FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEMASAN ORANG TUA AKAN KESELAMATAN REMAJA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Psikologi
Disusun oleh: ATIKAH 105070002366
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEMASAN ORANG TUA AKAN KESELAMATAN REMAJA. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syaratsyarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh ATIKAH NIM:105070002366
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Dra. Fadhillah Suralaga, M.Si Nip: 19561223198303 2001
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1433 H / 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEMASAN ORANG TUA AKAN KESELAMATAN REMAJA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 8 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130885522
Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si NIP. 19561223198303 2001
Anggota :
Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP. 198212142008012006
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Atikah NIM : 105070002366 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KECEMASAN ORANG TUA AKAN KESELAMATAN REMAJA ” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta,7 Oktober 2011
Atikah 105070002366
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto Ketakutan terdalam, bukan karena kita tidak cukup. Ketakutan terdalam kita adalah memiliki kekuatan untuk mengukur. Kita bertanya pada diri kita sendiri, siapa saya untuk jadi cerdas, cemerlang berbakat & menakjubkan? Sebenarnya siapa yang tak bisa kau jadikan.
Persembahan Skripsi ini Ku persembahkan untuk semua orang yang kusayang dan menyayangiku, yang selalu memberikan dukungan, semangat serta doa yang tiada henti.
ABSTRAK (A) (B) (C) (D)
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Desember 2011 Atikah Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecemasan Orang Tua Akan Keselamatan Remaja. (E) vii + 84 halaman + lampiran (F) Segala perubahan yang dialami oleh remaja baik secara fisik maupun psikis, membuat mereka lebih senang berada dekat dengan teman-teman seusianya dan cenderung menjauh dari orang tua mereka, sehingga terkadang mereka bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan berdasarkan lingkungan pergaulan mereka. Hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan orang tua mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Ada tidaknya pengaruh signifikan intensitas menonton liputan kriminalitas, tipe kepribadian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan orang tua terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 2). Faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan skala intensitas, big V personality dan kecemasan. Teori yang dipakai adalah intensitas dari Sudarsono (1993), big V personality dari IPIP (International Personality Item Pool) milik Goldberg (1990) dan kecemasan dari David sue (1986). Sampel penelitian adalah masyarakat yang berdomisili di Karang Tengah. Rt 01/Rw 01 Bekasi Jawa Barat yang pendidikan masyarakatnya bervariasi, dari SD – Sarjana. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah incidental. Teknik analisis data yang digunakan adalah multiple regresi. Untuk memperkaya data yang terkait dengan penelitian, peneliti mengumpulkan data demografi responden, yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hasil uji hipotesis mayor membuktikan bahwa 8 IV (intensitas, lima dimensi kepribadian Big Five, tingkat pendidikan dan jenis kelamin) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap DV (kecemasan orang tua) dengan R2 sebesar 40,6%. Dari hasil koefisien regresi hanya ada empat IV (agreeableness, conscientiousness, neuroticsm dan openness) yang pengaruhnya signifikan terhadap kecemasan orang tua. Faktor yang paling signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remajanya adalah faktor conscientiousness dengan signifikansi 0.000. Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menguji faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Kemudian juga dianjurkan untuk
menambah responden baik dari segi jumlah maupun variasi latar belakang informasi yang lebih luas berkaitan dengan masalah yang diteliti. Peneliti juga menyarankan bagi orang tua agar lebih memperhatikan perkembangan dan pergaulan anaknya. Hendaknya orang tua lebih bersikap waspada dalam aktivitas anaknya, khususnya mengantisipasi dari hal-hal yang sekiranya mengundang orang lain untuk berperilaku kriminal terhadapnya. Untuk para remaja, agar senantiasa menjaga pergaulannya, sehingga terhindar dari pergaulan tidak baik yang membuat cemas orang tua. (G) Bahan bacaan : 26 bacaan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja” ini dapat penulis diselesaikan. Kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dorongan, dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph. D. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. Dosen Pembimbing I yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis. 3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi beserta Staf Administrasi yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis. 4. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pegawai Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Psikologi UI. 5. Rasa terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta ayahanda dan ibunda tersayang beserta keluarga. Terima kasih atas do’a
dan motivasinya yang tak pernah berhenti mengalir yang penulis dapatkan setiap harinya. Semoga berkah dan karunia Allah senantiasa melimpahi kita, Amien. 6. Sahabat-sahabat penulis, Pury Maryah, Dimeitri, dewi, nina, via, Arizka Harisa, Imam Syafi’i, idham dan wahyu yang telah membantu penulis memberikan pengarahan dan teman-teman seperjuangan angkatan 2005 khususnya kelas D.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana layaknya, baik dari segi bahasa maupun materi yang tertuang di dalamnya. Besar harapan penulis skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan baru dan membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca. Amien.
Jakarta, 1 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. ABSTRAK .................................................................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI ..............................................................................................
i ii iii iv v vi vii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1-10 1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 1.2. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 9 1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 10 BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................... 11-49 2.1.Remaja ................................................................................... . 11 2.1.1. Definisi Remaja ............................................................. 11 2.1.2. Ciri-ciri Masa Remaja ................................................... 12 2.1.3. Tugas Perkembangan Remaja ........................................ 15 2.1.4. Karakteristik Remaja ..................................................... 18 2.2. Kecemasan ............................................................................ . 20 2.2.1. Definisi Kecemasan ....................................................... 20 2.2.2. Proses Terjadinya Kecemasan ....................................... 23 2.2.3. Simptom-simpom Psikologis ......................................... 24 2.2.4. Komponen Kecemasan .................................................. 25 2.2.5. Teori Kecemasan ........................................................... 25 2.3. Intensitas Menonton Kriminalitas ............................................ 29 2.3.1. Pengertian Intensitas...................................................... 29 2.3.2. Kriminalitas .................................................................. 30 2.4. Tipe Kepribadian ..................................................................... 35 2.4.1. Definisi Kepribadian ..................................................... 35 2.4.2. Pendekatan Trait dalam Kepribadian ............................. 37 2.5. Kerangka Berpikir ................................................................... 43 2.6. Hipotesis ................................................................................. 45 BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 3.2. Variabel Penelitian .................................................................. 3.2.1. Definisi Konseptual Variabel ....................................... 3.2.2. Definisi Operasional Variabel ...................................... 3.3. Populasi dan Sempel ............................................................... 3.3.1. Populasi ........................................................................ 3.3.2. Sampel .......................................................................... 3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ......................................... 3.4. Pengumpulan Data .................................................................. 3.4.1. Instrumen Penelitian ....................................................... 3.5. Validitas .................................................................................
47-60 47 48 48 50 51 51 51 51 52 53 56
3.6. Reliabilitas .............................................................................. 57 3.7. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................ 58 3.8. Prosedur Penelitian ................................................................. 60 BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 4.1. Gambaran Umum Responden .................................................. 4.1.1. Gambaran Umum Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 4.1.2. Gambaran Umum Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 4.1.3. Gambaran Umum Berdasarkan Intensitas Menonton ..... 4.2. Deskripsi Data ......................................................................... 4.2.1. Kategorisasi Skor Kecemasan ....................................... 4.2.2. Kategorisasi Tipe Kepribadian Big Five ........................ 4.2.3. Kategorisasi Skor Intensitas Menonton ......................... 4.3. Uji Hipotesis ........................................................................... 4.3.1. Uji Hipotesis 1 ............................................................... 4.3.2. Uji Hipotesis 2 ............................................................... 4.3.3. Uji Hipotesis 3 ............................................................... 4.3.4. Uji Hipotesis 4 ............................................................... 4.3.5. Uji Hipotesis 5 ............................................................... 4.3.6. Uji Hipotesis 6 ............................................................... 4.3.7. Uji Hipotesis 7 ............................................................... 4.3.8. Uji Hipotesis 8 ............................................................... 4.3. Proporsi Varian .......................................................................
62-71 62 62 63 63 64 65 65 66 67 69 69 69 70 70 70 71 71 71
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................... 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 5.2. Diskusi .................................................................................... 5.3. Saran ...................................................................................... 5.3.1. Saran Teoritis ................................................................ 5.3.1. Saran Praktis .................................................................
75-81 75 76 80 80 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82 LAMPIRAN ............................................................................................. 84
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Menurut para ahli psikologi perkembangan, manusia terbagi dalam
beberapa fase salah satunya adalah masa remaja. Masa remaja menurut sebagian besar orang adalah masa yang menyenangkan, indah bisa melakukan apapun yang dikehendaki, dan juga merupakan masa yang memiliki kesan mendalam sehingga sulit untuk dilupakan. Memang tidak semua orang berpendapat demikian, karena banyak juga yang berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang sulit dengan begitu banyak permasalahan di dalamnya. Disamping itu, masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka
1
akan tercapai kepuasan, kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan, yang akan turut
menentukan
keberhasilan
individu
dalam
memenuhi
tugas-tugas
dapat
memenuhi
tugas-tugas
perkembangan fase berikutnya. Akan
tetapi
tidak
semua
remaja
perkembangannya dengan baik. Hurlock (1973) menyatakan bahwa ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut diantaranya, adalah: (1) masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. (2) masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau pemikiran berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orang tua. Jean Erskine, 1994 (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa, memahami arti remaja penting karena masa remaja adalah masa depan setiap masyarakat. Sedangkan Tuner dan Helms, 1995 (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana manusia sedang mengalami perkembangan begitu pesat baik fisik, biologis dan sosial. Periode remaja berkurang ketergantungannya terhadap keluarga dan lebih banyak berada diluar rumah, dengan mencari pertemanan dengan teman sebaya yang mempunyai perasaan dan sikap yang sama.
2
Masa remaja juga dapat diartikan sebagai masa dimana seseorang sedang mencari identitasnya, maka tidak heran bila kebanyakan dari remaja selalu mempunyai keinginan untuk mencoba sesuatu hal yang baru, walaupun terkadang kurang disertai dengan pemikiran yang panjang. Santrock (2003) mengatakan bahwa remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dengan orang lain, mereka memegang erat identitas tentang dirinya dan berpikir bahwa identitasnya bisa menjadi stabil, dan pemahaman tentang dirinya terjadi dikarenakan adanya interaksi sosial-budaya. David Elkind, (1976) (dalam Santrock 1995). mengatakan bahwa masa remaja masih memiliki dua egosentris dalam dirinya yakni: imaginary audience ialah keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Sehingga remaja senang berperilaku yang mengundang perhatian orang lain dan membuktikan bahwa dirinya ada. Egosentris remaja yang lain adalah the personal fable ialah bagian egosentrisme remaja yang unik, yakni remaja merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasan mereka sebenarnya. Dikarenakan sikap keegosentrisan remaja tersebut, maka remaja cenderung melakukan hal-hal yang ceroboh yang seharusnya tidak dilakukan, maka tidak heran bila banyak remaja yang terkesan sengaja melanggar aturan-aturan yang ada. Segala perubahan yang dialami oleh remaja baik secara fisik maupun psikis, membuat mereka lebih senang berada dekat dengan teman-teman seusianya dan cenderung menjauh dari orang tua mereka, sehingga terkadang mereka bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan berdasarkan
3
lingkungan pergaulan mereka. Tentu saja hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan orang tua mereka. Orang tua yang memiliki anak usia remaja tentu akan sering merasa cemas, karena mereka takut dan khawatir bila anak mereka mengalami hal-hal yang buruk ketika berada diluar jangkauannya. Karena itu tidak sedikit orang tua yang memberikan perlindungan “ekstra” dalam menjaga anak-anak mereka (David Elkind, 1976). Frank Furedi, (2010) menjelaskan dari hasil riset yang telah dilakukannya bahwa orang tua di Inggris kini memiliki banyak kecemasan dalam membesarkan anak mereka, bahkan secara ekstrim bersikap paranoid, akibat berbagai ancaman terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Sehingga anak-anak dibesarkan dalam suasana penuh kecemasan dan di-protect sedemikian rupa. Oleh karenanya anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah dan sedikit berbaur dan beraktifitas dengan teman-teman sebaya mereka, karena orang tua lebih senang dan merasa tenang jika anak-anak mereka berada di dalam rumah atau berada didekat mereka. Masih menurut Frank Furedi (2010), orang tua dengan tingkat kecemasan yang tinggi, cenderung membatasi aktifitas anak, karena orang tua merasa cemas akan adanya situasi yang mengancam yang terkait dengan diri anaknya. Sehingga orang tua akan memiliki rasa curiga yang berlebihan.
4
Kecemasan orang tua akan keselamatan anak mereka bukan hanya timbul dengan sendirinya, melainkan juga dipicu oleh beberapa faktor yang ada pada orang tua itu sendiri maupun lingkungan masyarakat. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan orang tua (Stuart, 1998) diantaranya adalah: (1) Banyaknya menonton liputan kriminalitas yang sering ditayangkan di televisi. Orang tua yang sering menononton liputan kriminalitas, akan cepat merasa khawatir dan cemas akan keselamatan anggota keluarganya terutama anakanak mereka. (2) Kepribadian orang tua yang pencemas. Orang tua yang diasuh dengan pola asuh yang berlebihan ketika mereka kecil, maka mereka akan tumbuh menjadi orang yang mudah merasa cemas begitu juga ketika mereka sudah menjadi orang tua, sehingga ia akan menerapkan hal yang sama kepada anak-anak mereka karena khawatir bila anak mereka tidak dilindungi dengan perlindungan yang “ekstra” anak mereka akan terancam keselamatannya. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tentang intensitas, trait kepribadian 5 faktor dan kaitannya dengan kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat maraknya liputan kriminalitas yang tersaji di setiap Televisi, sehingga bisa menimbulkan kecemasan pada orang tua akan keselamatan putera-puterinya bila berada di luar rumah.
5
Menurut Pervin dan John (1997) kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana seseorang itu bertingkah laku dalam kehidupan sehari- hari nya. Menurut Pervin dan John (2005) trait kepribadian adalah disposisi dalam diri seseorang yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dalam situasi yang berbeda. Trait kepribadian atau yang dikenal juga dengan faktor kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima trait besar (the big 5) yang terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan openness to experience (3) Jenis kelamin, biasanya perempuan akan mudah terserang rasa cemas, karena mereka langsung berhadapan dengan anak mereka dalam pengasuhan, jika dibandingkan orang tua laki-laki. (4) Tingkat pendidikan. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah merasa cemas karena mereka banyak menerima informasi dari sekitar lingkungan mereka, maka secara otomatis mereka akan melindungi anak mereka dengan perlindungan yang lebih ketat, hal ini berbeda dengan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah, biasanya akan lebih „santai‟ dalam menjaga anak-anak mereka. Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk menguji faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
6
1.2
Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah Untuk lebih memudahkan penelitian maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah intensitas menonton liputan kriminalitas, tipe kepribadian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, berpengaruh signifikan
terhadap
kecemasan orang tua akan keselamatan remaja? 2.
