FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO (PER) PADA SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN DIBURSA EFEK INDONESIA Lidia Husnatul Hasanah1Surya Dharma, S.E, MSi.2Nailal Husna, S.E, MSi.2 Student Department of Management, Faculty of Economics, Universitas of Bung Hatta 2 Lecturer Department of Management, Faculty of Economics, Universitas of Bung Hatta E-mail:
[email protected] [email protected] [email protected] 1
Abstrak This study aims to determine the effect of total assets turnover , firm size , and return on assets in the sub- sectors of food and beverages in Indonesia stock exchange . Data research using secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory / ICMD , and the financial statements of the website www.idx.co.id. Independent variables used (tato , firm size , and ROA ) and the dependent variable price earnings ratio . Analysis using multiple linear regression analysis , the results of this study found that tattoos do not influence on the price earning ratio , firm size has positive influence on the price earnings ratio and ROA negative effect on the price earnings ratio in the sub sectors of food and beverages on the Stock Exchange Keyword: total assets turn over, firm size, return on assets, price earning ratio. peningkatan melebihi dugaan pelaku pasar atau
PENDAHULUAN Dalam
terakhir
terjadi perubahan nilai harga saham secara
perkembangan pasar modal Indonesia terus
abnormal kondisi ini tentu akan mendorong terjadi
mengalami kemajuan yang signifikan, keadaan
penurunan harga saham secara drastis. Fenomena
tersebut
perkembangan
tersebut harus segera disikapi oleh manajemen
pergerakan harga saham perusahaan baik secara
perusahaan karna hal ini tidak menguntungkan
gabungan maupun individual. Akan tetapi harga
bagi perusahaan. Menurut Fahmi (2011:74) untuk
saham
menentukan nilai optimal dari harga saham
dapat
yang
mempengaruhi
beberapa
dilihat
tahun
dari
terlalu
tinggi
akan
saham.
Menurut
apakah
menurunya
likuiditas
mengurangi jumlah saham yang beredar dapat
saham akibat tinggi nilai harga pasar saham
dilakukan dengan mengamati perkembangan price
terjadi karena pada umumnya investor tentu akan
earning ratio (PER)
Tandelilin
likuiditas
tentu
(2010:243)
perusahaan
akan
menambah
atau
berfikir ketika membeli saham dengan harga yang
Munculnya sentimen positif dari pelaku
relatif mahal. Kondisi tersebut tentu merugikan
pasar tentu mendorong meningkatnya nilai pasar
perusahaan.
saham perusahaan. Meningkatnya sentimen positif
Meningkatnya nilai harga pasar saham
dari pelaku pasar terutama didalam sub sektor
tentu terjadi karena adanya sentimen positif dari
makanan dan minuman mendorong menguatnya
pelaku pasar terhadap perkembangan performance
harga saham perusahaan, menguatnya harga
perusahaan. Ketika harga pasar saham mengalami
saham seiring dengan meningkatnya price earning 1
ratio. Jika diamati dengan seksama terdapat
yang jauh melebihi rata rata industri. Fenomena
beberapa perusahaan yang
memiliki komposisi
tersebut mendorong sub sektor ini menjadi salah
harga saham yang relatif sangat tinggi bahkan
satu sub sektor unggulan di pasar modal
nilai jual saham per lembar yang harus dibayarkan
Indonesia. Berikut data Perkembangan PER sub
oleh investor melebihi seratus ribu, keadaan
sektor tersebut
tersebut juga di iringi dengan nilai price earning Tabel 1.1 Perkembangan Nilai PER Sektor Industri Barang dan Konsumsi No
Sektor Barang dan Konsumsi
Perusahaan
1 Sub sektor Makanan dan Minuman 2 Sub sektor Rokok 3 Sub sektor Farmasi 4 Sub sektor Consumer Goods 5 Sub sektor peralatan Rumah Tangga Sumber www.idx.go.id (2014)
17 3 9 3 2
Fenomena pergerakan harga saham
2011 13.71 10.80 21.94 17.93 36.91
diperhatikan,
Rata-rata PER (X) 2012 43.82 11.62 24.51 53.48 7.76
karena
2013 47.32 14.65 27.45 46.44 37.10
tentu
akan
secara abnormal yang diisyaratkan dengan
membahayakan posisi likuiditas perusahaan.
