“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN TERJADINYA NEEDLE STICK INJURY DI RUANGAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA 2015” “FACTORS ASSOCIATED WITH BEHAVIORAL TO PREVENT NEEDLE STICK INJURY AT INPATIEN ROOM OF X HOSPITAL, JAKARTA 2015”
OLEH: Ermawati B NIM : 2014-12-060
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK SINT CAROLUS, JAKARTA MARET, 2016
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan penelitian 11 Maret 2016 Ermawati B Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan terjadinya Needle stick injury di Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. xiv + 70 halaman, 13 tabel, 6 lampiran ABSTRAK Luka tertusuk jarum atau lebih dikenal dengan Needle stick injury (NSI) merupakan bentuk kecelakaan kerja di lingkungan kesehatan. Di Rumah Sakit X (RS X) Jakarta sepanjang tahun 2012- 2014 masih ditemukan kejadian NSI sebanyak 10-11 kejadian tiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor apa yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI di ruangan rawat inap RS X. Penelitian ini menggunakan teknik sampling (simple random sampling) sebanyak 113 responden,dengan desain metode cross secsional menggunakan instrumen kuesioner untuk selanjutnya dianalisa mengunakan chi square. Hasil penelitian univariat perawat berumur dewasa awal 73.5%, pendidikan mayoritas D3 77%, masa kerja kurang 10 tahun 68.1%, pengetahuan baik 50.4%, belum mengikuti pelatihan sebesar 51.3% dan perilaku baik 52.2%, sedangkan hasil penelitian bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan terjadinya NSI di RS X dengan umur (p value 0.001), pendidikan (p value 0.00) masa kerja (p value 0.000), pengetahuan (p value 0.001), dan pelatihan (p value 0.001). Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan RS X terus meningkatkan jenjang pendidikan perawat, mengadakan training NSI secara berkala, memprioritaskan training untuk perawat yang belum pernah mengikuti, memonitoring dan mengevaluasi kinerja perawat terkait NSI serta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan SOP saat menggunakan jarum suntik. Kata kunci: Perilaku - Pencegahan - Luka tertusuk jarum Daftar Pustaka: 13 buku ( 2004 – 2015 )
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH SCIENCES BACHELOR NURSING PROGRAM Research Report March 11, 2016 Ermawati B Factors Associated with Behavioral to Prevent Needle Stick Injury at Inpatient room of X Hospital, Jakarta. xiv + 70 pages, 13 tabels, 6 annexes ABSTRACT Needle stick injuries (NSI) is a form of occupational accidents in the healthcare environment. In X Hospital, throughout the year 2012- 2014 is still found the incidence of NSI as much as 10-11 events each year. This study aims to determine factors associated with the nurses behavior to prevents the NSI at inpatient room of X Hospital. This study uses a sampling technique (simple random sampling) of 113 respondents, with cross sectional design method using a questionnaire to then analyzed using chi square. Univariate research resulting as follow: 73.5% of nurses are at early adult age, educational background majority Diploma III are 77%, work period less than 10 years is 68.1%, great knowledge 50.4 %, untrained concerning to NSI subject 51.3 %, good behavior 52.2 %, while the results of bivariate research shows no meaningful relationship between the behavior of the prevention of NSI in RS X with age (p value 0.001), education (p value 0.00) work period (p value 0.000), knowledge (p value 0.001), and training (p value 0.001). Based on these results, it is expected RS X continues the educational improvement of the nurses, periodically conduct NSI training, monitor and evaluate the performance of nurses associated with NSI also preparing equipments required as standard operation procedure of needle using. Key words: Behavior – Prevention – Needle Stick Injury Bibliography 13 books ( 2004 – 2015)
A. PENDAHULUAN Rumah sakit adalah suatu organisasi melalui tenaga medis profesional yang terorganisir berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh klien. Dalam penyelenggaraan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan, serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda tajam sebagai sarana pendukung. Permasalahan yang muncul dan di hadapi kemudian adalah munculnya kejadian luka tusuk pada tenaga medis yang melakukuan kegiatan rumah sakit tersebut. (Harington, 2008). Pemerintah sendiri telah mencanangkan gerakan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja berupa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Kemenkes, 2007). Kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit adalah bagian dari upaya tersebut. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit sampai saat ini belum menjadi prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit masih lebih mementingkan kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistik, sumber daya manusia dan pengembangan jenis pelayanan baru. Sementara itu karyawan rumah sakit, terutama mereka yang sebenarnya berisiko tinggi mengalami penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja seperti dokter, perawat, radiolog, dan petugas laboratorium belum mendapatkan perhatian yang cukup (Pusat Kesehatan Kerja, 2009). Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat menyebabkan infeksi HBV (Hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C Virus) dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) melalui sumber infeksi yang diketahui atau yang tidak diketahui seperti jarum bekas pakai atau benda tajam lainnya. Kecelakaan yang paling umum di pelayanan kesehatan adalah tertusuk jarum suntik atau yang dikenal dengan istilah Needle Stick Injury atau NSI (Sahara, 2011).