Faktor manakah yang paling signifikan berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja?
1.3.2. Batasan masalah Agar penelitian tidak membahas hal-hal yang di luar jangkauan peneliti, maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut. 1.
Kecemasan orang tua ( DV ) Kecemasan yang dimaksud merupakan reaksi psikologis orang tua terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan akan dialami oleh anak remaja mereka. Rasa cemas adakalanya tampak dalam gejala-gejala psikis seperti was-was, takut, lemah, terancam khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenagkan, gugup, tegang, perasaan gundah, rasa tidak aman, lekas terkejut, emosi labil, mudah tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya dan lain-lainnya yang muncul secara
7
bersamaan dan biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin. 2.
Intensitas menonton liputan kriminalitas ( IV ) Intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi dan durasi dalam menonton liputan kriminalitas yang ditayangkan oleh stasiun TV, seperti buser, sergap, patroli, sidik, dan TKP ( tempat kejadian peristiwa ) dan masih banyak lagi di stasiun Televisi lainnya.
3.
Tipe kepribadian ( IV ) Tipe kepribadian adalah tipe kepribadian yang memfokuskan pada karakter individu dan bagaimana karakter tersebut terorganisasi dalam sistem. Dalam teori ini individu yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang berbeda. Tipe kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Big Five personality.
4.
Jenis kelamin ( IV ) Jenis Kelamin adalah pembedaan gender responden yang dikategorikan atas; 1. Laki-laki, 2. Perempuan.
5.
Tingkat pendidikan ( IV ) Pendidikan Orang tua adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang diraih
bapak/ibu/wali.
Pengukuran
menggunakan
skala
nominal.
Dikategorikan sebagai berikut :1. SD 2. SLTP 3. SMU 4. D1/D2/D3 5. S1/S2.
8
1.3
Tujuan dan manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membuktikan
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat digunakan dalam memahami sikap orang tua berkaitan dengan keselamatan remaja mereka.
1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bersifat teoritis dan praktis, dalam bidang psikologi. 1. Manfaat teoritis diharapkan dapat memberikan masukan aplikasi teori psikologi, memperluas wacana psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi kepribadian. 2. Manfaat secara praktis, diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua dan guru, khususnya orang tua yang memiliki anak-anak usia remaja agar orang tua dapat selalu waspada terhadap anak-anak mereka.
9
1.4
Sistematika Penelitian Guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang
tertera dalam penelitian ini, dikemukakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I:
PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB 2:
KAJIAN TEORI Bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3:
METODE PENELITIAN Pembahasan Bab ini meliputi : metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan sampel,
instrumen pengumpulan data, prosedur
penelitian, teknik analisis data. BAB 4:
HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran umum responden, analisis dan interpretasi hasil penelitian yang akan menguraikan hubungan Intensitas menonton liputan kriminalitas dengan kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
BAB 5:
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian,diskusi dan saran.
10
BAB II KAJIAN TEORI
Karena variabel terikat yang akan diteliti adalah kecemasan orang tua akan keselamatan remaja maka pada bab ini terlebih dahulu akan dibahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan orang tua, yang pertama kali diuraikan dalan bab ini adalah tentang remaja.
2.1
Remaja
2.1.1 Definisi Remaja Menurut Hurlock, 1991 (dalam Mohammad Ali, 2009) remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Pandangan tersebut didukung oleh Piaget Hurlock, 1991 (dalam Mohammad Ali 2009) yang mengatakan sebagai berikut: secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
11
Menurut Santrock (2002), mendefinisikan masa Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi emosional. Walaupun situasi budaya dan sejarah membatasi kemampuan untuk menentukan rentang usia remaja, di Amerika dan banyak budaya lain sekarang ini masa remaja dimulai kira-kira 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara 18-22 tahun. Kemudian Desmita (2005), remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata bendanya adolescentria atau remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.
2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1980) menjelaskan ciri-ciri tersebut yaitu: a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada periode lainnya, karena akibatnya yang langsung pada sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan akibat psikologis pada periode remaja kedua-keduanya sama penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan perkembangan mental yang cepat, terutama awal masa remaja. Semua
12
perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian dan perlunya pembentuk sikap, nilai dan minat baru. b. Masa remaja sebagai masa peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda yang menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada lima perubahan remaja yang universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru,. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen
terhadap setiap
perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
13
Kelima, sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak lakilaki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu: Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah kanak-kanak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa mandiri, mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja
14
yang normal. Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006), adalah: 1.
Mencapai relasi yang baru dan lebih matang bergaul dengan teman-teman sebaya dari kedua jenis kelamin.
2.
Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial.
3.
Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif.
15
4.
Mencapai ketidaktergantunggan emosional dari orang tua dan orang lainnya.
5.
Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
6.
Mempersiapkan diri untuk karir ekonomi.
7.
Menemukan set dari nilai-nilai dan sistem etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi.
8.
Mencapai dan diharapkan untuk memilih tingkah laku sosial secara bertanggung jawab. Disamping itu, remaja mempunyai tugas dalam perkembangannya, remaja
juga
mempunyai
kebutuhan-kebutuhan
psikis,
Havighurst
lebih
lanjut
menjelaskan sebagai berikut: 1.
Kebutuhan akan afeksi, yang berarti kebutuhan akan kasih sayang yang wajar. Mereka ingin memperoleh perhatian dan kasih sayang terutama dari orang tua mereka sendiri. Bila hal ini tidak dipenuhi maka mereka akan mencarinya diluar hubungan dengan orang tua.
2.
Kebutuhan akan rasa ikut memiliki dan dimiliki (sense of belongin). Kebutuhan ini cukup kuat pada diri seseorang, adanya perasaan aman karena adanya keterikatan pada seseorang atau kelompok dengan adanya keterlibatan diri.
16
3.
Kebutuhan akan kemandirian. Kebutuhan ini sudah tampak semenjak awal dan semakin penting artinya dalam masa remaja. Adanya keinginan untuk menentukan dan membuat keputusan sendiri. Semua ini adalah bekal seseorang untuk menjadi orang dewasa dan bertanggung jawab serta mempunyai kepercayaan diri disamping mengetahui batasannya.
4.
Kebutuhan
untuk
berprestasi
atau
mencapai
sesuatu.
Prestasi
menumbuhkan aspek-aspek positif dalam diri seseorang dan mengurangi aspek-aspek negatif. 5.
Kebutuhan akan pengakuan akan kemandiriannya, hal ini dapat menimbulkan perasaan bahwa ia memperoleh perhatian. Dengan memperoleh perasaan ini dapat menumbuhkan perasaan bahwa ia dianggap penting,
paling tidak cukup penting sehingga
layak
diperhatikan. Dengan demikian ia pun akan dapat menghargai orang lain dan menganggap orang lain pun penting selain dirinya sendiri. 6.
Kebutuhan akan harga diri. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini ia pun akan dapat belajar menghargai orang lain, menghormati orang lain secara layak sebagai sesama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berkaitan satu sama lainnya dan saling
menunjang. Cara bagaimana terpenuhinya kebutuhan-kebutukan tersebut memang tidak sama pada semua orang dan tidak selalu sesuai dengan harapan atau sebagaimana diinginkannya. Terpenuhinya atau tidak terpenuhinya kebutuhankebutuhan tersebut baik secara wajar ataupun kurang wajar, baik seimbang
17
maupun tidak seimbang; hal ini akan saling berkaitan dan menunjang serta mewarnai perilaku seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.1.4 Karakteristik Remaja Ali & Asrori (2009) dalam bukunya menyebutkan sejumlah sikap yang menunjukkan karakteristik remaja, yaitu: 1. Kegelisahan Sesuai dengan perkembangannya remaja mempunyai angan-angan atau keinginan yang harus diwujudkan di masa depan. Namun sesungguhnya remaja belum banyak memilliki kemampuan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Remaja sering kali memiliki keinginan atau angan-angan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, di satu pihak mereka ingin mendapatkan banyak pengalaman untuk menambah pengetahuan, tetapi di pihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan untuk mengambil pengalaman langsung dari sumbernya. Tarikmenarik antara angan-anagan yang tinggi dengan kemampuannnya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah. 2. Pertentangan Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, mereka berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Pertentangan menjadi sering terjadi karena
18
adanya perbedaan pendapat antara remaja dan orang tua. Akibatnya pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain. 3. Menghayal Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka menghayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karir, sedangkan remaja putri lebih menghayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat kostruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat di realisasikan. 4. Aktifitas Berkelompok Berbagai macam keinginan para remaja sering kali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala dan yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua sering kali melemahkan atau mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.
19
2.2
Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan Linda L. Davidov (1991) menjelaskan kecemasan merupakan emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya dan diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya syaraf simpatetik. Kemudian Sue, (1986) menjelaskan kecemasan suatu proses yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal sebagai suatu ancaman atau hal yang membahayakan. Zakiah Daradjat (1990) kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Adapun definisi yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (2002) mengenai kecemasan adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri mengazab pada seseorang. Bila seseorang merasa bahwa kehidupan ini terancam oleh sesuatu walaupun sesuatu tersebut tidak jelas kebenarannya, maka ia menjadi cemas. Seseorang juga akan merasa cemas apabila ia khawatir kehilangan seseorang yang disayangi dan cintai, dan dengan dirinya orang tersebut telah menjalin ikatanikatan emosional yang kuat sekali. Perasaan-perasaan bersalah dan berdosa serta bertentangan dengan hati nurani, dapat juga menimbulkan banyak kecemasan.
20
Atkinson (1996) berpendapat bahwa, kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan. Berdasarkan beberapa pandangan mengenai teori kecemasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan/emosi campuran yang tidak menyenangkan dan ditandai oleh perasaan akan bahaya, ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan dicirikan dengan ketegangan motorik, hiperaktivitas, pikiran serta harapan yang mencemaskan.
Tipe- tipe Gangguan Kecemasan. Jeffreys dkk (2003), membagi beberapa ciri dari kecemasan: Ciri-ciri Behavioral dari Kecemasan 1) Perilaku menghindar 2) Perilaku melekat dan dependen 3) Perilaku terguncang Ciri-ciri Kognitif dari Kecemasan 1) Khawatir tentang sesuatu 2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan 3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas 4) Terpaku pada sensasi ketubuhan
21
5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan 6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian 7) Ketakutan akan kehilangan kontrol 8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah 9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan 10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan 11) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi 12) Khawatir terhadap hal-hal sepele 13) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang 14) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan 15) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan 16) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu 17) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis 18) Khawatir akan ditinggal sendirian 19) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran Ciri-ciri Fisik dari Kecemasan 1) Kegelisahan, kegugupan 2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar, 3) Sensasi dari pita ketat yang mengikat disekitar dahi 4) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada 5) Banyak berkeringan 6) Telapak tangan yang berkeringat 7) Pening atau pingsan 8) Mulut atau kerongkongan terasa kering 9) Sulit berbicara 10) Sulit bernafas 11) Bernafas pendek 12) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang 13) Suara yang bergetar 14) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin 15) Pusing 16) Merasa lemas atau mati rasa 17) Sulit menelan 18) Kerongkongan terasa tersekat 19) Leher atau punggung terasa kaku 20) Sensasi seperti tercekik atau tertahan 21) Tangan yang dingin dan lembab 22) Terdapat gangguan sakit perut atau mual 23) Panas dingin 24) Sering buang air kecil
22
25) Wajah terasa memerah 26) Diare 27) Merasa sensitif atau “mudah marah” 2.2.2 Proses Terjadinya Kecemasan Kecemasan pada individu dapat terjadi melalui suatu proses atau rangkaian yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal, sampai suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau membahayakan. Spielberger, 1972 (dalam Astuti, 2002) menyebutkan ada lima proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu: 1
Evaluated Situation; adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan.
2
Perception of Situation; situasi yang mengancam diberi penilaian oleh individu, dan biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan, dan pengalaman individu.
3
Anxiety State of Rection; individu menganggap bahwa ada situasi berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah.
4
Cognitive Reappraisal Follows; individu kemudian menilai kembali situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri (defense mechanism) atau dengan cara meningkatkan aktivitas kognisi atau motoriknya.
5
Coping; individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan defense mechanism (pertahanan diri) seperti proyeksi atau rasionalisasi.
23
2.2.3 Simtom – simtom Psikologis Menurut Blackburn dan Davidson, 1985 (dalam Sutadi 1994) beberapa definisi menekankan pada simtom-simtom fisiologis, sedangkan yang lain menekankan pada simtom-simtom psikologis. Secara keseluruhan, kurang ada kesesuaian pendapat mengenai apakah kedua simtom tersebut harus muncul, atau sampai pada tingkat apa simtom-simtom ini harus muncul agar dapat diberikan diagnosis bahwa seseorang memang dalam keadaan kecemasan. Berikut adalah berbagai fungsi yang dapat dipengaruhi oleh gangguan kecemasan: Suasana hati : Mudah marah, perasaan sangat tegang. Pikiran
: Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesarbesarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
Motivasi
: Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri.
Perilaku
: Gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan
Gejala Biologis : Gerakan otonomis meningkat: misalnya, berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
24
2.2.4 Komponen kecemasan Menurut David sue (1986), ada empat (4) komponen kecemasan, yaitu: a. Secara kognitif, dapat bervariasi dari rasa khawatir yang ringan sampai panik.
Biasanya
bila
terus dikhawatirkan bisa
mengalami sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan dan lebih jauh lagi biasa insomnia ( sulit tidur ). b. Secara afektif ( perasaan ), individu mudah tersinggung, gelisah atau tidak tenang, hingga akhirnya memungkinkan terkena depresi. c. Secara motorik ( gerak tubuh ), seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat, sering gugup dan kesulitan dalam berbicara. d. Secara somatik ( reaksi fisik dan biologis ), dapat berupa gangguan pernafasan, jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan serta kelemahan badan seperti pingsan.