adanya nilai PER yang tinggi terlihat pada
Beberapa perusahaan dengan harga saham
beberapa
yang sangat tinggi atau over value dapat
perusahaan
dalam
sub
sektor
makanan dan minuman, tobaco dan consumer
dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini:
good. Masing masing perusahaan mampu No
1
2
3
4
5
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
Kode
Nama Perusahaan
FAST
PT Fast Food Indonesia
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
MLBI
PT Multi Bintang Tbk
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Tbk
Close Price
PER (X)
5.200 9.200 9.950 12.000 13.000 4.500 4.338 4.708 3.591 3.328 177.000 274.950 359.000 740.000 900.000 62.000 120.000 111.500 255.000 285.000 580 2.383 933 2.704 2.743
12.75 20.57 20.00 26.81 26.43 8.96 16.42 22.58 20.64 22.91 10.95 13.08 14.91 34.39 27.47 7.85 13.16 11.77 19.13 24.25 27.39 32.63 30.79 10.87 35.03
Sumber www.idx.go.id (2014)
2
Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa PT
oleh
beberapa
variabel
yang
meliputi
Multi Bintang Tbk memiliki harga saham yang
efektifitas dalam pengelolaan sumber dana,
abnormal yaitu mencapai Rp 900.000 yaitu
ukuran
pada tahun 2013, tingginya harga saham juga
perusahaan.
di iringi dengan nilai price earning ratio yang
mengelola sumber dana tentu dapat dilihat dari
tinggi,yaitu mencapai 27,47%. Harga saham
perkembangan activity ratio.
perusahaan,
dan
Efektifitas
profitabilitas
perusahaan
dalam
yang tinggi juga dimiliki oleh PT Delta
Selanjutnya dijelaskan activity ratio
Djakarta Tbk, nilai harga saham paling
menunjukan bagian dari kinerja keuangan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu
perusahaan dalam menciptakan efektifitas dan
mencapai 285.000 per lembar saham, ditahun
efisiensi
yang sama nilai price earning ratio yang
keuangan. Salah satu ukuran yang dapat
dimiliki perusahaan mencapai 24,25%. Sesuai
digunakan untuk mengukur activity ratio
dengan data yang diperoleh terlihat bahwa
adalah totalassets turnover. Rasio tersebut
pada beberapa perusahaan dengan harga
menunjukan perbandingan antara total nilai
saham yang digolongkan abnormal. Jika
penjualan dengan total rata-rata aset yang
dibiarkan tentu akan mendorong menurunya
digunakan.
Semakin
likuiditas saham, atau menciptakan dampak
perpurataran
aset
yang negatif bagi perusahaan.
pemanfaatan
Jika diamati ketidakwajaran harga saham seiring dengan tingginya nilai price
dalam
mengelola
sumber
tinggi
dana
tingkat
menunjukan
efektifitas
semakin
meningkat
aset
(Brigham dan Houston 2006:307) Rumusan Masalah
earning ratio, pada dasarnya price earning
Secara umum beberapa masalah yang
ratio menunjukan perbandingan antara nilai
dapat dirumuskan didalam penelitian
harga pasar saham yang dengan jumlah laba
ini adalah sebagai berikut:
perlembar saham yang diterima investor. Tingginya
nilai
price
earning
ratio
1. Bagaimanakah
pengaruh
totalassets
terhadap
turnover
menunjukan bahwa harga saham perusahaan
price earning ratio sub sektor
mengalami peningkatan atau mengalami over
makanan dan minuman yang
value. Jika diamati over value tentu menjadi
terdaftar di BEI ?
fenomena yang cenderung dihadapi oleh
2. Bagaimanakah pengaruh ukuran
pelaku pasar. Bagi investor yang belum
perusahaan
memiliki saham, keputusan untuk membeli
earning ratio sub sektor makanan
saham akan dilakukan pada saat harga saham
dan minuman yang terdaftar di
mengalami penurunan, sedangkan menjual
BEI ?
saham pada saat harga saham mengalami
price
3. Bagaimanakah pengaruh return on assets terhadap price earning
peningkatan. Menurut
terhadap
Brigham
dan
Houston
(2006:305) price earning ratio dipengaruhi
ratio sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI ? 3
kemungkinan harga saham mengalami over LANDASAN TEORI DAN
value.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Ketika over value terjadi dapat dinyatakan bahwa perusahaan mengalami peningkatan nilai akan tetapi jika nilai harga saham
Efisiensi Pasar Modal Pada umumnya situasi pasar modal
mengalami
peningkatan
secara
abnormal
efisien menunjukkan hubungan antara harga
risiko yang dapat dihadapi perusahaan adalah
pasar dan bentuk pasar. Efisiensi pasar modal
berkurangnya posisi likuiditas saham oleh
ditentukan oleh seberapa besar pengaruh
sebab itu untuk menjaga kadar kenormalan
informasi yang relevan, yang dipertimbangkan
saham manajemen tentu dapat mengamati
dalam
investasi.
perkembangan price earning ratio. Menurut
Tandelilin (2001: 112) menjelaskan bahwa
Tandelilin (2010:79) price earning ratio
konsep pasar yang efisien lebih ditekankan
menunjukan perbandingan antara laba per
pada aspek informasi, artinya pasar yang
saham dengan jumlah saham yang beredar.
