FAKTOR KOMITMEN DAN IKLIM ORGANISASI BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI RSWH Sunardi1, Rr. Tutik Sri Hariyati2, Efy Afifah2 1.
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Malang 65145, Indonesia 2. Departemen Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok16424, Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak Proses caring membentuk karakter perawat yang empati dan tulus dalam melakukan asuhan keperawatan. Tujuan untuk mengetahui faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSWH. Desain penelitian menggunakan deskripif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengukuran faktor komitmen dan iklim organisasi menggunakan kuesioner, dan perilaku caring dengan observasi sistematik terhadap 77 perawat pelaksana diambil secara propotional simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara komitemen dan iklim organisasi dengan perilaku caring. Faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana adalah masa kerja, komitmen afektif, kultur organisasi, dan pendidikan. Rekomendasi pada rumah sakit sebaiknya melakukan evaluasi terhadap komitmen afektif perawat, perbaikan kultur organisasi, dan meningkatkan pendidikan perawat. Kata kunci Daftar pustaka
: Komitmen dan iklim organisasi, caring perawat : 70 (1994-2013)
ABSTRACT Process of caring are shaping the nurse character to be more emphatic and sincere in performing nursing care. The objective of this research is to determine the commitment factors and the most dominant climate associated with nurses caring behavior in RSWH. The design used in this research was descriptive correlative with cross sectional approach. Commitment factors and organizational climate has been measured by questionnaires, then the caring behavior has observed by systematic observation of 77 nurses which taken by proportional simple random sampling. The result showed that the most dominant of commitment factors and organizational climate related to the nurses caring behavior in RSWH are; working period, affective commitment, organizational culture, and education. Conclusion The achievements of nurses’ organizational commitment at RSWH was 73,3% , organizational climate was 71, 6% and then caring behavior was 87, 3% from total value. Recommendation to Hospital was evaluate the affective commitment of nurses, improving organizational culture, and increase nurse education. . Key words: commitment and organizational climate, nurse caring Bibliography: 70 (1994-2013)
Pendahuluan UUD 1945 pasal 28H menyebutkan bahwa rakyat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas memberikan tantangan pada rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan untuk mengembangkan SDM, karena Isu utama yang sering terjadi pada kualitas pelayanan rumah sakit adalah terkait dengan performa dari sumber daya manusianya. Caring perawat merupakan elemen inti/ sentral/ saripati keperawatan yang belum diaplikasikan oleh sebagian perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. (Tomey dan Alligood (2006); Watson, 1994; Wolf, 2003). Eviden Base Practice di Pensilvania USA menyebutkan, implementasi caring meningkatkan aktualisasi diri perawat, sehingga kualitas asuhan keperawatan menjadi lebih baik. Fakta yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Klaten 62% masuk katagori rendah. Level caring yang rendah dapat menjadi penyebab rendahnya mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia (Fahriani, 2011; Pamela, 2006) Faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat pelaksana banyak diantaranya beban kerja yang tinggi, pengembangan profesional perawat yang tidak jelas, Pendidikan, dan pelatihan yang kurang. Manajer rumah sakit harus berbenah karena terdapat hubungan antara faktor internal/ komitmen organisasi perawat dan iklim organisasi terhadap perilaku caring perawat. (Muthuveloo & Rose, 2005; Robbin, 2006; Robert, 2005; Suryani, 2010; Supriatin, 2009).
