FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA ( Studi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta )
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Oleh : Hoesna Maris Elkindi 11250027
Pembimbing : Noorkamilah, S.Ag., M.Si NIP. 19740408 200604 2 002
PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
i
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji dan syukur atas segala petunjuk dan nikmat yang telah Allah SWT berikan, Skripsi ini kupersembahkan untuk : Kedua orang tua ku tercinta, Ayah Agus Thoifur dan Ibu Jarni Indarsih yang selalu mendo’akan tiada hentinya, tak pernah lelah memberi dukungan dan semangatnya selama ini, selalu memberikan segalanya demi kesuksesan ku. Kedua Kesayanganku, si mbarep Avisinna Emit Athfi & si bontot Averose Millania Tsani yang selalu menjadi semangat dan inspirasiku untuk selalu berusaha lebih keras lagi. Tak lupa pula untuk Duwi Santosa, ST, yang selalu menjadi penyemangat, menemani dan mengingatkan ku untuk menjadi yang lebih baik dari saat ini.
vi
MOTTO
“ Sesungguhnya Allah Tidak Menyukai Orang-Orang Yang Berlebihan ” ( QS. Al-A’raf : 31 ) Keberhasilan Bukanlah Milik Orang yang Pintar. Keberhasilan Adalah Kepunyaan Mereka yang Senantiasa Berusaha. ( Bacharuddin Jusuf Habibie ) Be A Strong Wall In The Hard Times and Be A Smilling Sun In The Good Times. Jadilah Dinding Yang Kuat Ketika Masa-Masa Sulit Dan Jadilah Matahari Yang Tersenyum Ketika Masa-Masa Indah. ( Kahlil Gibran )
vii
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Dzat penguasa alamyang menciptakan semua makhluk-Nya dengan penuh kasih sayang, sehingga dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, peneliti dapat menikmati indahnya islam, iman dan ikhsan. Sholawat dan salam senantiasa selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sosok sempurna yang jasanyasangat besar bagi umat Islam. Cinta kasih, pengorbanan, kemuliaan dan perbuatanbaiknya akan senantiasa menghiasi sejarah peradaban Islam di Dunia. Alhamdulillah,
berkat
usaha
dan
doa,
akhirnya
peneliti
dapat
menyelesaikan tugas akhir kuliah ini dengan lancar dan sesuai harapan. Serta dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ibu Dr. Nurjanah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ibu Andayani, SIP, MSW., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas perkuliahan dan juga memberikan ijin penelitian. 3. Dr. H. Waryono, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan, dorongan dan motivasinya selama kuliah di Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial.
viii
4. Noorkamilah, S.Ag., M.Si., selaku pembimbing skripsi, yang senantiasa membimbing, memberikan nasihat-nasihat, dorongan, waktu, tenaga dan ilmu pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen khususnya Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan umumnya seluruh
Dosen
di
UIN
Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
yang
telah
menyumbangkan ilmunya. 6. Seluruh pengurus Tata Usaha (TU) dan staf Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terutama Bapak Sudarmawan yang telah membantu dan memperlancar proses penyusunan skripsi. 7. Kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak Agus Thoifur dan Ibu Jarni Indarsih serta kedua saudaraku yang cantik dan imut Avisinna Emit Athfi dan Averose Millania Tsani. Terima kasih atas cinta, perhatian dan doa yang selalu kalian panjatkan demi kebaikanku melangkah maju kedepan. 8. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta bapak KH. Masrur Ahmad MZ, yang telah memberikan ijin penelitian skripsi. 9. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta, khususnya Kang Ibin, Bang Adi, dan santri lainnya yang telah menerima, membantu dan membimbing selama di lapangan. 10. Teman-temanku selama merantau di Jogja, khususnya sahabat-sahabatku yang telah memberikan warna terindah dalam perjalananku menuntut ilmu di Jogja, Rif’atul Munawwarah (Syaripeh), Widya Candra (Ochand), Anita Dwi
ix
Yuliati (Nyonya Sunda), Anysa Nur Rahmah (Cuplies), dan sahabatku yang lainnya. 11. Kepada Duwi Santosa, ST. yang selalu menjadi motivasiku karena omelannya yang selalu berkata kapan skripsi kelar. Dan tak lupa dengan sahabatku yang ada di luar kota jogja, Nur Fadillah Sholawati, S.Pd. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi pribadi peneliti dan umumnya kepada semua pembaca. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, kita semua selaku hamba-Nya memohon pertolongan, perlindungan, dan keselamatan. Semoga dengan ridho-Nya kehidupan ini akan selalu membawa berkah dan manfaat serta hanya kepada Rasulullah Saw kita semua akan mendapat syafa”atnya di yaumul akhir kelak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, 24 November 2016. Penyusun
Hoesna Maris Elkindi NIM : 11250027
x
ABSTRAK
Hoesna Maris Elkindi, Faktor Penyebab dan Dampak (Studi di PondokPesantren Al-Qodir Yogyakarta). Skripsi, Yogyakarta : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Penyalahgunaan napza merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik yang jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan gangguan fungsi sosial atau okupasional. Pemerintah terus meningkatkan upaya pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan napza secara konsisten, dari yang bersifat pencegahan, penegakan hukum, pengobatan, terapi dan rehabilitasi. Pondok Pesantren Al-Qodir yang berada di wilayah Sleman Yogyakarta merupakan salah satu tempat Rehabilitasi penyalahgunaan napza yang menggunakan metode berbasis agama. Metode penyembuhan yang digunakan adalah pemberian terapi seperti terapi mandi, terapi sholat dan terapi dzikir dengan landasan agama yang bertujuan meningkatkan keimanan dan kesadaran manusia terhadap Tuhan, berbeda dengan metode penyembuhan di rumah sakit yang menggunakan obat. Pondok ini juga memberikan keterampilan khusus sebagai bekal santri setelah menjalani rehabilitasi dan mulai kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Penelitian ini membahas tentang faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza pada santri yang melakukan rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah 1 pimpinan ponpes, 1 lurah pondok, 2 orang wali santri, 1 orang tetangga dan 5 orang santri korban napza di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Sehingga secara keseluruhan subyek berjumlah 10 orang. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data untuk pengambilan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor penyebab santri menjadi korban penyalahgunaan napza adalah faktor internal, keluarga dan orang lain yang saling berkaitan dan membentuk perubahan sikap yang membawa kearah penyalahgunaan napza. Akibat penyalahgunaan tersebut menimbulkan dampak bagi diri sendiri dari segi fisik, spiritual, emosional, mental dan moral serta dampak bagi lingkungan seperti keluarga, masyarakat dan bangsa. Selain itu secara tidak langsung santri akan menjadi lebih taat menjalankan perintah agama dan mendapatkan keahlian yang diberikan pihak pondok sebagai bekal bagi para santri.
Keyword : Penyalahgunaan Napza, Napza, Narkoba, Rehabilitasi, Al-Qodir Yogyakarta, Penyebab, Dampak.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iv SURAT PERNYATAAN BERJILBAB ................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi MOTTO ................................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii ABSTRAK ............................................................................................................... xi DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. B. C. D. E. F. G. H.
Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................................... 11 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11 Manfaat Penelitian .................................................................................. 11 Kajian Pustaka ......................................................................................... 12 Kerangka Teori ........................................................................................ 15 Metode Penelitian .................................................................................... 31 Sistematika Pembahasan ......................................................................... 37
BAB II : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA ..................................... 39 A. Profil Pondok Pesantren Al-Qodir .......................................................... 39 1. Letak Geografis ................................................................................. 39 2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qodir ............................... 40 3. Visi dan Misi ..................................................................................... 43
xii
4. Tujuan Pondok Pesanten Al-Qodir ................................................... 44 5. Fasilitas - Fasilitas Pondok Pesantren Al-Qodir ............................... 44 6. Metode Rehabilitasi .......................................................................... 47 7. Sistem Pembelajaran dan Pendidikan di PP Al-Qodir ...................... 49 8. Struktur Organisasi ........................................................................... 50 9. Data Santri ......................................................................................... 53 10. Program Pembinaan di Pondok Pesantren Al-Qodir ......................... 55 B. Aktivitas Pondok Pesantren Al-Qodir ..................................................... 58 BAB III : FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SANTRI PASIEN ............... 60 A. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza di pondok pesantren AlQodir Yogyakarta .................................................................................... 60 1. Faktor Keluarga ................................................................................. 61 2. Faktor Internal ................................................................................... 70 3. Faktor Orang Lain ............................................................................. 74 B. Dampak Penyalahgunaan Napza di pondok pesantren Al-Qodir Yogyakarta .............................................................................................. 78 1. Dampak Terhadap Fisik .................................................................... 78 2. Dampak Emosional ........................................................................... 81 3. Dampak Terhadap Keluarga,dan Masyarakat ................................... 83 4. Dampak Terhadap Mental dan Moral ................................................ 87 BAB IV : PENUTUP ............................................................................................... 91 A. Kesimpulan ............................................................................................. 91 B. Saran-Saran ............................................................................................ 92 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 94 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Rekapitulasi Tersangka Narkoba Per Satuan Wilayah
Umur
Tersangka Tahun 2014 ................................................................. 4 Gambar 2.1
Ponpes Al-Qodir Dan Madrasah Ibtida’iyah Al-Qodir Yogyakarta .................................................................................... 42
Gambar 2.2
Unit Pembinaan Di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta ...... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Data Ungkap Kasus Narkoba di Provinsi DIY Tahun 2008 – Juli 2014 .............................................................................................. 3
Tabel 2.1
Sarana Dan Prasarana Fisik Penunjang Terapi di Pondok Pesantren Al-Qodir ....................................................................... 45
Tabel 2.2
Data Santri Pondok Pesantren Al-Qodir Tahun 2016-2017 .......... 55
Tabel 2.3
Jadwal Kegiatan Pecandu Napza Selama Menjalani Rehabilitasi atau Terapi .................................................................................... 58
Tabel 2.4
Jadwal Ngaji Malam Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta ..... 59
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah AlQodir ............................................................................................. 51
Bagan 2.2
Struktur Kepengurusan Pondok Al-Qodir .................................... 52
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan napza merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, dengan mengkonsumsi obat secara terus menerus yang dapat menimbulkan gangguan fungsi sosial atau okupasional. Mengkonsumsi obatobatan setiap hari secara terus menerus dalam jangka waktu selama satu bulan atau lebih dapat menimbulkan gangguan fungsi sosial. Gangguan fungsi sosial yang terjadi dapat berupa ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga atau kawan-kawannya karena perilakunya yang impulsif, atau karena ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar. Gangguan fungsi sosial yang terjadi berupa pelanggaran lalulintas akibat intoksikasi, serta perbuatan kriminal seperti pencurian karena adanya motivasi untuk memperoleh uang.1 Penyalahgunaan napza dapat menjadikan seseorang ketergantungan zat. Ketergantungan zat atau obat
menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Seseorang yang ketergantungan zat akan mengalami gejala putus zat, hal ini terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Gejala putus
zat
merupakan
ketergantungan
zat
adanya
obat.2
tanda
Dengan
ketergantungan adanya
fisik
ketergantungan
akibat
dari
obat
yang
1
Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lain.(Jakarta : PT Gramedia, 1989), hlm.2. 2
Jenny Marlindawani purba, dkk,AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial Dan Gangguan Jiwa, (Medan : USU Press, 2008), hlm.2.
