FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU MENYUSUI PERTAMA KALI PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA TAHUN 2009
OLEH : FAUZIAH 105104003454
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU MENYUSUI PERTAMA KALI PADA BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA TAHUN 2009
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH : FAUZIAH 105104003454
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Desember 2009
Fauziah
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Desember 2009
Fauziah, NIM : 105104003454
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009 xvi + 123 halaman + 24 tabel + 4 gambar + 5 lampiran ABSTRAK Inisiasi menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yang merupakan salah satu intervensi yang dapat mengurangi angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD koja Jakarta tahun 2009 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, berat bayi saat lahir, jenis persalinan, konseling saat kehamilan dan persalinan dan dukungan petugas kesehatan. Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional. Sampel 77 orang dengan teknik systematic sample. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara selama bulan Agustus-September 2009. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat berupa uji t-test, uji anova serta uji korelasi dan regresi linier. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel yang diteliti ada 4 variabel yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yaitu pendidikan ibu (P value=0,031), konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum (P value=0,05), jenis persalinan (P value=0,026) dan dukungan petugas kesehatan (P value=0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu umur ibu (P value=0,263), paritas ibu (P value=0,460), pengetahuan ibu (P value=0,783), sikap ibu (P value=0,692), berat badan bayi saat lahir (P value=0,457). Pada penelitian ini rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 8,428 jam dengan median 95 menit. Maka penulis menyarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan perannya dalam memfasilitasi dan memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya segera setelah lahir.
Daftar bacaan : 47 (1986 – 2009)
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, December 2009
Fauziah, NIM : 105104003454
Factors Associated with First Feeding in Newborns at a Public Hospital District Koja Jakarta In 2009 xvi + 123 pages + 24 tables + 4 figures + 5 image attachments
ABSTRACT
Early initiation of breastfeeding were breastfeeding immediately soon after the baby is born which is one intervention that can reduce infant mortality. This study aims to determine the factors associated with first feeding in newborns at a public hospital district Koja Jakarta in 2009 that maternal age, maternal education, maternal parity, maternal knowledge, attitude of the mother, infant weight at birth, type of delivery, counseling during pregnancy and labor and support health workers. Descriptive research design was cross sectional. 77 samples of people with systematic sample technique. The collection of data by observation and interviews during the months of August-September 2009. Analysis of the data used are univariate and bivariate analysis of t-test, anova test and correlation and linear regression test. Bivariate analysis showed that the variables study 9 there are 4 state variables have a significant relationship of maternal education (P value=0,031), counseling during pregnancy and labor on breast milk and colostrums (P value=0,05), type of delivery (P value=0,026) and support health workers (P value=0,05). While unrelated variables are maternal age (P value=0,263), maternal parity (P value=0,460), knowledge of mothers (P value=0,783), attitude of the mother (P value=0,692) and infant weight at birth (P value=0,457). In this study, the average first time feeding in newborn was 8,428 hours and the median 95 minutes. So the author suggest to health workers to increase their role in facilitating and motivating mothers to breastfeed their babies immediately after birth soon.
References : 47 (1986 – 2009)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Desember 2009
Fauziah, NIM : 105104003454
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009 xvi + 123 halaman + 24 tabel + 4 gambar + 5 lampiran ABSTRAK Inisiasi menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yang merupakan salah satu intervensi yang dapat mengurangi angka kematian bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD koja Jakarta tahun 2009 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas, pengetahuan ibu, sikap ibu, berat bayi saat lahir, jenis persalinan, konseling saat kehamilan dan persalinan dan dukungan petugas kesehatan. Desain penelitian adalah deskriptif cross sectional. Sampel 77 orang dengan teknik systematic sample. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara selama bulan Agustus-September 2009. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat berupa uji t-test, uji anova serta uji korelasi dan regresi linier. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel yang diteliti ada 4 variabel yang menyatakan ada hubungan yang signifikan yaitu pendidikan ibu (P value=0,031), konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum (P value=0,05), jenis persalinan (P value=0,026) dan dukungan petugas kesehatan (P value=0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan yaitu umur ibu (P value=0,263), paritas ibu (P value=0,460), pengetahuan ibu (P value=0,783), sikap ibu (P value=0,692), berat badan bayi saat lahir (P value=0,457). Pada penelitian ini rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 8,428 jam dengan median 95 menit. Maka penulis menyarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan perannya dalam memfasilitasi dan memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya segera setelah lahir.
Daftar bacaan : 47 (1986 – 2009)
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES Undergraduated Thesis, December 2009
Fauziah, NIM : 105104003454
Factors Associated with First Feeding in Newborns at a Public Hospital District Koja Jakarta In 2009 xvi + 123 pages + 24 tables + 4 figures + 5 image attachments
ABSTRACT
Early initiation of breastfeeding were breastfeeding immediately soon after the baby is born which is one intervention that can reduce infant mortality. This study aims to determine the factors associated with first feeding in newborns at a public hospital district Koja Jakarta in 2009 that maternal age, maternal education, maternal parity, maternal knowledge, attitude of the mother, infant weight at birth, type of delivery, counseling during pregnancy and labor and support health workers. Descriptive research design was cross sectional. 77 samples of people with systematic sample technique. The collection of data by observation and interviews during the months of August-September 2009. Analysis of the data used are univariate and bivariate analysis of t-test, anova test and correlation and linear regression test. Bivariate analysis showed that the variables study 9 there are 4 state variables have a significant relationship of maternal education (P value=0,031), counseling during pregnancy and labor on breast milk and colostrums (P value=0,05), type of delivery (P value=0,026) and support health workers (P value=0,05). While unrelated variables are maternal age (P value=0,263), maternal parity (P value=0,460), knowledge of mothers (P value=0,783), attitude of the mother (P value=0,692) and infant weight at birth (P value=0,457). In this study, the average first time feeding in newborn was 8,428 hours and the median 95 minutes. So the author suggest to health workers to increase their role in facilitating and motivating mothers to breastfeed their babies immediately after birth soon.
References : 47 (1986 – 2009)
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 3 Desember 2009 Penguji I
Dyah Juliastuti,S.Kp,MSc,M.Kep,Sp.Mat NIP : 132288176
Penguji II
Desmawati,S.Kp,MARS NIP : 157121219780902001 Penguji III Ns.Waras Budi Utomo,S.kep,MKM NIP : 197905202009011012 Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tien Gartinah, MN
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fauziah
Tempat, Tgl lahir
: Jakarta, 16 Desember 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Kali Baru Barat No.5 Rt 011/06 Kel. Kali Baru, Kec. Cilincing Jakarta Utara 14110
Tlp/ Hp
: (021) 4402285/ 085692601876
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. MI. Mitahul Hikmah Jakarta
(1993-1999)
2. MTs Negeri 05 Jakarta
(1999-2002)
3. SMA Negeri 52 Jakarta
(2002-2005)
4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2005-2009)
Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Pramuka MTs Negeri 5 Jakarta tahun 2000-2001 2. Anggota ROHIS SMU Negeri 52 Jakarta tahun 2002-2005 3. Anggota KIR SMU Negeri 52 Jakarta tahun 2003-2004 4. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Departemen Kemahasiswaan tahun 20062007 5. Sekertaris DPM FKIK tahun 2007-2008 6. Anggota KOMDA FKIK tahun 2005-2009 Prestasi dan Pengalaman Seminar : 1. IP tertinggi jurusan Keperawatan 2007 dalam FKIK AWARD 2007 2. IP terbaik jurusan Keperawatan 2008 dalam FKIK AWARD 2008 3. Teman Terajin angkatan 2005/2006 dalam PSIK AWARD 2008 4. Teman Terajin angkatan 2005/2006 dalam PSIK AWARD 2009 5. Juara 2 lomba karya ilmiah FKIK AWARD 2008 dengan judul ”Gelatin Babi dalam Perspektif Islam” 6. Seminar Jantung Sehat tahun 2008 7. Seminar Kanker Kulit tahun 2008 8. Seminar Transcultural Nursing in Globalitation Era tahun 2009
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah” “Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama” “Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya” “Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikandikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian” “Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya” “Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah” “Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya” “Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis” “Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya” “Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya” “Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri” “Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??. Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??” “Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satupun yang dapat anda berikan??” ”Merekalah sahabat-sahabat anda” Aku bangga mnjadi salah satu sahabatmu...! Detik-detik manis pertemuan Saat-saat indah perkenalan Suka n’ duka masa persahabatan sungguh tak akan hilang dari ingatan Terima kasih seluruh sahabat perjuanganku yang selalu menemaniku Persahabatan ini akan ku jaga selamanya.................... (Terima kasih kepada sahabat yang telah memberikan kata-kata indahnya)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikamat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Tahun 2009. Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Tien Gartinah, MN dan Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep Sp.Mat dan Yuli Amran, S.KM, MKM, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti. 4. Ibu Dyah Juliastuti, S.Kp, MSc, M.Kep, Sp.Mat, Ibu Desmawati S.Kp, MARS, Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku dosen penguji sidang skripsi. Terima kasih atas kesediaannya menjadi penguji, dan terima kasih pula atas masukan dan saran yang telah diberikan. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah. 6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. 7. Bapak Dr. Hasannudin AH. MARS., selaku direktur RSUD Koja Jakarta serta seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus sebagai bahan rujukan skripsi. 8. Ibu bidan Indrawita dan bidan Sri Mulyanti, selaku Kepala Ruangan RPKK dan VK dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam mencari data-data sekaligus wawancara sebagai bahan rujukan skripsi. 9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus kepada Ayahanda H. Safrudin dan Ibunda Hj. Rojanah yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. 10. Kakakku Amrullah, SHI dan adik-adikku Soleha, Muhammad Irfan dan Maulana Hafidz yang dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dan kepenatan dalam mengerjakan skripsi dapat terobati.
11. Sahabat baikku kosan Redline (Neneng, Tika, Herna, Lita, Intan) terimakasih atas semangat, motivasi dan segala nasehat serta tempat curhat atas semua masalah yang peneliti hadapi. 12. Teman-teman baikku (Fina, Tuti, Siti, Herna, Lita, Fajriyah, Neneng, Hilya, Nae) terimakasih atas motivasi dan bantuan serta jalinan persahabatan yang indah tak terlupakan. 13. Terimakasih kepada Syihab yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi dan semangat selama ini kepada peneliti selama menyusun skripsi ini. 14. Terimakasih banyak untuk za’a yang telah meminjamkan monitornya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 15. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05 yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap semangat ya temanteman........
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, 3 Desember 2009
Fauziah
DAFTAR ISI halaman LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................ ii ABSTRACT .........................................................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................
xi
KATA PENGANTAR .........................................................................................
x
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xxi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xxiii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A Latar Belakang ........................................................................
1
B Rumusan Masalah ...................................................................
8
C Pertanyaan Penelitian ..............................................................
9
D Tujuan Penelitian ....................................................................
10
1. Tujuan Umum ...................................................................
10
2. Tujuan Khusus ..................................................................
10
BAB II
E Manfaat Penelitian ..................................................................
11
1. Bagi RSUD Koja Jakarta ..................................................
11
2. Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................
11
3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan.............................
11
F Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
12
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
13
A Inisiasi Menyusu Dini ............................................................
13
1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ...................................
13
2. Manfaat Menyusu Dini dan Kontak Kulit .......................
15
3. Intervensi yang Dapat Mengganggu Kemampuan ..........
18
Alami Bayi untuk Menemukan Sendiri Payudara 4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini .................................
19
5. Lima Tahap Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) ………..
21
6. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini …………………….
23
7. Inisiasi Menyusui Dini dan Rawat Gabung ……………..
25
8. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs ...................................
26
B Manajemen Laktasi ...............................................................
27
1. Anatomi Payudara ...........................................................
27
2. Refleks Menyusui pada Ibu .............................................
28
3. Refleks Menyusui pada Bayi ...........................................
30
4. ASI ..................................................................................
30
a. Pengertian ASI ..........................................................
30
b. Stadium ASI ..............................................................
31
c. Kandungan ASI .........................................................
33
d. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui ..................
33
C Teori Perilaku Kesehatan .......................................................
38
D Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu ................ 39 Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir
BAB III
BAB IV
E Family Centered Maternity Care ............................................
48
1. Pengertian Family Centered Maternity Care ...................
48
2. Prinsip Family Centered Maternity Care .........................
50
F Kerangka Teori ......................................................................
57
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...
58
A Kerangka Konsep ..................................................................
58
B Definisi Operasional ..............................................................
61
C Hipotesa ................................................................................
66
METODOLOGI PENELITIAN .............................................
67
A Desain Penelitian ...................................................................
67
B Identifikasi Variabel ..............................................................
67
C Populasi dan Sampel .............................................................
68
D Teknik Pengumpulan Data ....................................................
70
1. Proses Pengumpulan Data ...............................................
71
2. Instrumen .........................................................................
72
3. Lokasi dan Waktu ............................................................
75
4. Teknik Uji Instrumen ......................................................
75
E Etika Penelitian ......................................................................
75
BAB V
F Pengolahan Data ....................................................................
76
G Analisa Data ..........................................................................
77
1. Analisa Univariat ............................................................
77
2. Analisa Bivariat ..............................................................
78
HASIL PENELITIAN ..............................................................
80
A Gambaran RSUD Koja Jakarta ............................................
80
B Analisa Univariat .................................................................
82
1. Gambaran waktu menyusui pertama kali ......................
82
pada bayi baru lahir 2. Gambaran umur ibu ........................................................
83
3. Gambaran pendidikan ibu ...............................................
83
4. Gambaran paritas ibu ......................................................
84
5. Gambaran pengetahuan ibu .............................................
84
6. Gambaran sikap ibu .........................................................
85
7. Gambaran berat badan bayi saat lahir .............................
86
8. Gambaran jenis persalinan ..............................................
86
9. Gambaran konseling saat kehamilan ...............................
87
dan persalinan 10. Gambaran dukungan petugas kesehatan .........................
88
C Analisa Bivariat ....................................................................
89
1. Hubungan antara umur ibu dengan .................................
89
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
2. Hubungan antara pendidikan ibu dengan ........................
89
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 3. Hubungan antara paritas ibu dengan ..............................
91
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 4. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan ....................
92
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 5. Hubungan antara sikap ibu dengan ...............................
93
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 6. Hubungan antara berat badan bayi saat lahir ................
94
dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 7. Hubungan antara jenis persalinan dengan ....................
95
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 8. Hubungan antara konseling saat kehamilan .................
96
dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 9. Hubungan antara dukungan petugas kesehatan ...........
97
dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir BAB VI
PEMBAHASAN ........................................................................
99
A Keterbatasan penelitian .........................................................
99
B
Waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir ............ 100
C Hubungan antara umur ibu dengan ........................................ 102
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
D Hubungan antara pendidikan ibu dengan ........................ ....... 103 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir E Hubungan antara paritas ibu dengan ......................................
105
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir F Hubungan antara pengetahuan ibu dengan ............................ 106 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir G Hubungan antara sikap ibu dengan ......................................... 108 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir H Hubungan antara berat badan bayi saat lahir ......................... 110 dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir I
Hubungan antara jenis persalinan dengan ............................. 111 waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
J
Hubungan antara konseling saat kehamilan .......................... 113 dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
K Hubungan antara dukungan petugas kesehatan ..................... 115 dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir BAB VII
KESIMPULAN
DAN
SARAN
.................................................
117 A Kesimpulan
...........................................................................
117 B Saran
.....................................................................................
119 DAFTAR
PUSTAKA
.......................................................................................
121 LAMPIRAN 126
......................................................................................................
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi ASI Peralihan .................................................................