Fenomena di RSWH menggambarkan perawat pelaksana yang menunjukkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan pasien. Data yang diperoleh dari wawancara 10 pasien yang pernah di rawat di RSWH pada 6 Februari 2013 didapatkan 7 dari 10 pasien mengatakan bahwa pelayanan rumah sakit memuaskan. Sejak mulai masuk rumah sakit diterima dengan baik, mendapat penjelasan dari dokter dan perawat dengan ramah dan menyenangkan. Selama perawatan pada unit perawatan, perawat memberikan perawatan dengan penuh perhatian, ramah dan bertindak cepat bila ada keluhan dari pasien. Permasalahan yang menarik diteliti adalah tumbuhnya indikator perilaku caring perawat pelaksana terbentuk dari komitmen dan iklim organisasi yang mengalami banyak masalah. Komitmen afektif perawat rendah, suasana kerja yang penuh dengan tekanan, dan kepemimpinan yang kaku masih sangat dominan di lingkungan rumah sakit. Tujuan Penelitian Menggambarkan komitmen perawat, iklim organisasi, perilaku caring, dan karakteristik perawat pelaksana RSWH. Mengetahui hubungan faktor komitmen dan iklim organisasi terhadap perilaku caring perawat pelaksana. Menganalisis faktor komitmen dan iklim organisasi paling dominan yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana.
Metodologi Penelitian Penelitian kuantitatif dengan metode diskriptif korelasional, desain cross sectional. Populasi seluruh perawat pelaksana RSWH sebanyak 106. Metode penentuan jumlah sampel dengan proportional simple random sampling dan didapatkan jumlah sampel 77 perawat. Alat ukur komitmen dan iklim organisasi menggunakan kuesioner dan perilaku caring perawat dengan observasi sistematik. Hasil Penelitian 1. Data Demografi Tabel 1.1 Karakteristik perawat pelaksana RSWH berdasar jenis kelamin dan tingkat pendidikan, Mei 2013, n=77. No 1
2
Variabel Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Tingkat pendidikan: SPK D-3 Keperawatan S-1 Keperawatan
Frekuensi
Persentase
16 61
20,78% 79,22%
2 72 3
02,59% 93,50% 03,91%
Hasil dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa perawat pelaksana RSWH didominasi perempuan dengan proporsi 79,22%. Tingkat pendidikan perawat pelaksana RSWH sebagian besar berpendidikan D-3 Keperawatan dengan proporsi 93,50%.
Tabel 1.2 Karakteristik Perawat Pelaksana RSWH berdasarkan Umur, Masa kerja, danIinsentif yang diterima tiap bulan, Mei 2013, n=77 No
Variabel
Mean
Median
SD
1 2 3
Umur Masa Kerja Insentif
25,9 3,3 1.064.900
25 3 1.000.000
3 1,39 0,25
Tabel
1.2 menunjukkan bahwa dari
mempunyai rata-rata
umur
77
Minimum Maksimum 21-33 1-8 1.000.000 2.000.000
95% CI 25,5-26,6 2,81-3,73 1.008.6001.121.500
perawat pelaksana di RSWH Malang
25,9 tahun, dengan penyimpangan dari nilai rata-rata
sebesar 3 tahun. 50% perawat pelaksana berumur 25 tahun, umur termuda 21 tahun dan umur tertua 33 tahun. Mayoritas perawat pelaksana RSWH berumur antara 25,5 s.d 26,6 tahun.
Masa kerja perawat pelaksana RSWH rata-rata 3,3 tahun dengan penyimpangan dari nilai rata-rata sebesar 1,4 tahun. Sebesar 50% masa kerja perawat pelaksana 3 tahun, dengan masa kerja terpendek 1 tahun dan terpanjang 8 tahun. Mayoritas masa kerja perawat pelaksana antara 2,8 s.d 3,7 tahun.
Insentif yang diterima perawat pelaksana RSWH tiap bulan rata-rata Rp 1.064.900. Sebesar 50% insentif yang diterima tiap bulan Rp 1.000.000, insentif tertinggi tiap bulan Rp 2.000.000 dan terendah Rp 1.000.000. Mayoritas insentif yang diterima perawat pelaksana tiap bulan antara Rp 1.008.600 s.d Rp 1.121.500.