Di Rumah Sakit X Jakarta Selatan masih ditemukan kejadian NSI. Data Key Performance Indicator (KPI) Rumah Sakit X tahun 2012 sampai 2014 masih terdapat kejadian NSI, rata-rata 10-11 kejadian pertahun dan pada tahun sebelumnya terdapat 9 kejadian NSI.Sedangkan KPI kejadian NSI di sebuah Rumah Sakit harus nol kejadian. Dalam hal ini Rumah sakit X sudah mempunyai SOP penggunaan benda tajam (jarum suntik) dan juga sudah memberikan inservice training tentang kewaspadaan universal ( terkait NSI), dari data yang didapat dari HRD tahun 2015 belum semua perawat yang mengikuti training kewaspadaan universal terkait NSI yaitu baru sekitar 50% dari jumlah perawat yang ada,namun setiap ruangan perawatan sudah mempunyai SOP penggunaan jarum suntik dan pembuangan sampah benda tajam dalam hal ini termasuk jarum suntik. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pencegahan needle stick Injury (NSI) di ruang rawat inap Rumah Sakit X. Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya faktor-faktor apa yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Rumah Sakit X Jakarta Selatan. A. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain studi Cross Sectional. Studi ini mempelajari hubungan antara variabel independen ( umur, pendidikan, masa kerja, pengetahunan terkait NSI dan pelatihan kewaspadaan universal) dan variabel dependen ( perilaku pencegahan terjadinya needle stick injury ). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap lantai III, IVA, VA, VB, dan VC Rumah Sakit X Jakarta yang jumlahnya 159 orang pada tahun 2015. Sedangkan sampel pada penelitian ini perawat pelaksana sebanyak 113 orang di ruangan rawat inap lantai III, IVA, VA, VB, dan VC Rumah Sakit X yang bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilakukan di rawat inap lantai III, IVA, VA, VB, dan VC Rumah Sakit X yang berlokasi di Jakarta. Penelitian ini dimulai dari September 2015 sampai Februari 2016. Peneliti mengajukan permohonan izin
kepada Rumah Sakit X untuk mendapat persetujuan, kemudian kuesioner dikirim kepada subjek yang diteliti. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari: 1) Kuesioner A, berupa pertanyaan karateristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan masa kerja, 2) Kuesioner B berupa pernyataan pengetahuan responden terkait NSI, 3) Kuesioner C berupa pertanyaan terhadap pelatihan kewaspadaan universal terkait NSI yang pernah diikuti responden, 4) Kuesioner D berupa pernyataan perilaku responden dalam pencegahan NSI. Peneliti melakukan analisis data uji univariat dan bivariat. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji chi square (χ2) dengan batas kemaknaan Alfa / p = 0,05. B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis univariat Distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, pelatihan, perilaku di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta (n=113)
a. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Didapatkan lebih banyak responden yang umurnya dewasa awal yaitu sebanyak 83 orang (73.5%). b. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
Didapatkan lebih banyak responden yang berpendidikan D3 Keperawatan yaitu sebanyak 87 orang (77.0%). c. Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja Didapatkan lebih banyak responden yang masa kerjanya <= 10 tahun yaitu sebanyak 77 orang (68.1%). d. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan Didapatkan yang mempunyai pengetahuan kurang baik dan baik hampir sama banyak yaitu sebesar 56 orang (49.6%), dan 57 orang (50.4%) pengetahuan-nya baik. e. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelatihan Didapatkan lebih banyak responden yang belum pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 58 orang (51.3%). f. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku Didapatkan lebih banyak yang perilakunya baik yaitu sebanyak 59 orang (52.2%). 2. Analisa bivariat Berikut ditampilkan hasil analisa bivariat dan pembahasannya seperti tertera pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Hubungan umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, pelatihan,dengan perilaku pencegahan terjadinya NSI di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta (n=113)
a. Hubungan umur dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI Dari hasil penelitian pada Tabel 2.1 menyatakan bahwa dari 83 responden yang umur-nya dewasa awal, diketahui 48 orang (57.8%)
