FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA KELAS 5 DAN 6 SDIT AL SYUKRO UNIVERSAL TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH: Kartika Anisa Putri 1111101000117
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI SKRIPSI, NOVEMBER 2015 Nama: Kartika Anisa Putri NIM: 1111101000117 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 (xliv + 117 halaman, 2 gambar, 15 tabel, 3 lampiran) ABSTRAK Malnutrisi adalah kesalahan atau ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan kebutuhan yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas karena dapat memperparah keadaan dari penyakit yang dialami oleh seseorang. Determinan utama dari kejadian malnutrisi ini adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan dari siswa. Sebanyak 44,44% siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal memiliki asupan energi sesuai dengan AKG, 21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari AKG sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari 70% AKG untuk golongan usianya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan terhadap 122 orang siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal beserta ibu siswa yang didapat dari jumlah total populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan formulir food record untuk ibu dan pengisian kuesioner serta wawancara food recall untuk anak. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan 32,8% siswa memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing sebanyak 61 orang. 40,2% siswa memiliki praktek pemberian makan yang kurang baik, 42,6% siswa memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik, 56,6% ibu siswa memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG, 51,6% ibu memiliki pengetahuan yang kurang baik, 63,1% siswa memiliki interaksi yang kuat dengan teman dan 52,5% siswa tergolong dalam siswa yang aktif. Hasil analisis chi square menemukan adanya hubungan bermakna antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak dengan nilai p sebesar 0,002. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman dan aktivitas fisik dengan asupan energi siswa. Peneliti menyarankan SDIT Al Syukro Universal untuk menambahkan suplementasi materi pada mata pelajaran Penjaskes terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ibu siswa. Kata kunci: Asupan energi siswa, siswa sekolah dasar, asupan energi orang tua Daftar bacaan: 88 (1991-2015)
ii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDECINE AND HEALTH SCIENCE NUTRITION MAJOR OF PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY UNDERGRADUATED THESIS, NOVEMBER 2015 Name: Kartika Anisa Putri
NIM: 1111101000117
The Factors that Associated with Energy Intake of 5th and 6th Grade Students of SDIT Al Syukro Universal 2015 (xliv + 117 pages, 2 pictures, 15 tables, 3 appendices) ABSTRACT Malnutrition is an impact from condition between nutrition intake and nutrition requirements, it causes morbidity and mortality because it can aggravate circumstances of a disease. The major determinant of malnutrition is an inadequate of energy intake and student requirement. It is known that 44.44% of the 5th and 6th grade students of SDIT Al Syukro Universal have adequate energy intake as their requirement, 21.05% students have energy intake more than their requirement, and 33.33% students have energy intake less than 70% of their requirement. This is a cross sectional study of 122 students from 5th and 6th grade of SDIT Al Syukro Universal and their mothers that taken from their population. Data had been collected from mothers by filling the questionnaires and food record form while data from students had been collected by filling the questionnaires and food recall form. Data analysis had been done by univariate and bivariate analysis using chi square analysis. This study shows that 32.8% of the students have inadequate energy intake. There are 61 male and female students as well, where 40.2% of them have bad feeding practice, 42.6% have bad food availability, 56.6% of their mothers have inadequate energy intake as their requirement, 51.6% mothers have bad knowledge, 63.1% students have a strong interaction with their friends and 52.5% students are active students. It is shown that there is a significant association between mother’s energy intake and student’s energy intake with 0.002 of p value. There are no significant association between gender, child feeding practice, food availability, mother’s knowledge, interaction with friends and physical activity with student’s energy intake. Researcher suggests SDIT Al Syukro Universal to add a supplementational leasson in physical and spiritual education subject about an adequate nutrition intake for children and mothers. Keywords : student’s energy intake, elementary student, mother’s energy intake References: 88 (1991-2015)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Kartika Anisa Putri
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang/ 21 Oktober 1993
Alamat
: Perum Periuk Jaya Permai, Jalan Periuk Jaya Permai 2 no 56, Periuk Jaya, Periuk, Kota Tangerang
No. Telp
: 08176423741
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
2011-sekarang
: Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)`` Syarif Hidayatullah Jakarta
2008-2011
: SMA Negeri 1 Kota Tangerang
2005-2008
: SMP Negeri 1 Kota Tangerang
1999-2005
: SD Kartini
1998-1999
: TK Kartini
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh” Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Aamiin. Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS sebagai pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi. 4. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi. 5. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 6. Ayah dan Ibu, terima kasih atas doa, dukungan dan nasihat yang selalu diberikan. Terima kasih selalu mengingatkan untuk ikhlas selama proses penyelesaian skripsi ini.
vii
7. Bude dan kakak-kakak yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak putusputusnya dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 8. Teman-teman Gizi 2011 yang selalu kompak melewati beratnya perkuliahan dengan berbagai macam tugas untuk mencapai, kalian adalah teman paling hebat yang pernah kumiliki. 9. Teman-teman Kesmas 2011 yang selalu berjuang bersama serta memberikan semangat dan dorongan satu sama lain. 10. Latanza Shima, Widya Umami, Donna Pertiwi dan Nurlina Bintan yang dengan keikhlasannya meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu proses pengambilan data. 11. Daily Lintang dan Rizki Asriani yang selalu menjadi tempat perilisan rasa penat walau terkadang justru menambah beban pikiran. 12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Efri Malisa, Anisa Ajeng, Aqmarina Mahadibya, Dwi Ramadhani, Nurlidyawati, Chandra Perdana, Lestari Andayani, Aldila Faza, Widya Sulistiani, Bintang Almira, Laila Azzahrah, Fina Desvyanita, Balqis Afifah, Noviani K K dan Tyara Yuliati. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca. “Wassalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Ciputat, 4 November 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................................i ABSTRAK ................................................................................................................................ ii ABSTRACT............................................................................................................................. iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................................iv LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI .....................................................................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................................vi KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI.............................................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1 A.
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6
C.
Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 7
D.
Tujuan ........................................................................................................................... 8 1.
Tujuan Umum ........................................................................................................... 8
2.
Tujuan Khusus .......................................................................................................... 8
E.
Manfaat ....................................................................................................................... 10 1.
Bagi SDIT Al Syukro Universal ............................................................................. 10
2.
Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal ............................................................ 10
3.
Bagi Peneliti ............................................................................................................ 10
F.
Ruang Lingkup............................................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................11 A.
Asupan Energi Siswa .................................................................................................. 11
B.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi ........................................... 14 1.
Jenis Kelamin .......................................................................................................... 14
2.
Praktek pemberian makan ....................................................................................... 16
3.
Ketersediaan Makanan ............................................................................................ 20
4.
Pengetahuan gizi ibu ............................................................................................... 22
5.
Asupan energi ibu ................................................................................................... 24
6.
Interaksi dengan teman ........................................................................................... 27
7.
Program Makan Siang Sekolah ............................................................................... 29
ix
8.
Program olahraga sekolah ....................................................................................... 29
9.
Aktivitas Fisik ......................................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS..............34 A.
Kerangka Konsep ........................................................................................................ 34
B.
Definisi Operasional ................................................................................................... 37
C.
Hipotesis ..................................................................................................................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN .........................................................................................41 A.
Design Penelitian ........................................................................................................ 41
B.
Waktu dan lokasi penelitian ........................................................................................ 41
C.
Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 41 1.
Populasi ................................................................................................................... 41
2.
Sampel..................................................................................................................... 42
D.
Metode pengumpulan data .......................................................................................... 43 1.
Jenis data ................................................................................................................. 43
2.
Mekanisme pengumpulan data................................................................................ 44
a.
Asupan energi siswa ............................................................................................... 44
b.
Jenis kelamin ........................................................................................................... 45
c.
Praktek pemberian makan ....................................................................................... 45
d.
Ketersediaan makanan ............................................................................................ 47
e.
Pengetahuan gizi ibu ............................................................................................... 49
f.
Asupan energi ibu ................................................................................................... 50
g.
Interaksi dengan teman ........................................................................................... 50
h.
Aktivitas Fisik ......................................................................................................... 51
E.
Manejemen data .......................................................................................................... 52 1.
Editing ..................................................................................................................... 53
2.
Coding ..................................................................................................................... 53
3.
Entry data ................................................................................................................ 53
4.
Transformasi data.................................................................................................... 54
5.
Cleaning .................................................................................................................. 54
F.
Uji Instrumen Penelitian ............................................................................................. 54 1.
Uji Validitas ............................................................................................................ 55
2.
Uji Reliabilitas ........................................................................................................ 58
x
Analisis Data ............................................................................................................... 59
G. 1.
Univariat ................................................................................................................. 59
2.
Bivariat.................................................................................................................... 59
BAB V HASIL ........................................................................................................................62 A.
Analisis Univariat ....................................................................................................... 62 1.
Asupan Energi Siswa .............................................................................................. 62
2.
Jenis Kelamin .......................................................................................................... 63
3.
Praktek Pemberian Makan ...................................................................................... 63
4.
Ketersediaan Makanan ............................................................................................ 64
5.
Pengetahuan Ibu ...................................................................................................... 65
6.
Asupan Energi Ibu .................................................................................................. 66
7.
Interaksi dengan Teman .......................................................................................... 67
8.
Aktivitas Fisik Anak ............................................................................................... 68
B.
Analisis Bivariat.......................................................................................................... 68 1.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa ........................................ 68
2.
Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa ..................... 69
3.
Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa .......................... 70
4.
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa .................................... 72
5.
Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa ................................. 73
6.
Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman Dengan Asupan Energi Siswa ............. 74
7.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa ....................................... 75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................107 A.
Simpulan ................................................................................................................... 107
B.
Saran ......................................................................................................................... 109 1.
Bagi SDIT Al Syukro Universal ........................................................................... 109
2.
Bagi Ibu siswa SDIT Al Syukro Universal .......................................................... 110
3.
Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................112 LAMPIRAN..............................................................................................................................vi Lampiran 1
Kuesioner Ibu .............................................................................................. vii
Lampiran 2
Kuesioner anak.......................................................................................... xxv
Lampiran 3
Output SPSS............................................................................................. xxxi
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................... 37 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.................... 59 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syuro Universal Tahun 2015 ................................... 60 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Pemberian Makan Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .......... 61 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Makanan Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.................... 62 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................. 62 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi Ibu Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .............................. 63 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan Teman Tahun 2015 ................... 64 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................. 65 Tabel 5.9 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015..................... 66
xii
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................................................................................ 67 Tabel 5.11 Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ................................................................................................ 68 Tabel 5.12 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 69 Tabel 5.13 Analisis Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 70 Tabel 5.14 Analisis Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 .................................................................................... 71 Tabel 5.15 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ....... 72
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 34 Bagan 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................. 35
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke seluruh sel-sel jaringan tubuh dan digunakan untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta untuk pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh khususnya pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan (Shetty, 2010). Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya, sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010) Pada anak usia sekolah dasar khususnya pada usia 10-12 tahun, anak mengalami proses percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangan dengan pertambahan berat badan per tahunnya mencapai 2,5 kg dibandingkan dengan usia sekolah dasar lainnya (Taras, 2005). Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang ditetapkan pada tahun 2013, menganjurkan anak usia 7-9 tahun untuk memiliki asupan energi sebesar 129 kkal-2405 kkal, anak perempuan usia 1012 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi sebesar 1470 kkal-2730 kkal dan laki-laki usia 10-12 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi 1400 kkal-2600 kkal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).
1
2
Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa 28,2% anak usia sekolah (7-12 tahun) masih memiliki tingkat konsumsi energi dibawah kebutuhannya berdasarkan AKG (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Di Provinsi Banten 29,7% anak berusia 7-12 tahun yang memiliki asupan energi yang kurang dari kebutuhannya berdasarkan AKG. Sementara penelitian yang dilakukan di Tangerang Selatan pada tahun 2014, menunjukkan bahwa sebanyak 54,17% siswa memiliki asupan energi yang kurang dari anjuran, 16,17% siswa memiliki asupan yang berlebihan dan hanya 29,17% siswa yang dapat memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran kebutuhannya (Kolopaking dkk., 2015). Hasil analisis yang dilakukan terhadap beberapa penelitian di Amerika, Australia, Selandia Baru dan Brazil, menemukan bahwa asupan energi merupakan determinan utama dari kejadian malnutrisi pada anak usia sekolah
(Swinburn
dkk.,
2006).