2. Komitmen Organisasi Gambaran komitmen organisasi perawat pelaksana RSWH ditentukan oleh 3 faktor komitmen organisasi yaitu komitmen afektif, prakmatif,dan kausatif. Tabel 2.1 Gambaran Komitmen Organisasi Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n=77 No
1 a b c
Variabel
Komitmen Organisasi Komitmen Afektif Komitmen Prakmatif Komitmen Kausatif
Mean
SD
Minimum Maksimum
CI 95%
44,0
Persentasi dari nilai total 73,3
5,5
26-53
42,0-45,8
14,9
74,5
2.3
9-20
14,3-15,4
14,4
72
2.0
5-17
13,9-15,1
14,7
73,5
2.6
6-19
14,8-15,3
Tabel 2.1 menunjukkan komitmen organisasi perawat pelaksana RSWH rata-rata nilai dari seluruh variabel faktor komitmen 44 (73,3% dari nilai total). Komitmen afektif mempunyai rata-rata tertinggi 14,9 (74,5% dari total), diikuti dengan komitmen kausatif 14,7 (73,5% dari total), dan komitmen prakmatif 14,4 (72% dari total.
3. Iklim Organisasi Gambaran iklim organisasi RSWH berdasarkan empat kriteria yang menjadi faktor penilaian; lingkungan fisik, interaksi sosial, sistem organisasi dan kultur organisasi. Keempat faktor tersebut secara lebih terperinci dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.4 Gambaran Iklim Organisasi Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n=77 No
2 A B C D
Variabel
Iklim organisasi Lingkungan fisik Interaksi sosial Sistem organisasi Kultur organisasi
Mean
SD
Minimum Maksimum
CI 95%
57,3
Persentase dari nilai total 71,6
5,8
38-69
55,9-58,6
14,2
71
1,6
10-19
13,9-15,6
14,6
73
2,1
8-19
14,2-15,2
13,5
67,5
2.0
8-17
13,0-14,9
14,8
74
1,9
9-19
14,4-15,3
Ttabel 3.1 menunjukkan iklim organisasi perawat pelaksana RSWH rata-rata nilai dari seluruh variabel faktor iklim organisasi 57,3 (71,3% dari nilai total). Kultur organisasi mempunyai rata-rata tertinggi 14,8, diikuti dengan interaksi sosial 14,6, lingkungan fisik 14,2, dan sistem organisasi 13,5.
4. Perilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH Gambaran hasil pengamatan terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSWH berdasarkan 5 proses caring perawat (knowing, being with, doing for, enabling, dan enabling believe) secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Gambaran Lima Proses Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n=77 No
80,3
A
Perilaku caring Knowing
Persentase dari nilai total 87,3
16,4
82
3,4
10-20
15,6-17,1
B
Being with
15,4
77
2,8
10-20
14,7-16,0
C
Doing for
16,3
81,5
2,6
10-20
15,7-16,9
D
Enabling
15,9
79,5
2,6
10-20
15,3-16,5
E
Enabling believe
16,3
81,5
2,9
10-20
15,6-16,9
3
Variabel
Mean
SD
Minimum Maksimum
CI 95%
4,7
70-92
79,3-81,4
Tabel 5.5 menunjukkan perilaku caring perawat pelaksana RSWH rata-rata nilai dari 5 proses caring 80,3 (87,3% dari nilai total). Proses knowing mempunyai rata-rata tertinggi 16,4, diikuti dengan Doing for 16,3, Enabling believe 16,3, Enabling 15,9, dan Being with 15,4.
5. Hubungan faktor komitmen organisasi dengan perilaku caring perawat pelakana RSWH Tabel 5.6 Hubungan Faktor Komitmen Organisasi terhadap Pperilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n= 77 Nomor Variabel 4 Komitmen organisasi A Komitmen afektif B Komitmen prakmatif C Komitmen kausatif Nilai α = 0,05
Nilai r 0,431 0,466 0,437 0,442
Nilai p 0.081 0,084 0,090 0,078
Tabel 5.1 menunjukkan hubungan komitmen organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH pada derajat sedang. Hubungan faktor komitmen organisasi (afektif, prakmatif, dan kausatif) dengan perilaku caring perawat pelaksana juga pada derajat sedang.