32
Tabel 2.2 Kandungan ASI ................................................................................
33
Tabel 2.3 Perbedaan Traditional Care dengan Family ....................................
51
Centered Maternity Care Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................
61
Tabel 5.1 Distribusi waktu menyusui pertama kali ………..............................
83
pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta Tahun 2009 Tabel 5.2 Distribusi ibu berdasarkan umur .....................................................
83
Tabel 5.3 Distribusi ibu berdasarkan pendidikan ............................................
84
Tabel 5.4 Distribusi ibu berdasarkan paritas ...................................................
84
Tabel 5.5 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan ..........................................
85
Tabel 5.6 Distribusi ibu berdasarkan sikap .....................................................
86
Tabel 5.7 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir ....................
86
Tabel 5.8 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan .....................................
87
Tabel 5.9 Distribusi ibu berdasarkan konseling saat kehamilan .....................
87
dan persalinan Tabel 5.10 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan ...............
88
Tabel 5.11 Distribusi ibu berdasarkan umur dan ..............................................
89
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
Tabel 5.12.1Distribusi ibu berdasarkan pendidikan dan ............................... .....
90
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.12.2Uji Bonferroni tingkat pendidikan ibu ............................................
91
Tabel 5.13 Distribusi ibu berdasarkan paritas dan ..............................................
92
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.14 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan dan ....................................
93
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.15 Distribusi ibu berdasarkan sikap dan ................................................
94
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.16 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir ....................
95
dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.17 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan dan ...............................
96
waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.18 Distribusi ibu berdasarkan konseling saat kehamilan .....................
97
dan persalinan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Tabel 5.19 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan ............... dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
98
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini Bayi ............................................
23
Gambar 2.2 Refleks Prolaktin dan Oksitosin (let down refleks) ......................
29
Gambar 2.3 Roda Perawatan Bayi Baru Lahir dan Perawatan .........................
56
Pasca Partum yang Berpusat pada Keluarga Gambar 2.4 Kerangka Teori .............................................................................
57
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..........................................................................
60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
Lampiran 2
Kuesioner
Lampiran 3
Output Uji Normalitas
Lampiran 4
Output Analisa Univariat
Lampiran 5
Output Analisa Bivariat
DAFTAR SINGKATAN IMD
: Inisiasi Menyusu Dini
AKI
: Angka Kematian Ibu
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKN
: Angka Kematian Neonatal
MDGs
: Millenium Development Goals
MPS
: Making Pregnancy Safer
WHO
: World Health organization
FCMC
: Family Centered Maternity Care
LDRP
: Labor, Delivery, Recovery, Post partum
BBLR
: Berat Bayi Lahir Rendah
BBLSR
: Berat Bayi Lahir Sangat rendah
ASI
: Air Susu Ibu
PASI
: Pendamping Air Susu Ibu
APGAR
: Activity, Pulse, Grimace, Appearance, Respiration
SC
: Sectio Caesaria
DHA
: Decosahexanoid Acid
AA
: Arachidonic Acid
IgA
: Immunoglobulin
BALT
: Brochus Asosiated Lympocite Tissue
GALT
: Gut Asosiated Lympocite Tissue
MALT
: Mammary Asosiated Lympocite Tissue
MAL
: Metode Amenore Laktasi
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Menurut laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007). Di seluruh dunia, setiap tahunnya sekitar 4 juta dari 136 juta bayi dibawah usia 28 hari meninggal. Sedangkan di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak 100.454 meninggal sebelum berusia sebulan. Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini saja. Angka kematian bayi berumur kurang dari setahun pun masih tinggi (Komalasari, 2007). Di Indonesia pada tahun 2002/2003 menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tercatat Angka Kematian Bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun dan Angka Kematian Neonatal (AKN) kisaran 20 /1.000 kelahiran hidup. Target MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu strategi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tahun 2010 menurunkan AKN menjadi 16/1000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB menjadi kurang dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI). Namun berdasarkan review status MDGs (Millenium Development Goals) target MDG tahun 2015 terhadap AKB yaitu 28/1000 kelahiran hidup. Penyebab tingginya Angka Kematian Bayi berusia kurang dari setahun di Indonesia secara langsung disebabkan oleh faktor medis, yakni bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kurang dari 2.500 gram, asfiksia (kesulitan bernapas) yang antara lain disebabkan lilitan tali pusat, infeksi, dan hipotermi (suhu tubuh menurun). Faktor ibu juga dapat menjadi penyebab langsung kematian bayi misalnya umur ibu (terlalu tua dan terlalu muda), jumlah anak, jarak kelahiran anak, salah persepsi tentang kolostrum (ASI yang keluar pada hari pertama sampai ketiga setelah ibu melahirkan) dan pemberian ASI yang tidak tepat (Komalasari, 2007). Sedangkan faktor-faktor yang secara tidak langsung menyebabkan kematian bayi berupa kurangnya kesadaran masyarakat bahwa melahirkan berisiko terhadap ibu dan bayi. Selain itu, kurangnya perhatian keluarga (ibu, suami dan nenek) terhadap keselamatan dan kesehatan bayi, kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama kehamilan, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang disebabkan jarak yang jauh, tidak punya biaya. Termasuk salah kaprah di
masyarakat bahwa ASI kolostrum tidak diberikan dengan segera kepada bayi, pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan, seperti pisang, air tajin, dan bubur tepung (Komalasari, 2007). Menurut penelitian Jones (2003) dan Edmond (2006) dalam Roesli (2008) persentase kematian bayi dapat dicegah dengan intervensi yaitu 13% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI, 8,8% dengan inisiasi menyusu dini, 7,5% dengan insectixide-treated materials, 6% dengan pemberian makanan pendamping ASI (complementary feeding), dan 5% dengan pemberian Zinc. Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat dikatakan salah satu cara yang dapat mengurangi Angka Kematian Bayi adalah dengan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi (Depkes, 2001). Sedangkan menurut Depkes (2009) inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Namun berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 hanya ada 4 % bayi yang mendapat ASI dalam satu jam pertama kelahirannya, 27 % mulai disusui dalam 1 jam pertama kehidupan dan 55 % memperoleh ASI eksklusif. Sedangkan tahun 2007 menunjukkan 95% bayi pernah diberi ASI, 44% bayi diberi ASI dalam jam pertama setelah lahir, 62% bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran dan 32% bayi mendapat ASI Eksklusif bahkan sering kali kolostrum dibuang dan sebagian besar bayi baru lahir diberi makanan pre-lacteal (KESRA, 2007).
Menurut Edmond dkk (2006) di dalam penelitiannya tentang “Menunda Permulaan/ Inisiasi Menyusui Meningkatkan Kematian Bayi” dalam Roesli (2008) menunjukkan inisiasi menyusui dalam jam pertama pasca lahir menurunkan 22% risiko kematian bayi-bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatan risiko kematian. Bahkan inisiasi menyusu yang terlambat (setelah hari pertama) meningkatkan risiko kematian 2,4 kali. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka diperkirakan program ”inisiasi menyusu dini” dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Oleh karena itu saat ini pun pemerintah sedang gencar mempromosikan inisiasi menyusu dini kepada masyarakat karena inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian 3 dari 8 tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu bertujuan mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan angka kematian anak balita (Roesli, 2008). RSUD Koja Jakarta adalah rumah sakit umum pemerintah yang merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Jakarta Utara. Direktur RSUD Koja telah mengeluarkan instruksi No.43 A tahun 2007 mengenai pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. Namun berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK bahwa pada bulan Mei tahun 2009 dari 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria, yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30% persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Selain itu banyak manfaat yang didapatkan dari perilaku pemberian ASI secara dini. Menurut Thompson (1995) pemberian ASI secara dini diperlukan
untuk kelangsungan proses laktasi karena refleks menghisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. Selain itu pemberian ASI secara dini dapat merangsang kontraksi uterus ibu sehingga dapat meminimalkan terjadinya perdarahan post partum dan bayi dapat memperoleh kekebalan secara dini melalui kolostrum. Kolostrum ini kaya akan zat gizi dan antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum akan muncul lagi 30 jam kemudian, itu artinya kalau bayi tidak segera disusui pada 30 menit pertama setelah kelahiran maka bayi akan kehilangan zat bergizi tinggi dari ibunya (Roesli, 2003). Pada proses menyusu dini juga terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Dengan terjadinya kontak kulit dengan kulit maka banyak manfaat pula yang didapatkan dari proses tersebut yaitu antara lain mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi serta jika telah terjadi perilaku menyusu optimum bisa diperkirakan akan menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki pola tidur lebih baik, meningkatkan kenaikan berat badan bayi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya serta untuk ibu akan merangsang produksi oksitosin dan prolaktin (Depkes RI, 2007). Pelaksanaan kontak dini orang tua dan bayi merupakan salah satu ciri dari Family Centered Maternity Care (FCMC). Dengan perawatan berpusat pada keluarga, suami, kakek, nenek, saudara kandung dan teman-teman boleh hadir saat ibu bersalin dan melahirkan. Ayah boleh mengikuti proses kelahiran sesaria.
Neonatus tinggal bersama ibunya dan boleh segera disusui setelah lahir. Kelaskelas penyuluhan pra kelahiran adalah hal yang umum dan mendorong partisipasi individu pendukung, mengajarkan teknik relaksasi dan bernapas dan memberi informasi umum tentang kelahiran (Bobak, 2005). FCMC sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan tanggung jawab perawat, perawat tidak hanya memberikan perawatan fisik dan membantu dokter tetapi perawat juga berperan dalam memberikan pendidikan, konseling dan dukungan pada keluarga dalam membuat keputusan (Murray & Mc Kinney, 2006 dalam Bobak, 2005). Masih rendahnya perilaku menyusui dini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, kepercayaan). Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan (fasilitas/sarana kesehatan, peraturan kesehatan). Dan faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku (perilaku dan sikap petugas kesehatan, informasi kesehatan baik dari teman, kader kesehatan, media masa). Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi gaya hidup dan tingkah laku seseorang dalam meningkatkan kesehatan. Menurut Soetjiningsih (1997) persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus selalu ada pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu
dipengaruhi oleh faktor antara lain adat/kebiasaan atau kepercayaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau keluarga/kerabat, pengetahuan tentang ASI, kehamilan yang diinginkan/tidak, dukungan dari dokter/ petugas kesehatan, teman/ kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Sedangkan menurut Hector dkk (2005) faktorfaktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI antara lain faktor bayi, ibu, relasi ibu-bayi, lingkungan (rumah sakit, rumah dan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat) serta lingkungan kebijakan/aturan di masyarakat (sosial-ekonomi, budaya, pengasuhan anak, peranan perempuan dan laki-laki di masyarakat). Menurut teori Ebrahim (1978) dalam Moehyi (2008) bahwa terdapat beberapa faktor emosional dan sosial yang mempengaruhi sukses menyusui. Salah satu faktor diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan dan persalinan. Karenanya penting sekali bagi para ibu mengunjungi klinik laktasi terdekat untuk mendapatkan ”support” pemberian ASI. Selain itu laktasi yang berhasil pada kehamilan terdahulu juga merupakan faktor keberhasilan menyusui karena akan berhubungan dengan kepercayaan diri sang ibu bahwa ia akan mampu memberikan ASI nya seperti pengalaman pertamanya. Berdasarkan penelitian bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku menyusui dini meliputi pendidikan ibu (Nelvi, 2004), pengetahuan ibu tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanannya (Fikawati dan Syafiq, 2003), sikap bidan (Rusnita, 2008) serta paritas, pemberian nasehat ASI selama pemeriksaan kehamilan dan berat bayi saat lahir (Ratri, 2000).
Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka peneliti menggunakan faktor predisposisi yang meliputi karakteristik responden atau faktor dari ibu (usia, pendidikan, paritas ibu), pengetahuan dan sikap ibu. Faktor pemungkin yang meliputi berat bayi saat lahir dan jenis persalinan serta faktor penguat yang meliputi konseling selama kehamilan dan persalinan serta dukungan petugas kesehatan sebagai faktor yang mungkin mempengaruhi persepsi ibu hamil dan mendorong ibu untuk menyusui dini. Mengingat penting dan banyaknya manfaat dari pemberian menyusui dini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009”.
B Rumusan Masalah Berdasarkan data catatan yang didapat dari ruang VK RSUD Koja Jakarta bahwa pada bulan Mei tahun 2009 terdapat 188 persalinan yang terdiri dari 88 partus, 7 ekstraksi vakum dan 93 sectio caesaria namun yang melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 130 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30% persalinan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan uraian data di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui ” Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009?”
C Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 4. Bagaimana gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 5. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 6. Bagaimana hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ? 7. Bagaimana hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 ?
D Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 2. Mengetahui gambaran faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang menyusui dini di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 3. Mengetahui gambaran faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 4. Mengetahui gambaran faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 5. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan dan paritas ibu serta pengetahuan dan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 6. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin yaitu berat bayi saat lahir dan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009
7. Mengetahui hubungan antara faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan tentang ASI dan kolostrum dan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009
E Manfaat Penelitian 1. Bagi RSUD Koja Jakarta Dapat memberikan informasi secara objektif kepada RSUD Koja Jakarta tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dan faktor-faktornya untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan Menambah literatur tentang inisiasi menyusu dini dan memberikan informasi khususnya
kepada
perawat
maternitas
mengenai
faktor-faktor
berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir.
yang
F Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir ini dilakukan pada ibu-ibu post partum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data primer dan sekunder berupa observasi, kuesioner dan rekam medis. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih ada ibu-ibu post partum yang belum melakukan inisiasi menyusu dini, padahal sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian inisiasi menyusu dini mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu antara lain mengurangi angka kematian bayi dan meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi (Depkes, 2001). Menyusui dini juga dikatakan sebagai suatu perilaku mempercepat proses menyusui pada bayi baru lahir (Bobak, 2005). Sedangkan inisiasi menyusu dini menurut Roesli (2008) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Menurut Depkes (2009) inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting kemudian menyusu sampai puas. Protokol evidence-based yang telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa : a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti
memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata dan lainlain. Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Bayi
hendaknya disusui
sedini
mungkin,
bahkan ada
yang
menganjurkan waktu masih di kamar bersalin. Pada umumnya sebelum 5-6 jam setelah dilahirkan bayi harus dicoba untuk disusui walaupun ibu belum mengeluarkan ASI (Pudjiadi, 2005). Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ke-3 atau lebih. Hal ini akan memaksa petugas kesehatan memberi makanan PASI karena bayi yang tidak mendapat cukup ASI akan rewel (Purwanti, 2004). Welford (2001) dalam Biasa dkk (2005) juga mengatakan bahwa ketika bayi pertama kali menghampiri payudara, bayi akan disambut oleh kolostrum yang telah ada sejak ibu melahirkan, hisapan bayi akan merangsang payudara untuk memproduksi ASI. Hal ini senada diungkapkan oleh Pudjiadi (2005) bahwa pada hari-hari pertama setelah melahirkan biasanya ASI belum keluar banyak, akan tetapi menyusui bayi merupakan stimulasi bagi kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Menyusui dini dapat mengkondisikan kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu, sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar. Tidak adanya rangsangan pada puting susu berarti membiarkan kadar hormon prolaktin dan oksitosin turun secara
perlahan dalam peredaran darah, sehingga menyebabkan ASI yang keluar sedikit dan berhenti sebelum bayi berumur 6 bulan. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak ASI dikeluarkan (dihisap) dan hal ini akan membuat semakin banyak ASI yang diproduksi (Purwanti, 2004). 2. Manfaat menyusu dini dan kontak kulit dengan kulit (Depkes, 2007) a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan akan dapat menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya. b. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Oksitosin berfungsi membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak
merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya. Prolaktin berfungsi meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai menyusu, menunda ovulasi. c. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk bayi 1). Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi 2). Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi 3). Meningkatkan kecerdasan 4). Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan, dan napas 5). Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi 6). Mencegah kehilangan panas 7). Merangsang kolostrum segera keluar d. Keuntungan Menyusu Dini untuk Ibu 1). Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin 2). Meningkatkan keberhasilan produksi ASI 3). Meningkatkan jalinan kasih sayang Ibu-bayi e. Memulai menyusu dini akan : 1). Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari kebawah. Menurut penelitian Edmond (2006) dalam Roesli (2008) bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka
22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Sedangkan jika menyusu pertama dimulai saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 24 jam pertama maka tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan. 2). Meningkatkan
keberhasilan
menyusui
secara
eksklusif
dan
meningkatkan lamanya bayi disusui. Menurut penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) yang dilakukan di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali berhasil ASI eksklusif. 3). Merangsang produksi susu. 4). Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat beberapa jam pertama setelah lahir. Menurut Purwanti (2004) dalam Biasa dkk (2005) dengan memberikan ASI kepada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan berarti sudah memberikan 5 keuntungan yaitu a. Bayi mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena kepala bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam, dasar panggul dan panggul luar yang membuat bayi sangat stress. Dengan menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis bayi karena ia mendapat modal pertama pembentukan kepercayaan diri terhadap lingkungan.