Malnutrisi
adalah
kesalahan
atau
ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan kebutuhan, baik kondisi dimana menyebabkan seseorang mengalami kurang gizi maupun kelebihan zat gizi di dalam tubuhnya (Cope, 1996). Sehingga angka malnutrisi pada penelitian ini menggunakan hasil penjumlahan prevalensi anak yang mengalami obesitas, gemuk, kurus dan sangat kurus. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 diketahui bahwa prevalensi malnutrisi tahun 2013 mencapai angka 30% pada golongan usia 5-12 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b). Provinsi Banten merupakan provinsi dengan prevalensi malnutrisi melebihi rata-rata nasional
3
dengan menempati urutan ke sembilan dengan prevalensi sebesar 32%. Malnutrisi yang terjadi pada anak usia sekolah dasar ini harus diberikan perhatian khusus, mengingat pada usia tersebut anak sedang mengalami masa pertumbuhan yang pesat baik perkembangan fisik maupun kognitif (Soetjoningsih, 1995). Keadaan malnutrisi dimana anak mengalami kekurangan energi dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan hilangnya otot dan cadangan lemak ditubuhnya sehingga akan menyebabkan anak kekurangan vitamin A, D, E dan K, terhambat pertumbuhannya, rentan terhadap penyakit infeksi dan sulit untuk beraktivitas karena tubuhnya yang lemah (Pahlevi, 2012). Sedangkan anak malnutrisi yang mengalami kelebihan berat badan, rentan untuk memiliki masalah kesehatan seperti hipertensi hingga dapat mengakibatkan aterosklerosis serta mengakibatkan sindroma hipoventilasi yang membuat seseorang sulit bernapas saat tidur malam hari (Isselbacher dkk., 1999). Anak berusia 10-12 tahun pada umumnya menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah, terutama bagi anak yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD) yang berbasis keagamaan dibandingkan dengan anak yang bersekolah di SD tidak berbasis keagamaan. Perbedaan waktu yang dihabiskan di sekolah tersebut disebabkan adanya tambahan mata pelajaran keagamaan yang termasuk ke dalam kurikulim pembelajaran SD berbasis keagamaan. SD yang memiliki basis keagamaan yang dimaksud antara lain, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berbasis Agama Islam.
4
Waktu yang lebih banyak dihabiskan di sekolah dengan pelajaran tambahan untuk anak, mengharuskan anak untuk memiliki asupan yang sesuai dengan kebutuhannya agar dapat terus berkonsentrasi dalam menerima pelajaran yang diberikan (Hakim, 2005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan 3 Sekolah Dasar berbasis Agama Islam di Tangerang Selatan, yaitu MI Negeri 1 Ciputat, Madrasah Pembangunan dan SDIT Al Syukro Universal, diketahui bahwa SDIT Al Syukro Universal merupakan sekolah dengan prevalensi malnutrisi tertinggi dibandingkan 2 sekolah lainnya sekolah lainnya. Sebanyak 42,6% siswa SDIT Al Syukro Universal mengalami malnutrisi. Pengukuran menggunakan food recall yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa SDIT Al Syukro Universal untuk mengetahui asupan energi yang dimilikinya menunjukkan bahwa hanya 44,44% siswa yang memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran AKG 2013, 21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari anjuran AKG 2013 sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari ajuran AKG 2013 untuk golongan usianya. Asupan energi dari setiap anak berbeda karena hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan teman, serta program sekolah berupa program makan siang dan program olahraga (Davison dan Birch, 2001). Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi tingkat asupan energi dari anak usia sekolah adalah aktivitas fisik yang dilakukannya (Brown dkk., 2011).
5
Orang tua berperan cukup besar dalam pembentukan pola makan yang dapat dilihat dari jumlah asupan energi anak. Khususnya seorang ibu yang bisa dikatakan sebagai arsitektur dalam rumah tangga yang mamu mengatur suasana di dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam pemembentukan kebiasaan makannya. Salah satu penelitian menunjukkan, orang tua yang memaksa anak menghabiskan makanan di piringnya selama waktu makan, mengonsumsi lemak tinggi lebih banyak per minggunya dibandingkan orang tua yang tidak memaksakan anaknya menghabiskan makanan (Eisenberg dkk., 2012). Hasil penelitian lain menemukan bahwa orang tua yang menyediakan makanan tinggi lemak yang lebih sedikit, memiliki anak dengan pola konsumsi lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang disediakan makanan tinggi lemak lebih banyak (Eisenberg dkk., 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, didapatkan bahwa ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, diketahui memiliki anak yang mengonsumsi makanan sehat lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki pengetahuan gizi yang baik (Vitolo dkk., 2010). Penelitian lainnya menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi orang tua dengan konsumsi dari anak (Dickens dan Ogden, 2014). Terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku makan anak usia sekolah (Saifah, 2011). Penelitian yang dilakukan di Jakarta menemukan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat asupan
6
energi (Mulyadi dkk., 2013). Penelitian di Korea Selatan, menemukan adanya hubungan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana perempuan memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan siswa laki-laki (Kim dan Lee, 2009). Ketidaksesuaian asupan energi siswa SDIT Al Syukro Universal dengan AKG tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi asupan energi dari siswa SDIT Al Syukro Universal kelas 5 dan 6 Tahun 2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan AKG 2013, anak 9 tahun dianjurkan dapat memenuhi asupan energi sebesar 1295 kkal-2405 kkal. Anak laki-laki dengan usia 10-11 tahun dianjurkan memiliki asupan energi 1470 kkal-2730 kkal dan anak perempuan dengan usia 10-11 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi sebesar 1400 kkal-2600 kkal. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Mei 2015 kepada siswa SDIT Al Syukro Universal menunjukkan bahwa hanya 44,44% siswa yang memiliki asupan energi sesuai dengan AKG 2013, 21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari anjuran dengan kisaran 2596,2 kkal-3852,5 kkal, sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi yang lebih rendah dengan kisaran 817 kkal-1358 kkal. Oleh karena itu, peneliti hendak mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal, Tangerang Selatan tahun 2015.
7
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 2. Bagaimana gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 3. Bagaimana gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 4. Bagaimana gambaran ketersediaan makan di rumah siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 5. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 6. Bagaimana gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 7. Bagaimana gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 8. Bagaimana gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 9. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 10. Apakah terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 11. Apakah terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?
8
12. Apakah terdapat hubungan antara asupan energi orang tua dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 13. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 14. Apakah terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? 15. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal? D. Tujuan 1.
Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.
2.
Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. c. Diketahuinya gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. d. Diketahuinya gambaran ketersediaan makanan di rumah siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. e. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
9
f. Diketahuinya gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. g. Diketahuinya gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. h. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. i. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. j. Diketahuinya hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. k. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. l. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. m. Diketahuinya hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. n. Diketahuinya hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. o. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
10
E. Manfaat 1.
Bagi SDIT Al Syukro Universal Sebagai acuan dalam membuat bahan suplementasi materi pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan pramuka terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan dari siswa berdasarkan AKG 2013. Serta memberikan informasi tambahan kepada ibu siswa terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan anak dan ibu menurut golongan usia dan jenis kelaminnya.
2.
Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal Sebagai acuan dalam upaya memperbaiki asupan energi siswa.
3.
Bagi Peneliti Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi anak usia sekolah. Selain itu juga dapat menjadi bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dilakukan di sekolah tersebut terhadap siswa dan ibu siswa SD kelas 5 dan 6 yang dilakukan pada Mei hingga Agustus 2015 dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner untuk pertanyaan terkait praktek pemberian makan, ketersediaan makanan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman, serta aktivitas fisik siswa. Sedangkan untuk mengukur asupan energi pada siswa, digunakan instrumen
11
3x24 hours food recall dan instrumen 3x24 hours food record digunakan untuk mengukur asupan energi pada ibu. Analisis data menggunakan analisis chi-square untuk melihat hubungan antara masing-masing faktor dengan asupan energi siswa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asupan Energi Siswa Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke seluruh sel-sel jaringan tubuh. Bahan makanan yang berfungsi sebagai sumber energi berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Satuan energi yang dihasilkan oleh bahan makanan disebut kalori (Saktiyo, 2006). Energi diperlukan oleh seluruh makhluk hidup untuk bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Selain itu, energi juga dibutuhkan khususnya oleh anak untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta untuk pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Asupan energi sangat mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ tubuh (Asydhad dan Mardiah, 2006). Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya yang dapat mengakibatkan proses pertumbuhan tidak mencapai pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010). Ditetapkan bahwa AKE bagi anak sekolah dasar usia 9 tahun, sebesar 1859 per hari. Sedangkan bagi anak usia sekolah dasar usia 10-12 tahun, angka kecukupan energi
yang
ditetapkan
sebesar
11
2100
kkal
per
hari
bagi
12
siswa laki-laki dan 2000 kkal per hari bagi siswa perempuan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Kurangnya asupan energi dari angka anjuran tersebut menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap penyakit, lesu berkepanjangan, rambut dan wajah kusam, bahkan penuaan sebelum waktunya (Gunawan, 2006). Kekurangan energi pada anak biasanya disebabkan oleh kekurangan protein sehingga umunya disebut dengan Kekurangan Energi Protein (KEP). KEP ini disebabkan oleh kurangnya asupan protein dan energi dalam waktu yang cukup lama. Pada golongan anak yang memiliki keadaan tersebut, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kematian (Suhardjo, 2002). Tanda-tanda klinis dari KEP adalah badan menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot daging tidak kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam diraba (Suhardjo, 2002). Penyusutan otot mudah terlihat pada bagian lengan belakang (Gunawan, 2006). Biasanya KEP disertai keadaan perut yang buncit, anak cenderung menjadi apatis dan perkembagan kepandaian lebih lambat daripada yang normal (Suhardjo, 2002). Dampak yang bisa ditimbulkan dari kondisi kekurangan energi antara lain, mudah lelah, lesu, gelisah, mudah marah, sulit konsentrasi, kelusitan dalam mengingat. Apabila keadaan KEP dibiarkan terus menerus, maka hal yang dapat terjadi adalah marasmus dan kwashiorkor. Pada anak yang sudah mengalami marasmus atau kwashiorkor biasanya sudah mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehingga mereka tidak dapat bersekolah lagi. Apabila kondisi anak masih belum terlalu parah, KEP dapat diukur dengan membandingkan berat
13
badan dengan tinggi badan (BB/TB) berdasarkan tabel standar BB/TB anak Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Namun apabila keadaan ini sudah kronis, maka KEP dapat diukur melalui perbandingan nilai TB/U berdasarkan tabel standar TB/U sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010. Sementara itu, seorang anak dikatakan mengalami kelebihan energi apabila memiliki asupan energi yang lebih besar dibandingkan dengan energi yang digunakannya untuk beraktivitas dan menjalankan fungsi tubuhnya (Food and Agriculture Organization, 2005). Asupan energi yang terlalu banyak akan mempercepat laju pembelahan sel tenunan lemak dan mengakibatkan penimbunan sel lemak yang terlalu banyak secara permanen sehingga anak akan mengalami kelebihan berat badan (Asydhad dan Mardiah, 2006). Kelebihan asupan energi ini akan disimpan dalam bentuk cadangan lemak di bawah jaringan kulit yang apabila cadangan lemak tersebut terus menerus bertambah dan tidak digunakan, akan berdampak pada pertambahan berat badan dan menyebabkan anak memiliki berat badan yang berlebih (Sumanto, 2009). Anak yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami kesulitan dalam bergerak karena memiliki bobot tubuh yang besar serta memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit degeneratif (Food and Agriculture Organization, 2005). Bagi anak, kelebihan berat badan akan menyebabkan hormon pertumbuhan berkurang di dalam plasma sehingga dapat mengganggu pertumbuhan yang harus
14
dilakukan oleh tubuh anak. Berkurangnya hormon pertumbuhan ini disebabkan oleh adanya penurunan respon terhadap rangsangan dari hipoglikemia dan insfus arginin (Isselbacher dkk., 1999). Asupan energi dari seseorang dapat dihitung melalui beberapa cara pengambilan data, diantaranya adalah food recall dan food record. Pengambilan data menggunakan food recall dan food record ini dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut maupun dengan 3 hari secara tidak berturut-turut. Namun, pengambilan data makanan selama 3 hari berturut-turut hanya bisa menunjukkan variasi yang kecil jika dibandingkan dengan pengambilan data yang tidak dilakukan secara berturut-turut (Willet, 2013). B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi 1.
Jenis Kelamin Identitas jenis kelamin merujuk pada kesadaran individu sebagai laki-laki atau wanita. Identitas jenis kelamin seseorang dikatakan utuh apabila identitas biologi laki-laki diakuinya sebagai orang laki-laki dan identitas biologi wanita diakuinya sebagai wanita (Behrman dkk., 2000). Kebutuhan energi bagi anak dengan usia 10-12 tahun relatif lebih besar dibandingkan dengan anak dengan usia 7-9 tahun. Hal ini dikarenakan adanya percepatan pertumbuhan yang dialami oleh anak terutama dalam hal pertambahan tinggi badan (Istiany dan Rusilanty, 2013). Mulai usia 10 tahun, kebutuhan energi anak akan berbeda berdasarkan jenis kelaminnya. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak laki-laki dimana anak laki-laki
15
memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, sehingga dibutuhkan lebih banyak asupan energi dibandingkan anak perempuan (Istiany dan Rusilanty, 2013). Selain itu, pada usia anak sekolah, anak perempuan mengalami pertambahan persen lemak tubuh yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki. Sedangkan anak laki-laki memiliki massa tubuh yang lebih rendah per centimeter tinggi badannya dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga asupan energi dari masing-masing siswa pun akan memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelaminnya (Brown dkk., 2011). Adanya perbedaan selera makan antara siswa perempuan dan lakilaki menyebabkan perbedaan asupan energi dari siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan memiliki risiko yang lebih besar untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran lantaran selera makannya yang berubah-ubah dan cenderung lebih memerhatikan makanan yang mereka konsumsi dibandingkan dengan siswa laki-laki (Suhardjo, 1989 dalam Septiana, 2011). Adanya keinginan yang lebih besar dari siswa perempuan untuk melakukan kontrol terhadap berat badannya juga turut memengaruhi pilihan makanan dan jumlah energi yang diasupnya (Arganini dkk., 2012). Hal tersebut juga terbukti pada penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, dimana lebih banyak siswa perempuan yang memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki (Kim dan Lee, 2009).