6. Hubungan faktor iklim organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSWH. Tabel 6.1 Hubungan Faktor Iklim Organisasi terhadap Perilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n= 77 Nomor Variabel 5 Iklim organisasi A Lingkungan fisik B Interaksi sosial C Sistem organisasi D Kultur organisasi Nilai α = 0,05
Nilai r 0,973 0,493 0,394 0,237 0,648
Nilai p 0,005 0,093 0,098 0,136 0,050
Tabel 6.1 menunjukkan hubungan sangat bermakna antara iklim organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH dengan derajat sangat kuat. Hubungan faktor iklim organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana dengan urutan; kultur
organisasi derajat kuat, lingkungan fisik sedang, interaksi sosial sedang, dan sistem organisasi lemah.
7. Hubungan faktor perancu dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSWH Tabel 7.1 Hubungan Faktor Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Insentif terhadap Perilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n=77 Nomor
Variabel
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 2 Pendidikan SPK D-3 Keperawatan S-1 Keperawatan 3 Insentif perbulan ≤ 1 juta >1 Juta Nilai α = 0,05
Mean
SD
95% CI
Nilai p
1
80,26 80,62
4,83 4,17
79,02-81,50 78,39- 82,85
0,785
80 80,6 80,8
2 4,6 5,3
75-84,9 79,5-81,7 79,8-80,9
0,005
80,3 80,4
4,73 4,33
79,2-81,4 75 – 85,7
0,976
Tabel 7.1 menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan insentif dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH. Ada hubungan yang sangat bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku caring perawat pelaksana.
Tabel 7.2 Hubungan Faktor Usia dan Masa kerja terhadap Perilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, n= 77 Nomor Variabel 1 Usia 2 Masa kerja Nilai α = 0,05
Nilai r 0,631 0,303
Nilai p 0,046 0,019
Tabel 7.2 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH dengan derajat hubungan kuat. Ada hubungan yang sangat bermakna antara masa kerja dengan perilaku caring perawat pelaksana dengan derajat hubungan sedang.
8. Pemodelan analisis hubungan faktor komitmen dan iklim organisasi terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSWH
Hasil akhir proses pemodelan setelah melalui 5 tahap analisis. Pemodelan yang dihasilkan merupakan faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling kuat berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH. Pemodelan menjadi prediktor faktor komitmen dan iklim organisasi yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana RSWH. Hasil akhir tersajikan dalam tabel berikut.
Tabel 8.2 Pemodelan Akhir Analisis Hubungan Faktor Komitmen dan Iklim Organisasi terhadap Perilaku Caring Perawat Pelaksana RSWH, Mei 2013, p=77 Variabel Constanta Masa kerja Komitmen afektif Kultur organisasi
R Square
Nilai p
Sig
B
Beta
0,012 0,003 0,034
3,72 1,36 2,03
0,27 0,15 1,27
0,029
1,94
0,58
71,43 0,38
0,000
Pendidikan Nilai α = 0,05
Berdasarkan nilai coefficient B, maka pemodelan hubungan faktor komitmen dan iklim organisasi terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSWH: Perilaku caring = 71,43+3,72 Ms.kerja+1,36 K.Afektif+2,02 Kul.Org+1,94 Pend
Arti dari pemodelan tersebut adalah nilai perilaku caring perawat pelaksana sebesar 3,72 poin (18,6%) jika masa kerja bertambah 1 tahun, setelah dikontrol variabel komitmen afektif, kultur organisasi, dan pendidikan. Setiap kenaikan nilai komitmen afektif sebesar 1 poin (9%), maka
nilai perilaku caring perawat pelaksana akan
meningkat sebesar 1,36 poin (6,8%) setelah dikontrol variabel masa kerja, kultur organisasi, dan pendidikan. Setiap kenaikan nilai kultur organisasi sebesar 1 poin (10%), maka nilai perilaku caring perawat akan meningkat sebesar 2,02 poin (10%) setelah dikontrol
variabel
kenaikan tingkat pendidikan
masa kerja, komitmen afektif, dan pendidikan. Setiap 1 level, maka
nilai perilaku caring perawat akan
meningkat sebesar 1,94 poin (9,7%) setelah dikontrol variabel masa kerja, kultur organisasi, dan komitmen afektif.