2
disalahgunakan dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang di aspek kehidupan sosial, sehingga mengakibatkan berbagai macam bahaya dan kerugian seperti, menurunnya kepribadian secara drastis berubah menjadi pemurung, pemarah bahkan melawan terhadap siapapun. Seseorang dengan ketergantungan obat memiliki dampak pada pola pikir terhadap nilai-nilai dan norma-norma masyarakat, hukum, dan agama. Seperti yang dilansir dari harian jateng bahwa Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan kasus penyalahgunaan narkoba di daerah ini selama 2014 paling dominan dilakukan remaja usia produktif atau setingkat mahasiswa. Budiharso menilai rumah kos di hampir masing-masing lingkungan kampus di daerah ini memiliki potensi menjadi tempat transaksi atau pemakaian narkoba. Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY mengungkapkan bahwa “ Fakta tersebut, terbukti dengan banyaknya penangkapan penyalahgunaan narkoba di rumah kost mahasiswa”.3 Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Yogyakarta dapat dilihat bahwa hasil penelitian BNN dengan Puslitkes UI Tahun 2011, Prevalensi DIY 2,8% dari jumlah penduduk rentan atau sekitar 69.700 orang, dengan kategori maksimal coba pakai 27,414 orang, teratur pakai 40,384 orang, pecandu suntik 1,717 orang, pecandu bukan suntik 24,822 orang dengan distribusi kelompok penyalahguna adalah pekerja, pelajar, WPS, dan anak jalanan. Adapun jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja,
3
Alfariz, “Wah Pengguna Narkoba Di DIY Didominasi Remaja”, http://beritajateng.net/wah-pengguna-narkoba-di-diy-didominasi-remaja/ , di akses tanggal 01/09/2016.
3
ekstasi, shabu, dan pil koplo. Penyalahguna dan peredaran gelap Narkoba baik di ingkat global, regional, dan nasional sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.4 Pada tabel 1.1 merupakan data ungkap kasus narkoba di Yogyakarta dari tahun 2008 – Juli 2014. Data tersebut diambil dari total ungkap kasus pada kabupaten di Provinsi Yogyakarta yaitu Sleman, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta dari beberapa jenis kasus diantaranya narkotika, psikotropika dan baya yang tersebar di masing-masing kabupaten. Tabel 1.1 Data Ungkap Kasus Narkoba di Provinsi DIY Tahun 2008 – Juli 2014 TAHUN No 1 2 3 4 5 6 7
Wilayah Kota Sleman Gunung Kidul Bantul Kulon Progo Polda DIY BNNP DIY TOTAL
2008 2009 2010 2011 2012 2013 100 58 3 17 7 127 0 312
89 58 4 25 10 86 0 272
85 48 8 32 23 66 0 262
58 45 18 42 29 84 0 276
57 41 20 30 18 92 0 258
84 47 33 54 20 117 2 357
Jan s/d Juli 2014 42 26 8 51 15 59 3 204
Jumlah 515 323 94 251 122 631 5 1941
Sumber : Diolah Dari Data BNNP DIY Tahun 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa di Provinsi Yogyakarta dari tahun 2008 - Juli 2014 terdapat 1941 kasus dengan data ungkap kasus tertinggi pada tahun 2013 yang mencapai 357 kasus. Dari data di atas menunjukkan bahwa masih belum adanya kesadaran masyarakat terhadap bahaya narkoba dengan belum 4
Data Kasus Narkoba di DIY,http://bnnp-diy.com/posting-234-data-ungkap-kasusnarkoba-di-diy-tahun-2008-sd-juli-2014.html, diakses tanggal 18/08/2016.
4
terlihat adanya penurunan yang signifikan terhadap kasus narkoba yang terungkap di Provinsi Yogyakarta. Dari data Laporan Tahunan BNNP Provinsi Yogyakarta pada tahun 2014 diperoleh data rekapitulasi tersangka narkoba per satuan wilayah umur tersangka yang diklasifikasikan dalam golongan umur 8-18 tahun, 19-24 tahun, 25-40 tahun dan lebih dari 40 tahun yang didapatkan dari beberapa sumber diantaranya Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Polresta Yogyakarta, Polres Sleman, Polres Bantul, Polres Kulon Progo, Polres Gunung Kidul dan BNNP Yogyakarta. Data tersebut digambarkan dalam Grafik 1.1, berikut : Gambar 1.1 Rekapitulasi Tersangka Narkoba Per Satuan Wilayah Umur Tersangka Tahun 2014.5
100 80 60 40 20 0 Polda DIY
Polresta Yogyakarta
8 - 18 Tahun
Polres Sleman 19 - 24 Tahun
Polres Bantul
Polres K.Progo
25 - 40 Tahun
Polres G.Kidul
BNNP DIY
> 40 Tahun
Sumber : Diolah dari data Laporan Tahunan BNNP DIY Tahun 2014. 5
Parvelensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2008, 2011, 2014 :http://103.3.70.3/portal/_uploads/post/2015/03/11/Laporan_BNN_2014_Upload_Humas_FIX.pdf diakses tanggal 18/08/2016.
5
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat penggunaan narkoba di Yogyakarta Jumlah tersangka narkoba persatuan wilayah umur di provinsi Yogyakarta rata-rata menunjukkan trend naik mulai dari usia 8 - 40 tahun dan mengalami penurunan di usia lebih dari 40 tahun. Berdasarkan tabel diatas angka pravelensi umur pada tingkat pertama menunjukan pada usia dewasa 25 - 40 tahun, sedangkan pada pravelensi kedua menunjukan pada usia remaja hingga dewasa awal 19 - 24 tahun. Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil kasus berdasarkan pravelensi umur 19 - 24 tahun. Lebih dari 90% korban penyalahgunaan narkotika adalah remaja. Remaja cenderung menjadi sasaran utama para pengedar obat/zat adiktif, karena sifat remaja yang dinamis, energik, dan cenderung menempuh hidup beresiko, mudah dimanfaatkan oleh pengedar obat/zat adiktif untuk menjerumuskan seorang remaja ke perbuatan negatif.6 Pada umumnya, remaja sekarang ini lebih cenderung mengikuti atau membentuk (kelompok) untuk menunjukan popularitas, membuat kegaduhan atau tawuran, dan mencoba untuk mengkonsumsi obatobatan guna untuk menenangkan pikiran. Pada awalnya, seseorang akan melakukan coba-coba karena adanya dorongan rasa penasaran dalam dirinya sendiri. Sekitar 72% anak sekolah menengah ke atas dilaporkan pernah mencoba alkohol, meskipun hanya 55% yang
6
Suhendar, “ Persepsi Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat/Zat Adiktif ”Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Vol.3:1 (Bandung : STKS, Juli, 2004), hlm. 409.
6
mengaku pernah mabuk. Sebagian remaja yang mencoba-coba untuk minum alkohol bisa berkembang menjadi penyalahguna atau ketergantungan.7 Berdasarkan survei terhadap para remaja di Amerika Serikat yang dikutip oleh Hidayatullah.com, diketahui bahwa sebagian besar dari para pecandu minuman keras dan narkoba melakukan kebiasaan buruk itu sejak usia remaja. Dilansir Reuters pada tanggal 03 April 2012, hampir empat dari lima orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka mulai mencoba-coba merasakan nikmatnya minuman beralkohol sejak awal masa remaja. Lebih dari 15 persen mengatakan menjadi pecandu menjelang usia 18 tahun dan 16 persen lainnya mengatakan menjadi pecandu saat usia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 18 persen remaja yang kini telah dewasa itu menjadi pecandu alkohol hampir selama hidupnya.Sementera 11 persen lainnya memenuhi kriteria pecandu narkoba.8 Melihat kondisi permasalahan yang terjadi saat ini terkait permasalahan narkoba, pemerintah mulai melakukan tindakan untuk mencegah peredaran dan pemakaian narkoba. Pemerintah terus meningkatkan upayanya dalam rangka memberantas peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba secara konsisten. Berbagai upaya telah dilakukan dari yang sifatnya pencegahan, penegakan hukum
7
Penyalahgunaan Obat Dan Penggunaan Zat Terlarang, http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=3096. diakses tanggal 01/04/2015. 8
Cholis Akbar, “Masa Remaja Awal Kecanduan Alkohol Dan Narkoba”,http://m.hidayatullah.com/iptekes/kesehatan/read/2012/04/04/1859/masa-remaja-awalkecanduan-alkohol-dan-narkoba.html#.V8g4zsuyTqA , diakses tanggal 01/09/2016.