efisien adalah pasar di mana harga semua
Ketika
sekuritas
telah
mengalami peningkatan, melebihi rata rata
mencerminkan semua informasi yang tersedia.
industri menunjukan posisi harga saham
Lain halnya dengan Jogiyanto (2010: 517)
perusahaan mengalami peningkatan.
pengambilan
yang
keputusan
diperdagangkan
nilai
price
earning
ratio
terus
menjelaskan bahwa jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Price
keseimbangan
earning ratio
baru
yang
sepenuhnya
mencerminkan informasi yang tersedia, maka
Price earning ratio tentu merupakan
kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar
salah
efisien.
mempengaruhi
Price Earning Ratio
berinvestasi. Oleh sebab itu pengamatan
Menurut Sartono (2010:141) price
satu
terhadap
rasio
terpenting
penilaian
sejumlah
yang
invetor
dapat dalam
variabel
yang
earning ratio merupakan rasio yang dapat
mempengaruhi peningkatan price earning
dijadikan
atau
ratio sangat penting dilakukan. Brigham dan
mengamati perubahan nilai perusahaan. Price
Houston (2006:305) mengemukakan bahwa
earning ratio juga menunjukan terjadinya
price earning ratio dapat dipengaruhi oleh
peningkatan atau penurunan dari saham yang
sejumlah
variabel
dihasilkan perusahaan. Ketika price earning
leverage,
profitabilitas
ratio
variabel yang berasal dari luar perusahaan.
indikator
mengalami
mengidentifikasikan
untuk
melihat
peningkatan bahwa
harga
juga saham
Menurut
seperti
Husnan
activity
hingga
dan
ratio,
beberapa
Pudjiastuty
mengalami kenaikan harga dalam porsi yang
(2001:111) pada dasarnya price earning ratio
tinggi. Peningkatan price earning ratio dengan
akan mengalami peningkatan jika perusahaan
nilai yang lebih tinggi juga menunjukan
dapat menciptakan kinerja operasional yang 4
baik, seperti kemampuan dalam menjaga
menghasilkan laba selama periode tertentu.
kinerja likuiditas, solvabilitas, activity ratio
Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan
hingga profitabilitas. Konsistensi perusahaan
kesuksesan
dalam menjaga konsistensi kinerja tentu
menggunakan aktivanya secara produktif,
mendorong munculnya kepercayaan pasar dan
dengan
mendorong
perusahaan
meningkatnya
mekanisme
perusahaan
demikian
dan
kemampuan
profitabilitas
dapat
diketahui
suatu dengan
permintaan dan penawaran terhadap saham,
membandingkan antara laba yang diperoleh
akibatnya
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau
harga
saham
melesat
naik
mendorong nilai price earning ratio juga
jumlah modal perusahaan tersebut.
mengalami peningkatan. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan adalah sebuah
Total Assets Turnover Sartono (2010:147) mengungkapkan bahwa
kemampuan
menciptakan
produk
yang
didalam
besar
atau
kecilnya
sebuah
perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan
berkualitas akan membantu meningkatkan
hanya dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu
perputaran aset. Semakin tinggi perputaran
ukuran besar, menengah dan kecil. Menurut
menunjukan terjadinya efektifitas pengelolaan
Sartono (2010:178) mengungkapkan bahwa
assets, dan akan mengurangi adanya sejumlah
perusahaan-perusahaan
aset yang menganggur. Untuk mengamati
memiliki
perputaran aset dapat dilihat dari total assets
mengalami ketergantungan pada hutang untuk
turnover. Untuk mengetahui total assets
menjaga
turnover dapat dilihat dari laporan keuangan.
perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih
Secara umum total assets turnover dapat dicari
kecil
dengan cara melakukan perbandingan antara
pemanfaatan hutang untuk mencapai skala
total
produksi tertentu.
