ISSN : 2477-6092
Vol :1
No : 1
Tahun: 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN NASABAH DAN DAMPAKNY PADA LOYALITAS NASABAH PT.BRI SIMPANG ENAM RANTAUPRAPAT Pristiyono , SE, M.Si HUBUNGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DENGAN KINERJA KARYAWAN BRI CABANG RANTAUPRAPAT Zulkifli Musannip Efendi Siregar.,S.Kom.,MM PENGARUH SALES PROMOTION TERHADAP PRILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI KENDERAAN BERMOTOR RODA DUA DI LABUHANBATU Desmawaty Hasibuan.,S.E.,MM PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUASAN NASABAH PINJAMAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BRI UNIT LEBUSONA PADA MASYARAKAT KELURAHAN BAKARANBATU
Muhammad Irwansyah Hasibuan,SE.,M.Si HUBUNGAN ANTARA TINGKAT EKONOMI MASYARAKAT DENGAN PARTISIPASI POLITIKNYA PADA PILKADA CALON BUPATI LABUHANBATU DAN WAKILNYA TAHUN 2010 Siti Lam’ah Nasution, SH, MM ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG TERDAFTAR DI BEI Raja Saul Marto Hendry, SE, MM KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KABUPATEN LABUHANBATU DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Syarifur Ridho S.E.,M.H DAMPAK KABUT ASAT TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT LABUHANBATU Nurintan Asyiah Siregar, SE, M.Si DINAR UANG MASA DEPAN Rizky Syahputra, Lc, Mei HUBUNGAN ANTARA RETURN ON ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013
Musdalifah Diterbitkan Oleh : Zebua, S.Sos, MM SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) STIE LABUHANBATU Jl.Sisingamangaraja No.126 Km. 3.5 Aek Tapa Rantauprapat Sumatera Utara
1
Telp. (0624) 21901 JURNAL EKONOMI BISNIS DAN MANAJEMEN “ECOBISMA”
Penanggung Jawab DR. H. Amarullah Nasution.,S.E.,M.BA Hayanuddin Safri.,S.E.,M.Si Pemimpin Umum M. Irwansyah Hasibuan, S.E.,M.Si Wakil Pemimpin Umum Pristiyono, S.E,M.Si Editor Ahli Zulkifli Musannip Efendi Siregar, S.Kom,M.M Abd. Rasyid Syamsuri.,S.E.,M.Si Pemimpin Redaksi Zulkarnain Nasution.,S.E.,M.Si Ali Syahputra Dalimunthe.,S.E.,M.Si Desmawaty Hasibuan.,S.E.,MM Sekretaris Redaksi Khairul Rizal, S.TP Dewan Redaksi Pitriyani, SE, MM Zuriani Ritonga.,S.E.MM Nurintan Asyiah Siregar, S.E.,M.S.i Tata Usaha Rosnaini Nasution, SE
Alamat Redaksi/ Diterbitkan Oleh : SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU Jln. S.M Raja, No. 126 Km 3,5 Aek Tapa, Rantauprapat, Sumatera Utara Telp : (0624)21901
2
DAFTAR ISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN NASABAH DAN DAMPAKNYA PADA LOYALITAS NASABAH PT.BRI SIMPANG ENAM RANTAUPRAPAT Pristiyono , SE, M.Si Hal 1-9 HUBUNGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DENGAN KINERJA KARYAWAN BRI CABANG RANTAUPRAPAT Zulkifli Musannip Efendi Siregar.,S.Kom.,MM Hal 10-17 PENGARUH SALES PROMOTION TERHADAP PRILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI KENDERAAN BERMOTOR RODA DUA DI LABUHANBATU Desmawaty Hasibuan.,S.E.,MM Hal 18 -35 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUASAN NASABAH PINJAMAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BRI UNIT LEBUSONA PADA MASYARAKAT KELURAHAN BAKARANBATU Muhammad Irwansyah Hasibuan,SE.,M.Si Hal 36 -48 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT EKONOMI MASYARAKAT DENGAN PARTISIPASI POLITIKNYA PADA PILKADA CALON BUPATI LABUHANBATU DAN WAKILNYA TAHUN 2010 Siti Lam’ah Nasution, SH, MM Hal 49-62 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Raja Saul Marto Hendry, SE, MM Hal 63-69 KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KABUPATEN LABUHANBATU DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Syarifur Ridho S.E.,M.H Hal 70-75 DAMPAK KABUT ASAT TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT LABUHANBATU Nurintan Asyiah Siregar, SE, M.Si Hal 76-82 DINAR UANG MASA DEPAN Rizky Syahputra, Lc, Mei Hal 83-91 HUBUNGAN ANTARA RETURN ON ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN INDUSTRI BAHAN DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 Musdalifah Zebua, S.Sos, MM Hal 92-99
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN NASABAH DAN DAMPAKNYA PADA LOYALITAS NASABAH PT.BRI SIMPANG ENAM RANTAUPRAPAT PRISTIYONO, S.E.,M.Si NIDN. 0116118301 e-mail:
[email protected]
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung pelayanan terhadap kepuasan nasabah, untuk mengetahui pengaruh langsung produk terhadap kepuasan nasabah, untuk mengetahui pengaruh langsung citra terhadap kepuasan nasabah, untuk mengetahui pengaruh langsung teknologi terhadap kepuasan nasabah, untuk mengetahui pengaruh langsung lokasi terhadap kepuasan nasabah dan untuk mengetahui pengaruh langsung kepuasan terhadap loyalitas nasabah. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis kuantitatif. Selanjutnya data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data sekunder yaitu dengan melakukan studi literatur yang mencakup kajian teori, penelitian sebelumnya dan model yang berkaitan dengan masalah yang diperoleh dari perpustakaan dan internet. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data primer melalui kuesioner dari 100 (seratus) responden yang merupakan nasabah Bank Rakyat Indonesia Simpang Enam Rantauprapat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis jalur (path analysis) dengan AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pelayanan tidak berpengaruh langsung terhadap kepuasan, variabel produk berpengaruh langsung terhadap kepuasan, variabel citra berpengaruh langsung terhadap kepuasan, variabel teknologi berpengaruh langsung terhadap kepuasan, variabel lokasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan dan variabel kepuasan berpengaruh langsung terhadap loyalitas. Kata Kunci : Pelayanan, Produk, Citra, Teknologi, Lokasi, Kepuasan dan Loyalitas PENDAHULUAN Berbagai strategi pemasaran yang efektif dan efisien banyak dilakukan perusahaan bertujuan bukan hanya untuk tetap bertahan hidup dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan-perusahaan lainnya melainkan untuk dapat memenangkan persaingan tersebut. Bentuk strategi yang ditempuh perusahaan perbankan untuk menjadi leader dalam persaingan semata juga tidak hanya meningkatkan profitabilitasnya tetapi bagaimana meningkatkan kepuasan kepada nasabah serta memelihara tingkat loyalitas nasabah. Dalam abad 21 ini perusahaan perbankan tidak boleh menganggap sepele tentang kepuasan nasabah apalagi loyalitas nasabah, hal ini dikarenakan kepuasan nasabah erat kaitannya dengan loyalitas nasabah di masa mendatang. Secara teori hubungan kepuasan dengan loyalitas membuktikan kedua variabel tersebut merupakan faktor yang senantiasa harus diperhatikan oleh perusahaan perbankan.
Volume 1 No 1 Januari 2016
1
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Perusahaan perbankan di masa depan akan terus bergerilya dalam pemasarannya untuk merebut hati nasabah. Masyarakat sebagai pengguna jasa kini semakin selektif dalam memilih bank untuk menitipkan dana yang dimiliki untuk menghindari risiko kehilangan dana akibat buruknya kinerja suatu bank. Dalam hal ini unsur penting untuk memelihara kepuasan nasabah menurut Noor (2011) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat faktor kecepatan pelayanan, jenis produk yang ditawarkan, citra perusahaan, teknologi perbankan dan lokasi bank secara bersamaan terbukti berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada PT Cabang Rakyat Bank Indonesia Pangkalan Bun. Secara umum perusahaan perbankan dalam kegiatan bisnisnya mengutamakan unsur pelayanan. Pelayanan merupakan salah satu faktor mendukung terciptanya kepuasan nasabah. Tindakan pelayanan yang berdasarkan sistem, prosedur, dan metode sesuai ketentuan perusahaan merupakan langkah tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan haknya akan memungkinkan nasabah memperkuat loyalitas sehingga faktor pelayanan yang baik menjadi penting dalam keberhasilan operasional perusahaan. Unsur produk perbankan biasanya dapat mempengaruhi tingkat kepuasaan nasabah. Produk yang sesuai dengan nasabah dapat dinilai dari konsistensinya nasabah tetap menggunakan produk perusahaan dalam jangka waktu tertentu seperti melakukan transaksi menyetor uang, melakukan kliring dan bahkan melanjutkan kerja sama dalam pinjaman. Jika hal tersebut masih terjadi pada saat ini maka hal ini menandakan terdapat kepuasan yang dirasakan nasabah sehingga menciptakan kelekatan emosional terhadap produk tersebut. Maka dari itu, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan melalui penampilan produk yang lebih spesifik dan mempunyai karakteristik tersendiri yang mampu memuaskan nasabah. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan adalah citra. Citra perusahaan dapat dirasakan oleh nasabah setelah terjadi transaksi atas produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan perbankan. Citra yang positif akan membantu nasabah untuk memilih produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan perbankan. Citra merupakan unsur terpenting dalam perkembangan perusahaan tersebut ke depan dalam menghadapi tingginya persaingan, karena citra merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan antara perusahaan dalam suatu industri dengan nasabah sebagai pengguna industri tersebut. Sebagian perusahaan juga menganggap bahwa citra perusahaan dapat menumbuhkan loyalitas nasabah yang akan mendatangkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan Dalam perusahaan perbankan penggunaan fasilitas teknologi tentunya akan memudahkan dalam proses pelayanan, perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas supaya tidak kalah bersaing. Faktor teknologi bagi perusahaan perbankan pada saat ini dapat digambarkan sebagai jantung operasionalnya perbankan, Perusahaan perbankan menerapkan teknologi untuk memberikan kemudahan kepada nasabah untuk menikmati seluruh pelayanan yang ditawarkan perusahaan perbankan. Teknologi perbankan harus mampu mensinergikannya dengan kebutuhan dengan permintaan nasabah atas jasa perusahaan perbankan sebagai bagian strategi bisnis dalam skala luas. Dengan adanya inovasi pada teknologi sebagai cara perusahaan untuk memudahkan nasabah dapat mengakses layanan-layanan secara online. Hal inilah yang mendasari begitu pentingnya peranan teknologi bagi industri perbankan. Untuk menjalankan kegiatan perusahaan tersebut diperlukan suatu tempat usaha yang dikenal dengan lokasi, baik sebagai tempat menjalankan aktivitas yang melayani nasabah, aktivitas produksi, aktivitas penyimpanan, ataupun untuk mengendalikan kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Lokasi strategis dan baik serta tersedianya akses cepat dan dapat menarik nasabah lainnya dan memberikan kepuasan nasabah. Oleh karena itu dalam memuaskan nasabah terdapat prinsip yang harus dipertimbangkan perusahaan adalah memilih lokasi suatu bisnis.
Volume 1 No 1 Januari 2016
2
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Kesuksesan PT. Bank Rakyat Indonesia Simpang Enam Rantauprapat dalam mewujudkan kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah tidak terlepas dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas itu sendiri. Kepuasan dan loyalitas nasabah harus diperhatikan dan dipertahankan bagaimanapun kondisinya. Namun, perusahaan perbankan perlu menyadari bahwa ketika tujuan sudah tercapai biasanya intensitas dan konsistensi pelayanan terganggu hingga menjadi dasar penyebab kepuasan menurun dan nasabah komplain terkait produk dan pelayanan atribut perbankan yang begitu kompleks. Hal-hal yang mendukung permasalahan pada penelitian ini antara lain adanya gangguan teknis pada jaringan sehingga menyebabkan proses pelayanan dan transaksi menjadi lambat yang membuat nasabah kecewa, komplain mengenai gangguan mesin ATM (Automatic Teller Machine), dan pengaduan nasabah mengenai cara kerja petugas yang tidak simpatik terhadap nasabah yang memiliki permasalahan sederhana. Semua uraian permasalahan di atas menjadi catatan penting bagi PT. Bank Rakyat Indonesia Simpang Enam Rantauprapat sebagai tolak ukur tingkat kepuasan dan loyalitas nasabah dalam memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan berdasarkan perspektif nasabah seperti citra yang melekat pada perusahaan dan apakah citra itu baik ataupun buruk, lokasi perusahaan saat ini, jenis produk, tingkat kecepatan pelayanan yang diberikan bank, dan faktor teknologi yang mendukung operasionalisasi perusahaan serta dampaknya pada persepsi nasabah dimasa mendatang. Berdasarkan penjelasan latar belakang, penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui pengaruh langsung pelayanan terhadap kepuasan nasabah. Untuk mengetahui pengaruh langsung produk terhadap kepuasan nasabah. Untuk mengetahui pengaruh langsung citra terhadap kepuasan nasabah. Untuk mengetahui pengaruh langsung teknologi terhadap kepuasan nasabah. Untuk mengetahui pengaruh langsung lokasi terhadap kepuasan nasabah. Untuk mengetahui pengaruh langsung kepuasan terhadap loyalitas nasabah. KAJIAN PUSTAKA Pelayanan Pelayanan adalah sistem manajemen strategik dan integratif yang melibatkan semua manajer dan petugas, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan”. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Pasolog (2007) bahwa pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan. Sehingga kualitas pelayanan mengarahkan pada tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Menurut Tjiptono (2004), bahwa pelayanan yang berhasil guna dalam suatu organisasi adalah bahwa pelayanan yang diberikan oleh anggota organisasi tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Sebagai tolak ukur adalah tidak adanya atau kurangnya keluhan dari pelanggan. Konsep pelayanan dapat dipahami melalui perilaku pelanggan yaitu perilaku yang dimainkan oleh pelanggan dalam mencari, membeli, menggunakan, dan mengevaluasi suatu produk pelayanan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya. Keputusan-keputusan pelanggan untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu barang/ jasa dipengaruhi berbagai faktor, antara lain persepsinya terhadap kualitas pelayanan.
Volume 1 No 1 Januari 2016
3
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat pelanggan untuk mencoba dan membeli produk tersebut. Menurut Saladin (2003), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kesuatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2008), produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan penawaran pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi pelanggan yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara konseptual produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan pelanggan, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh perusahaan untuk digunakan dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan baik bersifat berwujud maupun tidak berwujud. Citra Istilah citra perusahaan berkaitan erat dengan lingkup kegiatan pemasaran, karena salah satu tujuan pemasaran adalah menciptakan citra (image) perusahaan di mata publik. Menurut Kotler (2002), citra adalah kumpulan kepercayaan, citra adalah kumpulan kepercayaan, buah pikir atau gagasan dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Penelitian Aaker dan Keller (1990) dalam penelitiannya menguji pengaruh citra perusahaan terhadap kepuasan pelanggan, dan dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa citra yang baik dari perusahaan mampu meningkatkan kepuasan dari pelanggan akan produk perusahaan. Fornel (1992) menyatakan bahwa citra perusahaan yang melekat pada benak pelanggan akan menambah kepuasan pelanggan yang mengakibatkan loyalitas terhadap produk perusahaan. Dimana dalam meningkatkan penjualan, kesadaran dan citra perusahaan jasa mempengaruhi keputusan pelanggan untuk membeli. Pada konteks ini citra perusahaan yang baik yang ditampilkan perusahaan kepada pelanggan melalui citra perusahaan mampu memberikan kepercayaan yang tinggi dari pelanggan sehingga timbul rasa puas dari pelanggan. Teknologi Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata yaitu techno yang berarti seni, dan logia (logos) yang berarti ilmu, teori. Teknologi merupakan aplikasi dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada berbagai aspek. Teknologi merupakan semua manifestasi dalam arti materil yang lahir dari daya cipta manusis untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan kehidupannya. Dalam mengatasi tekanan bisnis yang ada solusi yang bisa digunakan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Menurut O’brien (2003) menambahkan bahwa teknologi informasi mencakup konsep-konsep utama, pengembangan-pengembangan dan isu-isu manajemen seputar teknologi informasi.
Volume 1 No 1 Januari 2016
4
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Lokasi Lokasi menurut Swastha dan Irawan (2003) adalah letak atau perusahaan pada daerah strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001), lokasi adalah tempat dimana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi yaitu pelanggan mendatangi perusahaan, apabila keadaannya seperti maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan nasabah sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis, pemberi jasa mendatangi nasabah, dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas dan pemberi jasa dan nasabah tidak bertemu langsung, berarti service provider dan pelanggan berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer dan surat. Lokasi berpengaruh terhadap dimensi-dimensi strategik, seperti fleksibilitas, competitive positioning, manajemen permintaan, dan focus strategic. Fleksibilitas sebuah lokasi merupakan ukuran sejauh mana sebuah jasa mampu bereaksi terhadap situasi perekonomian yang berubah. Keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya kapital intensif, karena itu penyedia jasa harus mempertimbangkan, menyeleksi dan memilih lokasi yang responsif terhadap kemungkinan perubahan ekonomi, demografis, budaya, persaingan dan peraturan di masa mendatang. Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi. kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan nasabah. Sejalan dengan semakin menjamurnya bisnis atau usaha yang menawarkan produk atau jasa yang sejenis, perbedaan yang sangat tipis sekalipun pada lokasi dapat berdampak kuat pada pangsa pasar dan kemampulabaan sebuah usaha. Disamping itu, keputusan pemilihan suatu lokasi juga mencerminkan komitmen jangka panjang perusahaan dalam hal keuangan, karena merubah lokasi yang buruk kadang kala sulit dilakukan dan sangat mahal (Nugroho dan Paramita, 2009). Kepuasan Nasabah Konsep kepuasan nasabah yang sedang berkembang belakangan ini adalah konsep pemasaran yang berorientasi kepada nasabah. Perusahaan tidak hanya menjual produk atau jasa yang ditawarkan namun perusahaan harus berfokus kepada nasabah sehingga kegiatan pemasaran yang diberlakukan selalu berdasarkan pada kebutuhan nasabah. Selain itu, perusahaan juga perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para nasabahnya untuk menyampaikan pendapat, saran serta kritik. Memperhatikan suara nasabah merupakan hal yang bermanfaat bagi perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan mereka serta berusaha memenuhi apa yang menjadi harapan nasabah. Kepuasan nasabah menurut Gerson (2002), adalah persepsi nasabah bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jika seseorang membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan biasanya memiliki ekspektasi atau harapan terhadap produk atau jasa yang dibelinya tersebut. Jika kualitas mutu dan pelayanan produk yang diterimanya melebihi yang diharapkan maka akan timbul kepuasan tersendiri terhadap nasabah tersebut. Menurut Irawan (2002), nasabah merupakan hal yang paling penting dalam suatu perusahaan dan bisa dikatakan bahwa hidup dan matinya suatu perusahaan bergantung pada nasabah. Sebab itu, banyak perusahaan saling bersaing untuk dapat memberikan pelayanan paling terbaik kepada nasabahnya sehingga nasabah enggan untuk beralih atau pindah ke penyedia jasa yang lain. Menurut Aritonang (2005) adalah sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan itu lantas dibandingkan
Volume 1 No 1 Januari 2016
5
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk itu. Loyalitas Nasabah Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbil tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kepuasaan pelanggan lebih cenderung mempengaruhi sikap pelanggan. Sedangkan konsep loyalitas pelanggan lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya. Istilah loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar pemasaran maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetap menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan dalam pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan mutualisme yang terjalin dalam kurun waktu tertentu. Griffin (dalam Dharmayanti, 2006) berpendapat bahwa pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang sangat puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang dikenal. Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi loyalitas dari pakar yang disebutkan diatas berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan yang hanya membeli suatu produk secara berulang-ulang tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikannya di dalamnya. Sebaliknya loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada suatu produk, ini berarti aspek sikap tercakup didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Hipotesis 1 : Pelayanan berpengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah. Hipotesis 2 : Produk berpengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah Hipotesis 3 : Citra berpengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah. Hipotesis 4 : Teknologi berpengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah. Hipotesis 5 : Lokasi berbengaruh langsung terhadap kepuasan nasabah. Hipotesis 6 : Kepuasan berpengaruh langsung terhadap loyalitas nasabah. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis kuantitatif. Selanjutnya data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data sekunder yaitu dengan melakukan studi literatur yang mencakup kajian teori, penelitian sebelumnya dan model yang berkaitan dengan masalah yang diperoleh dari perpustakaan dan internet. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data primer melalui kuesioner dari 100 (seratus) responden yang merupakan nasabah Bank Rakyat Indonesia Simpang Enam Rantauprapat. Penentuan populasi dalam penelitian ini jumlah nasabah yang menabung pada Bank Rakyat Indonesia Simpang Enam Rantauprapat tahun 2015 sebanyak 13.534 orang. Untuk menentukan sampel yang tepat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam penulisan ilmiah, penulis dalam menentukan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin, berikut disajikan rumus dan hasil perhitungan yang dilakukan : N 13534 n= = 99,3 dibulatkan menjadi 100. 2 = 1 N .e 1 13534.(0,1) 2
Volume 1 No 1 Januari 2016
6
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Batas ketelitian yang diinginkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini ada dua teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu riset lapangan dan riset kepustakaan.
HASIL ANALISIS Uji terhadap model menunjukkan bahwa model ini sesuai dengan data atau fit dengan data yang digunakan dalam studi ini. Hasil pengujian model dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Goodness of Fit Index Kriteria Chii-square Probability GFI AGFI NFI RMSEA
Hasil 14,775 0,11 0,962 0,787 0,808 0,141
Cut of Value Kecil 0,05 0,90 0,90 0,90 0,08
Keterangan Baik Baik Baik Marginal Marginal Baik
Gambar 1. Hasil Analisis Jalur
Volume 1 No 1 Januari 2016
7
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Tabel 2. Hasil Pengujian Hipotesis
Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Loyalitas
Jalur <--- Pelayanan <--- Produk <--- Citra <--- Teknologi <--- Lokasi <--- Kepuasan
Estimate -.142 .185 .229 .232 .200 .171
S.E. C.R. P .089 -1.591 .112 .083 2.232 .026 .111 2.058 .040 .080 2.904 .004 .086 2.321 .020 .075 2.289 .022
Pengujian hipotesis digunakan analisis jalur (path analysis) dengan hasil seperti dalam Gambar 1. Sedangkan hasil pengujian hipotesis dan estimasi dalam Tabel 2, yang hanya memberikan hasil lima hipotesis yang signifikan. Pengujian hipotesis 1 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,112 untuk variabel pelayanan dengan arah koefisien negatif sebesar -0,142 hasil yang tidak signifikan sehingga menunjukkan bahwa pelayanan tidak berpengaruh langsung terhadap kepuasan. Pengujian hipotesis 2 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,026 untuk variabel produk dengan arah koefisien positif sebesar 0,185 hasil yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa produk berpengaruh langsung terhadap kepuasan. Pengujian hipotesis 3 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,040 untuk variabel citra dengan arah koefisien positif sebesar 0,229 hasil yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa citra berpengaruh langsung terhadap kepuasan. Pengujian hipotesis 4 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,004 untuk variabel teknologi dengan arah koefisien positif sebesar 0,232 hasil yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa teknologi berpengaruh langsung terhadap kepuasan. Pengujian hipotesis 5 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,020 untuk variabel lokasi untuk dengan arah koefisien positif sebesar 0,200 hasil yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan. Pengujian hipotesis 6 memiliki nilai signifikansi (p value) sebesar 0,022 untuk variabel kepuasan untuk dengan arah koefisien positif sebesar 0,171 hasil yang signifikan sehingga menunjukkan bahwa kepuasan berpengaruh langsung terhadap loyalitas. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Pengujian hipotesis pelayanan tidak berpengaruh langsung terhadap kepuasan. 2) Pengujian hipotesis produk berpengaruh langsung terhadap kepuasan. 3) Pengujian hipotesis citra berpengaruh langsung terhadap kepuasan. 4) Pengujian hipotesis teknologi berpengaruh langsung terhadap kepuasan. 5) Pengujian hipotesis lokasi berpengaruh langsung terhadap kepuasan. 6) Pengujian hipotesis kepuasan berpengaruh langsung terhadap loyalitas.
Volume 1 No 1 Januari 2016
8
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Aaker, David A. dan Keller L. Kevin. 1990. Consumer Evalutions of Brand Extensions. Journal of Marketing, 54 (1), 27-41. Aritonang, Lerbin R. 2005. Kepuasan Pelanggan :Pengukuran dan Penganalisaan dengan SPSS. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Dharmayanti, Diah. 2006. Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extension) pada Margarine Merek Filma di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran Volume 1 Nomor 2 Oktober 2006. Fornell, C.1992. A National Customer Barometer: The Swedish Experience”, Journal of Marketing,Vol. 56, January Gerson, Richard F. 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Cetakan kedua, Jakarta: PPM Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Analisa Perencanaan, Implementasi dan Control, Edisi Kesembilan, Jilid 1 dan jilid 2, Jakarta, Prehalindo, alih bahasa oleh Hendra Teguh S.E.,A.K., dan Ronny A. Rusli. S.E. Kotler, Philip dan Keller, Kevin. L. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Edisi 12.Alih Bahasa Benyamin Molan.Jakarta : Indeks. Noor, Akhmad Syafrudin. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Pangkalan Bun. Fakultas Hukum Universitas Antakusuma (UNTAMA) Pangkalan Bun.Jurnal Ilmu-ilmu Sosial.Socioscientia. Nugroho, Marno dan Paramita, Ratih. 2009. “Analisis Pengaruh Lokasi, Keanekaragaman Barang Terhadap Keputusan Berbelanja dan Loyalitas Konsumen di Carrefour Semarang”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Januari, Vol.10, No. 1. O’Brien, James. 2003. Introduction to Information System Essential for E-Business Enterprise Eleventh Edition. New York : McGraw-Hill. Pasolog, Harbani.2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Saladin, Djaslim. 2003, Manajemen Pemasaran, Bandung: Linda Karya. Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua Cetakan Ke Sebelas. Yogyakarta : Liberty Offset. Tjiptono. Fandy. 2004. Marketing Scales. Yogyakarta: Andi Off Set.
Volume 1 No 1 Januari 2016
9
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
HUBUNGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DENGAN KINERJA KARYAWAN BRI CABANG RANTAUPRAPAT ZULKIFLI MUSANNIP EFENDI SIREGAR,S.KOM.,MM NIDN. 0120018503 (SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRAK . Sistem informasi manajemen merupakan kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen. Sedangkan kinerja merupakan hasil kerja maupun secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh karyawan. Penelitiani ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang kuat antara sistem informasi manajemen dengan kinerja karyawan BRI Cabang Rantauprapat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis korelasi sederhana dengan dibantu program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara system informasi manajemen dengan kinerja karyawan pada BRI Cabang Rantauprapat PENDAHULUAN PT. BRI (Persero) Tbk merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. BRI tersebesar ke pelosok tanah air. Setiap perusahaan pasti menginginkan karyawannya memberikan kinerja yang baik dalam bekerja. Karyawan merupakan asset penting dalam bisnis, dan harus dikelola dengan baik. Banyak factor yang mendukungan kebershasilan perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawan . Termasuk factor internal maupun factor eksternal. Faktor internal dapat berupa motivasi, semangat, loyalitas karyawan itu sendiri. Sedangkan factor luar dapat berupa kepemimpinan, rekan kerja, suasana kerja, dan juga dukungan system informasi manajemen yang disediakan oleh perusahaan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, telah mempublikasikan kinerja keuangan Tahun 2014. Menutup tahun 2014 ini, Bank BRI telah berhasil mencatatkan angka gemilang dalam industry perbankan, yaitu dengan membukukan Total Aset sebesar Rp. 778,02 Triliun tumbuh sebesar 28,34 % jika dibandingkan tahun 2013, yang tercatat sebesar Rp.606,37 Triliun. Selain itu, dari hasil kegiatan operasional Bank BRI, baik pinjaman maupun jasa perbankan lainnya, Bank BRI berhasil mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp.24,20 triliun (Bank Only) pada laporan Tahun 2014 atau meningkat sebesar 14,35% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Pertumbuhan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp. 981,- per lembar saham lebih besar dari angka di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp. 858,- per lembar saham. Keberhasilan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2014 tidak terlepas dari pengelolaan sumber daya perusahaan dengan baik. Sumber daya dalam perusahaan tidak hanya menyangkut sumber daya manusia, material, dan juga financial. Informasi juga merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam bisnis. Perusahaan besar seperti BRI, haruslah mampu mengelola informasi dengan baik, baik untuk internal maupun eksternal. Hampir semua bidang
Volume 1 No 1 Januari 2016
10
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
kegiatan dalam suatu orgnisasi tidak akan terlepas dari informasi sebagai sarana penunjang kelancaran kegiatan kinerja pegawai yang telah ditetapkan sebelumnya didalam tubuh organisasi. Menurut Atkinson (1995) bahwa informasi yang dihasilkan dari sistem informasi dapat digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi dari unit organisasi dalam perusahaan. Romney (1992), menyatakan bahwa manfaat utama dari informasi adalah mengurangi ketidakpastian, mendukung keputusan, dan medorong lebih baik dalam hal perencanaan dan penjadualan aktivitas kerja. David Kroenke (1999) menyatakan bahwa manajemen dalam menjalankan fungsi dan aktivitas bisnisnya yang meliputi Planning ( Perencanaan),Organizing (Pengorganisasian),Actuating(Pengarahan), danControlling(Pengendalian), senantiasa memerlukan informasi untuk membuat keputusan. Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya, sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusankeputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik. Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data). Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain sistem baru. Sebuah perusahaan mengadakan transaksi-transaksi yang harus diolah agar bisa menjalankan kegiatannya sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan dan pembayaran atas perkiraan harus dibutuhkan: semua ini dan hal-hal lainnya adalah kegiatan pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis yang mengikuti suatu prosedur standar tertentu.
