Arumsari, Faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar bayi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR PADA BAYI Dita Rahmaika Arumsari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani Kota Malang Jalan Simpang Candi Panggung no 133 Kota Malang email:
[email protected]
Abstract: The purpose of research is to identify factors associated with primary immunization of infants in Mergosono Village, Kedungkandang District of Malang. The research method is analytic with cross sectional approach. The population is all mothers with children aged 12-23 months in Mergosono Village numbered 372 people. Sampling technique is cluster random sampling with sample size of 10% of total population numbered 37 people. Data analysis using Chi-square test, Fisher’s Exact test and Spearman’s Rho test. The results showed that maternal knowledge factors, family support, beliefs, and communication of health care providers dealing with the status of primary infant immunization in Mergosono Village of Malang. Recommendation of this study is health care providers work closely with local cadres and local government in order to provide counseling, discussions, and establish good communication with both mother and her family. Keywords: factor’s identify, primary immunization Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki balita usia 12-23 bulan di Kelurahan Mergosono berjumlah 372 orang. Teknik sampling berupa cluster random sampling dengan besar sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 37 orang. Analisis data menggunakan uji Chi-square, uji Fisher’s Exact dan uji Spearman’s Rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pengetahuan ibu, dukungan keluarga, kepercayaan, dan komunikasi tenaga kesehatan berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kota Malang. Rekomendasi penelitian ini adalah petugas kesehatan bekerja sama dengan kader dan perangkat setempat agar memberikan penyuluhan, diskusi, dan menjalin komunikasi dengan baik terhadap ibu dan keluarganya. Kata Kunci: identifikasi faktor, imunisasi dasar
PENDAHULUAN
pencapaian imunisasi campak pada anak di bawah 1 tahun (United Nation Development Programme, 2008). Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) telah dicanangkan oleh WHO sejak tahun 1974 dengan tujuh penyakit target yaitu difteri, tetanus, pertusis, polio, campak, tuberkulosis, dan hepatitis B. Indonesia telah melaksanakan PPI sejak tahun 9 1977 (Albertina et al, 2009).
Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (IDAI, 2011). Perbaikan kualitas manusia di digunakan terkait hal tersebut adalah angka ISSN 2301–4024 kematian balita, angka kematian bayi dan cakupan 9
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 9-15
Cakupan imunisasi yang rendah menjadi indikator terjadinya kematian akibat PD3I. Oleh karena itu salah satu program yang telah terbukti efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Sejalan dengan kesepakatan MDG’s, dimana untuk mencapai penurunan angka kematian bayi ditandai dengan peningkatan cakupan imunisasi terutama dilihat dari angka cakupan imunisasi campak (WHO, 2008). Hal itu dikarenakan campak adalah imunisasi yang terakhir untuk imunisasi dasar dan merupakan imunisasi yang cukup jauh jaraknya dari imunisasi sebelumnya (yaitu polio 4 pada usia 4 bulan dan campak pada usia 9 bulan) sehingga dapat menjadi indikator tercapainya kondisi Universal Child Immunization (UCI). Penyelenggaraan kegiatan imunisasi sejak tahun 2005 berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Salah satu tujuannya adalah tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% Desa/Kelurahan pada tahun 2010, jadi setiap desa harus mencapai UCI yaitu cakupan imunisasi dasar bayi lengkap minimal 80% (Depkes RI, 2010). Status UCI desa/ kelurahan di Kota Malang pada tahun 2014 mencapai 92,98% dari target UCI 100% tahun 2014. Pencapaian UCI desa/ kelurahan yang paling rendah di Kota Malang pada tahun 2014 adalah Kelurahan Mergosono yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Arjowinangun sebesar 62%. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) yang dilakukan di Kelurahan Mergosono Kota Malang pada tanggal 26 Januari 2015-8 Februari 2015. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang
10
memiliki balita usia 12–13 bulan di Kelurahan Mergosono yang berjumlah 372 orang. Teknik sampling menggunakan teknik non probability sampling dengan cara cluster random sampling dengan besar sampel 37 orang. Variabel bebas yang diteliti adalah pengetahuan, dukungan keluarga, kepercayaan dan komunikasi tenaga kesehatan. Variabel terikat yang diteliti adalah status imunisasi dasar pada bayi. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner pada variabel independen. Bentuk atau jenis pertanyaan tertutup dan diisi pada kuesioner yang sudah disediakan jawabannya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis bivariat yang digunakan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Variabel independen berskala nominal menggunakan uji Chi-square dan uji Fisher’s exact bila uji Chisquare tidak memenuhi. Variabel independen berskala ordinal menggunakan uji Spearman’s Rho. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh responden berusia 20–35 tahun yaitu sebesar 89,2% (33 responden). Berdasarkan jenjang pendidikan dapat diketahui hampir setengah responden berpendidikan SMA/SMK yaitu sebesar 45,9 % (17 responden) dan berpendidikan SMP sebesar 32,4% (12 responden). Dan sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebesar 62,2% (23 responden). Berdasarkan status imunisasi dasar didapatkan sebagian besar responden memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 67.6% (25 orang) dan hampir setengah responden memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap yaitu sebesar 32,4% (12 orang). Dari hasil penelitian juga diperoleh alasan orang tua tersering untuk tidak melengkapi imunisasi anaknya adalah ibu sibuk/bekerja (7 orang), jadwal tidak pas (5 orang), anak sedang sakit (4 orang), dan sering pindah rumah (4 orang).
ISSN 2301–4024
Arumsari, Faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar bayi
Tabel 1. Analisis bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi Status Imunisasi Variabel Pengetahuan Ibu Dukungan Keluarga Kepercayaan Komunikasi Tenaga Kesehatan
Kategori Kurang Cukup Baik Tidak mendukung Mendukung Tidak percaya Percaya Kurang Cukup Baik
Total
Tidak Lengkap
Lengkap
F 4 5 3 9 3 3 9 6 6 -
F 2 8 15 1 24 25 5 20
% 66,7 38,5 16,7 90 11,1 100 26,5 100 54,5 -
% 33,3 61,5 83,3 10 88,9 73,5 45,5 100
p value F 6 13 18 10 27 3 34 6 11 20
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0,022*** r: 0,375 0,000* 0,028** 0,000*** r: 0.810
*Uji Chi-Square **Uji Fisher’s Exact ***Uji Spearman’s Rho
Hasil perhitungan dengan uji Spearman’s Rho pada faktor pengetahuan ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,375 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Hasil perhitungan dengan uji Chi-square pada faktor dukungan keluarga menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Hasil perhitungan dengan uji Fisher’s Exact pada faktor kepercayaan menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara kepercayaan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Hasil perhitungan dengan uji Spearman’s Rho pada faktor komunikasi tenaga kesehatan menunjukkan angka p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan
ISSN 2301–4024
Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,810 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 67.6% (25 orang). Hal ini mendekati data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Malang pada tahun 2014 bahwa pencapaian UCI di Kelurahan Mergosono sebesar 62%. Alasan tersering yang dikemukakan ibu di Kelurahan Mergosono untuk tidak melengkapi imunisasi anaknya adalah ibu sibuk/bekerja, yaitu sebesar 35% (7 orang). Hal ini tidak selaras dengan hasil coverage survey pada tahun 20092010 yang menyatakan bahwa alasan terbanyak anak tidak mendapatkan imunisasi adalah karena anak sakit, yaitu sebesar 20% (Depkes, 2010). Pada penelitian yang dilakukan di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, alasan yang dikemukakan orang tua untuk tidak melengkapi imunisasi sebagian besar adalah anak sering sakit (misalnya demam dan batuk/pilek), dan masih ada yang menyatakan karena cemas/takut dan tidak tahu (Juniatiningsih, 2007). Pada penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mergosono, alasan anak sedang sakit tidak 11