b. Dengan tertanamnya kepercayaan pada lingkungan berarti ibu sudah membangun dasar kepercayaan dan ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan. c. Kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar. d. Dengan hisapan bayi yang benar, oksitosin akan keluar lebih banyak. Hal ini sangat menguntungkan karena otot polos rahim akan terus berkontraksi, sehingga perdarahan pasca partum dapat dicegah yang dapat mengurangi angka anemia pada ibu pasca bersalin. e. Oleh karena kontraksi baik dari hasil kerja hormon oksitosin, proses involusio akan lebih cepat terjadi. Dengan cepatnya involusio maka luka bekas persalinan cepat menutup. 3. Intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya (Roesli, 2008) Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya, yaitu a. Pemberian obat kimiawi pada ibu saat melahirkan karena obat tersebut bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. b. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi Caesar, Vakum, Forcep. c. Perasaan sakit di daerah kulit yang dilakukan episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini.
4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini menurut (APN, 2008; UNICEF India, 2007) dalam Rusnita (2008) a. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan bayi di atas dada atau perut ibunya dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangan. Mengeringkan bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena verniks berfungsi sebagai penahan panas pada bayi. Verniks (zat lemak putih) yang melekat pada bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. b. Tali pusat dipotong dan diikat kemudian bayi ditengkurapkan di atas dada ibunya dan mata bayi sejajar dengan puting ibunya. Kontak kulit ibu dan bayi tersebut dilakukan tanpa membedong bayi. c. Walaupun ruang bersalin dingin, dapat diberikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan bayinya dan kepala bayi diberi topi. Menurut penelitian Bergman (2005) dalam Roesli (2008), kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Bayi jika kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu
derajat
untuk
mendinginkan
bayinya.
Kulit
ibu
bersifat
termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi. d. Setelah 30-40 menit bayi akan mulai bergerak menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat melihat areola
mammae yang memang warnanya lebih gelap dan menuju kesana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan stimulasi yang menyerupai massase untuk payudara ibu. e. Bayi
kemudian
mencapai
puting
dengan
mengandalkan
indera
penciumannya dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting dan mulai menyusu. f. Menyusu pertama berlangsung sekitar 15 menit dan setelah selesai 2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan untuk menghisap. Selama menyusu, bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas. Dan saat itu terkadang sudah terdapat kolostrum. g. Setelah usai inisiasi menyusu dini, baru tindakan asuhan perawatan seperti menimbang, pemeriksaan Antropometri lainnya, menyuntikkan Vitamin K1 dan mengoleskan salep pada mata. h. Ibu memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari berikutnya. i.
Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai keinginan bayi. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan serta
sarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan yang dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat, aromaterapi, gerakkan atau hypnobirthing. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan
puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama (Roesli, 2008). Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan ke ibu pada kesempatan tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008). Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan (Roesli, 2008). 5. Lima tahap perilaku (pre-feeding behaviour) bayi saat Inisiasi Menyusu Dini (Roesli, 2008) Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum bayi bayi berhasil menyusui, yaitu : a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/ diam namun dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya
terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan diri ayah pun menjadi bagian keberhasilan menyusui dan mendidik anak bersama-sama ibu. Langkah awal keluarga sakinah. b. Antara 30-40 menit, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. c. Bayi mengeluarkan air liur. Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya. d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilati kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya. e. Menemukan, menjilati, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.
Gambar 2.1 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini Bayi 6. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini Berikut ini beberapa pendapat masyarakat yang tidak benar yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008) a. Bayi Kedinginan Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5°C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. c. Tenaga Kesehatan kurang tersedia Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya untuk persalinan kala tiga. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. e. Ibu harus dijahit Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian perineum ibu. f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit Gonore (Gonorrhea) harus diberikan setelah lahir Menurut American College of Obstetric and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur Menunda memandikan bayi berarti mencegah hilangnya panas tubuh bayi. Selain itu memberi kesempatan verniks untuk meresap, melunakkan, dan melindungi bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. h. Bayi kurang siaga Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan
bantuan lebih untuk bounding. Menurut Hamilton (1995) periode reaktivitas (pada 30-60 menit setelah lahir) bayi dalam keadaan terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat dan menangis, kecepatan pernapasan sampai 82 x/ menit, denyut jantung sampai 180x/ menit, bising usus aktif. i.
Kolostrum tidak keluar atau jumlahnya tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam.
j.
Kolostrum tidak baik/ berbahaya untuk bayi Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi penyakit kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
7. Inisiasi Menyusui Dini dan Rawat Gabung Inisiasi Menyusui Dini saling terkait dengan rawat gabung. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan selama 24 jam penuh (Suradi, 2004). Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan bayi mampu untuk menyusu. Dimana kemampuan si ibu untuk menyusui, dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi si ibu untuk menyusui (Wiknjosastro, 2002).
Tidak semua bayi atau ibu dapat segera mengikuti program rawat gabung bila memenuhi kriteria sebagai berikut : (Suradi, 2004) a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong b. Cukup bulan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu dengan berat lahir lebih dari 2500 gram c. Bayi tidak mengalami asfiksia (nilai APGAR pada menit ke V lebih dari 7) d. Tidak ada gejala sesak nafas, sianosis, infeksi atau kelainan kongenital berat e. Bayi yang lahir dengan tindakan (Vakum atau Forceps), rawat gabung dapat ditunda sementara sampai bayi kelihatan baik, aktif dan sudah ada refleks menghisap f. Bayi yang lahir secara operasi sesar dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak ngantuk), misal 46 jam setelah operasi selesai. Bila pembiusan menggunakan spinal, maka bayi dapat diberikan ke ibu segera setelah operasi. 8. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs (Roesli, 2008) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu diantaranya : a. Membantu mengurangi kemiskinan Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dan lama menyusui.
b. Membantu mengurangi kelaparan Kebutuhan makanan bayi akan terpenuhi secara bermakna sampai usia dua tahun jika masih menyusu ASI pada ibunya. Dengan kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. Menurut Syafiq dan Fika, bayi yang diberi kesemapatan menyusu dini akan delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti, bayi yang diberi kesempatan Inisiasi Menyusu Dini akan lebih mungkin disusui sampai usia dua tahun bahkan lebih. c. Membantu mengurangi angka kematian anak balita Peran inisiasi menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mengurangi angka kematian balita 8,8%. Selain itu inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun sehingga dapat menurunkan kematian anak secara menyeluruh.
B. Manajemen Laktasi 1. Anatomi Payudara (Depkes, 2002) Dibedakan menurut struktur internal dan eksternal. Struktur internal payudara terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat ASI mengumpul, selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus. b. Alveolus yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobulus. Sinus, duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk diproses sintesa menjadi ASI. Straoma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah saraf dan limfa. Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar Montgomeri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak dan lentur. 2. Refleks Menyusui pada Ibu Pada proses laktasi perlu diketahui terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin/ aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi. Masing-masing refleks tersebut adalah a. Refleks prolaktin (pembentukan ASI) Rangsangan hisapan bayi melalui serabut saraf akan memacu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI.
Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofisis, maka makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar. Mekanisme ini disebut mekanisme ”supply and demand” (Depkes, 2002). b. Refleks Oksitosin (refleks pengaliran ASI atau let down reflex) Rangsangan hisapan bayi melalui serabut saraf memacu hipofisis posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktulus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveolus ke duktus menuju sinus dan puting. Dengan demikian, sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tapi justru memperlancar pengaliran ASI. Oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. ”let down reflex” dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri.
Gambar 2.2 Refleks Prolaktin dan Oksitosin (let down refleks)
3. Refleks Menyusui pada Bayi Terdapat 3 refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu meliputi refleks menangkap (rooting refleks), refleks menghisap (sucking reflex) dan refleks menelan (swallowing reflex). Hal tersebut diuraikan sebagai berikut (Depkes, 2002) a. Refleks menangkap (rooting reflex) Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola. b. Refleks menghisap (sucking reflex) Refleks terjadi karena rangsangan puting pada palatum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada dibawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI keluar/ ke mulut bayi. c. Refleks menelan (swallowing reflex) ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. 4. ASI a. Pengertian ASI ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang disamping memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya
dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehyi, 2008). b. Stadium ASI (Soetjiningsih, 1997) 1). Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveolus dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi dari hari 1-3 atau ke-4 yang komposisinya dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan Viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan susu matur dan berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium
dari
usus
bayi
baru
lahir
dan
mempersiapkan pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, protein utamanya adalah globulin (gamma globulin) dan lebih banyak mengandung antibodi dibanding susu matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibanding dengan ASI matur. Mineral utamanya adalah natrium, kalium dan klorida yang lebih tinggi dari ASI matur. Total energinya lebih rendah hanya 58 kal/100 ml kolostrum yang volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. 2). ASI masa peralihan Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur yang disekresi pada hari ke 4 sampai ke 10 dari masa laktasi, tetapi
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke 3 sampai ke 5. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meningkat serta volumenya juga makin meningkat. Tabel 2.1 Komposisi ASI Waktu
Protein
Karbohidrat
Lemak
Hari ke 5
2,00
6,42
3,2
Hari ke 9
1,73
6,73
3,7
Minggu ke 34
1,30
7,11
4,0
Dalam satuan gr/ 100 ml ASI Sumber : dr.Kleiner dan Osten J.M (Moehyi, 2008) 3). ASI matur Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relatif konstan baru mulai minggu ke 3 sampai ke 5). ASI matur ini berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari gram Ca-Casein, Riboflavin dan karoten yang terdapat di dalamnya serta di dalam ASI matur terdapat antimikrobial faktor.
c. Kandungan ASI (Moehyi, 2008) Tabel 2.2 Kandungan ASI Kadar gizi dalam tiap 100 ml susu
Macam zat gizi
Air Susu Ibu
Susu Sapi
Susu Kerbau
Proton
1,2 g
3,3 g
4,8 g
Lemak
3,8 g
3,8 g
7,8 g
laktosa
7,0 g
4,8 g
5,0 g
Kalori
75,0 kal
66,0 kal
7,0 kal
Kapur
30,0 mg
125,0 mg
180,0 mg
Besi
0,15 mg
0,10 mg
0,24 mg
Vitamin A
53,0 KI
34,0 KI
34,0 KI
Vitamin B1
0,11 mg
0,42 mg
0,50 mg
Vitamin C
4,3 mg
1,8 mg
1,0 mg
Sumber : Human Milk in the Modern World, Jellieffe, Oxford University Press, New York, 1978 (Moehyi, 2008) d. Keunggulan ASI dan manfaat menyusui (Depkes, 2002) 1). Aspek Gizi ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi,
yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/ anak.
a). Kolostrum Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin (IgA) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. b). Taurin Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Gaul, 1995) c). Decosahexanoid Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA yang terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari. 2). Aspek imunologik Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu botol. Hal
ini disebabkan karena pemberian ASI memberikan keunggulankeunggulan antara lain : a). ASI bebas kontaminasi Meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui puting susu, akan tetapi bakteri ini tidak diberi kesempatan berkembang biak karena ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi. b). Immunoglobulin Terutama immunoglobulin (IgA), kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI. Secretory IgA tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan. c). Laktoferin Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum) saluran pencernaan. d). Lysosim Enzim ini aktif mengatasi E.coli dan Salmonella. e). Sel darah putih Selama 2 minggu pertama ASI mengadung lebih dari 4000 sel darah putih per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu : Brochus Asosiated Lympocite Tissue (BALT) yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernapasan. Gut Asosiated Lympocite Tissue (GALT) yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pencernaan. Mammary Asosiated Lympocite Tissue
(MALT) yang menyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel ini memproduksi IgA, Laktoferin, Lysosim, dan Interferon. Interferon menghambat virus tertentu. 3). Aspek psikologik menyusui a). Rasa percaya diri ibu untuk menyusui Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagi keberhasilan menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. b). Hubungan/ interaksi ibu-bayi Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ikatan ibu-bayi tersebut. Hubungan interaksi antara ibu dan bayi paling mudah terjadi selama setengah jam pertama dan mulai terjalin beberapa menit sesudah bayi dilahirkan. Karena itu penting sekali bayi mulai disusui sedini mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan. c). Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan
mencium aroma yang khas antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 4). Aspek kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi. 5). Aspek neurologis Belum sempurnanya koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap payudara ketidaksempurnaan koordinasi saraf tersebut dapat lebih baik. 6). Aspek ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya pengobatan yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula.
7). Aspek penundaan kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi (MAL). MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara eksklusif dan umur bayi kurang dari 6 bulan.
C Teori Perilaku Kesehatan Menurut Green (1991) dalam Notoatmodjo (2005) kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes), sedangkan faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Predisposing factors atau faktor dari diri sendiri/ pengaruh, adalah faktorfaktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan dan variabel demografi. 2. Enabling factors atau faktor pemungkin, adalah kemampuan dari sumber daya yang penting untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, peraturan dan kemampuan sumber daya. 3. Reinforcing factors atau faktor penguat, adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan dan tidak dengan memberikan reward, insentif dan punishment
D Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir 1. Umur ibu Adalah lama waktu hidup atau ada/sejak dilahirkan (KBBI, 2001). Menurut Soelaiman (1993) dalam Ubaedah (2005) bahwa umur yang dianggap optimal mengambil keputusan adalah diatas 20 tahun karena umur dibawah 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam mengambil keputusan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclock, 1998 dalam Nursalam, 2001). Menyusui bayi memerlukan kondisi kesehatan ibu yang baik, tidak saja kondisi fisik tetapi juga kondisi psikologisnya. Menurut Nelvi (2004) periode umur yang baik untuk menyusui adalah sekitar 20-35 tahun karena bila umur kurang dari 20 tahun wanita masih dalam masa pertumbuhan walaupun dari faktor biologisnya sudah siap namun aspek psikologisnya belum matang. Begitu pula jika ibu menyusui pada umur lebih dari 35 tahun maka masalah kesehatan akan sering timbul dengan komplikasi. 2. Pendidikan ibu Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak – anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar seperti sikap atau penerimaan anjuran menyusui. Orang yang berpendidikan akan memberikan respon yang rasional dibanding mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki (Kuncoroningrat, 1997 dalam Nursalam, 2001). Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Menurut Helsing dan King (1981) dalam Amalia (2007) frekuensi menyusui lebih tinggi diantara wanita terpelajar. Ibu yang terpelajar lebih menyadari keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui. Ibu terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih baik dari posisi yang diperolehnya di tempat kerja. Sehingga lebih memungkinkan untuk memberikan ASI secara baik dan benar dari wanita kurang terpelajar. Menurut hasil penelitian Nelvi (2004) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI dini dimana responden yang berpendidikan tinggi melakukan inisiasi pemberian ASI 74,7% dibanding dari responden berpendidikan rendah.
