Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PROPERTY DI BURSA EFEK INDONESIA Idayu Restiyowati
[email protected]
Nurul Widyawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of profitability, asset growth, company size, and the capital structure risk of Property Companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in the year of 2010 – 2012. The capital structure is permanent expenditure which reflects the balancing between long term debt and own capital. The research result shows that during the research period in the year of 2010 until 2012 partially the profitability factor, company size, and risk have significantly negative influence to the capital structure. On the other hand the assets growth factor has significantly positive influence to the capital structure. Simultaneous test result shows that profitability factor, assets growth, company size, and risk simultaneously influence to the capital structure. Determination coefficient from regressions model is 0.329 or 32.9 percent. Meaning those independent variables (profitability factor, company size, and risk) have influence to the dependent variable of capital structure by 32.9 percent, and the rest is 67.1 percent which is influenced by other variables which is not being observed in this research. Keywords : Capital Structure, Profitability, Assets Growth, Company Size, Risk. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko terhadap struktur modal perusahaan property di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012. Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan pengimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hasil studi menunjukkan bahwa selama periode penelitian mulai tahun 2010 hingga tahun 2012 secara parsial faktor profitabilitas, ukuran perusahaan, dan risiko mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan faktor pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa faktor profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko bersama-sama mempengaruhi struktur modal. Koefisien determinasi dari model regresi yang diperoleh adalah sebesar 0,329 atau 32,9 persen. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel independen yaitu profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan risiko yang mempengaruhi variabel dependen struktur modal adalah sebesar 32,9 persen, dan sisanya sebesar 67,1 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Kata kunci : struktur modal, profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, risiko.
PENDAHULUAN Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai perusahaannya. Upaya peningkatan nilai dilakukan guna mengantisipasi persaingan bisnis yang semakin ketat di pasar global. Menghadapi kondisi tersebut, perusahaan perlu mengelola berbagai fungsi manajemennya dengan baik terutama fungsi manajemen di
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
2
bidang keuangan. Pihak manajemen, dalam hal ini manajer keuangan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang terkait dengan keuangan perusahaan. Salah satu kegiatan perusahaan yang menjadi perhatian manajer adalah kegiatan operasional, sebab berlangsungnya kegiatan tersebut membutuhkan banyak dukungan dana dari perusahaan. Keputusan pendanaan yang akan diambil manajer harus dipertimbangkan secara teliti sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih, karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Ditinjau dari asalnya, menurut Riyanto (2008:22) sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal adalah dana yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan yaitu, laba ditahan (retained earning) dan akumulasi depresiasi (depreciations). Sedangkan sumber dana eksternal adalah dana yang berasal dari kreditur dan investor. Dana yang berasal dari kreditur disebut modal asing yang merupakan hutang bagi perusahaan, sedangkan dana yang berasal dari investor disebut modal sendiri. Penentuan proporsi hutang dan modal sendiri dalam penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Hutang merupakan salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan. Pada dasarnya penggunaan hutang dapat menyebabkan nilai suatu perusahaan meningkat, walaupun kenyataannya sulit untuk diukur. Penggunaan hutang memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dari penggunaan hutang adalah bunga yang dibayarkan dapat mengurangi beban pajak yang dibayarkan sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Penggunaan hutang juga memiliki kelemahan. Pertama, penggunaan hutang yang semakin tinggi akan menyebabkan kenaikan risiko perusahaan, kenaikan risiko yang tinggi akan menyebabkan pihak kreditur juga menetapkan suku bunga yang tinggi pada pinjamannya kepada perusahaan. Kedua, pada saat kondisi ekonomi menurun atau mengalami krisis, kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan menjadi semakin besar dan apabila laba operasi perusahaan tidak mampu menutup beban bunga, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Penggunaan sumber dana atas modal sendiri atau biasa disebut dengan ekuitas (equity) yang tinggi juga dapat