2.2.5 Teori Kecemasan State-Trait Anxiety adalah instrumen untuk mengukur kecemasan definitif pada orang dewasa. STAI yang membedakan secara jelas antara kondisi sementara “S-Anxiety” dan yang lebih umum dan lama kualitasnya “T-Anxiety”. Kualitas yang penting dievaluasi oleh skala STAI-Anxiety adalah perasaan ketakutan, ketegangan, kegelisahan, dan khawatir. Keadaan kecemasan STAI ini terdapat beberapa hal yaitu: Mengevaluasi bagaimana responden merasa pada waktu tertentu di masa lalu dan bagaimana
25
mereka mengantisipasi bahwa mereka akan merasa baik dalam situasi tertentu yang mungkin dihadapi dimasa depan atau dalam berbagai situasi. Ditemukan indikator sensitif dari perubahan dalam kecemasan yang tak nyata dialami oleh klien dan pasien dalam konseling, psikoterapi, dan program modifikasi perilaku. Menilai tingkat stres yang disebabkan oleh prosedur eksperimental dan tidak dapat dihindari;stres yang dekat dengan kehidupan seperti pembedahan, perawatan gigi, wawancara kerja, atau tes sekolah yang penting. Untuk memeriksa sekolah menengah dan mahasiswa dan merekrut militer untuk masalah kecemasan, dan untuk mengevaluasi segera dan hasil jangka panjang psikoterapi, konseling, modifikasi perilaku. Terbukti berguna untuk mengidentifikasi orang-orang neurotik dengan kecemasan tingkat tinggi dan untuk memilih mata pelajaran. State-Trait Anxiety dalam hal-hal tertentu dibedakan
menjadi energi
kinetik dan energi potensial. S-Anxiety, seperti energi kinetik, mengacu pada reaksi atau proses yang terjadi secara jelas pada waktu dan tingkat intensitas tertentu. T-Anxiety, yaitu energi potensial, mengacu pada perbedaan individu dalam bereaksi. Energi potensial mengacu pada perbedaan dalam jumlah energi kinetik yang berhubungan dengan objek fisik tertentu, yang dapat dirilis jika dipicu oleh gaya yang sesuai. Kegelisahan menyiratkan sifat perbedaan antara orang-orang di
26
disposisi untuk merespon situasi yang menekan dengan berbagai jumlah SAnxiety. Orang-orang yang berbeda di T-Anxiety akan menunjukkan perbedaan yang sesuai dalam S-Anxiety tergantung pada sejauh mana mereka masingmasing merasakan situasi tertentu secara psikologis berbahaya atau mengancam, dan ini sangat dipengaruhi oleh masing-masing pengalaman individu dimasa lalu. (Spielberger, 1972 dalam Clerq, 1994). Teori ini membedakan kecemasan sebagai State dan Trait. Spielberger 1966 (dalam Slameto 2003) membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas sistem syaraf otonom. Kecemasan sebagai State (kondisi/kecemasan sesaat) adalah keadaan emosional transitory (sementara) yang ditandai oleh perasaan tegang dan gelisah yang subyektif. Kondisi semacam itu bervariasi intensitasnya dan berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan kecemasan yang berbentuk Trait (kecemasan dasar) adalah kecenderungan kecemasan yang stabil untuk menanggapi situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman, bersama-sama dengan meningkatnya intensitas kecemasan State.
27
Pada kesempatan lain, kecemasan digambarkan sebagai state anxiety atau trait anxiety. Cattell & Scheier, 1961 (dalam Clerq, 1994) State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proneness (kecendrungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai bentuk kecemasan kronis. Spielberger, (1983) mengatakan bahwa terdapat situasi yang tidak signifikan antara T-Anxiety dan S-Anxiety. Situasi tersebut adalah situasi yang melibatkan bahaya fisik, seperti misalnya kejutan listrik atau pembedahan. Namun disamping kondisi-kondisi tersebut, memang secara umum orang dengan TAnxiety yang tinggi memperlihatkan signifikansi yang seiring dengan munculnya tingkat S-Anxiety. (Primusanto, 2000). Skala S-Anxiety dipergunakan untuk mengetahui tingkat S-Anxiety yang timbul sebagai akibat dari prosedur eksperimental tertentu dan juga stressor dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembedahan, perawatan gigi, wawancara pekerjaan dan tes-tes sekolah (Spielberger, 1983 dalam Primusanto). Seseorang yang Trait Anxiety-nya tinggi lebih mudah diserang stress dan merespon segala situasi sebagai bahaya yang mengancam. Ketika seseorang
28
mengalami trait anxiety meninggi, akan cenderung melihat dunia itu berbahaya atau mengancam, pengalaman state anxiety mereka bereaksi lebih sering, dengan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan orang yang trait anxietynya rendah. State anxiety adalah situasi emosional yang diidentifikasi dalam konsep dasar
kecemasan sebagai
proses
multikomponen;
Trait
anxiety
hanya
menggambarkan seseorang berbeda dalam kecenderungan kecemasan.
2.3
Intensitas menonton kriminalitas
2.3.1. Intensitas menonton Sudarsono, ( 1993 ) intensitas adalah aspek kuantitatif atau kualitas suatu tingkah laku, jumlah intensitas energi fisik yang diperlukan untuk menaikkan rangsangan salah satu indera. Sedangkan menurut Kartono dan Gulo (2003) intensitas berasal dari kata intensity yang berarti besar atau kekuatan suatu tingkah laku. Jumlah energi fisik yang digunakan untuk merangsang salah satu indera; ukuran fisik dari energi atau data indera. Dari beberapa definisi intensitas dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah suatu ukuran kuantitatif dari suatu penginderaan, untuk mengukur ukuran fisik dari energi atau data indera.
29
2.3.2. Kriminalitas Abdul Wahid, (2004) menjelaskan kriminalitas atau kejahatan dalam bahasa Inggris “crime” dan dalam bahasa Belanda “misdaad” berarti kelakuan atau perilaku kriminal, atau perbuatan kriminal. Secara etimologi kriminalitas atau kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat dan sifatnya melanggar hukum serta undang-undang pidana. Menurut Van Bemmelen, 1992 (dalam Wahid dkk, 2004) kejahatan adalah tiap kelakuan yang tidak bersifat susila dan merugikan, yang menimbulkan begitu banyak ketidak tenangan dalam suatu mayarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk penderitaan dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut. Menurut Gerson W. Bawengan, 1983 (dalam buku Wahid dkk, 2004) ada tiga pengertian kejahatan menurut penggunaannya masing-masing, yaitu: 1. Pengertian secara praktis. Kejahatan dalam pengertian ini adalah suatu pengertian yang merupakan pelanggaran atas norma-norma keagamaan, kebiasaan, kesusilaan, dan norma yang berasal dari adat istiadat yanng mendapat reaksi baik berupa hukuman maupun pengecualian.
30
2. Pengertian secara religius Kejahatan dalam arti religius ini mengidentikan arti kejahatan dengan dosa, dan setiap dosa terancam dengan hukuman api neraka terhadap jiwa yang berdosa. 3. Pengertian secara yuridis Kejahatan dalam arti yuridis disini, dapat dilihat misalnya di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah setiap perbuatan yang bertentangan dengan pasal-pasal dari Buku Kedua, itulah yang disebut kejahatan. Selain dalam KUHP, dapat dijumpai hukum pidana khusus, hukum pidana militer, fiskal, ekonomi atau pada ketentuan lain yang menyebut suatu perbuatan sebagai kejahatan. Mengenai pengertian kejahatan, Kartini Kartono (2003) mengemukakan bahwa secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar normanorma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Di dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) jelas tercantum: “Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP”. Misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP, mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP, sedangkan kejahatan penganiayaan
31
memenuhi pasal 351 KUHP. Tingkah laku manusia yang jahat, immoril dan anti-sosial itu banyak menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan di kalangan masyarakat, dan jelas sangat merugikan khalayak umum. Karena itu kejahatan tersebut
haruslah diberantas,
atau tidak
boleh dibiarkan
berkembang, demi ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat Kartini Kartono (2003). a. Kejahatan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk Indonesia ialah: 1) Kejahatan melanggar keamanan negara, misalnya menghilangkan nyawa pimpinan negara, makar, dan lain-lain. 2) Kejahatan melanggar martabat raja dan martabat gubernur jenderal. 3) Kejahatan melawan negara yang bersahabat dan melanggar kepala dan wakil negara yang bersahabat dan lain-lain. 4) Kejahatan melanggar ketertiban umum 5) Kejahatan sumpah palsu dan keterangan palsu 6) Kejahatan terhadap nyawa orang 7) Kejahatan penganiayaan 8) Kejahatan pencurian 9) Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang kertas negeri serta uang kertas bank, dan lain-lain. b. Penjelmaan atau bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dalam beberapa kelompok, yaitu:
32
1) Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi-operasinya bersama-sama dengan organisasi-organisasi legal. 2) Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan perantara-perantara pemerasan (blackmailing), ancaman untuk mempublisir skandal dan perbuatan manipulatif. 3) Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan, perkosaan, pembegalan, penjambretan atau pencopetan, perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai dan lain-lain. c. Menurut cara kejahatan dilakukan, bisa dikelompokkan dalam: 1) Menggunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun, instrumen kedokteran, alat pemukul, alat jerat dan lain-lain. 2) Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu, dan tipu daya. 3) Residivis, yaitu penjahat yang berulang-ulang keluar masuk penjara. 4) Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang. 5) Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan. 6) Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya berupa “perbuatan kortsluiting”, yang lepas dari pertimbangan akal, dan lolos dari tapisan hati nurani. 7) Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh, sembrono, dan lain-lain.
33
d. Menurut objek hukum yang diserangnya, kejahatan terbagi dalam: 1) Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan, perdagangan barang-barang terlarang (bahan narkotik,
buku-buku dan bacaan
pornografi, minuman, keras, dan lain-lain) penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu, dan lain-lain. 2) Kejahatan politik dan pertahanan-keamanan, pelanggaran ketertiban umum, pengkhianatan, penjualan rahasia-rahasia negara pada agen-agen asing, berfungsi sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan, terhadap martabat pemimpin-pemimpin negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-lain. 3) Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan dan fitnah. 4) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda Kartini Kartono (2003).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kriminalitas atau kejahatan adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar undang-undang serta norma kesusilaan dengan cara apapun yang berakibat merugikan baik secara individu, ekonomi dan politik suatu tatanan masyarakat sehingga berakhir pada menebarnya kegelisahan dan hilangnya keseimbangan, ketentraman
dan
ketertiban
masyarakat.
Liputan
kriminalitas
seperti
dikemukakan ditayangkan oleh beberapa stasiun Televisi, dalam acara buser, sergap, patroli, sidik, dan TKP ( tempat kejadian perstiwa ).
34
2.4
Tipe Kepribadian
2.4.1. Definisi Kepribadian Secara etimologis, istilah personality atau kepribadian, asal mulanya berasal dari kata latin “per” dan “sonare”, yang berkembang menjadi kata ”persona” yang berarti ”topeng”. Pada zaman romawi dulu, aktor drama menggunakan topeng itu untuk menyembunyikan identitas dirinya agar dia tampil membawa peran-peran karakter jahat sekalipun sesuai dengan tuntutan permainan dalam drama. Berasal dari teknik drama lalu berkembang menjadi istilah personality . Kata personality tersebut diartikan ”apa” yang terlihat pada diri seseorang (pemakai topeng), bukan apa yang ada dalam diri pribadi orang yang memakai topeng (Sujanto dkk, 1991). Menurut Agus Sujanto, dkk (1991) kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Istilah psikhophisis, menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah semata-mata mental dan bukan neural, melainkan bersatunya badan dan jiwa sehingga menjadi kesatuan pribadi. Sedangkan definisi kepribadian menurut Allport (1937) adalah organisasi atau susunan yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik (khas) terhadap lingkungannya (Calvin S.Hall & Gardner Lindzey, 1993).
35
Dan menurut Pervin dan John (1997) kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana seseorang itu bertingkah laku dalam kehidupan sehariharinya. Menurut Larsen & Buss kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial) (Mastuti, 2005). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian menurut peneliti adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian ada dua yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (Mastuti, 2005). Faktor genetik mempunyai peranan penting didalam menentukan kepribadian khususnya yang terkait dengan aspek yang unik dari individu . Pendekatan ini berargumen bahwa keturunan memainkan suatu bagian yang penting dalam menentukan kepribadian seseorang (Mastuti, 2005). Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang membuat seseorang sama dengan orang lain karena berbagai pengalaman yang dialaminya. Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, kelas social, keluarga, teman sebaya, situasi. Diantara faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepribadian adalah pengalaman individu sebagai hasildari budaya tertentu.
36
Masing-masing budaya mempunyai aturan dan pola sangsi sendiri dari perilaku yang dipelajari, ritual dan kepercayaan. Hal ini berarti masing-masing anggota dari suatu budaya akan mempunyai karakteristik kepribadian tertentu yang umum (Mastuti, 2005). Faktor kelas sosial membantu menentukan status individu, peran yang mereka mainkan, tugas yang diembannyadan hak istimewa yang dimiliki. Faktor ini mempengaruhi bagaimana individu melihat dirinya dan bagaimana mereka mempersepsi anggota dari kelas sosial lain (Pervin & John, 2005). Faktor lingkungan yang paling penting adalah pengaruh keluarga (Pervin & John, 2005). Orang tua yang hangat dan penyayang atau yang kasar dan menolak, akan mempengaruhi perkembangan kepribadian pada anak. Menurut (Pervin & John, 2005) lingkungan teman mempunyai pengaruh dalam perkembangan kepribadian. Situasi mempengaruh dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
3.4.2. Pendekatan Trait dalam Kepribadian Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Trait didefinisikan sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain (Mastuti, 2005).