16
2.
Praktek pemberian makan Dalam kehidupan rumah tangga, ibu memiliki porsi yang cukup besar dalam proses pengasuhan anak, salah satunya dalam hal pembentukan kebiasaan makan anak melalui keputusan-keputusan yang dibuat ibu selama proses makan berlangsung (Susilowati, 2013). Keputusan-keputusan tersebut dijadikan aturan oleh ibu selama praktek pemberian makan berlangsung. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh ibu berdasarkan kesadaran akan kesehatan anak yang kian meningkat melalui pemberian makan (Soenardi, 2011). Aturan tersebut diterapkan oleh ibu dalam berbagai macam dimensi, diantaranya adalah tipe makanan yang dimakan anak, frekuensi makan, kuantitas makanan, cara pengolahan makanan dan pemberian makanan padat satu jenis zat gizi. Keseluruhan peraturan yang diterapkan oleh ibu dalam praktek makan anak ini membentuk pola makan anak yang akan memengaruhi kesehatan dan status gizi anak (Ruel dan Arimond, 2003). Meskipun ibu tidak selalu bersama anak selama waktu makan berlangsung dikarenakan banyaknya ibu yang memiliki aktivitas di luar rumah, ibu pada umumnya memilih sekolah yang memiliki program makan siang agar makan siang anak terpantau oleh guru selaku pengawas anak di sekolah. Sementara untuk menjaga praktek pemberian makan pada anak di rumah, orang tua menyediakan pengasuh khusus untuk memantau praktek pemberian makan bagi anaknya sesuai dengan aturan-atuan yang telah ditetapkan oleh ibu (Soenardi, 2011).
17
Bentuk aturan dalam praktek pemberian makan yang ditetapkan oleh ibu adalah dengan memberikan tuntutan-tuntuan bagi anak yang dimaksudkan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas anak mereka melalui pengawasan, aturan atau bentuk dan upaya disiplin yang dibangun oleh orang tua (Berge dkk., 2010). Aturan yang diberlakukan selama praktek pemberian makan berlangsung ini juga merupakan respon dari perlakuan lingkungan terhadap tujuan orang tua untuk anak (Birch dan Ventura, 2009). Praktek pemberian makan yang terjadi ini dapat menciptakan anak yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi pada usianya. Ketidaksesuaian tersebut didapat dari kombinasi makanan dengan porsi yang kurang tepat (Birch dan Ventura, 2009). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa macam praktek pemberian makan yang dilakukan oleh orang tua khususnya ibu (Blissett, 2011). Macam-macam bentuk aturan praktek pemberian makan yang diterapkan oleh orang tua dan dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai (Birch dan Ventura, 2009), antara lain: a. Memberi makan secara berkala b. Memberi makan dengan porsi yang kurang tepat c. Memberi makan makanan yang tidak beragam d. Memberi makan sebagai respon dari menangis atau merasa tertekan e. Memberi makan saat makanan tersedia meskipun anak tidak lapar.
18
Selain macam-macam praktek pemberian makan tersebut, terdapat pula beberapa macam praktek pemberian makan lainnya yang dapat menyebabkan anak memiliki asupan yang kurang tepat. Praktek pemberian makan tersebut, antara lain praktek pemberian makan yang dilakukan dengan memberlakukan peraturan ketat tentang konsumsi makanan, dimana anak harus makan tepat pada waktunya yang bisa disebut dengan praktek pemberian makan otoriter. Ada pula praktek pemberian makan yang berwibawa biasanya memberikan pelajaran kepada anak terkait asupan makannya yang dikombinasikan dengan negosiasi dan kehangatan yang diberikan oleh orang tua selama waktu makan. Praktek pemberian makan permisif biasanya tidak memberlakukan aturan dalam waktu makan anak tanpa memberikan pelajaran terkait kualitas dan kuantitas makanan anak dan tidak pernah melarang anaknya untuk makan selagi makanan masih tersedia (Blissett, 2011). Pada anak, kontrol berlebihan pada waktu, jumlah dan jenis makanan yang dimakan akan membuat anak mengabaikan rasa laparnya dan dapat mendorong anak untuk meningkatkan asupan zat gizinya (Birch, 1992). Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap orang latin dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa (Arredondo dkk., 2006). Namun terdapat pula penelitian prospektif yang tidak dapat menemukan adanya hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
19
kebiasaan makan orang tua memberikan pengaruh lebih besar terhadap asupan energi siswa dibandingkan dengan praktek pemberian makan karena anak memiliki kecenderungan untuk mengimitasi kebiasaan yang dimiliki oleh ibunya termasuk kebiasaan dalam konsumsi energi (Dickens dan Ogden, 2014). Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya merasa anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk menjaga agar asupan makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi ibu yang bekerja, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya selama ibu bekerja (Gubbels dkk., 2011). Orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada anak dibandingkan dengan ibu yang mengontrol langsung asupan anaknya (Gubbels dkk., 2011). Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi yang dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan pengasuh yang dimilikinya (Ruel dan Arimond, 2003). Karakteristik anak tersebut dapat mempengaruhi keefektifan praktek pemberian makan pada anak. Karakteristik yang dimiliki oleh pengasuh yang menjalankan praktek pemberian makan pada anak juga turut mempengaruhi keefektifan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam praktek pemberian makan anak (Ruel dan Arimond, 2003).
20
Praktek pemberian makan ini dapat diukur dengan kuesioner terkait praktek pemberian makan yang terdiri dari beberapa pernyataan yang diisi oleh ibu. Salah satu contoh pernyataan kuesioner yang dijadikan alat ukur praktek pemberian makan adalah: saya melarang anak untuk tidak makan banyak makanan yang manis-manis. Pilihan jawaban yang diberikan adalah selalu, sering, kadang, jarang dan tidak pernah (Birch dkk., 2001). 3.
Ketersediaan Makanan Keinginan seluruh orang tua adalah untuk membesarkan anaknya dengan baik. Salah satu hal yang dapat mengganggu tercapainya tujuan itu adalah kerawanan pangan yang mungkin saja terjadi kapanpun, makanan yang tersedia tidak bisa dinikmati dan tidak bervariasi, padat energi serta makanan yang tinggi nutrisi terbatas dan kondisinya tidak baik (Birch dan Ventura, 2009). Oleh karena itu, ketersediaan makanan di rumah merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan kualitas diet anak (Santiago-Torres dkk., 2014). Orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap kesehatan cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti buah dan sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan asupan makanan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian menunjukkan bahwa orangtua menyediakan makanan yang salah untuk mereka sehariharinya, anak mengurangi kualitas makanan anak saat usianya masih
21
sangat muda dan bisa merugikan kesehatan anak dan status gizinya (Birch dan Ventura, 2009). Anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan makanan sehat saat waktu makan dan mengontrol akses anak dalam mengonsumsi makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), memiliki pola konsumsi lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak lainnya (Eisenberg dkk., 2012). Sementara orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap kesehatan cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti buah dan sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan asupan zat gizi bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian menunjukkan bahwa anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan makanan sehat saat waktu makan dan yang mengontrol akses anak dalam mengonsumsi makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), terbukti memiliki pola konsumsi lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak lainnya dengan nilai p< 0.05 (Eisenberg dkk., 2012). Tersedianya makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi energi di rumah, seperti makanan cepat saji yang sering disediakan oleh ibu sebagai bentuk dari kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang berlebihan karena tingginya lemak dari makananmakanan tersebut. Tingginya asupan energi akibat ketersediaan makanan cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang rendah dari makananmakanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah (Boutelle dkk., 2007).
22
Pengukuran yang dilakukan untuk ketersediaan makanan di rumah ini berupa pertanyaan dalam kuesioner, seberapa sering dalam seminggu orang tua menyediakan makanan di rumah, berupa : sayur, buah, snack, makanan ringan. Sementara jawaban yang ditawarkan, antara lain: tidak pernah, satu hari dalam seminggu, 2-3 hari dalam seminggu, 4-6 hari dalam seminggu dan setiap hari (Eisenberg dkk., 2012). 4.
Pengetahuan gizi ibu Memasuki usia sekolah, anak akan melakukan praktek makan sendiri, pada tahap ini fokus diberikan pada bagaimana dan apa yang dipelajari oleh anak tentang makanan dan makan, dan bagaimana orang tua serta pengasuh membentuk cara pengajarannya dan mempengaruhi kualitas diet dan status gizi anak (Birch dan Ventura, 2009). Sehingga praktek makan yang mulai dilakukan anak tersebut bergantung pada pengetahuan gizi ibu dalam memberikan pelajaran kepada anak terkait makanan apa, kapan, seberapa sering dan seberapa banyak anak makan (Birch dan Ventura, 2009). Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek yang dimaksud. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki dorongan lebih untuk menyediakan makanan bergizi yang dapat mencukupi kebutuhan anaknya. Semakin tinggi pengetahuan gizi
23
seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara pengolahan makanan yang dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan (Sediaoetama, 2008). Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan pengetahuan yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk mengonsumsi makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi menurut usianya (Sherry dan Dietz, 2005). Sedangkan pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan dengan asupan zat gizi yang tidak adekuat (Rolls dkk., 2000). Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Oman yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan asupan energi anak yang menggunakan food frequency questioner sebagai alat ukur dalam mengukur asupan energi anak (Al-Shookri dkk., 2011). Pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang terbukti secara statistik dengan nilai p < 0.002 (Rolls dkk., 2000). Ibu yang telah mengikuti konseling gizi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik, diketahui memiliki anak yang mengonsumsi makanan sehat lebih banyak dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu berpengetahuan kurang baik (Vitolo dkk., 2010), Cara pengukuran terkait pengetahuan gizi ibu, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu berupa pertanyaan terkait pilihan
24
makanan yang merupakan sumber suatu zat gizi. Misalkan diberikan pertanyaan berdasarkan pilihan makanan berikut, yang manakah yang merupakan sumber protein: a) apel, b) daging, c) roti tawar, d) nasi. 5.
Asupan energi ibu Kebutuhan energi merupakan konsumsi energi seseorang yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energinya bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Orang dewasa membutuhkan energi untuk melakukan metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamik khusus. Kebutuhan energi paling besar dibutuhkan untuk melakukan metabolisme basal (Almatsier, 2001). Ibu merupakan orang tua wanita yang sudah mencapai kematangan tubuh secara optimal dan sudah dapat bereproduksi (Istiany dan Rusilanty, 2013). Kematangan yang dicapai oleh orang tua ini disertai oleh serangkaian pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang tua setiap harinya. Apabila konsumsi energi dari ibu tidak dapat memenuhi kebutuhannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang ada, ibu akan menjadi cepat lelah, lambat dalam berpikir dan lambat dalam bertindak. Selain itu, kurangnya asupan energi pada ibu dapat menjadikannya di rentan terhadap penyakit infeksi serta menurunkan produktivitasnya dalam bekerja (Istiany dan Rusilanty, 2013). Sebaliknya, apabila ibu memiliki
25
asupan energi yang berlebih, dapat menyebabkan ibu memiliki berat badan berlebih akibat adanya penumpukan cadangan lemak di bawah kulit dan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan beberapa penyakit bagi ibu, diantaranya diabetes melitus, hipertensi, atheroma dan arteriosclerosis, arteriosclerosis heart disease dan cerebro-vascular disease yang disertai dengan chronic bronchitis (Food and Agriculture Organization, 2005). Gangguan kesehatan lainnya yang umum dialami oleh orang yang mengalami kelebihan berat badan adalah hiperinsulinemia. Kebanyakan orang dengan berat badan berlebih, mengalami diabetes karena hiperinsulinemia yang mengakibatkan resistensi insulin. Resistensi insulin ini disebabkan oleh disfungsi dari sel beta yang mengakibatkan ketidakmampuan sel pulau pankreas menghasilkan insulin yang memadai untuk mengompensasi resistensi insulin dan untuk menyediakan insulin yang cukup setelah sekresi insulin dipergunakan (Brashers, 2007). Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai, memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan energi yang juga tidak sesuai dengan ajuran (Sherry dan Dietz, 2005). Hal tersebut dikarenakan ibu memberikan informasi dalam hal jumlah dan membentuk pilihan makan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Selain itu, kebiasaan dan praktek makan ibu juga sangat kuat dalam memberikan pengaruh kepada asupan makanan anak. Penelitian membuktikan bahwa selama masa kanak-kanak, asupan orang tua seperti lemak, karbohidrat
26
dan energi memberikan 23-97% varians asupan ketiga zat gizi tersebut pada anak (Sherry dan Dietz, 2005). Ibu yang terbukti baik secara gen maupun lingkungan mempengaruhi perkembangan asupan zat gizi anak dan status gizi anak (Birch dan Ventura, 2009). Namun, pengaruh dalam hal kesamaan asupan energi ini terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan kebiasaan ibu dibandingkan dengan hasil genetik yang diturunkan kepada anaknya (Sherry dan Dietz, 2005). Hal ini disebabkan karena pada umumnya anak menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam jenis dan jumlah makanan yang diinginkan oleh anak, biasanya karena adanya paparan yang berulang dan makanan yang sering dikonsumsi oleh orang tua mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Selain itu, adanya kesamaan pilihan rasa, pilihan makanan dan reflek lapar serta kenyang dari reflek genetik yang dimilikinya juga turut menjadi penyebab dari kesamaan jumlah asupan zat gizi anak dengan orang tuanya (Davison dan Birch, 2001). Banyak aspek yang dapat menyebabkan asupan ibu mempengaruhi asupan energi anak. Pertama, sejak dini ibu merupakan pembuat keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang dibeli dan disajikan baik di rumah maupun di luar rumah. Ibu sering merencanakan dan menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan makanan yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka. Selanjutnya, ibu menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan pengeluaran energi. Anak melihat sekelilingnya untuk mempelajari
27
persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang lain. Pada kasus asupan energi, hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak mengimitasi ibunya dalam hal jenis, jumlah, frekuensi, waktu makan serta durasi dalam sekali makan (White, 2006). Penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya anak menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam kebiasaan makannya yang dapat dilihat dari jenis makanan yang diinginkan oleh anak, biasanya karena adanya paparan yang berulang dan pilihan makanan dari orang tua mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai p sebesar 0.001 antara pola makan orang tua dengan pola makan anak (Dickens dan Ogden, 2014). Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran pada asupan energi ibu adalah 3-days food record. 6.