Model summary memperlihatkan bahwa koefisien determinasi (R square) 0,38. Artinya variabel masa kerja, komitmen afektif, kultur organisasi, dan pendidikan dapat
menjelaskan 38% perilaku caring perawat pelaksana RSWH, sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain. Prediktor yang dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana dari keempat variabel independen tersebut adalah variabel kultur organisasi (nilai beta tertinggi
= 1,27). Faktor komitmen afektif, kultur
organisasi, masa kerja, dan pendidikan sangat baik untuk memprediksi perilaku caring perawat pelaksana di RSWH (hasil uji F menunjukkan nilai p = 0,0001).
PEMBAHASAN Gambaran hasil pengamatan terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSX berdasarkan 5 proses caring perawat (knowing, being with, doing for, enabling, dan enabling believe) menunjukkan pencapaian nilai perilaku caring 87,3% dari nilai total. Fakta ini berbeda dengan penelitian Fahriani (2011) menyebutkan, level perilaku caring perawat di RSUD Klaten 62% masuk katagori rendah. Kondisi berbeda antara RSX dengan RSUD Klaten dapat terjadi karena perbedaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan. Pencapaian nilai komitmen organisasi perawat pelaksana RSX 73,3% dari nilai total. Kondisi ini berbeda dengan fakta hasil evaluasi manajer personalia RSX yang menunjukkan angka turn over yang masih tinggi mencapai angka 10,2% pada bulan Juni 2012. Kesenjangan ini terjadi karena penerapan jenjang karir perawat belum terlaksana di RSX. Ada hubungan yang bermakna antara komitmen organisasi dengan perilaku caring pelaksana, dan peningkatan komitmen organisasi diikuti peningkatan perilaku caring perawat. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari dan Luvi (2004) bahwa semakin tinggi komitmen pegawai dalam organisasi maka pegawai akan menunjukkan pengorbanan berupa pikiran, tenaga, dan waktu untuk organisasi yang makin besar. Pencapaian nilai iklim organisasi RSX . 71,6% dari nilai total. Hasil ini tergambar dengan iklim kerja di rumah sakit yang menuntut disiplin tinggi, bertindak cepat, tepat dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan terbaik dengan zero tolerance. Pemberian saksi pemotongan gaji bagi pelanggarnya. Kondisi iklim di lapangan sedikit berbeda, karena masih ditemukan suasana hati perawat tidak sama dengan penampilan yang ditunjukkan, seperti ada tekanan dalam menunjukkan perilaku caring perawat pelaksana RSX. Ada hubungan yang sangat bermakna antara iklim organisasi RSX dengan perilaku caring perawat pelaksana. Perawat pelaksana sebagian ada yang merasa tidak nyaman dengan iklim organisasi di RSX, berdampak penampilan fisik tidak sesuai dengan suasana hatinya. Peningkatan iklim organisasi RSX juga diikuti peningkatan perilaku caring perawat pelaksana, tetapi penerapan yang kaku menyebabkan perselisihan antara perawat pelaksana dengan manajerial.