3. Paritas ibu Adalah jumlah kehamilan yang mengahasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas sedangkan multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani dua atau lebih kehamilan dan mengahasilkan janin sampai tahap viabilitas. Viabilitas adalah kapasitas untuk hidup di luar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram (Bobak, 2005). Menurut Ebrahim (1979) pada seorang ibu yang mengalami laktasi kedua dan seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama. Laktasi kedua yang dialami ibu berarti ibu telah memiliki pengalaman dalam menyusui anaknya. Begitu pula dalam laktasi ketiga dan seterusnya. Sedangkan pada laktasi pertama ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan benar untuk menyusui bayinya. Menurut penelitian Suradi (1992) bahwa ASI lebih cepat keluar pada multipara daripada primipara, walaupun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna. Penelitian Madjid (2003) dalam Nelvi (2004) bahwa ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak (primipara) masalah-masalah menyusui sering timbul, berbeda dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya lebih baik dari pada yang pertama.
4. Pengetahuan Ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui mata dan telinga. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal (Notoatmodjo, 2003). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak selalu mengambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-semata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks (Notoatmodjo, 2003). Kegagalan dalam menyusui sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang laktasi (Perinasia, 2004). Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan. Menurut hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menunjukkan adanya perbedaan antara ibu yang mengetahui informasi tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanaannya.
5. Sikap Ibu Menurut Notoatmodjo (2000), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa sikap menentukan perilaku seseorang. Sikap yang positif diharapkan menjadi motivasi yang kuat dalam usaha Ibu untuk menyusui atau memberikan ASInya pada bayi, karena motivasi itu akan berperanan dalam proses laktasi (Perinasia, 1994). Hasil penelitian Rusnita (2008) menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai sikap positif dan negatif selisihnya sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi yang tidak nyaman/kelelahan yang dirasakan ibu. Menurut Roesli (2008) seorang ibu jarang merasa lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit saat bayi inisiasi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 6. Berat bayi saat lahir Bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur) atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah mungkin masih terlalu lemah apabila harus menghisap ASI dari ibunya. Berat badan yang kurang dari 1200 gram kemampuan untuk menyusu sangat kurang sehingga ASI harus dikeluarkan dan diberikan kepada bayi secara manual, demi mempertahankan kualitas
laktasi sampai bayi sanggup untuk menghisap sendiri secara langsung dari payudara (Moehji, 1988). Refleks tergantung pada usia gestasi yaitu refleks rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke32 (Doengoes & Moorhouse, 2001). Bayi dengan berat badan lahir rendah (prematur), seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri. Bila tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi. Maka sebagian besar bayi prematur biasanya mampu menyusui dengan segera (Supriadi, 2002 dalam Rahardjo, 2005). Menurut Brinch (1986) bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat lahir normal dapat segera diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah. Menurut penelitian Ratri (2000) bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan berat badan bayi saat lahir. Hal itu senada dengan penelitian Rahardjo (2005). 7. Jenis Persalinan Jenis persalinan terdiri dari persalinan spontan, forsep, vakum, dan kelahiran sesaria. Persalinan dengan forsep adalah proses melahirkan dengan dua buah instrumen yang digunakan untuk membantu pelahiran kepala janin. Indikasi maternal untuk kelahiran dengan forsep adalah kebutuhan untuk memperpendek kala dua pada distosia (kesulitan persalinan) atau untuk
memperbaiki upaya mendorong ibu yang kurang (misalnya, ibu letih dan telah diberi anestesia spinal atau epidural), serta untuk melawan kondisi yang berbahaya (misalnya dekompensasi jantung). Indikasi pada janin meliputi kelahiran janin yang mengalami distres, presentasi belum pasti, atau janin berhenti berotasi, dan juga pelahiran kepala pada presentasi bokong (Dennan, 1989 dalam Bobak, 2005). Ekstraksi vakum adalah metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Indikasi penggunaan ekstraksi vakum ini sama dengan forsep, tetapi terutama pada kasus janin gagal berotasi dan persalinan berhenti di kala dua (Galvan, Broekhuizen, 1987 dalam Bobak, 2005). Kelahiran sesaria adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus. Tujuan dasar pelahiran sesaria adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Dewasa ini sebagian besar kelahiran sesaria dilakukan untuk keuntungan janin. Empat kategori diagnostik yang merupakan alasan terhadap 75% sampai 90% kelahiran sesaria adalah distosia, sesaria ulang, presentasi bokong, dan gawat janin (Marieskind, 1989). Indikasi lain prosedur tersebut adalah infeksi virus herpes, prolaps tali pusat, komplikasi medis (misalnya hipertensi karena kehamilan), kelainan plasenta (misalnya plasenta previa dan solusio plasenta), malpresentasi (misalnya presentasi bahu) dan anomali janin misalnya Hidrosefalus (Bobak, 2005).
Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya yaitu antara lain kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi Caesar, Vakum, Forcep. Menurut penelitian Righrd dan Alade (1990) bahwa bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Bayi yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah (Roesli, 2008). Menurut Perinasia (1992) pada dasarnya semua ibu dengan persalinan pervaginam mampu segera menyusui dan merawat bayi. Ibu dengan persalinan perabdominan (SC) tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pembiusan. 8. Konseling selama kehamilan dan persalinan Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interprestasi-interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat (Smith,1974). Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kegagalan dalam menyusui sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan Ibu tentang laktasi (Perinasia, 2004). Petugas kesehatan pun
masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan. Menurut Soetjiningsih (1993), sebenarnya sukses atau tidaknya menyusui sudah dimulai pada waktu ibu masih hamil yaitu pada waktu pemeriksaan kehamilan, dimana petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang laktasi dan melakukan pemeriksaan payudara ibu dan menganjurkan perawatan payudara pada waktu masih hamil, termasuk menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir. Menurut penelitian Ratri (2000) bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI yang diterima saat pemeriksaan kehamilan yaitu ibu yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam setelah lahir. 9. Dukungan Petugas Kesehatan Penelitian Rahardjo (2005) mengatakan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan. Penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan dalam satu jam pertama setelah melahirkan (immediate breastfeeding) karena dalam kurun waktu tersebut peran penolong masih dominan. Kondisi tidak nyaman yang dirasakan ibu melahirkan dan ketidakpedulian petugas kesehatan yang ada di ruang bersalin dalam memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak tenteram dan tenang dalam hal ini akan menghambat proses ASI. Apabila
penolong memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan akan terjadi. Saat mulainya sekresi air susu sesudah persalinan adalah peristiwa yang jarang mengalami kegagalan, bantuan dari petugas kesehatan dalam memberikan keyakinan dan dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu kecemasan, ketakutan dan bayangan kesukaran sangat berarti untuk kesuksesan pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah kelahiran (Ebrahim, 1986). Menurut penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dibutuhkan penolong persalinan yang dapat memfasilitasi agar bayi dapat menyusui segera dalam waktu satu jam persalinan. Penelitian ini sejalan dengan Rusnita (2008) bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap bidan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan p<0,05. Dengan immediate breastfeeding ibu semakin percaya diri untuk memberikan ASI sehingga ibu merasa tidak perlu memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir menurut penelitian Fikawati dan Syafiq (2003).
E. Family Centered Maternity Care 1. Pengertian Konsep keperawatan maternitas yang mengungkapakan masalah menyusui dini adalah Family Centered Maternity Care. FCMC merupakan pemberian asuhan kepada wanita dan keluarganya pada saat kehamilan,
kelahiran, post partum dan perawatan bayi yang dimasukan ke dalam siklus kehidupan keluarga sebagai peristiwa normal dan sehat. Sebagaimana yang dikutip menurut Phillips (2003) ”Family centered maternity care is a way providing care for women and their families that integrates pregnancy, childbirth, post partum and infant care into the continuum of the family life cycle as a normal, healthy live event” Pemberian asuhan FCMC didasarkan pada kepercayaan bahwa kelahiran itu proses natural yang membutuhkan intervensi yang minimal dan selektif, sehingga menghasilkan kualitas yang sangat tinggi dengan biaya perawatan yang rendah. Sesuai dengan kutipan menurut Phillips (2003) “Providing family centered-maternity care, based on the belief that birth is a natural process requiring minimal and selective intervention, in general results in the highest quality low-cost care” (Simpson & Knox, 1999 dalam Phillips, 2003) Perawatan ibu-bayi merupakan bentuk lain perawatan yang berpusat pada keluarga. Perawatan ibu dan bayi diberikan oleh perawat yang mendukung kesatuan keluarga. Orang tua lebih memiliki rasa percaya diri dalam merawat dan ikatan maternal serta peran maternal ditingkatkan (NAACOG, 1989 dalam Bobak, 2005). Salah satu metode perawatan yang berpusat pada keluarga adalah memberi fasilitas ruangan bagi perawatan ibu dan bayi. Bayi ditransfer dari ruangan perawatan transisi (jika ada fasilitas semacam ini pada rumah sakit tersebut) setelah menunjukkan adaptasi ekstrauterin yang memuaskan. Ayah dianjurkan mengunjungi dan berpartisipasi dalam perawatan bayi. Saudara kandung dan kakek-nenek juga dianjurkan melakukan kunjungan dan mengenali bayi. Banyak rumah sakit yang menyediakan unit bersalin
keluarga, ibu ditemani ayah sewaktu melahirkan bayi dan mereka bertiga tinggal bersama sampai keluar dari rumah sakit. Petugas kesehatan, dokter dan perawat memberikan perawatan yang diperlukan (Bobak, 2005). Dengan perawatan berpusat pada keluarga, suami, kakek, nenek, saudara kandung dan teman-teman boleh hadir saat ibu bersalin dan melahirkan. Ayah boleh mengikuti proses kelahiran sesaria. Neonatus tinggal bersama ibunya dan boleh segera disusui setelah lahir. Kelas-kelas penyuluhan pra kelahiran adalah hal yang umum dan mendorong partisipasi individu pendukung, mengajarkan teknik relaksasi dan bernapas dan memberi informasi umum tentang kelahiran (Bobak, 2005). 2. Prinsip (Phillips, 2003) a. Persalinan terlihat sehat, tidak bermasalah. Asuhan diberikan untuk mempertahankan persalinan, kelahiran, post partum dan asuhan bayi baru lahir sebagai peristiwa hidup yang normal termasuk perubahan dinamis pada emosional, sosial dan fisik. b. Asuhan prenatal adalah bersifat individual sesuai dengan kondisi psikososial, pendidikan, fisik, spiritual dan kultur individu yang dibutuhkan pada setiap wanita dan keluarganya. c. Program komprehensif pendidikan perinatal yang mempersiapkan keluarga untuk aktif berpartisipasi pada seluruh proses mulai dari prakonsepsi, kehamilan, kelahiran, dan proses menjadi orang tua. d. Tim rumah sakit membantu keluarga membuat pilihan-pilihan yang sebelumnya diberikan informasi (informed choices) untuk perawatan
selama kehamilan, persalinan, kelahiran, post partum dan asuhan bayi baru lahir dan berusaha untuk memberikan mereka pengalaman yang diinginkan. Tabel 2.3 Perbedaan antara traditional care dengan family centered maternity care (Phillips, 2003) No.
Aspek
Traditional care
Family centered maternity care
Asuhan 1
Filosofi dasar
Persalinan dan kelahiran itu Persalinan dan kelahiran adalah beresiko tinggi mengalami peristiwa fisiologis yang normal masalah
medis
yang termasuk
emosi, sosial dan
biasanya
membutuhkan perubahan fisik dan stress, yang
prosedur
invasif, mana pada banyak kasus tidak
pengobatan dan pembatasan membutuhkan untuk
mencegah
bahaya tertutup dan dukungan dari
pada ibu dan /atau fetus 2
Sikap petugas
observasi
medis dan perawat
Sikap petugas didasarkan Sikap petugas didasarkan pada pada persepsi bahwa peran pemahaman mereka
hanya perasaan
melaksanakan dan peraturan RS
dan mereka
kepekaan/ terhadap
kebiasaan pentingnya periode persalinan dalam
kehidupan
ibu
dan
keluarganya 3
Kebijakan dan Kebijakan dan prosedurnya Kebijakan dan prosedur bersifat prosedur
kaku dan dirancang untuk individual
dan
kebutuhan RS dan petugas, disesuaikan
antara
tidak ada ketetapan yang pasien dibuat
untuk
dengan
harapan keputusan
memenuhi petugas kesehatan dan perawat
kebutuhan berbagai macam profesional. populasi
fleksibel,
Kebijakan
dan
prosedur yang dibuat untuk
melayani semua populasi 4
Keputusan
Petugas
membuat Petugas
berperan
membantu
pengobatan
keputusan pengobatan tanpa keluarga
dalam
membuat
berkonsultasi
atau pilihan
berkolaborasi
dengan (informed
keluarga 5
yang
diinformasikan keluarga
choices),
dan petugas berkolaborasi
Pendidikan
Tujuan utama pemberian Pendidikan persalinan berfokus
persalinan
pendidikan
persalinan pada
adalah
memerintahkan membuat
pasangan
untuk
dengan
promosi
kesehatan,
keputusan
sesuai diinformasikan
yang
(informed
kebijakan
dan consent) dan strategi diri yang
praktek program RS
tepat. Program dirancang untuk kebutuhan pendidikan semua populasi
6
Fasilitas
Persalinan,
melahirkan, Persalinan,
melahirkan,
pemulihan, postpartum dan pemulihan,
postpartum
perawatan bayi baru lahir perawatan
bayi
baru
dan lahir
terjadi pada tempat yang terjadi pada 1 tempat yaitu berbeda
ruang LDRP (Labor, Delivery, Recovery, Post partum) atau 2 tempat yaitu ruang LDRP dan ruang ibu-bayi
7
Lingkungan
Lingkungan institusi yang Lingkungannya nyaman seperti kadang-kadang
tidak rumah, damai dan tenang
nyaman dan ramai 8
Ketepatan
Keperawatan
maternitas Keperawatan
perawatan
dibagi
dan
dipusatkan dipusatkan
sesuai
tugas
pemberi asuhan
maternitas pada
yang
manajemen menjamin
asuhan yang berorientasi pembiayaan yang efektif
pada kebutuhan. Pembagian ini
dapat
memutuskan
komunikasi bahkan sering memperpanjang
waktu
hospitalisasi 9
Perawatan
Ibu
dan
bayi
dianggap Ibu dan bayi dirawat bersama
pasien
pasien yang berbeda yang oleh perawat yang sama dengan dirawat oleh perawat yang asuhan ibu-bayi atau pasangan sama
10
Kerahasian
Hospitalisasi persalinan
dan
proses Pasien
diberikan
ruangan
mengharuskan tersendiri dengan toilet dan
pelepasan kerahasiaan
fasilitas mandi tersendiri; semua petugas
menghargai
privasi
keluarga 11
Dukungan
Pendukung
persalinan Ibu yang menentukan berapa
persalinan
dibatasi hanya 1 orang, banyak dan siapa saja yang namun
tidak
untuk
tinggal
prosedur
diizinkan akan
bersamanya
selama persalinan,
seperti
saat
termasuk
anak.