Interaksi dengan teman Setiap anak pada dasarnya masih terus dipengaruhi secara bermakna oleh keluarga, budaya keluarga dan faktor lingkungan, namun pada usia sekolah, anak mulai terpengaruh, baik dalam kebiasaan, cara berpakaian, hingga gaya hidup dari teman yang ditemuinya, khususnya teman sebaya (Behrman dkk., 2000). Hal tersebut dipertegas oleh adanya teori yang menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya dan aktivitas di luar rumah semakin memainkan peran penting terhadap kehidupan anak usia sekolah (Friedman, Bowden dan Jones, 2003 dalam Saifah, 2011).
28
Perilaku makan siswa yang sedang beranjak menuju remaja memiliki kecenderungan untuk lebih senang bila makan dengan orang terdekat, yang mana biasanya teman sebaya yang dijadikan sebagai pilihan dalam menghabiskan waktu bersama (Behrman dkk., 2000). Siswa yang senang menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya tersebut cenderung memiliki keputusan-keputusan yang bisa mereka terima yang mana pada akhirnya akan membentuk perilaku standar mereka. Pada masa anak sekolah, anak sering membandingkan dirinya dengan temantemannya dimana mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman (Gunarsa, 2008). Anak pada usia ini juga memiliki kecenderungan untuk merasa lebih nyaman berada di sekitar teman-teman sebayanya dibandingkan berada di sekitar keluarganya dengan lebih banyak menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-teman sebayanya (Brown dkk., 2011). Penelitian menemukan bahwa anak akan mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi energi ketika sedang bersama dengan temannya dibandingkan saat sedang berada bersama dengan orang tuanya (Salvy dkk., 2011). Teman lebih banyak mempengaruhi asupan energi seorang anak pada usia sekolah seiring dengan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan bersama teman dan motivasi yang diberikan oleh teman dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Asupan energi saat anak bersama dengan teman mungkin terjadi karena adanya pemberian
29
izin untuk mengonsumsi makanan tinggi energi yang biasanya dibatasi saat anak bersama dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang berbeda, dimana ditemukan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh positif terkait perilaku makan anak usia sekolah dengan mendorong anak untuk mengonsumsi makanan sehat seperti sayur (Saifah, 2011). Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa teman perempuan dari siswa perempuan dapat mendorong siswa tersebut untuk memiliki asupan energi yang baik dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Ketika anak familiar dengan makanan sehat yang dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan itu dilakukan oleh teman sebayanya, anak akan lebih menerima dan menjadikan makanan tersebut sebagai salah satu pilihan makannya (Birch dan Ventura, 2009). 7.
Program Makan Siang Sekolah Selain orang tua, hal lain yang dapat mempengaruhi pola makan anak adalah lingkungan, salah satunya adalah lingkungan sekolah dengan adanya interaksi dengan teman sebayanya (Birch dan Ventura, 2009). Saat sekolah mengadakan program makan siang, anak akan terpapar dengan pola makan dari teman sebayanya yang dapat mempengaruhi pola makannya sendiri.
8.
Program olahraga sekolah Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani
30
(Ganley dan Sherman, 2000). Program olah raga sekolah berhubungan dengan perilaku anak berupa peningkatan pola aktivitas fisik anak dan penurunan waktu anak dalam menonton TV (Simon dkk., 2008). Berdasarkan penelitian, didapatkan adanya penurunan IMT pada anak obesitas setelah diberikan waktu olah raga tambahan pada remaja (Adiwinanto, 2008). 9.
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi melebihi energi yang dikeluarkan pada saat istirahat (Thompson dkk., 2003). Pada kondisi istirahat, kita menggunakan sekitar 60% energi dalam tubuh untuk menjaga fungsi-fungsi penting agar tetap berjalan disebut dengan basal metabolic rate (BMR). Orang dengan ukuran tubuh normal rata-rata banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas fisik dibandingkan dengan anak yang memiliki tubuh dengan kelebihan berat badan atau yang mengalami KEP (Utami, 2013). Aktivitas fisik sendiri merupakan salah satu determinan dalam tingkat asupan energi pada anak usia sekolah (Brown dkk., 2011). Penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas seseorang dapat mempengaruhi asupan energinya karena energi yang dikeluarkan untuk aktivitas fisik didapatkan dari hasil oksidasi cadangan lemak dan karbohidrat yang ada di dalam tubuh orang tersebut. Sehingga orang tersebut akan berusaha untuk menggantikan cadangan lemak dan
31
karbohidrat di dalam tubuhnya dengan mengonsumsi energi lebih banyak (King, 1998). Anak pada umumnya lebih senang untuk menghabiskan waktu dengan bermain di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya dan membeli makanan jajanannya sendiri tanpa pendampingan dari orang tua. Beberapa anak akan memiliki ketertarikan yang lebih pada permainan yang cenderung pasif dalam gerakan seperti bermain video games atau lebih banyak berada di depan televisi (TV) untuk menonton acara yang mereka sukai. Namun beberapa anak lainnya memiliki kesenangan lain untuk bermain dengan menggerakkan tubuhnya seperti bermain sepak bola, bermain sepeda dll (Brown dkk., 2011). Penelitian menemukan bahwa anak yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran karena menonton TV berhubungan positif dengan penambahan asupan zat gizi terutama konsumsi makanan tinggi kalori (Dixon dkk., 2007). Aktivitas fisik yang rendah serta diikuti oleh asupan energi yang tinggi, biasa disebut dengan rentang aktivitas sedentari (Arundhana, 2013) Perilaku sedentari sendiri merupakan perilaku bersantai yang tidak mengeluarkan banyak energi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa anak sekolah dasar memiliki perilaku sedentari yang tinggi berupa aktivitas menonton TV, bermain game, membaca novel, yang semuanya dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring tanpa ada
32
aktivitas fisik lainnya yang mengeluarkan banyak energi (Arundhana, 2010). Seiring dengan perkembangan permainan yang modern semacam video game ataupun video online yang menyebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk dibandingkan melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak gerak dan mengeluarkan keringat (Wahyu, 2009). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa 1 jam menonton TV per hari berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan cepat saji, makanan manis, keripik, pizza dan rendah konsumsi buah dan sayur dengan nilai p<0.001 (Dixon dkk., 2007). Cara pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengukur aktivitas fisik ini adalah dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik dengan beberapa pertanyaan seperti; dalam satu minggu, berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini: (a) olah raga berat seperti bersepeda, menari/aerobic, lari, jogging, berenang, (b) olah raga sedang, seperti berjalan cepat, senam, baseball, skate board, bersepeda santai (Kowalski dkk., 2004).
33
C. Kerangka Teori Status gizi
Asupan Energi
Aktivitas fisik
Jenis kelamin
Interaksi dengan teman
Praktek pemberian makan Ketersediaan makanan
Program sekolah
Ibu
Makan siang dan olahraga
Pengetahuan Asupan energi
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber: Adaptasi dari Birch (2000), Brown (2011) dan Istiany dan Rustianty (2013)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Energi merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Bagi anak usia sekolah, energi dibutuhkan untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta untuk pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Tidak sesuainya asupan energi dengan angka kecukupan energi bagi usianya, dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan bagi anak, seperti kesalahan dalam pertumbuhan, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit degeneratif serta tubuh menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran asupan energi pada siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan asupan energi pada siswa-siswa tersebut. Untuk itu, peneliti merumuskan kerangka konsep berdasarkan kerangka teori yang digunakan untuk penelitian ini, sebagai berikut:
34
35
Jenis kelamin
Praktek pemberian makan
Ketersediaan makanan Asupan energi siswa SDIT Al Syukro Kelas 5 dan 6
Pengetahuan ibu
Asupan energi ibu Interaksi dengan teman
Aktivitas fisik
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep tersebut, terdapat 2 buah variabel dari kerangka teori yang tidak diteliti oleh peneliti. Kedua variabel tersebut adalah variabel program makan siang dan program olah raga di sekolah. Keduanya tidak diikutsertakan dalam penelitian lantaran seluruh siswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini, berasal dari sekolah yang sama sehingga mereka memiliki program yang sama pula.
36
Selain itu, analisis pada penelitian ini tidak dilakukan hingga tingkat status gizi karena penelitian ini menggunakan status gizi sebagai dasar dalam penetapan masalah yang kemudian berdasarkan teori diketahui bahwa timbulnya masalah status gizi tersebut diakibatkan oleh asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran kecukupan energi menurut usianya.
B. Definisi Operasional
No.
Variabel
1
Asupan energi Siswa
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur 0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia Tingkat rata-rata atau rata-rata asupan asupan energi siswa Mengisi energi<70% AKE 2013 sesuai formulir 33dalam 3 hari, yang formulir golongan usia Ordinal days Food Food terdiri dari 2 hari days 1. Asupan sesuai apabila rata-rata Recall sekolah dan 1 hari pada Recall asupan energi 70% ≤ asupan akhir pekan energi ≤130% AKE 2013 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
2
3
Jenis Kelamin
Perbedaan biologis antara laki-laki dan Mengisi perempuan yang sudah kuesioner dimilikinya sejak lahir
Praktek pemberian makan
Tingkat skor dari pernyataan tentang peraturan-peraturan dan Mengisi tindakan yang pertanyaan diberikan oleh ibu kuesioner kepada anaknya selama waktu makan anak
Kuesioner
0. Perempuan 1. Laki-laki
Ordinal
Kuesioner
0. Kurang apabila skor < median 1. Baik apabila skor ≥ median
Ordinal
(Bertram, 2009)
37
No.
4
5
6
Variabel
Definisi Operasional
Ketersediaan Makanan
Tingkat skor dari pernyataan tentang Mengisi makanan yang pertanyaan disediakan oleh orang kuesioner tua di rumah
Pengetahuan Gizi
Asupan energi ibu
Cara Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
0. Kurang apabila skor< mean 1. Baik apabila skor ≥ mean
Skala Ukur
Ordinal
(Bertram, 2009)
Tingkat skor dari pertanyaan tentang Mengisi pemahaman ibu siswa pertanyaan terkait bahan-bahan kuesioner makanan sumber zat gizi
Tingkat rata-rata asupan energi ibu dari siswa dalam 3 hari, yang terdiri dari 2 hari kerja dan 1 hari pada akhir pekan
Alat Ukur
Mengisi formulir 3days Food Record
38
Kuesioner
0. Kurang apabila jawaban benar ≤ 80% 1. Baik apabila jawaban benar > 80% (Wahyutomo, 2010)
formulir 3days Food Record
0. Asupan tidak sesuai, apabila ratarata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energI <70% AKE 2013 sesuai golongan usia Ordinal 1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤130% AKE 2013 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Ordinal
No.
7
8
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Interaksi dengan teman
Tingkat skor dari pertanyaan tentang kegiatan yang Mengisi dilakukan dan makanan pertanyaan yang dikonsumsi kuesioner karena ajakan dari teman
Aktivitas fisik siswa
Tingkat skor dari pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan anak selama satu minggu terakhir Mengisi baik yang kuesioner mengeluarkan banyak aktivitas fisik keringat seperti berolahraga, maupun kegiatan bersantai seperti duduk-duduk
Alat Ukur
Kuesioner
39
Kuesioner
Hasil Ukur
0. Kuat apabila skor ≥ median 1. Lemah apabila skor < median (Saifah, 2011)
0. Kurang aktif, apabila skor aktivitas fisik < mean 1. Aktif apabila skor aktivitas fisik ≥ mean (Kowalski dkk., 2004)
Skala Ukur
Ordinal
Ordinal
40
C. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 2. Terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 3. Terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 4. Terdapat hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 5. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 6. Terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. 7. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.
