secara positif dari berbagai masalah yang menimbulkan tekanan atau stress, baik masalah yang sedang dialami dengan suami, anak-anak maupun dalam pekerjaan. 5). Peningkatan skill dan kompetensi Dengan bekerja, maka seorang perempuan harus bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan, baik tuntutan tanggung jawab maupun tuntutan skill dan kompetensi. Untuk itu seorang perempuan dituntut untuk secara kreatif menimbulkan segi-segi yang bisa dikembangkan demi kemajuan dirinya. Peningkatan skill dan kompetensi yang terus-menerus akan mendatangkan nilai
Didokumentasikan By :
lebih pada dirinya sebagai seorang karyawan, selain rasa percaya diri yang mantap.
e. Faktor-Faktor Penghambat Perempuan Berperan Ganda dalam Bekerja Rini (2002) membedakan faktor-faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi para ibu yang bekerja sebagai berikut: 1). Faktor Internal Faktor internal adalah persoalan yang timbul dalam diri pribadi sang ibu. Ada beberapa ibu yang lebih senang jika dirinya benar-benar hanya menjadi ibu rumah tangga, yang sehari-hari berkutat di rumah dan mengatur rumah tangga. Namun keadaan menuntutnya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan keluarga. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stress, karena bekerja bukanlah timbul darieinginan diri namun seakan tidak punya pilihan lain demi membantu ekonomi rumah tangga.
2). Faktor Eksternal a). Dukungan suami Dukungan suami dapat diartikan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karier atau pekerjaan istrinya. Akan tetapi di Indonesia masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan perempuan, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Masalah rumah tangga adalah sepenuhnya kewajiban istri. Hal tersebut akan menjadi tekanan yang berat bagi istri, sehingga ia pun akan sulit merasakan kepuasan dalam bekerja. Kurangnya dukungan suami, membuat peran sang ibu di rumah tidak akan optimal (karena terlalu banyak yang masih harus dikerjakan sementara dirinya juga merasa lelah sesudah bekerja). Akibatnya timbul rasa bersalah karena merasa dirinya bukan ibu dan istri yang baik. b). Kehadiran anak Masalah pengasuhan anak biasanya dialami oleh para ibu bekerja yang mempunyai anak kecil atau balita. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar Didokumentasikan By :
tingkat stress yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para ibu yang bekerja. c). Masalah pekerjaan Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, serta ketidak nyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja. Situasi demikian akan membuat sang ibu menjadi sangat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itulah yang sering menimbulkan rasa sensitif dan emosional, baik terhadap anak maupun suami. 3). Faktor Relasional Dengan bekerjanya suami dan istri, maka waktu untuk keluarga menjadi terbagi. Walaupun penanganan terhadap pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan disediakannya pengasuh serta pembantu rumah tangga. Namun ada hal-hal yang sulit dicari pemecahannya, seperti masalah kebersamaan dengan suami dan anak-anak. Padahal kebersamaan dengan suami dan anak-anak merupakan kegiatan
penting
yang
tidak
bisa
diabaikan,
yaitu
untuk
membina,
mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi satu dengan yang lain.
3. Menyikapi Peran Ganda Perempuan Nilasari (2007), memberikan beberapa tips yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para perempuan yang bekerja agar mampu menyelesaikan peran gandanya sebagai istri atau ibu keluarga dan juga sebagai perempuan karier, yaitu sebagai berikut: a. Bekerja harus mempunyai tujuan dan motivasi yang kuat. Dasar dari motivasi kerja ialah kemandirian, disiplin kerja, sukacita dalam pekerjaan dan perasaan bahwa dirinya mampu menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi kerja akan bertambah kuat bila seseorang memiliki kesadaran akan Didokumentasikan By :
manfaat yang dapat diraih melalui berkerja. Jadi motivasi kerja erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Bila tujuan jelas maka motivasi akan mantap. Tapi bila tujuan kerja tanpa sasaran yang jelas, misalnya bekerja sebagai guru hanya sekedar mengisi waktu atau karena tidak betah di rumah maka motivasi kerja akan melemah dan perilaku akan kurang terarah atau terkendali yang pada akhirnya mempengaruhi hasil kerja. b. Keputusan yang akan dilaksanakan harus merupakan hasil musyawarah
keluarga. Bila ibu yang telah berkeluarga ingin bekerja, hendaknya keputusan ini telah dipikirkan secara matang dan ditelaah bersama antara suami-istri dan anak (bila anak cukup umur). Jadi, keputusan sebaiknya ibu bekerja atau tidak, diambil bersama setelah mendengar dukungan maupun keberatan anggota keluarga. c.