Kondisi iklim organisasi RSX berbeda dengan hasil penelitian Robinson (2003) mendapatkan kesimpulan bahwa iklim organisasi dalam rumah sakit yang baik dan menyenangkan berhubungan dengan sikap dan aktifitas kerja yang positif. Perawat merasa ingin melakukan pekerjaan melebihi apa yang telah dipersyaratkan dalam uraian tugasnya. Rumah sakit yang menghargai perawat dengan memperlakukan mereka secara adil dan sportif dalam iklim organisasi yang baik dapat menumbuhkan sikap dan suasana hati yang tulus untuk memberikan asuhan perawatan pada pasien. Perilaku caring perawat pelaksana tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Hasil penelitian ini masih sedikit kurang sesuai karena data awal ditemukan terjadi kesenjangan jumlah sampel yang mencolok dimana 79,2% adalah perempuan. Muadi (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan, tetapi perempuan cenderung menganalisis suatu permasalahan secara lebih mendalam dan seksama sebelum mengambil keputusan dibandingkan dengan laki-laki, dalam penelitian ini tidak tergambar keseimbangan jumlah sampel antara laki-laki dan perempuan. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan perilaku caring perawat pelaksana. Grypdonck (2006) menyebutkan perawat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pertimbangan yang lebih matang dikarenakan wawasan yang lebih luas, sehingga sangat berpengaruh dengan perilakunya. Sofiana dan Purwadi (2006) membuktikan bahwa perawat berpendidikan DIII Keperawatan mempunyai efisiensi kerja dan penampilan kerja yang lebih baik daripada perawat berpendidikan SPK. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku caring perawat pelaksana. Perilaku caring perawat pelaksana diprediksi meningkat 3,6% jika usia perawat pelaksana bertambah 1 tahun. Robbins dan Judge (2008) menyatakan semakin bertambahnya usia maka, akan membawa sifat-sifat positif dalam melaksanakan pekerjaannya seperti menunjukkan interaksi yang baik dan komitmen dalam menjaga kualitas pekerjaannya.
Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan perilaku caring perawat pelaksana. Hasil penelitian Robbins dan Judge (2008) menyatakan, perilaku seseorang di masa lalu menjadi dasar yang baik untuk perilaku di masa depan. Perilaku caring perawat pelaksana diprediksi akan meningkat 4% jika masa kerja perawat pelaksana bertambah 1 tahun. Siagian (2002) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin matang secara teknis dan psikologis yang menunjukkan kematangan jiwanya. Komitmen afektif merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana RSX. Arquiza dan Malau (2008) menyatakan perawat yang mempunyai rasa menghormati terhadap keberadaan manusia maka akan memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia, sehingga perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan proses caring.
Kultur organisasi juga menjadi faktor dominan yang mempengaruhi perilaku caring perawat pelaksana RSX .. Menanamkan nilai caring pada perawat sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan perawat. Pembentukan karakter perawat caring merupakan bagian dari proses akulturasi yang juga menjadi program pokok profesi keperawatan (ICN, 2006; PPNI, 2010). Masa kerja merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku caring perawat pelaksana RSX .. Masa kerja membentuk kematangan proses berfikir dan pembentukkan perilaku caring secara tidak disadari oleh perawat. Setiap pembentukkan perilaku membutuhkan waktu yang panjang, tatapi tidak akan efektif apabila tidak ada proses manajemen untuk merancang proses perubahan (Muklas, 2010). Pendidikan menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana RSX .. Hasil analisis tingkat pendidikan didapatkan hasil, perawat yang berpendidikan S1 Keperawatan mempunyai nilai caring lebih tinggi dibanding yang berpendidikan D-3 dan SPK. Peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku caring perawat. Kesimpulan Pencapaian nilai perilaku caring perawat pelaksana RSX 83,7% dari nilai total, pencapaian nilai komitmen organisasi 73,3% dari nilai total, dan pencapaian nilai iklim organisasi 71,6% dari nilai total. Terdapat