37
Selama beberapa tahun debat diantara para tokoh-tokoh teori trait mengenai jumlah serta sifat dimensi trait yang dibutuhkan dalam menggambarkan kepribadian. Sampai pada tahun 1980-an setelah ditemukan metode yang lebih canggih dan berkualitas, khususnya analisa faktor, mulailah ada suatu konsensus tentang jumlah trait. Saat ini para peneliti khususnya generasi muda menyetujui teori trait yang mengelompokkan trait menjadi lima besar, dengan dimensi bipolar (Pervin & John, 2005) yang disebut Big Five. Secara modern bentuk dari taksonomi big five, diukur dengan dua pendekatan utama. Cara pertama dengan berdasar pada self rating pada trait kata sifat tunggal, seperti talkactive, warm, moody, dsb. Pendekatan lain dengan self rating pada item-item kalimat, seperti hidupku seperti langkah yang cepat (Larsen & Buss, 2005). Lewis R. Goldberg telah melakukan penelitian secara sistematik dengan menggunakan trait kata sifat tunggal. Taksonomi Goldberg telah diuji dengan menggunakan analisa faktor, yang hasilnya sama dengan struktur yang ditemukan oleh Norman tahun 1963. Menurut Goldberg ( Larsen & Buss, 2005 ) big five terdiri dari: a. Surgency atau extraversion: banyak bicara, terbuka, asertif, bergerak maju. Lawannya adalah malu, diam, tertutup, segan, tidak banyak bicara b. Agreeableness: simpati, baik hati, hangat, pengertian, tulus. Lawannya adalah tidak simpati, jahat, kasar, dan kejam.
38
c. Conscientiousness: teratur. Rapi, tertib, praktis, cepat, tepat waktu. Lawannya adalah tidak teratur, tidak tertib, ceroboh, tidak praktis, cengeng. d. Emotional Stability : tenang, santai, stabil. Lawannya adalah tidak kreatif, tidak imaginative, tidak pintar. e. Intellec atau Imagination : kreatif, imaginative, pintar. Lawannya adalah tidak kreatif, tdak imaginative, tidak pintar. Sementara itu, pengukuran big five yang menggunakan trait kata tunggal sebagai sebuah item, dikembangkan oleh Paul T.Costa dan Robert R. Mc Crae. Alat yang digunakan untuk mengukur ini dinamakan NEO-PI-R (Larsen & Buss, 2005). Kelima trait dikenali dengan model kepribadian lima faktor yaitu Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness dan Neuroticism yang disingkat OCEAN (Pervin, 2005). Faktor-faktor didalam big five menurut Costa & Mc Crae (dalam Costa & Widiger, 2002) meliputi: 1) Neuroticism Dimensi ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, mempunyai coping response yang maladaptive. Secara emosional mereka labil, dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk menahan setres. Orang dengan
kemampuan emosional positif cenderung
berciri tenag, bergairah dan aman. Sementara mereka yang skornya
39
neuroticism
tingggi
cenderung
tertekan,
gelisah,
mudah
mengalami
kecemasan dan merasa tidak aman (dalam Costa & Widiger, 2002). 2) Extraversion Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Menilai kuantitas dan interaksi interpersonal, level aktivitasnya, kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia. Dimensi ini menunjukkan tingkat kesenagan seseorang akan hubungan. Kaum ekstravert (ekstravensinya tinggi) cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati sejumlah besar hubungan. Sementara kaum introvert (ekstraversion rendah) cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan memiliki hubungan yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, mereka lebih senag dengan kesendirian (Costa & Widiger,2002). 3) Openness to Experience Openness
mengacu
pada
bagaimana
seseorang
bersedia
melakukan
penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannnya sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini mengamanatkan tentang minat seseorang. Orang dengan tingkat
40
Openness tinggi cenderung terpesona oleh hal baru dan inovasi. Ia menjadi imajinatif, benar-benar sensitif dan intelek. Sementara orang dengan tingkat Openness yang rendah, ia nampak lebih konvensional, pemikiran sempit dan menemuka kesenagan dalam keakraban (Costa & Widiger, 2002). 4) Agreeableness Agreeableness dapat disebut juga mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecendrungan untuk mengikuti orang lain. Menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum mulai dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasan dan perilaku dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk kepada orang lain. Orang yang sangat mampu bersepakat jauh lebih menghargai harmoni daripada ucapan atau cara mereka. Mereka tergolong orang yang kooperatif dan percaya pada orang lain. Orang yang menilai rendah kemampuan untuk bersepakat memusatkan perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan orang lain (Costa & Widiger, 2002). 5) Conscientiousness Menilai kemampuan individu didalam organisasi. Baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi. Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian
41
seseorang. Orang yang mempunyai skor yang tinggi cenderung mendengarkan kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam satu cara yang terarah dan cenderung bertanggung jawab, kuat bertahan, tergantung dan berorientasi pada prestasi. Sementara yang skornya rendah ia akan cenderung menjadi lebih kacau pikirannya, mengejar banya tujuan, dan lebih hedonistic (Costa & Widiger, 2002). THE BIG FIVE TRAIT FAKTOR and ILLUSTRATIVE SCALES (Pervin, Cervon, & John, 2005) Karakteristik Nilai Tinggi Trait Scales Karakteristik Nilai Rendah NEORITICISM (N) Kuatir, gugup, emosional, Kecendrungan pada Tenang, rileks, tidak tidak aman, merasa tidak kejiwaan menyedihkan, emosional, memiliki daya mampu, mudah panik berlebihan, membujuk, ide tahan terhadap stress, merasa tidak praktis aman, puas atas diri sendiri EKSTRAVERSION (E) Suka bergaul, aktif, banyak Kapasitas kegembiraan, Pendiam/suka menyendiri, bicara, orientasi pada orang memerlukan dorongan sederhana, tidak berlebihan lain, optimis, terbuka dalam kesenangan, terhadap perasaannya, penuh menjauhkan diri, orientasi kasih saying pada tugas, pemalu, serius OPENNESS (O) Memiliki rasa ingin tahu Toleransi untuk menjelaskan Konvensionil/biasa, yang besar, minat yang luas, ketidakakraban sederhana, minat yang kreatif, modern menetap, tidak artistik, tidak analitis, rendah hati, menjaga tradisi AGREEABLENESS (A) Lembut hati, baik hati, Kesatuan orientasi Suka mengejek, tidak sopan, mudah percaya, penolong, merupakan lanjutan kasar, curiga, tidak kooperatif, pemaaf, penurut, jujur kesatuan dari perasaan pendendam, bengis/kejam, kasihan ke pertentangan cepat marah. Suka dalam pikiran, perasaan, dan memerintah, manipulative tindakan CONCIENTIOUNESS (C) Mengatur, dapat diandalkan, Individu yang terorganisir, Tanpa tujuan, tidak dapat pekerja keras, disiplin diri, gigih, dan penuh motivasi diandalkan, lalai, pemalas, rapi, ambisius, tekun/keras pada perilaku yang tidak perhatian/cuek, ceroboh, hati mempunyai tujuan kemauan yang lemah, hedonistic
42
2.5
Kerangka berpikir Tindakan kejahatan atau kriminalitas yang dari hari kehari semakin
berkembang bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan dimana seseorang itu tinggal, melainkan dapat juga dipengaruhi oleh media-media yang menayangkan liputan-liputan kriminalitas. Liputan-liputan kriminalitas yang ada diberbagai media, baik cetak maupun elektronik dapat dengan mudah diterima dan ditiru oleh masyarakat yang melihatnya. Maka tidak heran bila dengan tingginya angka penayangan liputan-liputan kriminalitas yang ada pada saat ini, maka hal tersebut akan menjadi salah satu faktor tingginya tindak kejahatan dan kriminaslitas pada masyarakat. Adapun tingginya angka kriminalitas yang ada dimasyarakat barubaru ini dipicu oleh berbagai macam faktor seperti halnya angka kemiskinan yang tinggi maka akan memicu tindakan kriminalitas yang lebih tinggi pula, disamping itu juga faktor pendidikan. Pendidikan yang minim pada masyarakat, akan menjadi penyebab seseorang berbuat kriminalitas. Oleh karena itu, setiap orang harus waspada, karena siapa pun orang memiliki peluang untuk mengalami tindak kejahatan atau kriminalitas, terlebih anak-anak yang berada pada masa remaja. Karena masa remaja adalah fase transisi emosional sehingga remaja dapat dengan mudah mengikuti apapun yang ada di lingkungan tanpa berpikir sebab dan akibatnya. Masa rentan pada remaja dapat menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan bagi orang tua yang memiliki anak remaja, terlebih jika orang tua menonton liputan-liputan kriminalitas dari berbagai media yang ada maka orang tua akan
43
merasa cemas dan khawatir bila anak mereka mengalami tindak kriminilitas dari pihak lain. Sedangkan kepribadian dalam pendekatan trait menunjukkan bahwa setiap individu memiliki keunikannya masing-masing yang bercermin dari traitnya yang bersifat relatif permanen dalam berbagai situasi. Perbedaan-perbedaan trait tersebut memicu perbedaan individu dalam bertingkah laku. Perbedaan tersebutlah yang kemudian banyak diteliti untuk menghubungkan trait kepribadian dengan aspek-aspeklain, salah satunya dengan kecemasan orang tua. Sementara itu, terdapat trait kepribadian yang umum digunakan dan telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak yaitu kepribadian big five. Trait kepribadian big five terdiri dari 5 trait dasar diantaranya adalah extraversion, greeableness, conscientiousness, neuroticism, dan Openness to Experience. Sehingga peneliti ingin melihat apakah dengan menggunakan trait kepribdian big five ini dapat menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh dengan kecemasan orang tua. Faktor demografis juga diasumsikan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan orang tua diantaranya jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua. Variabel tersebut diduga juga bisa memberikan dampak, baik positif maupun negatif pada kecemasan orang tua.
44
Dari uraian di atas maka dapat digambarkan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:
Intensitas menonton liputan kriminalitas 1. Extraversion
2. Agreeableness TIPE 3. Conscientiousness KEPRIBADIAN
KECEMASAN ORANG TUA
4. Neuroticism
5 .Openees
Tingkat Pendidikan DEMOGRAFIS Jenis Kelamin
2.4.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis Mayor : Ada pengaruh yang signifikan faktor intensitas menonton liputan kriminalitas, tipe kepribadian (big five), jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
45
Hipotesis Minor : H 1 : Intensitas menonton liputan kriminalitas berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 2.a : Neuroticism berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 2.b : Extraversion berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 2.c : Openness to experience berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 2.d : Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 2.e : Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 3 : Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua. H 4 : Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua.
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian, diantaranya jenis penelitian (pendekatan penelitian dan metode penelitian) dan variable penelitian (definisi variabel, definisi oprasional variabel), populasi dan sampel, pengambilan sampel, teknik dan insrumen pegumpulan data (kuesioner dan analisa data), teknik penyusunan angket, uji instrument penelitian, teknik analisa data, serta prosedur penelitian.
3.1.
Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisa dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Sevilla dkk, 1993).
3.1.2. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode regresi berganda (Sevilla, dkk, 1993) dengan cara mengumpulkan dua atau lebih perangkat nilai dari sebuah sampel peserta, lalu menghitung hubungan antara perangkat-perangkat tersebut.
47
Karena dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
3.2.
Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah penyebab sedangkan variabel terikat adalah hasil. Dalam penelitian ini ditentukan yang menjadi variabel bebasnya adalah intensitas menonton liputan kriminalitas, kepribadian Big five, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Sedangkan variabel terikatnya adalah kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
3.2.2. Definisi Konseptual Variabel Secara konseptual variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu (a) variabel bebas (independent variable) dan (b) variabel terikat (dependent variable). Definisi konseptual diambil berdasarkan teori. Dalam penelitian ini definisi konseptual dari masing-masing variabel adalah: 1. Intensitas menonton liputan kriminalitas. Suatu ukuran kuantitatif dari suatu penginderaan untuk mengukur frekuensi dan durasi serta ukuran fisik dari energi atau data indera dalam menonton liputan kriminalitas (Sudarsono, 1993).
48
2. Tipe kepribadian Big Five Tipe kepribadian big five adalah lima domain atau dimensi dalam kepirbadian yang bisa digunakan untuk mencari perbedaan individu pada level yang tinggi ( Pervin, Cervone, John, 2005 ). Lima domain dalam tipe kepribadian ini adalah Ekstraversion, Agreeaableness, Concientiousness, Neouroticism, dan Openness. 3. Kecemasan orang tua Kecemasan orang tua ini disusun berdasarkan keadaan yang sering dialami para orang tua yang dikemukakan oleh David sue (1986), ada empat (4) komponen kecemasan, diantaranya yaitu: a. Secara kognitif, dapat bervariasi dari rasa khawatir yang ringan sampai panik. Biasanya bila terus dikhawatirkan bisa mengalami sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan dan lebih jauh lagi biasa insomnia ( sulit tidur ). b. Secara afektif ( perasaan ), individu mudah tersinggung, gelisah atau tidak tenang, hingga akhirnya memungkinkan terkena depresi. c. Secara motorik ( gerak tubuh ), seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat, sering gugup dan kesulitan dalam berbicara. d. Secara somatik ( reaksi fisik dan biologis ), dapat berupa gangguan pernafasan, jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan serta kelemahan badan seperti pingsan.
49
3.2.3. Definisi Operasional Variabel Adapaun definisi operasional pengukuran masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1.
Intensitas menonton liputan kriminalitas adalah skor yang diperoleh dari jawaban reponden terhadap instumen berdasarkan aspek yang diambil dari frekuensi dan durasi menonton liputan kriminalitas, dan skala intensitas yang berjumlah 2 item berdasarkan aspek frekuensi dan durasi orang tua dalam menonton liputan kriminalitas, baik mengenai waktu dan lamanya menonton liputan kriminalitas ( berapa jam dalam sehari, berapa menit dalam sejam, dan berapa hari dalam seminggu ) dalam menonton liputan kriminalitas yang diungkap dengan menggunakan skala intensitas menonton liputan kriminalitas.
2.
Tipe kepribadian Big Five adalah skor yang diperoleh dari hasil skala big five yang terdiri dari lima sub-skala yang masing-masing mengukur dimensi Ekstraversion, Agreeaableness, Concientiousness, Neouroticism, dan Openness.
3.
Kecemasan
orang tua adalah merupakan reaksi psikologis orang tua
terhadap perkiraan adanya bahaya yang dikhawatirkan, kecemasana tersebut bukan disebabkan karena hal-hal yang sedang atau telah terjadi, melainkan karena apa yang akan terjadi, meliputi aspek kognitif, motorik, apektif, dan somatik. Batasan operasionalnya adalah skor yang didapat dari respon terhadap skala yang diisi oleh subyek peneliti tentang aspek kognitif, motorik, apektif, dan somatik yang dialami orang tua.
50
4.
Jenis Kelamin adalah pembedaan responden yang dikategorikan atas; 1. Laki-laki, dan 2. Perempuan.