menyebabkan kontrol yang berlebihan dari para investor atau pemegang saham terhadap pihak manajemen dalam perusahaan. Situasi yang pada tingkat tertentu yang sangat tidak disukai oleh pihak manajemen. Tarik menarik akan konsekuensi pendanaan ini menjadi permasalahan dalam memutuskan penggunaan sumber dana yang akan digunakan. Kebijakan struktur modal pada dasarnya melibatkan perimbangan (trade–off) antara risiko (risk) yang ditanggung oleh pemegang saham dan tingkat pengembalian yang diharapkan (return) oleh pemegang saham. Di satu sisi penggunaan sumber dana atas hutang untuk memenuhi kebutuhan dana, dapat meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham, namun di sisi lain, penggunaan lebih banyak hutang juga akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham. Menurut Riyanto (1995; dalam Sumani dan Rachmawati, 2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, antara lain : stabilitas penjualan, struktur aktiva (assets tangibility), leverage operasi, tingkat pertumbuhan (growth), profitabilitas (profitability), pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, ukuran perusahaan (firm size), risiko, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi bahan dasar pertimbangan manajer dalam menentukan keputusan struktur modal. Sektor industri yang akan digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan alasan karena sektor industri ini merupakan sektor industri yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia. Dalam beberapa tahun
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
3
terakhir ini perusahaan properti mengalami perkembangan yang cukup signifikan di pasar. Disamping itu, produk-produk perusahaan properti merupakan salah satu bentuk investasi yang aman dan sangat menguntungkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi struktur modal perusahaan property. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal pembaharuan periode pengamatan sampel yaitu tahun 2010-2012 dan penambahan variabel independen yang diprediksi mempengaruhi struktur modal yaitu risiko. Pembaharuan periode pengamatan dan penambahan variabel independen dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Struktur Modal Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain). Brigham dan Houston (1999:5; dalam Weston dan Thomas, 2008) menyatakan bahwa kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian (return), sehingga perusahaan perlu menentukan struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Harjito, 2008:240). Struktur modal optimal juga menggambarkan bahwa perusahaan mempunyai pendanaan yang efisien. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah : stabilitas penjualan, struktur aktiva (assets tangibility), leverage operasi, tingkat pertumbuhan (growth), profitabilitas (profitability), pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, ukuran perusahaan (firm size), risiko, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi dasar pertimbangan keputusan manajer (Riyanto, 2008:24). Teori Struktur Modal Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau lebih individu menggaji individu lain untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen dan karyawannya. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan agency costs. Agency costs adalah biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras atau sejalan dengan tujuan pemilik perusahaan (owner) (Brigham dan Houston, 2008). Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Sartono (2008), Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik (owner). Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
4
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan alternatif lain, termasuk menggunakan hutang di luar struktur modal sasaran (capital target structure). Selain itu adanya pengumuman penawaran saham biasanya dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan tersebut tidak terlalu baik sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan. Pecking Order Theory Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicolas Majluf pada tahun 1984. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Menurut Hanafi (2008:313) skenario urutan dalam teori Pecking Order adalah sebagai berikut : a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (profit) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain. d. Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat-surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat-surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel dan saham sebagai pilihan terakhir. Pecking order theory menjelaskan urutan-urutan dalam pendanaan perusahaan. Manajer tidak memperhitungkan tingkat hutang, akan tetapi memperhitungkan segala kebutuhan investasi. Jika ada kesempatan investasi, maka perusahaan akan mencari sumber pendanaan dari kegiatan investasi tersebut. Disamping itu, hal lain yang berkaitan adalah pembayaran dividen sebab perusahaan lebih menyukai kebijakan dividen yang tidak berubah-ubah. Pendekatan Modigliani dan Miller Teori ini dipelopori oleh Franco Modigliani dan Merton Miller pada tahun 1958. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut : Ke = Keu + ( Keu - Kd ) ( B/S ) Dimana : Ke : biaya modal sendiri Keu : biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak menggunakan hutang Kd : biaya hutang B : nilai pasar hutang S : nilai modal sendiri Formula diatas dianggap tidak sesuai karena MM tidak memasukkan faktor pajak didalamnya. MM juga berpendapat bahwa nilai perusahaan dengan hutang akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, sebab kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak. Teori ini tentu bertentangan dengan keadaan pasar saat ini, dimana beban pajak sangat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Selain