41
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Design Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Variabel independen dalam penelitian ini adalah praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik anak. Sementara variabel dependen dalam penelitian ini adalah asupan energi siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di SDIT Al Syukro Universal Kota Tangerang Selatan. B. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Syukro Universal Kota Tangerang Selatan mulai dari bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa beserta ibu dari masing-masing siswa kelas 5 yang berjumlah 57 siswa dan kelas 6 dengan jumlah siswa sebanyak 72. Sehingga total dari seluruh populasi penelitian ini berjumlah 129 pasang ibu dan siswa yang
42
bersekolah di SDIT Al Syukro Universal pada tahun ajaran 20152016. 2.
Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh total populasi dari pasangan ibu dan siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal. Berdasarkan jumlah populasi yang ada, didapatkan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 129 pasang ibu dan siswa. Untuk mengetahui kekuatan dari jumlah sampel tersebut, dilakukan perhitungan tingkat uji (Z1- β) menggunakan rumus berikut ini:
1−
= √[ (
−
)2−
√[ (1 −
)+
1− (1 −
(1 − ) 2] )]
Keterangan : n
= besar sample minimal
Z1 – α/2= derajat kemaknaan Z1 - β = tingkat kekuatan uji P1
= Proporsi 1, menggunakan proporsi pengetahuan ibu yang baik dengan asupan energi anak yang rendah, dengan nilai P sebesar 0.78
P2
= Proporsi 2, menggunakan proporsi pengetahuan ibu yang kurang dengan asupan energi anak yang kurang, dengan nilai P sebesar 0.26
P
= P1+P2
43
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan tingkat kekuatan uji untuk sampel sebanyak 129 orang ibu dan anak sebesar 82.5% sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah sampel tersebut cukup kuat untuk digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini. Namun pada proses pengumpulan data, hanya didapatkan sampel sebanyak 122 orang siswa dan ibu siswa. Berkurangnya jumlah sampel tersebut dikarenakan adanya 1 orang siswa tidak melanjutkan kembali studinya di SDIT Al Syukro Universal, sedangkan 6 orang siswa lainnya tidak menjadi sampel penelitian dikarenakan ketidaksediaan ibu siswa untuk mengikuti penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Jumlah sampel sebanyak 122 orang ini juga memiliki tingkat kekuatan uji sebesar 82.5%, sehingga jumlah sampel tersebut masih cukup kuat untuk digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini. D. Metode pengumpulan data 1.
Jenis data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer melalui pengisian formulir 3-days food recall dan kuesioner aktivitas fisik bagi siswa serta pengisian kuesioner
praktek
pemberian
makan,
ketersediaan
makanan,
pengetahuan gizi dan formulir 3-days food record oleh ibu dari siswa. Sementara data sekunder didapatkan dari sekolah berupa data jumlah dari siswa dan ibu siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di sekolah
44
tersebut, serta data tinggi badan dan berat badan dari siswa yang digunakan dalam studi pendahuluan. 2.
Mekanisme pengumpulan data Pengumpulan data untuk kebutuhan analisis setiap variabel, dilakukan sesuai dengan mekanisme berikut ini: a.
Asupan energi siswa Peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden terkait makanan yang dikonsumsinya selama 3 hari yang terdiri dari 2 hari pada hari sekolah dan 1 hari pada akhir pekan. Instrumen food recall yang digunakan ini didapat dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013. Setelah dilakukan pencatatan makanan selama 3 hari, daftar makanan yang dikonsumsi oleh siswa selama 3 hari tersebut akan dihitung jumlah asupan energi per harinya menggunakan program nutrisurvey untuk kemudian dihitung rata-rata asupan energi dari masing-masing siswa. Setelah didapatkan hasil rata-rata konsumsi perharinya, data akan ditransformasi menjadi dua kelompok, yaitu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). 0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia
45
1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤130% AKE 2013 b.
Jenis kelamin Jenis kelamin dari setiap anak diukur menggunakan instrumen kuesioner yang akan langsung dijawab oleh siswa berupa pertanyaan terkait jenis kelamin siswa dengan 2 buah pilihan jawaban, yaitu laki-laki dan perempuan. Setelah pertanyaan tersebut terisi, peneliti akan melakukan pengecekan agar tidak ada kuesioner yang tidak terisi. Setelah itu, kuesioner yang sudah terisi tersebut akan diberikan kode pada pilihan jawaban jenis kelamin siswa, kode tersebut antara lain: 0. Perempuan 1. Laki-laki Setelah pengodean dilakukan, data jenis kelamin yang ada akan dimasukkan ke dalam perangkat lunak computer untuk kemudian dilakukan analisis lebih lanjut.
c.
Praktek pemberian makan Praktek pemberian makan ini diukur menggunakan instrumen kuesioner pada pernyataan-pernyataan pada kolom A mulai dari nomor 1 sampai 18. Instrumen ini dibuat berdasarkan kuesioner praktek pemberian makan dari Birch yang kemudian diubah menggunakan Bahasa Indonesia dan digunakan pada
46
penelitian yang dilakukan di beberapa Sekolah Dasar di Jabodetabek (Kolopaking dkk., 2015). Ibu dari siswa akan diberikan kuesioner yang di dalamnya terdiri dari 8 kolom yang salah satu kolomnya berisikan pertanyaan untuk mengukur praktek pemberian makan siswa SDIT Al Syukro Universal. Paket kuesioner tersebut diberikan kepada ibu melalui siswa untuk diisi oleh ibu di rumah. Paket kuesioner juga disertai oleh surat pengantar dari sekolah yang ditujukan kepada ibu, agar ibu berkenan mengisi paket kuesioner yang diberikan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada lembar pertama kuesioner, peneliti memberikan prosedur petunjuk cara pengisian kuesioner bersamaan dengan pernyataan ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah ibu mengisi kuesioner tersebut, kuesioner kembali diberikan kepada siswa untuk dikembalikan kepada peneliti. Setelah kuesioner dikembalikan, peneliti melakukan pengecekan terhadap kuesioner untuk memastikan kuesioner terisi dengan lengkap. Setelah kuesioner terisi, jawaban yang diberikan oleh ibu siswa akan diberikan kode-kode mulai dari angka 1-5 sesuai dengan model pernyataan yang positif atau negatif. Apabila model pernyataan merupakan model positif, maka kode 1 akan
47
diberikan pada pernyataan dengan jawaban tidak pernah, kode 2 pada jawaban pernyataan jarang, hingga kode 5 akan diberikan pada jawaban pernyataan sangat sering. Sementara pada model pernyataan yang negatif, kode 1 diberikan pada pernyataan dengan jawaban sangat sering, hingga kode 5 dengan jawaban tidak pernah. Setelah seluruh pernyataan selesai diberikan kode, kodekode tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer untuk dihitung jumlah skor yang didapat dari seluruh sampel. Setelah jumlah skor dari seluruh sampel didapatkan, dilakukan uji normalitas data. Hasil normalitas data menunjukkan bahwa data yang didapat dari setiap sampel merupakan data yang tidak normal, sehingga dilakukan transformasi data menggunakan median dari jumlah skor setiap sampel. Kategori dari transformasi data tersebut adalah sebagai berikut: 0. Kurang apabila skor < median 1. Baik apabila skor ≥ median (Bertram, 2009) d.
Ketersediaan makanan Ketersedian makanan ini diukur menggunakan instrumen kuesioner pada pertanyaan kolom B mulai dari nomor 1 sampai 4. Instrumen ini dibuat berdasarkan kuesioner ketersediaan makanan
dalam
keluarga
yang
berasal
dari
penelitian
sebelumnya (Eisenberg dkk., 2012). Kuesioner serupa juga
48
pernah
digunakan
dalam
penelitian
yang
dilakukan
di
Jabodetabek pada tahun 2014 (Kolopaking dkk., 2015). Pilihan yang disediakan oleh peneliti untuk menilai ketersediaan makanan adalah ketersediaan sayur, buah, makan ringan seperti chiki dll dan makanan tambahan seperti kue, donat dll. Makanan tinggi energi lainnya seperti mie instan, termasuk ke dalam kategori makanan tambahan, namun tidak dijabarkan oleh peneliti. Makanan tambahan dimasukkan ke dalam pilihan makanan untuk menilai ketersediaan makanan karena anak yang disediakan makanan tambahan di rumah, akan menurunkan motivasinya untuk mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi sehingga anak akan cenderung untuk mengonsumsi makanan tambahan yang padat energi (Hill dkk., 1998). Sayur dan buah dipilih sebagai bahan makanan yang dijadikan pilihan dalam penyediaan makanan di rumah lantaran anak dengan ketersediaan sayur dan buah yang baik di rumah cenderung memiliki preferensi untuk memilih sayur dan buah sebagai makanan selingan mereka dibandingkan makanan tinggi energi dan lemak seperti keripik kentang dan goreng-gorengan. Anak yang lebih memilih sayur dan buah sebagai makanan tambahan dan selingannya ini menunjukkan bahwa anak tidak banyak mengonsumsi makanan tinggi energi (Hill dkk., 1998).
49
Setelah kuesioner terisi, jawaban dari kuesioner diberikan kode seperti yang diberikan pada variabel praktek pemberian makan. Setelah diberikan kode, kode-kode tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer untuk kemudian diuji kenormalan datanya. Berdasarkan hasil uji normalitas data, diketahui bahwa data yang diperoleh merupakan data yang normal sehingga dilakukan transformasi untuk menghasilkan dua buah kategori menggunakan mean, dengan kategori sebagai berikut: 0. Kurang apabila skor < mean 1. Baik apabila skor ≥ mean (Bertram, 2009) e.
Pengetahuan gizi ibu Pengetahuan gizi ibu ini diukur menggunakan instrumen kuesioner yang didapat dari penelitian yang dilakukan di Semarang yang diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan pada kolom C pertanyaan nomor 1 sampai 5 (Anjani, 2013). Setelah ibu mengisi pertanyaan dan dilihat kelengkapannya, peneliti memasukan hasil dari jawaban ibu ke dalam perangkat lunak komputer. Setelah data dimasukkan, dilakukan transformasi data untuk kemudian dibuat menjadi 2 kategori, yaitu: 0. Kurang apabila jawaban benar ≤ 80% 1. Baik apabila jawaban benar > 80% (Wahyutomo, 2010).
50
f.
Asupan energi ibu Ibu siswa yang dijadikan responden akan diminta untuk mengisi formulir 3x24 hours food record untuk melihat makanan yang dikonsumsi oleh ibu selama 3 hari yang terdiri dari 2 hari kerja dan 1 hari akhir pekan. Setelah melakukan pengisian terhadap formulir yang diberikan, hasil pencatatan makanan selama 3 hari dimasukkan ke dalam software perhitungan zat gizi untuk dihitung rata-rata asupan energinya perhari. Setelah di masukkan ke dalam software komputer untuk dihitung rata-rata asupan energinya, hasil rata-rata dari setiap ibu kemudian ditransformasi menjadi dua kelompok, yaitu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014): 0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia 1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤ 130% AKE 2013
g.
Interaksi dengan teman Interaksi dengan teman diukur menggunakan intrumen kuesioner berupa pernyataan-pernyataan terkait peran teman dalam praktek makan siswa yang diisi langgung oleh siswa dibawah pengawasan langsung dari peneliti. Kuesioner ini didapat dari penelitian yang pernah dilakukan di Kota Palu
51
dengan sasaran yang sama, yaitu siswa SD (Saifah, 2011). Kuesioner ini terdiri dari 9 buah pernyataan yang masing-masing pernyataan dijawab oleh siswa dengan pilihan ‘ya’ atau ‘tidak’. Setelah seluruh pernyataan terisi, peneliti melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang terkumpul. Setelah itu, pilihan-pilihan dari siswa dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer sesuai dengan jenis pertanyaannya (jenis pertanyaan positif atau negatif) untuk kemudian di uji normalitas datanya. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapat bukan merupakan data yang normal, sehingga dilakukan transformasi menggunakan median dan dikelompokkan menjadi 2 buah kelompok, yaitu: 0. Kuat, apabila skor ≥ median 1. Lemah, apabila skor < median h.
Aktivitas Fisik Instrumen untuk mengukur aktivitas fisik adalah kuesioner aktivitas fisik untuk anak (Kowalski dkk., 2004). Kuesioner tersebut kemudian dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada proses pengujian validitas kuesioner, ditemukan dua buah pertanyaan yang tidak valid, sehingga dilakukan perubahan kalimat yang dijelaskan pada sub bab uji validitas. Setelah dilakukan uji validitas ulang terhadap kuesioner yang telah diubah redaksi kalimatnya,
52
perubahan kalimat tersebut diketahui tidak lantas membuat pertanyaan tersebut menjadi valid. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengeluarkan dua buah pertanyaan tersebut. Setelah seluruh pertanyaan valid, dilakukan uji reliabilitas yang menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan pada kuesioner reliabel untuk dijadikan instrumen dalam pengukuran aktivitas fisik. Setelah pengurangan dua buah pertanyaan tersebut, pertanyaan yang dijadikan alat ukur dalam kuesioner aktivitas fisik pada penelitian ini diwakili oleh 30 pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh siswa dibawah pengawasan peneliti untuk menjaga independensi kuesioner yang diisi oleh siswa. Setelah kuesioner terisi, jawaban dari kuesioner dimasukkan ke dalam perangkat lunak komputer untuk dilakukan uji normalitas data. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapat merupakan data yang normal, sehingga dilakukan transformasi data menggunakan mean untuk menghasilkan dua buah kategori, yaitu: 1. Kurang aktif apabila skor aktivitas fisik < mean 2. Aktif apabila skor aktivitas fisik ≥ mean E. Manejemen data Pengolahan data dilakukan menggunakan software komputer melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
53
1.