Kerja sama dalam keluarga. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas antara anggota keluarga.
Pembagian tugas ini didasarkan pada pandangan bahwa kegiatan rumah tangga tidak lagi diserahkan sepenuhnya pada ibu yang bekerja. Artinya, ayah-ibu dan anak akan membagi tugas rumah tangga secara adil dengan itikad saling membantu. Adanya pembantu rumah tangga bukan berarti pembagian tugas tidak diperlukan lagi. Hadirnya pembantu rumah tangga hanya untuk memperingan tugas anggota keluarga. Manfaatnya yang dapat dirasakan dengan diterapkannya pembagian tugas antara anggota keluarga ialah melatih kemandirian, disiplin kerja dan terciptanya rasa tanggung jawab secara dini. d. Perlu komunikasi dan kebersamaan antara anggota keluarga. Terkait sebagai peran gandanya sebagai guru dan ibu keluarga, maka dianjurkan
agar
perempuan
yang
bekerja
dapat
menggunakan
dan
menyeimbangkan waktu sebaik-baiknya antara keluarga dengan pekerjaan. Dengan adanya komunikasi yang baik antara anggota keluarga diharapkan akan tercipta adanya saling pengertian, saling mendukung dan terbina rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
Didokumentasikan By :
C. Perempuan Berkarier 1. Pengertian Karier Anoraga (2006:64) memberikan definisi karier dalam arti sempit dan arti luas. Karier dalam arti sempit adalah sebagai upaya mencari nafkah, mengembangkan profesi, dan meningkatkan kedudukan. Sedangkan karier dalam arti luas adalah sebagai langkah maju sepanjang hidup atau mengukir kehidupan seseorang. Gunarsa dan Gunarsa (2004:238) menyatakan bahwa ada beberapa ciri mengenai pengertian karier, yaitu: a. Karier erat hubungannya dengan perjalanan atau tujuan hidup seseorang yang ingin dicapai. b. Karier berhubungan erat dengan peningkatan status, pangkat, jabatan, kekayaan secara berjenjang dan yang berbeda-beda antara seorang dengan lainnya. c. Banyak faktor yang mempengaruhi karier seseorang, antara lain faktor keluarga yang bisa berpengaruh negatif atau sebaliknya positif. Dari berbagai definisi tentang karier, maka dapat disimpulkan bahwa karier adalah peningkatan dan kemajuan di kehidupan, status, jabatan, pangkat, kekayaan serta kedudukan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karier Gunarsa dan Gunarsa (2004: 241-244) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi karier seseorang antara lain sebagai berikut: a. Dinamika dan mobilisasi sosial yang tinggi Dinamika dalam masyarakat yang demikian besar, terlihat dari banyaknya perubahan seperti perpindahan pekerjaan, rumah dan status. Meningkatnya mobilitas sosial dirasakan sebagai ciri kehidupan yang keras yang membutuhkan ketabahan, kekuatan mental dan kemantapan kepribadian untuk bisa mengikuti arus kehidupan. Reaksi untuk menghadapi keadaan yang mencekam ketenangan hidup ini ialah mencapai jenjang karier setinggitingginya. b. Perubahan norma kehidupan
Didokumentasikan By :
Pergeseran norma selalu terjadi dimana saja apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis, norma kehidupan, norma sosial, bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan. Termasuk juga dalam menentukan jenjang karier seseorang serta usaha untuk mencapainya. c. Perkembangan teknologi Kemajuan di bidang teknologi, pembaharuan dan modernisasi yang demikian besar seringkali tidak seimbang dengan pola hidup yang sudah ada. Otomatisasi dan mekanisasi ini akan mempersempit daya tampung tenaga kerja (skilled dan semi-skilled worker) menjadi faktor yang harus diperhitungkan bagi mereka yang akan dan harus menentukan kariernya. d. Kepadatan penduduk Urbanisasi dan peledakan penduduk menjadi ciri kehidupan di kota besar. Selain itu juga adanya gaya hidup yang mudah menimbulkan desakan untuk meniru atau menyaingi orang lain, sehingga dapat menimbulkan iri hati (segi negatif) atau menumbuhkan keinginan untuk bekerja keras (segi positif). Hal inilah yang mempengaruhi ambisi dan pembinaan karier seseorang. 3. Hubungan Keluarga dan Karier Gunarsa dan Gunarsa (2004: 246-247) menguraikan tentang hubungan keluarga dan karier sebagai berikut: a. Keluarga berpengaruh besar terhadap karier seseorang, karena berpengaruh juga terhadap produktivitas kerja. b. Karier yang semula bertumpu pada keinginan pribadi dan dirasakan sebagai kepuasan pribadi, lambat laun harus dialihkan sebagai prestasi yang memberi kepuasan, serta hasil yang dinikmati oleh keluarga. c. Pembagian dan pengaturan waktu menjadi faktor yang penting, bagi mereka yang menilai peran ganda, baik sebagai karyawan atau karyawati, sebagai kepala maupun ibu rumah tangga. Ada saatnya harus bekerja, yaitu ketika di kantor karena statusnya sebagai karyawan atau karyawati. Namun pada saat berstatus sebagai suami, ayah, ibu atau istri, harus melepaskan perhatian dan waktunya dari pekerjaan kantor.
