ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN CA YANG DIKEMOTERAPI DI RUANG LONTARA 2 RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Pin Lolobua’ Lotong
Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien akan memiliki harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri rendah pada klien ca yang dikemoterapi di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan design cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang dengan besar sampel 47 orang yang diambil secara acidental sampling, variabel penelitian meliputi independen yaitu, pekerjaan, pendidikan, dukungan sosial, dan persepsi fisik serta variabel dependen yaitu harga diri. Data analisis dengan analisis univariat yaitu distribusi frekuensi dari variabel independen dan dependen serta analisis bivariat menggunakan uji Chi-square secara manual dengan batas tingkat signifikan 0,05. Hasil penelitian dari 47 orang didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan, dan pendidikan (p > α) dengan harga diri pasien kanker. Dan ada hubungan antara dukungan sosial dengan persepsi fisik (p < α) dengan harga diri rendah di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2014. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang berhubungan dengan harga diri rendah pada klien ca yang dikemoterapi adalah dukungan sosial dan persepsi fisik di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2014. Oleh karena itu disarankan untuk menambah pengetahuan dalam mencegah terjadinya kanker, meningkatkan hubungan dengan teman sebaya dan selalu berfikir positif dalam mengahadapi penyakitnya Kata Kunci : Kanker, Harga diri Pendahuluan Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa banyak kesesuaian tingakah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker termaksud penyakit yang tidak menular.Penyakit ini timbul akibat kondisi
fisik yang tidak normal. (Rosita Saragih 2013). Kanker adalah penyakit yang sangat ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Hampir tidak ada kanker yang dapat sembuh dengan spontan dan bila kanker itu dibiarkan terus tumbuh, cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan kematian penderitanya dalam keadaan yang menyedihkan dan memilukan hati. Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien akan memiliki harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan seseorang. Banyak penelitian menunjukkan pasien kanker mengalami masalah harga diri rendah. (Imam Rasjidi, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rifai Subagyo, 2008, dengan judul Gambaran Konsep Diri Klien dengan Kanker Leher Rahim di URJ Onkologi RSD. DR. Soegeri Lamongan dengan responden sebanyak 20 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah diskriptif dengan menggunakan metode total sampling, pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuestioner dan pengolahan data dengan menggunakan koding, skoring, tabulasi. Hasil penelitian didapatkan hampir seluruhnya (90%) klien kanker leher rahim mengalami gangguan gambaran diri, 45% responden yakni hampir sebagian mengalami gangguan ideal diri, 12 responden yang lebih dari sebagian (60%) mengalami harga diri rendah, 6 responden yaitu hampir sebagian (30%) responden mengalami gangguan dalam peran, dan lebih dari sebagian responden yaitu 12 responden (60%) mengalami gangguan identitas diri. Dari data WHO (World Health Organization) diketahui, setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah menjadi 6,25 juta orang. Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit-penyakit kardiovaskuler. Sepuluh tahun mendatang,
diperkirakan 9 juta orang di seluruh dunia akan meninggal karena kanker setiap tahunnya.(Imam Rasjidi, 2009). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam penelitian Tita Febri, 2012 menyatakan di Indonesia terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit dan kanker rectum. Dari data Rekam Medik RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2013, jumlah penderita kanker yang dikemoterapi sebanyak 635 orang. Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan pada pasien kanker. Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker. Efek samping kemoterapi dapat menyebabkan rasa mual, muntah, rambut gugur, perubahan warna kulit, perubahan bentuk tubuh, dan kelemahan. Keadaan ini dapat menimbulkan penilaian negatif terhadap diri sendiri dan tidak percaya diri. Penelitian yang dilakukan oleh Janno Sinaga, dengan pendekatan cross sectional, dan sebanyak 47 pasien kanker yang menjalani kemoterapi menjadi responden dengan teknik pengambilan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan 85,1 % responden mengalami efek samping kemoterapi berat dan 53,2% memiliki harga diri rendah. Metode Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Wahidin Sudirohusodo yang terletak di jalan Perintis Kemerdekaan Km. 11, Tamalanrea Makassar yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di SulawesiSelatan.Penelitian dilaksananakan pada bulan 15 maret – 26 maret 2014.Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasienyang didiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit ca yang sedang menjalani kemoterapi dirawat di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 53 orang.Sampel terdiri dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian dan ditentukan dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang Hasil