induksi Untuk persalinan SC, paling
epidural atau SC
sedikit 1 orang yang hadir. Pendukung
persalinan
profesional (misal: Doulas) 12
Perawatan
Bayi
dirawat
bayi
perawatan
oleh
di
ruang Bayi terutama dirawat di ruang perawat ibu,
dengan asuhan dasar bayi
dimana
memberikan
perawat
pengajaran
dan
mencontohkan perawatan dan perilaku
bayi,
ibu
dan
keluarganya aktif belajar peran dalam perawatan bayi
13
Kunjungan
Jam
kunjungan
dibatasi Keluarga dan teman termasuk
untuk ayah dan lainnya anak, didukung untuk berada sebagai jaringan pendukung saat persalinan, dalam batasan ibu
keamanan dan kesehatan yang dibutuhkan untuk kondisi fisik ibu
14
Kesetiaan
Kepuasaan
konsumen
bukan ukuran tetap atau dilakukan secara formal dan objektif,
konsumen Evaluasi
sehingga
kemungkinan melakukan
konsumen
sering
kecil komprehensif dengan mengukur untuk timbal balik konsumen
evaluasi
dan
timbal balik 15
Perawatan
Ahli anestesi mewawancara Anestesi dilakukan berdasarkan
pasien
semua ibu setelah diizinkan. permintaan ibu Wawancara
tidak
dapat
dilepaskan Petugas bersikap dingin dan Petugas bersikap hangat dan sibuk 16
memberikan perhatian
Dukungan
Model asuhan untuk ibu Asuhan
persalinan
bersalin ditekankan pada sesuai aspek fisiologis kelahiran
bersifat
individual
kondisi resiko, penggunaan ibu dan pemulihan dilakukan teknologi tinggi atau aspek dengan teknik sentuhan tinggi, penyakit
dari
perawatan memberikan lingkungan sesuai
seperti kepercayaan untuk selera tetap
di
memberikan
tempat
tidur, infus,
melakukan persalinan pada pagi hari dan memberikan
posisi supine saat persalinan dan pemulihan Perawat lebih menyukai ibu Perawat
memperhatikan
bersalin tetap di kamar dan pergerakan tempat tidurnya Perawat
lebih
frekuensi
perubahan posisi saat persalinan suka
melahirkan
dan
ibu Perawat
membantu
wanita
dengan dengan teknik manajemen nyeri
dilakukan anestesi epidural
non farmakologi seperti mandi dan deep hydro jet tub
Penolong
persalinan Penolong persalinan profesional
profesional (Doulas) tidak (Doulas) diizinkan. Pendukung diizinkan.
Dengan persalinan dapat memberikan
dukungan lebih dari 1 orang perhatian selama persalinan maka
akan
mengecilkan
hati ibu 17
Perawatan
Prosedur
neonatal Prosedur neonatal dilakukan di
bayi
dilakukan secara rutin di sisi tempat tidur ibunya ruang perawatan bayi ketika ibu masih dalam persalinan dan pemulihan
18
Pendidikan
Petugas
post
memberikan
partum Perawat pendidikan memberikan
ibu
dan
pendidikan
perawatan ibu sedangkan perawatan ibu dan bayi petugas memberikan perawatan bayi
perawatan pendidikan
bayi
Jadi ciri-ciri Family Centered Maternity Care adalah 1. Dilaksanakannya kelas-kelas antenatal 2. Melibatkan partisipasi keluarga pada persalinan dan post partum 3. Persalinan tindakan melibatkan keluarga 4. Rumah bersalin seperti rumah 5. Pelaksanaan prosedur fleksibel 6. Kontak dini orang tua-bayi 7. Pelaksanaan rooming-in fleksibel 8. Bayi dengan komplikasi melibatkan keluaga 9. Pemulangan dini dengan folllow up
Gambar 2.3 Roda perawatan bayi baru lahir dan pascapartum yang berpusat pada keluarga Sumber : Watters NE : Combined mother-infant nursing care, JOGNN 14:480, 1985 (Bobak, 2005)
Berdasarkan tinjauan teori diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut : Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor Predisposisi 1. Karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan. paritas) 2. Pengetahuan ibu 3. Sikap ibu 4. Keyakinan dan kepercayaan 5. Persepsi ibu 6. Pengalaman menyusui 7. Rencana kehamilan 8. Status kesehatan ibu Faktor Pemungkin : 1. Fasilitas penunjang pelayanan kesehatan
Perilaku Kesehatan : Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir
2. Peraturan dan kebijakan kesehatan 3. Faktor bayi Faktor Penguat : 1. Perilaku dan sikap petugas kesehatan 2. Perilaku dan sikap keluarga 3. Perilaku dan sikap masyarakat
Sumber : Modifikasi dari teori Green (1991), Ebrahim (1986), Hector dkk (2005) dan Soetjiningsih (1997)
BAB III KERANGKA KONSEP A Kerangka Konsep Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka serta berdasarkan teori Green (1991), Ebrahim (1986), Hector dkk (2005) dan Soetjiningsih (1997) maka variabel yang ingin diteliliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah variabel terikat (dependen) yaitu waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui meliputi : 1) faktor predisposisi yaitu karakteristik ibu (umur, pendidikan, dan paritas), pengetahuan ibu dan sikap ibu, 2) faktor pemungkin yaitu faktor bayi (berat bayi saat lahir) dan jenis persalinan, 3) faktor penguat yaitu konseling selama kehamilan dan persalinan dan dukungan petugas kesehatan. Sedangkan variabel lainnya yang terdapat dalam kerangka teori tidak diikutsertakan dalam penelitian ini disebabkan karena keterbatasan penelitian dan tidak ditemukannya teori dan penelitian yang mendukung. 1. Keyakinan dan kepercayaan tidak diikutsertakan dalam penelitian karena kesulitan dalam penentuan hasil ukur dan cara ukurnya 2. Persepsi ibu dapat digambarkan dengan pengetahuan dan sikap ibu 3. Pengalaman menyusui dapat terlihat dari paritas ibu 4. Rencana kehamilan tidak diikutsertakan dalam penelitian karena peneliti mengkhawatirkan hal tersebut dapat mengganggu privasi ibu.
5. Status kesehatan ibu tidak diikutsertakan dalam penelitian karena peneliti tidak menemukan penyakit-penyakit apa saja yang benar-benar menjadi hambatan untuk menyusui sehingga sulit dalam menentukan hasil ukur dan cara ukur. 6. Fasilitas penunjang pelayanan kesehatan serta peraturan dan kebijakan kesehatan tidak diikutsertakan karena Rumah Sakit Umum Daerah Koja telah memiliki kebijakan mengenai pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif sehingga datanya homogen. 7. Dukungan keluarga dan masyarakat tidak diikutsertakan dalam penelitian karena dalam penelitian sebelumnya tidak didapatkan hubungan dengan waktu menyusui pertama kali dan kesulitan dalam penentuan hasil ukur. Sehingga adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
Variabel Independen Faktor Predisposisi
Umur ibu
Pendidikan ibu
Paritas ibu
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Faktor Pemungkin
Berat bayi saat lahir
Jenis persalinan
Waktu Menyusui Pertama Kali Pada Bayi Baru Lahir
Faktor Penguat
Konseling selama kehamilan dan persalinan
Variabel Dependen
Dukungan petugas kesehatan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional 1
Waktu
Lamanya
menyusu
waktu yang
pertama kali
dibutuhkan
pada bayi
bayi yang
baru lahir
baru lahir
Skala Ukur
Observasi
Jam
Menit
Rasio
Wawancara Kuesioner Tahun
Rasio
untuk menyusui pertama kali dihitung sejak kelahirannya dalam menit 2
Umur Ibu
Lamanya masa hidup responden secara tahun
kalender, yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan saat dilakukan penelitian dalam tahun 3
Pendidikan
Jenjang
Ibu
pendidikan
Pendidi
formal
kan
terakhir yang
dasar
berhasil
(SD-
diselesaikan
SMP)
oleh responden
Wawancara Kuesioner 0 =
1= Pendidi kan meneng ah (SMA) 2=
Ordinal
Pendidi kan tinggi (Pergur uan Tinggi) 4
Paritas Ibu
Jumlah anak
Wawancara Kuesioner 0=
yang pernah
Primipara
dilahirkan
1=
oleh
Multipara
responden
2= Grand
sampai
Multipara
Ordinal
dengan saat dilakukan penelitian 5
Pengetahuan Pengetahuan Ibu
Wawancara Kuesioner 0= Kurang
yang
(bila
dimaksud
didapat <
adalah ibu
55%)
post partum
1 = Cukup
mengetahui
(bila
tentang
didapat
Ordinal
6
inisiasi
56-75%)
menyusu dini
2 = Baik
meliputi
(bila
pengertian,
didapat
manfaat,
76-100%)
waktu dan
(Arikunto,
tatalaksana
1998)
Sikap Ibu
Tingkat
post partum
kecendrungan
terhadap
ibu post
IMD (skor
partum
< nilai
tentang
median)
inisiasi
1 = Positif
menyusu dini
terhadap
yang bersifat
IMD (skor
positif dilihat
≥ nilai
dari
median)
pernyataan setuju dan sangat setuju atau negatif dilihat dari
Wawancara Kuesioner 0= Negatif
Ordinal
pernyataan tidak setuju dan kurang setuju 7
Konseling
Pemberian
selama
informasi
kehamilan
oleh petugas
dan
kesehatan
persalinan
mengenai
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak
Ordinal
1 = Ya
ASI dan kolostrum pada saat pemeriksaan kehamilan dan persalinan 8
Berat bayi
Berat badan
saat lahir
bayi saat
Observasi
Rekam
Gram
Rasio
Lembar
0=
Nominal
observasi
Spontan
medis
dilahirkan dalam gram 9
Jenis
Cara yang
persalinan
digunakan
Observasi
untuk
1=
melahirkan
Operasi
janin sesuai
Sesaria
kondisi ibu dan janin 10
Dukungan
Tingkat
petugas
kecendrungan
Negatif
kesehatan
petugas
terhadap
kesehatan
IMD (skor
untuk
< nilai
memberikan
median)
perilaku
1= Positif
inisiasi
terhadap
menyusu dini
IMD (skor
yang dinilai/
≥ nilai
diamati oleh
median)
ibu post partum, bersifat positif dilihat dari pernyataan
Wawancara Kuesioner 0 =
Ordinal
setuju dan sangat setuju atau negatif dilihat dari pernyataan tidak setuju dan kurang setuju
C Hipotesa
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 3. Ada hubungan antara paritas ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 5. Ada hubungan antara sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 6. Ada hubungan antara berat bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 7. Ada hubungan antara jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 8. Ada hubungan antara konseling selama kehamilan dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 9. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2003).
B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya veriabel dependen (terikat). Variabel independen penelitian ini antara lain : a. Umur ibu b. Pendidikan ibu c. Paritas ibu d. Pengetahuan ibu e. Sikap ibu f. Berat bayi saat lahir g. Jenis persalinan h. Konseling selama kehamilan dan persalinan i.
Dukungan petugas kesehatan
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu post partum di RSUD Koja Jakarta pada bulan AgustusSeptember tahun 2009. 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel
penelitian ini adalah semua ibu-ibu post partum di RSUD Koja Jakarta dengan kriteria : a. Kondisi Iibu saat melahirkan dalam keadaan sadar b. Nilai APGAR bayi ≥ 7 pada menit ke 5 c. Ibu post partum yang bisa membaca, menulis, dan berbahasa Indonesia Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus uji hipotesis beda 2 mean n = 2 σ² [Z1-α/2 + Z1-β]² [µ1 – µ2]² Keterangan : n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2
= 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan α sebesar 5 %
Z1-β
= 1,28 (kekuatan uji sebesar 90%)
S²1
= 28,45 (Simpangan baku BBLR terhadap pemberian ASI pertama kali berdasarkan penelitian Cahyaning Ratri di Purwakarta, Jabar tahun 1998)
S²2
= 15,37 (Simpangan baku BBLN terhadap pemberian ASI pertama kali berdasarkan penelitian Cahyaning Ratri di Purwakarta, Jabar tahun 1998)
µ1 – µ2
= 17,7 (Perkiraan selisih nilai rerata pemberian ASI pertama kali pada populasi 1 dengan populasi 2)
σ² = S²P = [S²1 + S²2] = [28,45² + 15,37²] = 522,8197 2 2 n = 2(522,8197)[1,96+1,28] ² 17,72 2 n = 35 orang x 2 = 70 Dengan cadangan 10% dari 70 orang = 7 orang sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 70 + 7 = 77 orang 3. Teknik Sampling Teknik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik systematic sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematik yang dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang dibutuhkan, dengan rumus : K= Jumlah Populasi Jumlah sampel yang dibutuhkan Berdasarkan data catatan persalinan ruang VK RSUD Koja pada bulan Mei tahun 2009 jumlah populasi sebanyak 188, maka pengambilan sampel dilakukan dengan kelipatan K = 188/ 77 = 2,44 dibulatkan 2
D. Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).
1. Proses pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan di ruang VK dan RPKK RSUD Koja Jakarta dengan proses sebagai berikut : a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan kepada Diklat RSUD Koja Jakarta. b. Setelah mendapat persetujuan dari Diklat, peneliti menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala ruangan VK dan RPKK RSUD Koja Jakarta. c. Setelah itu peneliti meminta izin kepada kepala ruangan VK RSUD Koja untuk melihat data ibu-ibu yang akan bersalin per hari. d. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik systematic sampling. e. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian. f. Peneliti yang dibantu Enumerator dari Coass UKRIDA melakukan observasi waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir terhadap sampel yang telah ditetapkan dan setuju untuk menjadi responden. g. Peneliti melakukan wawancara saat ibu berada di RPKK. h. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang belum jelas.
i.
Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti memeriksa kembali kelengkapan data.
j.