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 9-15
menjadi alasan tersering pada orang tua untuk tidak melengkapi imunisasi anakanya. Alasan ibu sibuk/bekerja dan jadwal imunisasi yang tidak pas lebih banyak dibandingkan dengan alasan anak sedang sakit. Hasil perhitungan dengan uji Spearman’s Rho pada faktor pengetahuan ibu menunjukkan angka p value sebesar 0,022. Angka p value sebesar 0,022 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Pengetahuan merupakan tahap awal di mana subjek mulai mengenal ide baru serta belajar memahami yang pada akhirnya dapat mengubah perilaku. Semakin baik pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi. maka akan memberikan respons yang positif yaitu meningkatkan kemauan ibu untuk memberikan imunisasi dasar pada bayi. Pada penelitian ini kekuatan korelasi antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar pada bayi adalah lemah. Hal ini didapatkan dari nilai korelasi Spearman sebesar 0,375. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Albertina,et al (2009), pengetahuan orang tua merupakan satu-satunya variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar. Kelompok orang tua dengan pengetahuan yang baik menunjukkan angka kelengkapan imunisasi dasar yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Odusanya pada tahun 2008 di Nigeria yang menunjukkan bahwa pengetahaun ibu tentang imunisasi (p = 0,006) berhubungan secara signifikan terhadap angka cakupan imunisasi. Pengetahuan yang baik dapat memengaruhi terjadinya perubahan perilaku. Perilaku dapat diubah dengan mengubah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi sikap dan terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan adalah sesuatu yang perlu tetapi pada umumnya
12
tidak cukup satu faktor dalam mengubah perilaku individu atau kelompok (Gust, 2004). Terdapat risiko 40,7 kali lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya pada ibu yang pengetahuannya baik tentang imunisasi dibanding dengan pengetahuannya kurang karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku (Idwar dalam Rizani, 2009). Pengetahuan ibu memengaruhi keyakinan dan sikap ibu dalam kepatuhannya terhadap imunisasi. Kepatuhan terhadap perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis merupakan fungsi dari keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan, pertimbangan mengenai hambatan atau kerugian (misalnya biaya dan waktu), serta keuntungan yaitu efektivitas dari anjuran medis tersebut (Smet dalam Rizani, 2009). Hasil perhitungan dengan uji Chi-square pada faktor dukungan keluarga menunjukkan p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 <(0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarga berupa informasi, anjuran, dan pujian tentang imunisasi cenderung memiliki status imunisasi yang lengkap dibandingkan dengan yang meliliki status imunisasi tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan penelitian Khotimah (2010) bahwa berdasarkan hasil analisis dan uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi, diperoleh p = 0,003. Peran serta membawa anaknya untuk diimunisasi yang baik cenderung terdapat pada dukungan keluarga baik (73,7%) dibandingkan dengan dukungan keluarga kurang (36,1%). Hasil penelitian Siswandoyo (2003), ibu-ibu yang didukung keluarga memiliki bayi dengan status imunisasi lengkap (79,6%), sebaliknya ibu-ibu yang tidak didukung keluarga memiliki bayi status imunisasi tidak lengkap (12,04%). Dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan
ISSN 2301–4024
Arumsari, Faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar bayi