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai yang dikehendaki peneliti dengan jumlah sebanyak 47 orang.Pengumpulan Data :Data primer dikumpulkan dengan instrumen kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai biodata, dukungan sosial dan harga diri berdasarkan cadan kemoterapi.Data sekunder diperoleh dari bagian yang berhubungan dengan objek penelitian seperti bagian medical record.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, disajikan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Distribusi Harga Diri Rendah Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Harga Diri Rendah diRSUP.Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar Tahun 2014 Harga Diri Harga Diri Rendah Harga Diri Positif Jumlah Sumber : Data Primer
N 26 21 47
Presentase (%) 55,3 44,7 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa harga diri lebih banyak pada pasien harga diri rendah yaitu 26 orang (55,3%) dari pada harga diri positif yaitu 21 orang (44,7%). b. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di RSUP.Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar Tahun 2014 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Jumlah Sumber : Data Primer
N 36 11 47
Presentase (%) 76,6 23,4 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden paling banyak yang tidak bekerja yaitu 36 orang (76,6%) dibanding responden yang bekerja yaitu 11 orang (23,4%).
c. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di RSUP.Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar Tahun 2014 Pendidikan Rendah Tinggi Jumlah Sumber : Data Primer
N 31 16 47
Presentase (%) 66 34 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden paling banyak yang mempunyai pendidikan rendah yaitu 31 orang (66%) dibanding yang mempunyai pendidikan tinggi yaitu 16 orang (34%). d. Distribusi Responden Menurut Dukungan Sosial Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Dukungan Sosial di RSUP. Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar Tahun 2014 Dukungan Sosial Kurang Baik Jumlah Sumber : Data Primer
N 7 40 47
Presentase (%) 14,9 85,1 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden paling banyak yang mempunyai dukungan sosial yang baik yaitu 40 orang (85,1%) dibanding yang mempunyai dukungan sosial kurang yaitu 7 orang (14,9%). e. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Harga Diri Rendah dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 5 Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Harga Diri Rendah Dukungan Sosial
Kurang Baik Jumlah Sumber :Data Primer
Harga Diri Harga Diri Harga Diri Rendah Positif n 7 19 26
% 100 47,5 55,3
n 0 21 21
% 0 52,5 44,7
Jumlah n 7 40 47
% 100 100 100
Bahwa dari 7 orang penderita yang memiliki dukungan sosial kurang, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 7 orang (100%) dibanding yang memiliki harga diri positif yaitu sebanyak 0 orang (0%). Sedangkan penderita yang memiliki dukungan sosial baik terdapat 40 orang (100%) dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 21 orang (52,5%), dibanding yang memiliki harga diri rendah sebanyak 19 orang (47,5%). Hasil uji alternatif fisher exact diperoleh X² hitung (6,643) >X² tabel (3,84) dan p = 0,012 < 0,05. Artinya ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri rendah. f. Distribusi Responden Menurut Persepsi Fisik Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Persepsi Fisik diRSUP.Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar Tahun 2014 Persepsi Fisik n Presentase (%) Negatif 29 61,7 Positif 18 38,3 Jumlah 47 100 Sumber : Data Primer Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak mempunyai persepsi fisik negatif yaitu 29 orang (61,7%) dibanding yang mempunyai persepsi fisik positif yaitu 18 orang (38,3%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara pekerjaan, pendidikan, dukungan sosial dan persepsi fisik dengan harga diri dengan menggunakan tabulasi silang dan hasilnya selengkapnya sebagai berikut: a. Hubungan antara Pekerjaan dengan Harga Diri Rendah dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 7 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Harga Diri Rendah di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 Harga Diri Jumlah Harga Diri Harga Diri Pekerjaan p Rendah Positif n % n % n % Tidak Bekerja 21 58,3 15 41,7 36 100 0,341 Bekerja 5 45,5 6 54,5 11 100 Jumlah 26 55,3 21 44,7 47 100 Sumber : Data Primer Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 36 penderita yang tidak bekerja, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu 21 orang (58,3%) dibanding yang harga diri positif yaitu 15 orang (41,7%). Sedangkan penderita yang bekerja terdapat 11 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu 6 orang (54,5%) dibanding yang mengalami harga diri rendah yaitu 5 orang (45,5%). Hasil uji alternatif fisher exact diperoleh X² hitung (0,565) <X² tabel (3,84) dan p = 0,341 > 0,05. Artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan harga diri rendah.
b.