Peneliti
mengucapkan
terima
kasih
kepada
responden
atas
partisipasinya. 2. Instrumen Instrumen untuk pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh melalui rekam medis. Waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dan jenis persalinan diperoleh dengan cara observasi. Kuesioner diberikan kepada ibu-ibu post partum saat di RPKK untuk diisi dan dilengkapi. Kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel independen yaitu umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, konseling selama kehamilan dan persalinan, dan dukungan petugas kesehatan terhadap menyusui dini. Sedangkan data sekunder didapatkan dari rekam medis untuk melihat variabel independen yaitu berat bayi saat lahir. Pada pertanyaan variabel pengetahuan ibu, sikap ibu dan dukungan petugas kesehatan, perlu dilakukan proses scoring Skoring yaitu pemberian skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan di kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu variabel. Adapun variabel-variabel yang diskoring yaitu :
a. Pengetahuan ibu Pada kuesioner yang digunakan, untuk variabel pengetahuan ibu terdiri dari 12 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 9 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Untuk pertanyaan B1, B2, B3, B4, B7, B8, B10, B11, B12 untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan diberi skor 0 untuk jawaban yang salah. Sedangkan untuk pertanyaan B5, B6, B9 untuk jawaban yang benar diberi skor 0 dan untuk jawaban salah diberi skor 1. Sehingga skor tertinggi untuk pertanyaan pengetahuan ibu adalah 12 sedangkan skor terendah adalah 0. Untuk variabel pengetahuan ibu, akan dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini : (Arikunto, 1998) Kurang
: Bila total skor jawaban yang didapat < 55%
Cukup
: Bila total skor jawaban yang didapat 56-75%
Baik
: Bila total skor jawaban yang didapat 76-100%
b. Sikap ibu Pada variabel sikap ibu terdiri dari 10 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 7 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif, untuk pertanyaan C1, C2, C3, C4, C5, C8, C10 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pertanyaan C6, C7, C9 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju, 2 = setuju, 1 =
sangat setuju. Sehingga skor tertinggi untuk pernyataan sikap ibu adalah 40, sedangkan skor terendahnya adalah 10. Skala pengukuran sikap ibu yang digunakan adalah sekala Likert. Adapun variabel sikap ibu ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini : Negatif terhadap IMD : Jika total skor jawaban yang diperoleh < median Positif terhadap IMD : Jika total skor jawaban yang diperoleh ≥ median c. Dukungan petugas kesehatan Pada variabel dukungan petugas kesehatan terdiri dari 11 pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 8 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif, untuk pertanyaan E1, E2, E3, E4, E5, E6, E8, E9 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pertanyaan E7, E10, E11 jawaban diberi skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, 3 = tidak setuju, 2 = setuju, 1 = sangat setuju. Sehingga skor tertinggi untuk pernyataan dukungan petugas kesehatan adalah 44, sedangkan skor terendahnya adalah 11. Skala pengukuran dukungan petugas kesehatan yang digunakan adalah sekala Likert. Adapun variabel dukungan petugas kesehatan ini akan dikelompokkan menjadi 2 kategori dengan menggunakan standar skor dibawah ini :
Negatif terhadap IMD : Jika total skor jawaban yang diperoleh < median Positif terhadap IMD
: Jika total skor jawaban yang diperoleh ≥
median 3. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian adalah di RSUD Koja Jakarta dengan waktu penelitian selama bulan Agustus-September 2009. 4. Teknik uji instrumen penelitian Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel yaitu ibu-ibu post partum di RPKK RSUD Koja Jakarta, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner
yang
dilaksanakan
dengan
responden
yang
memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian sebanyak 25 orang pada 12-15 Juli 2009 di RPKK RSUD Koja Jakarta.
E. Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Lembar persetujuan ( informed consent ) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. 2. Tanpa nama ( anonymity ) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan ( confidentially ) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
F. Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2008) 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Entry data Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. 4. Cleaning data Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.
G. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel dependen (waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir) dan independen (umur ibu, pendidikan ibu, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, berat bayi saat lahir, jenis persalinan, konseling selama kehamilan dan
persalinan, dukungan petugas kesehatan) yang disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi teks. 2. Analisa Bivariat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen yaitu dengan menggunakan uji statistik independent T-test, uji Anova dan korelasi dan regresi linier sederhana. Uji independent T-test digunakan untuk melihat pengaruh sikap ibu, jenis persalinan, konseling selama kehamilan dan persalinan serta dukungan petugas kesehatan terhadap waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Uji Anova digunakan untuk melihat pengaruh pendidikan ibu, paritas ibu, dan pengetahuan ibu terhadap waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Sedangkan uji korelasi dan regresi linier sederhana dilakukan untuk melihat pengaruh umur ibu dan berat bayi saat lahir terhadap waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Untuk menguji kemaknaan digunakan nilai p (p-value), dengan derajat kepercayaan 95%. Sehingga dapat dijelaskan bahwa jika nilai p ≤ α (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen. Begitu juga sebaliknya, tidak ada hubungan bermakna jika p > α (0,05). Uji korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan dan dapat juga digunakan untuk mengetahui arah hubungan (positif atau negatif) 2 variabel numerik. Sedangkan uji regresi linier sederhana
digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara 2 variabel atau lebih dengan tujuan untuk membuat suatu perkiran atau prediksi nilai suatu variabel (dependent) melalui variabel lain (independen). Prediksi dilakukan dengan menggunakan persamaan garis regresi sebagai berikut : (Hastono, 2001) Y = a + bx Menurut Colton dalam Hastono (2001), kekuatan hubungan ditunjukkan oleh nilai r, yang terbagi menjadi : a. r = 0,00-0,25 : artinya tidak ada hubungan/ hubungan lemah b. r = 0,26-0,50 : artinya hubungan sedang c. r = 0,51-0,75 : artinya hubungan kuat d. r = 0,76-1,00 : artinya hubungan sangat kuat Sedangkan untuk mengetahui besarnya variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen ditunjukkan oleh nilai R square. Besarnya nilai R square antara 0-1 atau antara 0-100% a. R square 0%-25% : artinya variabel independen kurang baik untuk menjelaskan variabel dependen b. R square 26%-50% : artinya variabel independen cukup baik untuk menjelaskan variabel dependen c. R square 51%-75% : artinya variabel independen baik untuk menjelaskan variabel dependen d. R square 76%-100% : artinya variabel independen sangat baik untuk menjelaskan variabel dependen
BAB V HASIL PENELITIAN A Gambaran Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Rumah sakit yang berdiri sejak tahun 1952 ini terletak dipinggir sekitar 10 km dari pusat kota, dipersimpangan Jl. Deli dan Jl. Jampea atau lebih tepatnya di Jl. Deli No. 4 Tanjung Priok Jakarta Utara. Rumah Sakit Umum Daerah Koja ini memiliki Visi RSUD Koja dambaan seluruh masyarakat Misi Memberikan pelayanan sepenuh hati, profesional dengan biaya terjangkau Kebijakan Mutu Dalam rangka mewujudkan visi dan misi RSUD Koja bertekad memberi pelayanan kesehatan yang prima untuk menuju Jakarta sehat untuk semua melalui: 1. Pengembangan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 secara berkelanjutan guna memenuhi persyaratan yang ditetapkan 2. Melakukan pengembangan dan inovasi pelayanan 3. Memelihara dan meningkatkan pendidikan dan latihan Rumah Sakit Umum Daerah Koja memiliki berbagai pelayanan, yaitu : 1. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam 2. Pelayanan Rawat Jalan a. Spesialis Kulit dan Kelamin b. Spesialis Anak
c. Spesialis Kebidanan d. Spesialis Jantung e. Spesialis Bedah Umum f. Spesialis Bedah Tulang dan Traumalogi g. Spesialis Bedah Urologi h. Spesialis Jiwa i.
Spesialis Akupuntar (Tusuk Jarum)
j.
Spesialis Gigi
k. Spesialis Pedodontik l.
Spesialis Orthodontik
m. Spesialis Mata n. Spesialis THT o. Spesialis Paru p. Spesialis Rehabilitasi Medik q. Spesialis Gizi r. Spesialis Patologi Klinik 3. Pelayanan Penunjang Diagnostik a. Laboratorium b. Radiologi 4. Medical Check Up 5. Apotik dan Instalasi Farmasi 6. Bank Darah 7. Pelayanan Rawat Inap (VIP,Klas I, Klas II, Klas III, Perinatologi)
8. Pelayanan ICU 9. Pelayanan Kamar Operasi/ Bedah 10. Pelayanan Kamar Bersalin/ VK 11. Pelayanan Hemodialisa 12. Pelayanan alat-alat canggih : Ozon, Tread Mill, USG (Ultra Sono Grafi), EMG (Elektromiografi), EEG (Elektroencephalografi), TCD (Trans Cranial Doppler), Audiometri, Broncoscopy, Gastroscopy-Duodenoscopy-Colonoscopy, Laparascopy Double Puncer, Athroscopy, Endoscopy THT, Katarak Mata, Mamografi, C Arm, ESWL, dan CT Scan 13. Pemulasaraan Jenazah 14. Ambulance
B Analisa Univariat 1. Gambaran waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Waktu menyusui pertama kali pada bayi yang baru lahir yang diukur dalam menit melalui proses observasi untuk kelahiran spontan di ruang VK dan di RPKK untuk kelahiran operasi sesaria dan dibantu oleh enemurator dari Coass UKRIDA. Berdasarkan analisa didapatkan rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 505,68 menit (8,428 jam), dengan waktu tercepat 8 menit dan waktu terlama 4500 menit. Dari uji normalitas didapatkan p<0,05 yang menunjukkan data waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir berdistribusi tidak normal.
Tabel 5.1 Distribusi waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dalam menit di RSUD Koja Jakarta Variabel
Mean
Median
SD
Min
Mak
Waktu menyusui
505,68
95,00
977,646
8
4500
pertama kali pada bayi baru lahir
2. Gambaran umur ibu Rata-rata umur ibu pada penelitian ini adalah 27,53 tahun dengan distribusi normal (p>0,05). Umur ibu termuda 17 tahun dan tertua adalah 40 tahun. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini : Tabel 5.2 Distribusi ibu berdasarkan umur di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
Median
SD
Min
Mak
Umur Ibu
27,53
28,00
5,882
17
40
3. Gambaran pendidikan ibu Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar berjumlah 46 orang (59,7%), pendidikan menengah berjumlah 26 orang (33,8%) dan berpendidikan tinggi berjumlah 5 orang (6,5%).
Tabel 5.3 Distribusi ibu berdasarkan pendidikan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel Pendidikan Ibu
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Pendidikan dasar
46
59,7
Pendidikan menengah
26
33,8
Pendidikan tinggi
5
6,5
4. Gambaran paritas ibu Dalam penelitian ini sebagian besar ibu memiliki paritas multipara berjumlah 44 orang (57,1%), ibu dengan primipara berjumlah 30 orang (39,0%) dan ibu dengan grandmultipara berjumlah 3 orang (3,9%). Tabel 5.4 Distribusi ibu berdasarkan paritas di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel Paritas Ibu
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Primipara
30
39,0
Multipara
44
57,1
Grandmultipara
3
3,9
5. Gambaran pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini diukur melalui pertanyaanpertanyaan di dalam kuesioner tentang pengertian, manfaat, waktu dan tatalaksana inisiasi menyusu dini.
Pada tabel 5.5 diketahui bahwa ibu dengan pengetahuan kurang berjumlah 2 orang (2,6%), ibu dengan pengetahuan cukup berjumlah 27 orang (35,1%) dan ibu dengan pengetahuan baik berjumlah 48 orang (62,3%). Tabel 5.5 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel Pengetahuan Ibu
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Kurang
2
2,6
Cukup
27
35,1
Baik
48
62,3
6. Gambaran sikap ibu Berdasarkan uji normalitas didapatkan p<0,05 yang menunjukkan data sikap ibu berdistribusi tidak normal (p=0,001). Untuk kepentingan analisa data, sikap ibu dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 31. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa ibu yang memiliki sikap negatif terhadap inisiasi menyusu dini berjumlah 31 orang (40,3%), sedangkan ibu yang memiliki sikap positif terhadap inisiasi menyusu dini berjumlah 46 orang (59,7%).
Tabel 5.6 Distribusi ibu berdasarkan sikap di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel Sikap Ibu
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Negatif terhadap IMD
31
40,3
Positif terhadap IMD
46
59,7
7. Gambaran berat badan bayi saat lahir Pada hasil analisa didapatkan rata-rata berat badan bayi saat lahir adalah 3000,65 gram atau rata-rata berat badan bayi saat lahir termasuk kategori berat badan lahir normal (BBLN) menurut Depkes (1997) yaitu ≥ 2500 gram. Berdasarkan uji normalitas didapatkan p<0,05 yang menunjukkan data berat badan bayi saat lahir berdistribusi tidak normal. Berat badan bayi saat lahir terendah adalah 1550 gram dan tertinggi 4500 gram. Tabel 5.7 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir dalam gram di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
Median
SD
Min
Mak
Berat badan bayi
3000,65
3000,00
554,912
1550
4500
saat lahir
8. Gambaran jenis persalinan Dari penelitian diketahui bahwa jenis persalinan yang digunakan sebagian besar terdiri dari 2 kategori yaitu spontan dan operasi sesaria. Ibu yang melakukan
persalinan secara spontan berjumlah 33 orang (42,9%) dan dengan operasi sesaria berjumlah 44 orang (57,1%). Tabel 5.8 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel Jenis persalinan
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Spontan
33
42,9
Operasi Sesaria
44
57,1
9. Gambaran konseling selama kehamilan dan persalinan Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa sebagian besar ibu mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum yang berjumlah 43 orang (55,8%) sedangkan yang tidak mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum yang berjumlah 34 orang (44,2%). Tabel 5.9 Distribusi ibu berdasarkan konseling selama kehamilan dan persalinan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Konseling selama kehamilan
Tidak
34
44,2
dan persalinan
Ya
43
55,8
10. Gambaran dukungan petugas kesehatan Variabel dukungan petugas kesehatan diukur dengan 11 pertanyaan yang dinilai oleh responden sehingga nilai skor dukungan petugas kesehatan tertinggi adalah 44 dan terendah 11. Berdasarkan uji normalitas didapatkan p<0,05 yang menunjukkan data dukungan petugas kesehatan berdistribusi tidak normal (p=0,021). Untuk kepentingan analisa data, dukungan petugas kesehatan dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 33. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa petugas kesehatan yang memiliki dukungan negatif terhadap inisiasi menyusu dini berjumlah 33 orang (42,9%), sedangkan petugas kesehatan yang memiliki dukungan positif terhadap inisiasi menyusu dini berjumlah 44 orang (57,1%). Tabel 5.10 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Dukungan petugas
Negatif terhadap IMD
33
42,9
kesehatan
Positif terhadap IMD
44
57,1
C Analisa Bivariat 1. Hubungan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P value=0,263). Berdasarkan uji korelasi didapatkan hubungan umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir menunjukkan tidak ada hubungan/ hubungan yang lemah (r=0,129). Nilai koefisien determinasinya 0,017 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 1,70% variasi waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Tabel 5.11 Distribusi ibu berdasarkan umur dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
r
R²
P value
Umur Ibu
0,129
0,017
0,263
2. Hubungan antara pendidikan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dari ibu yang memiliki pendidikan dasar adalah 743,78 menit dengan standar deviasi 1192,016 menit. Sedangkan ibu dengan pendidikan menengah rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 165,31 menit dengan standar deviasi 296,044
menit. Pada ibu yang memiliki pendidikan tinggi rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 85,00 menit dengan standar deviasi 30,414 menit. Hasil uji statistik didapat nilai P = 0,031, berarti pada α 5 % dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Pada tabel 5.12.2 berdasarkan hasil uji Bonferroni didapatkan ada sepasang perbedaan rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan P value 0,045. Dari tabel 5.12.1 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin cepat rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Tabel 5.12.1 Distribusi ibu berdasarkan pendidikan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Pendidikan dasar
743,78
1192,016
0,031
2. Pendidikan menengah
165,31
296,044
3. Pendidikan tinggi
85,00
30,414
Tingkat pendidikan
Tabel 5.12.2 Uji Bonferroni Tingkat pendidikan (i) Pendidikan Ibu
(j) Pendidikan Ibu
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
0.045
Pendidikan Tinggi
0,429
Pendidikan Dasar
0,045
Pendidikan Tinggi
1,000
Pendidikan Dasar
0,429
Pendidikan Menengah
1,000
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
P value
3. Hubungan antara paritas ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling lama terdapat pada ibu dengan multipara yaitu 610,91 menit dengan standar deviasi 1074,860 menit. Sedangkan pada ibu dengan primipara rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 398,97 menit dengan standar deviasi 860,065 menit. Pada ibu dengan grandmultipara rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 29,33 menit dengan standar deviasi 6,028 menit. Pada α 5 % dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dengan nilai P = 0,460.
Tabel 5.13 Distribusi ibu berdasarkan paritas dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Primipara
398,97
860,065
0,460
2. Multipara
610,91
1074,860
3. Grandmultipara
29,33
6,028
Paritas
4. Hubungan antara pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir pada ibu yang memiliki pengetahuan kurang adalah 25,00 menit dengan standar deviasi 14,142 menit. Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan cukup rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 509,22 menit dengan standar deviasi 923,809 menit. Pada ibu yang memiliki pengetahuan baik rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 523,71 menit dengan standar deviasi 1031,142 menit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P value= 0,783).