dengan
unggul
menurut
dan
penjualan
yang
baik
sebuah skala dimana dapat di klasifiksikan
totalassets
yang
dorongan
skala
lebih
yang yang
lebih
produksinya
dapat
lebih
besar untuk
sedangkan
mengoptimalkan
dimiliki perusahaan. Return on assets
Pengembangan Hipotesis
Salah satu aspek untuk mengukur kinerja perusahaan adalah dengan aspek profitabilitas atau laba perusahaan. Menurut Harahap
(2010:304)
Pengaruh Total Assets Turnover Terhadap Price earning ratio Hasil
penelitian
Kurnia
(2005)
profitabilitas
menemukan bahwa debt equity ratio dan total
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
assets turnover berpengaruh positif terhadap
memperoleh laba dalam hubungannya dengan
price earning ratio. Berdasarkan beberapa
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
hasil penelitian terdahulu tersebut maka
Mencapai profitabilitas yang tinggi adalah
diajukan
tujuan utama dari semua perusahaan untuk
dibuktikan yaitu:
sebuah
hipotesis
yang
akan
5
H1
Total
assets
turnover
Model Kerangka Berfikir
berpengaruh positif terhadap price earning ratio
Berdasarkan beberapa landasan teori dan beberapa hasil penelitian
terdahulu,
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
mendorong peneliti membuat sebuah model
Price earning ratio
kerangka berfikir yang akan dipedomani
Hasil penelitian Yudi Santosa (2009)
didalam penelitian ini seperti yang terlihat
meneliti tentang analisis pengaruh faktor
pada gambar I dibawah ini:
leverage,
Gambar I Model Kerangka Berfikir
dividen
payout
ratio,
earning
growth, size dan kas operasi terhadap price earning ratio di BEJ. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan earning growth, size dan kas operasi berpengaruh positif terhadap price
Total Assets Turnover
earning ratio di BEJ. Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu maka diajukan sebuah
hipotesis
yang
akan
dibuktikan
Ukuran Perusahaan
Price Earning Ratio
didalam penelitian ini yaitu: H2
Ukuran
perusahaan
berpengaruh positif terhadap
Return on Assets Perusahaan
price earning ratio Pengaruh Return On Asset Terhadap Price
METODE PENELITIAN
earning ratio
PopulasidanSampel Menurut Sekaran (2011:110) populasi
Hasil penelitian Yulia dan Rahman (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang
merupakan
kesatuan
atribut
yang
saling
mempengaruhi price earning ratio pada
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan
perusahaan public di BEI. Variabel yang
tertentu. Pada penelitian ini yang menjadi
digunakan DER, firm size, EPS dan ROA.
populasi adalah seluruh perusahaan makanan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan DER,
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
EPS, dan ROA berpengaruh positif terhadap
Indonesia yang berjumlah 17 perusahaan. Jika diamati dari populasi terlihat
price earning ratio pada perusahaan public di BEI. Berdasarkan beberapa hasil penelitian
jumlah
terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis
pengambilan sampel dilakukan adalah seluruh
yang akan dibuktikan yaitu:
perusahaan makanan dan minuman. Karena
H3
populasi
relatif
sedikit
sehingga
Return on assets berpengaruh
populasi sama dengan jumlah sampel maka
positif terhadap price earning
metode pengambilan sampel yang digunakan
ratio
adalah sensus. Menurut Sugiyono (2008:72) didalam metode tersebut seluruh populasi
6
dicek
secara
seksama
untuk
kemudian
dijadikan target sampel.
Jenis dan Sumber Data
Total Assets Turnover 2. Ukuran Perusahaan
Menurut Sartono (2010:148) ukuran
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah dan dipublikasikan
oleh
berkepentingan.
pihak
Data
Penjualan Total Aktiva
pihak
sekunder
yang yang
digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan meliputi price earning ratio, total assets turnover, return on assets dan size. Data observasi yang digunakan dari
perusahaan merupakan skala yang menunjukan besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Untuk mengukur ukuran perusahaan maka digunakan total asset. Secara umum ukuran perusahaan dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Ukuran perusahaan = LN total asset Ket: LN = Logaritma Natu ral
tahun 2009 -2013. Variabel Dependen
3. Return on assets
Price earning ratio
Menurut Harahap (2011:305) return
Menurut Sartono (2010:148) price earning
ratio
merupakan
rasio
yang
menunjukan nilai yang dimiliki perusahaan. Price earning ratio dapat dicari dengan menggunakan rumus laba per saham yang dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Untuk mengukur earning per share
on assets merupakan rasio yang menunjukan perbandingan antara laba bersih dengan total assets, secara umum return on assets dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Re turn on Assets
dapat dicari dengan menggunakan rumus: Pr ice Earning Ratio
Harga Per Lembar Saham Laba Per Lembar Saham
Laba Bersih x 100 Total Assets
Analisis Regresi (Pooled Least Square Methods) Merupakan sebuah persamaan regresi
Variabel Independen Secara umum yang menjadi variabel independen didalam penelitian ini adalah: 1. Total assets turnover
yang
bertujuan
pengaruh
untuk
variabel
menentukan
independen
arah
terhadap
variabel dependen, karena tipe data yang
Menurut Sartono (2010:142) total
digunakan pool atau panel maka model regresi
assets turnover adalah rasio yang menunjukan
yang dipakai menggunakan metode Pooled
efektifitas perusahaan dalam mengelola assets
Least
yang tersimpan didalam perusahaan. Untuk
persamaan
mencari total assets turnover maka digunakan
menggunakan Pooled Least Square Methods
rumus sebagai berikut:
terlihat dibawah ini (Winarno, 2009: 42).