Hubungan Antara Pendidikan dengan Harga Diri Rendah dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 8 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Harga Diri Rendah di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014
Harga Diri Jumlah Harga Diri Harga Diri Pendidikan p Rendah Positif n % n % n % Rendah 19 61,3 12 38,7 31 100 0,252 Tinggi 7 43,8 9 56,3 16 100 Jumlah 26 55,3 21 44,7 47 100 Sumber: Data Primer Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 31 orang penderita yang memiliki pendidikan rendah, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 19 orang (61,3%) dibanding yang mengalami harga diri positif yaitu sebesar 12 orang (38,7). Sedangkan penderita yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 16 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 9 orang (56,3%) dibanding yang memiliki harga diri rendah yaitu sebesar 7 orang (43,8%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh X² hitung (1,314) <X² tabel (3,84) dan p = 0,252 > 0,05. Artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan harga diri rendah. c. Hubungan Antara Persepsi Fisik dengan Harga Diri Rendah dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 9 Hubungan Antara Persepsi Fisik Dengan Harga Diri Rendah di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2014 Harga Diri Jumlah Harga Diri Harga Diri Persepsi p Rendah Positif Fisik n % n % n % Negatif 24 82,8 5 17,2 29 100 0,000 Positif 2 11,1 16 88,9 18 100 Jumlah 26 55,3 21 44,7 47 100 Sumber : Data Primer Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 29 orang penderita yang memiliki persepsi fisik negatif, lebih banyak yang memiliki harga diri rendah yaitu sebesar 24 orang (82,8%) dibanding yang mememiliki harga diri positif yaitu sebesar 5 orang (17,2%). Sedangkan penderita yang memiliki persepsi fisik positif terdapat 18 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 16 orang (88,9%) dibanding yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 2 orang (11,1%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh X² hitung (23,066) >X² tabel (3,84) dan p = 0,000 < 0,05. Artinya ada hubungan antara persepsi fisik dengan harga diri rendah. menganalisa seberapa banyak kesesuaian Pembahasan Harga diri adalah penilaian pribadi tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri terhadap hasil yang dicapai dengan diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
yaitu dicintai,dihormati dan dihargai (Suliswati dkk, 2005). Kanker adalah penyakit yang sangat ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Hampir tidak ada kanker yang dapat sembuh dengan spontan dan bila kanker itu dibiarkan terus tumbuh, cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan kematian penderitanya dalam keadaan yang menyedihkan dan memilukan hati. Menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien akan memiliki harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan seseorang (Imam Rasjidi, 2009). 1. Hubungan Pekerjaan dengan Harga Diri Rendah Yang dimaksud pekerjaan adalah kegiatan yang rutin dilakukan klien untuk memenuihi kebutuhan sehari-hari yang menghasilkan uang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan design cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) pada variabel indepnden dan dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasienyang didiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit ca yang sedang menjalani kemoterapi dirawat di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 53 orang. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian dan ditentukan dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai yang dikehendaki peneliti dengan jumlah sebanyak 47 orang. Dari 36 penderita yang tidak bekerja, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu 21 orang (58,3%) dibanding yang harga diri