5.
Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang diraih bapak/ibu/wali. Pengukuran menggunakan skala nominal. Dikategorikan sebagai berikut : 1. SD 2. SLTP 3. SMU 4. D1/D2/D3 5. S1/S2.
3.3
Populasi dan sampel
3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki putera/puteri masih remaja, yang berdomisili di Karang Tengah Rt 01/Rw 01 Bekasi, Jawa Barat.
3.3.2. Sampel Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 orang.
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik incidental yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Teknik ini termasuk jenis Non-probability sampling, dimana semua elemen dari setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan dan peluang yang sama besar untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Peneliti mengambil sampel orang tua yang memiliki putra/putri remaja yang bisa ditemukan dilingkungan Karang Tengah Rt 01/Rw 01 Bekasi Jawa Barat.
51
Alasan peneliti menggunakan incidental, dimana setiap sampel yang dijumpai dan sesuai karakteristik maka peneliti jadikan sebagai sampel penelitian.
3.4.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menyebarkan kuesioner berupa skala likert yang terdiri dari tiga skala, yaitu skala intensitas menonton, skala kecemasan orang tua dan skala tipe kepribadian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari responden. Skala yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. Untuk mengukur intensitas menonton liputan kriminalitas dengan kecemasan orang tua akan keselamatan remaja, peneliti menggunakan skala model likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban netral. Dengan item pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Dalam merespon item tesebut subjek diminta untuk memilih jawaban yang paling mewakili dirinya, dengan cara memilih sistem rating kategori yang merentang dari “sangat setuju” sampai
“sangat
tidak
setuju”.
Sedangkan
skala
kepribadian,
penulis
menerjemahkan skala baku dari IPIP (INTERNATIONAL PERSONALITY ITEM POOL) milik Goldberg. Sedangkan skala intensitas menonton liputan kriminalitas dan kecemasan orang tua disusun sendiri berdasarkan konsep yang diambil.
52
Tabel 3.1 Pemberian skor pada pilihan jawaban menggunakan skala Likert: Pilihan Jawaban
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak Setuju (TS)
2
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
Adapun alasan penulisan menggunakan empat alternatif jawaban, yakni untuk melihat kecenderungan kearah setuju atau tidak setuju serta untuk menghindari adanya kecenderungan responden menjawab netral. Menurut Sevilla (1993), banyak peneliti yang memberikan penekanan pada kecenderunagan responden untuk mengamankan dan menempatkan jawaban mereka ditengah, sebagai angka netral.
3.4.1. Instrumen Penelitian Menurut Sevilla (1993), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam hal ini yang digunakan adalah model skala Likert dengan menggunakan 3 pilihan jawaban untuk intensitas dan 4 pilihan jawaban untuk kepribadian dan kecemasan, yaitu sebagai berikut :
53
Intensitas Selalu/sangat lama Sering/cukup lama Jarang/tidak lama
Tabel 3.2 Bobot nilai tiap item Kategori Kepribadian & Kecemasan 3 Sangat setuju (SS) 2 Setuju (S) 1 Tidak Setuju (ST) Sangat Tidak Setuju (STS)
un 1 2 3 4
fav 4 3 2 1
1. Skala intensitas menonton liputan kriminalitas Skala intensitas menonton liputan kriminalitas disusun berdasarkan intensitas dari Sudarsono, ( 1993 ). Intensitas adalah aspek kuantitatif atau kualitas suatu tingkah laku, jumlah intensitas energi fisik yang diperlukan untuk menaikkan rangsangan salah satu indera.
No 1
2
Tabel 3.3 Blue print skala Intensitas Menonton liputan Kriminalitas Aspek Kualifikasi Indikator Frekuensi menonton a. Selalu Setiap hari liputan kriminalitas b. Sering Dalam seminggu 3-4 kali c. Jarang Dalam seminggu 1-2 kali Durasi setiap hari menonton liputan kriminalitas
a. Sangat lama b. Cukup lama c. Tidak lama
>30 menit 15-30 menit < 15 menit
2. Skala trait kepribadian Big Five Alat yang digunakan dalam penelitin ini adalah alat ukur yang diambil dari IPIP (International Personality Item Pool) milik Goldberg yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. IPIP adalah sebuah usaha secara internasional untuk mengembangkan dan menyaring secara kesinambungan sejumlah bank item inventori kepribadian. Semua itemnya bebas diambil dan memiliki skala yang dapat digunakan secara ilmiah maupun untuk tujuan
54
komersial (Mastuti, 2005). Pada alat ukur ini terdapat 50 item untuk mengukur kelima faktor dalam kepribadian big five. Setiap faktor kepribadian diukur dengan 10 item.
No
Aspek
Tabel 3.4 Blu Print (try out) Skala Big Five Item
1.
Extraversion
2.
Agreeableness
3.
Conscientiousness
4.
Neuroticism
5.
Openees
Favorable
Unfavorable
Jumlah Item
1,11, 21, 31, 41,
6, 16, 26,36, 46,
10
7, 17, 27, 37, 42,47,
2,12, 22,32,
10
3,13, 23,33,43, 48
8,18, 28, 38,
10
9, 19,
4, 14, 24, 29, 34, 39, 44, 49,
10
5, 15, 25, 35, 40, 45,50
10, 20, 30,
10
26
24
50
Jumlah Blok hitam adalah item yang gugur
Dilihat dari tabel di atas dari 50 item skala kepribadian big five setelah diuji validitasnya terdapat 30 item yang valid dan 20 item yang gugur. Item yang gugur yaitu : 3,4,5,8,9,10,11,14,15,16,25,28,29,30,33,36,38,40,44,49, dan tabel di bawah adalah item yang valid.
55
3. Skala Kecemasan Skala kecemasan orang tua akan keselamatan remaja disusun berdasarkan teori dari David sue (1985). Tabel 3.5 Blue print (Try Out) Skala Kecemasan Orang Tua Indikator Favorabel Unfav
No
Aspek
1
Kognitif
Khawatir/ panik. Sulit berkonsentrasi Sulit mengambil keputusan
2
Afektif
3 4
Jumlah
20, 21, 34, 37, 40 13, 29, 36, 41 3, 17, 18, 49
5, 8, 15 2, 35 6,12,19
21
Gelisah Tegang
33, 45 27, 31, 44
24 1, 11, 47
9
Somatik
Jantung berdebar-debar Gangguan pencernaan
4, 42, 46 10, 16
25, 38, 14 7, 50
10
Motorik
Gemetar Gugup dalam berbicara Sulit tidur
22, 48 28, 30, 39 23
32, 43 26 9
10
29
21
50
Total item Blok hitam adalah item yang gugur
Dilihat dari tabel di atas dari 50 item skala kepribadian kecemasan orang tua setelah diuji validitasnya terdapat 32 item yang valid dan 18 item yang gugur. Item yang gugur yaitu : 8,9,11,16,19,21,22,23,26,31,38,39,40,41,43,48,49,50, dan tabel di bawah adalah item yang valid.
3.5.
Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu skala
psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan ukurannya (Saifuddin, 2006). Sedangkan menurut Sevilla (1993), validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
56
instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Disamping itu suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan hendak diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Saifuddin mengatakan bahwa tidak ada batasan universal yang menunjukan kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar tes dikatakan valid dengan nilai koefisien validitas 0,300.
3.6.
Reliabilitas Realibilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang
ditunjukukan oleh instrumen pengukuran (Sevilla, 1993). Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Sedangkan menurut Syaifuddin Azwar (2006) dalam konsep reliabilitas, ide pokoknya adalah diperoleh hasil relatif sama beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama dan aspek yang diukur yang sama pula. Menurut J.P. Guilford (dalam Kuncoro, 2005), prinsip umum yang digunakan untuk menafsirkan nilai r adalah sebagai berikut:
57
Tabel 3.6 Interpretasi nilai r Besarnya r Interpetasi 0,9
Sangat reliabel
0,7 - 0,9
Reliabel
0,4 – 0,7
Cukup relliabel
0,2 – 0,4
Kurang reliabel
<0,2
Tidak reliabel
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama. Untuk melakukan uji reliabelitas digunakan rumus Alpha Cronbach. Menurut Saefuddin Azwar (2003) data untuk menghitung koefisien realibilitas Alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang digunakan hanya sekali saja pada sekelompok responden.
3.7.
Hasil Uji Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan try out selama satu hari yakni
pada hari Jumat, tanggal 7 Juli try out dilakukan di Karang Tengah Rt 01/Rw 01 Bekasi Jawa Barat, sebanyak 40 responden. Kemudian data yang telah diperoleh, diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0. a. Hasil Uji Validitas Setelah melakukan pengolahan data hasil try out, maka peneliti mendapatkan nilai validitas untuk setiap Item dengan nilai validitas dibawah 0,3 akan dibuang atau gugur. Sementara itu, item-item yang valid akan digunakan sebagi alat ukur dalam field study.
Skala Kepribadian (Big Five)
58
Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala kepribadian big five, bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 50 item, terdapat 30 item memiliki nilai validits di atas 0,3. Dengan demikian, skala kepribadian big five tersebut dapat dipergunakan sebagai alat ukur dalam field study.
Skala Kecemasan Orang Tua Dari hasil perolehan data pada uji validitas skala kecemasan orang tua, bahwa dari keseluruhan item yang terdiri dari 50 item, terdapat 32 item yang memiliki nilai validitas di atas 0,3. Sementara itu 18 item yang memiliki nilai validitas di bawah 0,3, sehingga item tersebut dianggap gugur.
b. Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan penghitungan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 16.0, diperoleh berupa angka untuk kedua skala yang disebar pada try out. Penghitungan reliabilitas dilakukan setelah item yang tidak valid dibuang. Untuk skala kepribadian diperoleh angka reliabilitas sebesar 0,891. Sementara itu, skor kecemasan orang tua diperoleh angka reliabilitas sebesar 0,914. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik skala kepribadian dan kecemasan orang tua memiliki reliabilitas yang baik.
59
3.8 Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: 1. Persiapan Penelitian a. Dimulai dengan perumusan masalah. b. Menentukan variabel yang akan diteliti. c.
Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
d.
Menentukan, menyusun dan mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala intensitas, kepribadian (big five) dan kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
2. Pengujian Alat Ukur Setelah alat ukur dibuat berupa kuesioner, peneliti melakukan uji coba (try out) dengan sampel para orang tua yang mempunyai anak remaja. Setelah uji coba dilakukan, penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas. 3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada tanggal 7 juli 2011 dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah dipilih sesuai kriteria. 4. Pengolahan Data a. Peneliti memberikan kode dan melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
60
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat tabel data. c. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik. d. Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di Karang Tengah Rt 01/Rw 01 Bekasi Jawa Barat. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umum responden, hasil pengujian hipotesis yang telah diajukan melalui perhitungan statistik dan pembahasan hasil pengujian hipotesis.
4.1.
Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Karang Tengah Rt 01/Rw 01 Bekasi Jawa Barat
dengan melibatkan 60 responden. Berikut ini gambaran umum mengenai responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran umum responden Jenis Kelamin
Total
Kriteria
Jumlah
Persentase
Perempuan
38
63,3 %
Laki-Laki
22
36,7 %
60
100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak perempuan jumlahnya lebih banyak daripada laki-laki yaitu 38 orang atau 63,3 % sedangkan responden laki-laki berjumlah 22 orang atau 36,7%.
62
4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambaran umum responden
Tingkat Pendidikan.
Kriteria
Jumlah
Persentase
SD
3
5%
SLTP/SMP
3
5%
SMU
23
38,3 %
DI, D2, D3
11
18,4 %
S1, S2
20
33,3 %
Total
60
100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak SMU yaitu sebanyak 23 orang (38,3%), kemudian yang kedua adalah S1, S2 dengan total 20 orang (33,3%), yang ketiga adalah D1, D2, D3 sebanyak 11 orang (18,4 %), dan jumlah responden paling sedikit berpendidikan SD dan SLTP sebanyak 3 orang (5 %).
4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Intensitas Menonton Liputan Kriminalitas. Tabel 4.3 Gambaran Umum Berdasarkan Intensitas Menonton Liputan Kriminalitas
Intensitas
Jumlah
Persentase
1-2 kali/minggu
2
3,33 %
3-4 kali/minggu
3
5%
> 5 kali/minggu
55
91,67 %
Jumlah
60
100 %
63
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada umumnya yang paling banyak responden memiliki intensitas menonton liputan kriminalitas sebanyak >5 kali/minggu yaitu dengan jumlah 55 orang sebesar (91,67%), sebagian kecil (5%) responden menonton liputan kriminalitas sebanyak 3-4 kali/minggu, dan sisanya (3,33%) menonton liputan kriminalitas sebanyak 1-2 kali/minggu.
4.2. Deskripsi Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan penghitungan kategorisasi skor responden. Penghitungan kategorisasi skor dilakukan tiap-tiap variabel penelitian, yakni variabel intensitas menonton liputan kriminalitas, tipe kepribadian dan kecemasan orang tua. Dalam penghitungan kategorisasi skor, terdapat tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mendapatkan kategorisasi tersebut sebelumnya dilakukan penghitungan untuk mencari nilai x dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Setelah diperoleh nilai x, maka penghitungan kategorisasi dilakukan penghitungan formula berikut: Tabel 4.4 Kategorisasi Skor
Tinggi
Minimum + 3x
Sedang
Minimum + 2x
Rendah
Minimum + x
64
Berikut ini penjelasan hasil penghitungan kategorisasi skor pada tiap-tiap variabel penelitian.
4.2.1. Kategorisasi Skor Kecemasan Orang Tua Akan Keselamatan Remaja Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Kecemasan Orang Tua
Valid
Tinggi
Cumulative Range Frekuensi Percent Percent 116 – 117 1 1.7% 6.7
Sedang
103 – 115
2
3.3%
86.7
Rendah
89- 102
57
95%
100.0
60
100.0
100.0
Total
Pada tabel di atas, diketahui bahwa hampir seluruhnya responden memiliki tingkat kecemasan rendah yakni 57 orang (95%), sedangkan responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang yakni 2 orang (3,3%), dan responden yang memiliki kecemasan tinggi hanya 1 orang (1,7%).