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan system informasi manajemen dengan kinerja pegawai pada BRI rantauprapat. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan system informasi manajemen dengan kinerja pegawai pada BRI rantauprapat. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem informasi didalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Definisi sistem informasi manajemen menurut pendapat Robert W. Holmes dalam Onong Uchjana Effendy dengan buku Sistem Informasi Manajemen (1989:112), bahwa: Sistem informasi Manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen guna merencanakan,
Volume 1 No 1 Januari 2016
11
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
mengawasi, dan menilai aktivitas organisasi. Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan, dan pengawasan pada semua tahap. Peneliti mengemukakan pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:68), yang mengemukakan pengertian Sistem Informasi Manajemen, yaitu Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan saat melaksanakan fungsinya. Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh Jogianto Hartono dalam bukunya Pengenalan Komputer (2000:700), sebagai berikut Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkat manajemen didalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sesuai dengan makna istilahnya, Sistem Informasi Manajemen harus ditinjau dengan pendekatan sistem. Ini berarti bahwa manajemen itu sendiri dimana proses informasi berlangsung harus dilihatnya sebagai sistem, dalam hal ini sebagai total system. Dengan mengatakan manajemen sebagai total system, maka Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sub sistem dari sekian banyak sub sistem yang tercakup oleh total system tersebut. Pada dasarnya sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama yaitu: menerima data sebagai masukan, kemudian memprosesnya dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur-unsur data dan akhirnya dapat diperoleh informasi yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip tersebut berlaku baik bagi sistem informasi manual maupun sistem informasi modern dengan penggunaan perangkat komputer. Sebuah sistem sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 : MODEL SISTEM INFORMASI SEDERHANA
DATA
INFORMASI MEMPROSES
INPUT
OUTPUT
Sumber: Iman Sudarman dalam buku Sistem Informasi Manajemen
(1999:11)
Jadi pada dasarnya sebuah Sistem Informasi Manajemen adalah menerima dan memproses data untuk kemudian mengubahnya menjadi informasi yang berguna bagi para pengguna informasi dalam tingkatan manajemen.
Volume 1 No 1 Januari 2016
12
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
2.
Indikator Sistem Informasi Manajemen Adapun indikator-indikator dari sistem informasi manajemen yang dikemukakan oleh Gordon B. Davis dalam buku yang berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I (1995:57), yaitu: 1. Informasi Informasi merupakan hasil dari pengolahan data akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak memberikan arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut. 2. Manusia sebagai pengolah informasi Peranan manusia disini sangat besar yaitu untuk menciptakan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, dan lengkap. Baik buruknya informasi yang dihasilkan tergantung dari profesionalitas dari manusia itu sendiri. 3. Konsep sistem Sistem adalah suatu bentuk kerjasama yang harmonis antara bagian/komponen/sub sistem yang saling berhubungan satu dengan bagian/komponen/sub sistem lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu sistem tidaklah berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan intern maupun lingkungan ekstern. 4. Konsep organisasi dan manajemen Organisasi tidak bisa lepas dari kegiatan manajemen dan begitu pula sebaliknya karena keduanya mempunyai hubungan yang begitu erat dan kuat. 5. Konsep pengambilan keputusan Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. 6. Nilai informasi Informasi dapat mengubah sebuah keputusan. Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan informasi. Bahwa suatu informasi itu harus dapat menjadi ukuran yang tepat, yang nantinya dapat memberikan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.
3. Pengertian Kinerja Pegawai Mangkunegara (2009:67), berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Suwatno (2011:196) juga berpendapat bahwa “kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakanya. Sedangkan menurut Supriyanto dan Machfud (2010:132) kinerja diartikan “sebagai suatu hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.” Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan hasil kerja seseorang baik secara kualitas maupun kuantitas berdasarkan tanggung jawab yang telah dibebankan kepada karyawan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Sebagaimana dikatakan oleh Mangkunegara (2009:67) bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Faktor kemampuan, secara psikologis kemampuan (abitity) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Faktor motivasi, motivasi terbentuk dari sikap (atitude) seorang pegawai dalam
Volume 1 No 1 Januari 2016
13
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang teararah untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian kinerja adalah fungsi dari motivasi dan kemampuan atau P = f (A x M) dimana P adalah performance, M adalah Motivasi, dan A adalah Ability. Sedangkan menurut Robbins (2007 : 241) perlu ditambahkan aspek kesempatan (Opportunity) kedalam persamaan di atas sehingga menjadi P = f (A x M x O).
KERANGKA KONSEPTUAL Penerapan system informasi manajemen bertujuan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan yaitu sumber daya informasi. Pengelolaan informasi yang baik akan memberikan kemudahan pegawai dalam bekerja. Sehingga, pada akhirnya penerapan system informasi manajemen dapat diharapkan meningkatkan kinerja pegawai dalam bekerja. Kinerja merupakan outcome Hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Kinerja Pegawai outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Untuk mewujudkannya memerlukan dukungan dari berbagai faktor baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Keterkaitan sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai menyangkut berbagai aspek, keberadaan tiap level manajemen serta anggota organisasi dengan alat-alat yang telah tersedia menjadi suatu efektivitas pelaksanaan kegiatan yang menyentuh tugas dan fungsi organisasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Sistem Informasi Manajemen - Informasi - Manusia sebagai pengolah informasi - Konsep pengambilan keputusan - Nilai informasi
Kinerja - Kualitas kerja - Kuantitas kerja - Rasa Tanggung Jawab
Gambar 1. Kerangka Konseptual
HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang kuat antara system informasi manajemen dengan kinerja pegawai Bank BRI Rantauprapat. Metode Penelitian 1. Pengumpulan Data Data merupakan sekumpulan nilai suatu fakta atau objek yang diyakini kebenarannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dengan memberikan kuisiener kepada Pegawai BRI Rantauprapat.
Volume 1 No 1 Januari 2016
14
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
2. Analisis Korelasi Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan “Analisis Korelasi”. Analisis korelasi yang dipakai adalah analisis Korelasi Pearson. Analisis ini dgunakan untuk menentukan apakah variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006): · 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel · >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah · >0,25 – 0,5: Korelasi cukup · >0,5 – 0,75: Korelasi kuat · >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat · 1: Korelasi sempurna PEMBAHASAN Sistem informasi manajemen memiliki peranan penting dalam memajukan perusahaan. Indikator system informasi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi, manusia sebagai pengolah informasi, konsep pengambilan keputusan, nilai informasi. Sedangkan indicator kinerja dalam penelitian ini adalah kualitas kerja, kuantitas kerja dan rasa tanggung jawab. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa system informasi manajemen dengan indicator nilai informasi memiliki rata-rata skor yang paling baik sebesar 4.5 dan disusul dengan manusia sebagai pengelola informasi. Untuk variable kinerja, indicator rasa tanggung jawab memiliki ratarata skor paling tinggi. Secara umum penerapan system informasi manajemen dan kinerja karyawan pada PT. BRI Cabang Rantauprapat sudah masuk kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara sistem informasi manajemen dengan kinerja karyawan pada PT.BRI cabang Rantauprpat. Nilai R diperoleh sebesar 0.750. Hal ini berarti nilai R terdapat antara 1 dan -, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sistem informai manajemen memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Nilai R sebesar 0.750 menunjukkan bahwa sistem informasi manajemen memiliki hubugan yang kuat terhadap kinerja karyawan BRI Cabang Rantaprapat. Nilai R2 (R square) sebesar 0.5625 memberi makna bahwa pengaruh variabel yang diuji memiliki pengaruh sebesar 56,25 % terhadap kinerja karyawan BRI Cabang Rantauprapt, sedangkan 43,75% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sistem informasi manajemen memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang memiliki sistem informasi manajemen yang bagus akan memberikan hasil yang bagus pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizan Machmud (2013) yang menyimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai pada Rumah Tahanan (Rutan) di Makassar. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,214 dan rtabel dengan N = 60 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,671. Hal ini menunjukkan bahwa rhitung positif dan lebih besar dari rtabel (0,214 > 1,671). Dari
Volume 1 No 1 Januari 2016
15
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel sistem informasi manajemen dengan kinerja pegawai pada Rumah Tahanan (Rutan) di Makassar mempunyai hubungan postif dan signifikan . Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan artikel oleh Basrowi (2015) yang menyatakan Bila SIM dihubungkan dengan kinerja SDM perusahaan maka dapat dipahami bahwa semakin baik SIM semakin tinggi pula kinerja SDM yang disuguhkan kepada perusahaan, betapa tidak, karena dengan SIM yang baik, tidak ada lagi kesulitan bagi SDM untuk mendapatkan data valid yang dibutuhkan, sehingga memudahkan dalam membuat keputusan yang tepat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh setiap SDM. Selain itu, dengan SIM yang bagus, seluruh data telah terhubung ke seluruh unit kerja sehingga mempercepat proses penyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan data keuangan, kepegawaian, produksi, distribusi, pemasaran, profit, asset, pajak, segala kewajiban perusahaan dan data penting lainnya sehingga akan sangat memudahkan bagi SDM untuk berkinerja prima, dan mudah dalam memberikan pelayanan prima kepada stakeholders perusahaan/organisasi. Dengan demikian, semakin baik kualitas sistem informasi manajemen semakin baik pula kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, semakin rendah kualitas sistem informasi manajemen semakin rendah pula kinerja sumber daya manusia. Hasil penelitian ini juga diperkua dengan hasil penelitian oleh Johan Fadrin (2008), berdasarkan penelitian sarana Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dimiliki PT Golden Gate Mandiri sampai saat ini untuk mempermudah kebutuhan akan pengolahan data sampai membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan bagi perusahaan, diantaranya DNS & Mail Server, DB & Web Server, PC Router, Firewall & Proxy, koneksi ke internet menggunakan Speedy dengan banwidth 512 Kbps, dan menggunakan D-Link ADSL Router 1 port, infrastruktur jaringan lokal mempergunakan kabel UTP 100 Base-TX, Belden CAT.5, HUB terdiri dari One Level 16 port, dan tiga Hub D-Link 8 port, dan sekitar dua puluh komputer clien yang digunakan karyawan yang menggunakan sistem operasi Windows XP Sp 2, scanner Canon Ldi, printer Epson Lq 2180, Lq300, Canon Pixma, Hp deskjet, software PPS-AD untuk membuat dokumen pabean, software Modul Pengangkut untuk keperluan pengolahan manifest. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai analisis korelasi Rank Spearman sebesar 0,73. Ini berarti antara Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer dengan Kinerja Karyawan mempunyai hubungan yang cukup kuat atau tinggi. Dari hasil perhitungan menggunakan koefisien determinasi diperoleh kd sebesar 53,29%. Ini berarti kinerja karyawan PT Golden Gate Mandiri yang dipengaruhi oleh Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer pada perusahaan (PT GGM) adalah sebesar 53,29%. Sedangkan sisanya sebesar 46,71% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur. Hasil ini telah diuji signifikan atau kecocokan dengan menggunakan uji t satu sisi, dimana diperoleh t (hitung) 4,533 lebih besar dari t (tabel) 2,552 pada tingkat signifikan 1%. Hal ini berarti hipotesis yang penulis ajukan, yaitu â Apabila perusahaan dapat menerapkan Sistem Informasi Manajemen berbasis komputer yang tepat maka kinerja karyawan akan meningkat.â dapat diterima.
KESIMPULAN Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah terbukti bahwa sIstem informasi manajemen memiliki hubungan yang kuat dengan kinerja karyawan PT. BRI Cabang Rantauprapat. Artinya apabila penerapan system informasi manajemen dilkakukan dengan baik, maka kinerja juga akan semakin meningkat.
Volume 1 No 1 Januari 2016
16
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
SARAN Informasi merupakan salah satu aset penting dalam dunia bisnis, oleh karena BRI sebagai perusahaan besar harus terus berupaya meningkatkan kualitas system informasi manajemen untuk mendukung kinerja karyawan .
DAFTAR PUSTAKA Azhar Susanto. 2013. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya Basrowi (2015) Hubungan Sim Dengan Sdm, Tenaga, Kinerja, Perkantoran Modern Dan Data Base. Http://Opinisosiologipendidikan.Blogspot.Co.Id/2015/03/Hubungan-Sim Dengan-SdmTenaga-Kinerja.Html. Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 4 Januari 2016. Anwar Prabu Mangkunegara, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia,. Cetakan Ke Tujuh PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Jogiyanto. 2000. Pengenalan Komputer : Dasar Ilmu Komputer,. Pemograman, Sistem Informasi, dan Intelegensi Buatan. Rizan (2013). Hubungan Sistem Informasi Manajemen Dan Pelayanan Dengan Kinerja Pegawai Pada Rutan Makassar Vol. 9 No. 1 Maret 2013 (Jurnal Capacity Stie Amkop Makassar) Issn : 1907-3313
Volume 1 No 1 Januari 2016
17
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
PENGARUH SALES PROMOTION TERHADAP PRILAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI KENDERAAN BERMOTOR RODA DUA DI LABUHANBATU DESMAWATI HASIBUAN, SE, MM NIDN. 0101017512
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRAK Penggunaan kenderaan bermotor roda dua sudah semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun dari segi intensitasnya sehingga kepadatan lalulintas oleh kenderaan bermotor roda dua signifikan sekali. Seolah olah kenderaan bermotor roda dua sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Namun disisi lain terlihat banyak kenderaan sitaan yang terparkir dihalaman kantor perusahaan jasa kredit/ lembaga perkreditan yang menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang membeli kenderaan bermotor roda dua yang tidak mampu membayar cicilan kredit sehingga kenderaan tersebut disita oleh lembaga pemberi kredit tersebut. Atas dasar pandangan tersebut penulis ingin mendalami latar belakang masyarakat membeli kenderaan bermotor roda dua, apakah pembelian tersebut karena kebutuhan atau karena kuatnya pengaruh dari sales promotion yang mampu menstimulus minat membeli atau prilaku membeli masyarakat. Bergerak dari hipotesis bahwa memang ada pengaruh sales promotion terhadap minat membeli masyar4akat, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil data padasebuah lembaga pemberi kredit kepemilikan kenderaan bermotor roda dua yang berada di jalan jenderal Sudirman kota Rantauprapat. Dengan mengambil rentang waktu satu bulan diperoleh data 123 pemohon kredit sebagai populasi penelitian yang selanjutnyadengan menggunakan rumus penetapan samling maka diperoleh jumlah samle 55 orang. Dari hasil penyebaran questioner yang dilakukan diperoleh data untuk diolah dengan pendekatan statistik menggunakan rumus koefisien korelasi product moment cdiperoleh nilai 0,748 (positip) yang berarti bahwa : Ada pengaruh sales promotion terhadap minat membeli masyarakat/konsumen dan pengaruhnya berada pada level kuat, artinya semakin kuat sales promotion dilakuka maka semakin besar minat membeli masyarakat terhadap kenderaan bermotor roda dua. Selajutnya nilai r tersebut dipakai untuk menguji hipotesis yang telah ditetapka dan dengan menggunakan rumus uji ‘t’diperoleh t hitung sebesar 8,20 sementara t tabel 1,79. Dengan demikiandapat disimpulakan bahwa sales promotion berpengaruh terhadap minat beli masyarakat. Terakhir untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya maka digunakan rumus koefisien detemination dan ternyata setelah memasukkan nilar kedalam rumus tersebut diperoleh angka 55 % artinya pembelian kenderaan bermotor roda dua yang dilakukan masyarakat 55 % terjadi karenapengaruh sales promotion.
Volume 1 No 1 Januari 2016
18
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
PENDAHULUAN 1. Latar belakang. Bila kita berjalan disekitar kota Rantauprapat banyak kita temukan lembaga keuangan yang memberikan kredit bagi masyarakat untuk memiliki kenderaan bermotor. Lembaga ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki kenderaan bermotor roda dua secara kredit dengan jumlah cicilan tertentu dan jangka waktu tertentu.Sebahagian masyarakat merasa terbantu dengan adanya lembaga ini, karena ia dapat memiliki kenderaan yang dibutuhkannya untuk memperlancar aktivitas sehari harinya, tapi ada pula sebahagian masyarakat lainnya yang rela mengikatkan diri dengan perkreditan tersebut untuk mendapatkan kenderan bermotor roda dua ini hanya untuk kepentingan prestise semata tanpa mempertimbangkan pemilikan kenderaan tersebut dari segi kemampuanfinansil, kepentingan usaha ataupun kepentingan untuk mengakses sesuatu tempat seperti mengantar anak ke sekolah. Artinya dalam pengambilan kredit kenderaan hendaknya masyarakat memiliki kemampuan untuk menganalisis kepentingan kepemilikan kenderaan bermotor roda dua itu. Pada sisi lain kalau kita cermati pada bagian halaman kantor lembaga tersebut banyak ditemukan kenderaan bermotor roda dua yang terparkir dihalamannya dan ternyata kenderaan bermotor roda dua itu merupakan kenderaan yang di sita oleh lembaga tersebut karena masyarakat yang membeli kenderaan itu secara kredit tidak mampu membayar kewajiban bulanannya. Keadaan ini seolah olah menggambarkan bahwa ada yang salah ketika masyarakat melakukan kontrak akad kredit sehingga terjadi penarikan kenderaan bermotor roda dua yang telah dicicilnya beberapa kali itu. Keadaan ini tidak perlu terjadi seandainya dalam membeli kederaan bermotor roda dua itu, masyarakat mengkedepankan unsure rasionalitas dimana pembelian dilakukan dengan memperimbangkan ratio pendapatan dengan besarnya kredit yang diambil, apalagi pengikatan diri atas kredit dalam waktu yang panjang sehingga dapat menyulitkan masyarakat dalam menghadapi masa masa puncak pengeluaran seperti masa awal tahun ajaran. Masyarakat dihadapkan pada pilihan mendahulukan biaya pendidikan anak atau cicilan kredit dan ini akan terus menghimpit kondisi ekonomi masyarakat hingga akhirnya terjadilah penarikan kenderaan tersebut. Hal ini diperparah dengan fungsi kenderaan yang tidak jelas, bila difungsikan untuk mendukung ekonomi keluarga seperti ojek mungkin sebahagian alokasi anggaran pengeluaran keluarga akan dapat tertutupi tetapi bila hanya digunakan untuk pajangan dirumah atau sekedar kepentingan konsumerisme maka kadaan ekonomi sang pengambil kredit akan semakin sulit. RUMUSAN MASALAH Dari paparan diatas penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh tentang pola pembelian kenderaan bermotor roda dua dan untuk memudahkan penulis dalam mengambil data yang diperluka maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada pengaruh sales promotion terhadap minat beli masyarakat atas kederaan bermotor roda dua “. LANDASAN TEORI 1. Tingkat Kehidupan Dunia Usaha. Tingkat kehidupan dunia usaha dapat ditinjau dari beberapa aspek sepert umur produk, umur berdirinya usaha tersebut, ketangguhan dalam bisnis, luas sempitnya market share atau dari sisi kemampuannya mencapai laba operasi. Dari market share yang dikaitkan dengan
Volume 1 No 1 Januari 2016
19
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
tingkat capaian laba, sebuah perusahaan dapat di klasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat bertahan hidup (survival ) tingkat pertumbuhan (grouwth) dan tingkat kemampuan bersaing (compete). Pada tingkat bertahan hidup, kondisi perusahaan boleh dikatakan berada pada posisi sedikit diatas break even sehingga laba yang diperoleh belum mampu dimanfaatkan untuk mengembangan usaha. Sementara ditinjau dari segi penguasaan market share tidak lebih dari 5 hingga 10 % dari potensi pasar yang ada. Dampaknya tentu akan terasa pada efisiensi produksi, karena jumlah output produksi dibawah capasitas normal sehingga terjadi idle capasitas produksi dan ini akan menekan produktivitas serta memblow up harga pokok produksi. Dalam keadaan yang demikian manager perusahaan harus mencari terobosan dengan memperluas pasar baik dengan cara menemukan pasar baru ataupun mengintensifkan pasar yang ada, namun biasanya kombinasi kedua kebijakan ini dijalankan secara bersama-sama. Demikian pula halnya pada saat perusahaan sudah mencapai tingkat pertumbuhan, pada posisi ini stabilitas peningkatan penjualan tiap tahunnya dapat dipertahankan sehingga tingkat produksisudah mencapai tingkat normal namun idle capacity masih terjadi sehingga biaya produksi per unit yang optimum belum tercapai. Pada kondisi ini perusahaan mulai mengembangkan usahanya baik kedalam bentuk produksi hilir maupun hulu bahkan pengembangan secara horizontal lazim pula dilakukan untuk mengurangi pengangguran jam kerja mesin. Namun demikian apabila ditinjau dari posisi market share posisi perusahaan belumlah berada pada posisi leader tetapi dia telah mampu memposisikan dirinya sebagai Challenger baru. Pada tingkat berikutnya, adalah tingkat persaingan (compete) yang menonjol dengan tingkat market shere yang cukup tinggi dan merajai pasar. Dengan tingkat produksi optimum, perusahaan ini mampu berproduksi dengan harga pokok minimum sehingga harga jualnya cukup bersaing, kalaupun perusahaan sejenis melakukan lobi lobi untuk membentuk konsorsium harga jual, perusahaan ini tetap unngul dan menjadi leader karena harga pokok produsi per unitnya yang relative lebih rendah dari perusahaan lain. Pada tahap ini perusahaan tersebut telah mampu menunjukkan keberadaannya sebagai leader atau pemimpin pasar. 2 . Prilaku Konsumen Tujuan pemasaran pada umumnya adalah untuk mempengaruhi prilaku konsumen agar bersedia membeli barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu. Menurut Engel (1994 : 3) prilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung dilakukan untuk mendapatkan, mengkonsumsi hingga menghabiskan produk termasuk proseskebutuhan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Sedangkan menurut Winardi (1991 :49) sebagai prilaku yang ditunjukkan oleh orang orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang/jasa. Demikian pula Kotler (1997 : 152) menyatakan bahwa prilaku konsumen mempelajari bagaimana individu dan kelompok dalam organisasi memilih, membeli dan memakai barang dan jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hasrat mereka. Dari beberapa divinisi diatas maka dapat diketahui bahwa prilaku konsumen merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam memilih,membeli dan memakai barang dan jasa semata mata untuk memenuhi kebutuhan dan keimginan nya. PERUMUSAN HIPOTESIS Sebelum merumuskan hipotesis terlebih dahulu diketahui kerangka konseptual yaitu kerangka berpikir buatan penulis yang ditujukan untuk menggambarkan paradigma hubungan di
Volume 1 No 1 Januari 2016
20
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
antara variabel berdasarkan teori tertentu yang ditujukan untuk merumuskan hipotesis (Usman dan Akbar, 2004: 33). Dalam hal ini penulis membuat kerangka konseptual yang menyatakan adanya pengaruh antara sales promotion dengan jumlah penjualan kenderaan bermotor roda dua Kemudian dari kerangka konseptual tersebut dirumuskanlah hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Ada hubungan yang signifikan antara sales promotion terhadap jumlah penjualan kenderaan bermotor roda dua Namun untuk keperluan pengujian hipotesis dibutuhkan dua alternatif hipotesis untuk dirumuskan. Maka untuk memenuhi syarat pengujian tersebut penulis merumuskannya sebagai berikut : Secara statistik dinyatakan sebagai berikut: Ho : μ = 0 (Tidak ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat) Ha : μ ≠ 0 (Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat). METODOLOGI 1. Bentuk, Populasi, dan Sampel Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisa kuantitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan atau korelasi di antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Bungin, 2001: 51). Sebagai variabel bebas adalah sales promotion dan variabel terikat adalah jumlah penjualan kenderaan bermotor roda dua yang kemudian diuji melalui statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh transaksi penjualan kenderaan bermotor roda dua di FIF Finance rantauprapat untuk periode semester I tahun 2014 yang berjumlah 123 unit. Selanjutnya dengan menggunakan rumus tertentu ditetapkanlah jumlah sample. N n= N. d2 + 1 Di mana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = presisi, ditetapkan 10 % dengan derajat kepercayaan 90 %. jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: 123 n= = 55,15. 123 X (10%)2 + 1 Dengan demikian jumlah responden yang dijadikan obyek penelitian ini digenapkan menjadi 55 orang. Namun populasi dari penelitian ini mempunyai tingkatan ekonomi yang berbeda (heterogen). TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu: 1. Teknik pengumpulan data primer Teknik pengmpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut: a. Metode Angket/ Kuesioner digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar dibuat pertanyaan semi terbuka yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh penulis.
Volume 1 No 1 Januari 2016
21
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada kepala keluarga yang menjadi sample penelitian. 2. Teknik pengumpulan data sekunder : a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literature yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalahyang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti. TEKNIK PENENTUAN SKOR Teknik Pengumpulan oleh nilai yang digunakan untuk penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan kepada responden (Singarimbun, 1995 :102) Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif jawaban apakah tergolong dengan skala sebagai berikut : 1. Untuk pilihan jawaban a diberi nilai / skor 5 2. Untuk pilihan jawaban b diberi nilai / skor 4 3. Untuk pilihan jawaban c diberi nilai / skor 3 4. Untuk pilihan jawaban d diberi nilai / skor 2 5. Untuk pilihan jawaban e diberi nilai / skor 1 Untuk mengetahui atau menetukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel tergolong tinggi, sedang, atau rendah, maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut: Skor tertinggi – Skor terendah Banyak bilangan 5-1 5 =0,8 Sehingga dengan demikian dapat ditentukan kategori jawaban responden masing-masing variabel, yaitu : a. Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21 – 5,00 b. Skor untuk kategori tinggi = 3,41 – 4,20 c. Skor untuk kategori sedang = 2,61 – 3,40 d. Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80 TEKNIK ANALISA DATA Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) adalah korelasi pearson product moment. Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong tinggi, sedang, rendah. 1. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment Adapun rumus koefisien Korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono, 2004 :212) adalah sebagai berikut : n∑xi yi − (∑xi )(∑yi ) 𝑟𝑥𝑦 = √{[n∑xi2 − (∑xi )2 ][(n∑yi2 ) − (∑yi )2 ]} Volume 1 No 1 Januari 2016
22
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Keterangan : rxy= Angka indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment N = Populasi Σxy= Jumlah Perkalian antra skor x dan Skor y Σx = Jumlah skor x Σy = Jumlah skor y Untuk menentukan hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Nialai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain. b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain. c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah. Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (Koefisien Korelasi), digunakan penafsiran interpretasi angka yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2004:214), yaitu: Tabel 1 : Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Inteprestasi Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono (2004:214) Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut memiliki keberartian atau tidak, tabel korelasi ini mencatumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan,5,00(%) bila nilai r yang signifikan artinya hipotesis alternatif dapat diterima. 2. Koefisien Determinant Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas/ independen (X) terhadap variabel terikat/ dependen (Y). 2 Perhitungan dilakukan dengan menguadtratkan nilai koefisienpearson Product moment (rxy) x 100 (%) 2 D = (rxy) x 100 (%) Keterangan : D = koefisien Determinant 2 (rxy) = Koefisien Pearson Product Moment antara x dan y. PENYAJIAN DATA Dalam bagian ini akan disajikan data yang diperoleh dari Kantor FIF Finance Kabupaten Labuhanbatu, baik data yang didapat dari penyebaran kuesioner maupun wawancara. Dari bagian
Volume 1 No 1 Januari 2016
23
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
ini penulis menyajikan data tersebut sedemikian rupa sehingga menggambarkan kondisi debitur pembelian kenderaan bermotor roda dua dengan jumlah 55 orang. Penyajian data dilakukan dalam bentuk data tabel tunggal yang kemudian akan diperkuat oleh hasil wawancara yang akan penulis dengan responden guna untuk mencari keterkaitan antara kedua variable tersebut. Penyajian data tersebut adalah sebagai berikut: 1.Identitas Subjek Penelitian Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan, maka diperoleh identitas subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan: a. Jenis Kelamin Karakteristik subjek penelitian dapat ditunjukan sebagai berikut: Tabel 2: Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumah(Orang) % 1. Laki-laki 29 52,72 2. Perempuan 26 47,28 Jumlah 55 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti, telah didapatkan data jumlah warga sampling menurut jenis kelaminnya yaitu 29 orang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 52,72% dan 26 orang berjenis kelamin perempuan dengan persentase 47,28%. Maka, dapat dikatakan bahwa yang menjadi subjek penelitian kebanyakan adalah warga dengan jenis kelamin laki- laki. b.Umur Untuk melihat secara keseuruhan, tingkat usia rata- rata subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 3: Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur Umur Jumah(Orang) % 17- 26 tahun 0 00,00 27- 36 tahun 8 14,55 36- 46 tahun 23 41,82 47- 56 tahun 21 38,18 > 56 tahun 3 5,45 Jumlah 55 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Dari tabel 2 diatas, dapat bahwa yang menjadi subjek penelitian lebih banyak berada di rentangan umur 17 - 26 tahun dengan jumlah subjek penelitian 0 orang (00,00%) dari total jumlah subjek penelitian. Yang berada pada rentang usia 27 - 36 tahun sebanyak8 orang (14,55%), rentang usia 36 – 46 tahun sebanyak 23 orang (41,82%), dan yang berada pada rentang usia 47- 56 tahun sebanyak 21 orang (38,18%). Terakhir untuk rentang usia >56 tahun sebanyak 3 orang (5,45%) No 1. 2. 3. 4. 5.