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
5
itu, pajak juga menjadi salah faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan keputusan struktur modal perusahaan. Trade Off Theory Trade-off theory merupakan teori yang menjelaskan tentang adanya pertukaran antara laba atau keuntungan yang didapatkan dengan risiko yang akan ditanggung. Ada beberapa alasan yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Salah satu alasan terpenting perusahaan ialah semakin tinggi hutang, akan semakin tinggi pula kebangkrutan yang akan terjadi pada perusahaan tersebut. Kebangkrutan yang terjadi akan menimbulkan biaya kebangkrutan (financial distress). Biaya kebangkrutan tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu : a. Biaya Langsung (direct cost) Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lain yang sejenis. Misalnya bunga atas hutang kepada kreditur yang tidak mampu dilunasi perusahaan tepat waktu akibat tidak adanya dana yang bisa digunakan untuk membayar bunga tersebut. b.Biaya Tidak Langsung (indirect cost) Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan. Misalnya, pembayaran denda, bunga, pembagian saham preferen dan saham biasa karena dituntut oleh para pemegang saham, dan lain sebagainya. Trade off teory memasukkan beberapa faktor dalam menentukan struktur modal optimal diantaranya : pajak, agency cost, dan financial distress tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai perimbangan dan manfaat dari pengunaan hutang. Brigham dan Houston (2006:36, dalam Hanafi, 2008) meringkas inti dari teori trade-off sebagai berikut : a. Kenyataan bahwa bunga kredit atau hutang merupakan bebab pengurang pajak yang menjadikan biaya hutang relatif rendah dibandingkan biaya penerbitan saham. Secara tidak langsung hutang memberikan manfaat perlindungan pajak bagi perusahaan. b.Dalam dunia nyata perusahaan jarang menggunakan hutang 100% dalam sumber pendanaannya. Perusahaan membatasi penggunaaan hutang untuk menjaga biaya yang berhubungan dengan biaya kebangkrutan (financial distress). c. Hutang juga mempunyai tingkat ambang batas yaitu batasan dimana biaya kebangkrutan (financial distress) menjadi penting dalam struktur modal optimal yaitu manfaat perlindungan pajak sama dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan biaya kebangkrutan. Jika perusahaan memiliki jumlah hutang yang relatif rendah dari ambang batas maka kemungkinan perusahaan bangkrut akan semakin kecil sehingga financial distress diabaikan, sebaliknya jika penggunaan hutang diluar ambang batas maka perusahaan akan memperhitungkan financial distress sebab kemungkinan perusahaan bangkrut juga akan semakin besar. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Brigham dan Houston (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
6
datang. Dengan demikian setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Pengukuran profitabilitas yang lazim digunakan untuk menganalisis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut : 1. Net profit margin yaitu membandingkan antara laba bersih dengan penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan oleh tingkat penjualan dari perusahaan tersebut. 2. Return on asset (ROA) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan total asset dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan oleh total asset dari perusahaan tersebut. 3. Return on equity (ROE) yaitu membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri dari perusahaan. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan akan modal sendiri dari perusahaan tersebut Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu dengan laba ditahan dan juga saham. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka nilai saham akan meningkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah meningkat tersebut. Pertumbuhan Asset Pertumbuhan asset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva yang dapat ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang dibayar dimuka. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun (tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan) seperti: investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain. Menurut Martono dan Harjito (2008), pertumbuhan asset didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada sumber dana eksternal dikarenakan sumber dana internal tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan asset yang tinggi. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan menambah kepercayaan pihak luar atau kreditur terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi penggunaan sumber dana hutang akan semakin besar dibandingkan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan struktur asset fleksibel, cenderung menggunakan hutang yang fleksibel dimana adanya kecenderungan menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang cepat lebih banyak mengandalkan sumber dana eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