Square
Methods.
regresi
Secara
berganda
umum dengan
7
Y= a+β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4i
variabel bebas lebih besar dari 0,8, maka terjadi miltikolinearitas.
Dimana: Y = Price Earning Ratio α = Konstanta β = Koefisien Regresi X1.it = Total assets turnover pada periode tahun ke-t X2it = Ukuran perusahaan (size) pada periode tahun ke-t X3it = Return on assets pada periode tahun-t e = Error Term
Uji Heteroskedastisitas Pada
penelitian
heteroskedastisitas
ini
pengujian
dilakukan
dengan
menggunakan uji White. Menurut Winarno (2009:14) uji white menggunakan residual sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya terdiri dari variabel yang sudah
Pada
model
regresi
dengan
ada (total assets turnover, ukuran perusahaan
menggunakan metode Pooled Least Square
dan return on assets) yang dikuadratkan,
Methods terdapat dua alternatif pilihan untuk
ditambah dengan perkalian masing masing
menciptakan model yang optimal yaitu fixed
variabel independen. Setelah langkah tersebut
effect atau menggunakan random effect. Pada
dilakukan
model penelitian ini alternative pengolahan
diregresikan dengan nilai residual. Gejala
yang dilakukan menggunakan fixed effect ,
heteroskedastisitas tidak akan terjadi bila nilai
karena jumlah panel data yang digunakan
probability ≥ α 0,05. Setelah seluruh variabel
masih relatif berkisar antara > 30 – 500
terbebas dari gejala heteroskedastisitas maka
sedangkan random effect digunakan untuk
tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat
jumlah panel observasi yang lebih banyak.
segera dilaksanakan.
maka
variabel
independen
Uji Autokorelasi
Uji Asumsi Klasik
Menurut Winarno (2009:27) dalam Uji Normalitas
menggunakan Durbin Watson. Secara umum
Menurut Winarno (2009:37) Dalam melakukan pengujian normalitas digunakan uji Jargue-Bera. Normalnya nilai residual dilihat
test koefisien DW yang terbebas dari gejala autokorelasi berkisar antara 1,54 sampai dengan
2.46.
Setelah
seluruh
variabel
penelitian terbebas dari gejala autokorelasi
dari nilai probability > alpha 0,05.
maka tahapan pengolahan data lebih lanjut Uji Multikolinearitas Pada
dapat segera dilaksanakan.
penelitian
ini
pengujian
multikolinearitas dilakukan dengan statistic correlations terdeteksi
Menurut atau
Winarno
tidaknya
(2009:2)
multikolinearitas
dapat diketahui dari koefisien korelasi masingmasing variabel bebas. Jika koefisien masingmasing
korelasi
diantara
masing-masing
8
dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu
Pengujian Hipotesis
dilakukan pengumpulan data dan informasi Uji t-statistik
tentang
Nachrowi penerimaan
(2006:18-19) atau
variabel
penelitian.
Data
yang
menyatakan
digunakan bersumber dari Indonesian Capital
hipotesis
Market of Directory dan laporan keuangan
penolakan
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
tahunan yang diperoleh dari www.idx.go. Data yang digunakan dari tahun 2009 sampai
1
Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berartibahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen. 2
dengan
2013.
Berdasarkan
kepada
hasil
pemeriksaan terhadap masing-masing laporan keuangan
maka
diperoleh
tahapan
pengambilan sampel seperti terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel
Jika nilai signifikan < 0,05 maka
Keterangan
Jumlah
Persen
Jumlah Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2009 – 2013 Jumlah Perusahaan yang tidak memiliki LK yang lengkap Tahun 2009 - 2013 Perusahaan yang memenuhi kriteria Perusahaan manufaktur yang delisting Tahun 2009 – 2013
17
100
0
0
17
100
0
0
Jumlah perusahaan yang memenuhi syarat
17
100
hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel
independen
tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 3
Uji t ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝛽𝜂 𝑡= 𝑠𝛽𝜂
Pada Tabel 4.1 teridentifikasi bahwa total perusahaan makanan dan minuman yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 berjumlah 17
Dimana :
perusahaan, setelah dilakukan pemeriksaan
t
= Uji parsial
seluruh perusahaan tersebut teridentifikasi
𝛽𝜂
= Koefisien Regresi
memiliki laporan keuangan yang lengkap,
𝑠𝛽𝜂
=Standar error masing-masing
sepanjang
periode
observasi,
begitupun
dengan konsistensi mereka untuk selalu listing
Variabel
di Bursa Efek Indonesia, 100% perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis
yang
akan
dibuktikan
tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh total assets turnover, ukuran perusahaan dan return on assets terhadap
price
earning
ratio.