Didokumentasikan By :
D. Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga 1. Pengertian Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga Ibu rumah tangga adalah perempuan produktif yang bekerja dalam rumah tangga bagi membela suami di dalam mendayung kehidupan berumah tangga, dalam bentuk menjaga dan menciptakan situasi rumah tangga yang harmonis (Miraza, 2007). Peran perempuan erat kaitannya dengan latar belakang kebudayaan dimana perempuan itu berada dan kedudukannya dalam keluarga dan masyarakat. Sebelum Ibu Kita Kartini berhasil membuka selubung yang menutupi mata perempuan, perempuan mengetahui perannya hanya sebagai abdi keluarga. Perempuan dipingit di rumah, dipersiapkan untuk melayani suami, melahirkan anak dan membesarkannya (Gunarsa dan Gunarsa, 2004:251-252). 2. Fungsi Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga Basri (2004: 122-127) mengemukakan bahwa sebagai istri, perempuan memiliki fungsi sebagai berikut: a. Mendidik anak-anak. b. Membantu suami. c. Membereskan urusan rumah tangga, dengan ketrampilan yang cukup diandalkan. d. Menggunakan uang secara tertib dan fungsional. e. Menjaga hubungan atau pergaulan sosial yang sehat. f. Menjaga dan mengembangkan hubungan silahturrahmi antar keluarga dan sanak famili. g. Memenuhi fungsi istri terhadap suami dengan sebaik-baiknya. 3. Tugas Perempuan sebagai Bagian dari Keluarga Hemas (1992: 91) menjelaskan lima tugas yang disandang oleh seorang perempuan, antara lain sebagai berikut: a. Perempuan sebagai istri Perempuan sebagai seorang istri dituntut untuk setia pada suami agar dapat menjadi motivator kegiatan suami. b. Perempuan sebagai ibu rumah tangga Perempuan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab untuk secara terus-menerus memperhatikan kesehatan rumah dan tata laksana rumah Didokumentasikan By :
tangga, mengatur segala sesuatu di dalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu hidup. c. Perempuan sebagai pendidik Ibu adalah pendidik utama dan pertama dalam keluarga bagi putraputrinya. Peran ibu sangat menentukan pendidikan anak-anaknya kelak. d. Perempuan sebagai pembawa keturunan bangsa Perempuan sebagai penerus keturunan yang diharapkan dapat melahirkan anak cerdas, sehat jasmani dan rohani, bertanggung jawab, luhur budi pekertinya dan terpuji perangainya. e. Perempuan sebagai anggota masyarakat Pada masa pembangunan ini peranan perempuan perlu diusahakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan.
D. Bahaya Korupsi A. Pengertian Korupsi Korupsi berasal dari kata berbahasa latin, corruption. Kata ini sendiri punya kata kerja (corrumpere) yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Transparency Internasional korupsi adalah perilaku pejabat publik, maupun politikus atau pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka (KPK, 2006:7) Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala: salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang, dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya dengan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri (Kartini Kartono, 2007:90) Menurut Hukum di Indonesia penjelasannya ada dalam tiga belas pasal UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 21 Tahun 2001. Macam-macam tindakan mengenai korupsi yaitu: Didokumentasikan By :
1. Kerugian keuntungan negara 2. Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin) 3. Penggelapan dalam jabatan 4. Pemerasan dalam jabatan 5. Perbuatan curang 6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi 8. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara) Gratifikasi (istilah lain pemberian hadiah) (KPK, 2006:7) Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sbb: a. Perbuatan melawan hukum b. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana c. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Bahaya yang ditimbulkan dari tindakan korupsi sebagai berikut: a. Penegak hukum dan pelayanan masyarakat menjadi amburadul. b. Pembangunan fisik menjadi terbengkalai. c. Prestasi menjadi tidak berarti. d. Demokrasi menjadi tidak jalan. e. Ekonomi menjadi hancur.