Editing Pengecekan data terhadap lembar kuesioner dilakukan selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua variabel terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.
2.
Coding Proses pengkodean dilakukan terhadap beberapa jawaban dari pertanyaan terkait variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik siswa. Kode yang diberikan pada pilihan-pilihan jawaban tersebut berupa angka 1 hingga 5, sesuai dengan pilihan jawaban dari setiap pertanyaan. Khusus untuk variabel jenis kelamin, kode yang diberikan adalah angka 0 dan angka 1 untuk pilihan jawabannya. Pengkodean ini diberikan untuk memudahkan peneliti saat memasukkan data ke dalam perangkat lunak saat akan melakukan analisis data.
3.
Entry data Setelah seluruh pertanyaan dari masing-masing variabel dari kuesioner sudah dipastikan terjawab seluruhnya, jawaban-jawaban dari kuesioner tersebut dimasukkan ke dalam perangkat lunak yang akan digunakan untuk menganalisis data-data yang ada dari setiap siswa dan ibu siswa.
54
4.
Transformasi data Setelah seluruh data dari seluruh kuesioner selesai dimasukkan ke dalam perangkat lunak, data-data tersebut kemudian dijumlahkan menurut variabelnya masing-masing untuk diberikan skor. Setelah skor dari setiap variabel didapatkan, skor-skor tersebut di transformasi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan nilai skor dari masing-masing variabel.
5.
Cleaning Selanjutnya dilakukan pembersihan data atau pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan entry. Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data dari kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data dilakukan pula pengecekan ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan serta konsistensinya.
F. Uji Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir food recall dan food record dari Kementrian Kesehatan serta beberapa jenis kuesioner yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya. Kuesioner-kuesioner tersebut digunakan untuk mengukur praktek pemberian makan, ketersediaan makanan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik siswa. Untuk mengetahui ketepatan kuesioner yang akan digunakan dalam pengukuran variabel penelitian, dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada siswa kelas 5 dan 6 serta ibu dari siswa kelas 5 dan 6 dari Sekolah Dasar lainnya yang memiliki
55
karakteristik yang mirip dengan SDIT Al Syukro Universal. Sekolah yang dimaksud adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Ciputat Timur. Berikut merupakan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti: 1.
Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data (Hastono, 2007). Untuk mengetahui validitas dari instrumen yang digunakan, dilakukan dengan cara mengukur korelasi setiap pertanyaan pada instrumen penelitian yang dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengetahui praktek pemberian makan anak dan aktivitas fisik anak dengan skor total variabel dari nilai corrected item correlation pada hasil reability. Nilai r tabel yang digunakan dalam uji validitas kuesioner praktek pemberian makan untuk 21 orang responden dengan nilai α= 5% adalah 0.433. Sementara untuk kuesioner aktivitas fisik dan interaksi dengan teman, nilai r tabel yang digunakan untuk 65 orang responden dengan nilai α= 5% adalah 0.224. Pertanyaan pada kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hitung > nilai r tabel. Pada uji validitas yang dilakukan untuk kuesioner praktek pemberian makan anak, dari delapan belas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, seluruh pertanyaan memiliki nilai r lebih besar dari nilai tabel r. Sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh pertanyaan valid untuk mengukur praktek pemberian makan anak. Pada kuesioner aktivitas fisik, uji validitas menunjukkan sebanyak dua buah pertanyaan dari tiga puluh dua
56
pertanyaan memiliki nilai r yang lebih kecil dari nilai r tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua pertanyaan tersebut tidak valid. Dua buah pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan terkait status sakit yang dialami oleh siswa selama satu minggu terakhir yang menyebabkan siswa tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan aktivitas fisik apa yang dilarang untuk dilakukan oleh siswa. Peneliti kemudian mengganti kalimat pada dua buah pertanyaan tersebut yang sebelumnya berbunyi “Apakah kamu sakit dalam satu minggu terakhir?” menjadi “Apakah kamu pernah sakit sampai tidak boleh berkativitas dalam satu minggu terakhir?”. Sedangkan pertanyaan lainnya yang diubah adalah “Jika ya, apakah ada kegiatan yang kamu hindari dari kegiatan yang biasanya kamu lakukan setiap harinya?”, diubah menjadi “Jika ya, aktivitas apa yang tidak boleh kamu lakukan selama kamu sakit?”. Diubahnya kedua pertanyaan tersebut dikarenakan adanya kebingungan dari siswa yang menjawab pertanyaan tersebut. Kalimat yang digunakan sebagai pengganti dari pertanyaan sebelumnya diharapkan akan lebih mudah dimengerti oleh siswa saat menjawab. Setelah dilakukan perubahan kalimat pada dua buah pertanyan tersebut, dilakukan kembali uji validitas dan reliabilitas. Namun, berdasarkan uji validitas dan reliabilitas ulang yang dilakukan, kedua pertnyaan tersebut masih memiliki nilai r yang lebih kecil dari nilai tabel r. Peneliti kemudian mengeluarkan dua buah pertanyaan tersebut dari kuesioner karena pertanyaan tersebut masih menyebabkan siswa
57
kebingungan dalam proses pengisian kuesioner. Selain itu alasan dikeluarkannya kedua pertanyaan tersebut adalah jawaban yang homogen dari seluruh siswa yang dijadikan sampel dalam uji validitas kuesioner ini. Pada kuesioner pengetahuan ibu, ketersediaan makan dan interaksi siswa dengan teman, peneliti melakukan uji validitas dengan menanyakan setiap pertanyaan kepada 20 orang siswa dan 21 orang ibu siswa kelas 5 dan 6. Apabila siswa dan ibu siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut tanpa adanya pertanyaan untuk menanyakan kejelasan dari pertanyaan yang dimaksud oleh peneliti, maka dapat dikatakan bahwa pertanyaan tersebut valid karena dapat dengan mudah dipahami oleh ibu siswa. Sejumlah empat buah pertanyaan pada kuesioner ketersediaan makanan dapat dijawab oleh ibu siswa tanpa adanya pertanyaan tambahan dari ibu siswa untuk meminta kejelasan, sehingga dapat dikatakan bahwa keempat pertanyaan tersebut valid. Sejumlah lima buah pertanyaan untuk mengukur pengetahuan ibu, ditanyakan oleh peneliti kepada 21 orang ibu siswa yang juga dijawab dengan cepat oleh ibu siswa tanpa adanya kebingungan dari maksud pertanyaan dalam kuesioner tersebut. Sehingga dapat dikatakan pula kelima pertanyaan valid untuk mengukur pengetahuan ibu. Kuesioner untuk menghitung interaksi siswa dengan teman juga dilakukan terhadap 20 orang siswa yang ditanya secara langsung oleh peneliti. Selama proses uji validitas berlangsung, seluruh siswa yang ditanyai dapat menjawab enam buah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan cepat tanpa adanya kebingungan. Sehingga keenam
58
pertanyaan tersebut juga dapat dikatakan valid untuk mengukur interaksi dengan teman. 2.
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu alat ukur dapat menghasilkan hasil yang konsisten meskipun dilakukan di waktu yang berbeda dengan kuesioner yang sama (Hastono, 2007). Pengukuran reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan dua buah cara, yaitu reapeted measure dan one shot (Hastono, 2007). Reapeted measure merupakan cara pengukuran reliabilitas yang dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda untuk dilihat konsistensi dari jawaban yang diberikan. Sementara one shot merupakan cara pengukuran reliabilitas yang hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya (Hastono, 2007). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji reliabilitas dengan cara one shot. Kuesioner akan diuji reliabilitasnya apabila seluruh pertanyaan dalam kuesioner sudah dinyatakan valid. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai uji chronbach’s alpha lebih besar sama dengan nilai r tabel. Pada penelitian ini, kuesioner yang diuji dengan menggunakan nilai chronbach’s alpha adalah kuesioner praktek pemberian makan, dan aktivitas fisik anak. Kuesioner praktek pemberian makan dinyatakan reliabel apabila nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan lebih besar sama dengan 0.433.
59
Pada uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner praktek pemberian makan tersebut, nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan adalah 0.616. Sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur praktek pemberian makan. Untuk kuesioner aktivitas fisik siswa dinyatakan reliabel apabila nilai chronbach’s alpha yang dihasilkan lebih besar sama dengan 0.224. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner aktivitas fisik tersebut menghasilkan nilai chronbach’s alpha sebesar 0.899 sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner ini reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur dalam mengukur aktivitas fisik siswa. G. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan bivariat. 1.
Univariat Analisis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi asupan energi siswa, jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu, pilihan makanan ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik siswa.
2.
Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan
60
teman serta aktivitas fisik) dengan variabel dependen (asupan energi siswa). Ada pun rumus uji chi-square yaitu:
dF = (k – 1)(b – 1) Keterangan: X2 = Chi Square O = Nilai observasi E = Nilai ekspektasi k = Jumlah kolom b = Jumlah baris Namun pada penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat lunak komputer, sehingga tidak dilakukan perhitungan menggunakan rumus tersebut. Hasil yang akan didapatkan dari perangkat lunak tersebut berupa nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai p≤0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen (Hastono, 2007). Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
61
Jika nilai OR<1 artinya variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabel dependen dan jika OR>1 artinya variabel independen sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat 1. Asupan Energi Siswa Asupan energi siswa didapatkan dari hasil food recall 3x24 yang kemudian dikategorikan menjadi asupan energi yang sesuai dan tidak sesuai. Asupan energi siswa dikatakan sesuai apabila asupan energi memenuhi 70%130% AKE menurut AKG 2013 berdasarkan jenis kelamin dan usianya masing-masing, sementara asupan energi dikatakan tidak sesuai apabila asupan energi kurang dari 70% atau lebih dari 130% AKE menurut AKG 2013. Distribusi frekuensi berdasarkan asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Jumlah siswa Persentase Asupan Energi n % 40 32,8 Tidak Sesuai 82 67,2 Sesuai 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari 122 siswa, lebih banyak siswa yang memiliki asupan yang sesuai dengan angka kecukupan energi menurut
62
63
AKG 2013, hanya 40 orang siswa (32,8%) yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan angka kecukupan energi AKG 2013. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin siswa SDIT Al Syukro Universal dibedakan menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan dimana data tersebut didapatkan dari data siswa yang bersekolah di sekolah tersebut. Berikut merupakan distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syuro Universal Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Jenis Kelamin n % 61 50 Perempuan 61 50 Laki-laki 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.2 diketahui dari 122 orang siswa, siswa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama, yaitu 61 (50%) siswa berjenis kelamin laki-laki dan 61 (50%) siswa lainnya berjenis kelamin perempuan. 3. Praktek Pemberian Makan Pada penelitian ini, praktek pemberian makan dibagi menjadi dua kategori, yaitu praktek pemberian makan yang baik dan praktek pemberian makan yang kurang baik. Pembagian kedua kategori tersebut didapatkan dari hasil skoring yang dilakukan berdasarkan jawaban kuesioner dari ibu siswa. Praktek pemberian makan yang baik didapat dari hasil skor yang lebih besar sama dengan mean serta praktek pemberian makan yang kurang baik didapat
64
dari hasil skor interaksi yang kurang dari mean. Berikut merupakan distribusi frekuensi berdasarkan praktek pemberian makan: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Pemberian Makan Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Praktek Pemberian Makan n % 49 40,2 Kurang 73 59,8 Baik 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.3 dari 122 orang siswa, jumlah siswa dengan praktek pemberian makan yang baik memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kuran baik dengan jumlah siswa sebanyak 73 siswa (59,8%) untuk siswa dengan praktek pemberian makan yang baik. 4. Ketersediaan Makanan Hasil ukur untuk variabel ketersediaan makanan dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu ketersediaan makanan yang baik dan ketersediaan makanan yang kurang baik. Ketersediaan makanan yang baik didapat dari hasil skor pernyataan pada kuesioner yang hasil skornya lebih besar sama dengan mean. Sedangkan ketersediaan makanan yang kurang baik didapatkan dari hasil skor pernyataan yang kurang dari mean. Berikut merupakan distribusi frekuensi berdasarkan ketersediaan makanan:
65
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Makanan Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Ketersediaan makanan di Jumlah anak Persentase rumah n % 52 42,6 Kurang 70 57,4 Baik 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 122 orang siswa, siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik baik, dengan jumlah 70 siswa (57,4%) memiliki ketersediaan makanan yang baik. 5. Pengetahuan Ibu Pengetahuan ibu didapatkan dari jumlah jawaban benar dari pertanyaan pada kuesioner, yang kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu pengetahuan ibu yang baik dan pengetahuan ibu yang kurang. Pengetahuan ibu yang baik didapat dari jumlah jawaban benar yang lebih dari 80% total pertanyaan, sedangkan pengetahuan ibu yang kurang didapat dari jawaban benar yang kurang dari sama dengan 80% total pertanyaan. Berikut merupakan distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015: Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Pengetahuan ibu n % 59 48,4 Kurang 63 51,6 Baik 122 100,0 Jumlah
66
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 122 siswa, lebih banyak siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dibandingkan siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan gizi yang kurang baik, dengan jumlah siswa sebanyak 63 siswa (51,6%) untuk siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan gizi yang baik. 6. Asupan Energi Ibu Asupan energi ibu didapatkan dari hasil food record 3x24 jam yang kemudian dibagi ke dalam 2 buah kategori, yaitu asupan energi yang sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi serta asupan yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecupukan energi. Asupan energi dikatakan sesuai dengan angka anjuran apabila memenuhi 70%-130% anjuran AKE sesuai AKG 2013 berdasarkan golongan usia masing-masing ibu, sedangkan asupan energi dikatakan tidak sesuai apabila asupan energi ibu kurang dari 70% atau lebih dari 130% anjuran AKE sesuai AKG 2013 berdasarkan golongan usia ibu siswa. Distribusi frekuensi berdasarkan asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi Ibu Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Asupan energi ibu n % 69 56,6 Tidak Sesuai 53 43,3 Sesuai 122 100,0 Jumlah
67
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 122 orang ibu siswa, ibu yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai lebih banyak dibandingan dengan ibu yang memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi dengan jumlah ibu sebanyak 69 orang ibu (56,6%) yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi menurut golongan usianya. 7. Interaksi dengan Teman Interaksi dengan teman didapatkan dari hasil skor pernyataan yang kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu interaksi yang kuat dan interaksi yang lemah. Interaksi yang kuat didapatkan dari hasil skor pernyataan yang lebih besar sama dengan median, sementara interaksi dengan teman yang lemah didapat dari skor pernyataan yang kurang dari median. Berikut merupakan distribusi frekuensi interaksi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan teman tahun 2015: Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan Teman Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Interaksi dengan Teman n % 65 53,3 Kuat 57 46,7 Lemah 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.7 diketahui dari 122 orang siswa, siswa yang memiliki interaksi dengan teman yang kuat lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi yang lemah dengan temannya dengan jumlah siswa sebanyak 65 siswa (53,3%) yang memiliki interaksi yang kuat.