Sebelum
sebab itu 17 perusahaan dalam kelompok industri
makanan
dan
minuman
dapat
digunakan dalam tahapan pengolahan data.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh gambaran umum 9
tentang masing masing variabel penelitian
assets turnover tertinggi yang dimiliki salah
yang digunakan terlihat pada Tabel 4.2
satu perusahaan yang dijadikan sampel adalah
dibawah ini:
sebesar 2,96%. Sepanjang periode observasi
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Sumber : Lampiran 1 Variabel Penelitian Price earning Ratio Total Assets Turnover Size Return on Assets
assets turnover rata rata yang dimiliki seluruh perusahaan sampel adalah sebesar 1,27%
-23.42
53.93
14.81
Stand ar Devia si 10.85
0.14
2.96
1.27
0.59
Min
dari tahun 2009 sampai dengan 2013 nilai total
Max
Mean
dengan standar deviasi sebesar 0,59. Hasil yang diperoleh menunjukan posisi perpuratan assets perusahaan makanan dan minuman dalam
mendorong
peningkatan
penjualan
relatif baik. 6.90 -107.39
18.17 43.22
14.22 8.78
1.69 16.02
Sesuai dengan definisi operasional dan pengukuran variabel, ukuran perusahaan size merupakan variabel ketiga yang digunakan
Pada Tabel
4.2 terlihat bahwa
variabel price earning ratio terendah yang dimiliki salah satu perusahaan sampel adalah sebesar
-23,42%,
keadaan
tersebut
menunjukan bahwa penurunan posisi price earning ratio terendah yang dimiliki salah satu perusahaan adalah 23,42%, sedangkan nilai price earning ratio tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar
53.93%.
Sepanjang periode observasi rata-rata nilai price earning ratio yang dimiliki pada umum perusahaan sampel adalah sebesar 14,81% dengan
standar
deviasi
sebesar
10,85.
Berdasarkan nilai rata-rata price earning ratio yang dimiliki oleh seluruh perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 menunjukan nilai
price
earning
ratio
yang
dimiliki
perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia relatif tinggi.
nilai
total
sampai dengan 2013 nilai ukuran perusahaan terendah yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 6,90% sedangkan nilai ukuran perusahaan tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan sampel adalah sebesar 18,17%. Secara keseluruhan rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel memiliki komposisi size sebesar
14,22%
dengan
standar
deviasi
mencapai 1,69. Return on assets merupakan variabel keempat yang digunakan didalam penelitian ini, berdasarkan data yang berhasil diperoleh diketahui nilai return on assets terendah yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 107,39%.
Keadaan
tersebut
menunjukan
bahwa salah satu perusahaan makanan dan minuman yang dijadikan sampel mengalami kerugian antara tahun 2009 samapai dengan
Sesuai dengan statistic deskriptif juga teridentifikasi
didalam penelitian ini, sepanjang tahun 2009
assets
turnover
terendah yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 0,14% sedangkan nilai total
2013. Nilai return on assets tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 43,22%. Secara keseluruhan rata-rata return on assets yang dimiliki perusahaan yang dijadikan 10
sampel adalah sebesar 8,78% dengan standar
probability hasil pengujian Jargue Bera
deviasi data sebesar 16,02. Sesuai dengan rata-
sebesar
rata return on assets yang dimiliki pada
tersebut menunjukan bahwa nilai probability
umumnya perusahaan sampel menunjukan
sebesar 0,585143 > alpha 0,05 maka dapat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian
laba dengan memanfaatkan assets relatif
yang digunakan telah berdistribusi normal,
tinggi.
sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut
Pengujian Asumsi Klasik
dapat segera dilaksanakan.
Sebelum dilakukan tahapan pengujian
klasik.
Secara
yang
diperoleh
Gejala multikolinearitas akan terjadi
tahapan
bila hubungan yang terbentuk antar variabel
pengujian asumsi klasik yang digunakan
independen relatif kuat atau melebihi (r =
didalam penelitian ini terlihat pada sub bab
0,80). Tahapan pengujan hipotesis dapat
dibawah ini:
dilanjutkan
Hasil Pengujian Normalitas
independen
Pengujian
umum
Hasil
Pengujian Multikolinearitas
hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi
0,585143.
seluruh
terbebas
variabel
dari
gejala
dilakukan
multikolinearitas.