perilaku-nya tidak baik dan 35 orang (42.2%) perilaku-nya baik. Sedangkan dari 30 responden yang umur-nya dewasa menengah, diketahui 6 orang (20.0%) perilaku-nya tidak baik dan 24 orang (80.0%) perilaku-nya baik. Nilai χ2 (chi-square) hitung sebesar 11.169 lebih besar dari nilai χ2 (chi-square) tabel (3.841), dengan p value sebesar 0.001 nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka H0 ditolak, artinya umur berhubungan secara signifikan dengan perilaku. Nilai Odds Ratio sebesar 5.486 artinya responden yang umur-nya dewasa menengah memiliki peluang perilakunya baik yaitu 5 kali lebih besar dibandingkan responden yang umur-nya dewasa awal. sehingga dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa umur maka perilaku-nya akan semakin baik, dan begitu sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Wawan & Dewi (2011) mengatakan semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Sedangkan Hurlock (2011) mengatakan ciri- ciri perkembangan pada umur dewasa madya seseorang akan mencapai kesuksesannya dan lebih bertanggung jawab. Dari sini peneliti berasumsi semakin cukup umur seseorang tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam berfikir. Umur yang semakin meningkat akan menimbulkan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dengan bijaksana , bersifat rasional dan mampu mengendalikan emosi sehingga hal tersebut akan membuat dewasa madya untuk berperilaku lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya seperti halnya dalam melakukan pencegahan terhadap kejadian NSI. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti Kurniawati, dkk (2013) melakukan penelitian tentang Hubungan Praktik
Penerapan
Standart Operating Prosedure (SOP) dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat unit Perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang. Hasil uji Rank Spearman dan Person Product Moment menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadiaan kecelakaan kerja adalah umur (p value 0.008 dan nilai r 0.623). b. Hubungan pendidikan dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI. Berdasarkan Tabel 2.1 didapatkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa dari 87 responden yang pendidikan-nya D3 Kep, diketahui 49
orang (56.3%) perilaku-nya tidak baik dan 38 orang (43.7%) perilaku-nya baik. Sedangkan dari 26 responden yang pendidikan-nya S1 Kep/Ners, diketahui 5 orang (19.2%) perilaku-nya tidak baik dan 21 orang (80.8%) perilaku-nya baik. Nilai χ2 (chi-square) hitung sebesar 9.601 lebih besar dari nilai χ2 (chi-square) tabel (3.841), dengan p value sebesar 0.002 nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka H0 ditolak, artinya pendidikan berhubungan secara signifikan dengan perilaku. Nilai Odds Ratio sebesar 5.416 artinya responden yang pendidikan-nya S1 Keperawatan/Ners memiliki peluang perilaku-nya baik yaitu 5 kali lebih besar dibandingkan responden yang pendidikan-nya D3 Kep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan maka perilakunya akan semakin baik, dan begitu sebaliknya. Tingkat pendidikan ini sangat penting dan perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi daya nalar seseorang terutama dalam meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya. Ini sesuai dengan yang dikatakan Sukmadinata (2009), tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi makin mudah memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Penelitian Prakasiwi (2010) berjudul Hubungan Faktor Penentu Perilaku Keselamatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Suntik Pada Perawat di RSD Dr. Soebandi, Jember. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 5 variabel yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik yaitu salah satunya pendidikan (p=0,038, CI 95%). Menurut peneliti semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pengetahuan yang diperolehnya dan akan memotivasi seseorang untuk bekerja lebih baik dengan menunjukan perilaku yang lebih baik dibanding dengan yang berpendidikan dibawahnya, dalam hal ini terkait pencegahan NSI. c. Hubungan masa kerja dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI
Berdasarkan hasil analisis bivariate pada Tabel 2.1 diketahui bahwa dari 77 responden yang masa kerja-nya 10 tahun kebawah, diketahui 46 orang (59.7%) perilaku-nya tidak baik dan 31 orang (40.3%) perilaku-nya baik. Sedangkan dari 36 responden yang masa kerja-nya diatas 10 tahun, diketahui 8 orang (22.2%) perilaku-nya tidak baik dan 28 orang (77.8%) perilaku-nya baik. Nilai χ2 (chi-square) hitung sebesar 12.376 lebih besar dari nilai χ2(chi-square) tabel (3.841), dengan p value sebesar 0.000 nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka H 0 ditolak, artinya masa kerja berhubungan secara signifikan dengan perilaku. Nilai Odds Ratio sebesar 5.194 artinya responden yang masa kerja-nya diatas 10 tahun memiliki peluang perilaku-nya baik yaitu 5 kali lebih besar dibandingkan responden yang masa kerja-nya 10 tahun kebawah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin lama masa kerja maka perilaku-nya akan semakin baik, dan begitu sebaliknya. Menurut Robbins (2011) lama kerja turut menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan tugas. Semakin lama masa kerja seseorang maka akan menghasilkan produktifitas yang tinggi. Semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan suatu tugas. Asumsi peneliti dalam menjalani pekerjaan maka semakin banyak pengalaman seseorang,sehingga dengan bertambahnya pengalaman akan meningkatkan produktifitas seseorang, dan akan memperlihatkan perilaku yang lebih baik dalam bekerja dalam hal ini melakukan pencegahan terjadinya NSI. d. Hubungan pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI Dari hasil penelitian pada Tabel 2.1 menyatakan bahwa dari 56 responden yang pengetahuan-nya kurang baik, diketahui 36 orang (64.3%) perilaku-nya tidak baik dan 20 orang (35.7%) perilaku-nya baik. Sedangkan dari 57 responden yang pengetahuan-nya baik, diketahui 18 orang (31.6%) perilaku-nya tidak baik dan 39 orang (68.4%) perilaku-nya baik. Nilai χ2 (chi-square) hitung sebesar 10.835 lebih besar dari nilai χ 2 (chi-square) tabel (3.841), dengan p value sebesar 0.001 nilai p value ini