Didokumentasikan By :
BAB III METODE PENULISAN
A. Prosedur Pengumpulan Data Berbagi data dan fakta yang terdapat dalam karya tulis ini diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai media sebagai sumber acuan. Yaitu berupa buku dan bahan dari hasil surfing di internet. Data tersebut merupakan data awal yang masih acak dan belum diklasifikasikan secara sistematis. B. Prosedur Pengolahan Data Data yang terkumpul mealui studi pustaka tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu (1) peran perempuan berpegaruh besar dalam pelanggaran atau tindak korupsi, dan (2) strategi dalam mencegah bahaya korupsi (3) bagaimana perempuan berperan dalam pelanggaran atau tindak korupsi. C. Analisis Sintesis Dalam pembahasan masalah atau inti dari karya tulis ini, maka konsep atau teori tersebut dijadikan pisau analisis dalam membahas permasalahan yang diajukan
pada pendahuluan.
Pembahasan
ini
merupakan
jawaban
dari
permasalahan yang telah diajukan. Dari pembahsan ini kemudian diketahui pokok-pokok permasalahan yang dimaksud. Setelah itu digagaslah pemecahan masalah berupa korupsi dan peran perempuan dalam mencegahnya. D. Simpulan Simpulan yang diambil pada akhir penulisan karya tulis ilmiah ini diambil berdasarkan pada masing-masing pokok dalam analisis sintesis, yaitu pada bab empat mengenai pembahasan. Simpulan ini menggunakan pendekatan induktif terhadap masalah. E. Rekomendasi Saran atau rekomendasi yang diambil berdasarkan pada pembahasan dan simpulan akhir, kemudian diajukan pada pihak yang terkait dengan pembahasan dalam karya tulis. Pihak-pihak tersebut adalah komisi pemberantasan korupsi, aparat kepolisian, tokoh-tokoh masyarakat dan peran serta perempuan dalam tindakan korupsi.
Didokumentasikan By :
Rekomendasi
yang
diajukan
disini
merupakan
tindak
lanjut
pemberantasan korupsi yang selama ini pihak KPK menganalisis jenis-jenis korupsi tetapi tidak ada tindak lanjut bagi koruptor karena materi yang selalu berkuasa. Untuk itu pihak KPK diharapkan mau dan mampu bekerja sama dengan melibatkan peran perempuan. Rekomendasi ini diajukan agar dapat memberi wacana bahwa peran perempuan berarti untuk mencegah bahaya korupsi.
Didokumentasikan By :
BAB VI PEMBAHASAN A. Strategi Mencegah Bahaya Korupsi Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan. Praktek korupsi dapat dilihat berdasarkan aliran prosesnya, yaitu dengan melihatnya pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi, pada posisi perbuatan korupsi terjadi dan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi: a) Pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi upaya pencegahannya bersifat preventif. Strategi preventif harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal- hal yang menjadi penyebab timbulnya praktek korupsi. Setiap penyebab korupsi yang teridentifikasi harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu, perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi. b) Pada posisi perbuatan korupsi terjadi upaya mengidentifikasi atau mendeteksi terjadinya korupsi bersifat detektif. Strategi detektif harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi maka perbuatan tersebut akan dapat
Didokumentasikan By :
diketahui dalam waktu yang singkat dan akurat, sehingga dapat segera ditindaklanjuti dengan tepat c) Sedangkan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi upaya untuk meyelesaikannya secara hukum dengan sebaik-baiknya bersifat represif. Strategi represif harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam praktek korupsi. Dengan demikian, proses penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dilkaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya sehingga proses penanganan tersebut
akan
dapat
dilakukan
secara
cepat
dan
tepat
(www.goodgovernance-bappenas.go.id) Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain. Cara yang paling mudah mengikis korupsi : a. Jangan korupsi b. Jangan terlibat dalam korupsi c. Jangan pernah berniat untuk korupsi d. Jangan sekali-kali berpikir ingin korupsi e. Jangan memangku jabatan yg memungkin timbulnya korupsi f. Jangan beristrikan perempuan yang bisa menjuruskan Anda ke dalam korupsi dan atau punya lebih dari satu istri g. Jangan menginginkan pangkat tinggi
dan menduduki jabatan atau posisi
yang tinggi-tinggi dan atau jadi wakil rakyat h. Jangan memiliki " hak imunitas " i.