Tahapan
dengan menggunakan bantuan uji absolute
multikolinearitas
dilakukan
residual normality. Untuk menentukan normal
menggunakan
atau
variabel
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas
penelitian ditentukan lewat bantuan Jargue
yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil
Bera Test. Normalnya masing masing variabel
terlihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:
tidaknya
ditentukan
normalitas
setelah
masing
dari
nilai
masing
probability
hasil
pengujian
yang
telah
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Normalitas Residual Jargue Bera Variabel
Sumber : lampiran 2
dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.3 dibawah ini
Nilai probability (p) P
α
0.585143
0.05
Keterangan
85
Koefisien r 0.341802 0.331237
Cut Off 0,80
0.199212
0,80
0,80
Kesimpulan Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa masing masing
Residual
correlation.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas Variabel Penelitian TATO SIZE TATO ROA SIZE ROA
N
dengan
masing
masing variabel yang harus berada diatas 0,05. Berdasarkan
statistik
pengujian
Normal
Sumber : lampiran 1
variabel
independen
yang
akan
dibentuk kedalam model regresi berganda telah tebebas dari gejala multikolinearitas,
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai
karena masing masing variabel independen
flochar residual dari masing masing variabel
memiliki nilai koefisien korelasi (r) dibawah
relatif mengikuti pola garis lurus dengan nilai 11
0,80. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data
maka
dapat
lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.
variabel
disimpulkan
penelitian
yang
bahwa
seluruh
akan
dibentuk
kedalam model regresi berganda telah terbebas
Pengujian Autokorelasi Menurut Winarno (2009: 27) gejala
gejala heteroskedastistas. Oleh sebab itu
autokorelasi tidak akan terjadi bila nilai DW
tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat
yang dihasilkan berada antara 1,54 sampai
segera dilakukan.
dengan 2,46. Berdasarkan hasil pengujian
Tabel 4.7
yang telah dilakukan terlihat hasil pada Tabel
Hasil Pengujian Hipotesis
4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Autokorelasi Keterangan
Koefisien
Durbin Watson (DW)
2.260715
Sumber : lampiran3 Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai DW yang dihasilkan adalah 2.260715, hasil
Variabel
Koef
Penelitian
Regresi
(Constan)
Prob
Alpha
Simpulan
0,05
Tidak
-67.23
Total Assets
Signifikan
Turnover
-3.29
0.1733
Size
6.45
0.0227
Return on Assets
-0.76
0,05
Signifikan
0,05
Signifikan
0.0002
2
yang
diperoleh
tersebut
menunjukan
F-Prob
tidakterdapatgejalaautokorelasi
heteroskedastisitas
hasil yang
telah
0.000
Sumber : lampiran 3 Pada
Pengujian Heteroskedastisitas Berdasarkan
R 0.643
pengujian dilakukan
diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.6 dibawah ini:
tahapan
pengujian
hipotesis
pertama dengan menggunakan variabel total assets turnover diperoleh nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar 3,29 dengan nilai
probability
sebesar
0.1733.
Nilai
probability yang diperoleh 0,1733 > alpha 0,05
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Uji White
maka keputusannya adalah Ho diterima dan
Keterangan
Obs*RSquared
total assets turnover tidak berngaruh terhadap
Persamaan price earning ratio
11.81357
Probability
Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
price earning ratio pada perusahaan makanan
0.2240
dan minuman di Bursa Efek Indonesia.Temuan yang diperoleh konsisten dengan penelitian
Sumber : lampiran 2
Sartobo (2010), Denis dan Son (2012) yang
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa hasil pengujian
menemukan bahwa total assets turnover tidak
heteroskedastisitas melalui uji white diperoleh
berpengaruh terhadap price earning ratio
nilai Prob Obs*R-squared sebesar 0,2240.
Hasil tahapan pengujian hipotesis
Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan
kedua dengan menggunakan variabel ukuran
bahwa nilai probability 0,2240 > alpha 0,05
perusahaan size diperoleh nilai koefisien 12
regresi bertanda positif sebesar 6,45 dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudi
nilai probability sebesar 0,0227. Pada tahapan
Santosa (2009) danSudirja Arifin (2013)
pengolahan data digunakan tingkat kesalahan
menemukan
sebesar 0,05. Hasil yang diperloleh tersebut
berpengaruh positif terhadap price earning
menunjukan bahwa nilai probability sebesar
ratio (studi kasus perusahaan manufaktur di
0,0227 < alpha 0,05 maka keputusannya
BEI). Hasil yang konsisten juga diperoleh oleh
adalah Ho ditolak, dengan kata lain H 2
Sinambela (2009) yang menemukan bahwa
diterima sehingga hipotesis kedua terbukti
return on assets berpengaruh positif terhadap
menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
price earning ratio.
bahwa
return
on
assets
positif terhadap price earning ratio pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN
Efek
SARAN
Indonesia.Temuan
inididukungolehpenelitian yang dilakukan oleh
Kesimpulan
Meygawan (2012) danElka Retyansari (2005) menemukan
bahwa
ukuran
Berdasarkan
kepada
analisis
dan
perusahaan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang
berpengaruh terhadap price earning ratio.