Volume 1 No 1 Januari 2016
24
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
c. Pendidikan Terakhir Dalam jenjang pendidikan terakhir para subjek penelitian, peneliti dapat menguraikan pada tabel 3 : Tabel 4: Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur
SD SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma Sarjana(S1) Pasca Sarjana Jumlah Sumber: Hasil Penelitian, 2013
Jumlah(Orang) 0 13 21 15 6 0 55
% 0,00 23,64 38,18 27,27 10,91 0,00 100,00
Berdasarkan pendidikan terakhirnya, subjek penelitian untuk tingkat SLTP/Sederajat yaitu 13 orang (23,64%). Subjek penelitian yang berpendidikan terakhir SLTA/Sederajat ada 21 orang (38,18%), dan yang berpendidikan terakhir Sarjana muda/diploma(D3) ada 15 orang (27,27%) dan tingkat sarjana (S1) sebanyak 6 orang (10,91 %). DESKRIPSI DATA VARIABEL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variabel bebas yaitu Sales promotion (X) dan variabel terikat yaitu jumlah penjualan kenderaan bermotor roda dua (Y). 1. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Untuk Variabel X : Sales promotion Distribusi jawaban responden mengenai bahwa iklan pada program televisi yang mungkin dapat mempengaruhi warga hingga tergerak untuk melakukan pembelian kenderaan bermotor roda dua sehingga meningkatkan jumlah penjualan dari kendaeraan bermotor roda dua tersebut.
No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 16 29,09 Setuju 17 30,90 Ragu-ragu 12 21,82 Tidak Setuju 10 18,19 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 TOTAL 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa 16 responden (29,09%) menjawab sangat setuju bahwa iklan pada program televisi telah sangat mempengaruhi warga dalam melakukan pembelian kenderaaan bermotor roda dua dan 17 responden (30,90%) menjawab setuju , diikuti dengan 12 responden (21,82%) menjawab ragu-ragu, 10 responden (18,19%) menjawab tidak setuju dan tidak satupun responden menjawab kategori sangat tidak setuju . Itu berarti frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 17 responden (30,90%) bahwa Sales promotion
Volume 1 No 1 Januari 2016
25
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
mempengaruhi pembelian kenderaan bermotor roda dua yang selanjutnya secara langsung berhubungan dengan jumlah penjualan. Tabel 5 : Distribusi jawaban responden mengenai bahwa personal selling yang mengunjungi tempat tinggal mereka berpengaruh terhadap pembelian kenderaan bermotor roda dua yang mereka lakukan adalah sbb. No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 16 29,09 Setuju 23 41,82 Ragu-ragu 13 23,63 Tidak Setuju 3 5,46 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 TOTAL 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 16 responden (29,09%) menjawab sangat setuju bahwa sangat setuju dan yang menjawab Setuju ada 23 responden (41,82%), kemudian responden yang menjawab Ragu-ragu ada 13 responden (23,63%), Sedangkan untuk kategori tidak setuju terdapat 3 responden (5,46%) dan sangat tidak setuju tidak satupun responden yang menjawab. Setelah dilihat melalui tabel diatas , dapat diketahui bahwa Frekuensi tertinggi adalah responden pada kelompok yang setuju bahwa personal selling mempengaruhi pembelian mereka yaitu mencapai 23 responden (41,82%) . Selanjutnya pada tabel 6 : Distribusi jawaban responden mengenai persyaratan kredit pembelian kenderaan bermotor roda dua No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 14 25,45 2 Setuju 19 34,54 3 Ragu-ragu 12 21,82 4 Tidak Setuju 6 10,91 5 Sangat Tidak Setuju 4 7,28 TOTAL 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 14 responden (25,45%) menjawab sangat setuju bahwa persyaratan kredit mempengaruhi warga dalam melakukan pembelian, yang menjawab setuju ada 19 responden (34,54%), Kemudian responden yang menjawab ragu-ragu ada 12 responden (21,82%), responden yang menjawab tidak setuju ada 6 responden (10,91%) dan kategori sangat tidak setuju 4 responden yang memilih. Setelah melihat tabel dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 19 responden (34,54%).menyatakan bahwa persyaratan kredit pembelian kenderaan bermotor roda dua mempengaruhi penbelian mereka. Tabel 7 : Distribusi jawaban responden mengenai pengaruh Service after sales terhadap pembelian yang dilakukan warga.
Volume 1 No 1 Januari 2016
26
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 25 45,46 Setuju 30 54,54 Ragu-ragu 0 0,00 Tidak Setuju 0 0,00 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 TOTAL 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 25 responden (45,46%) menjawab kategori sangat setuju, 30 responden (54,54%) menjawab setuju, kemudian yang menjawab Ragu-Ragu., tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak satupun responden mengisi jawaban. Setelah melihat tabel dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 30 responden (54,54%) bahwa kegiatan service after sales mempengaruhi pembelian yang dilakukan warga. Tabel 8 : Distribusi jawaban responden mengenai merek kenderaan bermotor roda dua tertentu mempengaruhi pembelian yang dilakukan responden, tergambar sbb. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 18 32,72 2 Setuju 29 52,73 3 Ragu-ragu 0 0,00 4 Tidak Setuju 8 14,55 5 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 TOTAL 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 18 responden (32,72%) menjawab sangat setuju bahwa Merk kenderaan bermotor roda dua tertentu mempengaruhi responden dalam membeli kenderaan tersebut, 29 responden (52,73%) menjawab setuju, kemudian tidak ada responden yang menjawab ragu- ragu .. Sedangkan kategori tidak setuju berjumlah 8 responden (14,55%) dan Sangat Tidak Setuju tidak satu pun responden yang memilih. Setelah melihat tabel diatas, dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 29 responden (52,73%). Tabel 9 : Distribusi jawaban responden mengenai intensitas penyampaian brosur berpengaruh terhadap pembelian kenderaan bermotor roda dua adalah sbb.
No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 3 5,45 Setuju 9 16,37 Ragu-ragu 17 30,91 Tidak Setuju 23 41,82 Sangat Tidak Setuju 3 5,45 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 3 responden (5,45%) yang menjawab kategori sangat setuju bahwa pembelian kenderaan dipengaruhi oleh intensitas penyampaian brosur sementara 9 responden (16,37%) menjawab setuju , kemudian 17 responden (30,91%) menjawab
Volume 1 No 1 Januari 2016
27
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
ragu- ragu, dan responden yang menjawab tidak setuju ada 23 responden ( 41,82%) , sedangkan sisanya untuk kategori sangat tidak setuju berjumlah 3 responden. Setelah melihat tabel diatas dapat diketahui hasil frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab tidak setuju sebesar 23 responden (41,82%) bahwa pembelian kenderaan bermotor roda dua dipengaruhi intensitas penyampaian brosur. Tabel 10 : Distribusi jawaban responden tentang pengaruh harga kenderaan bermotor roda dua terhadap pembelian yang dilakukan responden tergambar sbb. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 21 38,18 2 Setuju 29 52,73 3 Ragu-ragu 5 9,09 4 Tidak Setuju 0 0,00 5 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 21 responden (38,18%) yang menjawab kategori sangat setuju , 29 responden (52,73%) menjawab setuju bahwa harga kenderaan bermotor roda dua mempengaruhi pembelian yang mereka lakukan, kemudian 5 responden (9,09%) menjawab ragu- ragu, sedangkan responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak satupun responden yang memilihnya. Setelah melihat tabel diatas dapat diketahui hasil frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 29 responden (52,73%) bahwa responden melakukan pembelian kenderaan bermotor roda dua karena dipengaruhi oleh harga yang ditawarkan. Tabel 11 : Distribusi jawaban responden bahwa kemudahan mengakses kantor pembayaran kredit berpengaruh terhadap pembelian yang mereka lakukan. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 20 36,36 2 Setuju 21 38,18 3 Ragu-ragu 8 14,55 4 Tidak Setuju 6 10,91 5 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 20 responden (36,36%) yang menjawab kategori sangat setuju dan 21 responden (38,18%) menjawab setuju bahwa kemudahan mengakses tempat pembayaran kredit mempengaruhi pembelian yang dilakukan responden , kemudian 8 responden (14,55%) menjawab ragu- ragu, dan responden yang menjawab tidak setuju ada 6 responden (10,91%)dan sangat tidak setuju tidak satupun responden yang menjawab. Setelah melihat tabel diatas dapat diketahui hasil frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 21 responden (38,18%) bahwa kemudahan mengakses tempat pembayaran kredit mempengaruhi responden dalam melakukan pembelian kenderaan bermotor roda dua. Berikut disajikan data jawaban responden terhadap keseluruhan pernyataan variabel Y berdasarkan kuesioner yang disebarkan. Tabel 12 : Distribusi jawaban responden menganai bahwa responden menyadari kenderaan bermotor roda dua adalah kebutuhan penting dalam kehidupan sehari hari:
Volume 1 No 1 Januari 2016
28
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 16 29,09 Setuju 18 32,73 Ragu-ragu 12 21,82 Tidak Setuju 9 16,36 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 16 responden (29,09%) yang menjawab sangat setuju bahwa responden menyadari kenderaan bermotor roda dua adalah kebutuhan penting dalam kehidupan sehari hari, 18 responden (32,73%) menjawab setuju , 12 responden (21,82%) memnjawab ragu- ragu dan 9 responden (1,81%) menjawab tidak setuju , sedangkan kategori sangat tidak setuju tidak satu pun responden yang memilih. Setelah melihat hasil tabel diatas dapat diketahui hasil frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju sebesar 18 responden (32,73%) Tabel 13 : Distribusi jawaban responden mengenai bahwa mengetahui spesifikasi kenderaan bermotor roda dua yang dibeli sesuai dengan kebutuhan. No 1 2 3 4 5
Kategori Frekuensi Persentase(%) Sangat Setuju 7 12,73 Setuju 9 16,36 Ragu-ragu 29 52,73 Tidak Setuju 10 18,18 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 7 responden (12,73%) menjawab sangat setuju, 9 rseponden (16,36%) menjawab setuju bahwa responden mengetahui spesifikasi kenderaan bermotor roda dua yang dibeli sesuai dengan kebutuhan/ kegiatan sehari hari, 29 responden (52,73%), memjawab ragu- ragu, 10 responden (18,18%) menjawab kategori tidak setuju sedangkan kategori sangat tidak setuju tidak satu pun responden yang memilih. Setelah melihat hasil dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi yang tertinggi terdapat pada responden yang menjawab ragu ragu sebesar 29 responden (52,73%) bahwa spesifikasi kenderaan bermotor roda dua yang dibeli sesuai dengan kebutuhan. Tabel 14 : Distribusi jawaban responden mengenai bahwa responden menyukai dan memilih jenis kenderaan bermotor roda dua yang akan dibeli secara rasional.. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 7 12,73 2 Setuju 12 21,82 3 Ragu-ragu 25 45,45 4 Tidak Setuju 11 20 5 Sangat Tidak Setuju 0 0,00 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas , dapat diketahui 7 responden (12,73 %) menjawab sangat setuju bahwa membeli karena menyukai dan memilih secara rasional kenderaan bermotor roda dua yang
Volume 1 No 1 Januari 2016
29
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
akan dibeli 12 responden (21,82%) menjawab setuju, 25 responden (45,45%) menjawab ragu- ragu dan 11 responden (20%) menjawab tidak setuju, sedangkan kategori sangat tidak setuju tidak satupun responden yang memilih. Setelah melihat hasil tabel diatas , diketahui hasil frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab ragu ragu sebesar 25 responden (45,45%) yang megatakan bahwa pembelian kenderaan bermotor roda dua karena menyukai dan memilih secara rasional rasional Tabel 15 : Distribusi jawaban responden mengenai bahwa responden meyakini memiliki kenderaan bermotor rodadua dapat menekan biaya transportasi sehari hari. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 7 12,72 2 Setuju 9 16,36 3 Ragu-ragu 27 49,09 4 Tidak Setuju 8 14,55 5 Sangat Tidak Setuju 4 7,27 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui 7 responden (12,72%) menjawab sangat setuju bahwa responden meyakini memiliki kenderaan bermotor roda dua menekan biaya transportasi sehari hari., 9 responden (16,36%) menjawab setuju, dan 27 responden (49,09%) menjawab raguragu, 8 respoden ( 14,55%) menjawab tidak setuju. Sedangkan untuk kategori sangat tidak setuju terdapat 4 responden yang memilih. Setelah melihat hasil tabel diatas dapat diketahui, yang memperoleh hasil frekuensi tertinggi adalah responden yang menjawab ragu ragu sebesar 27 responden (49,09%) meyakini bahwa memiliki kendeaan bermotor roda dua menekan biaya transportasi sehari hari.. Tabel 16 : Distribusi jawaban responden mengenai pertimbangan memiliki kenderaan bermotor roda untuk mengatasi kesibukan aktivitas sehari hari No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1 Sangat Setuju 8 14,55 2 Setuju 15 27,27 3 Ragu-ragu 19 34,55 4 Tidak Setuju 10 18,18 5 Sangat Tidak Setuju 3 5,45 Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 8 responden (14,55%) menjawab sangat setuju bahwa untuk mengatasi kesibuka aktivitas sehari hari yang tinggi, 15 responden (27,27%) menjawab setuju, 19 responden (34,55%) menjawab ragu- ragu dan 10 responden (18,18%) menjawab tidak setuju dan kategori sangat tidak setuju terdapat 3 responden (5,45%) yang memilih. Setelah melihat hasil tabel diatas, dapat diketahui frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab setuju yaitu 19 reponden (34,55%) menyatakan bahwa frekwensi pemakaian kenderaan bermotor roda dua tinggi.
Volume 1 No 1 Januari 2016
30
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Tabel 17 : Distribusi jawaban responden mengenai pemilikan kenderaan bermotor roda dua meningkatkan pendapatan sampingan.. No Kategori Frekuensi Persentase(%) 1
Sangat Setuju
5
9,09
2
Setuju
13
23,64
3
Ragu-ragu
19
34,55
4
Tidak Setuju
10
18,18
5
Sangat Tidak Setuju
8
14,54
Jumlah 55 100,00 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 5 responden (9,09%) menjawab sangat setuju bahwa pemilikan kenderaan bermotor roda dua meningkatkan pendapatan sampingan, 13 responden (23,64%) menjawab setuju, 19 responden (34,55%) menjawab ragu- ragu, 10 responden(18,18%) menjawab tidak setuju sedangkan untuk kategori sangat tidak setuju terdapat 8 responden (14,54%) yang memilih. Setelah melihat hasil tabel diatas, diketahui yang memperoleh frekuensi tertinggi terdapat pada responden yang menjawab ragu ragu 19 responden (34,55%) bahwa pemilikan kenderaan bermotor roda dua dapat meningkatkan pendapatan sampingan. 2. Pengukuran Skor Agar data yang diperoleh dapat dianalisis secara kuantitatif maka setiap pertanyaan dari kuesioner diberikan kategori jawaban seperti ini : Pada awalnya dicari terlebih dahulu nilai rata rata dari tiap questioner yang diajukan kepada responden dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari masing masing bobot kelas itu lalu dibagi dengan jumlah total responden. Langkah selanjutnya adalah menetapkan interval kelas dari jawaban tersebut kedalam tingkatan kelas yang meliputi kelas sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Untuk itu perlu ditetapkan batasan kelas atau interval kelas yang satu dengan kelas yang lainnya dengan cara mengurangkan nilai tertinggi kelas yaitu 5 dengan nilai terendah kelas yaitu 1 lalu dibagi banyaknya bilangan yaitu 5 sehingga diperoleh interval kelas 0,8. Skor tertinggi – Skor terendah Banyak bilangan 5-1 5 0,8 Dengan demikian skor dari setiap pertanyaan yang diberikan berada di sekitar : - Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,2 – 5,0 - Skor untuk kategori tinggi = 3,3 – 4,1 - Skor untuk kategori sedang = 2,4 – 3,2 - Skor untuk kategori rendah = 1,5 – 2,3 - Skor untuk kategori sangat rendah = 0,8 – 1,4
Volume 1 No 1 Januari 2016
31
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
a. Pengaruh Sales promotion ( Variabel X) No Pertanyaan 1 Tayangan iklan di program televise mempengaruhi responden 2 Personal selling yang berkunjung ke rumah rumah mempengaruhi responden 3 Persyaratan kredit yang ringan mempengaruhi responden 4 Layanan purna jual/ service after sales mempengaruhi responden 5 Merk kenderaan bermotor tertentu menumbuhkan gengsi dan mempengaruhi responden 6 Brosur yang lazim dikirimkan ke rumar responden mempengaruhi responden 7 Harga kenderaan bermotor roda dua mempengaruhi responden 8 Akses tempat pembayaran kredit mempengaruhi responden 9 SIM mempengaruhi pengolahan data untuk setiap pengambilan keputusan b. Prilaku pembelian responden (Variabel Y) No Pertanyaan Menyadari pemilikan kenderaan bermotor roda dua 1 sebagai kebutuhan oleh responden Mengetahui Spesifikasi kenderaan bermotor roda 2 dua yang dibeli telah diketahui sebelumnya oleh responden Menyukai dan memilih kenderaan yang dibeli 3 secara rasional oleh responden Meyakini Pembelian atas dasar pertimbangan 4 rasional biaya transportasi harian oleh responden 5 6 7 8 9 10
Memiliki kenderaan bermotor roda dua untuk mengatasi kesibukan sehari hari oleh responden. Memiliki kenderaan untuk memperoleh penghasilan tambahan responden Peningkatan kerja pegawai terutama dalam kesesuaian tanggung jawab masing- masing Pencapaian hasil kerja sesuai dengan sasaran organisasi Penerapan SIM mampu memberikan motivasi pada pegawai dalam meningkatkan semangat kerja Penerapan SIM mempengaruhi kerja pegawai dalam meningkatkan keahlian pegawai yang berkaitan dengan kemapuan teknologi
Volume 1 No 1 Januari 2016
Rata-rata 3,71
Kriteria Tinggi
3,95
Tinggi
3,60
Tinggi
4,45
Sangat tinggi
4,04
Tinggi
2,75
Sedang
4,29
Sangat tinggi
4,00
Tinggi
3,86xx
Tinggi
Rata-rata
Kriteria
3,74
Tinggi
3,23
Sedang
3,27
Sedang
3,12
Sedang
3,27
Sedang
2,95
Sedang
3,91
Tinggi
4,02
Tinggi
3,91
Tinggi
4,08
Tinggi
32
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
ANALISA DATA Tujuan penelitian ini telah diperlihatkan diawal tulisan ini , dan untuk lebih mengetahui apakah tujuan dari penelitian tersebut tercapai atau tidak, maka perlu dilakukan beberapa langkah. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh Sles promotion terhadap prilaku pembelian kenderaan bermotor roda dua yang dilakukan warga, maka terlebih dahulu dilihat apakah ada pengaruh antara variabel X ( Sales promotion ) terhadap variabel Y ( Pirlaku pembeli ) Pengaruh antara variabel X dan Y dapat diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment, selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh variabel X dan Y digunakan perhitungan korelasi determinasi. 1. Koefisien Korelasi Product Moment Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari responden, maka jika diterapakan dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut : N = 55 Σxy = 1655.928 2 Σx = 1.899 E(x2) = 406.551 (Σx) = 3.606.201 2 Σy = 872 E(y2) = 152.312 (Σy ) = 760.384 Keseluruhan hasil tersebut dimasukkan kedalm rumus korelasi product moment, sehingga hasilnya dapat dilihat sebagai berikut : 55.1655928 − (1899)(872) 𝑟𝑥 𝑦 = √{(55.406551) − (1899)2 . {(55.152312) − (872)2 } 91076040 − 1655928 𝑟𝑥 𝑦 = √(22360305 − 3606201). (8377160 − 760384) 89420112 𝑟𝑥 𝑦 = √18754104 . 7616776 89410112 𝑟𝑥 𝑦 = √20730556319286 89410112 𝑟𝑥 𝑦 = 119518129 𝑟𝑥 𝑦 = 0,748 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh koefisien yang positif sebesar 0,748 antara variabel X dan Y, yang berarti bahwa kenaikan variabel yang satu akan diikuti dengan kenaikan variabel yang lainnya. Hubungan positif tersebut mengartikan bahwa semakin aktif kegiatan sales promotion akan semakin tinggi prilaku konsumen untuk membeli kenderaan bermotor roda dua.. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel X dan Y , maka tabel korelasi ditampilkan kembali sebagai berikut : Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Tinggi 0,80 – 1,000 Sangat Tinggi Sumber : Sugiono (2004)
Volume 1 No 1 Januari 2016
33
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Dengan mengkonsultasikan r yang diperoleh dengan tabel pedoman interpretasi diatas maka dilihat bahawa r = 0,748 berada interval koefisien 0,60 – 0,799 jadi tingkat hubungan pengaruh antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori tinggi 2. Uji Signifikan atau Hipotesis (t) Berikutnya dilakukan pula uji keberartian dari pengaruh sales promotion terhadap prilaku membeli konsumen kenderaan bermotor roda dua yang pengujiannya lazim disebut uji t, ini dilakukan dengan rumus Statistik sebagai berikut: √𝑛 − 2 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑟 √1 − 𝑟 2 √55 − 2 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,748 √1 − 0,7482 √53 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,748 √1 − 0,559 7,28 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,748 √0,441 7,28 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,748 0,664 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =8,20 Pada tabel dengan taraf signifikan 5% (0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 55, maka akan diperoleh tabel 0,00 . Berdasarkan ketetntuan pengujian hipotesis. 1. Jika harga t hitung > t tabel, maka Ho (hipotesis nol) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif diterima, artinya terdapat pengaruh antara sales promotion terhadap prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua. 2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh antara sales promotion terhadap prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua. Uji hipotesis diatas menghasilkan t-hitung = 8,20 sementara diperoleh t-tabel dengan signifikan 5% sebesar 0,000. Hal ini berarti t-hitung lebih besar dari t-tabel , maka hipotesis dapat diterima artinya ada pengaruh yang kuat antara sales promotion dengan prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua. 3. Koefisien Determinasi Kalau pada uji hipotesis diketahui ada pengaruh yang kuat antara SIM dengan Efektivitas kerja pegawai maka selanjutnya diukur pula seberapa kuat pengaruh dari SIM itu terhadap Efektivitas kerja pegawai dengan cara menghitung Koefisien determinasi Untuk mencari koefisien determinasi dilakukan dengan mengkuadratkan nilai r hitung yang telah diperoleh . Nilai r hitung adalah 1.79. Dengan demikian koefisien determinasi adalah : 2 D = r . 100 % 2 D = (0,748) . 100 % D = 0,559 . 100 % D = 55 % Perhitungan diatas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel (X) yaitu Sales promotion terhadap variabel (Y),yaitu Prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua adalah
Volume 1 No 1 Januari 2016
34
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
sebesar 55 % . Selebihnya prilaku membeli itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dibahas dalam penelitian ini sebesar : 100% - D = 100% - 55 % = 45 % PENUTUP 1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1 Terdapat pengaruh yang kuat antara Sales promotion yang dijalan perusahaan terhadap prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua.. 2. Tingkat korelasi variabel Sales promotion terhadap prilaku konsumen dalam membeli kenderaan bermotor roda dua adalah sebesar 0,748 dan masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan Tingkat Koefisien Determinasi sebesar 55% yang berarti besarnya pengaruh varibel (X) yaitu Sales promotion terhadap variabel (Y) yaitu Prilaku konsumen sebesar 55 % sedangkan sisanya sebesar 45% dipengaruhi factor lain.
DAFTAR PUSTAKA 1. Atmoesoeprapto, Kisdarto. 2002. Menuju Sumber Daya Manusia Berdaya dengan Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efisiensi. Elex Media Komputindo : Jakarta 2. Phillip kotler & Gary armtrong, Dasar-dasar Pemasaran, Intermedia Jakarta, 1995 3. Gordon B. Davis, Sistim Informasi Manajemen, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1984.
Volume 1 No 1 Januari 2016
35
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEPUASAN NASABAH PINJAMAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BRI UNIT LEBUSONA PADA MASYARAKAT KELURAHAN BAKARANBATU MUHAMMAD IRWANSYAH HASIBUAN,SE.,M.SI NIDN. 0106017901 email :
[email protected]
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRAK Persepsi pembeli tentang nilai yang menggambarkan sebuah perbandingan antara kualitas atau keuntungan yang mereka rasakan dalam produk dengan pengorbanan yang mereka rasakan ketika membayar harga produk. Dari hasil uji F sebesar 59,873 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,276. Jika dibandingkan nilai Fhitung (59,873) > Ftabel (3,276) pada alpha 5% maka disimpulkan bahwa secara serempak variabel Persepsi pembeli tentang nilai yang menggambarkan sebuah perbandingan antara kualitas atau keuntungan yang mereka rasakan dalam produk dengan pengorbanan yang mereka rasakan ketika membayar harga produk.Dari hasil uji T nilai thitung untuk variabel persepsi kualitas sebesar 2,564 dengan nilai signifikan 0,013 dan citra perusahaan sebesar 0,169 dengan nilai signifikan 0,867. Sedangkan untuk nilai ttabel pada tabel statistik distribusi t dengan level of test α = 5% dan df1 = 45 sebesar 1,689. Berdasarkan kriteria bahwa jika nilai thitung> ttabel yakni (2,564 > 1,689); (8,006 > 1,689) sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel persepsi kualitas,citra perusahaan, kepuasan pelanggan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas pelanggan. telah memberikan gambaran mengenai faktor- faktor yang memberi perasaan satisfaction/dissatisfaction (puas/tidak puas). Secara umum, jika sebuah produk/jasa gagal (kinerja dibawah harapan), konsumen akan berusaha untuk menentukan penyebab kegagalan itu. Jika penyebab kegagalan adalah atribut pada produk atau jasa itu sendiri, perasaan tidak puas cenderung akan terjadi. Kebalikannya, jika penyebab kegagalan lebih pada faktor-faktor kebetulan atau perilaku konsumen sendiri, perasaan tidak puas lebih sedikit terjadian. Kata Kunci: Presepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan, Loyalitas. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat
Volume 1 No 1 Januari 2016
36
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
menjadi Rp. 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 miliar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management. Citra Perusahaan dapat sangat spesifik atau sangat berlebihan dan bahwa beberapa organisasi mungkin tidak ingin atau tidak memerlukan citra yang spesifik. Beberapa organisasi lebih memilih citra yang berlebihan sehingga kelompok yang berbeda dapat memproyeksikan kebutuhan mereka dalam organisasi dan hal ini jelas terjadi pada cara berpikir orang Inggris. Citra adalah perusahaan di mata publik. Citra adalah sebuah cerminan dari identitas sebuah organisasi atau perusahaan. Sebuah organisasi atau perusahaan dapat memiliki beberapa citra yang berbeda-beda di mata publik yang berbeda-beda pula. citra merupakan kesan yang timbul dalam diri seseorang sebagai hasil dari pemahaman yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalamannya dalam memandang atau menilai sebuah organisasi atau perusahaan. Namun, pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, melainkan wujudnya bisa dirasakan dari hasil pekerjaan, yaitu baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khakayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Image (citra) yang baik dan powerful merupakan harta yang tak ternilai bagi perusahaan manapun karena citra perusahaan yang handal, kuat dan kokoh akan memberikan banyak sekali manfaat kepuasan konsumen merupakan suatu tanggapan perilaku konsumen berupa evaluasi purna beli terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk) dibandingkan dengan harapan konsumen. Kepuasan konsumen ini sangat tergantung pada persepsi dan harapan konsumen itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Loyalitas adalah kesetiaan atau pengabdian kepada seseorang, negara, kelompok, atau menyebabkan (filsuf tidak setuju untuk hal-hal apa yang bisa setia kepada. Beberapa, seperti yang dijelaskan lebih rinci di bawah, berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi setia kepada berbagai hal , sementara yang lainnya berpendapat bahwa itu hanya mungkin karena kesetiaan akan kepada orang lain dan hal itu secara ketat antarpribadi. Misalnya seorang konsumen yang sudah sangat sering melakukan pembelian terhadap suatu satu merek produk, tidak ada lagi merek yang dipertimbangkan untuk dibeli selain merek produk dibelinya. Ketika merek produk itu tidak tersedia di toko yang ditujunya, dia terus berusaha mencari produk itu sampai ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan ketika merek barang itu tidak tersedia, dan petugas penjualan mengatakan merek produk yang dicarinya akan datang beberapa hari kemudian, dia bersedia menunggunya. Jika ada konsumen dalam pembeliannya berperilaku seperti itu, maka bisa disebut konsumen itu sangat loyal terhadap merek pilihannya (brand loyalty).