Jangan mau menjadi atau diitunjuk jadi pimpinan/direktur perusahaanperusahaan yang banyak sumber keuangannya
j.
Jangan belajar
dan mengharapkan menjadi ahli hukum dan mempunyai
kedudukan tinggi dibidang hukum.
Didokumentasikan By :
B. Peranan Perempuan Karier dalam Mencegah Bahaya Korupsi Perempuan dijaman sekarang tidak ingin hanya berdiam diri di rumah menjalani kodratnya sebagai perempuan yang mengabdi untuk suami dan mengasuh anak-anak. Mereka ingin agar bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan bekerja. Dengan ini mereka juga bisa mendapatkan uang sehingga mempunyai penghasilan sendiri tanpa harus mengantungkan pendapatan dari suami. Beberapa tindakan korupsi yang dilakukan perempuan ditempat kerja meliputi: a. Korupsi ketika menggunakan telpon kantor untuk urusan pribadi, yang tidak ada hubungannya dengan kantor b. Ketika browsing ke dunia maya, menggunakan fasilitas kantor, untuk keperluan di luar urusan kantor (apalagi untuk mencari pekerjaan yang baru yang menurut anda lebih menjanjikan) c. Menggunakan koneksi internet fasilitas kantor untuk aktivitas chatting, menulis artikel blog, yang semuanya itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan aktivitas kantor d. Menggunakan komputer kantor untuk mengetik surat lamaran ke perusahaan lain dan/atau mengupdate CV (curriculum vitae) untuk dikirim ke perusahaan lain e. Makan siang melebihi waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan/kantor f. Anda menggunakan printer kantor untuk mencetak surat lamaran/CV atau dokumen lain yang tidak terkait dengan urusan kantor g. Anda tidur di luar jam istirahat h. Anda membuat CD/DVD, berisi data pribadi, dengan menggunakan CD writer/DVD writer milik kantor i.
Mengambil beberapa helai kertas milik kantor dan menggunakannya untuk keperluan pribadi
j.
Membawa ballpoint dan pensil milik kantor, dari kantor ke rumah, lalu memberikannya kepada penghuni rumah lainnya (anak dan/atau istri atau orang lain). Didokumentasikan By :
Langkah-langkah yang dapat dilakukan perempuan karier dalam mencegah korupsi: a. Ketika menggunakan telpon kantor janganlah digunakan untuk urusan pribadi, yang tidak ada hubungannya dengan kantor b. Ketika browsing ke dunia maya, jangan menggunakan fasilitas kantor, untuk keperluan di luar urusan kantor (apalagi untuk mencari pekerjaan yang baru yang menurut anda lebih menjanjikan) c. Hendaknya tidak menggunakan koneksi internet fasilitas kantor untuk aktivitas chatting, menulis artikel blog, yang semuanya itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan aktivitas kantor d. Tidak menggunakan komputer kantor untuk mengetik surat lamaran ke perusahaan lain dan/atau mengupdate CV (curriculum vitae) untuk dikirim ke perusahaan lain e. Pada waktu makan siang tidak melebihi waktu yang ditetapkan oleh perusahaan/kantor f. Menggunakan printer kantor tidak untuk mencetak surat lamaran/CV atau dokumen lain yang tidak terkait dengan urusan kantor g. Jika ingin tidur, tidurlah pada waktu jam istirahat. h. Menggunakan CD writer/DVD writer milik kantor untuk kepentingan kantor, tidak untuk membuat data pribadi. i.
Kertas milik kantor digunakan sebagaimana mestinya.
j.
Penggunaan ballpoint dan pensil milik kantor untuk kepentingan kantor, dan jangan dibawa ke rumah, lalu memberikannya kepada penghuni rumah lainnya (anak dan/atau istri atau orang lain.