positif yaitu 15 orang (41,7%). Sedangkan penderita yang bekerja terdapat 11 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu 6 orang (54,5%) dibanding yang mengalami harga diri rendah yaitu 5 orang (45,5%). Hasil uji statistik chi square diperoleh X² hitung (0,565) <X² tabel (3,84) dan p = 0,341 > 0,05. Artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan harga diri rendah. Dari hasil pengisian kuesioner, responden yang tidak bekerja sebanyak 21 orang (58,3%) yang menderita harga diri rendah mengatakan responden merasa sedih dengan penyakit yang dia derita, aktifitasnya tergangu, dan keluarga responden juga mengatakan tidak mengizinkan keluarga mereka beraktifitas yang dapat membuat responden lelah. Sedangkan responden yang tidak bekerja dan memiliki harga diri positif sebanyak 15 orang (41,7%) mengatakan responden dapat menjalani aktifitasnya seperti biasanya, walaupun muncul efek kemoterapi responden sudah dapat menanganinya karena responden sudah terbiasa dengan munculnya efek kemoterapi. Responden yang bekerja sebanyak 5 orang (45,5%) yang menderita harga diri rendah mengatakan tidak dapat bekerja dengan baik selama menjalani pengobatan akibat munculnya efek samping kemoterapi, responden juga mengatakan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan keluarganya seperti sebelum ia sakit dan hanya bergantung kepada orang lain. Dan responden merasa sedih dan malu dengan keadaannya sekarang. Sedangkan responden yang bekerja dan memiliki harga diri positif sebanyak 6 orang (54,5%) menyatakan dalam kuesionernya bahwa dia tidak merasa malu dengan penyakit yang dia alami sekarang karena teman sekerjanya dapat menerima dirinya apa adanya. Menurut penelitian Yulianita dan Hj.Ratna, 2006 mengatakan pasien yang
bekerja memiliki pola pikir yang berbeda dengan pasien yang tidak bekerja karena dengan bekerja pasien memiliki kemandirian yang lebih tinggi daripada yang tidak bekerja. Kemandirian ini dapat memunculkan percaya diri dan konsep diri positif (citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini Noviani dengan metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif korelasi. Teknik sampling menggunakan accidental sampling, dengan jumlah responden 53 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan metode wawancara. Analisa data berupa analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square (x2). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki harga diri rendah yakni 54,72% dan harga diri normal 45,28%. Dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan, pekerjaan, serta dukungan sosial dengan harga diri rendah pasien kecuali persepsi fisik (0,44 dan p < 0,05). 2. Hubungan pendidikan dengan harga diri rendah Menurut Ogce dan Ozkan dalam penelitian Melia dkk, 2010 mengatakan pasien kanker yang bekerja dan tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai tingkat dukungan sosial yang tinggi, hal tersebut dikarenakan dengan aktifitas pekerjaan dan pendidikan membuat jalinan sosial seseorang semakin luas. Dan menurut penelitian Yanni Nurmalasari 2007 mengatakan, individu dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki pengalaman hidup yang lebih baik, harga diri yang lebih tinggi, serta memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kehidupan dibanding dengan individu sosial yang rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan design cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) pada variabel indepnden dan dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasienyang didiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit ca yang sedang menjalani kemoterapi dirawat di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 53 orang. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian dan ditentukan dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai yang dikehendaki peneliti dengan jumlah sebanyak 47 orang. Dari 31 orang responden yang memiliki pendidikan rendah, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 19 orang (61,3%) dibanding yang mengalami harga diri positif yaitu sebesar 12 orang (38,7). Sedangkan penderita yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 16 orang (34,0%) dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 9 orang (56,3%) dibanding yang memiliki harga diri rendah yaitu sebesar 7 orang (43,8%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh X² hitung (1,314) <X² tabel (3,84) dan p = 0,252 > 0,05. Artinya, tidak ada hubungan antara pendidikan dengan harga diri rendah. Dari hasil pengisian kuesioner, responden yang berpendidikan rendah sebanyak 19 orang (61,3%) yang menderita harga diri rendah, mengatakan merasa sedih dan menyalahkan diri sendiri akibat penyakit yang dia derita. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 12 orang (38,7%) dan memiliki harga diri positif mengatakan menerima dirinya apa adanya dan tidak menyalahkan diri sendiri akibat penyakit yang dia derita. Responden yang memiliki pendidikan tinggi dan menderita harga diri rendah sebanyak 7