7
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhan assetnya. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan sumber dana eksternal juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi dana untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2008), ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory cotrolability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan. Ukuran perusahaan mempunyai dampak yang signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal Tunggal (1995, dalam Sumani dan Rachmawati, 2012). Kenyataannya, lebih sukar untuk menyusun pemisahan tugas yang memadai dalam perusahaan kecil. Tidaklah layak mengharapkan perusahaan kecil untuk mempunyai auditor internal. Tetapi, jika berbagai sub elemen struktur pengendalian diperhatikan, menjadi jelas bahwa kebanyakan dapat diterapkan bagi perusahaan besar dan kecil. Meskipun tidak lazim untuk memformalkan kebijakan ke dalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi perusahaan kecil untuk mempunyai manajer yang kompeten dan dapat dipercaya dengan alur tanggung jawab yang jelas; prosedur otorisasi, pelaksanaan, dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen, catatan dan laporan yang memadai; pengawasan fisik atas aktiva dan catatan; dan sampai tingkat tertentu, pengecekan atas pelaksanaan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dan bertahan dalam dunia industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan ukuran kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh memiliki jumlah yang dikehendaki maka pihak manajemen akan melakukan perencanaan penjualan secara seksama, serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dengan total asset, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset, sehingga perusahaan yang lebih kecil akan lebih sulit memperoleh pinjaman daripada perusahaan yang besar, oleh sebab itu besar kecilnya (ukuran) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
8
Risiko Risiko dalam hal ini adalah risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan dan merupakan risiko dasar yang dimiliki perusahaan selain financial risk sebagai tambahan risiko perusahaan akibat penggunaan hutang. Ada dua faktor dalam resiko bisnis yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor eksternal memiliki kecenderungan yang lebih dominan. Salah satu resiko yang paling dominan adalah bahwa perubahan dalam permintaan untuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika perubahan itu positif, dan permintaan pasar mengalami peningkatan, maka resiko bisnis akan menurun. Sebaliknya, jika permintaan pasar menurun, baik karena persaingan bisnis atau perubahan kondisi ekonomi secara umum, maka faktor risiko untuk investor akan meningkat secara signifikan. Ketika faktor resiko perusahaan dianggap meningkat karena faktor luar yang berada di luar kendali dari perusahaan, maka kemungkinan untuk menarik investor baru sangat terbatas. Faktor internal juga dapat mengakibatkan pengembangan risiko bisnis yang signifikan untuk investor. Misalnya jika penjualan lesu dapat dikaitkan dengan kegiatan pemasaran yang tidak efektif atau tenaga penjualan yang tidak berkinerja sesuai harapan, membuat perubahan dalam pendekatan pemasaran atau restrukturisasi usaha penjualan untuk meminimalkan persepsi resiko usaha pada pihak calon investor. Menurut Brigham dan Houston (2008:323), secara ringkas risiko bisnis dipengaruhi oleh : a. variabilitas permintaan (unit yang terjual). b. variabilitas harga jual. c. variabilitas harga masukan. d. kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan harga masukan. e. sejauh mana biaya-biaya bersifat tetap : Leverage Operasi. Jenis-jenis risiko yang umum dikenal dalam kegiatan bisnis atau usaha antara lain meliputi: 1. Risiko murni atau pure risk Merupakan ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada suatu peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan. Risiko murni merupakan suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugan namun juga tidak menimbulkan keuntungan. Risiko ini akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break event, contohnya adalah pencurian, kecelakaan atau kebakaran. 2. Risiko spekulatif atau speculative risk Merupakan risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang mengalami kerugian financial atau memperoleh keuntungan. Risiko ini akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break event, contohnya adalah investasi saham di Bursa Efek. 3. Risiko individu atau individual risk Merupakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Misalnya risiko yang akan timbul bila melakukan investasi usaha, atau menyewa apartemen. Risiko ini di bagi ke dalam tiga macam risiko, yaitu: a. Risiko pribadi atau personal risk, adalah risiko yang mempengaruhi kapasitas atau kemampuan seseorang dalam memperoleh keuntungan, cotohnya adalah mati muda, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