hubungan bermakna antara komitmen organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana RSX. Faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling kuat berhubungan terhadap perilaku caring perawat pelaksana RSX adalah komitmen afektif, kultur organisasi, masa kerja, dan umur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat secara langsung antara variabel perilaku caring perawat pelaksana dengan faktor komitmen dan iklim organisasi, sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini juga mengalami kelemahan dalam pengambilan data tentang perilaku caring, karena hanya dilakukan pengukuran dalam sekali waktu dan sekali ukur sehingga belum menggambarkan proses perubahan perilaku yang sebenarnya. Peneliti selanjutnnya disarankan menggunakan pengumpulan data dengan metode kohort. Ucapan terima kasih Syukur Alhamdulillah saya ucapkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Univeritas Muhammadiyah Malang yang telah
memberikan bantuan pendanaan dalam penelitian ini dan Universitas Indonesia yang melakukan edukasi pada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik
Referensi th
Arquiza dan Malau (2005). Affektive mental of nursing (6 ed). Missouri: Elsevier Mosby Fahriani, T. (2011). Analisis budaya organisasi dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSSA .. Tesis Program Pascasarjana Universitas Airlangga PSIKFK. Surabaya: Universitas Airlangga (tidak dipublikasikan) Grypdonck (2006). Manajement & leadership for nurses manajers. Boston: Jones & Bartlett Publishers, Inc Kurniasari, & Luvi. (2004). Pengaruh komitmen organisasi dan job security terhadap turnover di PT indocorporasi. Tesis Ilmu Manajemen,Program Pascasarjana.Surabaya. Universitas Airlangga. (Tidak Dipublikasikan) Muthuveloo, C., Rajendran, N., & Rose, J. (2005). Typology of organizational commitment. American Journal of Applied Science 21 (2008) 1107-1110 Muchlas, M. (2005). Perilaku organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Muadi,T. (2009). Tesis Pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien curup Bengkulu. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (Tidak dipublikasikan) Pamela, L. (2006). The relationship between self actualization and caring behavior in nurse educators. Journal of Philosophy 12 (2008) 128-130 Pratiwi, I.D., (2010). Hubungan motivasi perawat terhadap komitmen kerja perawat di RSX .. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Keperawatan FK. Surabaya: Universitas Airlangga (tidak dipublikasikan) Robin, S.P. (2006). Organizational behavior. New Jersey: Pearson Education Inc Robert, G.O. (2005). Behavior management the spirit makes the difference. Journal Psikology 21 (2007) 145-157 Robinson, Z. (2003). The impact of nursing care and other healthcare attributes on hospitalized patient satisfaction and behavioral intention. Journal of Healthcare Management 49 (2004) 3 181 Sofiana dan Purwadi (2006). Pengaruh iklim kerja,motivasi,dan kompensasi terhadap kinerja di RSUD kepanjen.. Tesis ProgramPascasarjana Universitas Brawijaya Fakultas Psikologi. . (tidak dipublikasikan) Siagian, Y. (2006). Identifikasi nilai-nilai budaya organisasi dan pengaruhnya terhadap komitmen karyawan di hotel sahid Surakarta. Tesis Ilmu ManajemenProgram ascasarjana. Surabaya. Universitas Airlangga. (tidak dipublikasikan) Suryani, F. (2010). Hubungan beban kerja dengan perilaku caring perawat di RSI surabaya. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Keperawatan FK. Surabaya: Universita Airlangga (tidak dipublikasikan) Supriatin, E. (2008). Thesis Hubungan faktor individu dan organisasi dengan perilaku caring perawat di rsud kota bandung. FIK-UI (Tidak dipublikasikan) th Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorists and their work (6 ed). Missouri: Mosby Elsevier.
Wolf, Z.B., & Miller, P.A. (2003, Desember). Relationship between nurse caring and patient satisfaction in patients undergoing invasive cardiac procedures. Jurnal Medsur Nursing, 12 (2006) 391-396 Watson, J. (2009). Assessing and measuring caring in nursing and health sciences. Canada: Singer Publishing Company.