orang (43,8%) mengatakan dalam pengisian kuesionernya bahwa dia merasa malu, sedih dan menyalahkan diri sendiri akibat penyakit yang dia derita, sedangkan responden yang memiliki pendidikan tinggi dan memiliki harga diri positif sebanyak 9 orang (56,3%) mengatakan penyakitnya dapat disembuhkan sesuai dengan perkembangan teknologi dan peralatan rumah rumah sakit yang telah tersedia dan dalam pengisian kuesioner klien tidak merasa sedih dengan penyakit yang dia derita. Menurut penelitian Yanni Nurmalasari 2007 menyatakan ada hubungan antara pendidikan dan harga diri rendah. Analisis mean empirik variabel harga diri subjek berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa tingkat pendidikan menengah atas berjumlah 10 orang dengan mean empirik sebesar 155,3 dan tingkat pendidikan perguruan tinggi berjumlah 31 orang dengan mean empirik sebesar 158,81. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung semakin tinggi pula harga diri. 3. Hubungan dukungan sosial dengan harga diri rendah Dukungan Sosial adalah suatu bentuk perilaku seseorang yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa orang lain baik individu, kelompok maupun masyarakat luas memberikan perhatian dan keamanan kepada individu yang bersangkutan. (Yanni Nurmalasari 2007). Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan design cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) pada variabel indepnden dan dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasienyang didiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit ca yang sedang
menjalani kemoterapi dirawat di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 53 orang. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian dan ditentukan dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai yang dikehendaki peneliti dengn jumlah sebanyak 47 orang. Dari 7 orang penderita yang memiliki dukungan sosial kurang, lebih banyak yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 7 orang dibanding yang memiliki harga diri positif yaitu 0 orang (0%) atau tidak ada. Sedangkan penderita yang memiliki dukungan sosial baik terdapat 40 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 21 orang (52,5%), dibanding yang memiliki harga diri rendah sebanyak 19 orang (47,5%). Hasil uji alternatiffisher exactdiperoleh X² hitung (6,643) >X² tabel (3,84) dan p = 0,012 < 0,05. Artinya ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri rendah. Dari hasil pengisian kuesioner, responden yang memiliki dukungan sosial kurang sebanyak 7 orang (100%) yang menderita harga diri rendah mengatakan merasa sedih dengan penyakitnya, tidak dapat berkumpul dengan keluarga selama menjalani pengobatan, dan merasa malu kepada orang jika orang mengetahui penyakitnya. Dan sebagian responden terlihat datang sendiri ke rumah sakit karena merasa tidak ada keluarganya yang mau menemani. Dan tidak ada responden yang memiliki dukungan sosial kurang yang mempunyai harga diri positif. Responden yang memiliki dukungan sosial baik dan menderita harga diri rendah sebanyak 19 orang (47,5%) mengatakan dalam pengisian kuesionernya, keluarga responden dapat menerima dan menghargai
klien, klien juga mengatakan sudah merasa lelah dengan pengobatan yang dijalani karena hanya menjadi beban bagi keluarga. Sedangkan responden yang memiliki dukungan sosial baik dan memiliki harga diri positif sebanyak 21 orang (52,5%) mengatakan dalam pengisian kuesionernya bahwa ia tidak merasa sedih dengan penyakit yang dia derita karena keluarganya sangat mengerti dengan keadaannya, responden mendapatkan perhatian dirumah dan responden tetap meluangkan waktunya untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dan pada saat peneliti melakukan penelitian responden sangat akrab dengan responden lainnya. Penelitian Christine Handayani, 2012 penelitian ini mengunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan sampel yang didapat adalah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga diri pasien (p=0,027< 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi harga diri 4. Hubungan Persepsi Fisik dengan Harga Diri Rendah Kondisi fisik yang cacat cenderung mempunyai harga diri yang rendah karena berkurangnya penghargaan sosial terhadap dirinya. Seseorang individu yang memiliki ukuran bentuk dan kekuatan tubuh yang kurang dibandingkan dengan orang lain akan cenderung mempunyai harga diri yang rendah. (Janno Sinaga dkk, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi fisik dengan harga diri rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan design cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran
atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) pada variabel indepnden dan dependen.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasienyang didiagnosa oleh dokter yang menderita penyakit ca yang sedang menjalani kemoterapi dirawat di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 53 orang. Dari 29 orang penderita yang memiliki persepsi fisik negatif, lebih banyak yang memiliki harga diri rendah yaitu sebesar 24 orang (82,8%) dibanding yang mememiliki harga diri positif yaitu sebesar 5 orang (17,2%). Sedangkan penderita yang memiliki persepsi fisik positif terdapat 18 orang dan lebih banyak yang memiliki harga diri positif yaitu sebesar 16 orang (88,9%) dibanding yang menderita harga diri rendah yaitu sebesar 2 orang (11,1%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh X² hitung (23,066) >X² tabel (3,84) dan p = 0,000 < 0,05. Artinya ada hubungan antara persepsi fisik dengan harga diri rendah. Dari hasil pengisian kuesioner, responden yang memiliki persepsi fisik negatif sebanyak 24 orang (82,8%) yang menderita harga diri rendah mengatakan sedih dan malu dengan keadaannya sekarang dan tidak akan sembuh dari penyakitnya. Sedangkan responden yang memiliki persepsi fisik negatif dan memiliki harga diri rpositif sebanyak 5 orang (17,2%) mengatakan dalam pengisian kuesionernya bahwa merasa tetap menjadi diri sendiri walaupun banyak perubahan fisik. Responden yang memiliki persepsi fisik positif dan memiliki harga diri rendah sebanyak 2 orang (11,1%) mengatakan dalam pengisian kuesionernya masih terlihat menarik selama menjalani pengobatan sampai sekarang namun klien tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menangis ketika menceritakan penyakitnya kepada orang lain. Sedangkan responden yang memiliki persepsi fisik positif dan memiliki harga diri positif sebanyak 16 orang (88,9%)
mengatakan dalam pengisian kuesionernya bahwa tidak merasa sedih dan malu dengan penyakit yang dia derita dan responden juga mengatakan masih terlihat menarik selama menjalani pengobatan. Penelitian yang dilakukan oleh Dini noviani dengan metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif korelasi. Teknik sampling menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah responden 53 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan metode wawancara. Analisa data berupa analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan Chi-Square (x2) dan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki harga diri rendah yakni 54,72% dan harga diri normal 45,28%, dimana terdapat hubungan yang signifikan dengan persepsi fisik. Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
1. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan harga diri rendah pada klien ca yang dikemoterapi di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2014. DAFTAR PUSTAKA Brown Z.K, dan Karl K Boatman, 2011, 100 Tanya Jawab Mengenai Payudara Edisi Ketiga, PT Indeks, Jakarta. Brunner dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi Delapan Volume Pertama, EGC,Jakarta. Brunner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi
2. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan harga diri rendah pada klien ca yang dikemoterapi di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2014. 3. Ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri rendah pada klien ca mammae yang dikemoterapi di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2014. 4. Ada hubungan antara persepsi fisik dengan harga diri rendah pada klien ca mammae yang dikemoterapi di ruang lontara 2 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2014. Saran 1.
Disarankan bagi tiap individu mencegah penyebab terjadinya kanker (cancer) dengan meningkatkan pengetahuan mengenai penyebab terjadinya kanker. 2. Meningkatkan hubungan sosial dengan b teman sebaya akan merasa diri a dihormati, dicintai, dan dihargai. h 3. Fikiran yang positif akan memberikan w dampak yang positif terhadap perkataan a dan tingkah laku sehingga hidupnya : akan selalu bahagia walaupun dalam keadaan sakit. 4. Penyakit bukan sebuah hukuman tapi merupakan cobaan agar lebih dekat kepada sang pencipta.
Delapan Jakarta.