9
b. Risiko harta atau property risk adalah risiko terjadinya kerugian keuangan apabila kita memiliki suatu benda atau harta. Yaitu adanya peluang harta tersebut untuk hilang, di curi, atau rusak. Kehilangan suatu harta dapat di bedakan menjadi dua jenis: Kerugian langsung atau direct losses terjadi apabila harta kita hilang atau rusak. Kerugian tidak langsung atau indirect losses (consequential) adalah setiap kerugian yang terjadi akibat kerugian asal (original losses). c. Risiko tanggung gugat atau liability risk adalah risiko sebagai tanggung jawab akibat kerugian pihak lain. Jika kita menanggung kerugian seseorang, maka kita harus membayarnya, sehingga kerugian pihak lain menyebabkan kita mengalami kerugian finansial. Hubungan Antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Myers dan Majluf (1984, dalam Riyanto, 2008), menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal ketika perusahaan membutuhkan dana untuk keperluan investasi. Semakin profitable suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan investasi dari sumber dana internal seperti laba ditahan (retained earning). Prioritas penggunaan dana internal disebabkan penggunaan sumber dana internal terbebas dari adanya asimetri informasi (Hanafi, 2008: 315). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal Hubungan Pertumbuhan Asset Terhadap Struktur Modal Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengimplikasikan adanya permintaan yang lebih tinggi akan kebutuhan dana eksternal (Riyanto, 2008). Ketika dibutuhkan dana eksternal untuk memenuhi kebutuhan investasi maka perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan hutang terlebih dahulu dibandingkan menerbitkan saham baru. Ini dikarenakan semakin tinggi peluang pertumbuhan akan menyebabkan semakin tinggi pula asimetri informasi yang terjadi. Menurut Myers dan Majluf (1977, dalam Sumani dan Rachmawati, 2012), perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang untuk menekan asimetri informasi yang dapat terjadi. Selain itu menurut teori signaling, perusahaan dapat mengkomunikasikan prospek pertumbuhan yang baik bagi perusahaan di masa depan dengan menggunakan hutang. Sebab hutang dapat menjadi sinyal positif bagi investor luar, sehingga investor luar dapat yakin dan percaya bahwa prospek perusahaan dimasa depan akan baik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Pertumbuhan asset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Semakin besar perusahaan, maka lebih memiliki arus kas yang lebih stabil, yang dapat mengurangi risiko dari penggunaan hutang. Selain itu perusahaan besar memiliki default risk yang lebih rendah dan memiliki probabilitas kebangkrutan yang lebih rendah daripada perusahaan-perusahaan kecil (Weston dan Thomas, 2008).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
10
Hal ini berarti bahwa semakin besar perusahaan maka pemakaian hutangnya akan menjadi lebih banyak, ini terkait rendahnya risiko perusahaan besar. Rendahnya risiko perusahaan juga akan menyebabkan biaya utang perusahaan besar juga lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga mendorong akan perusahaan untuk menggunakan hutang lebih banyak lagi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal Hubungan Risiko Terhadap Struktur Modal Semakin tinggi risiko, maka probabilitas terjadinya financial distress juga semakin tinggi (apalagi ketika perusahaan menggunakan banyak utang) Krishnan dan Moyers (1996, dalam Sumani dan Rachmawati, 2012). Ini dikarenakan earning atau laba yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang tidak menentu pula. Apabila pada kenyataannya perusahaan merugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk membayar beban bunga, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan salah satu teori struktur modal yaitu teori trade-off, semakin tinggi kemungkinan financial distress, akan semakin tinggi pula kemungkinan financial distress costs yang harus ditanggung oleh perusahaan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat penggunaan hutang yang optimum semakin rendah, sehingga perusahaan disarankan untuk mengurangi proporsi hutang dalam struktur modalnya. Risiko sangat rentan hubungannya dengan berbagai situasi, karena risiko merupakan suatu ketidakpastian dari berbagai kegiatan. Walaupun begitu, risiko masih bisa diminimalkan agar dampaknya tidak terlalu besar bagi berbagai pihak-pihak yang harus menanggungnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 : Risiko berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 54 perusahaan. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sample adalah sebagai berikut : Tabel 1 Perhitungan Jumlah Sampel No
Keterangan
Jumlah
1
Perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 Perusahaan property yang tidak menerbitkan laporan keuangan lengkap selama periode pengamatan yaitu tahun 2010-2012. Perusahaan property yang mengalami kerugian selama periode pengamatan yaitu tahun 2010-2012. Perusahaan property yang tidak termasuk dalam lima (5) perusahaan yang mempunyai rata-rata laba bersih terbesar periode tahun 2010-2012. Jumlah sampel yang digunakan
54
2 3 4
(29) (11) (9) 5
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
11
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah struktur modal yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan total hutang terhadap total ekuitas pemegang saham (shareholder’s equity) yang dimiliki perusahaan. Secara matematis proxy dapat diformulasikan sebagai berikut:
Variabel Independen a. Profitabilitas (X1) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA), yang dihitung berdasarkan laba bersih atau Earning After Tax (EAT) dibagi dengan total asset (Weston dan Thomas, 2008). Secara matematis proxy ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
b. Pertumbuhan Asset (X2) Tingkat pertumbuhan asset (Asset Growth), dalam penelitian ini menggunakan persentase perubahan pada total aktiva dari tahun (t-1) terhadap tahun sekarang (t), sebagai proxy (Weston dan Thomas, 2008). Secara matematis proxy dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dimana : Total asset (t) Total asset (t-1)
= Nilai total asset pada tahun bersangkutan = Nilai total asset satu tahun sebelum tahun yang Bersangkutan
c. Ukuran Perusahaan (X3) Ukuran perusahaan (Size), dalam penelitian ini menggunakan nilai buku dari total asset, sebagai indikator adalah size (Weston dan Thomas, 2008). Mengingat nilai aktiva perusahaan yang besar, maka dalam proses penghitungan, nilai total aktiva dihitung dalam jutaan rupiah serta ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln) sehingga satuan ukuran size bukanlah persen. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
12
d. Risiko (Risk) Risiko dalam hal ini adalah risiko bisnis (Business Risk) sebagai faktor penentu kebijakan struktur modal perusahaan, menggunakan standar deviasi dari laba sebelum bunga dan pajak atau Earning Before Interest and Tax (EBIT) dibanding dengan total asset. Risiko bukanlah suatu rasio, sehingga satuan ukurannya bukanlah persen. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji secara parsial dan simultan dengan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
DER = a +
+
+
+
+ε
Dimana : DER b0
AG
ε
= struktur modal = koefisien persamaan regresi = koefisien perubahan nilai = profitabilitas = pertumbuhan asset = ukuran perusahaan = risiko = variabel residual (tingkat kesalahan)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu struktur modal, profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko. Tabel 2 Statistik Deskriptif N DER ROA AG SIZE BRISK Valid N (listwise)
15 15 15 15 15 15
Descriptive Statistics Minimum Maximum .270 1.660 .045 .123 .066 .822 15.190 16.930 .006 .385
Mean .93400 .07593 .25627 15.94467 .04600
Std. Deviation .427364 .025328 .188209 .554177 .097194
Tabel 2 menunjukkan bahwa struktur modal memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,93400 atau 93,40% dengan nilai minimum 0,270 atau 27%, nilai maksimum 1,660 atau 166 %, dan standar deviasi sebesar 0,427 atau 42,70%. Profitabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 0,07593 atau 7,59 % dengan nilai minimum 0,045 atau 4,50%, nilai maksimum 0,123 atau 12,30 %, dan standar deviasi sebesar 0,025328 atau 2,53%. Pertumbuhan asset memiliki nilai rata-rata sebesar 0,25627 atau 25,63% dengan nilai minimum 0,66 atau 66%, nilai maksimum 0,822 atau 82,20 %, dan standar deviasi sebesar 0,188209 atau 18,82%. Ukuran
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
13
perusahaan memiliki nilai rata-rata sebesar 15,94467 dengan nilai minimum 15,190 nilai maksimum 16,930 dan standar deviasi sebesar 0, 554177. Dan yang terakhir, risiko memiliki nilai rata-rata sebesar 0,04600 dengan nilai minimum 0,006 nilai maksimum 0,385 dan standar deviasi sebesar 0,097194. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa plot menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Selain itu menurut hasil uji Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi residual lebih besar dari nilai taraf ujinya yakni 0,200>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi telah terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.057. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode sekarang (t) dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1), karena nilai DW terletak diantara nilai -2 dan 2. d. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan bahwa scatterplot membentuk titik-titik yang menyebar secara acak diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga hasil dari uji heteroskedastisitas tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas antara variabel dependen dengan variabel residualnya. Uji Hipotesis Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui apakah variabel profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko mempengaruhi struktur modal.