7
maupun terapi dan rehabilitasi terhadap korban serta upaya lainnya, seperti pelatihan untuk para penegak hukum.9 Terkait upaya rehabitasi, terdapat berbagai bentuk rehabilitasi bagi para pecandu napza, seperti rehabilitasi berbasis masyarakat, rehabilitasi berbasis medis atau rumah sakit, rehabilitasi berbasis terapi komunitas, dan rehabilitasi berbasis pesantren atau agama. Salah satu tempat rehabilitasi yang berbasis agama adalah pondok pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Secara geografis pondok pesantren tersebut terletak di Dusun Tanjung Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Pondok tersebut merupakan pondok pesantren salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning kepada santrinya. Selain itu, Ponpes Al-Qodir juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti membantu dalam hal pembangunan karakter dan moral masyarakat. Oleh karenanya, tidak heran jika Ponpes ini memberikan pelayanan bagi korban penyalahgunaan napza dan gangguan jiwa karena adanya santri yang ingin sembuh dari kecanduan dan mengikuti terapi secara religi maupun sosial.10 Proses rehabilitasi berbasis agama tidak jauh berbeda dengan proses intervensi yang di gunakan oleh rehabilitasi lainnya. Hal yang membedakan dengan pusat rehabilitasi lainnya adalah metode atau proses pemberian terapi. Terapi yang digunakan dalam proses rehabilitasi agama adalah terapi dengan
9
M. Amir P. Ali dan Imran Duse, “Narkoba Ancaman Generasi Muda ”, hlm.10.
10
Dokumentasi Profil Pondok Pesantren Al-Qodir Sleman Yogyakarta, pada tanggal 12 September 2015.
8
landasan religius yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan seseorang. Hal pertama yang dilakukan dalam proses rehabilitasi berbasis agama di Pondok Pesantren Al-Qodir adalah proses penerimaan santri, setiap santri yang ingin masuk ke pondok pesantren wajib datang menemui kyai terlebih dahulu. Santri dan keluarga yang datang menemui kyai di pondok pesantren harus menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya. Setelah mengetahui tujuannya, pak kyai mulai bertanya apakah santri tersebut mau tidak untuk melakukan proses rehabilitasi, hal ini di karenakan mayoritas santri yang dating bukan dari keinginan santri itu sendiri melainkan disuruh oleh pihak keluarganya. Ketika kemauan tersebut datang dari diri sendiri , maka proses rehabilitasi pun akan mudah dilakukan. Setelah proses penerimaan ini maka santri yang masuk ke pondok di persilahkan untuk melihat situasi dan kondisi yang ada di pondok pesantren. Hal ini dilakukan agar santri mengetahui keadaan di pondok, sehingga santri pun akan lebih mudah untuk beradaptasi. Kemudian proses selanjutnya yaitu assessment santri yang menjalani rehabilitasi. Setelah assessment dilakukan maka para terapis memberikan terapi kepada para pecandu. Terapi yang digunakan dalam proses rehabilitasi adalah terapi sholat, terapi do’a, terapi mandi, dan terapi dzikir. Setelah melakukan terapi maka tahap selanjutnya melakukan evaluasi dan terminasi terhadap santri yang telah menjalani terapi. Proses rehabilitasi ini berjalan tiga bulan atau bahkan bisa lebih tergantung dari niat dan kemauan dari santri untuk sembuh. Ketika seorang santri dinyatakan sembuh, maka santri akan di pulangkan kepada keluarganya.
9
Pondok Pesantren mempunyai indikator untuk kesembuhan santri, indikator kesembuhan pecandu napza bisa dilihat dari beberapa hal yaitu bagaimana cara santri pecandu ini melakukan sholat. Ketika sholatnya sudah benar sesuai dengan aturan agama islam berarti santri tersebut dinyatakan sembuh atau kembali normal. Namu, ketika sholatnya hanya ikut-ikutan gerakan orang lain tanpa mengetahui aturannya maka santri tersebut masih belum bisa dikatakn sembuh. Kemudian indikator lainnya adalah bagaimana cara santri berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungan pondok. Ketika para santri pecandu ini sembuh, maka santri akan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dengan baik. Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta mempunyai tujuan untuk memanusiakan manusia atau menekankan prinsip humanis. Maksud dari memanusiakan manusia adalah Pondok Pesantren Al-Qodir tidak membedabedakan santri yang normal maupun yang bermasalah. Saat ini, santri Al-Qodir yang tinggal di pondok pesantren tercatat sebanyak 157 orang. Sedangkan santri tidak menetap, jumlahnya terdapat mencapai 400an orang.11 Santri tidak menetap ini adalah santri kalong yang merupakan santri yang datang hanya saat jam pelajaran. Sedangkan jumlah santri pecandu napza terdapat 24 orang santri. Definisi santri yang disebut terakhir ini adalah seseorang yang mengalami gangguan putus zat karena pemakaian zat adiktif ataupun napza yang kemudian sedang
melakukan
rehabilitasi
di
pondok
pesantren
Al-Qodir
guna
mengembalikan keberfungsian sosialnya. Santri yang mengalami hal tersebut akan 11
Dokumentasi Profil Pondok Pesantren Al-Qodir Sleman Yogyakarta, pada tanggal 12 September 2015.
10
mendapatkan pembelajaran agama lebih intensif guna mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk meningkatkan iman dan ketaqwaannya kembali sehingga dapat melepaskan diri dari pengaruh napza dan ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang. Santri yang sedang menjalani rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Qodir mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Adanya pendidikan yang keras, kurangnya kasih sayang, menjadikan seorang anak memberontak dengan peraturan yang ada didalam keluarga. Penyalahgunaan napza pada pecandu di Pondok Pesantren Al-Qodir terdapat penyebab yang awalnya merupakan permasalahan dari lingkungan keluarga sehingga menjadikan seorang pecandu merasa kesal, kecewa dan frustasi tanpa bisa mengontrol emosi diri dan mulai mengikuti kelompok bergaulnya di luar lingkungan keluarga. Dalam lingkungan bergaul, para pecandu mendapatka suasana yang dapat melupakan beban masalahnya, dari pertemanan inilah para pecandu mulai mengenal narkoba dan mengkonsumsinya. Adanya latar belakang keluarga pondok pesantren juga menjadikan pendidikan didalam keluarga menjadi keras terhadap anak. Kedisiplinan dan peraturan yang berlebihan menjadikan anak melenceng dari agama. Adanya penyalahgunaan napza berakibat pada keadaan fisik dan perubahan sikap pada seorang anak yang menyalahgunakan napza. Pemakaian terus menerus akan berakibat fatal seperti kematian karena overdosis. Overdosis ini pernah terjadi pada salah satu santri di Al-Qodir yang sedang menjalani rehabilitasi. Maka dari itu fokus penelitian ini akan mengarah pada faktor
11
penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan napza pada pecandu yang di rehabilitasi di pondok pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa saja faktor penyebab penyalahgunaan napza pada santri yang di rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta? 2. Apa saja dampak yang terjadi dari penyalahgunaan Napza oleh santri di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apa saja faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza oleh santri yang menjalankan rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut: 1.
Secara teoritis
a.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan dorongan bagi perkembangan pengetahun Ilmu Kesejahteraan Sosial dan praktek profesi pekerjaan sosial di Indonesia khususnya dalam studi pencegahan atau penanganan remaja dari penyalahgunaan Napza.
12
b.
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi ilmiah bagi pengembangan penelitian berikutnya terutama yang berkaitan dengan penyebab, pencegahan atau penanganan remaja penyalahgunaan napza di pondok pesantren AL-Qodir Yogyakarta.
2.
Secara Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi pondok pesantren AL-Qodir dalam melakukan penanganan dan bagi perkembangan penelitian selanjutnya.
b.
Dapat memberikan informasi tentang bahaya menyalahgunakan obat-obatan medis dan dapat memberikan informasi tentang cara pencegahan atau penanganan dari penyalahgunaan zat obat dan Napza.
E. Kajian Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah meninjau dan memahami beberapa hasil penelitian skripsi sejenis untuk digunakan sebagai bahan rujukan dan menghindari adanya persamaan pada penelitian yang akan dilaksanakan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Romiyaningsih yang berjudul “Terapi Doa dalam Menangani Penyalahgunaan Narkoba (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Qodir Wukisari Tanjung Cangkringan Sleman Yogyakarta)”. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada terapi doa yang digunakan pada proses rehabilitasi di pondok pesantren Al-Qodir. Temuan peneliti di lapangan menjelaskan bahwa metode terapi do’a yang diberikan oleh terapis atau pembimbing kepada pasien diantaranya untuk bisa lebih mendekatkan diri kepada
13
Allah SWT. Dengan memperbanyak dzikir dan do’a, masalah sembuh atau tidak itu tergantung Allah yang menentukan, manusia hanya berusaha semaksimal mungkin. Materi do’a yang diberikan adalah berupa do’a-do’a yang harus diamalkan oleh pasien pada setiap setelah melakukan ritual Shalat agar bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah.12 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muslimah yang berjudul “Terapi Mandi Terhadap Pecandu Narkotika Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta”. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut ialah, media air dapat di jadikan sebuah alternatif terapi di Pondok Pesantren Al-Qodir bagi pecandu narkotika. Bentuk terapi mandi yang diterapkan di pondok mampu memberikan penyembuhan kepada orang-orang yang mengalami kecanduan narkotika. Peneliti menjelaskan proses terapi mandi yang digunakan dan maanfaatnya menerapkan terapi mandi bagi pecandu narkotika di Ponpes AlQodir. Manfaat yang didapat dari terapi mandi adalah dapat mengembalikan syaraf-syaraf yang telah rusak akibat menggunakan narkoba, mengetes tingkat kecanduan yang dialami oleh klien, memperlancar aliran darah, dan mencegah serta mengobati penyakit. Secara psikis terapi mandi ini mampu membersihkan jiwa dari dosa karena telah mengkonsumsi narkotika yang diharamkan oleh Allah SWT.13
12
Romiyaningsih, Terapi Doa Dalam Menangani Penyalahgunaan Narkoba (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Qodir Wukisari Tanjung Cangkringan Sleman Yogyakarta), skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007). 13
Muslimah, Terapi Mandi Terhadap Pecandu Narkotika Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014).