C. Peranan Perempuan Rumah Tangga dalam Mencegah Bahaya Korupsi Untuk membangun generasi yang sadar dan siap menjalankan fungsi sosialnya, ibu mempunyai peranan sangat penting dalam keluarga karena ibu mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan setiap anggota keluarga. Dengan naluri keibuannya, secara psikologis ibu mempunyai kedekatan dengan anak-anaknya dan anggota keluarga yang lain. Didokumentasikan By :
a. Dalam sebuah rumah tangga, ibu mempunyai peran antara lain sebagai : (1) Istri bagi suami; (2) Ibu bagi anak-anaknya serta (3) Ibu Rumah Tangga. b. Peran sebagai Istri bagi Suami dalam hubungannya dengan Ketahanan Negara c. Keberhasilan seorang suami dalam karirnya (pangkat dan jabatan) banyak sekali didukung oleh motivasi, cinta kasih dan doa seorang istri. Oleh karena itu, dalam perannya sebagai seorang istri, banyak sekali yang seyogyanya dilakukan untuk suami, diantaranya: a) Berbagai rasa suka dan duka serta memahami panggilan tugas, fungsi dan kedudukan suami. b) Memposisikan sebagai istri sekaligus ibu, teman dan kekasih bagi suami. Suami adalah manusia biasa yang sekali waktu perlu dimanja, butuh perhatian/kasih sayang. Butuh tempat berlindung dan mengadukan atas kesulitan/problem yang dialaminya. c) Menjadi teman diskusi seraya memberikan dukungan motivasi, semangat dan do’a bagi suami ketika menghadapi tugas berat dari negara. Dalam hubungan suami-istri, diperlukan keserasian dalam hal: a. Keyakinan, agama dan menjadikannya sebagai tuntunan hidup dalam berkeluarga. b. Kepribadian: -
Mempunyai kepribadian yang matang ditandai dengan tanggung jawab, mandiri, percaya diri, dan lain-lain.
-
Memiliki citra diri yang positif, ditandai dengan berfikir positif, terbuka, toleran, tidak gampang curiga, dan lain-lain.
c. Gaya hidup (penampilan, manajemen keuangan, cara mengatur rumah, dan lain-lain). Untuk kelanggengan kehidupan berkeluarga, diperlukan pendukung sebagai berikut : a. Kasih sayang disertai dengan keinginan untuk saling membahagiakan. b. Kesetiaan dalam keadaan apapun c. Bersikap terbuka dan saling percaya d. Memberikan motivasi dalam bekerja e. Tidak menuntut sesuatu diluar batas kemampuan suami. Didokumentasikan By :
Bilamana peran istri sebagaimana dimaksud dapat dijalankan dengan baik, akan berpengaruh terhadap perangai dan perilaku suami di tempat bekerja, karena hal itu akan menumbuhkan rasa cinta suami terhadap istri dan anak-anaknya. Hal ini juga akan mencegah keinginan suami untuk berbuat hal-hal negatif seperti : korupsi, mabuk-mabukan, selingkuh, dll. Sebaliknya dia akan didorong untuk berbuat hal-hal positif untuk membangun citra diri dan kariernya dalam rangka menyenangkan keluarga. Seorang ayah selalu dikatakan sebagai kepala keluarga maka yang menjadi Kepala Rumah Tangga adalah seorang istri. Dalam perannya sebagai kepala rumah tangga terkandung fungsi pengelolaan/ manajemen. Peran yang utama adalah mengatur dan merencanakan kebutuhan rumah tangga, hidup sederhana, tidak kikir dan berorientasi ke masa depan. Dari peran di atas, yang harus dikelola adalah barang, manusia dan uang. Dalam pengelolaan barang tercakup di dalamnya mengurus rumah (terlepas apakah dikerjakan sendiri atau oleh pembantu), sirkulasi barang, pemenuhan kebutuhan berdasarkan skala prioritas, dan lain-lain. Dalam pengelolaan orang, tercakup di dalamnya pembagian tugas, kewajiban, hak dan wewenang setiap anggota keluarga. Dalam pengelolaan uang tercakup di dalamnya penggunaan berdasarkan kebutuhan prioritas, sumber keuangan dan keluarga sebagai muara penggunaan. Agar peran ibu lebih terarah dan berdaya guna maka diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan termasuk pengetahuan/wawasan mengenai situasi dan kondisi lingkungan lokal, nasional hingga internasional. dalam rangka meningkatkan pelaksanaan perannya itu. Apabila peran-peran yang diberikan kepada seorang ibu/istri dijalankan sebaik mungkin maka akan memberikan
dukungan
kepada
setiap