DER = -1,772 +
Tabel 3 Analisis Regresi + + 0,109
Unstandardized Coefficients Model B 1 (Constant) -1.772 ROA 9.238 AG 1.512 SIZE .109 BRISK -2.450 a. Dependent Variable: DER
Std. Error 5.553 8.575 1.175 .322 2.547
-
+ε
Standardized Coefficients Beta .547 .666 .141 -.557
t -.319 1.077 1.287 .337 -.962
Sig. .076 .031 .023 .074 .036
95.0% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound -14.145 10.600 -9.867 28.344 -1.105 4.129 -.608 .825 -8.126 3.226
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROA adalah sebesar 0,031. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai taraf ujinya (0,031<0,05), sehingga hipotesis diterima. Artinya, secara parsial profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Sumani dan Rachmawati (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
14
Nilai signifikansi dari variabel pertumbuhan asset lebih kecil dari nilai taraf ujinya (0,023<0,05), sehingga dapat disimpulkan secara parsial pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Kartini dan Arianto (2008), namun bertolak belakang dengan hasil penelitan Setyawan dan Sutapa (2006) yang menyatakan bahwa pertumbuhan asset mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Nilai signifikansi dari variabel ukuran perusahaan lebih besar daripada nilai taraf ujinya (0,074>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Kartini dan Arianto (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan, menurut Setyawan dan Sutapa (2006) ukuran perusahaan mempunyai positif terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel risiko lebih kecil dari nilai taraf ujinya yaitu (0,036 < 0,05), sehingga hipotesis diterima. Artinya, secara parsial risiko mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Tabel 4 Hasil Uji Simultan ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square 1 Regression .841 4 .210 Residual 1.716 10 .172 Total 2.557 14 a. Dependent Variable: DER b. Predictors: (Constant), BRISK, AG, SIZE, ROA
F 1.225
Sig. .036
Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil daripada nilai taraf ujinya yaitu (0,036 < 0,05), sehingga didapatkan kesimpulan bahwa keempat variabel independen profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen struktur modal. Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R .574a
R Square .329
Adjusted RSquare .060
Std. Error of the Estimate .414240
a. Predictors: (Constant), BRISK, SIZE, ROA, AG b. Dependent Variable: DER
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa nilai Rsquare adalah sebesar 0,329. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel independen yaitu profitabilitas (ROA), pertumbuhan asset (AG), ukuran perusahaan (SIZE) dan risiko (BRISK) yang mempengaruhi variabel dependen struktur modal (DER) adalah sebesar 32,9 %, dan sisanya sebesar 67,1 % dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 2 (2014)
15
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal . Sedangkan risiko mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Risiko merupakan ketidakpastian yang menjadi bahan penting dalam berbagai pertimbangan pengambilan keputusan di berbagai sektor terutama dalam sektor bisnis. Secara simultan profitabilitas, pertumbuhan asset, ukuran perusahaan, dan risiko mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa perusahaan yang dijadikan obyek dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk perusahaan lain di Bursa Efek Indonesia. Kemudian, penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel saja dalam menguji struktur modal. Faktor lain yang mungkin dapat berpengaruh terhadap struktur modal tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Jangka waktu pengamatan penelitian ini hanya 3 tahun yaitu periode tahun 2010-2012 sehingga kurang dapat dijadikan dasar penentu kebijakan jangka panjang struktur modal. DAFTAR PUSTAKA Sartono, A. 2008 .Manajemen Keuangan Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Riyanto, B. 2008. Dasar-dasarPembelanjaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Brigham, E.F. dan J.F. Houston. 2008. Fundamental of Financial Managements. Jakarta: Salemba Empat. Hanafi, M.M. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE Kartini dan T. Arianto. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol 12 No.1. Martono dan A. Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:EKONISIA. Setyawan, H. dan Sutapa. 2006. Analisis Faktor Penentu Struktur Modal (Studi Empiris pada Emiten Syariah di BEJ 2001-2004). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 5 No.2. Sumani dan L. Rachmawati. 2012. Analisis Struktur Modal Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Emas Vol 6 No.1. Weston J. F. dan Thomas. 2008. Manajemen Keuangan. Jakarta: Binarupa Aksara.