Volume 1 No 1 Januari 2016
37
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat sejauh mana Presepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan terhadap loyalitas nasabah, dengan judul ” Pengaruh Faktor-Faktor Yang Menentukan Kepuasan Nasabah Pinjaman Terhadap Loyalitas Nasabah Bri Unit Lebusona Pada Masyarakat Kelurahan Bakaranbatu”. 2.
Identifikasi Masalah Adapun identifikasi dalam permasalahan ini terkait Faktor-faktor yang menentukan kepuasan Nasabah Pinjaman dan pengaruh terhadap loyalitas nasabah BRI unit Lobusona. 3. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya membahas Pengaruh FaktorFaktor Yang Menentukan Kepuasan Nasabah Pinjaman Terhadap Loyalitas Nasabah Bri Unit Lebusona Pada Masyarakat Kelurahan Bakaranbatu b. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh Presepsi kualitas terhadap loyalitas nasabah BRI unit Lobusona?. 2. Bagaimana pengaruh Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Nasabah BRI unit Lobusona?. 3. Bagaimana Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap loyalitas Nasabah BRI Unit Lobusona?. 4. Bagaimana pengaruh Presepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Nasabah BRI unit Lobusona?. 4.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk Mengetahui Presepsi kualitas terhadap loyalitas nasabah BRI unit Lobusona?. b. Untuk Mengetahui Citra Perusahaan terhadap Loyalitas Nasabah BRI unit Lobusona?. c. Untuk Mengetahui Kepuasan Pelanggan terhadap loyalitas Nasabah BRI Unit Lobusona?. d. Untuk Mengetahui Presepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Nasabah BRI unit Lobusona?. 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi BRI unit Lobusona, sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan manajemen mengenai nantinya terkait Faktor-Faktor Yang Menentukan Kepuasan Nasabah Pinjaman Dan Pengaruh Terhadap Loyalitas Nasabah Bri Unit Lobusona Pada Masyarakat Desa Mandalasena b. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Labuhanbatu, sebagai khasanah keilmuan pada perpustakaan kampus dalam bentuk karya ilmiah. c. Bagi peneliti, sebagai tempat untuk mengaplikasikan berbagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan yang diperoleh selama menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Labuhanbatu. TEORI TENTANG PERSEPSI NILAI Persepsi nilai (perceived value) telah terbukti merupakan konsep yang sulit untuk digambarkan dan diukur (Woodruff, 1997, Holbrook,1994, Zehtmal, 1998 dalam Tjiptono, 2005). Perceived value merupakan hasil atau manfaat yang diterima pelanggan dalam hubungan dengan total biaya yang meliputi harga dan biaya lain yang dikeluarkan untuk pembelian
Volume 1 No 1 Januari 2016
38
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
suatu barang atau jasa. Di dalam terminologi sederhana, nilai menjadi perbedaan antar biayabiaya dan manfaat yang dirasa. Bagaimanapun, apa yang disadari dari nilai tampak seperti sangat pribadi, dan berbeda-beda bagi pelnggan yang satu dengan lainya (Holbrook, 1994 dalam Tjiptono, 2005). Pendapat serupa dikemukakan oleh Zeithmal (1998 dalam Tjiptono, 2005) yang mendefinisikan perceived valud sebagai penilaian konsumen secara keseluruhan terhadap kegunaan suatu produk atau jasa berdasarkan persepsi atas apa yang telah diberikan dan atas apa yang telah didapat. Perceived value merupakan trade off antara evaluasi pelanggan terhadap benefit dan cost dari jasa yang digunakannya (Bolton dan Drew, 1991 dalam Andreassen dan Lindestad 1996). Penilaian pelanggan terhadap value tergantung pada pengorbanan (biaya moneter dan non moneter yang berhubungan dengan penggunaan produk/jasa) dan kerangka referensi dari pelanggan (Zeithmal, 1998, Bolton dan Drew, 1991 dalam Andreassen dan Lindestad 1996). Kerangka referensi yang dimaksud adalah persepsi pelanggan tentang kualitas jasa (perceived value). Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1985, 1998 dalam Tjiptono,2005) menyatakan bahwa tingginya kualitas produk atau jasa yang diterima konsumen akan mampu meningkatkan kepuasannya. Hal ini didukung Cronin dan Taylor (1992 dalam Tjiptono, 2005) bahwa kepuasan konsumen akan dipengaruhi oleh tingkat kualitas produk/jasa yang mereka terima dan disempurnakannya lagi bahwa kinerja suatu produk/jasa akan menjadi faktor penentu kepuasan konsumen. Assael (1998 dalam Tjiptono,2005) mengatakan bahwa konsumen lebih berorientasi pada nilai atau value yang kondisi dimana konsumen melihat harga lebih pada nilai yang dimiliki. Teori Tentang Persepsi Kualitas Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1999). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Namun perlu diperhatikan bahwa kinerja jasa seringkali tidak konsisten, sehingga pelanggan menggunakan isyarat instrinsik dan ekstrinik jasa sebagai acuan. Isyarat instrinsik berkaitan dengan output dan penyampaian jasa itu sendiri. Pelanggan akan bergantung pada isyarat ini apabila berada di tempat pembelian atau jika isyarat instrinsik tersebut merupakan search quality dan memiliki nilai prediktif yang tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan isyarat ekstrinik adalah unsur-unsur yang merupakan pelengkap bagi suatu jasa. Isyarat ini dipergunakan dalam mengevaluasi jasa jika dalam menilai isyarat instrinsik diperlukan banyak waktu dan usaha, dan apabila isyarat ekstrinsik tersebut merupakan experience quality dan credence quality. Isyarat ekstrinsik juga dipergunakan sebagai indikator kualitas jasa apabila tidak ada informasi isyarat instrik yang memadai. Pengukuran kualitas jasa/layanan terdapat dua konseptualitas yang dominan, yaitu : a. Perspektif Nordic (Gronroos, 1990 dalam Tjiptono,2001) yang merumuskan kualitas jasa dalam konteks yang lebih global, berupa kualitas teknis, kualitas fungsional dan kualitas reputasi. b. Model servqual yang lebih menekankan karakteristik interaksi jasa (seperti reliabilitas, daya tanggap, empati, jaminan dan bukti fisik). Meskipun model serqual lebih dominan, belum ada konsensus mengenai ancangan terbaik untuk konseptualisasi jasa. Oleh sebab itu, Brady & Cronin (2001 dalam Tjiptono, 2005) berupaya mengintegrasikan berbagai konseptualisasi yang ada ke dalam sebuah kerangka komprehensif dan multidimensional yang memiliki basis teroretikal kuat. Dalam model yang dikembangkan tersebut, dimensi utama kualitas jasa
Volume 1 No 1 Januari 2016
39
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
terdiri dari tiga komponsn utama, yakni : kualitas interaksi (interaction quality), kualitas lingkungan fisik (phisical environment quality) dan kualitas hasil (outcome quality). Persepsi terhadap kualitas pelayanan didefinisikan sebagai kualitas jasa yang dirasa konsumen sebagai keseluruhan keunggulan produk (Zeithaml, dalam Andreassen dan Lindestad, 1996). Menurut Juran (dalam Andreassen dan Lindestad, 1996) mutu terdiri dari dua unsur-unsur utama, yaitu derajat layanan atau jasa dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan derajat tingkat suatu jasa atau produk bebas dari defisiensi. Kualitas jasa dipercaya tergantung pada kualitas jasa dipercaya pada gap antara diharapkan dan yang dirasakan (Anderson et al., dalam Andreassen dan Lindestad (1996). TEORI TENTANG CITRA PERUSAHAAN (IMAGE) Banyak konsep citra toko telah dikemukakan di masa lalu ( Doyle dan Fenwick, 1974; Yakobus Et al., 1976; Kunkel dan Biji, 1968; Tanda, 1976 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998). Perspektif citra perusahaan (image) yang dominan diambil dari literatur citra toko hasil suatu multi- attribute model (Tanda, 1976; Yakobus Et al., 1976 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998). Citra perusahaan dinyatakan sebagai fungsi yang menyangkut atribut toko yang menyolok, yang dievaluasi dan dihargai antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, citra perusahaan atau image didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang komplek tentang toko yang berbeda dengan yang lain. Definisi adalah sama dengan definisi Houston dan Nevin (1981 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998). Bagaimanapun, dari tahun ke tahun pengarang berbeda sudah membedakan atribut perusahaan atau karakteristik berbeda yang menjadi bagian dari keseluruhan citra perusahaan. Sebagai contoh, Lindquist (1974 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998), dalam studi nya pada literatur store image , telah mengkombinasikan model dari 19 studi dan mengusulkan sembilan unsur-unsur berbeda: barang dagangan, jasa, para pelanggan/nasabah, fasilitas phisik, kenyamanan, promosi, atmospir toko, kelembagaan dan kepuasan purna beli. Doyle dan Fenwick ( 1974 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998) yang dibedakan hanya lima unsurunsur: produk, harga, bermacam-macam/sortiran, penempatan dan gaya. Bearden (1977 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998) yang diusulkan karakteristik berikut : harga, mutu barang dagangan, bermacam-macam/sortiran, atmospir, penempatan, memarkir fasilitas dan personil ramah. Citra perusahaan menyangkut unsur-unsur berbeda dari menjual eceran bauran pemasaran tertentu sebagaimana diperkenalkan oleh Ghosh (1990 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998). Ini delapan unsur-unsur adalah: penempatan, barang dagangan, atmospir toko, layanan pelanggan, harga, iklan, kewiraniagaan dan program insentif penjualan. Karena masing-masing toko eceran memiliki citra atau image, maka dipersepsikan beda dalam pikiran konsumen. Ini didasarkan pada unsur-unsur menyolok dari retailing. Barang dagangan suatu pedagang eceran eceran paling utama nya mencampur unsur, menurut Ghosh (1990 dalam Bloemer dan de Ruyter, 1998). Suatu pedagang eceran harus meyakinkan menawarkan produk itu ke pelanggan yang mereka harapkan. Meskipun demikian, unsur-unsur tidak fungsional lain juga harus sejalan dengan harapan dari pelanggan dalam urutan untuk suatu pelanggan untuk menjadi menyimpan setia. Citra perusahaan dipercaya untuk mempunyai karakteristik yang sama (Markus, 1977 dalam Andreassen dan Lindestad, 1996) mengenai mempengaruhi para pembelian keputusan, yaitu. citra perusahaan baik merangsang pembelian dari satu perusahaan oleh penyederhanaan kaidah pengambilan keputusan. Di dalam citra perusahaan konteks ini menjadi suatu isu kepercayaan dan sikap mengenai pengenalan dan kesadaran (Aaker, 1991 dalam Andreassen dan Lindestad, 1996), perilaku konsumen dan kepuasan pelanggan ( Fornell, 1992 dalam Andreassen dan Lindestad,1996). Citra perusahaan bisa merupakan suatu isyarat informasi disebabkan
Volume 1 No 1 Januari 2016
40
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
oleh keadaan luar untuk kedua-duanya para pembeli yang potensial dan ada atau tidak boleh mempengaruhi kesetiaan pelanggan. Citra perusahaan sebagai konsekwensi diasumsikan untuk mempunyai suatu dampak pada pilihan pelanggan perusahaan ketika atribut jasa sukar untuk mengevaluasi. Citra perusahaan dibentuk dan dikembangkan di dalam mengurus konsumen melalui komunikasi dan pengalaman. Citra perusahaan dipercaya untuk menciptakan suatu efek halo pada pertimbangan kepuasan pelanggan. Kapan pelanggan dicukupi dengan jasa menyumbangkan, sikap mereka ke arah perusahaan ditingkatkan. Sikap ini akan kemudian mempengaruhi kepuasan konsumen dengan perusahaan itu. Citra perusahaan didefinisikan sebagai sebuah persepsi mengenai kualitas yang digabungkan dengan nama (Aaker dan Keller, 2000). Fungsi utama dari citra perusahaan adalah menjadi fasilitas pilihan ketika pedoman instrinsik atau atribut- atribut tampak sulit atau tidak mungkin untuk dilakukan. Pedoman instrinsic meliputi komposisi fisik atau teknikal dari produk. Nama merk telah didefinisikan sebagai sebuah pedoman ekstrinsik, sehinggamenjadi sebuah atribut yang digabungkan dengan jasa tetapi tidak menjadi bagian fisik jasa itu sendiri. TEORI TENTANG KEPUASAN PELANGGAN Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan. Bahwa kepuasan pelanggan atau ketidakpuasan pelanggan adalah responden pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/ diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya (Tjiptono, 2005 : 146). Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alterantif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (out come) sama atau melampaui harapan pelangan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan atau dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah tingkah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Tjiptono : 2005 : 146). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli (Tjiptono, 2005 : 147). Menurut Garvin (dalam Tjiptono, 2005: 25) dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk, jasa konsumen umumnya menggunakan beberapa faktor atau dimensi, meliputi: a. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti yang dibeli. b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap c. Keandalan (reliability), yitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) Sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. f. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta penanganan keluhan yang memuaskan. g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Volume 1 No 1 Januari 2016
41
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 2001 : 26) dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible, konsumen umumnya menggunakan beberapa atribut atau faktor berikut: a. Bukti langsung (tangibles) Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. b. Keandalan (reliability) Yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. c. Daya tanggap (responsiveness) Yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. d. Jaminan (assurance) Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. e. Empati Meliputi kemudahan dalam melakukan bimbingan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Selama dan setelah mengkonsumsi dan menggunakan produk atau jasa, konsumen mengembangakn perasaa puas atau tidak puas. Customer satisfaction didefinisikan sebagai semua sikap berkenaan dengan barang atau jasa setelah diterima dan dipakai (Mowen, 1995). Dengan kata lain satisfaction adalah pilihan setelah evaluasi penilaian dari sebuah transaksi yang spesifik (Cronin & Taylor, 1992, Westbrook & Oliver, 1983 dalam dalam Mowen, 1995). Fornell (1992) mengatakan bahwa satisfaction dapat diperkirakan langsung sebagai overal feeling, dan konsumen memiliki ide mengenai bagaimana produk atau jasa dibandingkan dengan sebuah norma “ideal”. Mowen (1995) telah memberikan gambaran mengenai faktor- faktor yang memberi perasaan satisfaction/dissatisfaction (puas/tidak puas). Secara umum, jika sebuah produk/jasa gagal (kinerja dibawah harapan), konsumen akan berusah auntuk menentukan penyebab kegagalan itu. Jika penyebab kegagalan adalah atribut pada produk atau jasa itu sendiri, perasaan tidak puas cenderung akan terjadi. Kebalikannya, jika penyebab kegagalan lebih pada faktorfaktor kebetulan atau perilaku konsumen sendiri, perasaan tidak puas lebih sedikit terjadi (Valarie Folkes, 1984 dalam Mowen 1995). Di samping itu, hubungan antara satisfaction dan loyality diharapkan tergantung pada karakateristik produk atau jasa. Makna ganda pada hakiki kualitas produk atau jasa diharapkan berlaku sebagai penengah pada dampak antara satisfaction dan loyality (Olson & Jacoby, 1972 dalam Mowen 1995). Michael Guolla dan David Large (1997 dalam Mowen 1995) melakukan penelitian yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa kualitas jasa, customer satisfaction dan customer loyality adalah berhubungan dengan konteks pengembangan pelayanan melalui sebuah kerangka kerja untuk publik. Menurut Oliver (1993 dalam Mowen 1995) kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Linder Pelz (dalam Mowen 1995) mendefinisikan kepuasan sebagai respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Tse dan Wilton (1988 dalam Tjiptono, 2005) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidakpuasan yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual
Volume 1 No 1 Januari 2016
42
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
produk setelah memakainya. Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari harapan dan kinerja. Tse dan Wilton juga menemukan bahwa ada pengaruh langsung dari perceived performance terhadap kepuasan pelanggan. Pengaruh perceived performance tersebut lebih kuat daripada harapan di dalam penentuan kepuasan pelanggan TEORI TENTANG LOYALITAS Menurut Fajri dan Senja (2005, 535) loyal diartikan patuh atau setia, sedangkan loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan. Dalam manajemen pemasaran loyalitas diartikan sebagai ukuran keterkaitan pelanggan dengan sebuah merek tertentu. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika merek tersebut didapati ada perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain. Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi. Sebaliknya, pelanggan yang tidak loyal kepada suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut pada umumnya tidak didasarkan karena ketertarikan mereka pada mereknya tetapi lebih didasarkan pada karakter produk, harga, kenyamanan atau atribut lain yang ditawarkan oleh suatu produk. Menurut Engel et.al (1995) loyalitas terhadap merek (brand loyalty) merupakan kebiasaan termotivasi yang sulit diubah dalam pembelian barang atau jasa yang sama, sering berakar dalam keterlibatan yang tinggi. Loyalitas dibangun oleh sikap dan perilaku berupa motivasi yang sulit berpindah, dengan alasan bahwa produk dan jasa tersebut memang dibutuhkan untuk dalam jangka waktu yang lama. Produk dan jasa yang bermanfaat sangat berperan dalam menentukan keeratan hubungan produsen distributor dan konsumen. Penggunaan produk dan jasa tersebut bersifat memiliki intensitas yang tinggi dan konsumen percaya bahwa yang mereka lakukan benar. Menurut Mowen (1995) loyalitas pelanggan mencerminkan sikap brand loyalty. Brand loyalty yaitu merupakan tingkat konsumen dalam mempertahankan sikap positif terhadap merek, dilandasi kepuasan yang timbul sehingga memiliki komitmen terhadap merek tersebut dan berharap untuk terus menerus mengkonsumsi. Loyalitas konsumen dapat tumbuh karena konsumen merasa puas atas pelayanan yang diberikan. Loyalitas dapat juga muncul karena konsumen percaya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan yang menjual jasa. Hal ini disebabkan konsumen telah merasakan manfaat yang nyata akan keberadaan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten dimasa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek atau rangkaian merek yang sama secara berulang, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi untuk menyebabkan perilaku beralih merek (Oliver, 1999). Konsumen mungkin akan loyal karena mereka puas dengan produk sehingga ingin meneruskan hubungan. Elemen penting lain loyality adalah dukungan yang diharapkan dari ekspresi produk dalam komunikasi orang yang berpengalaman, yang disebut positif word of mouth. Saat konsumen merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain, hal ini menggambarkan derajat loyalitas yang tinggi. Customer satisfaction merupakan sebuah sikap, sementara loyality dilakukan dengan perilaku konsumen. Konsumen yang loyal melakukan lebih dari sekedar kembali lagi, mereka juga sedikit menekankan rasa sensitf, lebih pemaaf bila kadanglah terjadi kekeliuran pada jasa atau produk, dan mereka melakukan iklan dari mulut ke mulut, seperti yang dikemukakan oleh Peter Straube (1997 dalam Dharmmesta, 1999). Volume 1 No 1 Januari 2016
43
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Loyalitas lebih didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut jelek, konsumen akan sangat mudah beralih ke merek lain. Pada loyalitas afektif, kerentanan konsumen lebih banyak terfokus pada tiga faktor yaitu : ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi dari pemasar maupun konsumen merek lain, dan upaya mencoba merek lain. Sedangkan pada loyalitas konasi dan tindakan, kerentaan konsumen lebih terfokus pada faktor persuasi dan upaya coba merek lain. Dalam loyalitas tindakna, konsumen kebali terhadap upaya pemsaran balik dari merek saingan. Ini disebabkan konsumen tidak melkukan pencarian informasi dan evaluasi. Assael (1998 dalam Dharmmesta, 1999). METODE PENELITIAN Defenisi Variabel Penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti adalah : 1. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel Presepsi Kualitas (X1), Citra Perusahaan (X2) Kepuasan Pelanggan (X3). 2. Variabel Dependen (variabel terikat). Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, variabel kriteria, atau variable konsekuensi. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah loyalitas Nasabah (Y). Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2004) “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang dijadikan oleh peneliti untuk peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja Kantor Cabang Bank BRI Silangkitang. Yang berjumlah 650 orang Nasabah, Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi. Menurut Arikonto (2002) dalam menarik sampel yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 maka dapt diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling sebanyak 65 orang nasabah atau 10% dari populasi. 3.1. Metode Analisis Data Analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang data yang diteliti. Analisis regresi linier berganda yaitu analisis regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen (Nugroho, 2005). Untuk memperoleh hasil analisis data, peneliti menggunakan bantuan paket program statistik SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 20.00. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan: Y a X1 X2 X3 b1…2 e
= = = = = = =
Loyalitas Nasabah Konstanta Presepsi Kualitas Citra Perusahaan (image) Kepuasan Pelanggan Koefisien Regresi Standar Error.
Volume 1 No 1 Januari 2016
44
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Jenis kriteria ketepatan, yaitu: Uji Simultan (Uji F) Uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Kriteria pengujiannya sebagai berikut: Ho : b1 =b2= 0, artinya variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel (Y). H1 : b1≠b2≠ 0, artinya variabel independen (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel (Y). Uji Parsial (Uji t) Uji parsial (Uji t) bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing- masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya sebagai berikut: Ho:b1 = 0, artinya variabel independen (X) secaraparsial berpengaruh terhadap variabel (Y). H1 : b1 ≠ 0, artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh tidak berpengaruh terhadap variabel (Y). Koefisien Determinan (R2) Identifikasi determinan (R²) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan Adjusted R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1 (Situmorang, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Berdirinya Kantor BRI Sejarah berdirinya Bank Rakyat Indonesia tidak terlepas dari adanya beberapa kali pergantian nama sebelum menjadi Bank Rakyat Indonesia itu sendiri. Sejarah tersebut dimulai ketika pada tanggal 16 desember 1895, Raden Wiriaatmadja dan kawan-kawan mendirikan “ De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden “ (Bank Penolong dan Tabungan bagi Priyayi Poerwokerto) atau disingkat menjadi “ Bank Priyayi Poerwokerto “, dengan akta otentik yang dibuat oleh E. Sieburgh Asisten Residen. Kemudian tahun 1896, W.P.D de Wolff van Westerrode Asisten Poerwokerto yang menggantikan E. Sieburgh bersama Al. Schifi mendirikan “ De Peerwokertosche Hulp-en Spaarbank de Inlandsche Hoofden.” Pada tahun 1898, dengan bantuan dari pemerintah Hindia Belanda, didirikanlah Volksbanken atau Bank Rakyat. Daerah kerjanya meliputi wilayah administrasi Kabupaten atau Afdeling, sehingga kemudian Volksbanken disebut pula sebagai Afdelingbank. Ternyata Volksbanken mengalami kesulitan saat itu, sehingga pemerintah Hindia Belanda turut campurtangan dengan mendirikan Dienst der Volkscredietwesen (Dinas Perkreditan Rakyat) pada tahun 1904 yang membantu Volksbanken sacara materiil maupun inmateriil dengan tambahan modal bimbingan, pembinaan, dan pengawasan. Pada tahun 1912, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga berbadan hukum dengan nama Centrale Kas yang berfungsi sebagai Bank Sentral bagi Volksbanken termasuk juga Bank Desa. Sebagai akibat resesi dunia pada tahun 1929-1932, banyak Volksbanken yang tidak
Volume 1 No 1 Januari 2016
45
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
dapat berjalan dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka pada tahun 1934 Didirikan Algemeene Volkscredietbank (AVB) yang berstatus Badan Hukum Erops. Modal pertama berasal dari hasil likuidasi Centrale Kas ditambah dengan kekayaan bersih dari Volksbanken.Pada zaman pendudukan Jepang AVB DI Pulau Jawa diganti namanya menjadi Sycomin Ginko (Bank Rakyat) berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tanggal 3 Oktober 1942. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1946, maka ditetapkan berdirinya Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Pemerintah yang semula berturut-turut bernama Algemeene Volkscredietbank (AVB) dan Sycomin Ginko. Pada akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Direksi BRI Nokep : S. 67-DIR/12/1982 tanggal 2 Desember 1982 Direksi Bank Indonesia menetapkan, bahwa Hari Jadi Bank Rakyat Indonesia adalah tanggal 16 Desember 1. Dimana hasil diperoleh yaitu; Y= 0.863+ 0.274 X1 + 0.014 X2 +0.729X2 + Koefisien regresi konstanta sebesar 0.863 mempunyai arti jika ada atau variabel persepsi kualitas,citra perusahaan,kepuasan pelanggan maka Loyalitas pelanggan akan sebesar 0.532,Koefisien regresi persepsi kualitas sebesar 0,274 mempunyai arti bahwa setiap terjadi penambahan persepsi sebesar 0,274 maka Loyalitas pelanggan sebesar 1 kali, Koefisien regresi citra perusahaan sebesar 0,014 mempunyai arti bahwa setiap terjadi penambahan citra perusahaan sebesar 0,014 maka Loyalitas pelanggan sebesar 1 kali, Koefisien regresi kepuasan pelanggan sebesar 0,729 mempunyai arti bahwa setiap terjadi penambahan kepuasan pelanggan sebesar 0,729 maka Loyalitas pelanggan sebesar 1 kali. Hasil pengujian koefisien determinaasi dapat diketahui antara lain nilai R dan R Square sebagai berikut : Nilai R sebesar 0,838 sama dengan 83,8% yang menunjukan bahwa hubungan antara variabel persepsi pelanggan, terhadap Loyalitas pelanggan sangat erat.Besarnya nilai koefisien determinasi 0,702 atau sama dengan 70,2%. Nilai tersebut berarti bahwa sebesar 86,3% menegaskan bahwa Loyalitas pelanggan dapat dijelaskan melalui variabel kepuasan pelanggan, resepsi kualitas,Citra perusahaan. Dari hasil uji F sebesar 59,873 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,276. Jika dibandingkan nilai Fhitung (59,873) > Ftabel (3,276) pada alpha 5% maka disimpulkan bahwa secara serempak variabel Presepsi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas pelanggan Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diperoleh definisi tentang nilai nasabah. Nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian pelanggan tentang kegunaan suatu produk yang berdasar pada persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan (Zeithami, 1987). Persepsi pembeli tentang nilai yang menggambarkan sebuah perbandingan antara kualitas atau keuntungan yang mereka rasakan dalam produk dengan pengorbanan yang mereka rasakan ketika membayar harga produk. Dari konsep dan beberapa definisi tentang nilai nasabah diatas dapatlah kita kembangkan secara komprehensif, bahwa secara garis besar nilai nasabah merupakan perbandingan antara manfaat (benefits) yang dirasakan oleh nasabah dengan apa yang nasabah korbankan (costs) untuk mendapatkan atau menkonsumsi produk tersebut. Sehingga nilai nasabah merupakan suatu preferensi yang dirasakan oleh nasabah dan evaluasi terhadap atribut-atribut produk serta berbagai konsekuensi yang timbul dari penggunaan suatu produk untuk mencapai tujuan dan maksud nasabah Dari hasil uji T nilai thitung untuk variabel persepsi kualitas sebesar 2,564 dengan nilai signifikan 0,013 dan citra perusahaan sebesar 0,169 dengan nilai signifikan 0,867. Sedangkan
Volume 1 No 1 Januari 2016
46
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
untuk nilai ttabel pada tabel statistik distribusi t dengan level of test α = 5% dan df1 = 45 sebesar 1,689. Berdasarkan kriteria bahwa jika nilai thitung> ttabel yakni (2,564 > 1,689); (8,006 > 1,689) sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel persepsi kualitas,citra perusahaan, kepuasan pelanggan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas pelanggan. telah memberikan gambaran mengenai faktor- faktor yang memberi perasaan satisfaction/dissatisfaction (puas/tidak puas). Secara umum, jika sebuah produk/jasa gagal (kinerja dibawah harapan), konsumen akan berusaha untuk menentukan penyebab kegagalan itu. Jika penyebab kegagalan adalah atribut pada produk atau jasa itu sendiri, perasaan tidak puas cenderung akan terjadi. Kebalikannya, jika penyebab kegagalan lebih pada faktor-faktor kebetulan atau perilaku konsumen sendiri, perasaan tidak puas lebih sedikit terjadian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara parsial bahwa variabel Prestasi Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Nasabah. 2. Secara parsial bahwa variabel Citra Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Nasabah. 3. Secara parsial bahwa variabel Kepuasan Pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Nasabah. 4. Secara serempak bahwa variabel Prestasi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Nasabah. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bank BRI unit Lebusona, sebaiknya mengevaluasi dan memperhatikan Prestasi Kualitas, Citra Perusahaan, Kepuasan Pelanggan dalam dampaknya terhadap Loyalitas Nasabah secara berkala agar lebih teratur. 2. Bank BRI unit Lebusona, sebaiknya meningkatkan lebih terbuka dalam melakukan proses Prestasi Kualitas dalam meningkatkan Loyalitas Nasabah. 3. Bank BRI unit Lebusona, sebaiknya meningkatkan lebih terbuka dalam melakukan proses Citra Perusahaan dalam meningkatkan Loyalitas Nasabah 4. Bank BRI unit Lebusona, sebaiknya meningkatkan lebih terbuka dalam melakukan proses Kepuasan Pelanggan dalam meningkatkan Loyalitas Nasabah 5. Bank BRI unit Lebusona, sebaiknya Kepuasan Pelanggan bagi perusahaan dilakukan sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong atau mempertinggi motivasi dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tugasnya. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, Harun, 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Beerli, et al 2004. A model of customer loyalty in the retail banking market. European Journal of Marketing Volume 38 Number 1/2 2004 pp. 253-275. Bloemer dan de Ruyter, 1998. On the relationship between store image, store satisfaction and store loyalty. European Journal of Marketing Volume 32 Number 5/6 1998 pp. 499-513. Caruana Albert.2002. The effects of service quality and the mediating role of customer satisfaction. European Journal of Marketing Volume 36 Number 7/8 2002 pp. 811-828.