14
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maesyaroh Nurohmah yang berjudul “Terapi Gangguan Jiwa : Proses Terapi Humanis Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta”. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut ialah, terapi humanis yang diterapkan oleh Ponpes Al-Qodir ini sangat memanusiakan manusia, terapi humanis
ini meyakini bahwa individu
dimotivasikan oleh pertumbuhan positif kearah keparipurnaan (kelengkapan), kesempurnaan, keunikan pribadi dan pemenuhan diri sendiri. Dalam menangani klien, Pondok Pesantren Al-Qodir memperlakukan klien layaknya santri yang hidupnya normal dengan cara yang normal, dan dengan cara yang humanis. Bentuk terapi mandi yang diterapkan di pondok mampu memberikan penyembuhan kepada orang-orang yang mengalami kecanduan narkotika, dengan cara terapi humanis ini dapat membuat klien yang mengalami gangguan jiwa lama-lama mampu bertindak normal karena adanya kebiasaan yang di terapkan di pondok.14 Dari beberapa penelitian di atas, penelitian tersebut fokus kepada proses penanganan selama rehabilitasi, yaitu fokus pada terapi yang digunakan dalam proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta. Persamaan penelitian ini terdapat pada lokasi penelitian yang terletak di Pondok Pesantren Al-Qodir, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kemudian yang membedakan penelitian ini ialah belum ada penelitian yang membahas tentang faktor penyebab penyalahgunaan 14
Maesyaroh Nurohmah, Terapi Gangguan Jiwa : Proses Terapi Humanis Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015).
15
napza. Peneliti ingin menekankan pada faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan napza di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
F. Kerangka Teori 1.
Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza Penyalahgunaan napza adalah penggunaan zat secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit.15 Orang menggunakan bahkan mencandu
napza
karena
adanya
sensasi
psikologis
berupa
perasaan
menyenangkan yang muncul setelahnya. Faktanya, semua zat yang masuk ketubuh manusia akan diproses secara fisiologis sebelum akhirnya dinilai oleh otak; enak atau tidak enak, nyaman atau tidak nyaman.16 Ketidaktahuan tentang narkoba adalah awal pemakaian yang dapat merubah sikap pemakainya. Banyak penyalahguna narkoba yang tidak tahu bahwa yang dikonsumsinya adalah narkoba. Pedagang, pengedar dan bandar narkoba memiliki strategi marketing yang sangat jitu, sehingga tanpa sadar rakyat dijerat masuk perangkap. Mencakup permasalahan penyebab penyalahgunaan napza ini, peneliti merujuk kebeberapa teori tekait dengan penyimpangan sosial yang
15
Jenny Marlindawani purba, dkk,“AsuhanKeperawatan”, hlm. 2.
16
Reza Indragiri Amriel, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba, (Jakarta : Salemba Humanika, 2008), hlm.27.
16
merupakan sebab dan akibat dari adanya penggunaan narkoba yang di salah gunakan. a.
Teori Anomie Menurut Durkheim dalam bukunya Frank E. Hagan17 yang berjudul
pengantar kriminologi, teori, metode dan perilaku kriminal, teori Anomie menggambarkan keadaan deregulation di dalam masyarakat. Keadaan deregulasi oleh diartikan sebagai tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat dalam masyarakat dan orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain. Keadaan deregulation atau normlessness atau kebijakan pemerintah inilah yang menimbulkan perilaku deviasi (penyelewengan terhadap norma-norma dan nilainilai). Pada tahun 1938 Merton dalam bukunya Frank E Hagan, mengambil konsep anomi untuk menjelaskan perbuatan deviasi di Amerika.18 Pada kondisi deregulation, orang dapat menerima atau menolak tujuan budaya dan cara-cara yang ditetapkan dengan tujuan dan mungkin menggantinya dengan tujuan dan cara-cara yang tidak disetujui secara budaya. Teori anomi disebut juga dengan teori tekanan, karena alasan adanya teori anomi adalah untuk mengatasi tekanan, salah satunya merupakan konformitas sedangkan lainnya adalah penyimpangan.19 Menurut Merton dalam bukunya Jokie M.S Siahaan20, mengatakan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat tujuan-tujuan tertentu yang ditanamkan kepada 17
Frank E. Hagan, Pengantar Kriminologi, Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal, (Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 211. 18
Ibid., hlm. 211-212.
19
Jokie, M.S Siahaan, Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi, hlm.118.
20
Jokie, M.S Siahaan, Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi, hlm.117.
17
seluruh warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana-sarana yang dapat dipergunakan. Tetapi dalam kenyataan tidak setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana yang tersedia. Hal ini menyebabkan penggunaan cara yang tidak sah dalam mencapai tujuan. Dalam setiap masyarakat selalu terdapat struktur sosial. Struktur sosial, yang berbentuk kelas-kelas, menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan kesempatan dalam mencapai tujuan. Keadaan-keadaan tersebut (tidak meratanya sarana-sarana serta perbedaan perbadaan struktur kesempatan) akan menimbulkan frustasi di kalangan para warga yang tidak mempunyai kesempatan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian ketidakpuasan, konflik, frustasi dan penyimpangan muncul karena tidak adanya kesempatan bagi mereka dalam mencapai tujuan.21 cara adaptasi individu dalam rangka mencapai tujuan budaya :22 1) Inovasi, merupakan adaptasi yang masih menerima tujuan budaya, namun dengan cara yang tidak sah. Misalnya untuk mendapatkan uang, seseorang mencuri, dan atau menggelapkan uang. 2) Retreatisme, merupakan adaptasi dimana seseorang meninggalkan tujuan budaya dan cara memperolehnya. Misalnya, mengkonsumsi narkotika dan mabuk-mabukan. 3) Pembangkangan, merupakan adaptasi yang memperlihatkan ketidakteraturan sistem yang menciptakan tujuan budaya. Adaptasi ini akan membentuk
21
22
Ibid., hlm.117.
Ibid., hlm.118-119.
18
tatanan sosial yang baru untuk menciptakan tujuan budaya dan cara memperoleh tujuan yang baru tersebut. Gambaran penjahat dan penyimpangan adalah orang yang berusaha mencari jalan keluar dari tekanan yang dihasilkan oleh masalah dan penilaian yang dibudayakan secara sosial.23 Dalam kasus penyalahgunaan napza, seseorang akan menyalahgunakan napza jika orang tersebut telah memiliki masalah dalam lingkup tempat tinggal. Adanya rasa frustasi dan tekanan dalam diri sendiri menjadikan seseorang akan mencari penyelesaian secara instan tanpa mengetahui efek dari yang telah di perbuatnya. b.
Teori Pelabelan / Labeling Teori Labeling merupakan teori
yang merujuk pada pemikiran
interaksionis (berfokus pada reaksi sosial). Pemikiran ini melihat penyimpangan dengan cara subjektif dalam melihat suatu permasalahan penyimpangan. Teori Labeling menolak jika penyimpangan merupakan suatu tindakan yang melanggar norma, namun teori ini lebih melihat bahwa penyimpangan merupakan suatu hal yang bersifat relatif.24 Proses pemberian label, merupakan penyebab seseorang untuk menjadi jahat. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemberian label :25 a.
Adanya label akan menimbulkan perhatian masyarakat terhadap orang yang diberi label. Hal ini, akan menyebabkan masyarakat di sekitarnya 23
Ibid.
24
Jokie, M.S Siahaan, Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi, hlm.127.
25
Ibid., hlm. 110.
19
memperhatikan terus menerus orang yang diberi label, maka hal ini akan terbentuk Attachment Partial. b.
Adanya label mungkin akan diterima oleh individu tersebut dan berusaha untuk menjalankan sebagaimana label yang dilekatkan pada dirinya. Dalam istilahnya hal ini akan menjadi Secondary Deviance. Pelabelan ini akan mengurangi akses seseorang yang diberi label terhadap
kesempatan yang sah dan mendorong mereka berpaling ke kesempatan yang tidak sah untuk mencapai tujuan. Pelabelan ini mungkin akan mengurangi ketertarikan mereka pada orang konvensional sebagai teman dan asosiasi. Pada akhhirnya mereka akan berpaling ke para kriminal dan delikuen untuk mendapatkan respon.26 Dalam kasus penyalahgunaan napza ini, seseorang yang telah diberikan label oleh masyarakat akan menjadikan pengguna napza menarik diri dari lingkungannya dan lebih memilih menerima pelabelan tersebut sehingga pengguna napza akan memilih berada pada lingkungan yang sama dengan apa yang telah dialaminya. Seorang pengguna napza akan menerima pemberian label tersebut karena dilingkungan tempat tinggal dan bergaul mayoritas juga pemakai napza. Para pengguna napza akan merasa lebih di hargai jika bergaul dalam lingkungan yang sama. c.
Teori Differential Association Teori Differential Association menyatakan bahwa perilaku kriminal
dipelajari dengan melibatkan semua mekanisme yang terlibat dalam proses belajar
26
Jokie, M.S Siahaan, Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi, hlm.128.