68
8. Aktivitas Fisik Anak Aktivitas fisik anak didapat dari penjumlahan skor dari kuesioner aktivitas fisik yang kemudian dibagi menjadi 2 buah kategori, yaitu siswa aktif dan siswa kurang aktif. Siswa yang tergolong dalam kategori kurang aktif didapat dari hasil skor aktivitas fisik yang kurang mean. Sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori aktif didapat dari skor aktivitas fisik yang lebih besar sama dengan mean. Berikut merupakan distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015: Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Jumlah anak Persentase Aktivitas Fisik n % 58 47,5 Kurang aktif 64 52,5 Aktif 122 100,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa dari 122 orang siswa, siswa yang tergolong dalam kategori aktif lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tergolong dalam kategori siswa yang kurang aktif dengan jumlah siswa sebanyak 64 siswa (52,5%) untuk anak yang aktif. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa Hasil analisis bivariat antara asupan energi siswa dengan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
69
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Jenis Tidak Sesuai Sesuai Pvalue Odds Ratio kelamin N % n % N % 39,3 37 60,7 61 100 Perempuan 24 16 26,2 45 73,8 61 100 0,177 1,824 (0,847-3,931) Laki-laki 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa paling banyak siswa yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai adalah siswa perempuan dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa perempuan (39,3%) dibandingkan dengan siswa laki-laki. Berdasarkan hasil uji statistik chi square yang dilakukan, didapatkan nilai p value sebesar 0,177 yang artinya pada α = 5%, tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR sebesar 1,824 (95%CI: 0,847-3,931) yang artinya anak perempuan memiliki risiko sebesar 1,824 untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai anjuran dibandingkan dengan siswa laki-laki. 2. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa Hasil analisis bivariat antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
70
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Praktek Tidak Pemberian Sesuai Pvalue Odds Ratio Sesuai n % Makan n % n % 15 30,6 34 69,4 49 100 Kurang 25 34,2 48 65,8 73 100 0,824 0,847 (0,390-1,841) Baik 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan energi yang tidak sesuai, lebih banyak berasal dari siswa dengan praktek pemberian makan yang baik dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa (34,2%) dibanding dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik chi square, didapatkan p value sebesar 0,824 yang mengandung arti pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR sebesar 0,847 (95%CI:0,390-1,841) yang artinya anak dengan praktek pemberian makan yang kurang baik memiliki efek proteksi sebesar 0,847 kali terhadap asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik. 3. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa Hasil analisis bivariat antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
71
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi Total siswa Ketersediaan Tidak Pvalue Odds Ratio makanan Sesuai Sesuai n % n % N % 19 36,5 33 63,5 52 100 Kurang 70 100 0,572 1,343 (0,627-2,877) 21 30 49 70 Baik 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki asupan energi tidak sesuai, paling banyak adalah siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik dengan jumlah siswa sebanyak 19 siswa (36,5%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik. Berdasarkan uji statistik chi square yang dilakukan, didapatkan p value sebesar 0,572 yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR sebesar 1,343 (95%CI: 0,627-2,877) yang artinya siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,343 untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai anjuran dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik di rumah. Berdasarkan hasil food recall diketahui bahwa ketersediaan makanan yang tersedia di luar rumah, seperti ketersediaan makanan yang terdapat di kantin sekolah dan ketering yang didapatkan anak saat makan siang di
72
sekolah, makanan yang tersedia tersebut merupakan makanan yang tinggi energi. Jajanan yang tersedia di kantin sekolah lebih banyak makanan yang mengandung energi tinggi seperti bubur ayam, mie instan, nasi goreng, nasi goreng yang dicampur dengan mie instan, siomay, bakso, pekmpek, kentang goreng dan minuman manis yang diseduh dan ditambahkan lagi dengan gula. Makanan yang didapatkan anak dari pihak ketering juga berupa makanan padat energi berupa makanan cepat saji seperti nugget, sosis dan daging asap. Kontribusi makanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah ini, rata-rata menyumbangkan 27,38% asupan energi total yang dikonsumsi anak dalam satu hari. 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa Analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.12 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Pengetahuan Tidak Pvalue Sesuai Odds Ratio ibu Sesuai n % n % n % 24 40,7 35 59,3 59 100 Kurang 16 25,4 47 74,6 63 100 0,109 2,496 (0,933-4,347) Baik 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan energi yang tidak sesuai anjuran angka kecukupan, paling banyak adalah siswa dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik yang berjumlah 24 siswa
73
(40,7%) dibadingkan dengan siswa yang memiliki ibu berpengetahuan baik. Berdasarkan uji statistik yang chi square, didapatkan p value sebesar 0.109 yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan nilai OR sebesar 2,496 (95%CI: 0,933-4,347) yang artinya anak yang memiliki ibu berpengetahuan kurang baik memiliki risiko sebesar 2,496 untuk memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai anjuran dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik. 5. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa Analisis hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.13 Analisis Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Asupan Tidak Pvalue Sesuai Odds Ratio energi ibu Sesuai n % n % n % Tidak Sesuai 31 44,9 38 55,1 69 100 9 17,0 44 83,0 53 100 0,002 3,988 (1,688-9,423) Sesuai 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa siswa dengan asupan energi yang tidak sesuai, paling banyak adalah siswa yang memiliki ibu dengan asupan energi yang tidak sesuai anjuran yang berjumlah 31 siswa (44,9%). Berdasarkan hasil uji statistik chi square didapatkan p value sebesar 0,002
74
yang berarti pada α=5%, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak. Didapatkan pula nilai OR sebesar 3,988 (95%CI:1,688-9,423) yang berarti bahwa ibu dengan asupan energi yang tidak sesuai, memiliki risiko sebesar 3,988 kali untuk memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan ibu yang memiliki asupan energi sesuai dengan anjuran. 6. Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman Dengan Asupan Energi Siswa Hasil analisis bivariat antara interaksi siswa dengan teman dengan asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.14 Analisis Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Interaksi Tidak Pvalue Sesuai Odds Ratio dengan teman Sesuai n % n % n % 23 35,4 42 64,4 65 100 Kuat 17 29,8 40 70,2 57 100 0,646 1,289 (0,601-2,760) Lemah 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa siswa dengan asupan energi yang tidak sesuai anjuran, paling banyak adalah siswa yang memiliki interaksi lemah dengan temannya dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa (29,8%). Berdasarkan uji statistik chi square yang dilakukan didapatkan p value sebesar 0,646 yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR sebesar 1,289 (95%CI:0,602-2,760) yang berarti siswa yang
75
memiliki interaksi yang kuat dengan teman memiliki risiko sebesar 0,702 kali untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa yang berinterkasi lemah dengan temannya. 7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa Hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan asupan energi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.15 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 Asupan energi siswa Total Aktivitas fisik Tidak Sesuai Pvalue Odds Ratio Sesuai n % n % n % 23 39,7 35 60,3 58 100 Kurang aktif 17 26,6 47 73,4 64 100 0,179 1,817 (0,846-3,902) aktif 40 32,8 82 67,2 122 100 Total Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa siswa dengan asupan energi yang tidak sesuai anjuran paling banyak adalah siswa dengan aktivitas fisik yang tergolong kurang aktif dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa (39,7%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diketahui bahwa p value sebesar 0,179, yang berarti bahwa pada α=5%, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Didapatkan pula nilai OR sebesar 1,817 (95%CI: 0,846-3,902) yang berarti siswa dengan aktivitas fisik yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,817 untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai anjuran angka kecukupan energi dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas fisik yang baik.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian 1. Penggunaan metode pengumpulan data dengan food recall 3x24 jam yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut kepada 51 orang siswa menyebabkan penelitian ini tidak dapat menggambarkan variasi makanan dalam jangka waktu panjang dikarenakan variasinya yang sedikit. 2. Kuesioner praktek pemberian makan diberikan kepada seluruh ibu dari siswa tanpa menanyakan terlebih dahulu terkait siapa yang lebih berperan dalam praktek pemberian makan anak setiap harinya. Adanya pengasuh lain dalam praktek pemberian makan menyebabkan hasil ukur dari praktek pemberian makan kurang akurat lantaran tidak semua ibu selalu memberikan praktek pemberian makan secara langsung kepada anaknya. 3. Penggunaan food record untuk ibu siswa memungkinkan terjadinya bias karena ukuran makanan yang berbeda-beda di setiap rumah tangga. Sehingga untuk meminimalisir terjadinya bias, peneliti memberikan beberapa buah gambar makanan, diantaranya makanan pokok, lauk, sayur, buah dan makanan tambahan dengan ukuran tertentu. Meskipun peneliti sudah melakukan penanganan guna meminimalisir terjadinya bias, kesalahan dalam estimasi pengukuran makanan masih mungkin terjadi karena adanya perbedaan ukuran rumah tangga dari setiap rumah tangga. 76
77
4. Tidak dijabarkannya makanan tambahan yang dimaksud oleh peneliti, seperti mie instan dan makanan tinggi energi lainnya, memungkinkan adanya bias pada saat ibu mengisi kuesioner yang diberikan. 5. Adanya bias yang mungkin terjadi dari independensi saat pengisian kuesioner yang diisi oleh ibu siswa di rumah tanpa adanya pemantauan langsung dari peneliti. Sehingga pada proses pengisiannya ibu bisa saja dipengaruhi oleh anggota keluarga lain terutama pada kuesioner terkait praktek pemberian makan, ketersediaan makanan dan pengetahuan ibu. B. Gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Angka kecukupan energi yang ditetapkan sejak tahun 2013 bagi anak usia 9 tahun adalah 1850 kal per hari. Sementara bagi anak laki-laki usia 10-12 tahun ditetapkan angka kecukupan energi sebesar 2100 kkal per hari dan 2000 kkal per ditetapkan sebagai angka kecukupan energi bagi anak perempuan usia 10-12 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013a). Energi ini dibutuhkan setiap orang untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang terutama bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan energi yang cukup untuk memaksimalkan pertumbuhannya (Shetty, 2010). Asupan energi pada anak sangat mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ tubuh (Asydhad dan Mardiah, 2006). Kekurangan energi yang dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat menyebabkan kematian bagi anak bila kekurangan tersebut berlangsung terusmenerus hingga cadangan karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh sudah terpakai seluruhnya (Grover dan C.Ee, 2009). Sementara kelebihan energi yang
78
dialami oleh siswa usia sekolah dasar dapat menyebabkan anak memiliki timbunan lemak di bawah jaringan kulit akibat dari energi yang tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan anak mengalami pertambahan berat badan yang jika terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan siswa memiliki berat badan berlebih (Asydhad dan Mardiah, 2006). Perhitungan asupan energi dilakukan menggunakan nutrisurvey yang mana data asupan makanan diambil menggunakan 3x24 hours food recall. 3x24 hours food recall dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut maupun dengan 3 hari secara tidak berturut-turut. Namun pengambilan data makanan selama 3 hari berturut-turut hanya bisa menunjukkan variasi yang kecil jika dibandingkan dengan pengambilan data yang tidak dilakukan secara berturut-turut (Willet, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Al Syukro Universal terhadap 122 orang siswa kelas 5 dan 6 yang memiliki rentang usia 9-12 tahun, menunjukkan bahwa sebanyak 82 siswa (67,2% siswa) dapat memenuhi asupan energi sesuai dengan AKG 2013 menurut jenis kelamin dan usianya masingmasing. Sedangkan 40 siswa (33,8%) lainnya tidak dapat memenuhi asupan energi sesuai dengan jenis kelamin dan golongan usianya berdasarkan AKG 2013. Ketidaksesuaian asupan energi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah asupan energi siswa yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi, baik kekurangan asupan energi maupun kelebihan asupan energi. Berdasarkan data food recall, diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi anak selama di sekolah yang berasal dari makanan ketering dan jajanan yang dikonsumsi siswa selama
79