Volume 1 No 1 Januari 2016
47
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Cooper D. R dan Emory. W. C. 1998. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Erlangga. Dharmmesta, B.S. 1999. Loyalitas Pelanggan”: Sebuah kajian konseptual sebagai panduan bagi peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 14/ No. 3 73-88. Dimitriades. Z.S 2006. Customer satisfaction, loyalty and commitment in service organizations. Management Research News Volume 29 Number 12 2006 pp. 782-800. Durianto Darmadi dkk. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas Merek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Engel et.al .1995. Perilaku Konsumen. Jakarta : Erlangga. Fajri dan Senja, 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Difa Publisher. Fornell, C. 1992. A National Customer Satisfaction Barometer. The Swedish Experience. Journal Of Marketing vol 56. Jay Kandampully dan Dwi Suhartanto. 2000. Customer loyalty in the hotel industry: the role of customer satisfaction and image. International Journal of Contemporary Hospitality Management Volume 12 Number 62000 pp. 346-351. Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol Jilid Kedua. Jakarta : Prenhallindo. , 2000”Marketing Management”, The Millenium ed, Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall, Inc. , 2002. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,Implementasi dan Kontrol, Millenium Edition. Jakarta : Prenhallindo.
Volume 1 No 1 Januari 2016
48
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT EKONOMI MASYARAKAT DENGAN PARTISIPASI POLITIKNYA PADA PILKADA CALON BUPATI LABUHANBATU DAN WAKILNYA TAHUN 2010 HJ. SITI LAM’AH NASUTION, SH, MM NIDN : 0104018102
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU)
PENDAHULUAN Didalam Undang Undang Dasar 1945 pada bagian Pembukaan secara implicit maupun eksplisit banyak disebutkan bahwa Indonesia dibangun untuk mencapai kesejahteraan rakyat dengan menjunjung tinggi hak hak rakyat termasuk hak berdemokrasi dan hak atas hukum. Hal ini karena Demokrasi dianggap sebagai bentuk pemerintahan ideal yang sejalan dengan perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan, dimana kemerdekaan itu diraih melalui perjuangan segenap rakya dan oleh karena itu wajar bila kekuasaan tertinggi itu berada ditangan rakyat. Disamping itu demokrasi diharapkan mampu menjawab permasalahan rakyat sehingga arah pembangunan tetap sejalan dengan kondisi dan kehendak rakyat . Seperti yang ditegaskan Dahl (1982: 7): “Demokrasi mengacu pada suatu ideal atau tipe khusus rezim yang nyata dalam artian ideal, demokrasi merupakan suatu kondisi tertib politik kenegaraan yang paling sempurn. Pada bagian lain disebutkan pula di dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa: “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar”. Namun kenyataannya didalam perjalanan sejarah bangsa proses demokratisasi ini mengalami beberapa masa untuk sampai kepada demokrasi yang ideal. Pada kenyataannya, wujud demokrasi hanya berada pada tataran yang imajiner, hal yang terasa sulit untuk diwujudkan. Ini terbukti dengan kondisi yang diadopsi dari berbagai negara yang ada di belahan dunia, yang selalu saja mengalami dilema permasalahan penegakan demokrasi khususnya di negara-negara berkembang. Dahl mengungkapkan (1982: 12): “Kriteria demokrasi ideal selalu menuntut berbagai hal sehingga tidak ada rezim aktual yang mampu memenuhinya secara utuh…ketika mencari demokrasi ideal maka tidak ada rezim yang demokratis”. Penegakan demokrasi di Indonesia pasca reformasi mengalami perkembangan yang sangat pesat sampai pada tataran pemerintahan lokal (daerah) yang akan melaksanakan Pilkada langsung dan serentak Pada 09 Desember 2015, dan ini merupakan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Oleh karena itu Hubungan Tingkat Ekonomi terhadap pilkada langsung ini sangat menarik untuk dicermati karena banyak pendapat yang menegaskan tentang hubungan kemakmuran rakyat sebuah Negara yang mengindikasikan korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi yang ideal. Hal ini didukung oleh pendapat Lipset & Lerner (dalam Huntington dan Nelson, 1994: 27): “Adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan antara modernisasi sosio-ekonomi dengan partisipasi politik”. Senada dengan itu, Azra (2002: 1) juga menyatakan: “Setidaknya salah satu prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi memberi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekonomi sebuah bangsa maka semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi.”
Volume 1 No 1 Januari 2016
49
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Dengan kata lain, dalam konteks makro, asumsi yang dapat dibangun bahwa sebuah negara yang makmur, tentunya perwujudan demokrasi di negara tersebut akan cenderung lebih baik. Lipset dan Deutsch (dalam Gaffar, 2005: 22) menyatakan: “Terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosio-ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besar-kecilnya pendapatan per kapita masyarakat...”. Dengan kata lain demokrasi akan terwujud dengan baik dalam sebuah negara yang makmur. Kemakmuran akan membawa kesadaran dari rakyat untuk terlibat langsung dalam politik dan pemerintahan. Salah satu indicator yang menunjukkan hubungan tingkat ekonomi dengan demokrasi tersebut adalah tingkat partisipasi politik masyarakat didalam pelaksanaan pilkada langsung tersebut.,ini diungkapkan oleh Sastroatmodjo (1995: 67): “Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi....”. Dengan kata lain, faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebuah negara adalah partisipasi warganya dalam proses politik di negara tersebut. Penelitian yang dilakukan Clark, dalam bukunya Menguak Kekuasaan dan Politik Di Dunia Ketiga, menyimpulkan bahwa negara-negara dunia ketiga yang sudah mengembangkan demokrasi melalui pemilu seperti India, Tanzania, Nigeria, Meksiko, dan Brasil, tingkat partisipasi politik masyarakatnya dalam pemilu rata-rata hanya mencapai 64,5 persen di mana masih belum mencapai seperti yang diharapkan (1985: 58) Mengingat penelitian ini dilakukan dinegara miskin maka seolah olah tergambar bahwa tingkat partisipasi yang rendah tersebut ada kaitannya dengan tingkat ekonomi masyarakat Negara tersebut. Surbakti (2003: 144) menyatakan: “Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah”. Kemudian pendapat Surbakti (2003: 232): “Masyarakat yang miskin dalam sumber-sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya yang akan menyebabkan timbulnya frustrasi dan keresahan...yang pada gilirannya melumpuhkan demokrasi.” Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa kemiskinan adalah salah satu faktor penghambat kesadaran individu yang membentuk masyarakat untuk dapat terlibat di dalam politik dan pemerintahan yang dapat menimbulkan akses lumpuhnya demokratisasi di dalam sebuah negara. Dari semua uraian di atas disimpulkan bahwa partisipasi politik mempunyai keterkaitan dengan tingkat ekonomi seseorang di mana semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka partisipasi politik dari orang tersebut akan cenderung lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan pembuktian dengan jalan penelitian, dengan obyek yang diteliti adalah etnis Tionghoa dan momen partisipasi politiknya adalah Pilkadasung. Peneliti akan melakukan penelitian korelasional antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik. Hal ini menarik mengingat obyek penelitian cenderung mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi namun partisipasi politiknya masih diragukan. RUMUSAN MASALAH. Dari uraian diatas dapat tergambarkan bahwa manusia secara kodratnya memiliki kebutuhan yang dipenuhinya dengan berupaya sesuai dengan kemampuannya dan kebutuhan itu tidak saja bersifat intra persona tetapi juga berhubungan dengan dunia luar dari manusia itu yaitu masyarakat. Kebuthan tersebut diraih secara bertahap seiring dengan tumbuhnya kemampuan ekonominya. Bedasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah dalam jurnal ini adalah : “Apakah ada hubungan yang signifikan antara Tingkat ekonomi masyarakat dengan partisipasinya dalam pilkada “
Volume 1 No 1 Januari 2016
50
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
LANDASAN TEORITIS. 1. Tingkat ekonomi masyarakat Tingkat ekonomi masyarakat biasanya diukur dengan besarnya tingkat pendapatan masyarakat yang diwakili oleh pendapatan nasional. Pendapatan nasional tersebut dihitung dengan besarnya tingkat konsumsi masyarakat untuk satu periode tertentu tanpa melihat apakah konsumsi itu dilakukan oleh pihak domestic ataupun pihak asing misanya belanja yang dilakukan perusahaan yang di danai oleh modal asing. Selanjutnya jumlah totalitas belanja tersbut akan dibagi dengan jumlah penduduk sehingga diperoleh pendapatan perkapita penduduk. Besarnya tingkat pendapatan perkapita inilah yang dijadikan ukuran tingkat kesejahteraan. Namun harus disadari penggunaan besarnya tingkat pendapatan perkapita sebagai tolok ukur kesejahteraan memiliki banyak kelemahan karena tingkat pendapatan tersebut memiliki daya beli yang berbeda. Sebagai ilustrasi pendapatan Rp 1.500.000 di kota lubukpakam mungkin cukup memadai bila dibandingkan dengan jumlah pendapatan yang sama bila yang bersangkutan menetap di kota Jakarta. Kelemahan lain timbul dari cara perhitungannya yang menggunakan harga rata rata dimana hal ini akan menunjukkan ketimpangan. Misalnya ada tiga orang yang berpenghasilan masing masing satu juta, dua juta dan tiga juta maka rata ratanya adalah dua juta,. Apabila ditentukan tingkat kesejahteraan sebesar satu juta lima ratus ribu maka kita berpendapat bahwa ketiganya berada pada tingkat sejahtera, padahal kenyataannya adalah orang pertama tidaklah mendapat pendapatan sebesar satu juta lima ratus ribu. Sementara itu, pihak lain berpendapat bahwa ukuran kesehteraan tidak saja diukur dengan pendapatan tetapi juga harus diperhitungkan nilai nilai non ekonomis seperti adanya waktu luang untuk berekspresi, besarnya daya yang digunakan untuk meraih pendapatan tersebut. Belum lagi pandangan yang mengatakan bahwa ukuran kesejahteraan itu bersifat subjektif, artinya pandangan tentang kepemilikan sesuatu, mungkin sekelompok orang cenderung untuk bekerja keras untu mengumpulkan barang barang berharga sedemikian rupa tapi ada sekelompok orang membatasi diri terhadap hal hal materi dan lebih mengkedepankan pandangan agama yang lebih menekankan kesederhanaan hidup. Disisi lain ada pula orang yang berpandangan untuk hidup dikota besar walaupun ia memiliki pendapatan yang relative kecil sementara sekelompok lainnya lebih suka untuk tinggal di kota kecil walaupun pendapatannya sangat besar. Belum lagi bila kita menelaah dari sisi unsur pengeluarannya yang berbeda sehingga menyebabkan orang yang berpendapatan sama besar tetapi memiliki tingkat kesejahteraan yang berbeda. Sebagai contoh, ada orang yang harus berpakaian parlente, berada di tempat mewah untuk meraih pendapatan tertentu, sementara orang lain untuk mendapatkan pendapatan yang sama tidak memerlukan pengeluaran yang besar. Bila diamati secara nasional maka tingkat pendapatan perkapita yang sama besar dari dua Negara yang berbeda akan dapat berbeda pula tingkat kesejahteraannya. Dinegara pertama pengeluaran negaranya difokuskan kepada kegiatan produksi alat pertahanan Negara sedangkan dinegara kedua pengeluaran negaranya lebih difokuskan untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh warga negaranya dan sudah tentu masyarakat Negara yang kedua akan lebih baik dari kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat Negara pertama. Namun demikian untuk ukuran kuantitatif hingga saat ini pendapatan perkapita masih dipandang sebagai alat ukur yang representative yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.
Volume 1 No 1 Januari 2016
51
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka tingkat pendapatan yang dipandang cukup representative sebagai objek yang diuji dan diteliti biasanya menggunakan ukuran besar kecilnya tingkat pendapatan keluarga yang secara umum dikategorikan kedalam 3 kategori besar yaitu kategori atas, menengah dan bawah. 2. Partisipasi politik masyarakat Partisipasi politik masyarakat dapat diukur dengan tingkat kepeduliannya terhadap keberlangsungan pelaksanaan pilkada. Biasanya ditandai dengan aktifnya mereka dalam berbagai tahapan pilkada itu seperti terlibat sebagai tim sukses, pemberian dukungan material, membantu sosialisasi calon yang diusung, terlibat dalam kampanye dan lain lain. Dalam jurnal ini focus perhatian lebih banyak dikaitkan dengan tingkat perekonomian mereka dengan berlandaskan kepada teori Maslow Menurut Maslow bahwa kebutuhan hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan : 1. Kebutuhan fisiologis. 2. Kebutuhan keamanan dan rasa aman 3. Kebutuhan social. 4. Kebutuhan harga diri. 5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar bagi hidup manusia yang berupa makanan, minuman dan lainnya yang berhubungan dengan kelanjutan hidup manusia. Kebutuhan ini akan diupayakan sedemikian rupa agar dirinya tetap dapat bertahan hidup, bahkan manusia akan berusaha melegalkan berbagai cara untuk hal tersebut. Kebutuhan fisiologis ini akan mendorong manusia untuk mempertahankan cara cara yang sama dimasa yang akan datang dan untuk ini manusia sudah memasuki tingkat kebutuhan yang kedua yaitu keamanan dan rasa aman. Dalam hal ini manusia berkeinginan agar hari ini, esok dan hari hari mendatang ia tetap dapat kesempatan untuk meraih keinginannya hingga jalan hidupnya akan terlalui dengan berkecukupan. Setelah manusia itu merasakan keamanan dan rasa aman dirasakannya maka ia mulai meresakan adanya keinginan lain yaitu berkontribusi dengan lingkungannya. Ia mulai memperhatikan lingkungan sekitarnya dan sangat ingin berpartisipasi disana, ia memasuki organisasi ditengah tengah masyarakat sebagai anggotanya, aktif dalam kegiatan social dan kemasyarakatan. Ia mulai merasakan manfaat moral dan lingkungannya. Keadaan ini berlanjut menjadi tumbuhnya keinginan untuk diperhatikan orang lain dan ia menjadi lebih aktif dengan harapan mendapat penilaian lebih besar dari masyarakat. Penonjolan reputasi terus diupayakan dengan maksud untuk memperoleh tampuk kursi kepemimpinan ditengah masyarakat. Ini merupakan tingkat kebutuhan keempat dari hierarkis maslow dimana pada tingkat ini manusia ingin mendapat penghargaan dan wujudnya adalah ia memperoleh dukungan dari masyarakat untuk menjadi pimpinan dikelompok masyarakat tersebut. Pada akhirnya setelah ia memperoleh kebutuhan penghargaan diri dari masyarakat maka ia sudah merasa tingkat kepuasan puncak dan pada saat tersebut ia menikmati penghargaan diri tersebut . Inilah tingkat kebutuhan tertinggi yang dirasakan manusia , ibarat sebuah satelit ia telah sampai pada orbitnya dan ia tinggal mengikuti gerakan putaran orbitnya.
HIPOTESA Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenerannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
Volume 1 No 1 Januari 2016
52
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric. (Sugiyono, 2005:70). Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya Hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat partisipasi politik anggota keluarga tersebut. Adapun hipotesinya adalah: Ho : Tidak ada hubungan Tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat partisipasi politiknya. Ha : ada hubungan positif antara tingkat ekonomi keluarga dengan tingkat partisipasi politiknya. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bentuk Penelitian Adapun bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian korelasional dengan melakukan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh. Meskipun secara keseluruhan bentuk penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mempergunakan teknik statistik di dalam menganalisa permasalahan penelitian, Penulis juga menggunakan teknik wawancara yang bersifat sebagai penegasan terhadap hasil kuesioner yang diedarkan . dengan demikian, secara tidak langsung bentuk penelitian ini juga membutuhkan penguatan- penguatan hasil wawancara di samping penggunaan data dan informasi secara kuantitatif. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Labuhanbilik kecamatan Panai tengah 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90). Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh kepala keluarga yang berdomisili di kelurahan Labuhanbilik yang berjumlah 98 kepala keluarga. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harap betul-betul representative.(Sugiyono, 2005:91). Untuk menentukan jumlah sampel penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan jumlah 39 kepala keluarga. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu: a. Teknik pengumpulan data primer Teknik pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut: 1). Metode Angket/ Kuesioner digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar dibuat pertanyaan semi terbuka yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh penulis. 2). Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada kepala keluarga yang menjadi sample penelitian dan tokoh masyarakat disekitar daerah tersebut.
Volume 1 No 1 Januari 2016
53
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
b. Teknik pengumpulan data sekunder : a).Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literature yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b).Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti. 5. Teknik analisa Data Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) adalah korelasi pearson product moment. Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong tinggi, sedang, rendah. 6. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment Adapun rumus koefisien Korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono, 2004 :212) adalah sebagai berikut : r xy = _N.Σxy – (Σx)(Σy) Keterangan : rxy= Angka indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment N = Populasi Σxy= Jumlah Perkalian antra skor x dan Skor y Σx = Jumlah skor x Σy = Jumlah skor y Untuk menentukan hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain. b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain. c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah. 7. Koefisien Determinant Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas/ independen (X) terhadap variabel terikat/ dependen (Y). Perhitungan dilakukan dengan menguadtratkan nilai koefisienpearson Product moment : 2
D = (rxy) x 100 (%) Keterangan : D = koefisien Determinant 2 (rxy) = Koefisien Pearson Product Moment antara x dan y. PENYAJIAN DATA Dari penyajian data jawaban responden terhadap kuesioner pada variavel X (tingkat ekonomi), dapat dijelaskan bahwa mayoritas penghasilan masing-masing responden di dalam penelitian ini cukup tinggi. Artinya, mayoritas responden mempunyai status atau tingkat ekonomi menengah ke kebawah. Ini diperkuat dengan hasil pengamatan (observasi) peneliti di lapangan. Dari tipe rumah penduduk, mayoritas adalah sangat sederhana khususnya di daerah penelitian yaitu Lingkungan VI, dan didukung oleh aktivitas masyarakat Lingkungan VI dalam
Volume 1 No 1 Januari 2016
54
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
menjalani kesehariannya, baik itu kepunyaan akan barang-barang rumah tangga dan sebagainya. Hal tersebut didukung pula oleh data kelurahan mengenai strata tingkatan ekonomi masyarakat Lingkungan VI tersebut yang kebanyakan menempati tingkat ekonomi menengah dan kebawah. Pada penyajian data, jawaban responden pada variabel Y (partisipasi politik) ada beberapa poin atau tabulasi tunggal yang akan dipaparkan di dalam artikel ini berkaitan dengan partisipasi politik warga pada Pikadasung ini. Di antaranya dukungan dari warga setempat terhadap salah satu calon kandidat Bupati Labuhanbatu seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Distribusi Jawaban Responden dalam Mencari Dukungan Bagi Kemenangan Salah Satu Kandidat Bupati Labuhanbatu dan Wakilnya No Jawaban yang tersedia Freku Fersentase ensi 1. Ya senantiasa aktif 2 5,12% 2. Hanya saat tertentu 7 17,94% 3. Hanya kebetulan saja 13 33,33% 4. Tidak pernah 17 43,61% mendukung dan aktif Total 39 100% Sumber : Kuesioner penelitian
N o 1. 2. 3. 4.
Berdasarkan table 1 diatas dapat diketahui bahwa warga di dalam penelitian ini memiliki intensitas partisipasi politik yang rendah khususnya pada pemilihan kepala daerah langsung yaitu pemilihan Bupati Labuhanbatu dan wakilnya. Hal ini didukung dengan wawancara sebagai verifikasi dalam memperkuat/ mendukung data hasil dari kuesioner yang dikumpulkan. Dari wawancara terhadap tokoh masyarakat pada Lingkungan VI, warga merasa kurang memiliki kepentingan di dalam berpolitik. Kemudian momen pilkadasung ini adalah momen baru yang sangat kurang dipahami masyarakat tentang hakekat dan maknanya. Walaupun di dalam sistem pemilihan kepala daerah langsung yang baru dilaksanakan ini mereka bisa secara transparan mengetahui profil kandidat kepala daerah tersebut namun mereka belum bisa menjatuhkan pilihan secara rasional. Yaitu menjatuhkan pilihan kepada siapa yang mereka lihat/anggap dapat memperjuangkan aspirasi mereka sebagai warga yang berekonomi rendah Keterlibatan warga di dalam kampanye salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya, dari hasil jawaban responden terhadap koesioner pada variabel Y (partisipasi politik) dapat di lihat dalam table 5 berikut ini: Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Keterlibatan didalam Kampanye Salah Satu Kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya Jawaban yang tersedia Frekwensi Persent ase Yang terlibat aktif 5 12,82% Hanya sesekali 8 20,51% Hanya ikut-ikutan 15 38,45% Tidak pernah terlibat 11 28,22% Total 39 100%
Volume 1 No 1 Januari 2016
55
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Sumber : kuesioner penelitian Berdasarkan table 2 diatas dapat diketahui bahwa jawaban responden terpecah, tidak terfokus pada satu pilihan jawaban. Di mana yang terlibat di dalam kampanye adalah minoritas. Untuk menjelaskan hal ini penulis kembali melakukan wawancara. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa warga mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang, alasan ini dijadikan penyebab dari banyaknya warga yang tidak terlibat langsung di dalam kegiatan kampanye tersebut dikarenakan kesibukan mereka dalam menjalankan usaha dan pekerjaannya sehari-hari. Kemudian penulis melakukan wawancara dengan warga di sekitar wilayah penelitian. Mereka menyatakan bahwa mereka lebih mengkedepankan pekerjaan mereka. Bagi mereka, berpartisipasi tidak harus dengan kegiatan kampanye tetapi banyak hal lain yang lebih aman bagi mereka untuk dilakukan dalam rangka mendukung calon Bupati Labuhanbatu dan wakilnya. Salah satu cara yang aman bagi warga di dalam berpartisipasi adalah dengan pemberian sumbangan material bagi tim sukses salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya. Dapat di uraikan jawaban responden tentang hal tersebut dalam tabulasi tunggal berikut ini: Tabel 3 Distribusi Jawaban Responden Sumbangan Dana Terhadap Salah Satu Tim Sukses Calon Bupati Labuhanbatu dan wakilnya. No Jawaban Frekwensi Persentase yang tersedia 1. Sering Sekali 6 15,38% 2. Cukup Sekali 8 20,51% 3. Kadang11 28,20% kadang 4. Tidak pernah 14 35,89% Total 39 100% Sumber: Kuesioner penelitian Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak pernah memberikan bantuan material kepada tim sukses calon Bupati Labuhanbatu, dan sebagian lagi responden pernah memberikan bantuannya. Hal ini terlepas dari benar tidaknya bantuan yang diberikan tersebut membawa nama tim sukses salah satu calon Bupati Labuhanbatu tersebut, namun inilah pernyataan dari para responden dari kuesioner yang dibagikan kepada mereka. Selanjutnya keterlibatan warga di dalam tim sukses dari salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu tergambar bahwa dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner pada variabel Y (partisipasi politik) dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4 menggambarkan mayoritas responden tidak terlibat di dalam tim sukses salah satu calon Bupati Labuhanbatu tersebut.
Volume 1 No 1 Januari 2016
56
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden tentang Keterlibatan di dalam Salah Satu Tim Sukses Calon Bupati Labuhanbatu dan Wakilnya No. Jawaban yang tersedia 1. Ikut menjadi tim sukses salah satu calon Bupati Labuhanbatu dan aktif dalam semua kegiatan tim sukses tersebut 2. Ikut menjadi tim sukses salah satu calon Bupati Labuhanbatu tetapi tidak begitu aktif dalam kegiatan tim sukses tersebut 3. Terdaftar sebagai tim sukses, namun tidak pernah terlibat dalam kegiatan tim sukses tersebut 4. Tidak terlibat sama sekali Total
Frekuensi 2
Persentase 5,12%
4
10,25%
10
25,64%
23 39
58,99% 100%
Pada questioner berikutnya di pertanyakan pula tentang potensi dari salah seorang kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya, sehingga warga memberikan dukungan dan penilaian terhadap calon terpilih tersebut dan hasilnya dapat diuraikan dalam tabulasi tunggal di bawah ini: Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden tentang Potensi Bupati Labuhanbatu dan Wakilnya Terpilih dalam Memimpin Labuhanbatu Ke depan No. 1. 2. 3. 4.
Jawaban yang tersedia Sangat berpotensi Cukup berpotensi Kurang berpotensi Tidak berpotensi Total
Freku ensi 25 13 1 0 39
Persentas e 64,10% 33,33% 2,56% 0% 100%
Sumber: Kuesioner penelitian Dari persentase di atas, mayoritas responden menyatakan bahwa Bupati dan wakil terpilih mempunyai potensi untuk membangun Kabupaten Labuhanbatu ke depannya. Hal ini didukung oleh dukungan mayoritas warga terhadap salah satu calon Bupati Labuhanbatu dan
Volume 1 No 1 Januari 2016
57
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
wakilnya. Di mana warga berharap besar akan kemampuan calon yang diusung akan mampu memberikan dampak positip bagi mereka dalam mencapai hasil usaha yang lebih besar dikemudian hari. POLA HUBUNGAN JAWABAN RESPONDEN TERHADAP ITEM PERTANYAAN KUESIONER ANTARA VARIABEL X DAN Y Untuk melihat keterkaitan jawaban responden dari item pertanyaan variabel X (tingkat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik) sesuai dengan indikator-indikator dari masingmasing variabel yang mewakili, maka dipilih lima item pertanyaan untuk dilakukan tabulasi silang (crosstabs) agar dapat dilihat kecenderungan dan pola pilihan, serta keterkaitan dari tiap item jawaban responden dari masing-masing variabel X dan variabel Y tersebut. Berikut dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer (software) yaitu program untuk pengolahan data statistik, di bawah ini akan diuraikan hasil tabulasi silang dalam tabel-tabel berikut diikuti dengan analisa penulis. Tabel 6. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Penghasilan terhadap DukunganPenghasilan * Dukungan Crosstabulation Dukungan
Penghasilan di… Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,Rp 1.000.000,- – Rp 2.000.000,Di atas Rp 2.000.000,Total
Tidak pernah mendukung dan aktif
Hanya kebetulan saja
Hanya saat tertentu
Senantias a aktif
Total
9 3 2 14
1 3 4 8
0 4 7 11
0 2 4 6
10 12 17 39
Tabel 7. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pengeluaran terhadap Keterlibatan dalam Kampanye Pengeluaran * Keterlibatan dalam Kampanye Crosstabulation Keterlibatan dalam kampanye Tidak pernah terlibat
Hanya ikutikutan
Penghasilan di .. Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,8 1 Rp 1.000.000,- – Rp 2.000.000,- 4 5 Di atas Rp 2.000.000,0 3 Total 12 9 Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik
Hanya Yang sesekali terlibat aktif
Tota l
1 3 3 7
10 15 14 39
0 3 8 11
Dari Tabel dapat dijelaskan yang berpenghasilan di bawah Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih Volume 1 No 1 Januari 2016
58
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
rendah, menyatakan tidak pernah mendukung dan hanya kebetulan saja memberikan dukungannya pada salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu sebanyak 2 orang (penjumlahan) Yang menyatakan hanya pada saat tertentu memberikan dukungannya bagi salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu, dan tidak ada kelompok mayoritas yang menyatakan senantiasa aktif dalam mendukung salah satu kandidat tersebut. Namun yang berpendapatan Rp 1.000.000,-. sampai di atas Rp 2.000.000,- atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi, 29 orang (penjumlahan)dengan perincian, yang menyatakan senatiasa aktif dalam memberikan dukungan bagi salah satu kandidat ada 11 orang sementara yang menyatakan ikut ikutan dan sesekali berjumlah 9 orang (penjumlahan) dan sisanya 9 orang menyatakan hanya ikut ikutan terlibat, sedangkan 12 orang menyatakan tidak pernah terlibat. Untuk kelompok penghasilan Rp 2 juta keatas menyatakan bahwa 8 orang pernah terlibat dalam memberikan dukungan dan sisanya 6 orang menyatakan memberikan dukungan bersifat sesekali ataupun ikut ikutan saja dalam memberikan dukungan terhadap calon Bupati Labuhanbatu dan wakilnya. Dari uraian ini menunjukkan pola bahwa semakin tinggi penghasilan responden ada kecenderungan akan semakin baik/kuat dukungan mereka terhadap salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu beserta wakilnya. Tabel 8. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemilikan Benda Berharga terhadap Keterlibatan di dalam Proses Pilkada/Keuangan Pemilikan Benda Berharga *Crosstabulation Terhadap Keterlibatan di dalam Proses Pilkada/Keuangan Keterlibatan di dalam proses Pilkada/keuangan Total Tidak Kadang Cukup Sering pernah sering sekali kadang Hanya sedikit saja 5 0 0 0 5 Pemilikan benda Hanya sebagian 14 2 2 0 16 berharga saja Ya, semua ada 1 2 6 9 18 Total 20 4 8 9 39 Tabel 8 berikut menunjukkan tidak ada pola baku yang mempunyai keteraturan, di mana semakin tinggi pemenuhan kebutuhan atas pekerjaan responden tidak ada kecenderungan akan semakin tinggi keterlibatan responden di dalam kegiatan tim sukses salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya.. Ini terlihat dari jumlah 38 orang responden yang mencukupi kebutuhannya atas pekerjaan yang ditekuninya menyatakan tidak pernah terlibat sama sekali di dalam salah satu tim sukses kandidat Bupati Labuhanbatu Sehingga mayoritas responden menjawab bahwa sebenarnya mereka tidak terlibat sama sekali di dalam kegiatan tim sukses salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu. Hal ini telah diinterpretasikan sebelumnya dalam distribusi jawaban responden tentang keterlibatan responden di dalam kegiatan salah satu tim sukses kandidat Bupati Labuhanbatu. Hal tersebut diakibatkan warga lebih memilih untuk memfokuskan perhatiannya terhadap pekerjaannya.