anggota
keluarga
untuk
dapat
mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Sebaliknya persoalan akan muncul manakala ketiga peran tersebut diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan mungkin akan mengganggu ketentraman setiap anggota keluarga terutama mengganggu suami/beban tugas suami dan akhirnya akan menjadi beban mental/stress
Didokumentasikan By :
Benarlah yang dikatakan Rasulullah bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah perempuan. Karena, perempuan merupakan suatu makluk perusak dunia yang berjalan sangat halus. Kalau kita selidiki dan kita tarik garis lurus semua permasalahan hidup, ujung-ujungnya adalah perempuan. Hampir semua perang yang terjadi karena memperebutkan perempuan. Korupsi yang dilakukan oleh suami karena untuk menyenangkan perempuan. Rusaknya moral pria karena perempuan….perempuan dan perempuan (
[email protected]). Ketika seorang istri sudah tergila-gila dengan harta, mereka merengekrengek kepada suami untuk beli itulah, untuk beli ini lah. Sedangkan kemampuan suami sangat terbatas. Maka para suami melakukan hal-hal yang tidak halal entah pungli, korupsi dll, yang ujung-ujungnya karena perempuan. Para penguasa jaman dulu dan sekarang mempunyai moto bahwa hidup untuk “Money and Woman”, untuk Uang dan Perempuan. Kalau sudah punya uang mereka akan lari ke perempuan, sebaliknya kalau mereka sudah punya perempuan
mereka
akan
lari
ke
uang
(rizts.blog.m3_access.com/post/cat_171_Religi.htm) Langkah-langkah yang bisa dilakukan perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam mencegah bahaya korupsi yaitu: a. Dengan kekhasan wanita yang lemah lembut memberikan pengertian kepada suami untuk tidak melakukan korupsi. b. Mengatur keuangan keluarga sesuai gaji yang diperoleh suami. c. Memberi pengertian kepada anak-anak untuk tidak terpengaruh gaya hidup teman-temanya dan lingkungan sekitar yang bersifat negatif. d. Tidak berpenampilan yang berlebihan ketika suami sudah naik pangkat atau jabatan. e. Membelanjakan uang sesuai prioritas kebutuhan. f. Tidak iri dengan gaya hidup tetangga, tetapi bergaya hidup sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. g. Tidak menuntut lebih pada suami dalam hal materi. h. Selalu memberi dukungan moril pada suami dalam segala hal. i.
Saling keterbukaan, pengertian, menghormati dan toleransi dengan suami.
j.
Memberikan kasih sayang dan perhatian pada suami. Didokumentasikan By :
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN Dari paparan pada bab pembahasan didepan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahaya yang ditimbulkan dari tindakan korupsi sebagai berikut: penegak hukum dan pelayanan masyarakat menjadi amburadul, pembangunan fisik menjadi terbengkalai, prestasi menjadi tidak berarti, demokrasi menjadi tidak jalan, ekonomi menjadi hancur. 2. Pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi upaya pencegahannya bersifat preventif. Pada posisi perbuatan korupsi terjadi upaya mengidentifikasi atau mendeteksi terjadinya korupsi bersifat detektif. Pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi upaya untuk meyelesaikannya secara hukum dengan sebaikbaiknya bersifat represif. 3. Beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan karier dalam mencegah bahaya korupsi: menggunakan keuangan sebagaimana mestinya, makan siang tidak melebihi jam yang telah ditentukan, menggunakan peralatan kantor untuk kepentingan kantor. 4. Beberapa hal yang dilakukan perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam mencegah bahaya korupsi yaitu tidak menuntut lebih pada suami, membelanjakan uang sesuai dengan prioritas kebutuhan, selalu memberikan dukungan pada suami dalam berbagai hal yang positif.
B. SARAN
1. Disarankan pada aparat penegak hukum untuk lebih tegas dalam menindak lanjuti para pelaku korupsi. 2. Untuk masyarakat lebih tanggap terhadap bahaya korupsi dan bersama-sama berpartisipasi aktif dalam pencegahan bahaya korupsi.