lebih kecil dari alpha (0.05) maka H0 ditolak, artinya pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan perilaku. Nilai Odds Ratio sebesar 3.900 artinya responden yang pengetahuan-nya baik memiliki peluang perilaku-nya baik yaitu 4 kali lebih besar dibandingkan responden yang pengetahuan-nya kurang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan maka perilaku-nya akan semakin baik, dan begitu sebaliknya. Menurut Sukmadinata (2009), faktor–faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : faktor internal ( jasmani dan rohani ) sedangkan faktor eksternal ( Pendidikan, paparan media, ekonomi, dan pengalaman ). Sedangkan Notoatmodjo (2012) mengatakan perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng, karena sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru tersebut terjadi proses: 1) Awareness (kesadaran) : yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Interest : yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3) Evaluation : menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4) Trial : orang telah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption : subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arianti (2010) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang NSI di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat tentang NSI dengan penatalaksanaan NSI dengan hasil p value 0.001 dan r 0,764. Dari hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi masih banyaknya perawat yang belum baik pengetahuannya tentang NSI, hal ini kemungkinan masih belum terpaparnya perawat tersebut terkait NSI, ini sesuai dengan data yang didapatkankan peneliti dari HRD, bahwa baru sebagian perawat yang mengikuti training terkait NSI. Sehingga pengetahuannya yang baik akan berperilaku lebih baik, dalam pencegahan terjadinya NSI. e. Hubungan pelatihan kewaspadaan universal dengan perilaku perawat dalam pencegahan NSI
Dari hasil penelitian pada Tabel 2.1 menyatakan bahwa dari 58 responden yang belum pernah pelatihan, diketahui 37 orang (63.8%) perilaku-nya tidak baik dan 21 orang (36.2%) perilaku-nya baik Sedangkan dari 55 responden yang sudah pernah pelatihan, diketahui 17 orang (30.9%) perilaku-nya tidak baik dan 38 orang (69.1%) perilaku-nya baik. Nilai χ2 (chi-square) hitung sebesar 10.952 lebih besar dari nilai χ2 (chi-square) tabel (3.841), dengan p value sebesar 0.001 nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka H0 ditolak, artinya pelatihan berhubungan secara signifikan dengan perilaku. Nilai Odds Ratio sebesar 3.938 artinya responden yang sudah pernah pelatihan memiliki peluang perilaku-nya baik yaitu 4 kali lebih besar dibandingkan responden yang belum pernah pelatihan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika sudah pernah pelatihan maka perilaku-nya akan cenderung baik, dan begitu sebaliknya. Sesuai dengan Nadler dalam Wirawan (2015) mengatakan tujuan pelatihan yaitu untuk meningkatkan kemampuan karyawan baik secara afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotoriknya (perilaku) serta mempersiapkan karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat mengatasi hambatan-hambatan yang sekiranya muncul dalam pekerjaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sahara Ayu (2012) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan Perawat dan Bidan dalam penerapan Kewaspadaan Universal / Kewaspadaan Standar di RS PMI Bogor, terdapat variabel pelatihan berhubungan secara signifikan berhubungan kepatuhan penerapan Kewaspadaan Universal/Kewaspadaan Standar dengan p value 0.000. Dari hasil penelitian diatas peneliti berasumsi karena pelatihan bertujuan untuk meningkatkan sikap, pengetahuan dan perilaku maka perawat yang sudah mengikuti pelatihan dalam penelitian ini lebih baik perilakunya dalam melakukan pencegahan terjadinya NSI. C. SIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka untuk responden di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Diperoleh gambaran perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit X lebih banyak yang berumur dewasa awal (diantara 21-40 tahun) yaitu sebesar 73.5%. 2. Diperoleh gambaran pendidikan perawat pelaksana mayoritas D3 Keperawatan yaitu sebanyak 77%. 3.