Volume 1 No 1 Januari 2016
59
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Tabel 9. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemenuhan Kebutuhan atas Pekerjaan terhadap Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Satu Kandidat Pemenuhan Kebutuhan atas Pekerjaan * Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Satu Kandidat Crosstabulation Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Kandidat Total Tidak Terdafta Ikut Ikut terlibat r dan dan dan sama tidak tidak akti sekali pernah begitu f terlibat aktif Tidak mencukupi 2 0 0 0 2 Pemenuhan kebutuhan Kurang mencukupi 3 0 0 0 3 Atas pekerjaan Mencukupi 11 4 3 0 18 Sangat mencukupi 6 2 6 2 16 Total 22 6 9 2 39 Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik Tabel 10. Hubungan Jawaban Responden atas Item Pertanyaan Pemenuhan Tingkat Kebutuhan terhadap Keikutsertaan Memilih Pemenuhan Tingkat Kebutuhan * Keikutsertaan Memilih Crosstabulation Keterlibatan di dalam Tim Sukses Salah Kandidat Total Tidak Terdafta Ikut Ikut terlibat r dan dan dan sama tidak tidak akti sekali pernah begitu f terlibat aktif Tidak mencukupi 2 0 0 0 2 Pemenuhan kebutuhan Kurang mencukupi 3 0 0 0 3 Atas pekerjaan Mencukupi 11 4 3 0 18 Sangat mencukupi 6 2 6 2 16 Total 22 6 9 2 39 Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik Dari Tabel 10 di atas dapat dijelaskan hanya tiga orang responden yang menyatakan pemenuhan tingkatan kebutuhannya tidak terpenuhi dan kurang terpenuhi, atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih rendah, dan datang ikut serta memilih salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu. Namun yang menyatakan pemenuhan tingkatan kebutuhannya cukup terpenuhi dan sangat terpenuhi atau dapat dikatakan responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi 67 orang (penjumlahan) menyatakan datang ikut serta memilih salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu. Dari uraian penjelasan ini menunjukkan pola bahwa semakin tinggi pemenuhan tingkat kebutuhan dari responden ada kecenderungan akan semakin baik/kuat minat keikutsertaan dari responden untuk memilih salah satu kandidat Bupati Labuhanbatu.
Volume 1 No 1 Januari 2016
60
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
PEMBAHASAN 1. Besaran Hubungan/Korelasi antara Variabel X (Tingkat Ekonomi) dan Variabel Y (Partisipasi Politik) Untuk melihat bagaimana pengaruh tingkat ekonomi yang merupakan variabel bebas (X) terhadap partisipasi politik masyarakat yang merupakan variabel terikat (Y) pada di Kelurahan Labuhan bilik yang dibahas di dalam penelitian ini, maka digunakan rumus statistik untuk melihat hubungan di antara variabel yang akan diteliti, yaitu analisa korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut: 𝑟𝑥𝑦 =
n∑xi yi − (∑xi )(∑yi ) √{[n∑xi2 − (∑xi )2 ][(n∑yi2 ) − (∑yi )2 ]}
Keterangan: rxy = Besarnya korelasi antara kedua variabel x dan y xi = Variabel X (tingkat ekonomi) yi = Variabel Y (partisipasi politik) n = Jumlah sampel Tetapi untuk efektivitas dan efisiensi di dalam proses penghitungan koefisien korelasi tersebut, penulis menggunakan bantuan pengolahan data dari software komputer untuk pengolahan data statistik. Maka dari itu setelah proses tabulasi data dari masingmasing jawaban responden terhadap dua kelompok pertanyaan untuk variabel X dan variabel Y dari kuesioner penelitian ini, didapat koefisien korelasi berikut: Tabel 11. Hasil Korelasi Variabel X Tingkat Ekonomi Terhadap Variabel Y Partisipasi Politik Tingkat Partisipasi Ekonomi Politik Tingkat Pearson 1 ,786** Ekonomi Correlation ,000 Sig (239 39 tailed) N Partisipasi Pearson ,786** 1 Politik Correlation ,000 Sig (2-tailed) 39 39 N Sumber: Data olahan program komputer untuk statistik Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi dari penelitian ini bernilai positif yaitu rxy = 0,786.
2. Pengujian Hipotesis Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis di dalam penelitian ini maka penulis menggunakan uji hipotesis dengan uji r dengan ketentuan sebagai berikut: Volume 1 No 1 Januari 2016
61
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
1. Jika rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh signifikan antara variabel X (tingkat ekonomi) terhadap variabel Y (partisipasi politik) 2. Jika rhitung < rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara variabel X (tingkat ekonomi) terhadap variabel Y (partisipasi politik). Dengan menggunakan table F maka didapat nilai rtabel sebesar 0,361. Selanjutnya diperbandingkan dengan rhitung yaitu sebesar 0,786, maka dapat diuraikan bahwa rhitung > rtabel sesuai dengan ketentuan yang diuraikan sebelumnya: apabila rhitung > rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan: “Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat” dapat diterima. 3. Determinasi Hubungan antara Variabel X terhadap Variabel Y Selanjutnya untuk melihat seberapa besar pengaruh determinan dalam persentase antara tingkat ekonomi sebagai variabel bebas (X) terhadap partisipasi politik sebagai variabel terikat (Y) di dalam penelitian ini, maka akan diuji dengan uji koefisien determinasi sebagai berikut: D = (rxy)2 X 100% D = (0,786)2 X 100% D = 0,6177 X 100% D = 61,77% Berarti hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik adalah sebesar 61,77% sedangkan sisanya 38,23% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor kultural, pendidikan, agama, kesukuan, dan faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini. KESIMPULAN 1. Mayoritas penduduk warga lingkungan VI kelurahan Labuhanbilik bekerja/ berprofesi sebagai nelayan dan pedagang yang menyebabkan status ekonomi mereka cenderung berada pada strata menengah ke bawah. 2. Warga kelurahan Labuhanbilik, Kecamatan kecamatan Panai tengah, menjatuhkan pilihannya cukup rasional terhadap kandidat Bupati Labuhanbatu dan wakilnya, yaitu berdasarkan kinerja kandidat dan memilih kandidat yang mereka lihat/anggap dapat memperjuangkan aspirasi mereka 3. Dari hasil pengolahan data yang dipaparkan sebelumnya, menggambarkan adanya polarisasi Bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi individu/seseorang, maka kepentingan mereka dan kebutuhan mereka terhadap perpolitikan juga akan semakin tinggi, dalam rangka mendukung usaha dan kegiatan mereka ke depannya. 4. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi, menunjukkan hubungan variabel X (tingkat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik) berada dalam kategori kuat dengan pengaruh determinasi sebesar 61,77% sedangkan sisanya 38,23% dipengaruhi faktor-faktor lain seperti faktor kultural, pendidikan, agama, kesukuan, dan faktor-faktor lain yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini.
Volume 1 No 1 Januari 2016
62
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI RAJA SAUL MARTO HENDRY, SE, MM NIDN. 0108036507
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Cash Position , Debt To Equity Ratio , Return On Asset , Cash Ratio , Asset Growth , dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 20011-2013. Sampel penelitian terdiri dari 18 perusahaan dan dari laporan keuangan yang telah diaudit. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial dan uji F untuk menguji pengaruh variabel secara serentak. Hasil uji t dari persamaan regresi yang didapat menunjukkan bahwa Debt To Equity Ratio, Return on Asset , dan Cash Ratio secara signifikan mempengaruhi Dividend Payout Ratio, sedangkan Cash Potition , Asset Growth , dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil uji F menyatakan bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil regresi berganda menunjukkan variabel independen mempengaruhi Dividend Payout Ratio sebesar 70,4%, sedangkan 29,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Kata kunci: Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return on Asset , Cash Ratio , Asset Growth, dan Firm Size, Dividend Payout Ratio. PENDAHULUAN Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang besar dan usaha mempertahankan investor yang menanamkan saham kepada perusahaan, dalam hubungannya dengan laba yang didapatkan perusahaan yang kemudian di bagi kepada pemegang saham atau ditahan untuk investasi, adalah sangat penting dalam kesinambungan suatu perusahaan. Perusahaan dalam persaingannya dalam perekonomian nasional maupun global, baik di sektor industri maupun jasa dalam perkembangannya semakin kritis dan tajam, hal ini berakibat terhadap pertumbuhan perusahaan di Indonesia secara kualitas maupun kuantitas menjadi tinggi. Lebih jauh lagi banyaknya perusahaan yang saham-sahamnya yang dahulu hanya dapat dimiliki oleh pemegang saham tertentu saja, yang kemudian menjadi milik publik ketika perusahaannya telah terdaftar di bursa. Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat disediakan dari sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan Riyanto (2008). Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan manajemen mengenai jumlah pembagian dividen. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dan dijadikan variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size. Alasan memilih perusahaan manufaktur Volume 1 No 1 Januari 2016
63
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
sebagai objek penelitian ini adalah karena saham perusahaan manufaktur lebih banyak diminati oleh investor dari pada perusahaan bidang lainnya. Perusahaan manufaktur tidak terikat pada peraturan pemerintah, serta perusahaan manufaktur merupakan salah satu aset yang memiliki peranan penting dalam pembangunan. Sehingga manufaktur mempunyai potensi dalam mengembangkan produknya secara lebih cepat dengan melakukan berbagai inovasi dan cenderung mempunyai ekspansi pasar yang luas dibandingkan perusahan non manufaktur dan jasa. Serta alasan peneliti menambahkan variabel Asset Growth dan Firm zise dalam penelitian ini karena dari penelitian terdahulu memiliki pengaruh signifikan yang berbeda yaitu positif dan negatif mengenai variabel tersebut, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 2. Apakah Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 3. Apakah Return On Asset berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 4. Apakah Cash Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 5. Apakah Asset Growth berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? 6. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ? TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan masalah yang masalah yang diuraikan diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana : 1. Pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2. Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 3. Pengaruh Return On Asset terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 4. Pengaruh Cash Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 5. Pengaruh Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 6. Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI HIPOTESIS Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Cash Position berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Volume 1 No 1 Januari 2016
64
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
2. Debt To Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 3. Return On Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 4. Cash Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 5. Asset Growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 6. Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
TINJAUAN TEORITIS 1. Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained eranings) yang ditahan sebagai cadangan perusahaan (Ang, 1997). Menurut Hanafi (2005), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin.Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang akan diinvestasikan kembali (Husnan, 1996). Dengan demikian dimungkinan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru.Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 2001) Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia, maka untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen disebut Dividend Payout Ratio. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa makin tingginya Dividend Payout Ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. 2. Cash Position Cash Position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (Hanafi, 2005). 3. Debt To Equity Ratio Debt To Equity Ratio merupakan perbandingan jumlah hutang terhadap modal sendiri. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibanding dengan modal sendiri (Husnan, 1996). 4. Return on Assets Return On Asset dihitung berdasarkan perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997) 5. Cash ratio Cash Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang merupakan kemampuan Volume 1 No 1 Januari 2016
65
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas (Riyanto, 2001) 6. Asset Growth Asset Growth menunjukkan pertumbuhan aset, dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan (Hanafi, 2005) 7. Firm Size Firm Size sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini. Bentuk logaritma digunakan karena pada umumnya nilai asset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu (Hanafi, 2005) METODE PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya tergolong dalam sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2011 – 2013. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini mencakup : 3. Analisis Regresi Berganda Data Model analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah model regresi berganda. Adapun model regresinya sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Keterangan : Y : Dividend Payout Ratio a : Konstanta b1, b2, b3, b4, b5, b6 : Koefisien tiap variabel independen X1 : Variabel Cash Position X2 : Variabel Debt to Equity Ratio X3 : Variabel Return on Asset X4 : Variabel Cash Ratio X5 : Variabel Asset Growth X6 : Variabel Firm Size e : Error Term Kriteria pengujian hipotesis secara simultan adalah sebagai berikut : Nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat signifikanso (α) = 5% Kriteria penilaian Hipoteris pada uji F ini adalah : Ho diterima jika : F hitung ˂ F tabel Ha diterima jika : F hitung ˃ F tabel Kriteria pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut : Ho diterima jika : - t tabel ˂ t hitung ˂ t tabel Ha diterima jika ; t hitung ˃ t tabel ; t hitung ˂ - t tabel
Volume 1 No 1 Januari 2016
66
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Regresi Linear Berganda Tabel 1
Pengujian Hipotesi Secara Simultan Sum of Model
Squares
1
Regression 34993.265 Residual 14705.546 Total 49698.811 Sumber data : Data primer yang diolah
Mean Square
Df 6 62 68
5832.211 237.186
F 24.589
Sig. .000 a
Dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai F hitung sebesar 24,589 dan F tabel 2,70 maka F hitung > F table; maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian Variabel Cash Position, Debt To Equty Ratio, Return On Asset, Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.
Tabel 2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Model 1 (Constant) CP DER ROA CR AG FS
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -29.496 12.188 -1.202 1.094 -.091 13.646 5.055 .276 1.690 .203 .609 24.757 3.399 .666 -3.793 12.553 -.022 1.156 .791 .120
T -2.420 -1.099 2.700 8.328 7.284 -.302 1.461
Sig. .018 .276 .009 .000 .000 .764 .149
Sumber data : Data primer yang diolah Dari tabel 1 maka didapat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = -29.496 – 1,202 X1 + 13,646 X2 + 1,690 X3 + 24,757 X4 – 3,793 X5 + 1,156 X6 + ε Persamaan regresi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta -29,496 menunjukkan bahwa terdapat Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 tanpa adanya variabel lain yang mempengaruhi 2. Variabel Cash Position secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek indonesia periode 20112013, terlihat dari t hitung sebesar - 1,299 ˃ t tabel - 2,109. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ditolak Volume 1 No 1 Januari 2016
67
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
3. Variabel Debt Equity Ratio secara parsial mempunyai pengaruh positip dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio terlihat dari t hitung 2,700 ˃ t tabel 2,109 Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio diterima 4. Variabel Return On Asset secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio terlihat dari t hitung 8,328 ˃ t tabel 2,109. Dengan demikian yang menyatakan bahwa Return On Asset mempunyai pengaruh terhadap Dividen Payout Ratio diterima. 5. Variabel Cash Ratio secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio terlihat dari t hitung 7,284 ˃2,109. Dengan demikian Hipotesis yang menyatakan bahwa Cash Ratio mempunyai pengaruh terhadap Dividen Pay Out Ratio diterima. 6. Variabel Asset Growth secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio terlihat dari t hitung -0,302 ˃ t tabel – 2,109. Dengan demikian Hipotesis yang menyatakan bahwa Asset Growth mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio ditolak. K 7. Variabel Firm Size berpengaruh positip tetapi tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio.terlihat dari t hitung 1,461 ˂ t tabel 2,109 , maka hipotesis yang menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio ditolak. B. Koefisiensi Determinasi Tabel 3
Model 1
R .839 a
Adjusted R Square R Square .704
.675
Std. Error of the Estimate 15.40085
Sumber data : Data primer yang diolah Nilai R (koefisien determinasi) adalah sebesar 0,839. Nilai R berada diantara (-1) dan 1, sehingga mempunyai korelasi yang erat. Besarnya nilai square R2 sebesar 0,704dengan Adjusted R Square adalah sebesar 0,704 yang berarti bahwa pengaruh variabel yang di uji mempunyai pengaruh sebesar 0,675 atau 67,50 % terhadap variabel Dividen Payout Ratio, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. PEMBAHASAN Berdasarkan analisa persamaan regresi berganda didapat hasil pengujian hipotesis bahwa Variabel Cash Position , Debt To Equity Ratio , Return On Asset , Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013. Hal ini menunjukkan bahwa apabila semakin bagus Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size maka Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013 akan semakin meningkat. Hasil uji t menunjukkan Debt Equity Ratio Return On Asset, Cash Ratio secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini menunjukkan bahwa apabila semakin bagus Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Cash Ratio, maka Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2013 akan semakin meningkat.
Volume 1 No 1 Januari 2016
68
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Septiani Arsanda Ari (2011) yang menyatakan bahwa Cash Position tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Namun ini berbeda yang ditunjukkan penelitian yang dilakukan oleh Anggit Satria Pribadi (2012) yang menyatakan Variabel Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Cash Ratio, Asset Growth, dan Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Persamaan Regresi Berganda dari hasil penelitian adalah Y = -29.496 – 1,202 X1 + 13,646 X2 + 1,690 X3 + 24,757 X4 – 3,793 X5 + 1,156 X6 + ε 2. Cash Position secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 3. Debt Equity Ratio secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 4. Return On Asset secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 20112013. 5. Cash Ratio secara parsial mempunyai pengaruh positip dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio terlihat dari t hitung 7,284 ˃2,109. pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 6. Asset Growth secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013. 7. Firm Size tberpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
SARAN Perusahaan ada baiknya untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam manajemen kas, asset, liabilities, dan equity, untuk meningkatkan ratio dari variabel ataupun non ratio yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, sehingga dapatmeningkatkan Dividend Payout Ratio. DAFTAR PUSTAKA Riyanto, Bambang, Pembelanjaan Perusahaan, BPFE, 1997 Sartono, Agus, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, 1994 Sjahrial, Dermawan, Manajemen Keuangan Lanjutan, Mitra Wacana Media, 2007 Arie, Septiani Arsanda. 2011. “ Analisis pengaruh Return on Asset, Debt to equity Ratio, Growth, Frim Size, dan Cash Ratio terhadap DPR pada perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia 2005 2008.”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Anggit Satria Pribadi. 2012. “ Analisis pengaruh variabel Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Volume 1 No 1 Januari 2016
69
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA LABUHANBATU DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN SYARIFUR RIDHO S.E.M.H NIDN. 0117126802 (DOSEN TETAP SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) PENDAHULUAN Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 adalah bidang informasi dan komunikasi. Pertumbuhan ekonomi yang bagus dalam suatu negara, merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai kemajuan suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang baik tidak akan terasa manfaatnya , apabila tidak dibarengi dengan pemerataan alokasi sumber daya yang adil dan merata, hal ini akan berdampak terhadap kesenjangan sosial yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang baik dalam suatu negara, hal ini menunjukkan kesiapan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN lebih biak. Salah satu pilar utama ASEAN Community 2015, ASEAN Economic Community yang dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu bersaing dengan Negara-negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan dengan kondisi Negara ASEAN saat ini. Dengan adanya Asean Economic Community juga diharapkan dapat menjadi kekuatan ASEAN dalam kancah Internasional. Deklarasi Komunitas Ekonomi ASEAN bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang menggerakkan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Dari pendasaran tujuan ini tampak bahwa akan timbul berbagai aliran investasi, penghapusan tarifdan faktor-faktor lain secara progresif, yang dapat dituangkan dalam prosedur, kebijakan, regulasi dan peraturan lainya di dalam upaya mengurangi hambatan-hambatan demi kemajuan bersama, adanya pemberlakuan sertifikasi dan standardisasi atas produk dan jasa, sebagai wujud perlindungan terhadap konsumen. Kabupaten Labuhanbatu dengan luas yang memiliki luas 2561,38 Km² (256.138 Ha) dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 453.630 jiwa memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pemain dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN. Tentu saja dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN, SDM kabupaten labuhan batu harus mempersiapkan diri dengan kompetensi yang mampu bersaing dengan dunia Internasional khususnya wilayah ASEAN. Kualitas SDM menyangkut Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya. Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan ruhaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh ruhaniah yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri.
Volume 1 No 1 Januari 2016
70
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Kondisi dan Kendala SDM Labuhanbatu dalam mengahadap Masyarakat Ekonomi ASEAN 2. Bagaimana Upaya untuk Meningkatkan Kesiapan SDM Labuhanbatu dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. KAJIAN TEORI 1. Kualitas SDM Zahara Djaafar (2005) menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu menguasai ilmu dan teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan merasa bahwa manusia mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial, nampaknya pembangunan dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju, dalam pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Menurut Nawawi dalam Sedarmayanti (2007 : 287) mengatakan ada tiga pengertian sumber daya manusia, yaitu : Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). b. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non financial) di dalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (riel) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. a.
Sarah Tang, sebagaimana dikutip Supriadi (1996:57), mengemukakan bahwa “Pertumbuhan ekonomi yang cepat di negara-negara Asia dan perubahan progresif dalam produksi menuju industri dan jasa berteknologi tinggi mengakibatkan meningkatnya tuntutan dari dunia usaha terhadap perlunya tenaga (SDM) yang terampil dan terdidik (berkualitas).” Fattah (2000:6) menyebutkan bahwa “SDM terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif.” Dimensi kualitatif adalah terdiri atas prestasi tenaga kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar, sedangkan dimensi kuantitatif mencakup berbagai potensi yang terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif. Jika pengeluaran untuk meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktivitas dari SDM tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif. Sumber daya manusia harus didefinisikan buka n dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich (Mathis dan Jackson,2002:4). Maka dari itu, Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang berkua litas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan (Tambunan,2003:15). 2. Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi Volume 1 No 1 Januari 2016
71
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
global. Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia. Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil. MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
PEMBAHASAN 1. Kondisi SDM Labuhanbatu Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN haruslah didukungan dengan kekuatan ekonomi nasional yang kuat. Kuat berarti memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik dan tidak terjadi kesenjangan sosial yang tinggi. Pemerintah harus mampu mengalokasi pendapatan negara secara adil dan merata. Kekuatan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kekuatan ekonomi daerah, termasuk Kabupaten Labuhanbatu Sumatera Utara. Belakangan ini, kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Labuhanbatu cenderung mengalami penurunan. Tahun 2013 perekonomian Labuhanbatu mengalami pertumbuhan sebesar 6,00 persen. Pertumbuhan tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tercatat sebesar 6,13 persen. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang cukup mempengaruhi perekonomian Kabupaten Labuhanbatu. Maju mundurnya ekonomi suatu negara tidak terlepas dari Sumber Daya Manusia yang ada. Untuk Kabupaten Labuhanbatu, jika kita lihat dari demografi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu memiliki luas 2561,38 Km² (256.138 Ha) dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 453.630 jiwa yang terdiri dari 229.110 jiwa penduduk laki-laki (50,51%) dan 224.520 jiwa penduduk perempuan (49,49%) yang terdapat pada 102.255 rumah tangga (BPS Kabupaten Labuhanbatu 2014). Dengan kondisi luas daerah dan jumlah penduduk yang besar, Kabupaten Labuhanbatu tentu menjadi magnet tersendiri menjadi pangsa pasar perusahaan-perusahaan asing. Dengan adanya MEA, masyarakat Kabupaten Labuhanbatu harus siap bersaing dengan negara lain. Salah satu yang harus diperhatikan adalah meningkatkan kualitas SDM di Kabupaten Labuhanbatu. Secara nasional, mutu pendidikan di Indonesia seringkali dinilai tidak jelas dan tanpa arah. Kita bisa melihatnya dari kurikulum pendidikan yang terkesan “ganti menteri ganti kurikulum.” Dalam rentang waktu 10 tahun terakhir, sudah 3 kali kurikulum pendidikan berubah, akan tetapi output yang dihasilkan tidak banyak berubah. Pendidikan karakter (soft skill) seharusnya lebih
Volume 1 No 1 Januari 2016
72
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
ditekankan daripada hard skill karena lebih dibutuhkan di dunia industri agar menghasilkan individu yang berkualitas dan siap bersaing. Untuk Kabupaten Labuhanbatu kualitas pendidikan juga masih sangat rendah. Dari segi kuantitas terdapat 8 perguruan tinggi swasta di Labuhanbatu. Dari 8 Perguruan tinggi tersebut hanya ada satu program studi yang sudah terakreditas peringkat B yaitu prodi manajemen STIE Labuhanbatu. Apabila kita lihat dari angka partisipasi dalam pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2014 menunjukkan angka partisipasi murni untuk sarjana sebesar 13.47% dan angka partisipasi kasar sebesar 18.32% (http://labuhanbatukab.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/69). Tabel 1 Angka Pasrtisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu Angka Partisipasi Sekolah (1) SD/MI SMP/MTs SMA/MA Diploma/Sarjana Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu, 2014
APM (2)
APK (3) 94,99 80,20 65,12 13,47
99,28 96,36 78,75 18,32
Berdasarkan Tabel 1 di atas untuk angka partisipasi sekolah Diploma/Sarjana menunjukkan angka partisipasi murni sebesar 13.47% yang berarti bahwa anak usia sekolah yang mengenyam pendidikan diploma/sarjana di Kabupaten Labuhanbatu hanya 13.47% dari jumlah usia sekolah pendidikan sarjana. Hal ini juga memberi makna bahwa terdapat sebanyak 86.53% yang usianya usia sekolah pendidikan sarjana tidak sekolah pendidikan sarjana. Angka partisipasi kasar sebesar 18.32% menunjukkan bahwa persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan sarjana dari jumlah penduduk usia sekolah sarjana sebesar 18.32%. Untuk melihat kualitas SDM suatu daerah juga dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia pada daerah tersebut. Indeks pembangungan manusia mencakup tiga komponen yaitu umur yang panjang dan sehat, kehidupan yang layak dan pengetahuan. Berdasarkan skala internasional capaian IPM dapat dikategorikan menjadi empat : kategori tinggi (IPM>80), kategori menengah atas (66
Volume 1 No 1 Januari 2016
73
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
2. Upaya dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan. Berkaitan dengan masalah ini, Engkoswara (2001:5) menyebutkan bahwa “Manajemen Pendidikan yang diharapkan menghasilkan pendidikan yang produktif, yaitu efektif dan efisien, memerlukan analisis kebudayaan atau nilai-nilai dan gagasan vital dalam berbagai dimensi kehidupan yang berlaku untuk kurun waktu yang cukup di mana manusia hidup.” Kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yang mampu bersaing di lapangan kerja yang ada dan yang diperlukan. Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan masalah ini, Supriadi (1996:54) mengemukakan bahwa “Agar pendidikan dapat memainkan perannya maka harus terkait dengan dunia kerja, artinya lulusan pendidikan semestinya memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi.” Hasil penelitian yang dilakukan Bramley (1991:9) mengemukakan bahwa “Ada beberapa hasil efektif dari pendidikan untuk peningkatan kualitas SDM, yaitu: pencapaian tujuan, peningkatan kualitas sumber daya (SDM dan sumber daya lain), kepuasan pelanggan, dan perbaikan proses internal.” Sebelumnya, Sutermeister (1976:3) mengemukakan bahwa “Perubahan dan peningkatan kualitas SDM dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan aset moral, yaitu dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan merupakan investasi. Pandangan ini ditinjau dari sudut human capital (SDM sebagai unsur modal Ketika MEA akan diberlakukan di Asia Tenggara, ‘gerbang’ free flow berbagai bidang negara-negara ASEAN pun ikut dibuka, termasuk tenaga kerja. Jika ini terjadi, kesempatan tenaga kerja luar yang masuk ke Indonesia semakin terbuka lebar dan ini akan menjadi persoalan tersendiri karena persaingan semakin luas dan tuntutan akan kualitas SDM yang berdaya saing juga semakin tinggi. SDM merupakan hal yang vital dalam perkembangan ekonomi suatu negara, dan Indonesia dianugerahi dengan jumlahnya yang sangat melimpah. Namun, akan sangat disayangkan jika potensi SDMnya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik karena kita tidak bisa hanya bergantung pada kekayaan alam semata yang semakin menipis. Meningkatkan kualitas SDM adalah harga mati bagi Indonesia bila ingin membangun ekonomi yang lebih baik nantinya agar tidak terus-menerus tertinggal dan dieksploitasi oleh negara lain.