20
lainnya. Juga dinyatakan bahwa “kejahatan merupakan ekspresi dari nilai kebutuhan umum karena perilaku kriminal merupakan ekspresi dari nilai dan kebutuhan yang sama”. Jadi, seseorang dapat melakukan kejahatan karena frustasi atau keinginan akan kebahagiaan, status, atau mengekspresikan keinginan dan kondisi jiwa dalam perilaku kriminal daripada yang berkesesuaian dengan hukum.27 Teori Asosiasi Diferensial tidak ditujukan pada isu asal mula kejahatan dalam masyarakat, melainkan justru berkonsentrasi pada penyebaran sikap dan perilaku kriminal. Hal ini adalah sebuah teori behavioristik “perilaku sebelumnya menyebabkan perilaku sesudahnya” dan mengandung sebuah “determinisme sosial lunak”, yaitu eksposur dengan kelompok tidak menyebabkan melainkan mendorong individu ke arah perilaku kriminal atau menyebabkan mereka memandang perilaku itu lebih bisa diterima. Adanya pengaruh dan kebiasaan mengkonsumsi narkoba merupakan pembelajaran dari respon otak untuk meyakini rasa dan efek yang ditimbukan dari narkoba itu enak atau tidak enak. Dalam kasus penyalahgunaan napza, seseorang akan mengalami pembelajaran dari lingkungan bergaul/teman. Adanya ketertarikan pada napza menjadikan seseorang merasa penasaran sehingga ikut mencontoh temantemannya yang merupakan pecandu napza. Proses pembelajaran dalam mengenal napza ini dianggap lebih bermanfaat bagi para pecandu napza karena efek yang diberikan oleh napza lebih terlihat cepat dibandingkan dengan berfikir logis dalam penyelesaian masalah. Meskipun dalam proses pembelajaran membutuhkan biaya 27
Ibid., hlm.106-107.
21
yang banyak pula, para pecandu tetap akan mengkonsumsi napza sebagai alat penyelesaian masalahnya karena ingin melupakan masalahnya dan mendapatkan efek kesenangan. Penyalahgunaan napza merupakan penggunaan obat yang sudah melebihi batas penggunaan dengan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan sensasi yang
menyenangkan
bagi
para
pengguna
napza
itu
sendiri.
Adanya
penyalahgunaan napza merupakan penyebab dari tidak bisanya seseorang berfikir secara logis dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. Adanya efek yang dapat membantu menyelesaikan masalah secara langsung menjadikan seseorang kecanduan dan ingin mencoba lagi. Adapun beberapa faktor penyebab seseorang menyalahgunakan napza : 1.
Faktor Keluarga Keluarga seharusnya menjadi tempat untuk menikmati kebahagiaan dan
curahan kasih sayang, namun pada kenyataannya keluarga sering kali menjadi pemicu anak untuk memakai narkoba karena keadaan keluarga itu kacau ataupun tidak harmonis. Adanya komunikasi yang buruk antara ayah, ibu, dan anak sering kali menimbulkan konflik yang tidak kunjung usai. Konflik didalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa frustasi, sehingga terjebak untuk memilih narkoba sebagai solusi. Adapun hal-hal yang dapat menyudutkan anak kearah narkoba adalah :28
28
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaanya, (Jakarta : Esensi Erlangga Group, tt.), hlm 77.
22
1. Anak merasa kurang mendapat kasih sayang dalam keluarga, merasa kesal, kecewa, dan kesepian. 2. Anak merasa kurang dihargai, kurang mendapatkan kepercayaan, dan selalu dianggap salah. 3. Anak mengalami konflik dengan orang tua dalam masalah memilih pasangan hidup, atau menentukan pilihan profesi, cita-cita dan sebagainya. 4. Anak kesal dan kecewa karena ayah dan ibunya kurang harmonis atau broken home.
2.
Faktor Orang Lain Adanya pengaruh dari orang lain dapat mempengaruhi seseorang untuk
menggunakan narkoba. Bentuk pengaruh orang lain itu dapat bervariasi, mulai dari bujuk rayu, paksaan, rasa setia kawan, sampai ke tipu daya. Akibat pengaruh adanya paksaan, banyak anak muda yang mengawali pemakaian narkoba karena dipaksa oleh sekawanan atau seseorang yang mengancam akan mencelakainya. Banyak pelajar atau mahasiswa mengawali kebiasaan memakai narkoba dari keadaan terpaksa, terkadang melalui proses diancam oleh sekawanan preman yang menghadang ditengah jalan. Karena hal inilah tidak menutup kemungkinan yang berasal dari keluarga harmonis juga akan terjerumus untuk pemakaian narkoba.29 Selain itu, adanya rasa setia kawan dalam kelompok pamakai narkoba juga sangat berpengaruh, bila temannya memakai narkoba ia akan ikut memakai, bila temannya dimarahi oleh keluarga dan temannya ia akan bersimpati, sikap yang
29
Ibid., hlm. 79.
23
seperti ini akan menyebabkan anak terpengaruh dan ikut-ikutan.30 Dalam hal tipu daya pengedar narkoba akan mulai menipu maupun menjebak kita. Pengedar narkoba sangat pandai dalam hal pemasaran, ia akan menawarkan narkoba sebagai vitamin, food supplement, pil sehat, pil pintar, dan sebagainya. Dengan tipuan ini, banyak korban dari kalangan keluarga harmonis ikut terjerumus mencicipi narkoba. Mulanya karena tipu daya, namun akhirnya setelah terjebak karena sudah terlanjur mengkonsumsi tanpa mengetahui bahwa itu adalah narkoba, maka mereka semua mulai terbiasa.31
3.
Faktor Internal Seseorang yang menyalahgunakan napza mempunyai alasan internal.
Alasan internal ini dapat berupa karena ingin dianggap hebat, adanya ketidaktahuan dan rasa ingin tahu, dan adanya perasaan kecewa, frustasi, atau kesal. Perasaan ingin tahu biasanya dimiliki oleh generasi muda pada umur setara SD, SLTP, SLTA. Bila dihadapkan sekelompok anak muda ada yang memperagakan nikmatnya narkoba maka itu didorong oleh naluri alami anak muda yaitu, keingintahuan. Selain di dorong oleh keingintahuan keberanian juga karna didesak oleh gejolak dalam jiwanya yang ingin dianggap hebat dan pemberani.32 Ingin dianggap hebat merupakan sifat alami yang positif, namun karena ketidaktahuan sifat positif ini juga dapat dipakai oleh masalah negatif. Bila sikap ingin berkompetisi ini diarahkan kepada hal yang menjerumuskan kepada 30
Ibid., hlm. 73.
31
Ibid., hlm. 78.
32
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaanya, hlm. 72.
24
narkoba, maka akan berakibat yang sangat merugikan kaum muda, yaitu seperti kegagalan hidup dan kesengsaraan. Pemakai narkoba hanya dianggap hebat oleh lingkungan kecil pemakainya. Sedangkan dimasyarakat luas mengkonsumsi narkoba akan menuai cerca dan nista.33 Karena ketidaktahuan akan barang narkoba, pada awalnya seseorang akan memakai narkoba karena mengharapkan kenikmatan seperti :34 1. Nikmat bebas dari rasa kesal, kecewa, setres, takut, frustasi 2. Nikmat bebas dari rasa sakit, pusing 3. Nikmat rasa tenang, tentram dan damai. Saat mulai mencoba, perasaan nikmat tersebut tidak langsung bereaksi dan muncul, yang muncul justru perasaan berdebar, kepala berat, dan mual. Namun, setelah pemakaian kedua atau ketiga, kenikmatan memang terasa. Bentuk kenikmatannya berbeda-beda, tergantung dari jenis narkoba yang dipakai. Alasan seseorang memakai narkoba beragam, sebagian besar karena tidak tahu bahwa yang dikonsumsi adalah narkoba. Ketidaktahuan ini menyangkut banyak hal, misalnya tidak tahu apa itu narkoba atau tidak mengenali narkoba, tidak tahu bentuknya, tidak bisa membedakan mana obat pil untuk kesehatan dan pil ekstasi narkoba, tidak tahu akibatnya terhadap fisik, tidak paham akibatnya terhadap diri sendiri,
keluarga,
masyarakat,
dan
bangsa.
Ketidaktahuan
inilah
menyebabkan orang mulai memakai narkoba.35
33
Ibid., hlm. 73.
34
35
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaanya, hlm. 70.
Ibid., hlm. 71.
yang
25
Alasan lainnya adalah karena adanya rasa kecewa, frustasi, atau kesal. seseorang yang merasa kecewa, frustasi akan melampiaskan atau mengendalikan suatu emosinya dengan beralih ke narkoba atau mengkonsumsi narkoba. Penggunaan narkoba pada kelompok ini bertujuan untuk sesaat melupakan kekecewaan, kekesalan dan frustasi. Menurut mereka yang mengkonsumsi, narkoba dapat dipakai untuk melupakan kegagalan hanya sesaat, tetapi tidak untuk mengatasi masalah yang sesungguhnya.36 3.
Dampak Penyalahgunaan Napza Dampak dari obat-obatan sangat beragam dan bergantung pada beberapa
faktor, yaitu usia, jenis zat yang digunakan, cara menggunakan, dan lama penggunaan. Dampak obat-obatan beragam karena zat yang terkandung di dalam setiap obat atau narkoba juga berbeda, dan masinng-masinng zat tersebut memiliki efek dan dampaknya masing-masing terhadap bagian atau organ tubuh serta susunan syaraf kita. Adiksi terhadap narkoba berdampak tidak hanya pada aspek fisik dan mental seseorang, tetapi juga pada keadaan emosional dan spiritual yang bersangkutan.37 Adapun beberapa dampak yang di peroleh dari penyalahgunaan obat, sebagai berikut :38
36
Ibid., hlm. 73.
37
M. Amir P. Ali dan Imran Duse, Narkoba Ancaman Generasi Muda, (Samarinda :Gerpana Kaltim, 2007), hlm.3-4. 38
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya, (Jakarta : Esensi Erlangga Group,tt.), hlm.31-34.