4.2.2. Kategorisasi Kepribadian Tabel 4.6 Kategorisasi Big V
Tipe kepribadian
Frekuensi
Presentase
Extraversion
16
26,7 %
Agreebleness
13
21,6 %
Conscientiousness
10
16,7 %
Neuroticsm
7
11,7 %
Openess
14
23,3 %
Total
60
100 %
65
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa berkepribadian extraversion sebanyak 16 orang (26,7%), kemudian berkepribadian agreeableness sebanyak 13 orang (21,6%), selanjutnya berkepribadian concientiousness sebanyak 10 orang (16,7%), dan berkepribadian neuroticsm sebanyak 7 orang (11,7%), sedangkan berkepribadian openness sebanyak 14 orang (23,3%). Dengan demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
kebanyakan
orang
tua
dominan
berkepribadian extraversion.
4.2.3. Kategorisasi Skor Intensitas Kategorsasi intensitas dilakukan dengan menghitung frekuensi dan durasi menonton liputan kriminalitas. Seperti pada table 4.7 berikut. Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Intensitas
Valid
Tinggi Sedang Rendah Total
Range 6 5 4 60
Frekuensi Percent 11 18.3% 46 76.7% 3 5.0% 100.0 100.0
Cumulative Percent 5.0 81.7 100.0
Berdasarkan penggolongan kategori di atas, diketahui bahwa sebagian besar (76,7 %) memiliki tingkat intensitas menonton liputan kriminalitas yang sedang sebesar 46 orang. Orang tua dengan intensitas menonton liputan kriminalitas tinggi berjumlah 11 orang (18,3%), sedangkan untuk kategori responden yang rendah dalam menonton liputan kriminalitas berjumlah 3 orang (5%).
66
4.3.
Uji Hipotesis Penelitian Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya pengaruh antara masing-masing IV terhadap DV. Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan dengan teknik multiple regresi menggunakan SPSS 16.00. Berikut ini adalah hasil koefisien analisa regresi dari ke-8 IV: Tabel 4.8 Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
50.242
20.269
.038
2.860
-2.706-
Agree
Beta
T
Sig.
2.479
.017
.002
.013
.990
1.919
-.666-
-1.410-
.165
3.408
1.616
1.214
2.110
.040
Consc
6.089
1.579
.721
3.856
.000
Neuro
6.170
1.679
.817
3.674
.001
Opens
-14.028-
4.314
-1.200-
-3.252-
.002
-2.516-
2.829
-.106-
-.889-
.378
-.737-
1.139
-.073-
-.648-
.520
Intensitas Extra
Jeniskelamin Pendidikan
a. Dependent Variable: kecemasan orang tua
Berdasarkan tabel persamaan regresi berdasarkan nilai B, yaitu: Kecemasan (y) = 50,242 + 0,038 intensitas, – 2,706 extra, + 3,408 agree, + 6,089 consc, + 6,170 neuro, – 14,028 openees, – 2,516 jenis kelamin, – 0,737 tingkat pendidikan.
67
Table 4.8, menunjukkan hasil analisis pengaruh masing-masing IV terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja, sebagai berikut: 1. Pada variabel intensitas diperoleh koefisien nilai B = 0,038, sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas tidak memiliki pengaruh positif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria tidak signifikan. 2. Pada variabel extraversion diperoleh koefisien nilai B = – 2,706, sehingga dapat dikatakan bahwa extraversion tidak memiliki pengaruh negatif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria tidak signifikan. 3. Pada variabel agreeableness diperoleh koefisien nilai B = 3,408, sehingga dapat dikatakan bahwa agreeableness memiliki pengaruh positif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria signifikan. 4. Pada variabel concientiousness diperoleh koefisien nilai B = 6,089, sehingga dapat dikatakan bahwa concientiousness memiliki pengaruh positif terhadap kecemasan irang tua, dengan kriteria signifikan. 5. Pada variabel neouroticism diperoleh koefisien nilai B = 6,170, sehingga dapat dikatakan bahwa neouroticism memiliki pengaruh positif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria signifikan. 6. Pada variabel oppeness diperoleh koefisien nilai B = – 14,028, sehingga dapat dikatakan bahwa oppeness memiliki pengaruh negatif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria signifikan. 7. Pada variabel jenis kelamin diperoleh koefisien nilai B = – 2,516, sehingga dapat dikatakan bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh negatif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria tidak signifikan.
68
8. Pada variabel tingkat pendidikan diperoleh koefisien nilai B = – 0,737, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap kecemasan orang tua, dengan kriteria tidak signifikan.
Sesuai pada tabel juga dapat diketahui signifikan tidaknya masing-masing IV terhadap DV, hal ini untuk menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
4.3.1. Uji Hipotesis 1 Uji hipotesis 1 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara intensitas terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk intensitas = 0,990. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek intensitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.2. Uji Hipotesis 2 Uji hipotesis 2 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara ekstaversion terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk ekstraversion = 0,165. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek ekstraversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.3. Uji Hipotesis 3 Uji hipotesis 3 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara agreeableness terhadap kecemasan orang tua.
69
Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk agreeableness = 0,040. Karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek agreeableness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.4. Uji Hipotesis 4 Uji hipotesis 4 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: pengaruh yang signifikan antara conccientiousness terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk conciantiousnss = 0,000. Karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek concciantiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.5. Uji Hipotesis 5 Uji hipotesis 5 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara neouroticism terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk neouroticism = 0,001. Karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek neourotism memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.6. Uji Hipotesis 6 Uji hipotesis 6 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: ada pengaruh signifikan antara openness terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk openness = 0,002. Karena p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek openness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
70
4.3.7. Uji Hipotesis 7 Uji hipotesis 7 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0,378. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.3.8. Uji Hipotesis 8 Uji hipotesis 8 merupakan uji hipotesis yang menjawab pernyataan: Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kecemasan orang tua. Pada tabel 4.8, diketahui nilai p untuk tingkat pendidikan = 0,520. Karena p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa aspek tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
4.4.
Proporsi Varian Pada
subbab
sebelumnya
diketahui
bahwa
agreeableness,
concientiousness, neouroticism, dan openness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua, namun pada intensitas, extraversion, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan orang tua. Namun demikian, peneliti ingin melihat proporsi varian dari kecemasan orang tua yang secara keseluruhan diterapkan pada ke-8 IV. Peneliti melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS 16.00, hasilnya sebagai berikut;
71
Tabel 4.9 Model Summary Model
R
R Square
1
.637
a
Adjusted R Square
.406
Std. Error of the Estimate
.312
9.58022
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra
Tabel 4.10 ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Mean Df
Square
Regression
3194.119
8
399.265
Residual
4680.815
51
91.781
Total
7874.933
59
F 4.350
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra b. Dependent Variable: kecemasan
Dari tabel 4.9 dan 4.10, dapat diketahui bahwa nilai R = 0,637, nilai R2 = 0,406 (40,6%) dan nilai signifikan = 0,000. Ini berarti bahwa proporsi varian dari ke-8 IV (pendidikan, agreeableness, neouroticsm, intensitas, jenis kelamin, concientiousness, openness, extraversion) secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap kecemasan orang tua sebesar 40,6 %. Sedangkan sisanya sebesar 59,4 % disebabkan oleh aspek-aspek lain di luar variabel penelitian ini. Setelah mengetahui proporsi varian dari ke-8 variabel secara bersamasama, dianalisis pula IV yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap kecemasan orang tua dengan cara melihat hasil perhitungan determinasi R2 (R Square) masing-masing variabel.
72
Yang pertama, dihitung hasil keseluruhan nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Kemudian dihitung nilai determinasi R2 (R Square) satu IV. Setelah diperoleh hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari satu IV secara bersama-sama dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV. Langkah berikutnya, menambahkan satu IV lagi dan secara bersama-sama pula dikurang hasil nilai determinasi R2 (Square) dari ke-8 IV, begitu dan seterusnya hingga keseluruhan IV dimasukkan yang kemudian dikurangi hasil nilai determinasi R2 (R Square) dari ke-8 IV sehingga diperoleh nilai R2 change / kontribusi varian dari masingmasing IV. Berikut ini ialah hasil proporsi varian kecemasan orang tua yang terkait dengan IV. Tabel 4.11 Proporsi Varian IV terhadap DV
IV X1 Intensitas X1,2 Extra X 1,2,3 Agree X1,2,3,4, Consc X1,2,3,4,5 Neuro X1,2,3,4,5,6 Openees X 1,2,3,4,5,6,7 Jenis Kelamin X 1,2,3,4,5,6,7,8 Tingkat Pendidikan Total
R2 0,023 0,054 0,054 0,217 0,261 0,390 0,401 0,406
R2 Change 2,3 % 3,1 % 0% 16,3 % 4,4 % 12,9 % 1,1 % 0,5 % 40,6 %
Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap pengambilan keputusan memberi uang pada gepeng. Berikut ini dijelaskan deskripsi dari masing-masing IV sebagai berikut : 1. Variabel intensitas memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 2,3 %.
73
2. Variabel extraversion memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 3,1 %. 3. Variabel agreeableness memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 0 %. 4. Variabel concientiousness memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 16,3 %. 5. Variabel neouroticism memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 4,4 %. 6. Variabel openness
memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua
akan keselamatan remaja sebesar 12,9 %. 7. Variabel jenis kelamin memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 1,1 %. 8. Variabel tingkat pendidikan memiliki kontribusi terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja sebesar 0,5 %.
Dengan demikian, variabel penelitian yang memiliki kontribusi terbesar terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja adalah tipe kepribadian concientiousness yakni sebesar 16,3 %.
74
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi dan saran.
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian agreeableness terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 2. Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian conscientiousness terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 3. Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian neuroticism terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 4. Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian openness terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 5. Tidak ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian extraversion terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 6. Tidak ada pengaruh yang signifikan intensitas menonton liputan kriminalitas terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 7. Tidak ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 8. Tidak ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
75
9. Tipe kepribadian conscientiousness memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja (R2 sebesar 16,3 % dengan signifikansi 0.000).
5.2.
Diskusi Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat empat tipe kepribadian yang
berpengaruh signifikan dengan kecemasan orang tua akan keselamatan remajanya. Dari empat faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan adalah agreeableness sebesar 0.040, conscientiousness sebesar 0.000, neuroticism sebesar 0.001, dan openness sebesar 0.002. Hal ini sesuai dengan pendapat Pervin dan John (1997), kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana seseorang itu bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari nya. Trait kepribadian adalah disposisi dalam seseorang yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dalam situasi yang berbeda. Dapat dijelaskan bahwa tipe kepribadian big five agreeableness berpengaruh secara positif terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Hal ini berarti, semakin tinggi skor agreeableness, maka semakin tinggi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Kemudian tipe kepribadian big five conscientiousness berpengaruh secara positif terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja dan memiliki sumbangsih terbesar yaitu (16,3 %). Hal ini berarti, semakin tinggi skor conscientiousness, maka semakin tinggi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja.
76
Sama halnya dengan tipe kepribadian big five neuroticism berpengaruh secara positif terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Hal ini berarti, semakin tinggi skor neuroticism, maka semakin tinggi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Tipe kepribadian big five openness berpengaruh secara negatif terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Hal ini berarti, semakin tinggi skor openness, maka semakin rendah kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Sedangkan tipe kepribadian big five ekstraversion tidak berpengaruh secara negatif terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Hal ini berarti, semakin rendah skor ekstraversion, maka semakin rendah kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Hal ini sejalan dengan Frank Furedi, (2010) menjelaskan dari hasil riset yang telah dilakukanyan bahwa orang tua kini memiliki banyak kecemasan dalam membesarkan anak mereka, bahkan secara ekstrim bersikap paranoid, akibat berbagai ancaman terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Sehingga anak-anak dibesarkan dalam suasana penuh kecemasan dan di protect sedemikian rupa. Oleh karenanya anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah dan sedikit berbaur dan beraktifitas dengan teman-teman sebaya mereka, karena orang tua lebih senang dan merasa tenang jika anak-anak mereka berada didalam rumah atau berada didekat mereka. Orang tua dengan tingkat kecemasan yang tinggi, cenderung membatasi aktifitas anak, karena orang
77
tua merasa cemas akan adanya situasi yang mengancam yang terkait dengan diri anaknya. Sehingga orang tua akan memiliki rasa curiga yang berlebihan. Selanjutnya variabel intensitas menonton liputan kriminalitas memiliki kontribusi sebesar 2,3 % dengan taraf signifikansi 0,990. Intensitas secara positif tidak mempengaruhi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Artinya semakin jarang menonton liputan kriminalitas, maka makin rendah kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Selain variabe inti, peneliti juga mengukur faktor demografi dari responden, yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Jenis kelamin memiliki kontribusi sebesar 1,1 % dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Pada penelitian ini sampel didominasi oleh perempuan. didapatkan hasil bahwa sampel perempuan memiliki skor kecemasan orang tua akan keselamatan remaja lebih tinggi dari pada laki-laki. Sedangkan Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Pada penelitian ini sampel ratarata berada pada tingkat pendidikan SMU. Responden yang berada pada tingkat pendidikan lebih tinggi belum tentu memiliki kecemasan akan keselamatan remaja. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat seperti dapat mengantisipasi apa yang akan dilakukan supaya hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang tidak terjadi. Tetapi kecemasan itu juga dapat mengganggu fungsi kita sehari-hari.
78
Kecemasan digambarkan sebagai state anxiety atau trait anxiety (Cattell & Scheier, 1961; Spielberger,1972 dalam Clerq, 1994). State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan “anxiety proneness” (kecendrungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai bentuk kecemasan kronis. Berdasarkan hasil penghitungan proporsi varian antara IV (intensitas, kepribadian big five, jenis kelamin dan tingkat pendidikan) terhadap DV (kecemasan orang tua akan keselamatan remaja) memiliki kontribusi sebesar 40,6%. Variabel yang memiliki kontribusi terbesar dalam penelitian ini adalah concientiousness (16,3%). Kecemasan orang tua akan keselamatan anak mereka bukan hanya timbul dengan sendirinya, melainkan juga dipicu oleh beberapa faktor yang ada pada orang tua itu sendiri maupun lingkungan masyarakat. Misalnya pengalaman orang tua, usia, tingkat ekonomi dan mind maping. Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan, penelitian ini juga terdapat kekurangan dikarenakan data yang berkaitan belum ada yang meneliti sebelumnya sehingga terdapat kesulitan dalam pencarian data-data. Kemudian populasi dalam penelitian ini terlalu sempit sehingga tidak mendapatkan hasil
79
yang variatif. Dari kekurangan yang dikemukakan agar peneliti berikutnya dapat memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian secara keseluruhan.