KESIMPULAN SDM merupakan hal yang vital dalam perkembangan ekonomi suatu daerah . Kemampuan SDM labuhanbatu dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN masih kurang siap dan masih perlu perbaikan. SARAN Perlu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah labuhanbatu agar nantinya SDM di Kabupaten Labuhanbatu terampil dan siap dalam menghadapi persaingan global.
Volume 1 No 1 Januari 2016
74
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Engkoswara (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi. Daerah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga. http://yosiharaelmasnun.blogspot.co.id/2015/04/masyarakat-ekonomi-asean-mea.html Sedarmayanti, 2007, Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah : Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung T. Z. (2001). Pendidikan Non Formal Dan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan. Padang : Penerbit FIP UNP.
Volume 1 No 1 Januari 2016
75
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
DAMPAK KABUT ASAP TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT NURINTAN ASYIAH SIREGAR SE, M.Si NIDN. 0128098302 Email :
[email protected]
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRACT Bencana kabut asap yang melanda Riau pada awal tahun ini telah berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi Riau, hal itu dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi di daerah ini termasuk migas pada triwulan I tahun 2014 yang mengalami kontraksi sebesar minus 1,43 persen. Sebagian besar orang mengatakan bahwa kabut asap yang melanda beberapa provinsi di Negara Indonesia tahun 2015 ini menimbulkan berbagai macam permasalahan. Mulai dari masalah kesehatan, masalah aktivitas hingga masalah ekonomi. Sebagian besar dari mereka telah merasakan bagaimana dampak negatif dari adanya kabut asap yang sedang melanda ini. Kabut asap ini memang membawa petaka bagi sebagian besar orang yang berada di kawasan kabut asap. Kata kunci: Kabut asap, Perekonomian masyarakat PENDAHULUAN Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia. Sumber daya hutan ini merupakan salah satu tulang punggung perekonomian, baik secara nasional maupun dari segi pendapatan masyarakat setempat. Karena itu kerusakan hutan dan lahan dapat mengganggu keberlangsungan pembangunan. Lebih khusus, kerusakan hutan dan lahan akibat kebakaran terjadi semakin intensif. Fenomena kabut asap akibat pembakaran hutan kurang lebih dua bulan sangat dirasakan masyarakat Sibolga dan Tapanuli Tengah. Bahkan dilaporkan juga kabut asap menyelimuti hampir seluruh wilayah Sumatera Utara. Diduga, kabut asap yang melanda Sibolga dan Tapanuli Tengah khususnya merupakan kiriman dari kebakaran hutan di Provinsi Riau. Ditambah lagi dari kebakaran hutan di Sibolga, Mandailing Natal, Labuhan Batu Utara, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah. Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitasnya di dalam hutan. Kedua, karena faktor kesengajaan, yaitu manusia yang membuka lahan dan perkebunan dengan cara membakar. Kebakaran hutan karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil dibanding dengan faktor kesengajaan membakar hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar dilakukan saat pembukaan lahan baru atau untuk peremajaan tanaman industri pada wilayah hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar biayanya murah dan mudah, tapi sangat jelas kalau cara ini tidak bertanggung jawab dan menimbulkan dampak yang sangat luas. Pembakaran hutan termasuk dalam pembakaran biomassa. Pembakaran dari vegetasi baik hidup dan mati untuk pembersihan lahan dan penggunaan kembali diidentifikasi sebagai sumber pencemar gas dan partikulat yang signifikan pada atmosfir regional dan global (Levine, 1999). Kebakaran hutan terjadi pembakaran biomassa (rumput, lumut, semak belukar dan kayu) yang
Volume 1 No 1 Januari 2016
76
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
menghasilkan emisi yang cukup besar, berupa gas (CO2, CO, CH4 , dll) dan partikulat (Samsonov et al., 2005). Dua tahap penting yang terjadi saat proses pembakaran pada kebakaran hutan yaitu flaming dan smouldering. Pada saat tahap flaming, temperatur pembakaran dapat mencapai 1.800 K. Sedangkan pada tahap smouldering temperatur umumnya 850 K (Muraleedharan et al., 2000). Pada studi yang dilakukan Muraleedharan et al, 2000, temperatur pembakaran 750-850 K merupakan range temperature pada tahap smouldering. Pada tahap tersebut, emisi yang banyak dikeluarkan adalah senyawa yang tidak teroksidasi secara sempurna (contoh: CO, VOCs, PAHs), yang lebih berbahaya dibandingkan dengan emisi yang dikeluarkan saat pembakaran dengan temperatur tinggi, yaitu saat tahap flaming (Muraleedharan et al., 2000). Senyawa karbon yang banyak diemisikan pada tahap tersebut adalah CO2, CO, dan CH4. Pada beberapa studi ditemukan bahwa pembentukan aerosol terjadi pada tahap smouldering. Tapi diketahui juga bahwa partikulat banyak terbentuk akibat kondensasi dari materi organik yang volatile (mudah menguap) pada berbagai partikel atau permukaan (Reid et al., 2005). Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang terjadi di atas maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul “Dampak kabut asap terhadap perekonomian masyarakat”. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pencemaran Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu. (Achmad Lutfi,2009). Setiap kegiatan manusia akan menambah materi atau energi pada ligkungan. Apabila materi atau energi itu membahayakan, atau mengancam kesehatan manusia, miliknya atau sumber daya, baik langsung maupun tidak langsung dikatakan terjadi pencemaran. (Daud Silalahi, 2001). Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi ini. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan. Sedangkan Pencemaran, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 1 ayat 14 menyatakan : “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. (UU No.23 Tahun 2009). Sedangkan yang dimaksud pencemaran kabut asap atau dengan kata lain pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pengertian lain menyebutkan bahwa Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.(Putra,2011). Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu : 1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh : o Debu yang berterbangan akibat tiupan angin o Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik o Proses pembusukan sampah organik
Volume 1 No 1 Januari 2016
77
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
o
Kebakaran hutan 2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia) : o Hasil pembakaran bahan bakar fosil o Debu/serbuk dari kegiatan industri o Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara (Wisnu Arya Wardhana,Dampak Pencemaran Lingkungan (Andi, 2004) Berdasarkan terbentuknya, pencemaran udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Pencemar udara primer, yaitu komponen pencemar udara mencakup 90 % dari jumlah komponen pencemar udara seluruhnya. Bentuk dan komposisinya sama dengan ketika dipancarkan, contohnya Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO), Hidrokarbon (HC), Sulfur Dioksida (SO), serta berbagai partikel. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda. Polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikelpartikel, diikuti berturut-turut oleh NO, SO, Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah CO. Pencemaran udara sekunder, yaitu pencemaran yang terbentuk karena berbagai bahan pencemar yang bereaksi satu sama lain sehingga menghasilkan jenis pencemaran baru yang justru lebih membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan bantuan katalisator seperti sinar matahari. Contohnya Ozon, Formaldehida dan Peroxy Acyl Nitrat (PAN). (Astri Nugroho, Op.Cit. hal.9). Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga/ kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan.1Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya (Daniel Sukalele, 2014). Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan. Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan satu upaya untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.3 Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut: (1) Bahwa proses pemusatan kekuasan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor produksi (2) Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan masyarakat yang pengusaha pinggiran (3) Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum, dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat dan legitimasi (4) Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik, dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang dikuasai.
Volume 1 No 1 Januari 2016
78
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat. Perlu difikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan ini good governance yang telah dielu-elukan sebagai suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi pembangunan. Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan, kohesi dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang dilakukan komponen pemerintah, rakyat dan usahawan swasta. Dampak Pembakaran Hutan Asap dari pembakaran vegetasi mengandung uap air, gas-gas permanen, VOC (volatile organic compound), SVOC (semi volatile organic compound) dan partikulat. Juga gas-gas permanen termasuk CO2, NO dan NOx (Muraleedharan et al., 2000). SOx dan NH3 juga termasuk dalam gas tersebut. SOx hanya di produksi dalam jumlah yang sedikit, karena pada umumnya vegetasi hanya mengandung sulfur dalam jumlah yang sedikit. Pembakaran hutan termasuk dalam pembakaran biomassa merupakan sumber SO2 yang signifikan (Ikegami et al., 2001). Kontribusi emisi dari kebakaran hutan barvariasi, mulai dari 1% hingga 22% dengan nilai terbesar ditemukan pada partikulat sebesar 22%, CO sebesar 17,3% dan nilai terendah pada SO2 (0,3%) dan N2O (0.9%) (Lazaridis et al., 2008). Berdasarkan penelitian Yokelson et al., 2007, pada kumpulan asap yang besar akibat kebakaran hutan diidentifikasi adanya konsentrasi PM10 (partikulat berukuran 10µ) yang sangat tinggi dan 10-50 ppbv dari bermacam-macam spesies reaktif seperti O3, NH3, NO2, CH3OH dan asam organik. Gas-gas yang tersebut di atas yang dihasilkan dari pembakaran hutan dan lahan adalah gas rumah kaca. Jika luas hutan dan lahan yang terbakar sangat besar, maka dapat dipastikan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global juga akan meningkat. Kerugian yang ditimbulkan oleh pembakaran hutan dan lahan sangat besar. Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan; hilangnya beberapa flora dan fauna lokal. Jika pada suatu waktu turun hujan, maka dimungkinkan akan terjadi banjir dan longsor karena vegetasi tanaman dan pohon di daerah tangkapan air atau daerah resapan air sudah tidak ada lagi. Dampak lain lagi termasuk gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kabut asap, antara lain: 1. Menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungki juga infeksi. 2. Memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, dll. 3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas. 4. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakir kronik) dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan. 5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi. 6. Secara umum maka berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
Volume 1 No 1 Januari 2016
79
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
7. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi. 8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll penyebab penyakit (agent) dan buruknya lingkungan (environment). 9. Jarak pandang menjadi pendek sehingga mengganggu transportasi baik udara, darat dan laut. 10. Menyebabkan udara terasa panas dan tidak nyaman. 11. Mengganggu masyarakat negara tetangga, dan bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan penilaian negatif masyarakat internasional. DAMPAK SOSIAL EKONOMI 1. Kegiatan perekonomian masyarakat terganggu Hal ini dapat terjadi karena asap polusi dari pembakaran hutan di riau sangat tebal sehingga menghambat masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi. Kerugian: Hal ini dapat merugikan masyarakat karena dapat mengurangi penghasilan masyarakat yg bekerja swasta. Dan bagi instansi daerah juga menghambat kegiatan dari pemerintah daerah dalam menjalankan pembangun daerah. 2. Transportasi terganggu Pembakaran hutan yang terjadi di Riau mengakibatkan asap yg sangat pekat sehingga terjadi kemacetan yg panjang karena jalan yg tidak bisa dilewati karena tertutup oleh asap tebal. Jarak pandang pengendara yang sangat terbatas (300m) juga dapat mengakibatkan kecelakaan. Kerugian dari terganggunya transportasi ini adalah waktu yg dibutuhkan untuk menuju suatu tempat akan lebih lama dari biasanya, terjadi banyak kecelakaan pun membuat masyarakat yg menjadi korban harus menjalani pengobatan dan mengeluarkan biaya yg cukup banyak. Tidak hanya transportasi darat tetapi transportasi udara pun juga terhambat. Pesawat dari luar daerah tidak dapat mendarat di bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau karena asap yang sangat tebal menghalangi pendaratan pesawat maupun penerbangan pesawat. Kerugian yangditimbulkan adalah kerugian secara nominal(finansial) bagi bandara yang tidak dapat beroperasi dan kecelakaan serta menghambat kegiatan penduduk. Kerjasama bilateral pun juga akan terganggu karena pesawat delay hingga batas waktu yang ditentukan. Secara tidak langsungitu juga merugikan bagi daerah Riau maupun bagi negara. 3. Kegiatan pertanian masyarakat terhambat Akibat selanjutnya dari pembakaran hutan ialah di sektor pertanian. Kegiatan pertanian dapat terganggu karena pembakaran hutan yg terjadi. Karena asap yg diakibatkan oleh pembakaran hutan menghalangi masyarakat untuk bekerja di sawah mereka. Dan tanaman padi pun akan layu karena tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup. Kerugiannya adalah kekurangan bahan pangan. Apa bahan pangan tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan kelaparan yang berkepanjangan dan pengeluaran pemerintah daerah akan semakin bertambah untuk membeli bahan pangan dar luar daerah. 4. Produktifitas Menurun Pembakaran hutan yang disengaja dapat menimbulkan efek domino bagi masyarkat disekitarnya. Salah saru dari dampak pembakaran hutan di Riau mengakibatkan produktifitas pertanian menurun. Memang pembakarn hutan ini bertujuan untuk ekspansi tanah pertanian, tetapi pembakaran ini memiliki kerugian yg teramat sangat fatal. Karena asap yang ditimbulkan, tanaman yang seharusnya dapat berfotosintesis menjadi terhambat, tanaman juga akan kesulitan untuk mencari air atau unsur hara karena cadangan air tanah menipis. Kerugian dari menurunnya produktifitas ini adalah berkurangnya pendapatan masyarakat dan kerugian secara nominal bagi daerah Riau san sekitarnya.
Volume 1 No 1 Januari 2016
80
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Kabut asap sangat mengganggu aktifitas, terutama aktivitas di luar rumah. hal yang terjadi akibat kabut asap adalah kerugian dari segi ekonomi sampai kesehatan. kabut asap saat ini juga sudah sampai merenggut korba jiwa. Kabut asap juga sudah sampai menjakau negara lain. perlu penanganan dan pengawasan bersama dari pemerintah, aparat dan masyrakat. Walaupun lebih banyak kerugian yang diakibatkan oleh kabut asap. Beberapa segi positif yaitu: 1. Dapat berfoto seperti di pegunungan walaupun sebenarnya sedang dalam kondisi kabut asap 2. Meningkatkan omset penjual masker 3. Keadaan udara yang kurang baik akibat kabut asap dapat mengakibatkan penyaikit pernapasan. sangat dianjurkan untuk menggunakan masker saat berada diluar rumah. semakin banyak orang yang menggunakan masker berarti semakin meningkat omset penjual masker. Biasanya orang-orang yang menggunakan masker hanya ketika mengendarai udara dalam perjalanan jauh. Atau mungkin juga mereka yang merasa dingin ketika mengendarai kendaraan, atau juga ketika musim kemarau yang menyebabkan debu-debu beterbangan ke udara. Untuk menghindari semua itu, maka banyak orang yang menggunakan masker. Berbeda dengan saat ini, dalam melaksanakan aktivitas di dalam maupun di luar ruangan, mereka cenderung menggunakan masker. Perlu kita ketahui bahwa masker sebenarnya bukan hanya digunakan ketika musim kemarau atau kabut asap saja, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya kita juga membutuhkan masker sebagai alat pertama untuk perlindungan pernafasan kita. 4. Berkumpul bersama keluarga Ketika kabut asap orang akan enggan kelaura rumah. kalaupun keluar rumah hanya untuk urusan yang mendesak. kabut asap membuat orang akan berdiak di rumah dan ini membuat kebersamaan kelaurga lebih baik. 5. Orang akan lebih berhati-hati dalam berkendara Jarak pandang yang pendek membuat orang berhati-hati di jalan. dengan begitu orang-orang akan lebih berhati-hati dijalan. 6. Orang-orang mengurangi aktivitas di luar ruangan Aktivitas di luar ruangan yang tidak menguntungkan dan hanya menyita waktu saja akan dikurangi oleh beberapa orang yang bisa berfikir logis. Karena mereka memikirkan kesehatan mereka sendiri dan bukan hanya memikirkan kesenangan belaka. Aktivitas yang tidak menguntungkan ini seperti berkumpul di simpang-simpang jalan atau mungkin mereka yang pergi berjalan-jalan yang hanya menghabiskan waktu tanpa ada tujuan yang pasti. 7. Orang-orang lebih peduli dengan orang lain Seperti yang dilakukan oleh gerakan pramuka di provinsi Riau, ini membuktikan bahwa mereka lebih peduli dengan orang lain. Meskipun biasanya mereka juga peduli, namun dengan adanya kabut asap ini akan memicu beberapa orang untuk lebih peduli dengan sesama. 8. Orang-orang cenderung lebih hati-hati dalam mengambil tindakan Jika sebelumnya kita menemukan orang-orang yang membakar sampah dengan sembarangan, kini orang-orang akan mengurangi pembakaran sampah secara sembarangan. Karena kekhawatiran akan polusi udara yang akan ditimbulkan. Selain dari itu mereka yang suka melakukan tindakan pembakaran hutan yang bertujuan untuk membuka lahan secara ilegal juga akan berkurang. Sanksi Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab X tentang Hak, Kewajiban dan Larangan, pada pasal 65 menjelaskan bahwa setiap
Volume 1 No 1 Januari 2016
81
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 67 menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dan pada Pasal 69 huruf h disebutkan larangan untuk melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. Pada Pasal 108 disebutkan bahwa setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp10 miliar. DAFTAR PUSTAKA Astri Nugroho, 2005. Bioindikator Kualitas Udara.Cet 1 Jakarta : Universitas Trisakti. Achmad Lutfi,2009. Pengertian Pencemaran.http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimialingkungan/pencemaran lingkungan/pengertian-pencemaran/ diakses pada tanggal 5 Desember 2011. Daniel Sukalele,2014. Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah, dalam wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomi-daerah diakses tgl. 25 Juni 2014. Ikegami, Miwako., Okada, Kikuo., Zaizen, Yuji ., Makino, Yukio ., Jensen, Jorgen B., Gras, John L., Harjanto, Hery. 2001. Very High Weight Ratios of S/K in Individual Haze Particles Over Kalimantan During the 1997 Indonesian Forest Fires. Atmospheric Environment 2001;35;4237–4243. Mardi Yatmo Hutomo,2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi, Yogyakarta: Adiyana Press, 2000, hal 1-2 Kata Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL),Edisi Revisi.Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004, hal 28 Lazaridis, M., Latos, M., Aleksandropoulou , V., Hov, Ø., Papayannis, A., Tørseth, K. 2008. Contribution of Forest Fire Emissions to Atmospheric Pollution in Greece. Air Qual Atmos Health 2008;1;143–158. Muraleedharan, T.R., Radojevic, Miroslav., Waugh, Allan., Caruana, Anthony. 2000. Emissions from the Combustion of Peat: An Experimental Study. Atmospheric Environment 2000;34 3033-3035. Putra, 2011.Pencemaran Udara, Dampak dan Solusinya, http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya/ diakses pada tanggal 5 Desember 2011. UU No.23 Tahun 2009.http://birohukum.pu.go.id/peraturan/UU32-2009.pdf.diakses 10 Februari 2012. Yokelson, R.J., Karl, T., Artaxo, P., Blake, D.R.., Christian, T.J.., Griffith, D.W.T.., Guenther, A., Hao, W.M.. 2007. The Tropical Forest and Fire Emissions Experiment: Overview and Airborne Fire Emission Factor Measurements. Atmos. Chem. Phys.2007;7;5175-5196 www. tim sermud.com www. Google.com
Volume 1 No 1 Januari 2016
82
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
DINAR UANG MASA DEPAN RIZKI SYAHPUTRA, LC. M.EI
(SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU)
PENDAHULUAN Rasulullah saw bersabda: “Akan datang suatu masa dihadapan manusia tidak ada alat tukar yang bermanfaat melainkan Dinar dan Dirham.”(HR.Ahmad)
Krisis ekonomi di Indonesia dan di beberapa negara lainnya, di sebabkan oleh dua faktor. Pertama, persoalan mata uang dimana nilai mata uang suatu negara sangat terikat dengan nilai mata uang negara lain seperti nilai mata rupiah terikat dengan nilai mata uang dollar, sehingga apabila mata uang dollar melemah ataupun terjadi gejolak maka dengan sendirinya nilai mata uang rupiah ikut anjlok. Kedua, fakta yang kita jumpai dilapangan bahwa uang tidak dipakai lagi sebagai alat tukar menukar tapi juga komoditi yang diperdagangkan. Terjadinya terjadinya krisis ini memicu negara-negara asia untuk mengkaji ulang penggunaan mata uang kertas dengan membandingkannya dengan mata uang dinar. Penyebab utama ketidakstabilan dan tingginya inflasi, adalah karena sistem mata uang yang tidak adil saat ini, menggunakan sistem mata uang hampa (kertas ) tanpa kontrol dan tanpa back up, yang disebut dengan fiat money. Kegagalan dan kezaliman sistem fiat money, telah mendorong para pakar ekonomi yang kritis dan cerdas untuk memikirkan kembali keberadaan uang fiat yang selama ini digunakan secara luas di berbagai negara. Desakan aplikasi dinar tidak saja dari kalangan ekonom muslim, tetapi juga dari para guru besar ekonomi Barat yang Katolik seperti William Shakespeare dari United Kingdom, dan banyak lagi para ekonom yang meyakini keunggulan dinar. Para ilmuwan tersebut sepakat bahwa keberadaan uang fiat yang berlaku saat ini diyakini menjadi salah satu penyebab utama (biang kerok) terjadinya krisis ekonomi, ketidakstabilan ekonomi dan inflasi tinggi yang tak terkawal. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bahwa mata uang dinar bisa menjadi standar uang nasional maupun internasional, melihat fenomena ketidakstabilan mata uang kertas yang tidak menentu. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Uang Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, bahwa uang merupakan alat yang dapat digunakandalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa dalam suatu wilayah tertentu saja. 2. Kriteria Uang Keberadaan uang dalam sebuah transaksi ekonomi atau perekonomian secara umum sangatlah penting, hal ini merupakan barometer perbandingan masyarakat yang sudah maju dan masih sederhana. Jadi uang didefinisikan sebagai sebuah benda yang diterima oleh masyarakat. Uang memiliki syarat-syarat tertentu agar penggunaan uang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat digunakan sebagai alat perdagangan antara lain: 1. Mudah dibawa 2. Mudah disimpan Volume 1 No 1 Januari 2016
83
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
3. 4. 5. 6.
Tahan lama Nilainya tidak mengalami perubahan Jumlah terbatas Memiliki nilai yang sama Ketika kita melihat syarat yang di atas, maka kita jumpai bahwa syarat-syarat itu sangat memenuhi kriteria emas dan perak. Dan dalam sejarah kita juga tahu pemakaian uang emas dan perrak sudah digunakan sebagai mata uang dibeberapa dunia semenjak berabad-abad yang lalu. 3. Fungsi Uang Fungsi uang secara umum yang ada dewsa ini adalah sebagai berikut: a. Medium of Exchange b. Unit of Account c. Store of Value Sedangkan fungsi uang dalam Ekonomi Islam hanya di kenal 2: a. Medium of Exchange b. Unit of Account Dua fungsi di atas hal yang sepakat dengan ekonomi Islam, tetapi fungsi yang ketiga yaitu Store of Value dimana termasuk adanya motif money demand for speculation. Islam hanya memandang uang sebagai intermediary form tidak lebih dari itu, tidak perlu adanya double coincidence need. Islam juga tidak mengenal konsep time value of money.Ketiga fungsi tersebut seharusnya melekat pada uang kertas, tetapi pada kenyataannya tidak demikian, maka uang kertas hanya sesuai sebagai medium of exchange saja sedangkan sebagai penyimpan nilai, nilainya terus terkikis inflasi sehingga tidak konsisten dipakai sebagai unit of value dan unit of account. 4. Sejarah dinar Dinar adalah mata uang yang terbuat dari emas seberat 4.25 gram berlapis 22 karat dan Harganya tergantung harga emas dipasaran emas dunia. Emas sudah dikenal sejak zaman pra sejarah, apalagi penjelajahan bangsa eropa ke benua amerika disebabkan batu mulia ini yang sangat leluasa digunakan oleh bangsa asli Amerika. Emas merupakan logam mulia yang sangat stabil nilai sehingga layak menjadi nilai mata uang dalam sejarah. Malahan emas merupakan simbol kedaulatan dan kemakmuran suatu negeri pada era markantilis abad 17M.Semenjak masa ke khalifahan Usman bin Affan koin dinar ini di cetak agak berbeda dengan salinan dinar Romawi timur (Bizantium) dengan adanya lafaz “Bismillah” dan sejak itu, maka dikenal sebagai mata uang kaum muslimin. Dalam masa khalifah Umar bin Khattab koin ini diperkenalkan dan digunakan sebagai alat traksaksi dan standar alat tukar yang berlaku diseluruh negeri Islam. 5. Keunggulan uang Dinar Kembali kepada dinar merupakan suatu keniscayaan, karena penerapan dinar menciptakan keadilan ekonomi dan mengandung banyak kemaslahatan. Berikut ini akan diuraikan keunggulan dan kemaslahatan mata uang dinar tersebut: a. Penerapan dinar secara luas akan ikut mengurangi inflasi yang selama ini terus membayangi ekonomi berbagai negara. Inflasi sesungguhnya adalah suatu kemudhratan ekonomi yang harus ditekan. Inflasi adalah fenomena yang signifikan meningkatkan kemiskinan masyarakat. b. Penerapan dinar juga akan mewujudkan stabilitas ekonomi makro-mikro, sehingga ekonomi negara tidak terombang-ambing dan tidak mengalami volatilitas. Hasil penelitian Esquivel and Larrain menunjukkan bahwa volatilitas sangat berpengaruh terhadap penurunan export dan investasi. c. Maslahat penerapan dinar dan dirham juga akan mengurangi secara signifikan tindakan spekulatif. Kalaupun emas dijadikan sebagai barang perdagangan, namun ketiadaan margin
Volume 1 No 1 Januari 2016
84
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
d. e.
f.
g.
dari transaksinya membuat spekulan tidak mau melakukannya. Hal ini karena adanya keseimbangan antara nilai intrinsik dengan nilai nominal yang terdapat pada dinar. Penerapan dinar menjadi kontribusi nyata sistem moneter syariah yang ikut memperkuat sistem perekonomian nasional, sekaligus memperingan beban ekonomi masyarakat. Penerapan dinar secara fantastik praktis akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Dampak positifnya bagi penciptaan stabilitas moneter adalah akan semakin kecilnya kemungkinan negara-negara pengguna dinar setiap saat digoyang produsen dolar AS, juga para fund manager –yang sejauh ini terus malakukan spekulasi secara destruktif untuk kepentingannya sendiri dan mengganggu kemaslahatan rakyat banyak di suatu negara. Mengecilnya ketergantungan terhadap dolar AS akan berkorelasi konstruktif terhadap upaya stabilisasi ekonomi makro dan mikro. Inilah spirit perlindungan kebangsaaan terhadap kepentingan nasional yang seharusnya menjadi bentuk baru nasionalisme saat ini. Penerapan dinar dan dirham sebagai mata uang akan menyulitkan masyarakat untuk melakukan tindakan pemalsuan uang . Hal ini sangat berbeda dengan mata uang kertas yang relatif sangat mudah dipalsukan. Dalam konteks keindonesiaan, penerapan dinar di Indonesia, menyelamatkan destruksi rupiah yang senantiasa terjadi. Dengan demikian penerapan dinar adalah wujud nyata kecintaan kepada kemaslahatan bangsa.