penyesuaian diri seseorang terhadap kejadiankejadian dalam kehidupan (Friedman, 2003). Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya mendapatkan pelayanan kesehatan (Effendi, 1999). Melakukan penyuluhan dan pendekatan persuasif pada keluarga tentang pentingnya imunisasi pada anak bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerja sama dengan kader kesehatan dan perangkat setempat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan dukungan keluarga terhadap pentingnya imunisasi sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan ibu untuk mengimunisasi anaknya. Berdasarkan alasan tersering ibu tidak mengimunisasi bayinya adalah ibu yang bekerja/ sibuk. Jika dukungan keluarga baik, hal ini bisa diminimalisir. Anggota keluarga lain yang mengasuh bayi bisa bertanggungjawab untuk membawa bayi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal. Hasil perhitungan dengan uji Fisher’s Exact pada faktor kepercayaan menunjukkan p value sebesar 0,028. Angka p value sebesar 0,028 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara kepercayaan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Ibu yang memiliki kepercayaan terhadap imunisasi cenderung memiliki anak dengan status imunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki kepercayaan tentang imunisasi. Penelitian serupa dilakukan oleh Gust (2004) yang menyatakan bahwa sikap, kepercayaan, dan perilaku berkontribusi besar pada status imunisasi di Amerika Serikat. Orang tua dengan anak-anak yang diimunisasi lengkap menunjukkan sikap, kepercayaan, dan perilaku yang sama dan menunjukkan tingkat imunisasi yang tinggi untuk saat ini. Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, terdapat hasil yang sama pada faktor pengetahuan
ISSN 2301–4024
ibu (p=0,022) dan faktor kepercayaan (p=0,028). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia mempunyai pengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan kepada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo, 2010). Hasil perhitungan dengan uji Spearman’s Rho pada faktor komunikasi tenaga kesehatan menunjukkan angka p value sebesar 0,000. Angka p value sebesar 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima, yakni ada hubungan antara komunikasi tenaga kesehatan dengan status imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Mergosono Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,810 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincent (2003) yang menyatakan bahwa anak-anak dari orang tua yang mendiskusikan imunisasi dengan dokter/tenaga kesehatan lebih mungkin untuk diimunisasi daripada mereka yang tidak mendiskusikan imunisasi dengan dokter/tenaga kesehatan (OR 6,8, 95% CI 2,4-19,2). Peninjauan sistematik dari studi kualitatif yang dilakukan Mills (2006) pada identifikasi beberapa hambatan dalam mengimunisasi anak-anak menunjukkan bahwa salah satu hambatannya adalah komunikasi yang buruk. Pedoman untuk berkomunikasi dengan orang tua yang menolak untuk meng-imunisasi anak mereka telah dipublikasikan. Pedoman tersebut menganjurkan kepada penyedia layanan kesehatan untuk mendengarkan secara hati-hati dan penuh hormat terhadap kepedulian orang tua, memberikan pengetahuan tentang risiko dan manfaat imunisasi sehingga informasi yang salah atau kesalahpahaman bisa dikoreksi, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi rasa sakit saat penyuntikan, dan mengizinkan jadwal imunisasi yang meminimalkan suntikan pada satu kunjungan, bekerja sama dengan orang tua sehingga setiap
13
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 1, APRIL 2015: 9-15
hambatan keuangan bisa disingkirkan, dan membangun hubungan hormat dengan orang tua sehingga keputusan orang tua untuk tidak mengimunisasi anak-anak mereka dapat ditinjau kembali. Dengan membangun kepercayaaan dan hubungan hormat, orang tua lebih mungkin bisa dipengaruhi oleh saran-saran dari petugas kesehatan (Diekema, 2005). Davis, et al. (2004) menyatakan bahwa orang tua memerlukan komunikasi tentang vaksinasi terutama tentang keuntungan dan risiko imunisasi jika tidak diberikan. Hal tersebut dapat meningkatkan cakupan imunisasi. Analisis yang dapat dikembangkan peneliti adalah fungsi dan peran profesi kesehatan untuk menjaga kepatuhan imunisasi sangatlah besar sehingga jika peran edukasi profesi kesehatan tidak dilaksanakan dengan optimal akan tampak nilai kepatuhan yang rendah dan penurunan motivasi ibu pada regimen preventif yang panjang ini (Robin, 2004). Kemudian peran konselor yang juga dapat dijalankan dengan komunikasi terapeutik yang optimal akan menghasilkan tingkat motivasi yang tinggi bagi ibu untuk mengimunisasi bayinya. Tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam pencapaian cakupan imunisasi dasar