5.3.
Saran Dalam hasil penelitian ini, Peneliti menyadari bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, Peneliti mengembangkan beberapa saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa, yaitu :
5.3.1 Saran Teoritis Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari ke-8 IV terdapat empat IV yang berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 1.
Bagi Peneliti berikutnya, agar menguji faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Seperti, usia, pekerjaan dan sosial ekonomi.
2.
Untuk penelitian selanjutnya dianjurkan untuk menambah responden baik dari segi jumlah maupun variasi latar belakang informasi yang lebih luas berkaitan dengan masalah yang diteliti.
80
5.3.2 Saran Praktis Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran praktis yang dapat dilakukan dalam penelitian selanjutnya, diantaranya : 1.
Bagi orang tua: Hasail penelitian ini hiharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua yang memiliki anak remaja akan keselamatannya.
2.
Bagi manajemen televisi: agar mempertimbangkan dalam memilih program tayangan.
3.
bagi remaja: agar menghindari dari tempat-tempat yang sekiranya tidak akan menimbulkan kriminalitas.
4.
Penulis menyarankan kepada orang tua agar pada saat menonton liputan kriminalitas jangan langsung terkontaminasi pada saat menonton
tayangan
kriminalias
di
Televisi,
sehingga
bisa
meminimalisir rasa cemas pada saat putera-puteri mereka di luar rumah.
81
DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendriati DR. (2006). Psikolog perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: PT. Refika Aditama. Ali Mohammad, Mohammad Asrori.(2009). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Atkinson, Rita. L. (1996). Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga. Azwar, Saefuddin. (2006). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Clerq, Linda De. (1994). Tingkah laku abnormal. Jakarta: Grasindo. Costa Jr, Paul T & Thomas A Widiger. (2002). Personality disorders and the five factor model of personality (2nd ed.). Washington: APA. Davidoff, Linda. L. (1981). Psikologi suatu pengantar. (Edisi.2). Jakarta: Erlangga. PT.Midas Surya Grafindo. Daradjat, Zakiah. (1990). Kesehatan mental. Jakarta : CV. Haji Mas Agung. Desmita. (2005) Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hall dan Lindzey. (1995). Psikologi kepribadian 1, Teori-teori psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. (2003). Patologi sosial 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. _____________ (2002). Patologi sosial 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kartono, Kartini dan Gulo Dali. (2003). Kamus psikologi. Bandung : Pionir jaya.
Kenyon, F.E. Feeling healty. ( 1985). Psikologi populer: berfikir sehat, mengatasi kekhawatiran akan kesehatan. Irwanto ( trj ). Jakarta: Arcan. Larsen, Randy J. & Buss, David M. (2005). Personality psychology domains of knowledge about human nature (2nd ed.).New York: McGraw Hill. Lindzey, G & Calvin S. H. (1993). Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta: Kanisius. Mastuti, Endah. (2005). Analisis faktor alat ukur kepribadian big five (adaptasi dari IPIP pada mahasiswa suku jawa. INSAN, Vol. 7, Issue 3. Nevid, Jeffrey S dkk. (2003). Psikologi abnormal. Edisi: 4. Jakarta: Erlangga. Pervin, Lawrance A. Daniel Cervone & Oliver P. John. (2005). Personality: theory and research. USA: John Wiley & Sons, Inc. Poerwadarminta. (1985). Kamus umum indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Primusanto, T. A. Tyas. (2000). Hubungan tipe kepribadian mahasiswa dengan tingkat kecemasannya dalam pembuatan skripsi. Fakultas Psikologi UI. Depok. Santrock, John W. (2002). Life span development perkembangan masa hidup. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Sutadi. (1994). Terapi kognitif untuk depresi dan kecemasan. IKIP Semarang press. Sudarsono, SH. (1993). Kamus filsafat dan psikologi. Jakarta: PT. Rieke cipta. Sue,David.(1986). Understanding abnormal behavior. Boston:Houghton muffin company Sujanto, A. dkk. ( 1991 ). Psikologi kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. Sevilla dan Counsuelo. (1993). Pengantar metodologi penelitian, alih bahasa Alimuddin Tuwu. Jakarta: UI Perss. Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Spielberger, (1983). State-trait anxiety inventory manual Wahid, Abdul,Dkk. (2004). Kejahatan terorisme (perspektif agama hak asasi manusia & hukum). Edisi : 1. Bandung: PT. Refika Aditama.
I.
Hasil Uji Validitas Variabel
1. Kecemasan
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .914
N of Items .909
50
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
141.6500
133.515
.615
.
.910
VAR00002
142.5750
129.892
.816
.
.908
VAR00003
141.5250
133.999
.492
.
.911
VAR00004
141.5250
133.999
.492
.
.911
VAR00005
141.4250
132.917
.682
.
.910
VAR00006
142.5750
129.892
.816
.
.908
VAR00007
141.9250
135.353
.568
.
.911
VAR00008
141.9500
143.946
-.253-
.
.918
VAR00009
141.2750
140.204
.062
.
.915
VAR00010
142.2000
132.882
.540
.
.911
VAR00011
141.8250
139.635
.174
.
.914
VAR00012
142.5500
131.433
.641
.
.909
VAR00013
142.3250
130.994
.597
.
.910
VAR00014
141.6500
135.105
.538
.
.911
VAR00015
142.4750
132.410
.607
.
.910
VAR00016
142.2000
141.395
-.044-
.
.916
VAR00017
142.3750
130.651
.649
.
.909
VAR00018
141.8250
133.635
.679
.
.910
VAR00019
142.9750
140.333
.110
.
.914
VAR00020
142.3250
130.994
.597
.
.910
VAR00021
141.7500
138.295
.280
.
.913
VAR00022
141.7500
138.295
.280
.
.913
VAR00023
141.9750
134.589
.508
.
.911
VAR00024
142.8750
145.138
-.315-
.
.919
VAR00025
141.7000
133.497
.584
.
.910
VAR00026
142.4000
139.631
.072
.
.916
VAR00027
141.7250
131.384
.659
.
.909
VAR00028
141.9000
129.118
.544
.
.911
VAR00029
141.6750
135.507
.514
.
.911
VAR00030
142.6500
133.464
.694
.
.910
VAR00031
141.8250
138.456
.225
.
.914
VAR00032
141.9250
135.353
.568
.
.911
VAR00033
142.6000
130.092
.750
.
.908
VAR00034
141.6750
135.507
.514
.
.911
VAR00035
142.5500
131.433
.641
.
.909
VAR00036
141.8250
133.635
.679
.
.910
VAR00037
142.6500
133.464
.694
.
.910
VAR00038
141.8750
142.010
-.150-
.
.915
VAR00039
142.1250
138.369
.288
.
.913
VAR00040
141.8250
141.738
-.091-
.
.915
VAR00041
142.1000
141.785
-.092-
.
.916
VAR00042
142.3750
130.651
.649
.
.909
VAR00043
141.7750
140.846
-.013-
.
.918
VAR00044
141.9000
134.503
.615
.
.910
VAR00045
142.2250
134.897
.391
.
.912
VAR00046
141.7250
131.384
.659
.
.909
VAR00047
141.6500
133.515
.615
.
.910
VAR00048
141.8500
140.387
.034
.
.916
VAR00049
142.2500
146.603
-.376-
.
.921
VAR00050
142.2750
142.051
-.096-
.
.917
No
Skala Kecemasan Orang Tua Akan Keselamatan Remaja (Try Out) Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel
1
Kognitif
Khawatir/ panic Sulit berkonsentrasi Sulit mengambil keputusan
2
Afektif
3 4
Jumlah
20, 21, 34, 37, 40 13, 29, 36, 41 3, 17, 18, 49
5, 8, 15 2, 35 6,12,19
21
Gelisah Tegang
33, 45 27, 31, 44
24 1, 11, 47
9
Somatik
Jantung berdebar-debar Gangguan pencernaan
4, 42, 46 10, 16
25, 38, 14 7, 50
10
Motorik
Gemetar Gugup dalam berbicara Sulit tidur
22, 48 28, 30, 39 23
32, 43 26 9
10
29
21
50
Total item
2. Big V
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .891
N of Items .895
50
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
133.4250
107.379
.571
.
.886
VAR00002
133.8750
107.497
.402
.
.888
VAR00003
133.7000
112.831
.054
.
.892
VAR00004
133.9750
113.204
-.012-
.
.893
VAR00005
134.1000
109.579
.231
.
.891
VAR00006
133.8750
107.497
.402
.
.888
VAR00007
133.4250
107.379
.571
.
.886
VAR00008
133.3250
116.789
-.385-
.
.897
VAR00009
133.4750
111.538
.265
.
.890
VAR00010
134.3250
111.199
.144
.
.892
VAR00011
133.7750
111.051
.247
.
.890
VAR00012
134.0750
101.199
.806
.
.881
VAR00013
133.4750
108.102
.645
.
.886
VAR00014
134.4500
113.228
-.002-
.
.892
VAR00015
133.9750
110.487
.249
.
.890
VAR00016
133.7000
115.241
-.214-
.
.895
VAR00017
133.7250
106.410
.671
.
.885
VAR00018
133.3500
106.438
.673
.
.885
VAR00019
134.3000
109.856
.345
.
.889
VAR00020
134.2500
105.526
.777
.
.884
VAR00021
133.7250
106.410
.671
.
.885
VAR00022
134.0750
101.199
.806
.
.881
VAR00023
133.4000
109.682
.368
.
.889
VAR00024
133.9250
108.533
.369
.
.889
VAR00025
133.5750
111.994
.267
.
.890
VAR00026
134.0750
101.199
.806
.
.881
VAR00027
133.7500
106.654
.621
.
.886
VAR00028
133.4000
112.195
.054
.
.894
VAR00029
134.0750
111.558
.076
.
.894
VAR00030
133.6000
110.964
.297
.
.890
VAR00031
133.7500
106.654
.621
.
.886
VAR00032
133.9250
108.533
.369
.
.889
VAR00033
133.7250
111.999
.107
.
.892
VAR00034
134.2250
108.230
.395
.
.888
VAR00035
133.5000
109.795
.465
.
.888
VAR00036
133.5750
111.635
.155
.
.891
VAR00037
133.5750
108.353
.370
.
.889
VAR00038
133.7000
113.703
-.058-
.
.896
VAR00039
134.3000
110.215
.306
.
.889
VAR00040
134.4500
111.895
.186
.
.891
VAR00041
134.3000
109.856
.345
.
.889
VAR00042
133.5750
108.353
.370
.
.889
VAR00043
134.0750
108.174
.332
.
.889
VAR00044
134.0750
109.661
.197
.
.892
VAR00045
134.3500
108.233
.436
.
.888
VAR00046
134.0750
101.199
.806
.
.881
VAR00047
133.7500
106.654
.621
.
.886
VAR00048
133.5500
109.946
.571
.
.888
VAR00049
134.0500
108.049
.272
.
.891
VAR00050
133.4750
110.153
.483
.
.888
No
Aspek
Skala Big V (Try Out) Item Favorable
Unfavorable
Jumlah Item
1.
Extraversion
1,11, 21, 31, 41,
6, 16, 26,36, 46,
10
2.
Agreeableness
7, 17, 27, 37, 42,47,
2,12, 22,32,
10
3.
Conscientiousness
3,13, 23,33,43, 48
8,18, 28, 38,
10
4.
Neuroticism
9, 19,
4, 14, 24, 29, 34, 39, 44, 49,
10
5.
Openees
5, 15, 25, 35, 40, 45,50
10, 20, 30,
Jumlah
26
24
10 50
II.
Skala Field Tes
Blue Prin Skala Kecemasan Orang Tua (Field Tes) No
Aspek
Indikator
Favorabel
Unfavorabel
Jumlah
8, 20, 21 13, 24, 29 3, 17, 18
5, 15 2, 19 6,12
5 5 5
11, 31 9, 27
1, 16
2 4
4, 22, 26 10
14, 25 7
5 2
32
1 2 1
12
32
1
Kognitif
Khawatir/ panik Sulit berkonsentrasi Sulit mengambil keputusan
2
Afektif
Gelisah Tegang
3
Somatik
Jantung berdebar-debar Gangguan pencernaan
4
Motorik
Gemetar Gugup dalam berbicara Sulit tidur Total item
28, 30 23 20
No
Pernyataan
1.
Saya tenang saja meskipun anak saya belum pulang sampai malam.
2.
Saya tetap dapat berkonsentrasi kerja meski memikirkan anak saya.
3.
Sulit bagi saya mengambil keputusan dalam ketidak pastian
4
Jantung saya berdebar-debar ketika membayangkan anak saya dipukuli temannya
5
Saya tidak telalu mengkhawatirkan keselamatan anak saya
6
Bagi saya tidak sulit mengambil keputusan dalam keadaan tidak menentu
7.
Saya merasa susah buang air besar ketika saya menghawatirkan keselamatan anak saya pada saat dia diluar rumah
8.
Saya sangat khawatir akan keselamatan anak saya
9.
Saya tegang jika anak saya berkelahi dengan temannya
10
Saya sering merasa mual ketika mengingat anak saya yang terlambat pulang
11
Sebagai orang tua, saya selalu merasa tidak tenang apalagi berkaitan dengan keselamatan anak saya.
12
Saya selalu berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak
13.
Saya sulit berkonsentrasi apabila anak saya mengalami masalah
SS
S
TS
STS
14.
Jantung saya tidak berdebar-debar meskipun anak saya terlambat pulang ke rumah
15.
Saya tidak khawatir dengan maraknya tawuran yang terjadi pada anak remaja
16
Saya tidak tegang sekalipun anak saya berurusan dengan polisi
17
Saya meninggalkan pekerjaan apabila anak saya dalam bahaya.
18
Saya sulit memutuskan melanjutkan pekerjaan atau mencari tahu keberadaan anak saya.
19.
Saya tidak terganggu bekerja dengan memikirkan tentang keselamatan anak saya
20.
Saya tidak yakin anak saya dapat menjaga dirinya sendiri.
21.
Saya khawatir terhadap anak saya jika tidak pulang seperti biasanya.
22
Nafas saya terasa sesak ketika anak saya terlambat pulang kerumah.