PEMBAHASAN Sampai pada tahun 1971, pencetakan mata uang kertas, masih di back up oleh dinar (emas) sesuai dengan perjanjian Bretton Wood yang disepakati tahun 1944. Tetapi pada tahun 1971 Presiden Amerika Serikat, Nixon, membatalkan perjanjian tersebut. Sehingga mata uang kertas dicetak tanpa back up emas. Terjadinya krisis di Amerika dan dibatalkannya perjanjian Bretton Wood oleh Presiden Nixon tersebut, merupakan awal tidak di-back up-nya dollar dengan emas. Sejak saat itu pula, tidak satu pun negara di dunia mem-back up mata uangnya dengan emas. Sehingga mata uang yang berlaku bersifat fiat atau dekrit dan ini disebut dengan istilah managed money standard. Sejakberlakunya sistem managed money standard ini, ada empat fenomena yang memudhratkan yang terjadi dalam perekonomian. Pertama, tingkat inflasi yang tinggi dan terus menerus, Kedua, nilai tukar yang tidak stabil yang membuat perekonomian mengalami volatil yang menggelisahkan siapapun, Ketiga, ketidakadilan dalam sistem nilai tukar, di mana dolar (kertas) yang tak bernilai secara intsrinsik ditukar dengan limpahan kekayaan negara-negara berkembang, seperti emas, minyak, dan hasil bumi lainnya. Amerika Serikat mencetak kertas-kertas menjadi uang yang bernilai secara nominal, membuat negara tersebut makin perkasa dan berkuasa secara ekonomi. Dolar dicetak tanpa ada pengontrol dari lembaga manapun dan mengekspor uang kertas tersebut ke seluruh dunia. Keempat, Spekulasi yang makin meningkat. Pembatalan Sistem Bretton Woods, telah membuka peluang perdagangan valuta asing, dan kegiatan tersebut telah berkembang secara spektakuler. Volume yang diperdagangkan di pasar dunia meningkat dari 5 miliar USD perhari di tahun 1973 menjadi melebihi 900 miliar USD di tahun 1992, kebanyakan transaksi bersifat spekulatif dan kurang dari 2% yang dipergunakan sebagai pembayaran perdagangan. Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan daripada digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Lembaga perbankan konvensional dan lembaga keuangan lainnya juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga (interest). Uang yang memakai instrumen bunga telah menjadi lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di muka bumi ini. Kesalahan konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang. Ekonomi
Volume 1 No 1 Januari 2016
85
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
berbagai negara di belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis berikutnya pasti akan terjadi lagi. Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep konvensional. Dalam konsep ekonomi Islam uang digunakan sebagai alat tukar dan untuk bertransaksi, bukan sebagai komoditas. Dalam Islam konsep capital adalah barang pribadi sedangkan money is public good. Hal dipertegas lagi Choudhury dalam bukunya “Bahwa konsep uang tidak diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak kestabilan moneter sebuah negara.”Fungsi uang dalam konsep islam adalah mempelancar transaksi sector riil sehingga tidak diperlukan adanya double coincidence needs. Fungsi ini secara konsisten dipertahankan dalam konsep Islam. Sehingga transaksi dipasar uang selalu terkait dengan transaksi di pasar barang. Berdasarkan kenyataan yang sangat zalim tersebut, maka umat manusia di jagad ini, (bukan saja kaum muslimin tetapi juga negara-negara dan umat nonmuslim), harus berupaya keras untuk keluar dari lingkaran kezaliman sistem moneter tersebut. Solusinya ialah kembali menerapkan mata uang dinar. Untuk itu perlu sosialisasi kepada para ilmuwan dan pemerintah, karena masih saja muncul pertanyaan dari mereka yang belum faham tentang sistem moneter ini.misalnya, apakah pasokan emas cukup untuk memenuhi kebutuhann transaksi perdagangan dunia. Inilah pertanyaan dangkal dari mereka yang kurang ilmunya tentang aplikasi dinar. Mungkin juga ada orang yang mengatakan bahwa menerapkan dinar sebagai alat tukar perdagangan, tidak efisien, sulit membawanya, apalagi untuk transaksi kecil. Bagaimana mungkin dinar bisa diterapkan?. Konon ada kekuatan di dunia ini ada yang menghendaki mayoritas umat manusia itu harus miskin dan membiarkan segelintir orang saja yang menjadi kaya, maka kekuatan itu telah berhasil mengimplemantasikan strateginya dengan sangat baik dalam setengah abad terakhir. Strategi yang digunakan tersebut adalah apa yang sangat digemari umumnya manusia, yaitu uang kertas. Penglihatan itu semakin jelas manakala kita sandingkan antara kacamata Dollar dengan kacamata Dinar, kita gunakan Dinar karena harga emas datanya tersedia selama dua abad terakhir, sedangkan harga kambing kurang lebih mengikuti harga emas ini selama lebih 1400 tahun. Disandingkan Dinar dengan kambing ini, supaya orang tidak beragumen bahwa telah terjadi bubble yang tidak wajar di harga emas. 1 dinar tetap hanya cukup membeli seekor kambing besar, tidak cukup untuk membeli sapi atau unta. Dia juag tidak turun sehingga hanya cukup untuk membeli sate, membeli ayam atau telur, sebagaimana yang terjadi pada uang kertas. Hal ini senada dengan pernyataan ibn Taimiyah yang hidup pada abad. “Hendaklah mereka(pemerintah) tidak mencetak fulus (kita analogikan uang kertas sekarang) yang melebihi kebutuhan transaksi di negara kekauasaannya, karena bila mereka mencetak berlebih maka rakyat yang sudah memegang fulus tersebut yang akan dirugikan.” Secara khusus, Ibnu Taimiyah menyebutkan dua fungsi utama uang, yakni sebagai pengukur nilai dan media pertukaran bagi sejumlah barang yang berbeda, Ia menyatakan : “Atsman (harga atau yang dibayarkan sebagai harga, yaitu uang) dimaksudkan sebagai pengukur nilai barang-barang (mi’yar al-amwal) yang dengannya jumlah nilai barang-barang (maqadir alamwal) dapat diketahui; dan uang tidak pernah dimaksudkan untuk diri mereka sendiri”.Pada kalimat terakhir pernyataannya tersebut (…dan uang tidak pernah dimaksudkan untuk diri mereka sendiri), sebagaimana yang diungkapkan juga oleh Al-Ghazali, menunjukkan bahwa beliau menentang bentuk perdagangan uang untuk mendapatkan keuntungan. Perdagangan uang berarti menjadikan uang sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan, dan ini akan mengalihkan fungsi uang dari tujuan yang sebenarnya. Terdapat sejumlah alasan mengapa uang dalam Islam dianggap sebagai alat untuk melakukan transaksi, bukan diperlakukan sebagai komoditas yaitu : a. Uang tidak mempunyai kepuasan intrinsik (intrinsic utility) yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia secara langsung. Uang harus digunakan untuk membeli barang dan jasa yang
Volume 1 No 1 Januari 2016
86
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
memuaskan kebutuhan. Sedangkan komoditi mempunyai kepuasan intrinsik, seperti rumah untuk ditempati, mobil untuk dikendarai. Oleh karena itu uang tidak boleh diperdagangkan dalam Islam. b. Komoditas mempunyai kualitas yang berbeda-beda, sementara uang tidak. Contohnya uang dengan nominal Rp.100.000,- yang kertasnya kumal nilainya sama dengan kertas yang bersih. Hal itu berbeda dengan harga mobil baru dan mobil bekas meskipun model dan tahun pembuatannya sama. c. Komoditas akan menyertai secara fisik dalam transaksi jual beli. Misalnya kita akan memilih sepeda motor tertentu yang dijual di showroom. Sementara uang tidak mempunyai identitas khusus, kita dapat membeli mobil tersebut secara tunai maupun cek. Penjual tidak akan menanyakan bentuk uangnya seperti apa.
Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk ditukar dengan barang.Berdasarkan pandangan tersebut, Ibnu Taimiyah menentang keras segala bentuk perdagangan uang, karena hal ini berarti mengalih fungsikan uang dari tujuan yang sebenarnya, sama seperti paham Aristoteles karena ini termasuk ruang lingkup krematistik.Jika uang harus ditukar dengan uang, maka pertukaran tersebut harus lengkap (taqabud) dan tanpa ada jeda (hulul). Jika dua orang saling bertukar uang, yang salah satu di antara mereka membayar dengan kontan sementara yang lain berjanji akan membayarnya nanti, maka orang pertama tidak dapat menggunakan uang yang dijanjikan dalam transaksi tersebut sampai ia benar-benar dibayar. Hal ini menyebabkan orang pertama kehilangan kesempatan menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Itulah alasan Ibnu Taimiyah ketika menentang jual beli uang. Berkenaan dengan adanya fenomena penurunan nilai mata uang tersebut, Ibnu Taimiyah berpendapat sebagai berikut : “Penguasa seharusnya mencetak fulus (mata uang selain emas dan perak) sesuai dengan nilai yang adil (proporsional) atas transaksi masyarakat, tanpa menimbulkan kezaliman terhadap mereka”. Dari yang beliau nyatakan tersebut, dapat dipahami bahwa beliau melihat adanya hubungan antara jumlah uang yang beredar di masyarakat, total volume transaksi yang dilakukan, dan tingkat harga produk yang berlaku. Pernyataan dalam kalimat pertama (penguasa seharusnya mencetak Fulus sesuai dengan nilai yang adil (proporsional) atas transaksi masyarakat) dimaksudkan untuk menjaga harga agar tetap stabil. Menurutnya, nilai intrinsik mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat di pasar sehingga tidak seorang pun, termasuk pemerintah dapat mengambil untung dengan melebur uang dan menjualnya dalam bentuk logam lantakan, atau mengubah logam tersebut menjadi koin dan memasukkannya dalam peredaran mata uang, karena sifat-sifat alamiah uang yang termasuk kategori token money, semakin sulit bagi pemerintah untuk menjaga nilai uang. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah tidak mencetak uang selama tidak ada kenaikan daya serap sektor riil terhadap uang yang dicetak tersebut. Melalui teori kuantitas uangnya Irving Fisher di atas, hal ini dapat dijelaskan melalui persamaan : MV=PT. Dimana M (Money) adalah jumlah uang beredar, V (Velocity) adalah kecepatan uang beredar, P (Price) adalah tingkat harga produk dan T (Trade) adalah nilai produk yang diperdagangkan. Apabila pemerintah setiap kali butuh uang melakukan pencetakan mata uang tanpa memperhatikan daya serap sektor riil, maka jumlah uang beredar di masyarakat, M akan meningkat. Sementara bila V dan T tidak mengalami perubahan, dalam persamaan di atas agar sisi kanan sama
Volume 1 No 1 Januari 2016
87
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
dengan sisi kiri, maka otomatis P akan naik. Dengan kata lain, konsekuensi naiknya M akan mengakibatkan harga-harga produk mengalami kenaikan (tidak stabil), yang berarti terjadi inflasi yang meningkat. Dari teori kuntitas diatas dapat disimpulakan, apabila jumlah uang yang beredar dan kecepatan uang beredar sama dengan tingkat harga produk dan nilai yang diperdagangkan, maka disitulah letak keseimbangan nilai uang yang beredar. Hal inilah yang seharusnya dilakukan pemerintah agar tidak terjadinya kekacauan peredaran uang di masyarakat. . Uang memang ditemukan oleh manusia selama lebih 3000 tahun terakhir ini, dan merupakan temuan terhebat dalam peradaban manusia. Memudahkan manusia untuk saling mempertukat kebutuhannya, sebab itulah uang disebut alat tukar atau medium of change. Hanya saja perkembangan mata uang dunia seabad terakhir bukannya tanpa masalah, uang bisa menjadi alat eksploitasi satu bangsa dengan bangsa yang lain, uang menjadi instrument untuk mengeruk kekayaan negara lain, dan uang bisa memiskinkan para pemiliknya. Dalam skala individu di masyarakat hal sama juga terjadi, para pekerja mengumpulkan hasil jerih payahnya bekerja keras berpuluh tahun, sebagian hasilnya dikomsumsi dan sebagian lainnya dipakai untuk kebutuhan masa depan. Untuk kebutuhan hari tua, untuk biaya kesehatan, untuk sekolah anak dan lain sebagainya. Hanya saja hasil jerih payah yang tidak segera digunakan tersebut dari waktu ke waktu juga terus menyusut nilainya oleh apa yang disebut inflasi. Inflasi menggerogoti hasil kerja masyarakat, seperti membawa air dalam ember bocor, habis airnya ketika sampai tujuan Richard Dunchan menyalahkan dilepaskannya ikatan uang kertas dari emas sekitar 40 tahun yang lalu. Akibatnya kini dunia tenggelam dalam ekonomi yang dibangun dengan hutang (credit) tiada batas. Budaya hutang dari masyarakat maupun pemerintah memang menjadi bahan bakar ekonomi selama 4 dekade ini, tetapi apa jadinya ketika akhirnya dunia tersentak bahwa para penghutang sebenarnya tidak mampu membayar hutangnya. Disitulah ekonomi dunia akan runtuh, bukan hanya mengalami resesi tetapi akan memasuki depresi lama dan dalam. AAOIFI (rujukan utama lembaga-lembaga keuangan Islam di dunia saat ini) menyatakan: “Penciptaan Dirham dan Dinar adalah berkah dari Allah, dia seperti batu tidak berguna tetapi semua orang membutuhkannya. Manusia membutuhkan banyak hal untuk makan, pakaian dan lain sebagainya yang tidak dimiliki/diproduksinya sendiri. Oleh karenanya diperlukan perdagangan yang tidak bisa dihindari. Tetapi harus ada alat ukur yang dengannya harga-harga ditentukan. Oleh karenanya diperlukan perantara untuk menghakimi nilai secara adil. Allah yang maha besar telah menjadikan Dirham dan Dinar sebagai hakim dan perantara itu, agar semua barang-barang dan objek perdagangan dapat diukur denganya.dibutuhkan keberadaan seseuatu yang nampaknya tidak berarti apa-apa tetapi sesungguhnya semua membutuhkannya. Sesuatu yang seperti cermin, yang dirinya sendiri tidak berwarna tetapi dia bisa menampilkan semua warna..” Setidaknya ada beberapa hal yang melatarbelakangi munculnya wacana penggunaan mata uang emas sebagai alat tukar. Pertama, alasan ketidakmampuan nilai mata uang sekarang menghadapi krisis sebagaimana yang terjadi pada tahun 1997, Kedua, ketidakadilan system moneter rezim uang kertas yang didominasi Amerika Serikat dan yang ketiga, untuk mengurangi hegemoni USD sebagai alat tukar di seluruh dunia dan mengurangi ketergantungan kepada Amerika serikat Gagasan tentang Dinar Emas Islami sebenarnya berasal dari Profesor Omar Ibrahim Vadillo, pendiri Organisasi lnternasional Morabeteen tahun 1983 di Afrika Selatan yang dikenal luas sampai ke Eropa. Organisasi ini yakin bahwa kesatuan dunia Islam tidak akan tercapai kecuali melalui persatuan ditingkat ekonomi. Untuk itu perlu dibangun suatu kesatuan pasar Islami dengan mempergunakan satu mata uang yaitu Dinar Emas Islami anggota Morabeteen. Wacana penggunaan dinar sebagai alat tukar juga digagas dan disetujui oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad, sejak tahun 1999, bahkan beliau tampil sebagai pelopor di kawasan
Volume 1 No 1 Januari 2016
88
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Asia Tenggara untuk pelaksanaannya. Beberapa pernyataan DR. Mahatir Muhammad dalam Seminar “The Gold Dinar in Multilateral Trade” (1999) di Kuala Lumpur perlu disimak. Namun sebelum itu ada baiknya kita perhatian cuplikan wawancara beliau pada Executive Inielligence Review, Lyndon H. LaRouche’s publication, tahun 1999, sebagai berikut : ” … A new kind of imperalism where the weapon used is realy capital – capital that can be used to impoverish countries to the point where they have to beg for help and when they beg, then you can impose conditions on them, and then one of the conditions, of course, is that you must open up the economy and allow all the foreign companies to come in and operate freely.” Sejalan dengan gagasan ini, sejumlah konferensi yang memaparkan penelitian- penelitian terkait dengan penggunaan dinar emas pun digalakkan. Selain konferensi, aplikasi peneraan dinar juga berlangsung secara bertahap di berbagai belahan dunia. Di bawah ini diuraikan kronologi kajian akademis dan penerapan dinar dirham di dunia international. Pada tanggal 3/7/1999 digelar Seminar pertama tentang dinar-dirham di BMI Jakarta. a. Pada bulan Juli 2001: Dinar-dirham bisa diperoleh dengan bebas di setiap kios penukaran uang Thomas Cook di Dubai b. Pada bulan Januari –Maret 2002: PM Malaysia, Mahathir Muhammad menyatakan keinginannya menggunakan dinar sebagai alat tukar diantara negara Islam dan mengusulkan dibentuknya Blok Perdagangan Islam c. Pada Maret 2002: digelar “Seminar internasional pertama tentang dinar-dirham” di Medan dengan topic Dinar Dirham sebagai Solusi Krisis Moneter, yang dilaksakan oleh Forum Kajian Ekonomi dan Bank Islam (FKEBI) IAIN-Sumut. Sebagai ketua panitia Prof.Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis (Rektor IAIN-SU) dan sebagai motor penggerak utamanya (sebagai sekretaris) adalah Drs.Agustianto,MA (yang sekarang menjabat Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI). d. Pada Juli 2002 : Wakala pertama di buka di Bandung, Jakarta, dan Medan. e. Pada Agustus 2002 : Rangkaian seminar internasional di Jakarta dan Bandung: Pencanangan bulan dinar-dirham, lokakarya, pembentukan konsorsium penyangga dinar-dirham f. Pada September 2002 : Seminar Internasional di Kuala Lumpur, peluncuran resmi dinar di Malaysia, serta pembentukan Islamic Trading Block. Gagasan Dinar Emas Islami ditujukan untuk mengurangi dominasi dan hegemony dollar Amerika Serikat sebagai suatu mata uang internasional yang nilainya terus menerus merosot dan berfluktuasi. Kenyataan itu berbeda dengan mata uang emas yang stabil dan selalu menjaga nilainya melalui nilai kandungan zat logamnya sendiri Dinar Emas Islami pertama setara dengan emas 22 karat seberat 4,25 gram diterbitkan dalam skala yang sangat terbatas pada tahun 1992 diantara anggota. Pada tahun 1977 gagasan ini berkembang untuk diterapkan pada suatu kerangka kerja pertukaran dana emas dengan mempergunakan suatu system transaksi yang dilakukan melalui internet, disebut electronic dinar. Menurut perusahaan terbatas e-dinar yang berbasis di pulau Lapoine, Malaysia, transaksi elektronik menggunakan Dinar Emas Islami mencapai jumlah yang setara dengan 2 ton emas dan pemakainya bertambah terus 10% sebulan.Jumlah pemakai internet website dinar elektronik www-e-dinar com yang diluncurkan pada tahun 1999 setelah 7 tahun menerbitkan Dinar Emas Islami mencapai 600.000 dan angka ini terus bertartambah. Beberapa negara di seluruh dunia saat ini berurusan langsung dengan 100.000 Dinar Emas Islami dan 250.000 Dirham Perak Islami yang diterbitkan oleh perusahaan terbatas ini, dengan harapan suatu hari akan menggantika dollar Amerika Serikat dalam urusan dagang bagi 1,3 milyar penduduk di negara-negara Islam. Namun demikian keberhasilan dinar emas sebagi suatu mata uang pemersatu Islami tergantung kepada tingkat kebutuhan negara-negara itu untuk mempergunakannya sebagai mata uang primer dalam urusan perdagangan internasional.
Volume 1 No 1 Januari 2016
89
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Dalam banyak hal negara-negara Islam akan mendapatkan manfaat jika menerapkan mata uang dinar emas terutama karena negara ini tidak perlu harus menyediakan cadangan valuta asing untuk menyelesaikan hak dan kewajiban dari perdagangan internasionalnya. Keberadaan suatu dana persatuan dalam bentuk dinar emas diantara negara-negara Muslim di dunia akan meningkatkan volume perdagangan diantara mereka dan akan membantu meningkatkan pembangunan ekonominya.Sebagaimana halnya dengan uang emas yang bersifat universal, pengguna jasa elektonik dinar tidak semata-mata dipergunakan oleh umat muslim saja tetapi ternyata 50% diantaranya adalah kaum non muslim. Dengan kemampuan menjaga nilainya sendiri maka Dinar Emas Islami mempunyai keunggulan sebagai alat tukar terbaik yang dapat merendam terjadinya spekulasi dan manipulasi sehingga dapat dijadikan instrumen stabilitas moneter. KESIMPULAN Peradaban mata uang yang seharusnya memudahkan manusia untuk bisa bermuamalah secara adil satu sama lain itu, ternyata memiliki Fatal Error yang berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia pada umumnya. Ini terbukti dengan bahwa tidak ada pemerintah modern yang bisa mempertahankan daya beli mata uangnya dalam jangka panjang, ini sudah diprediksi oleh pemenang hadiah Nobel ekonomi tahun 1974 yaitu Friedrich August Von Hayek. Intinya dia menyatakan bahwa tidak ada penguasa di dunia yang bisa menunjukkan disiplin yang diperlukan dalam pengaturan uang kertas. Bila tahun 2012 anda memiliki uang sebesar Rp 7550,- kita bisa membeli 1 Kg beras kualitas ratarata, namun dengan uang yang sama di tahun 2015 kita tidak dapat memperoleh 1Kg beras bahkan dengan 1 Kg kita harus membeli dengan harga rata-rata Rp 10000,- atau lebih. Tetapi instrument perdagangan utama manusia modern yaitu uang kertas secara amat gamblang dan terus menerus mengurangi timbangan itu. Takaran dan timbangan yang paling banyak digunakan untuk jual beli manusia modern bukan untuk menakar volume atau menimbang berat, tetapi untuk menentukan nilai. Lantas bagaimana bila penentu nilai itu sendiri berubah-ubah nilai atau daya belinya dari waktu ke waktu, tidak ada standar yang sama di antara satu negeri dengan negeri lainnya. Dampak yang lebih luas dari tidak adanya takaran atau timbangan yang baku adalah perdagangan di dunia modern seperti orang-orang yang berjalan di lorong gelap, hanya yang membawa lampu sendiri yang tahu yang sedang berjalan kemana, sementara mayoritas orang tidak tahu sedang ke arah mana dia berjalan. Dalam musnad imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda: “Akan datang suatu masa dihadapan manusia tidak ada alat tukar yang bermanfaat melainkan Dinar dan Dirham.” Hadis ini memberi pesan kepada kita semua sebuah mukjizat kenabian yang luar biasa dan sudah sangat terbukti, bahwa posisi atau harga uang kertas semakin lama semakin melemah dan terpuruk. Namun alangkah naifnya kelemahan kita sebagai umat islam sudah terpesona dengan bentuk dan nilai uang yang diprakarsai bangsa Eropa yang tercampur dengan kapitalis. Maka hanya mata uang dinar satusatunya mata uang masa depan dan bebas inflasi. DAFTAR PUSTAKA Abdul Azim Islahi, Abdul,1988,Economic Concepts of Ibn Taimiyah, London: Islamic Foundation Amalia, Euis,2005,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka Asatruss Azwar karim, Adiwarman,2006,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Harahap, Darwis, Analisis Stabilitas Dinar Emas dan Dolar AS dalam Denominasi Rupiah, Jurnal Al-Iqtishad: Vol. VI No. 2, Juli 2014 Iqbal, Muhaimin,2013,Sharia Economics 2.0, Jakarta : Republika
Volume 1 No 1 Januari 2016
90
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Kasmir,2012,Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta : Rajawali Press Misanan, Munrokhim, dkk., Text Book Ekonomi Islam, Yogyakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia DPbS BI & Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (P3EI UII) Zaidi, Zaim,2003,Lawan Dolar Dengan Dinar (Jurus Jitu Bebas dan Kemerosotan Nilai Uang), Jakarta; Pustaka Adina www. Agustiantocentre.com
Volume 1 No 1 Januari 2016
91
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
HUBUNGAN RETURN ON ASET TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Musdalifah Zebua, S.Sos, MM NIDN. 120027601 (SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LABUHANBATU) ABSTRACT ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Return saham atau yang biasa disebut dengan Return merupakan pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar yang dibagi dengan harga awal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Return On Asset terhadap return saham pada perusahaan industri bahan dasar dan kimia yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia 2012-2014 Populasi dalam penelitian adalah perusahaan industri bahan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 35 perusahaan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri bahan dasar dan kimia di Indonesia Periode 2012-2014. PENDAHULUAN Setiap perusahan dalam melakukan operasinya pasti mengharapkan keuntungan. Salah satu cara mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan melihat rasio profitabilitas perusahaan yang bersangkutan. Rasio profitabilitas terdiri Net Profit Margin, Return On Asset, Return on Equity dan lain-lain. Profitabilitas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di bandingkan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri yang digunakan selama periode tertentu dalam bentuk persentase. Menurut Brigham dan Houston (2010:144), profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset dan utang pada hasil operasi. Dalam artikel ini, profitabilitas yang penulis bahas adalah Retun On Asset dan melihat bagaimana hubungannya terhadap Return Saham. Return merupakan tingkat pengembalian yang didapatkan dari investasi yang dilakukan. Menurut Jogiyanto (1998: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.
Volume 1 No 1 Januari 2016
92
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Menurut Ang (1997), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa kuat hubungan antara return on asset dengan return saham pada perusahaan Industri Bahan dasar dan Kimia tahun 2012-2014.
KAJIAN TEORI 1. Return Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002:303) sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya ,sedangkan menurut Tandelilin (2001:18),saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset aset perusahaan yang menerbitkan saham. Jadi,saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah jugapemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menangung risiko atas investasi yang dilakukannya. Menurut Horne dan John (2005), Return saham atau yang biasa disebut dengan Return merupakan pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar yang dibagi dengan harga awal. Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa “Return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan. Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan bila rugi disebut capital loss. Disamping capital gain, investor juga akan menerima deviden tunai tiap tahunnya (Samsul, 2006). Sedangkan Konsep return atau
Volume 1 No 1 Januari 2016
93
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
kembalian Ang (1997) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu Jogiyanto (2000) menyatakan return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss. Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Menurut Ang (1997), menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. 2. Return On Asset Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang di investasikan”. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net
Volume 1 No 1 Januari 2016
94
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment/ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang kuat antara return on asset terhadap return saham pada perusahaan Industri Bahan Dasar dan Kimia yang terdaftar pada bursa efek Indonesia. METODE PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) berupa laporan keuangan tahunan pada periode tahun 2012-2013. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. 2. Analisis Korelasi Menurut Singgih Santoso (2010:141), Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut Secara spesifik, tujuan analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah di anara dua variabel terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Secara teoretis, dua variabel dapat sama sekali tidak berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna (r=1), atau antara kedua angka tersebut. Arah korelasi juga dapat positif (berhubungan searah) atau negatif (berhubungan berlainan arah). Menurut Nugroho (2005:36) sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali. 1 berarti korelasi sempurna PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Volume 1 No 1 Januari 2016
95
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: [Desember 1912]
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda
[1914 – 1918]
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
[1925 – 1942]
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
[Awal tahun 1939]
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup
[1942 – 1952]
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
[1956]
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
[1956 – 1977]
Perdagangan di Bursa Efek vakum
[10 Agustus 1977]
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama
[1977 – 1987]
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal
[1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 – 1990]
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
[2 Juni 1988]
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer
Volume 1 No 1 Januari 2016
96
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
[Desember 1988]
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni 1989]
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
[13 Juli 1992]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
[22 Mei 1995]
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
[10 November 1995]
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
2. Hubungan antara return on Asset terhadap return saham Return on Assets (ROA) merupakan salah satu tolak ukur dalam mengukur kinerja keuangan. ROA merupakan . ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Asset satau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaanyang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Volume 1 No 1 Januari 2016
97
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
Hubungan antara return on asset dengan return saham pada perusahaan industri bahan dasar dan kimia yang terdafatr di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Correlations Return_Saham Return_Saham
Pearson Correlation
ROA 1
Sig. (2-tailed) N ROA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.598** .000
105 .598** .000 114
10 1 114
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0.598. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara return on asset terhadap return saham pada Perusahaan Industri Bahan Dasar dan Kimia yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Artinya dalam meningkatkan return saham maka perlu ditekankan untuk meningkatkan return on asset. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Sasongko dan Wulandari (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh EVA dan rasio – rasio profitabilitas (ROA, ROE, dan EPS) terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ untuk periode 2001 sampai 2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Earning per Share (EPS)dan ROA berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan EVA dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian Sarono (2007) meneliti analisis pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah go public yang terdaftar dalam BEI yang berjumlah 349 dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan Secara parsial variabel bebas yang berpengaruh terhadap harga saham adalah Earning Per Share (EPS) dan Deviden Payout Ratio (DPR). Sedangkan return on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2004-2005.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menarik kesimpulan bahwa Return on Asset memiliki hubungan yang kuat terhadap return saham pada perusahaan industri bahan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. 2. Saran Hendaknya mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan perusahaan. Karena kinera keuangan baik dari segi likuiditas maupun profitabilitas perusahaan sehingga nilai return saham meningkat sesuai dengan keinginan investor.
Volume 1 No 1 Januari 2016
98
ECOBISMA : Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert.1997.Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.Jakarta:Media Staff. Indonesia Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1. (Edisi 11). Jakarta : Salemba Empa Jogiyanto, 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua ,BPFE,. Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2010. Statistik ... Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Pustaka Gramedia www.idx.co.id
Volume 1 No 1 Januari 2016
99