26
a.
Dampak terhadap Fisik Pemakaian narkoba dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan menjadi
sakit sebagai akibat langsung adanya narkoba dalam darah, misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung, usus, dan sebagainya. Kerusakan jaringan pada organ tubuh akan merusak fungsi organ tubuh tersebut sehingga berbagai penyakit timbul. Pemakai narkoba juga dapat terkena penyakit infeksi, seperti hepatitis, HIV/AIDS, sifilis, dan sebagainya. Kuman atau virus masuk ke tubuh pemakai karena cara pemakaian narkoba. b. Dampak terhadap Mental dan Moral Pemakaian narkoba menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak, syaraf, pembuluh darah, darah, tulang, dan seluruh jaringan pada tubuh manusia. Kerusakan jaringan itu kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel organ tubuh dan kerusakan organ menyebabkan terjadinya gangguan fungsi organ yang dapat mendatangkan stress sehingga pelaku dapat mengalami kematian akibat serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan lain-lain. Semua penyakit tersebut dapat mendatangkan suatu perubahan sikap, sifat, dan perilaku. Pemakai narkoba berubah menjadi tertutup karena malu akan dirinya, takut mati, atau takut perbuatannya diketahui. Karena menyadari buruknya perbuatan yang di lakukan, pemakai narkoba berubah menjadi pemalu, rendah diri, dan sering merasa sebagai pecundang, tidak berguna, dan menganggap dirinya sebagai sampah masyarakat.
27
Sebagai akibat dari adanya sifat jahat narkoba yang khas, pemakai narkoba berubah menjadi orang yang egois, eksklusif, paranoid (selalu curiga dan bermusuhan), jahat (psikosis), bahkan tidak peduli terhadap orang lain (asosial). c.
Dampak terhadap Keluarga, dan Masyarakat Pemakai narkoba tidak hanya mengalami gangguan kesehatan fisik, dan
banyaknya penyakit akibat kerusakan fungsi organ.Selain itu, kerusakan yang tidak kalah bahayanya adalah gangguan psikologis serta kerusakan mental dan moral. Jika dari sudut pandang masalah psikologi, yaitu gangguan keharmonisan rumah tangga karena munculnya rasa malu pada diri ayah, ibu, dan saudarasaudaranya kepada tetangga dan masyarakat. Masalah ekonomi atau keuangan yaitu banyak uang terbuang untuk berobat dalam jangka waktu lama. Banyak uang dan barang yang hilang karena dicuri atau dijual oleh pemakai untuk membeli narkoba. Kemudian masalah kekerasan dan kriminalitas, yaitu munculnya kekerasan dalam keluarga: perkelahian, pemaksaan, penganiayaan, bahkan pembunuhan sesama anggota keluarga. Kejahatan seperti itu dapat menyebar ke tetangga, lalu ke masyarakat luas. Dimulai dari masalah narkoba hingga akhirnya dapat memicu masalah-masalah lain yang lebih luas dan berbahaya, seperti kriminalitas, prostitusi,korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain lain.
28
d. Dampak Emosional Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampakn baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba ia bisa berubah menjadi orang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan memukuli siapapun yang ada di dekatnya. Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu seringkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul dalam dirinya.Perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan, karena pecandu adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam.Para pecandu seringkali diselimuti oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna, dan depresi mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri.39 e.
Dampak Spiritual Secara spiritual, narkoba adalah pusat hidupnya dan bisa dikatakan
menggantikan posisi Tuhan. Tidak menganggap Tuhan itu ada, jadi lebih memilih untuk berbuat yang dilarang oleh tuhan daripada harus mengikuti ajaran Tuhan, karena narkotika dapat memberikan efek yang sangat cepat di bandingkan dengan beribadah kepada tuhan. Adiksi terhadap narkoba membuat pengguna narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri. Mereka yang menjadi pecandu narkoba tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi, dan lain-lain. Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua aspek hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari 39
M. Amir P. Ali dan Imran Duse, “Narkoba Ancaman Generasi Muda”, hlm.43-44.
29
bahwa pemulihan bagi seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, tetapi juga agama, psikologi dan sosial.40
4.
Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Adanya penyalahgunaan yang semakin marak di setiap wilayah ini
menjadikan pemerintah lebih memperhatikan keadaan warganya sehingga di bentuklah beberapa upaya penanggulangan napza. Lima bentuk penanggulangan masalah narkoba, yaitu :41 a.
Promotif Promotif merupakan program pembinaan. Program ini di tujukan kepada
masyarakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Prinsipsinya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera. b. Preventif Preventif disebut juga program pencegahan. Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenalnarkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya.Bentuk kegiatan pencegahan dapat berupa (1) kampanye anti penyalahgunaan narkoba, (2) penyuluhan seluk beluk narkoba, (3) pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya / peer group, (4) upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat.
40
Ibid.,hlm.46-47.
41
Subagyo Partodiharjo, “Kenali Narkoba”, hlm.100-107.
30
c.
Kuratif Kuratif disebut juga program pengobatan. Program kuratif ini ditujukan
kepada pemakai narkoba.Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Pemakaian narkoba sering diikuti oleh masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta gangguan mental dan moral, pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba secara khusus. d. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar pemakai tidak menggunakan kembali narkoba dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba. e.
Represif Program represif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar,
pengedar, dan pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain mengendalikan produksi dan distribusi, program represif berupa penindakan juga dilakukan terhadap pemakai sebagai pelanggar undang-undang tentang narkoba.
31
G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur atau cara sistematis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu penelitian.42 Untuk mempermudah proses pengambilan data penelitian perlu menentukan bagaimana cara kerja penelitian ini dengan point-point sebagai berikut : 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.43 Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan. Ide penting penelitian ini adalah bahwa peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah yang terjadi.44 Jenis penelitian ini digambarkan agar dapat memberikan pemahaman dan penafsiran secara mendalam mengenai faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza pada santri pasien di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
42
Sedarmayanti Dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2002), hlm.25. 43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penyusunan Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 6. 44
Ibid., hlm. 26.
32
2.
Subyek dan Obyek Penelitian
a.
Subyek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, teknik pemilihan subyek yang digunakan
adalah Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin orang tersebut sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.45 Subyek penelitian yang menjadi sumber data dalam penelitian ini meliputi: 1) Kepala pondok pesantren AL - Qodir, ketua ponpes ibarat manajer yang memimpin dan bertanggungjawab atas jalannya proses rehabilitasi atau proses penanganan korban napza di pondok pesantren Al-Qodir Yogyakarta. 2) Lurah Pondok yang menangani santri di Pondok Pesantren Al-Qodir. Tentu beliau memiliki pengalaman untuk mengarahkan segenap tenaga kerja merehabilitasi dan atau melakukan penanganan terhadap seseorang yang mengkonsumsi zat adiktif, alkohol, narkotika dan psikotropika. 3) Lima santri yang sedang menjalani rehabilitasiterkait penyalahgunaan napza di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. 4) Keluarga, dan Masyarakat / Tetangga.
45
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 54.
33
b.
Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini berkenaan dengan faktor penyebab dan
dampak dari penyalahgunaan napza oleh santri di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
3.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta
yang berlokasi di Dusun Tanjung, Kecamatan Wukirsari Cakringan, Sleman, Yogyakarta. Pondok pesantren Al-Qodir merupakan pondok salafiah uyang mengajarkan kitab-kitab klasik, namun tidak hanya sebagai tempat untuk menimba ilmu agama saja. Pondok pesantren al-qodir juga memberikan pelayanan sosial untuk membantu meringankan beban pemerintah dengan ikut andil memberikan pelayanan rehabilitasi bagi para pecandu napza, dan gangguan kejiwaan.
4.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah pekerjaan penelitian yang tidak dapat dihindari
dalam kegiatan penelitian karena teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis untuk mencapai tujuan pokok penelitian yaitu mendapatkan data.46 Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
46
164.
M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur,“Metodologi Penelitian Kualitatif”,hlm.163-
34
a.
Observasi Metode observasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.47Observasi dilakukan dengan tekniknon-partisipan yaitu pengamat berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.48 Dalam observasi ini, peneliti mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung lingkungan objek. Obyek yang diamati diantaranya kondisi kelembagaan secara administrasi, fasilitas, program-program pondok pesantren, situasi kondisi penghuni dan pondok pesantren. b.
Wawancara Wawancara merupakan suatu cara atau metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan menggunakan indera mulut atau lidah.49 Wawan cara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancara, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.50 Proses penggalian data penelitian ini dengan wawancara yang terstruktur menggunakan pedoman, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai 47
Ibid.,hlm.165.
48
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2002),
hlm.70. 49
Soeprapto, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), hlm.65
50
Lexy J. Moleong, “metode penelitian kualitatif”, hlm. 96.
35
faktor dan dampak penyalahgunaan napza pada santri di Pondok Pesantren AlQodir Yogyakarta. Kemudian pemilihan informan yang ditentukan bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam menggali informasi, karena informan yang telah ditentukan dianggap mampu memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti oleh peneliti. c.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu teknik penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan gambar mengenai lingkungan yang terkait dengan penelitian. Gambar yang dihasilkan bukan untuk dianalisis seperti yang dilakukan psikolog ketika menganalisis kepribadian individu, tetapi teknik tersebut hanya membantu peneliti untuk lebih memperdalam pengungkapan data dan informasi yang kurang terungkap melalui teknik lain.51 Dokumen-dokumen yang dapat dikumpulkan berupa deskripsi kerja, laporan tahunan, brosur informasi Pondok Pesantren, buku, website, gambar dan dokumen-dokumen lain terkait dengan faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza pada santri di Pondok Pesantren AlQodir Yogyakarta.
5.
Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan
51
Hamid Patilima, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 74.