Volume
kedua,
EGC,
Dahlan Sopiyudin M, 2012, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika, Jakarta. E Shirley, 2005, Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta. Febri Tita, 2012, Kualitas Hidup Penderita Kanker, (online),
http://journal.unnes.ac.id/.../2420 diakses 20 maret 2014. Hasan
Iqbal M, 2002, Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hidayat Alimul A, 2007, ,Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta. Keliat A Budi, 1994, Gangguan Konsep Diri, EGC, Jakarta. Khotimah S Nur, 2009, Lampiran Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Harga Diri Pasien KankerPayudara yang Menjalani Kemoterapi, (online), http://keperawatan.unsoed.ac.id.sites/ defa., diakses 27 Februari 2014.
Nurmalasari Yanni, 2007, Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada Remaja Penderita Penyakit Lupus, http://www.gunadarma.ac.id/library/ article.. (online), diakses 27 Februari 2014. Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Nursalam. 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Puji E, dkk. 2014, Pedoman Penulisan Skripsi, STIK Makassar, Makassar.
Mansjoer arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua, Media Aesculapius, Jakarta.
Potter
Melia
dkk, 2010, Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi Dengan Status Fungsional Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Sanglah Denpasar, (online), http://ojs.unud.ac.id/.../4614, diakses 4 April 2014.
Rahayu, Wahyu, 2009, Mengenali, Mencegah dan Mengobati 5 Jenis Kanker, Victory Inti Cipta, Jakarta.
Mubarak Iqbal W, 2009, Sosiologi Untuk Keperawatam, Salemba Medika, Jakarta.
Rasjidi Imam, 2010, Epidemiologi Kanker Pada Wanita, EGC, Jakarta..
Muhith A dan Nasir A, 2011, Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta. Noviana Dini, 2013, Gambaran FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Harga Diri Pasien Post Operasi Mastektomi Akibat Kanker Payudara, (online), http://www.digilib.ui.ac.id/file%3f% 3D. diakses 27 januari 2014.
dan Perry, Fundamental Jakarta.
2005, Buku Ajar Keperawatan,EGC,
Rasjidi Imam, 2009, Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita Edisi Pertama, Sagung Seto, Jakarta.
Saragih Rosita, 2010, Peranan Dukungan Keluarga Dan Koping Pasien Dengan Penyakit Kanker Terhadap Pengobatan Kemoterapi di RSUP. Adam Malik Medan Tahun 2010. Jurnal Ilmu Keperawatan, (online), http://uda.ac.id/...Rosita%2520saragi h2.pdf). diakses 27 januari 2014. Setyaningsih T.R. Budi dkk, 2011, Faktorfaktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Depresi Pada Kanker Payudara Yang Sudah Mendapatkan
Terapi Di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto, (online), http://jos.unsoed.ac.id/.../pdf. diakses 6 mei 2014. Sibuarian H Christine dan Wahyuni E Sri, 2012, Dukungan keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker Paudaradi RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012, (online), http://repository.usu.ac.id). Diakses 19 Februari 2014. Sinaga Janno, 2012,Pengaruh Efek Samping KemoterapiTerhadap Harga Diri Penderita Kanker, (online), http://sari_mutiara.ac.id/new/wp/cont ent?u ,diakses 3 februari 2014. Subagyo Rifai, 2008, Gambaran Konsep Diri Klien Dengan Kanker Leher Rahim di URJ. Onkologi RSD. DR. Soegeri Lamongan, (online), http:stikesmuhla.ac.id/.../8.pdf, diakses 18 februari 2014. Subawa I Gede, 2011, Info Askes Pelayanan Kesehatan Asuransi Sosial Jaminan Penyakit Berbiaya Tinggi, Askes, Jakarta Pusat.
Sundeen dan Stuart, 1998, Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta. Suliswati, dkk, 2005,Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta. Sugiyono, 2008, Statistika Untuk Penelitian,Alfabetta, Bandung. Townsend C mary, 1998, Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, EGC, Jakarta. Umar La Sula, 2000, Pengantar Pendidikan Cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta. Videbeck L Sheila, 2008, Buku Ajar keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta. Yulianita dan Hj.Ratna, 2006, Penerimaan Diri Wanita Penderita Kanker Payudara Ditinjau Dari Kepribadian Tahan Banting (Hardiness) Dan Status Pekerjaan,(online), http://psychology.uii.ac.id/images/st ories, diakses 20 maret 2014.