23
Saya susah tidur ketika sedang memikirkan perkembangan remaja di zaman sekarang
24
Saya tidak bisa membaca dengan baik ketika memikirkan keselamatan anak saya
25.
Saya tidak merasa sesak nafas ketika anak saya sangat terlambat pulang.
26.
Detak jantung saya begitu cepat pada saat membayangkan anak saya menjadi korban pelecehan seksual
27
Saya tidak tenang apabila anak saya berangkat sekolah sendiri
28
Bicara saya terbata-bata pada saat anak saya mengalami korban kekerasan.
29
Saya bisa fokus bekerja tanpa terganggu memikirkan perkembangan anak saya
30
Saya tidak bisa bicara pada saat tahu anak saya melakukakan kesalahan di sekolah
31.
Sebagai orang tua saya akan terus menyalahkan diri saya, bila anak-anak saya menjadi korban tindak kejahatan.
32.
Tubuh saya merasa biasa saja, ketika mendengar kabar yang tidak baik walaupun itu berkenaan dengan anak saya.
Blue Print Skala Kepribadian (Big V) (Field Study) Item Aspek Favorable Unfavorable
No 1.
Extraversion
2.
Agreeableness
3.
Conscientiousness
4.
Neuroticism
5.
Openees
1, 9, 11, 21
6, 16, 26
7
7, 8, 17, 27, 28, 30
2, 12, 22, 29,
10
3, 10, 13, 23
18
5
19
4, 14, 24
4
5, 15, 25
20
4
18
12
30
Jumlah
No
Jumlah Item
Pernyataan
1.
Saya mampu menghidupkan suasana acara
2.
Saya tidak terlalu peduli pada orang lain
3.
Saya mengikuti suatu jadwal
4.
suasana hati saya mudah berubah
5.
Saya cepat memahami sesuatu hal
6.
Saya tidak banyak bicara
7.
Saya mudah tertarik pada orang
8.
Saya menyediakan waktu untuk orang lain
9.
Saya senang berbicara pada berbagai orang di acara-acara
10.
Saya cermat dalam pekerjaan
11.
Saya tidak berkeberatan menjadi pusat perhatian
12.
Saya suka menghina orang
13.
Saya memperhatikan hal-hal yang kecil
14.
Suasana hati sering berubah
15.
Saya menghabiskan waktu untuk merenung
16.
Saya diam jika berada di antara orang-orang tak dikenal
17.
Saya bersimpati dengan perasaan orang lain
18.
Saya membuat sesuatu hal menjadi kacau
19.
Saya jarang merasa sedih
20.
Saya tidak tertarik pada gagasan yang abstrak
21.
Saya mudah memulai percakapan
22.
Saya tidak tertarik pada masalah-masalah orang lain
23.
Saya segera menyelesaikan tugas-tugas harian
24.
Saya mudah merasa terganggu
SS
S
TS
STS
25.
Saya memiliki banyak gagasan
26.
Saya sedikit bicara
27.
Saya memiliki hati yang lembut
28.
Saya mampu merasakan perasaan orang lain
29.
Saya tidak sepenuhnya menaruh perhatian pada orang lain
30.
Saya membuat orang merasa tenteram
III.
Hasil Regresi Seluruh IV Model Summary
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.637a
.406
Std. Error of the Estimate
.312
9.58022
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3194.119
8
399.265
Residual
4680.815
51
91.781
Total
7874.933
59
F
Sig.
4.350
a
.000
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra b. Dependent Variable: kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 50.242
20.269
.038
2.860
Extra
-2.706-
agree
Coefficients Beta
T
Sig.
2.479
.017
.002
.013
.990
1.919
-.666-
-1.410-
.165
3.408
1.616
1.214
2.110
.040
consc
6.089
1.579
.721
3.856
.000
neuro
6.170
1.679
.817
3.674
.001
opens
-14.028-
4.314
-1.200-
-3.252-
.002
-2.516-
2.829
-.106-
-.889-
.378
-.737-
1.139
-.073-
-.648-
.520
intensitas
jeniskelamin pendidikan
a. Dependent Variable: kecemasan
1. Intensitas Menonton Liputan Kriminalitas
Model Summary Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.151a
.023
Std. Error of the Estimate
.006
11.51932
a. Predictors: (Constant), intensitas
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
178.640
1
178.640
Residual
7696.294
58
132.695
Total
7874.933
59
F
Sig.
1.346
.251a
a. Predictors: (Constant), intensitas b. Dependent Variable: kecemasan
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
73.789
16.510
intensitas
3.716
3.203
Coefficients Beta
T
.151
4.469
.000
1.160
.251
a. Dependent Variable: kecemasan
2. Extraversion
Model Summary Model 1
R
R Square a
.232
Adjusted R Square
.054
a. Predictors: (Constant), extra, intensitas
.020
Sig.
Std. Error of the Estimate 11.43439
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
422.456
2
211.228
Residual
7452.477
57
130.745
Total
7874.933
59
F
Sig.
1.616
.208a
a. Predictors: (Constant), extra, intensitas b. Dependent Variable: kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
65.201
17.553
intensitas
2.658
3.273
.736
.539
Extra
T
Sig.
3.715
.000
.108
.812
.420
.181
1.366
.177
a. Dependent Variable: kecemasan
3. Agreeableness
Model Summary Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.232a
.054
Std. Error of the Estimate
.003
11.53547
a. Predictors: (Constant), agree, intensitas, extra
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
423.173
3
141.058
Residual
7451.760
56
133.067
Total
7874.933
59
a. Predictors: (Constant), agree, intensitas, extra b. Dependent Variable: kecemasan
F 1.060
Sig. .373a
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
65.513
18.208
intensitas
2.630
3.323
Extra
.858
agree
-.088-
T
Sig.
3.598
.001
.107
.792
.432
1.753
.211
.490
.626
1.199
-.031-
-.073-
.942
a. Dependent Variable: kecemasan
4. Conscientiousness Model Summary Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.466a
.217
Std. Error of the Estimate
.160
10.58929
a. Predictors: (Constant), consc, intensitas, extra, agree
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1707.618
4
426.904
Residual
6167.316
55
112.133
Total
7874.933
59
F
Sig.
3.807
.008a
a. Predictors: (Constant), consc, intensitas, extra, agree b. Dependent Variable: kecemasan Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 33.571
19.195
intensitas
.483
3.116
Extra
.724
agree consc
Coefficients Beta
T
Sig.
1.749
.086
.020
.155
.877
1.609
.178
.450
.655
-1.041-
1.136
-.371-
-.916-
.364
4.786
1.414
.567
3.384
.001
a. Dependent Variable: kecemasan
5. Neuroticsm
Model Summary Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
.517a
.267
Std. Error of the Estimate
.199
10.33827
a. Predictors: (Constant), neuro, agree, intensitas, consc, extra
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2103.425
5
420.685
Residual
5771.508
54
106.880
Total
7874.933
59
F
Sig.
3.936
.004a
a. Predictors: (Constant), neuro, agree, intensitas, consc, extra b. Dependent Variable: kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 26.523
19.095
.291
3.043
Extra
-1.503-
agree
Coefficients Beta
T
Sig.
1.389
.171
.012
.095
.924
1.952
-.370-
-.770-
.444
.511
1.372
.182
.373
.711
consc
3.736
1.485
.442
2.516
.015
neuro
2.296
1.193
.304
1.924
.060
intensitas
a. Dependent Variable: kecemasan
6. Opennees Model Summary Model 1
R .625a
R Square .390
Adjusted R Square .321
Std. Error of the Estimate 9.51669
a. Predictors: (Constant), opens, intensitas, neuro, consc, extra, agree
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3074.860
6
512.477
Residual
4800.074
53
90.567
Total
7874.933
59
F
Sig.
5.659
a
.000
a. Predictors: (Constant), opens, intensitas, neuro, consc, extra, agree b. Dependent Variable: kecemasan
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 49.092
18.880
.568
2.803
Extra
-3.094-
agree
Coefficients Beta
T
Sig.
2.600
.012
.023
.203
.840
1.861
-.761-
-1.663-
.102
3.638
1.583
1.295
2.298
.026
consc
5.735
1.497
.679
3.831
.000
neuro
6.331
1.650
.839
3.836
.000
opens
-14.011-
4.278
-1.199-
-3.275-
.002
intensitas
a. Dependent Variable: kecemasan
7. Jenis Kelamin
Model Summary Model 1
R .633a
R Square .401
Adjusted R Square .320
Std. Error of the Estimate 9.52660
a. Predictors: (Constant), jeniskelamin, intensitas, neuro, agree, consc, opens, extra
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3155.615
7
450.802
Residual
4719.318
52
90.756
Total
7874.933
59
F
Sig.
4.967
.000a
a. Predictors: (Constant), jeniskelamin, intensitas, neuro, agree, consc, opens, extra b. Dependent Variable: kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error 46.155
19.154
.224
2.829
-2.961-
Agree
Beta
T
Sig.
2.410
.020
.009
.079
.937
1.868
-.729-
-1.585-
.119
3.575
1.586
1.273
2.254
.028
Consc
6.165
1.566
.730
3.936
.000
Neuro
6.329
1.652
.838
3.831
.000
Opens
-14.156-
4.285
-1.211-
-3.303-
.002
-2.647-
2.806
-.111-
-.943-
.350
intensitas Extra
jeniskelamin
a. Dependent Variable: kecemasan
8. Tingkat Pendidikan
Model Summary Model 1
R .637a
R Square .406
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.312
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra
9.58022
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3194.119
8
399.265
Residual
4680.815
51
91.781
Total
7874.933
59
F
Sig. .000a
4.350
a. Predictors: (Constant), pendidikan, agree, neuro, intensitas, jeniskelamin, consc, opens, extra b. Dependent Variable: kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error
Beta
50.242
20.269
.038
2.860
Extra
-2.706-
agree
T
Sig.
2.479
.017
.002
.013
.990
1.919
-.666-
-1.410-
.165
3.408
1.616
1.214
2.110
.040
consc
6.089
1.579
.721
3.856
.000
neuro
6.170
1.679
.817
3.674
.001
opens
-14.028-
4.314
-1.200-
-3.252-
.002
-2.516-
2.829
-.106-
-.889-
.378
-.737-
1.139
-.073-
-.648-
.520
intensitas
jeniskelamin pendidikan
a. Dependent Variable: kecemasan
Hasil Intensitas Menonton Liputan Kriminalitas
Skala Intensitas Menonton Liputan Kriminalitas Subjek Frekuensi
Durasi
Jumlah
Mean
Std. Dev
Kategori
1
3
2
5
Sering
2
3
2
5
Sering
3
3
2
5
Sering
4
3
2
5
Sering
5
3
2
5
Sering
Selalu
6
3
3
6
7
3
2
5
Sering
8
3
2
5
Sering
9
3
2
5
Sering
10
3
2
5
Sering
11
3
2
5
Sering
12
3
2
5
Sering
13
3
2
5
Sering
14
3
3
6
15
3
2
5
Sering
16
3
2
5
Sering
17
3
2
5
Sering
18
3
2
5
Sering
19
3
2
5
Sering
20
3
2
5
Sering
21
3
2
5
Sering
22
3
2
5
Sering
23
3
2
5
Sering
24
3
2
5
Sering
25
3
2
5
Sering
26
3
3
6
Selalu
27
3
3
6
Selalu
28
3
2
5
29
3
3
6
30
3
2
5
Sering
31
3
2
5
Sering
32
3
2
5
Sering
33
3
2
5
Sering
34
3
2
5
Sering
35
3
3
6
36
3
2
5
Sering
37
3
2
5
Sering
38
3
2
5
Sering
39
3
2
5
Sering
Selalu
Sering 5.14
0.469
Selalu
Selalu
Selalu
40
3
3
6
41
1
3
4
42
3
3
6
43
2
2
4
44
3
2
5
Sering
45
3
2
5
Sering
46
3
3
6
47
3
2
5
Sering
48
2
3
5
Sering
49
3
2
5
Sering
50
3
2
5
Sering
51
3
2
5
Sering
52
3
2
5
Sering
53
3
3
6
54
1
3
4
55
3
2
5
Sering
56
3
2
5
Sering
57
3
3
6
58
2
3
5
Sering
59
3
2
5
Sering
60
3
2
5
Sering
Jarang Selalu Jarang
Selalu
Selalu Jarang
Selalu
Descriptive Statistics N
Minimum
VAR00001
60
Valid N (listwise)
60
4.00
Maximum 6.00
Mean 5.1333
Std. Deviation .46820
Variance .219
Blue print skala Intensitas Menonton liputan Kriminalitas No 1
2
Aspek Frekuensi menonton liputan kriminalitas
Kualifikasi a.Selalu b.Sering c.Jarang
Indikator Setiap hari Dalam seminggu 3-4 kali Dalam seminggu 1-2 kali
Durasi setiap hari menonton liputan kriminalitas
a.Sangat lama b.Cukup lama c.Tidak lama
>30 menit 15-30 menit < 15 menit
Item Skala Intensitas menonton liputan kriminalitas. No 1
2
Kualifikasi Pernyataan Ya Frekuensi menonton a.Setiap hari selama semingggu liptan kriminalitas b.3-4 hari dalam seminggu c. 1-2 hari dalam sminggu Durasi menonton a. >30 menit liputan kriminalitas b. 15-30 menit c. < 15 menit
Judul Berita Kriminal
Stasiun Televisi
Jam Tayang (durasi per menit)
Sidik Pagi
TPI
06.00 (30’)
Sidik
TPI
11.30 (60’)
Tangkap 2
ANTV
16.30(30’)
Tangkap
ANTV
02.30(30’)
Patroli
Indosiar
11.30(30’)
TRANS 7
10.00(30’)
TKP
Frekuensi (berapa kali/minggu)
Durasi menonton (menit) < 15-30 >30 15menit menit/ menit/ /tayangan tayangan tayangan
Sergap
RCTI
12.30(30’)
Buser
SCTV
01.00(30’)
TRANS 7
23.00(30’)
Mengejar Buronan
ANTV
22.30(30’)
FAKTA
TPI
23.30(30’)
Metro Realitas
METRO TV
23.05(30’)
Membeli Menipu
TV ONE
08.30(30’)
Buser Menit
SCTV
01.00(30’)
Sidik Kasus
TPI
11.30(30’)
TV ONE
03.00 (60’)
RCTI
00.30(30’)
Black News
in
Di Balik Tragedi Delik Reality
INDOSIAR 15.00(30’)