36
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama lapangan, dan setelah selesai di lapangan.52 Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman :53 a.
Proses Reduksi Data Proses reduksi data merupakan proses penyeleksian dan pemilihan semua
data temuan dari lapangan yang telah diperoleh dari hasil proses wawancara, observasi, dan dokumentasi terkait faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza pada santri di pondok pesantren al-qodir sleman Yogyakarta. Reduksi data berfungsi untuk menggolongkan, menajamkan, mengarahkan serta membuang yang tidak perlu sehingga interpretasi bisa ditarik. b.
Proses Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari survey disusun kedalam urutan dan teks yang bersifat naratif sehingga strukturnya dapat dipahami. Penyajian data bertujuan untuk memudahkan dalam membaca dan menarik kesimpulan.
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2013),
hlm.333. 53
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm.91.
37
c.
Proses Penarikan Kesimpulan Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.54 Proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah, berdasarkan hasil yang dikumpulkan dengan dianalisis terlebih dahulu sehingga bisa dipahami secara jelas. 6.
Keabsahan Data Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi,yaitu
teknik untuk memperbaiki kemungkinan-kemungkinantemuan dan interpretasi akan dapat dipercaya. Data yang diperoleh dicek kembali pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda atau dicek dengan menggunakan sumber yang berbeda.55 Triangulasi sumber data ini peneliti gunakan sebagai uji keabsahan data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yang berbeda. H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada penelitian digunakan untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman terhadap isi skripsi. Oleh sebab itu sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu: 54
Ibid., hlm.99.
55
M.Djuanaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, hlm.317-318.
38
Bab I, adalah pendahuluan yang berisi mengenai penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hasil tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian yang digunakan dan sistematika pembahasan.
Bab II, adalah gambaran umum mengenai pondok pesantren Al-Qodir Yogyakarta yang terdiri dari sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi ponpes,program kegiatan-kegiatan yang dilakukan di ponpes.
Bab III, adalah pembahasan atas jawaban dari rumusan masalah berdasarkan hasil temuan di lapangan, yaitu mengenai faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza pada santri di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.
Bab IV, adalah bab penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian dari temuan lapangan dan analisis data yang kemudian memberikan saran-saran yang membangun bagi pondok pesantren maupun kebijakan yang terkait.
91
BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai : Faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari Penyalahgunaan Napza Pada Santri studi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Aka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Faktor penyebab santri sebagai korban penyalahgunaan napza studi kasus di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta di pengaruhi oleh beberapa faktor. penyebab santri menyalahgunakan napza adalah adanya faktor keluarga, faktor internal, dan faktor orang lain. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan, secara tidak langsung akan membentuk perubahan sikap pada seseorang sehingga membawa orang tersebut kepada permasalahan narkoba. Dalam hal ini, santri yang menjadi subjek penelitian ini mempunyai alasan keluarga dikarenakan kurangnya perhatian, dan kasih sayang dari orang tua, kemudian adanya didikan yang keras dari orang tua. Berawal dari faktor keluarga yang menjadikan seorang santri merasa kesal, kecewa, stress dan frustasi hingga akhirnya memilih jalan tercepat dalam menyelesaikan masalah ingin mencari kesenangan dengan berlari mencari teman-temannya yang dianggap mampu memberikan kesenangan. Lingkungan pertemanan juga yang menjadi alat santri mulai mengenal napza. Adanya bujuk rayu, ajakan, dan efek kesenangan dari menyalahgunakan
napza
inilah
hingga
akhirnya
santri
mulai
92
mengkonsumsi dan menyalahgunakannya. Dalam faktor pembelajaran, pengaruh dan kebiasaan mengkonsumsi narkoba merupakan proses pembelajaran. Karena awal melihat dari teman yang mengkonsumsi napza menjadikan timbul rasa penasaran sehingga menjadikan seseorang tertarik untuk mengkonsumsi narkoba. 2. Pemakaian dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif dari penggunaan napza. Dampak yang ditimbulkan berupa dampak fisik yang merusak organ tubuh, dampak masyarakat yang dapat meresahkan warga, dampak keluarga yang membuat keluarga kurang merasa percaya kepada si pecandu, dalam hal perekonomian menjadi lemah karena habis untuk membeli narkoba, dampak yang paling berbahaya adalah kematian akibat overdosis.
B. Saran-Saran Setelah dilakukan penelitian tentang Faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari Penyalahgunaan Napza Studi Kasus Pada Santri di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta. Berikut penjelasannya : 1.
Bagi Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta Peneliti cukup apresiasi terhadap pondok pesantren al-qodir karena sudah peduli terhadap para pecandu narkotika dan berupaya untuk membantu para pecandu agar bisa sadar dan tidak terjerumus kembali dengan menyalahgunakan obat-obatan terlarang tersebut. Namun disini peneliti menyarankan kepada Pondok Pesantren Al-Qodir untuk menambah jumlah terapis agar memudahkan dalam proses penyembuhan. Adanya tenaga medis,
93
pekerja sosial dan psikolog juga di perlukan dalam proses rehabilitasi yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-Qodir. Perlu adanya pengawasan yang lebih intens dalam memeberikan pelayanan bagi santri pasien yang kabur dari Pondok Pesantren Al-Qodir. 2.
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti hal yang sama dengan penelitian ini hendaknya memperluas cakupan penelitian tidak terbatas pada ruang lingkup terapi, penyebab dan dampaknya saja, melainkan dilihat dari aspek psikis dan sosial para santri pasien. Karena peneliti melihat bahwa penyembuhan yang paling penting adalah penyembuhan secara psikis dan sosial santri pasien.
94
DAFTAR PUSTAKA Buku Amriel, Reza Indragiri, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba, Jakarta: Salemba Humanika, 2008. Ghony, M.Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : AR Ruzz Media, 2012. Hagan, Frank E, Pengantar Kriminologi, Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal,Jakarta : Kencana, 2013. Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Lain. Jakarta : PT Gramedia, 1989. Lestari, Sri, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga, Jakarta : Kencana, 2012. Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. M.S Siahaan, Jokie, Perilaku Menyimpang Pendekatan Sosiologi, Jakarta : PT Indeks, 2009. P. Ali, M. Amir dan Imran Duse, Narkoba Ancaman Generasi Muda, Samarinda: GERPANA Kaltim, 2007. Partodiharjo, Subagyo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya, Jakarta: Esensi Erlangga Group,tt. Patilima, Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2013. Purba, Jenny Marlindawani, dkk, AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial Dan Gangguan Jiwa, Medan : USU Press, 2008. Santrock, W. John, Remaja Jilid 2 Edisi 11, Jakarta : Erlangga, 2007. Salim, Peter, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press, 1991. Sedarmayanti Dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Bandung : CV. Mandar Maju, 2002.
95
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002. Soeprapto, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Universitas Terbuka, 2011. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung : Alfabeta, 2013. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung : Alfabeta, 2008. Tim Pusat Penelitian Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1985. Dokumentasi Profil Pondok Pesantren Al-Qodir Sleman Yogyakarta, pada tanggal 12 September 2015.
Skripsi Maesyaroh Nurohmah, Terapi Gangguan Jiwa : Proses Terapi Humanis Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta, skripsi, Yogyakarta : Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015. Muslimah, Terapi Mandi Terhadap Pecandu Narkotika Di Pondok Pesantren AlQodir Cangkringan Sleman Yogyakarta, skripsi, Yogyakarta : Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014. Romiyaningsih, Terapi Doa Dalam Menangani Penyalahgunaan Narkoba (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Qodir Wukisari Tanjung Cangkringan Sleman Yogyakarta), skripsi, Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.
Jurnal Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Narkotika, Psikotropika dan Zat AdiktifVol.3:1, Bandung : STKS, Juli, 2004. R.Enkeu Agiati, “Narkoba Dan Pengaruhnya Pada Generasi Muda”, Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Vol.3:1Bandung : STKS, Juli, 2004.
96
Suhendar, “Persepsi Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat/Zat Adiktif ”, Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Vol.3:1 Bandung : STKS, Juli, 2004.
Internet Akbar, Cholis, “Masa Remaja Awal Kecanduan Alkohol Dan Narkoba”, http://m.hidayatullah.com/iptekes/kesehatan/read/2012/04/04/1859/masaremaja-awal-kecanduan-alkohol-dan-narkoba.html#.V8g4zsuyTqA, diakses tanggal 01/09/2016. Alfariz, “Wah Pengguna Narkoba Di DIY Didominasi Remaja”, http://beritajateng.net/wah-pengguna-narkoba-di-diy-didominasi-remaja/ , di akses tanggal 01/09/2016. Data Kasus Narkoba di DIY, http://bnnp-diy.com/posting-234-data-ungkap-kasusnarkoba-di-diy-tahun-2008-sd-juli-2014.html, di akses tanggal 18/08/2016. Penyalahgunaan Obat Dan Penggunaan ZatTerlarang,http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=309 6. di akses tanggal 01/04/2015. Parvelensi Penyalahgunaan Narkoba Tahun 2008, 2011, 2014 :http://103.3.70.3/portal/_uploads/post/2015/03/11/Laporan_BNN_2014_ Upload_Humas_FIX.pdf, di akses tanggal 18/08/2016.
Wawancara Wawancara dengan K.H Masrur Ahmad MZ, Pimpinan Pondok Pesantren AlQodir Yogyakarta. Wawancara dengan Kang Ibin, Lurah Pondok di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara Dengan L, Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara Dengan M, Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara Dengan P, Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta.
97
Wawancara Dengan R, Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara Dengan S, Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara dengan AN, Wali dari Santri L Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara dengan RN, Wali dari Santri M Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta. Wawancara dengan SA, Tetangga P Santri Korban Penyalahgunaan Napza di Ponpes Al-Qodir Yogyakarta.