Tabel 5.14 Distribusi ibu berdasarkan pengetahuan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Baik
523,71
1031,142
0,783
2. Cukup
509,22
923,809
3. Kurang
25,00
14,142
Tingkat pengetahuan
5. Hubungan antara sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang memiliki sikap negatif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 559,94 menit dengan standar deviasi 1001,650 menit sedangkan ibu yang memiliki sikap positif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 469,11 menit dengan standar deviasi 970,548 menit. Dari hasil tersebut dapat dikatakan ibu dengan sikap positif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir lebih cepat dibandingkan ibu dengan sikap negatif. Hasil uji statistik didapatkan nilai P=0,692, berarti pada α=0,05 terlihat tidak ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu yang bersikap positif terhadap IMD dan ibu yang bersikap negatif terhadap IMD.
Tabel 5.15 Distribusi ibu berdasarkan sikap dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Negatif terhadap IMD
559,94
1001,650
0,692
2. Positif terhadap IMD
469,11
970,548
Sikap Ibu
6. Hubungan antara berat badan bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P value=0,457). Berdasarkan uji korelasi didapatkan hubungan berat badan bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir menunjukkan tidak ada hubungan/ hubungan yang lemah (r=0,086). Nilai koefisien determinasinya 0,007 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan 0,70% variasi waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir atau persamaan garis yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan variabel waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir.
Tabel 5.16 Distribusi ibu berdasarkan berat badan bayi saat lahir dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
r
R²
P value
BB bayi
0,086
0,007
0,457
7. Hubungan antara jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ibu dengan persalinan spontan memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 246,45 menit dengan standar deviasi 486,808 menit sedangkan ibu dengan persalinan operasi sesaria memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 700,09 menit dengan standar deviasi 1192,771 menit. Dari hasil tersebut dapat dikatakan ibu dengan persalinan spontan memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir lebih cepat dibandingkan ibu dengan persalinan operasi sesaria. Hasil uji statistik didapatkan nilai P=0,026, berarti pada α=0,05 terlihat ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu dengan jenis persalinan spontan dan ibu dengan jenis persalinan operasi sesaria.
Tabel 5.17 Distribusi ibu berdasarkan jenis persalinan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Spontan
246,45
486,808
0,026
2. Operasi Sesaria
700,09
1192,771
Jenis Persalinan
8. Hubungan antara konseling ASI dan kolostrum dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Berdasarkan tabel 5.18 diketahui bahwa ibu yang tidak mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 764,65 menit dengan standar deviasi 1207,934 menit sedangkan ibu yang mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 300,91 menit dengan standar deviasi 697,044 menit. Dari hasil tersebut dapat dikatakan ibu yang mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu yang
mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan dan ibu yang tidak mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan (P value=0,05). Tabel 5.18 Distribusi ibu berdasarkan konseling selama kehamilan dan menyusui dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Tidak
764,65
1207,934
0,05
2. Ya
300,91
697,044
Konseling
9. Hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Petugas kesehatan pada penelitian ini yang memiliki dukungan negatif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 766,73 menit dengan standar deviasi 1100,763 menit sedangkan petugas kesehatan yang memiliki dukungan positif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 309,89 menit dengan standar deviasi 834,307 menit. Dari hasil tersebut dapat dikatakan petugas kesehatan dengan dukungan positif terhadap inisiasi menyusu dini memiliki rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir lebih cepat dibandingkan petugas kesehatan dengan dukungan negatif. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi
baru lahir antara petugas dengan dukungan positif terhadap IMD dan petugas dengan dukungan negatif terhadap IMD dengan nilai P=0,05. Tabel 5.19 Distribusi ibu berdasarkan dukungan petugas kesehatan dan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 Variabel
Mean
SD
P value
1. Negatif terhadap IMD
766,73
1100,763
0,05
2. Positif terhadap IMD
309,89
834,307
Dukungan petugas kesehatan
BAB VI PEMBAHASAN A Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu : 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong lintang yang memiliki beberapa kelemahan antara lain waktu pengukuran/ observasi data hanya satu kali pada suatu saat jadi tidak ada tindak lanjut, tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan independen, dan sampel tidak homogen. 2. Terdapat variabel independen lain di dalam kerangka teori yang diduga berhubungan dengan variabel dependen namun belum masuk dalam kerangka konsep yaitu keyakinan dan kepercayaan, persepsi ibu, pengalaman menyusui, rencana kehamilan, status kesehatan ibu, fasilitas penunjang pelayanan kesehatan dan kebijakan kesehatan serta dukungan keluarga dan masyarakat. 3. Proses pengambilan data variabel dependen yaitu waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir. Untuk ibu dengan persalinan operasi sesaria tidak dapat diobservasi di ruang operasi namun diobservasi saat di ruang perawatan serta didukung oleh hasil wawancara dengan ibu. Sehingga jika ada bayi yang sudah dapat menyusu pada ibunya di ruang operasi maka data akan bias. 4. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami peneliti, ada beberapa responden disaat dilakukan wawancara penerimaan kurang
bersahabat sehingga jawaban yang diberikan cenderung sekedarnya saja yang kemungkinan karena kondisi ibu yang masih lemah setelah melahirkan. Hal ini bisa menyebabkan bias informasi.
B Waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Menurut Hamilton (1995) bayi pada usia 30-60 menit setelah lahir berada pada periode reaktivitas yang mempunyai kemampuan menghisap dengan penuh semangat. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar ibu segera mungkin menyusui bayinya setelah lahir walaupun ibu belum mengeluarkan ASI karena menurut Pudjiadi (2005) menyusui bayi merupakan stimulus bagi kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 505,68 menit atau 8,428 jam setelah proses persalinan dengan median 95 menit. Walaupun rata-rata responden terlambat dalam memberikan ASI untuk pertama kali akan tetapi jika dilihat dari nilai median menunjukkan bahwa 49,4% bayi sudah dapat menyusu dalam waktu 95 menit setelah melahirkan. Keadaan ini sudah cukup baik akan tetapi perlu ditingkatkan agar semua bayi sudah dapat menyusu pertama kali pada ibunya dalam 1 jam setelah melahirkan dan dapat menyusui secara eksklusif, karena jika semakin lama bayi mulai menyusui setelah lahir dikhawatirkan bayi tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyusui.
Pada hasil penelitian ini terlihat bahwa paling cepat waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 8 menit setelah bayi lahir. Sedangkan paling lama adalah 4500 menit atau 75 jam waktu yang dibutuhkan bayi untuk menyusu pertama kali. Hal tersebut terjadi kemungkinan adanya masalah tertentu yang menyebabkan ASI terlambat diberikan pada bayi. Menurut Moehji (1988) proses laktasi sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan dalam menyusui bayinya. Selain itu banyak faktor lain yang mempengaruhi sukses menyusui. Tujuan pemberian ASI sesegera mungkin adalah agar bayi mendapatkan kolostrum yang merupakan makanan pertama yang memenuhi kebutuhan gizi pada hari-hari pertama setelah kelahiran, juga sangat penting bagi bayi karena mengandung antibodi alami yang sangat dibutuhkan bayi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya (Soetjiningsih, 1997). Manfaat adanya kontak kulit dini bayi dengan ibunya pada inisiasi menyusu dini antara lain menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan
lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya (Depkes, 2007). Menurut Purwanti (2004) dalam Biasa dkk (2005) dengan memberikan ASI kepada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan berarti sudah memberikan kuntungan antara lain bayi dapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan, membangun dasar kepercayaan dan ketenangan pada bayi dalam menghadapi setiap permasalahan, kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar, oksitosin akan keluar lebih banyak sehingga akan meningkatkan kontraksi rahim dan mempercepat involusio rahim.
C Hubungan umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan (KBBI, 2001). Rata-rata umur ibu post partum di RSUD Koja adalah 27,53 tahun dengan median 28 tahun. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P=0,263). Berbeda dengan pernyataan Huclock (1998) dalam Nursalam (2001) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ratri (2000) bahwa kemungkinan pada umur ≤ 20 tahun belum mempunyai pengalaman dibandingkan dengan kelompok umur 20-35 tahun sehingga pemberian ASI pertama kali pada kelompok 20-35 tahun lebih cepat. Sedangkan pada kelompok ≥ 35 tahun, tergolong kelompok resiko tinggi untuk kehamilan sehingga kemungkinan ada kesulitan saat persalinan yang menyebabkan ASI diberikan lebih lama daripada kelompok umur 20-35 tahun. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir pada penelitian ini, menurut asumsi peneliti kemungkinan disebabkan karena sebenarnya setiap ibu mampu untuk memberikan ASInya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh dukungan lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung oleh pendapat Ebrahim (1986) bahwa saat mulainya sekresi air susu sesudah persalinan adalah peristiwa yang jarang mengalami kegagalan, bantuan dari petugas kesehatan dalam memberikan keyakinan dan dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu kecemasan, ketakutan dan bayangan kesukaran sangat berarti untuk kesuksesan pemberian ASI pada 1 jam pertama setelah kelahiran. Karena menurut Moehji (1988) proses laktasi sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan dalam menyusui bayinya.
D Hubungan pendidikan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar ibu post partum di RSUD Koja memiliki pendidikan dasar (SD dan SMP) dengan rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok ibu yang berpendidikan tinggi yaitu 85 menit. Berdasarkan hasil analisa bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing tingkat pendidikan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dengan P value sebesar 0,031. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ratri (2000) bahwa ada perbedaan yang bermakna secara statistik rata-rata pemberian ASI pertama kali dengan pendidikan. Pemberian ASI pertama kali rata-rata paling cepat terdapat pada kelompok ibu yang berpendidikan lebih tinggi (lebih dari SMP). Hal ini terjadi karena ibu pada kelompok pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang lebih tinggi termasuk dalam hal ASI sehingga ibu akan berusaha untuk menyusui bayinya dengan segera setelah bayi lahir. Sedangkan pada penelitian Amalia (2007) didapatkan yang tidak segera memberikan ASI pada bayi baru lahir 68,6% dari ibu berpendidikan tinggi dan 57,9 % dari ibu berpendidikan rendah. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dapat terjadi kemungkinan karena pendidikan ibu tentang kesehatan terutama tentang laktasi kurang yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh ibu dari mulai masa kehamilan. Dengan hasil penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing tingkat pendidikan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru
lahir,
menurut
asumsi peneliti terbukti tingkat
pendidikan
mempengaruhi perilaku ibu untuk segera menyusui bayinya yang baru lahir karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, termasuk dalam perilaku menyusui dini. Menurut Helsing dan King (1981) dalam Amalia (2007) frekuensi menyusui lebih tinggi diantara wanita terpelajar. Ibu yang terpelajar lebih menyadari keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui. Ibu terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih baik dari posisi yang diperolehnya di tempat kerja. Sehingga lebih memungkinkan untuk memberikan ASI secara baik dan benar dari wanita kurang terpelajar.
E Hubungan paritas dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Berdasarkan data pada tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki paritas multipara dengan rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok grandmultipara namun paling lambat terdapat pada kelompok multipara. Berdasarkan hasil analisa bivariat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masing-masing paritas dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P value = 0,460). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Ebrahim (1979) pada seorang ibu yang mengalami laktasi kedua dan seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama. Laktasi kedua yang dialami ibu berarti ibu telah
memiliki pengalaman dalam menyusui anaknya. Begitu pula dalam laktasi ketiga dan seterusnya. Sedangkan pada laktasi pertama ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan benar untuk menyusui bayinya. Tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara masing-masing paritas dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir kemungkinan disebabkan pada penelitian ini ada hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk segera menyusui bayinya yang baru lahir yaitu pendidikan ibu, pemberian konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan, jenis persalinan dan dukungan petugas terhadap pelaksanaan menyusui dini. Pada penelitian Nelvi (2000) proporsi responden multipara (34,2%) melakukan inisiasi pemberian ASI lambat lebih tinggi dibandingkan dengan primipara yaitu 29,5%. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara inisiasi pemberian ASI dengan paritas. Berbeda dengan penelitian Ratri (2000), hasil analisis menyebutkan ada hubungan antara pemberian ASI pertama kali dengan paritas. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ibu yang memiliki paritas lebih dari satu memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali lebih cepat daripada ibu yang memiliki paritas satu.
F Hubungan pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tentang IMD dengan kategori baik yaitu bila didapat skor 76%-100% berjumlah 48 orang (62,3%). Rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok ibu berpengetahuan kurang yaitu 25 menit namun paling lambat terdapat pada kelompok ibu berpengetahuan baik yaitu 523,71 menit. Dari hasil analisa bivariat, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir dengan P value sebesar 0,783. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) yang menunjukkan adanya perbedaan antara ibu yang mengetahui informasi tentang penyusuan dini dengan praktek pelaksanaannya. Menurut penelitian Haryati (2005) ditemukannya hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI dini diduga salah satu penyebabnya adalah sebagian ibu-ibu masih berorientasi pada nilai-nilai lama yang merupakan tradisi yang masih dipegang dan dianut oleh lingkungan sosial masyarakatnya. Disisi lain sebagian ibu-ibu terpengaruh budaya dari luar yang kurang menunjang upaya peningkatan kesehatan bayi. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir, menurut analisa peneliti terbukti bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan kolostrum dalam prakteknya
ternyata tidak selalu konsisten dengan pengetahuannya karena bayi tidak disusui segera setelah lahir. Selain itu kemungkinan adanya masalah tertentu yang menyebabkan ASI terlambat diberikan pada bayi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak selalu mengambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-semata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks (Notoatmodjo, 2003). Menurut penelitian Sulaningsih (2007) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu untuk memberikan ASI segera setelah lahir, antara lain kurangnya dukungan petugas penolong persalinan dan dukungan keluarga yang memberikan pengertian tentang pentingnya ASI 1 jam pertama setelah kelahiran.
G Hubungan sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan bayi mampu untuk menyusu. Dimana kemampuan si ibu untuk menyusui,
dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi si ibu untuk menyusui (Wiknjosastro, 2002). Sikap yang positif diharapkan akan menjadi motivasi yang kuat dalam usaha ibu untuk menyusui atau memberikan ASI nya pada bayi, karena motivasi itu akan berperan dalam proses laktasi (Perinasia, 1994). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 59,7% ibu memiliki sikap positif terhadap IMD. Namun, rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir pada ibu yang bersikap positif dengan negatif tidak jauh berbeda. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu dengan sikap negatif maupun positif dengan nilai P 0,692. Menurut analisa peneliti, hal ini mungkin disebabkan karena penolong persalinan memfasilitasi agar semua bayi dapat menyusui segera setelah lahir yaitu bayi langsung dilakukan kontak kulit kepada ibunya setelah lahir. Namun, kurang memotivasi ibu untuk segera menyusui bayinya sehingga ASI terlambat diberikan kepada bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh pendapat Rahardjo (2005) kondisi tidak nyaman yang dirasakan ibu melahirkan dan ketidakpedulian petugas kesehatan yang ada di ruang bersalin dalam memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak tenang dan tentram dalam hal ini akan menghambat proses ASI. Apabila penolong memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan akan terjadi. Sehingga kunci utama keberhasilan menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan (immediate breastfeeding) adalah petugas kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2003) beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-semata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. Hal ini sejalan dengan penelitian Nelvi (2000) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna karena proporsi responden yang mempunyai sikap baik sama dengan sikap yang kurang terhadap inisiasi pemberian ASI.