telah dilakukan dapat diajukan kesimpulan
Temuan
tersebut
penting
semakin
tinggi
mengisyaratkan ukuran
bahwa
perusahaan
akan
mendorong meningkatnya price earning ratio. Pada
tahapan
pengujian
hipotesis
yang
merupakan
jawaban
dari
permasalahan yang dibahas yaitu: 1. Total
assets
berpengaruh
turnover
tidak
terhadapprice earning
ketiga dengan menggunakan variabel return
ratio pada perusahaan makanan dan
on assets diperoleh koefisien regresi -0,76
minuman di Bursa Efek Indonesia.
dengan nilai probability sebesar 0.0002. Hasil
2. Ukuran
perusahaan
berpengaruh
yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa
positif terhadap price earning ratio
nilai probability sebesar 0.0002 < alpha 0,05
pada
maka keputusannya adalah Ho ditolak, dengan
minuman di Bursa Efek Indonesia.
kata lain H3 diterima, sehingga return on asset
3. Return on assets berpengaruh negatif
(ROA) berpengaruh signifikan terhadap price
terhadap price earning ratio pada
earning ratio pada perusahaan makanan dan
perusahaan makanan dan minuman di
minuman di BEI. Akan tetapi karna arah
Bursa Efek Indonesia.
perusahaan
makanan
dan
berbeda dengan hipotesis yang diajukan maka temuan yang diperoleh pada tahapan pengujian hipotesis ditolak sehingga ROA berpengaruh
Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa hasil yang
negatif terhadap price earning ratio pada
diperoleh
didalam
penelitian
ini
masih
perusahaan makanan dan minuman di Bursa
memiliki sejumlah kekurangan, secara umum
Efek Indonesia.Temuan yang diperoleh pada
keterbatasan yang peneliti rasakan yaitu:
tahapan pengujian hipotesis ketiga konsisten 13
1. Jumlah sampel yang digunakan relatif kecil hanya menggunakan perusahaan yang
berada
dalam
kelompok
makanan dan minuman,
sehingga
tidak
populasi
mewakili
jumlah
perusahaan di Bursa Efek Indonesia, serta periode observasi data yang digunakan untuk tahapan pengujian hipotesis masih terlalu pendek. 2. Masih terdapat sejumlah variabel yang mempengaruhi price earning ratio yang
tidak
digunakan
didalam
peneltian ini seperti debt to equity ratio, earning per share dan berbagai variabel lainnya.
Fahmi, Irham. 2011. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Alfabeta. Bandung Harahap, Sofyan. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada. 2010 Jogiyanto, S.H.2010. Teori Portofolio dan Analisa Investasi Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE. Kurnia, Natakia Krisnadi. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan Non Finansial yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (Studi Empiris pada Periode 20012003). Jurnal Manajemen Volume 1 Nomor 2. Universitas Indonesia. Jakarta
REFERENSI Agus, Irianto. 2010. Statistika Konsep, Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Brigham, Eugene F. & Houston, Joel F. 2008. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta Denis Arman dan Son Ilman. 2012. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Price earning ratio Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Keuangan Volume 3 Nomor 2. Universitas Brawijaya. Malang.
Meygawan, Nurseto Aji. 2012. Analisis factorfaktor yang Mempengaruhi Price earning ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2007-2010. Jurnal Manajemen Volume 1 Nomor 1. Universitas Diponegoro. Semarang. Nachrowi
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta. BPFE Sartobo.
Elka, Retyansari. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PER Saham Perusahaan Industri Manufaktur di BEJ. Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro.
& Usman, Hardius. 2006. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi PER Pada Perusahaan Non Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Volume 4 Nomor 3. Semarang. Universitas Dipenegoro.
14
Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Indonesia Salemba Empat. Jakarta. Sudirja
Arifin. 2013. Pengaruh Kinerja Fundamental Terhadap Price earning ratio.Jurnal Manajemen Keuangan Universitas Kristen Petra Volume 2 Nomor 2. Surabaya. Universitas Kristen Petra.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi(Teori dan Aplikasi) Yogyakarta. BPFE UGM. Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori danAplikasi. Yogyakarta : Ekonisia FE UII. Winarno,
Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yudi Santosa. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Leverage, Dividen Payout Ratio, Earning Growth, Size , dan Arus Kas Operasi Terhadap Price Earning Ratio (PER) di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang. Universitas Diponegoro Yulia Rahman dan Rahman Dwinta. 2012. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Price earning ratio Pada Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Keuangan Berskala 3. Volume 2 Nomor 5. Universitas Brawijaya. Malang
15