98
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup Interview Guide Foto-Foto Sertifikat-Sertifikat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Hoesna Maris Elkindi
Tempat/Tgl. Lahir
: Magetan, 11 Maret 1994
Alamat
: Jl. Granit Nila 2 No.6 Kota Baru Driyorejo, Gresik, Jawa Timur.
No.Telp
: +6285745992240
E-Mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan a.
TK Darul Arqom Surabaya
: Tahun Lulus 1999
b.
SD Muhammadiyah 15 Surabaya
: Tahun Lulus 2005
c.
MTs Negeri 2 Surabaya
: Tahun Lulus 2008
d.
SMA Negeri 13 Surabaya
: Tahun Lulus 2011
PEDOMAN WAWANCARA FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PENYALAHGUNAAN NAPZA ( Studi di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta ) a. Kategori informan : lingkungan pondok pesantren al-qodir Nama
:
TTL
:
Jabatan
:
Jenjang Pendidikan
:
Alamat
:
Subjek : Pimpinan dan Staff Pondok Pesantren Al-Qodir 1. Bagaimana sejarah / latar belakang Pondok Pesantren Al-Qodir menjadi tempat rehabilitasi pecandu napza dan gangguan kejiwaan? 2. Apakah keunggulan Pondok PesantrenAl-Qodir dengan lembaga rehabilitasi yang lain? 3. Berapa jumlah santri putra atau putri di Pondok Pesantren Al-Qodir? 4. Berapa jumlah santri yang menjalani rehabilitasi korban penyalahgunaan napza? 5. Apa saja kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Qodir selama proses rehabilitasi? 6. Siapa saja yang menangani santri yang mengalami keberfungsian sosial? 7. Berapa jumlah terapis yang terdapat di PondokPesantrenAl-Qodir? 8. Instansi apa saja yang bekerja sama dengan Pondok PesantrenAl-Qodir dalam proses rehabilitasi? 9. Bagaimana proses penanganan/rehabilitasi terhadap santri korban penyalahgunaan napza?
10. Metode apa saja yang digunakan oleh Pondok Pesantren Al-Qodir dalam penangangan terhadap santri korban penyalahgunaan napza? 11. Fasilitas apa saja yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Qodir ? 12. Program pembinaan apa saja yang di berikan pihak pondok untuk mengembalikan keberfungsian sosial santri yang bermasalah ? 13. Berapa lama waktu yang digunakan untuk penanganan terhadap santri korban penyalahgunaan napza? 14. Jika sudah dinyatakan sembuh, apakah dapat dipastikan santri tersebut tidak akan melakukan penyalahgunaan napza kembali? 15. Bagaimana ciri-ciri santri yang dinyatakan sembuh? 16. Bagaimana hubungan atau interaksi pihak pondok pesantren dengan santri yang menjalani rehabilitasi di PondokPesantrenAl-Qodir? 17. Bagaimana interaksi santri dengan masyarakat disekitar lingkungan pondok? 18. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan pondok pesantren alqodir yang menampung santri dengan keberfungsian sosial? 19. Apakah diperlukan peran serta dari pihak lain dalam proses penanganan santri korban penyalahgunaan napza ini? Siapa saja? 20. Bagaimana respon orang tua terhadap Pondok Pesantren Al-Qodir? 21. Seberapa sering pihak keluarga datang untuk menjenguk atau melihat anaknya yang sedang menjalani rehabilitasi? 22. Kontribusi apa saja yang di lakukan orang tua selama anaknya menjalani rehabilitasi? 23. Bagaimana tanggapan anda terhadap seseorang yang menyalahgunakan napza?
24. Adakah pesan yang ingin disampaikan khususnya bagi masyarakat terhadap penyalahgunaan napza? 25. Adakah pengalaman berharga dan pengalaman buruk yang dirasakan pihak Pondok Pesantren selama menangani santri di Pondok Pesantren Al-Qodir?
b. Kategori informan : santri korban penyalahgunaan napza Nama
:
TTL
:
Jabatan
:
Jenjang Pendidikan
:
Alamat
:
Subjek : Santri Korban Penyalahgunaan Napza 1.
Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Qodir ?
2.
Siapa yang merujuk anda ke Pondok Pesantren Al-Qodir ?
3.
Mengapa anda lebih memilih di pondok dan tidak ke lembaga rehabilitasi atau rumah sakit ?
4.
Apa penyebab atau alasan anda mengkonsumsi narkotika?
5.
Bagaimana awal mula anda mengenal narkoba hingga terjerat untuk mengkonsumsi narkotika ?
6.
Sudah berapa lama anda mengkonsumsi narkotika ?
7.
Apakah anda pernah terjerat kasus hukum ?
8.
Bagaimana tanggapan keluarga anda saat mengetahui bahwa anda telah mengkonsumsi narkotika ? Dan apa yang anda rasakan pada saat itu ?
9.
Bagaimana tanggapan masyarakat lingkungan tempat tinggal anda saat mengetahui bahwa anda telah mengkonsumsi narkotika ? Dan apa yang anda rasakan pada saat itu ?
10. Apa yang anda rasakan saat mengkonsumsi narkotika ? 11. Dampak apa saja yang anda rasakan setelah menyalahgunakan narkotika?
12. Saat anda mengkonsumsi narkotika, apa dampak penyalahgunaan napza bagi keluarga anda ? 13. Apakah anda pernah mencuri dan merampas barang atau uang untuk membeli narkotika ? 14. Darimana anda mendapatkan atau membeli narkotika? Apakah dengan uang sendiri atau bagaimana? 15. Tindak kriminal apa yang anda lakukan saat dibawah pengaruh napza? 16. Apakah anda merasa kehilangan kendali setelah mengkonsumsi narkotika ? 17. Apakah anda menyesal karena mengkonsumsi narkotika? 18. Bagaimana keadaan religius anda sebelum dan setelah mengkonsumsi narkotika ? 19. Bagaimana hubungan atau interaksi anda dengan orang tua, teman, masyarakat sebelum anda melakukan rehabilitasi ? 20. Bagaimana hubungan atau interaksi anda dengan orang tua, teman, masyarakat setelah anda melakukan rehabilitasi ? 21. Seberapa sering orang tua atau saudara / teman anda mengunjungi anda di Pondok Pesantren Al-Qodir selama proses rehabilitasi ? 22. Bagaimana sistem / gaya atau pola asuh yang berlaku dalam keluarga anda ? 23. Bagaimana tanggapan anda tentang orang tua dan pola asuh yang mereka terapkan kepada anda ? 24. Dukungan apa saja yang di lakukan pihak keluarga selama proses rehabilitasi? 25. Bagaimana respon lingkungan tempat anda bekerja setelah mengetahui anda telah menyalahgunakan narkotika ? 26. Perubahan apa saja yang terjadi dalam hidup anda saat anda mengenal narkoba dan mulai mengkonsumsinya ? 27. Perubahan apa saja yang terjadi dalam hidup anda setelah anda melakukan rehabilitasi ? 28. Bagaimana tindakan anda sendiri dalam menyikapi semuanya ? 29. Adakah pesan yang ingin disampaikan kushusnya bagi masyarakat terhadap penyalahgunaan napza?
30. Adakah pengalaman berharga dan pengalaman buruk yang anda peroleh selama menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Qodir?
c. Kategori informan : lingkungan tempat tinggal Nama
:
TTL
:
Jabatan
:
Jenjang Pendidikan
:
Alamat
:
Subjek : Keluarga 1. Bagaiman perilaku / sikap santri saat di rumah ? 2. Bagaimana komunikasi santri dengan keluarga dan saudaranya ? 3. Bagaimana pola asuh yang anda terapkan didalam keluarga ? 4. Apakah ada perubahan pola asuh didalam keluarga setelah kejadian anak
menyalahgunakan narkotika ? 5. Perubahan apa saja yang terjadi dalam keluarga saat anak anda terjerat
narkotika ? 6. Menurut anda, apakah hal ini (kasus narkoba) merugikan pihak keluarga ? 7. Bagaimana sikap keluarga dan saudara kepada santri yang merupakan
korban penyalahgunaan napza ? 8. Bagaimana pendapat keluarga terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-
Qodir? 9. Apa saja manfaat yang dirasakan pihak keluarga setelah salah satu anggota
keluarga anda menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Qodir ? 10. Setelah anggota keluarga anda keluar/dinyatakan sembuh oleh Pondok
Pesantren Al-Qodir, apakah ada perubahan yang dirasakan pihak keluarga? Jika ada, apa perubahan tersebut ?
11. Adakah pengalaman berharga dan pengalaman buruk yang diperoleh
keluarga selama anggota keluarga menjadi santri di Pondok Pesantren AlQodir? 12. Adakah kritik / saran yang membangun guna perbaikan pengelolaan
pondok pesantren Al-Qodir?
Nama
:
TTL
:
Jabatan
:
Jenjang Pendidikan
:
Alamat
:
Subjek : Masyarakat 1. Bagaimana kondisi sosial lingkungan masyarakat tempat tinggal santri ? 2. Bagaiman perilaku / sikap santri saat di lingkungan rumah ? 3. Bagaimana interaksi santri dengan masyarakat sekitar lingkungan tempat
tinggal ? 4. Bagaimana pandangan warga sekitar terhadap kasus yang menimpa santri
terkait narkoba ? 5. Adakah pesan yang ingin di sampaikan kushusnya bagi masyarakat luar
terhadap penyalahgunaan napza dengan melihat keberadaan pondok pesantren Al-Qodir ? 6. Adakah pesan yang ingin disampaikan khususnya bagi masyarakat luar
terhadap penyalahgunaan napza?
Dokumentasi Foto
Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta
Madrasah Ibtida’iyah Al-Qodir
Aula Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta
Kegiatan Di Pertanian Al-Qodir
Kegiatan Di Perikanan Al-Qodir
Santri Korban Penyalahgunaan Napza yang sedang Rehabilitasi di Ponpes AlQodir Yogyakarta.