pada bayi. Komunikasi tenaga kesehatan merupakan faktor kuat yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Dengan melakukan komunikasi yang baik kepada ibu dapat mempengaruhi keputusan untuk mengimunisasi anak. Dengan berdiskusi tentang imunisasi, dapat memperbaiki pengetahuan ibu sehingga dapat memberikan kepercayaan yang baik tentang imunisasi. Tidak hanya berdiskusi dengan ibu, tenaga kesehatan juga diharapkan berdiskusi dengan anggota keluarga yang lain sehingga meningkatkan dukungan keluarga terhadap imunisasi. Dukungan keluarga yang baik dapat mempengaruhi keputusan ibu untuk mengimunisasi bayinya. PENUTUP Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1) faktor pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi dasar pada
14
bayi, 2) faktor dukungan keluarga berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi, 3) faktor kepercayaan berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi, 4) faktor komunikasi tenaga medis berhubungan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Saran dari penelitian ini adalah diharapkan petugas kesehatan terutama yang bekerja dalam komunitas seperti di Puskesmas, bisa bekerja sama dengan kader kesehatan dan perangkat setempat untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan ibu tentang imunisasi melalui penyuluhan maupun forum diskusi. Tenaga kesehatan, kader, dan perangkat setempat diharapkan menjalin komunikasi yang baik tidak hanya kepada ibu yang memiliki bayi/balita, namun juga kepada anggota keluarga yang lain. Bila anggota keluarga yang lain dilibatkan, diharapkan dapat meningkatkan dukungan sehingga dapat meningkatkan cakupan imunisasi dasar pada bayi. Masyarakat perlu diberikan motivasi untuk memanfaatkan Puskesmas, Posyandu, dan tempat pelayanan kesehatan yang terdekat sehingga dapat berpartisipasi mendukung program imunisasi. DAFTAR PUSTAKA Albertina M., Febriana S., Firmanda W., Permata Y., Gunardi H. 2009. Kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya bulan Maret 2008. Sari Pediatric. 11(1): 1-7. Davis TC., Fredrickson DD., Kennen EM., Arnold C., Shoup E. 2004. Childhood vaccine risk/benefit communication among public health clinics: A timemotion study. Public Health Nursing. 22(3): 228236. Depkes. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 482/Menkes/SK/IV/2010 Tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization 2010-2014. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Diekema DS. 2005. Responding to parental refusals of immunization of children. Pediatrics. 115:14281431. Effendi, N. 1999. Perawat Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: EGC.
ISSN 2301–4024
Arumsari, Faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar bayi
Friedman. 2003. Family Nursing Research, Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall. Gust DA., Strine TW., Maurice E., Smith P., Yusuf H., Wilkinson M., Battaglia M., Wright R., Schwartz B. 2004. Underimmunization among children: effect of vaccine safety concerns on immunization status. Pediatrics. 114(1): 16-22. IDAI. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Juniatiningsih A., Soedibyo S. 2007. Profil status imunisasi dasar balita di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri. 9(2): 121-126. Mills E., Jadad AR., Ross C., Wilson K. 2005. Systematic review of qualitative studies exploring parental beliefs and attitudes toward childhood vaccination identifies common barrier to vaccination. Journal of Clinical epidemiology. 58(11): 10811088.
ISSN 2301–4024
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rizani A, Hakimi M, Ismail D. 2009. Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Kota Banjarmasin. Berita Kedokteran Masyarakat. 25(1): 12-20. Robin DM. 2004. Variations in patient’s adherence to medical recommendations: a quantitative review of 50 years of research. Medical Care. 42(3): 200209. United Nation Development Programme (UNDP). 2008. Human Development Report Statistic. Vincent JG., Saux NL., Plint AC., Correll R., Gaboury I., Ellis E., Tam TW. 2003. Factors influencing childhood influenza immunization. CMAJ. 168(1): 3941. WHO. 2008. Progress towards global immunization goals-2007: Key indicators. Geneva: WHO.
15