Diperoleh gambaran masa kerja perawat pelaksana lebih banyak yang
kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 68,1%. 4. Diperoleh gambaran pengetahuan perawat pelaksana terkait NSI hampir sama banyak pengetahuan baik dan kurang baik yaitu sebanyak 50.4% dan 49.6%. 5. Diperoleh gambaran pelatihan perawat pelaksana lebih banyak yang belum mengikuti pelatihan kewaspadaan universal yaitu sebanyak 51,3% 6. Diperoleh gambaran perilaku perawat pelaksana lebih banyak yang baik yaitu sebanyak 52.2%. 7. Terdapat hubungan antara umur dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta ditunjukan oleh nilai p value sebesar 0.001. 8. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta ditunjukan oleh nilai p value sebesar 0.002. 9. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta ditunjukan oleh nilai p value sebesar 0.000. 10. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta ditunjukan oleh nilai p value sebesar 0.001. 11. Terdapat hubungan antara pelatihan dengan perilaku perawat dalam pencegahan terjadinya needle stick injury di Ruang Rawat Inap RS X Jakarta ditunjukan oleh nilai p value sebesar 0.001 Sedangkan adapun saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit a. Dari hasil penelitian masih banyak perawat yang berpendidikan D3, diharapkan RS X terus meningkatkan jenjang pendidikan perawat ke S1 dan Ners.
b. Mengadakan training NSI secara berkala dan memprioritaskan
training bagi perawat yang belum pernah mengikuti, serta memonitoring dan mengevaluasi kinerja perawat terkait NSI setelah mengikuti training. c. Dari hasil penelitian masih banyaknya perawat yang belum menyiapkan klem arteri saat akan melakukan tindakan yang menggunakan jarum dan saat melepas jarum, maka diharapkan RS X memastikan ketersediaan klem arteri sesuai dengan kebutuhan perawat yang sedang bekerja saat itu. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang membantu pengembangan ilmu pegetahuan dan praktek keperawatan khususnya dalam pencegahan terjadinya needle stick injury. 3. Bagi Peneliti Keperawatan Penelitian ini baru memakai instrumen kuesioner,pada penelitian selanjutnya dapat kiranya memakai instrumen observasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan needle stick injury.
DAFTAR PUSTAKA
Arianti. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Needle Stick Injury di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Blumberg, E. (2014). Guidance For Evaluating Healthcare. American Journal, 729-731. Elizabeth, B. H. (2011). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Harrington, J. M. (2008). Buku Saku Keselamatan Kerja. Jakarta: EGC. Hastono, S. P., & Sabri, L. (2011). Statistik Kesehatan . Jakarta: Rajawali Pers. Indonesia, D. K. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Bakti Husada. Indonesia, K. M. (2007). Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. Ismail, N. H. (2009). Needle Stick Injury A Review Of Twelve Theses Among Healthcare . Community Health , 47-56. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prakasiwi. (2010). Hubungan Faktor Penentu Perilaku Keselamatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Suntik Pada Perawat di RSD Dr. Soebandi, Jember. Pratiwi, N. L. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dan Perilaku Kesehatan. Mulyorejo Surabaya: Airlangga University Press. Purnamasari, E. P. (2015). Panduan Menyusun SOP. Yogyakarta : Kobis. RI, D. K. (2009). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Bakti Husada. Sahara, A. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat dan Bidan Dalam Penerapan Kewaspadaan Universal / Kewaspadaan Standar di RS PMI Bogor. Services, D. o. (Desember 2013). CDC Guidance For Evaluating Health Care Personnel For Hepatitis B Virus Protection And For
administering Postexposure Management. US: Central For Disease control And Prevention MMWR. Sinambela, L. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susilo, W. H. (2013). Prinsip-Prinsip Biostatiska Dan Aplikasi SPSS Pada Ilmu Keperawatan. In Media. Undang – Undang Republik Indonosia Nomor 12 Tahun 2012 . USA, D. O. (2008). Workbook For Designing,Implementing And Evaluating A Sharps Injury Prevention Program. USA: CDC. Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Wijayati, K. (2013). Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating Prosedure (SOP) dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi Di RSUD Tugurejo. Wilburn, S. Q. (2004). Preventing Needlestick Injuries Among Healthcare Workers. Int J Occup Environt Healt , 451-456