H Hubungan berat bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Hasil penelitian didapatkan rata-rata berat badan bayi saat lahir adalah 3000,65 gram dengan median 3000 gram. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir (P value=0,457). Hal tersebut menurut analisa peneliti membuktikan bahwa semua bayi dapat menyusui pada ibunya segera setelah lahir termasuk bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Sulaningsih (2003) bahwa baik bayi yang lahir dalam keadaan berat ≤ 2000 gram ataupun normal dapat tetap diberikan ASI pada jam pertama kelahirannya, akan tetapi harus didukung oleh kemampuan pemahaman dan keterampilan petugas kesehatan seta kebijakan dari tempat persalinan untuk mengarahkan ibu agar melaksanakan hal tersebut. Menurut Supriadi (2002) dalam Rahardjo (2005) bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (prematur), seharusnya diberikan ASI dari ibunya sendiri. Bila
tidak terdapat komplikasi seperti kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi. Maka sebagian besar bayi prematur biasanya mampu menyusui dengan segera. Menurut Brinch (1986) bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah atau prematur ataupun bayi kembar dapat tetap diberikan ASI segera setelah lahir, apalagi bayi dengan berat lahir normal dapat segera diberikan ASI pada 1 jam pertama setelah kelahirannya, kecuali bayi tersebut lahir dalam kondisi yang bermasalah. Berdasarkan pernyataan Akre (1994) menyebutkan bahwa bayi dengan berat lahir ≤ 1500 gram dapat menyusui dengan baik. Keberhasilan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti motivasi ibu yang sangat tinggi untuk melakukan kontak dini dengan bayinya setiap saat dan mendapat bantuan dan perhatian dari para perawat yang mengerti tentang laktasi, serta keadaan fasilitas kesehatan yang menunjang dengan tidak adanya pelayanan pemberian susu botol bagi bayi baru lahir di fasilitas tersebut.
I
Hubungan jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Berdasarkan data tabel 5.8 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini ibu dengan operasi sesaria lebih banyak daripada ibu dengan persalinan spontan. Rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok ibu dengan persalinan spontan yaitu 246,45 menit. Hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara waktu menyusui
pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu dengan persalinan spontan maupun operasi sesaria dengan P value 0,026. Hal tersebut menurut analisa peneliti kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh obat anastesi pada ibu dengan persalinan operasi sesaria serta masalah-masalah lain pada ibu maupun bayi yang tidak memungkinkan bayi untuk segera menyusu kepada ibunya dalam ruang operasi, sehingga dalam penelitian ini rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir pada ibu dengan persalinan operasi sesaria lebih lama yaitu 700,09 menit. Hal ini didukung oleh pendapat Perinasia (1992) pada dasarnya semua ibu dengan persalinan pervaginam mampu segera menyusui dan merawat bayi. Ibu dengan persalinan perabdominan (SC) tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Namun, menurut Roesli (2008) pada persalinan operasi sesar jika diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan ke ibu pada kesempatan tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Hal ini sejalan dengan penelitian Pandit, Yeshwant dan suster Ida (2008) dalam Rusnita (2008) menyatakan bahwa kondisi ibu setelah melahirkan berhubungan dengan waktu dimulainya inisiasi menyusu dini. Didapatkan hanya
6% dari ibu-ibu yang bayinya melakukan inisiasi menyusu dini dalam 2 jam post partum dan 24% ibu yang bayinya melakukan inisiasi menyusu dini dalam 8 jam post partum. Secara statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis persalinan yang dialami dengan inisiasi menyusu dini, bahwa ibu yang melahirkan secara spontan bayinya lebih berhasil dapat menyusu dalam 24 jam pertama dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan operasi sesar. Menurut Suharsono (1993) bahwa sebenarnya keadaan fisik bekas operasi saja tidak merupakan satu-satunya faktor penghambat. Kesiapan ibu, pengalaman masa lalu dalam kesuksesan menyusui merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan.
J
Hubungan konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Pada tabel 5.9 terlihat bahwa sebagian besar ibu mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan mengenai ASI dan kolostrum yang berjumlah 43 orang (55,8%). Rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok ibu yang pernah mendapatkan konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan yaitu 300,91 menit. Berdasarkan hasil analisa bivariat ditemukan adanya hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu yang mendapatkan konseling maupun tidak mendapatkan konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan dengan P value 0,05.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ratri (2000) bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI yang diterima saat pemeriksaan kehamilan yaitu ibu yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam setelah lahir. Menurut Soetjiningsih (1993) sebenarnya sukses atau tidaknya menyusui sudah dimulai pada waktu ibu masih hamil yaitu pada waktu pemeriksaan kehamilan, dimana petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang laktasi dan melakukan pemeriksaan payudara ibu dan menganjurkan perawatan payudara pada waktu masih hamil, termasuk menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir. Dapat disimpulkan pada penelitian ini ada perbedaan bermakna waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara ibu yang mendapatkan konseling maupun tidak mendapatkan konseling mengenai ASI dan kolostrum selama kehamilan dan persalinan. Menurut Ebrahim (1978) dalam Moehyi (2008) bahwa terdapat beberapa faktor emosional dan sosial yang mempengaruhi sukses menyusui. Salah satu faktor diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan dan persalinan sehingga penting sekali bagi para ibu mengunjungi klinik laktasi terdekat untuk mendapatkan dukungan pemberian ASI. Menurut penelitian Haryati (2005) petugas kesehatan mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu keberhasilan ibu dalam proses menyusui sehingga peran petugas kesehatan dalam meningkatkan dan mendukung usaha
menyusui harus sudah dimulai pada saat ibu hamil datang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
K Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir Pada hasil penelitian diketahui bahwa petugas kesehatan yang memiliki dukungan positif terhadap inisiasi menyusu dini jumlahnya lebih banyak yaitu 44 orang (57,1%) yang dinilai secara objektif oleh responden. Demikian pula ratarata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir paling cepat terdapat pada kelompok petugas kesehatan yang memiliki dukungan positif terhadap inisiasi menyusu dini yaitu 309,89 menit. Berdasarkan hasil analisa bivariat didapatkan ada hubungan yang signifikan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir antara petugas kesehatan dengan dukungan negatif maupun positif dengan P value 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian Amalia (2007) bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku penolong persalinan dengan pemberian ASI segera pada bayi baru lahir di RSUD Kabupaten Cianjur dengan P value 0,000. Berbeda dengan penelitian Afilianti (2002) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas kesehatan dengan pemberian ASI dini, hal ini disebabkan karena kurangnya supervisi dari atasan sehingga pelaksanaan pemberian ASI dini oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan baik. Dengan hasil penelitian yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada
bayi baru lahir, menurut analisa peneliti kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh obat anastesi, ruang operasi yang sibuk serta masalah-masalah lain pada ibu maupun bayi yang tidak memungkinkan bayi untuk segera menyusu kepada ibunya dalam ruang operasi. Namun, 79,2 % penolong persalinan memfasilitasi agar bayi dapat menyusui segera setelah lahir yaitu bayi langsung dilakukan kontak kulit kepada ibunya setelah lahir. Menurut Rahardjo (2005) mengatakan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan karena dalam kurun waktu tersebut peran penolong masih dominan. Sehingga betapapun sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan baik dokter, perawat atau bidan, diharapkan masih dapat meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu setelah bersalin untuk penyusuan dini.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran rata-rata waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir adalah 505,68 menit (8,428 jam), dengan median 95,00 menit. 2. Gambaran umur ibu di RSUD Koja Jakarta memiliki rata-rata 27,53 tahun dengan median 28,00 tahun. 3. Gambaran pendidikan ibu di RSUD Koja yang memiliki pendidikan dasar lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan menengah dan tinggi. 4. Gambaran paritas ibu di RSUD Koja dengan multipara lebih banyak dibandingkan ibu dengan primipara dan grandmultipara. 5. Gambaran ibu di RSUD Koja yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan cukup. 6. Gambaran ibu di RSUD Koja yang memiliki sikap yang positif lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif.
7. Gambaran berat badan bayi saat lahir di RSUD Koja memiliki rata-rata 3000,65 gram dengan median 3000,00 gram. 8. Gambaran jenis persalinan ibu di RSUD Koja dengan SC lebih banyak dari spontan. 9. Gambaran ibu di RSUD Koja yang mendapatkan konseling mengenai ASI dan
kolostrum selama
kehamilan
dan persalinan
lebih
banyak
dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan konseling selama kehamilan dan persalinan. 10. Gambaran dukungan petugas kesehatan di RSUD Koja yang memiliki sikap positif lebih banyak dibandingkan petugas kesehatan dengan sikap negatif. 11. Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 12. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 13. Tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 14. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009
15. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 16. Tidak ada hubungan antara berat bayi saat lahir dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 17. Ada hubungan antara jenis persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 18. Ada hubungan antara konseling selama kehamilan dan persalinan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 19. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir di RSUD Koja Jakarta tahun 2009 B Saran 1. Bagi RSUD Koja Jakarta a. Meningkatkan kegiatan konseling yang diberikan kepada ibu atau calon ibu selama kehamilan dan persalinan agar lebih memotivasi ibu untuk melakukan pemberian ASI segera setelah lahir sehingga semua ibu dengan berbagai tingkat pendidikan dapat menyusui bayinya segera setelah lahir. b. Meningkatkan upaya mensukseskan pelaksanaan pemberian ASI segera setelah lahir dan inisiasi menyusu dini di ruang operasi untuk
ibu dengan persalinan sesaria dengan segera memposisikan bayi untuk terjadi kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi atau jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan ke ibu pada kesempatan tercepat. c. Meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memfasilitasi dan memotivasi pelaksanaan pelaksanaan pemberian ASI segera setelah lahir dan inisiasi menyusu dini baik di ruang VK maupun ruang operasi. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa yang terbukti berhubungan secara signifikan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir yaitu pendidikan ibu, konseling ASI dan kolostrum, jenis persalinan dan sikap petugas kesehatan. Oleh karena itu, penulis menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan waktu menyusui pertama kali pada bayi baru lahir yang tidak diteliti dalam penelitian ini serta perlu dilakukan analisa multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan dan mempengaruhi kontribusinya antara variabel independen terhadap dependen. 3. Bagi Instansi pendidikan keperawatan dan ilmu keperawatan
a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat maternitas dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini dengan membantu ibu segera memberikan ASI pada bayi baru lahir. b. Menambah bahan literatur mengenai manfaat dari pelaksanaan pemberian ASI segera setelah lahir dan inisiasi menyusu dini.
DAFTAR PUSTAKA Afrilianti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini Di Rumah Bersalin Swasta Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2002 Akre, J. Pemberian Makanan Untuk Bayi, Dasar-Dasar Fisiologis. Jakarta : Perinasia. 1994 Amalia, Linda. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Segera Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Kabupaten Cianjur. Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007 Biasa dkk. Hubungan Menyusui Bayi Pada 30 Menit Pertama Setelah Kelahiran Dengan Waktu Keluarnya ASI Di Ruang Bersalin RSUD Sumedang. Jurnal Keperawatan UNPAD Bandung. Bobak, dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC. 2004 Brinch, Jennifer. Menyusui Bayi Dengan Baik dan Berhasil. Jakarta : Gaya Favorit Press. 1986 Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi masyarakat. Manajemen Laktasi Buku Pedoman bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI. 2002 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelatihan Konseling Menyusui : Sejak Lahir Sampai Enam Bulan Hanya ASI Saja. Jakarta : Depkes RI. 2007
___________________________________. Pesan-Pesan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta : Depkes RI. 2009 ___________________________________. Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Jakarta : Depkes RI. Artikel ini diunduh dari : http://www.who.or.id diakses tanggal 11 Maret 2009 Ebrahim, G.J. Air Susu Ibu. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. 1986 Fikawati, S & Syafiq, A. Hubungan Antara Menyususi Segera (Immediate Breastfeeding) dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti, Mei-Agustus 2003, Vol. 22 No.22 Hamilton, Persis Mary. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 1995 Haryati, Yati. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Dini di RSUD Kabupaten Serang Tahun 2004. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2005 Hastono, Sutanto Priyo. Modul Analisa Data. Jakarta : FKM UI. 2001 Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Komalasari, Kokom 2007. Setiap Jam Delapan Bayi Meninggal. Artikel ini diunduh dari http://www.gloriacyberministries.com diakses tanggal 6 Maret 2009 KESRA 2007. Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini. Artikel ini diunduh dari http://www.menkokesra.go.id diakses tanggal 12 Desember 2008 Manuaba 1998 dan Saifudin 2002. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Asuhan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan.
Artikel ini diunduh dari http://one.indoskripsi.com diakses tanggal 26 Mei 2008 Marilynn, E. Doengoes & Marry Frances Moorhouse. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta : EGC. 2001 Moehji, Sjahmien. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. 1988 _______________. Bayi Sehat dan Cerdas Melalui Gizi dan Makanan Pilihan (Pedoman Asupan Gizi untuk Bayi dan Balita). Jakarta : Pustaka Mina. 2008 Nelvi. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Inisiasi Pemberian ASI di RB Puskesmas Jakarta Pusat, Tahun 2004. Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2004 Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003 ___________________. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. 2005 Nursalam. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Segung Seto. 2001 _______. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008 Perinasia. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Edisi Pertama. Jakarta : Yayasan Perinasia. 1992 _______. Pemberian Makanan Untuk Bayi : Dasar-Dasar Psikologis. Jakarta : Bina Rupa Aksara. 1994
_______. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2004 Phillips, R. Celeste. Family Centered Maternity Care. Jones & Bartlett Publisher. 2003 Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak edisi keempat. Jakarta : FKUI. 2005 Purwanti, H.S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku untuk Bidan. Jakarta : EGC. 2004 Rahardjo, Setiyowati. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI dalam 1 Jam Pertama Setelah Melahirkan (Analisa Data SDKI 2002-2003). Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2005 Ratri, Cahyaning. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama Kali di Purwakarta Jawa Barat tahun 1998 (Analisa Data Sekunder Pengembangan Survei Cepat Untuk Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT II). Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2000 Review Status MDGs 2007 di Indonesia. Artikel ini diunduh dari http: //www.slideshare.not brief on summare report of MDG diakses tanggal 5 Mei 2009 Roesli. Utami. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda. 2008 ___________.“Inisiasi Menyusui Dini Cegah Potensi Kematian Bayi 2007. Artikel diunduh dari http://e-kehamilan.blogspot.com diakses tanggal 12 Desember 2008
Rusnita, Anita. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kamar Bersalin IGD RSUPN DR.Cipto Mangunkusumo Jakarta November 2008. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2008 Smith, 1974. Konseling. Artikel ini diunduh dari http://eko13.wordpress.com diakses tanggal 23 Mei 2009 Soetjiningsih. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. 1997 Suharsono. Memasyarakatkan Penyusuan Dini dan Rawat Gabung. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.43, No.6: 329-332. Juni 1993 Sulaningsih, Kiki. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek Pemberian ASI Pada 1 jam pertama Setelah Melahirkan di Kabupaten Cirebon Jawa Barat tahun 2003 (Analisa Data Sekunder Data Dasar Asuh 2003). Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007 Suradi, R. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Cetakan kedua. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2004 Ubaedah, Nunuy. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Post Partum Tentang Perawatan
Payudara
Berdasarkan
Karakteristik
Umur,
Pendidikan,
Pekerjaan Dan Paritas Ibu Di Ruang Rawat Inap RSIA Kurnia Cilegon. Skripsi. Serang : PSIK STIKES Falatehan. 2005 Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002