Didokumentasikan By :
3. Para perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mengetahui perbuatan suami, hendaknya memberikan pengertian agar tidak melakukan korupsi. Sebagai perempuan yang penuh kasih sayang, pengertian seharusnya malu pada diri sendiri. Karena yang anda nikmati adalah hak orang lain. Semoga para ibu-ibu sebagai cerminan perempuan Indonesia bisa berubah. Kelak perempuan Indonesia menjadi sumber inspirasi perempuan dunia. 4. Para pekerja diluar rumah baik perempuan maupaun laki-laki mampu melaksanakan tanggungjawab dalam bekerja dengan sebaik-baiknya dan tidak mempergunakan jabatan yang diberikan untuk melakukan korupsi.
Didokumentasikan By :
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Basri, H 2004. Keluarga Sakinah, Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Doyin, Mukh, dkk. 2002. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Nusa Budaya. Emas, GKR. Wanita Indonesia suatu Konsepsi dan Obsesi. Yogyakarta: Liberty. Gunarsa dan Gunarsa. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita, Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek. Bandung: Mandar Maju. Kartono, Kartini. 2007. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. KPK. 2006. Memahami untuk Pemberantasan Umum.
Membasmi
Korupsi.
Jakarta:
Komisi
KPK. 2006. Pahami Dulu Baru Lawan. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi Marzuki. 2000. Metodologi Riset. Yogyakarta : Bagian Penerbit FE UII.
Miraza, Naya. 2007. Tantangan Wanita Karir dan Berkeluarga. http://waspada.com. Diunduh tanggal 18 Maret 2008 pukul 15:55 WIB. Moleong J, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rini F, Jacinta. 2002. Wanita Bekerja. (Online). http://www. e-psikologi. com/keluarga/280502.htm. Diunduh tanggal 18 Maret 2008 pukul 21:02 WIB. Didokumentasikan By :
Septiningsih, D.S dan T. Nai’mah. 2006. Studi tentang Wanita Berkeluarga yang Bekerja (Dampak Positif dan Hambatannya). Jurnal Psycho Idea. TH.4.No.I Februari. 2006. Surya, Aldwin. 2007. Reposisi Perempuan Indonesia. http://www.waspada.co.id/opini/artikel.php?article-id=90009. diunduh tanggal 15 Maret 2008 pukul 16:59 WIB. Vuuren Van, Nancy. 1994. Wanita dan Karier: Bagaimana Mengenal dan Mengatur Karya. Yogyakarta: Kanisius. Http://www.Tabloidnova.Com/Articles.Asp?Id=4048&No=2. tanggal 20 Maret 2008 pukul 17:15 WIB.
Diunduh
Http://erander.wordpress.com/2007perempuan-pencari-nafkah/. tanggal 15 Maret 2008 pukul 12.00 WIB.
Diunduh
Http://www.Goodgovernance-bappenas.go.id/kom_kom_bahan_dis_2_1.htm. Diunduh tanggal 30 Maret 2008 pukul 11.03 WIB.
Didokumentasikan By :
BIODATA PENULIS
Biodata 1 Nama NIM Tempat tanggal lahir Jenis kelamin Agama Juarusan/fakultas Alamat rumah Riwayat pendidikan
Biodata 2 Nama NIM Tempat tanggal lahir Jenis kelamin Agama Juarusan/fakultas Alamat rumah
: Endar Merry Wahyuni : 1201405058 : Pati, 16 Juni 1986 : Perempuan : Islam : Pendidikan Luar Sekolah/ FIP : Desa Sidomukti, Dsn. Kemangi Rt 03/02 Kec. Jaken Kab. Pati : SDN Sidomukti Lulus 1998 SMPN 01 Jakenan Lulus 2001 SMUN 01 Pati Lulus 2004
: Emi Mardiyanti : 1201405064 : Pati, 15 Maret 1987 : Perempuan : Islam : Pendidikan Luar Sekolah/FIP : Desa Mojoangung Rt 09/02, Kec. Trangkil Kab. Pati
Riwawat pendidikan
Biodata 3 Nama NIM Tempat tanggal lahir Jenis kelamin Agama Juarusan?fakultas Alamat rumah Riwawat pendidikan
: SDN 01 Mojoagung SMPN 02 Pati SMAN 02 Pati
Lulus 1999 Lulus 2002 Lulus 2005
: Mu’arifuddin : 1201407031 : Rembang, 26 Februari 1986 : Laki-laki : Islam : Pendidikan Luar Sekolah/FIP : Bonang Rt 04/02 Kec. Lasem Kab. Rembang : SDN 01 Bonang Lulus 1999 SMPN 02 Lasem Lulus 2002 SMKN 01 Rembang Lulus 2005
Didokumentasikan By :