berada di sekolah, rata-rata menyumbang 27,38% asupan energi siswa dalam 1 hari. Sementara penelitian yang dilakukan pada pada siswa sekolah dasar usia 9-11 tahun di Manado, menunjukkan hasil sebaliknya, dengan persentase sebanyak 66,3% siswa memiliki asupan energi yang kurang sementara 33,3% lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari AKG (Mananoru dkk., 2013). Penelitian yang dilakukan di Makassar juga menunjukkan hal serupa dengan 63,3% siswa memiliki asupan yang tidak sesuai dan 36,7% siswa lainnya memiliki asupan energi yang sesuai dengan AKG menurut jenis kelamin dan golongan usianya (Yulni dkk., 2013). Lebih banyaknya siswa yang memiliki asupan energi yang sesuai dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan tidak sesuai dimungkinkan terjadi karena adanya perbedaan waktu dalam proses pengambilan data, dimana sebanyak 51 orang siswa diambil data makanannya menggunakan food recall selama 3 hari berturut-turut, sedangkan 71 siswa lainnya diambil data makanannya dalam 3 hari yang tidak berturut-turut. Pengambilan data makanan menggunakan food recall selama 3 hari berturut-turut menghasilkan variasi asupan energi yang kecil sehingga hal tersebut dimungkinkan menjadi salah satu penyebab dari lebih banyaknya siswa dengan asupan yang sesuai. Selain itu, adanya program makan siang di sekolah yang diselenggarakan oleh beberapa jenis ketering dimungkinkan juga menjadi salah satu penyebab siswa memiliki asupan energi yang sesuai. Hal tersebut diperkuat oleh data food recall yang didapat, yang menunjukkan bahwa siswa cenderung mengonsumsi
80
makanan-makanan sumber energi dibandingkan dengan sumber-sumber zat gizi lainnya, sehingga terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mengalami gizi kurang atau gizi lebih, diakibatkan oleh adanya kontribusi dari zat gizi lain yang dikonsumsi tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan gizi bagi usianya. Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan food recall juga diketahui bahwa pihak ketering lebih sering menyediakan makanan dalam paket ketering berupa makanan cepat saji seperti nugget, sosis dan daging asap. Jajanan yang tersedia di sekolah juga merupakan jajanan tinggi energi seperti nasi goreng, mie goreng yang dicampur dengan nasi goreng, siomay, bakso, pekmpek, cireng, bubur ayam, nasi uduk, kentang goreng dan minuman manis tinggi energi seperti minuman bubuk yang diseduh dan ditambahkan gula. Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengukur asupan zat gizi menggunakan metode food recall, peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengambilan data tidak selama 3 hari berturut-turut. Peneliti lebih baik melakukan pengambilan data food recall selama 3 hari tidak berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang memiliki variasi yang besar agar dapat menggambarkan asupan zat gizi dalam jangka waktu yang cukup panjang. C. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa Siswa perempuan memiliki risiko lebih besar untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran dikarenakan siswa perempuan memiliki selera makan yang berubah-ubah dan cenderung lebih memperhatikan makanan yang mereka konsumsi, sedangkan siswa laki-laki cenderung menerima apapun jenis makanan yang disediakan (Suhardjo, 1989 dalam Septiana, 2011). Selain itu, perbedaan
81
yang dimiliki antara siswa laki-laki dan perempuan khususnya pada era modern ini adalah adanya keinginan dari siswa perempuan untuk melakukan kontrol pada berat badannya yang pada akhirnya turut mempengaruhi pilihan makanannya dan jumlah energi yang diasupnya (Arganini dkk., 2012). Kencenderungan siswa perempuan untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut juga terbukti pada penelitian ini, dimana hasil penelitian menunjukkan jumlah siswa perempuan lebih banyak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran dengan jumlah sebanyak 24 siswa perempuan (39,3%) dibandingkan dengan siswa laki-laki yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan jumlah siswa sebanyak 16 siswa laki-laki (26,2%). Hasil analisis chi square juga menunjukkan adanya risiko sebesar 1,825 kali bagi siswa perempuan untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa laki-laki. Namun, besarnya risiko dari setiap siswa tidaklah sama, nilai CI menunjukkan rentang risiko yang dimiliki setiap siswa perempuan untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai mulai dari 0,847 kali hingga 3,931 kali dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hasil penelitian yang dilakukan di Korea Selatan juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu siswa perempuan memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki (Kim dan Lee, 2009). Adanya kesamaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan di Korea Selatan dimungkinkan terjadi karena karakteristik usia sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut sama dengan sampel pada penelitian ini, yaitu siswa sekolah dasar usia 10-12 tahun.
82
Meskipun kecenderungan menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan laki-laki, hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dengan nilai p sebesar 0,177. Dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang digunakan sebagai dasar teori dilakukannya penelitian, dimana teori tersebut menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan asupan energi siswa. Penelitian yang dilakukan terhadap anak ras putih dan ras Afrika juga yang tidak dapat membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson dengan tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa (Spruijt-Metz dkk., 2002). Penelitian lainnya yang dilakukan terhadap siswa sekolah dasar di Korea Selatan juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa (Kim dan Lee, 2009). Kesamaan hasil penelitian yang tidak menemukan adanya hubungan jenis kelamin dengan asupan energi pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan dengan kedua penelitian lainnya dimungkinkan terjadi karena adanya karateristik usia yang mirip pada kedua penelitian tersebut. Selain itu, pada kedua penelitian tersebut yang digunakan adalah sampel dengan karakteristik etnik yang sama yang kemungkinan menyebabkan adanya perbedaan proporsi yang kecil dan menyebabkan tidak ditemukan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Penelitian lainnya yang dilakukan di Jakarta terhadap siswa dengan karakteristik
83
usia yang mirip juga menunjukkan hasil yang serupa, dimana penelitian tersebut juga tidak menemukan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa (Kirana, 2007). Namun penelitian yang dilakukan di Depok dapat membuktikan hipotesis teori yang digunakan dengan menemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi (Hakim, 2001). Perbedaan hasil penelitian yang didapatkan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya perbedaan rentang usia sampel yang digunakan pada kedua penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan di Depok tersebut memiliki rentang usia sampel mulai dari usia 11 hingga 15 tahun yang mana seluruh sampelnya memiliki perbedaan angka anjuran kecukupan energi menurut jenis kelaminnya berdasarkan AKG 2013. Sedangkan sampel penelitian yang digunakan oleh peneliti memiliki rentang usia 9 sampai 12 tahun yang mana siswa masih memiliki angka kecukupan energi yang sama baik laki-laki maupun perempuan hingga usia 10 tahun. Selain itu, perbedaan rentang usia tersebut juga memungkinkan siswa memiliki perbedaan cara berpikir yang turut mempengaruhi asupan energi siswa yang dijadikan sampel penelitian. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi terjadi karena adanya kecilnya perbedaan proporsi antara siswa perempuan dan siswa laki-laki yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan jumlah siswa perempuan sebanyak 39,3% (24 siswa) dan siswa laki-laki sebanyak 26,2% (16 orang) yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Kemungkinan lainnya yang menyebabkan tidak ditemukan adanya hubungan
84
bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa adalah adanya perbedaan waktu dalam pengambilan data pada food recall yang hanya dapat memberikan variasi asupan energi yang kecil. Kecilnya variasi tersebut yang dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015. Kebiasaan makan pada usia sekolah dasar sudah mulai muncul namun masih belum merupakan kebiasaan yang permanen (Kim dan Lee, 2009). Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk memberikan suplementasi materi pada mata pelajaran Penjaskes dan Pramuka terkait asupan gizi yang sesuai dengan jenis kelamin dan golongan usia siswa agar siswa dapat memiliki asupan energi yang sesuai dengan kebutuhannya hingga dewasa mengingat pendidikan gizi sangat baik diberikan pada usia ini untuk membentuk kebiasaan makan siswa. Selain itu, agar siswa terus mengingat dan mengaplikasikan materi terkait asupan energi tersebut, pihak sekolah juga disarankan untuk mengadakan kelas khusus terkait kebutuhan gizi siswa terutama kebutuhan energi pada saat pembagian rapor dilaksanakan. D. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa Praktek pemberian makan terdiri dari peraturan ibu terkait berbagai macam dimensi, diantaranya adalah tipe makanan yang dimakan anak, frekuensi makan, kuantitas makanan, cara pengolahan makanan dan pemberian makanan padat satu jenis zat gizi. Keseluruhan peraturan yang diterapkan oleh ibu dalam praktek makan anak ini membentuk pola makan anak yang akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi anak (Ruel dan Arimond, 2003).
85
Ibu sering memberikan kontrol terhadap kebiasaan makan anaknya dengan mengatur kapan, berapa banyak dan makanan apa yang dimakan untuk mempertahankan kesehatan anak dan mencegah anak mengalami malnutrisi (White, 2006). Praktek pemberian makan yang kurang baik seperti membebaskan anak memilih makanan yang ingin dikonsumsinya sendiri, memberikan makanan kesukaan anak sebagai hadiah, memaksa anak untuk makan dan selalu menyediakan makanan kesukaannya, dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran (Birch, 2006). Hasil penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, dimana lebih banyak siswa dengan praktek pemberian makan yang baik memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa (34,2%). Hasil penelitian yang menunjukkan kecenderungan siswa dengan praktek pemberian makan yang baik memiliki asupan energi yang tidak sesuai, dimungkinkan terjadi karena tidak semua siswa diasuh secara langsung oleh ibu mereka kendati ibu tetap memegang kendali di rumah. Peraturan-peraturan yang dibuat ibu selama praktek pemberian makan, tidak hanya dijalankan oleh ibu saja, namun juga dipercayakan kepada orang lain yang dipercaya untuk ikut andil dalam pengasuhan anaknya. Orang yang diberikan kepercayaan dalam praktek pemberian makan anak ini dimungkinkan turut mempengaruhi asupan energi. Pemberian kuesioner praktek pemberian makan kepada ibu siswa tanpa mempertimbangkan adanya pengasuh lain dalam
86
praktek pemberian makan dimungkinkan menjadi penyebab dari adanya perbedaan kecenderungan yang terjadi pada penelitian ini. Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya merasa anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk menjaga agar asupan makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi ibu yang tidak selalu bisa memberikan pemantauan langsung kepada anak selama praktek pemberian makan, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya selama ibu tidak bisa memantau praktek pemberian makan tersebut (Gubbels dkk., 2011). Orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada anak dibandingkan dengan ibu yang mengontrol asupan anaknya secara langsung (Gubbels dkk., 2011). Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi yang dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan pengasuhnya (Ruel dan Arimond, 2003). Karakteristik anak tersebut dapat mempengaruhi keefektifan praktek pemberian makan pada anak. Karakteristik yang dimiliki oleh pengasuh yang menjalankan praktek pemberian makan pada anak juga turut mempengaruhi keefektifan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam praktek pemberian makan anak (Ruel dan Arimond, 2003). Berdasarkan analisis chi square diketahui pula bahwa anak dengan praktek pemberian makan kurang baik memiliki efek proteksi sebesar 0,847 kali terhadap asupan energi yang tidak sesuai. Besarnya efek proteksi ini berbeda-beda untuk setiap individu. Pada penelitian ini, rentang efek proteksi yang dimiliki oleh
87
setiap siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik adalah 0,390 kali hingga 1,841 kali terhadap asupan energi tidak sesuai. Hasil penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,824. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa praktek pemberian makan dapat mempengaruhi asupan energi seorang anak. Penelitian prospektif yang dilakukan di United Kingdom juga tidak dapat membuktikan hipotesis tersebut karena tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara kontrol yang dilakukan oleh ibu selama proses praktek pemberian makan dengan asupan energi selama anak masih dalam pengasuhan orang tua (Dickens dan Ogden, 2014). Penelitian tersebut menemukan bahwa kontrol dalam praktek pemberian makan anak tidak dapat mempengaruhi asupan energi anak, asupan energi anak lebih dipengaruhi oleh kebiasaan makan orang tua yang kemudian dicontoh oleh anak dan mempengaruhi anak dalam pemilihan makanannya yang kemudian turut mempengaruhi asupan energinya. Namun penelitian yang dilakukan terhadap ras latin menunjukkan hasil yang berbeda, dimana ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi anak yang sesuai (Arredondo dkk., 2006). Perbedaan hasil penelitian yang didapatkan oleh penelitian yang dilakukan terhadap ras latin dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jumlah sampel dan karakteristik yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, sampel didapatkan dari 13 sekolah
88
yang berada di barat daya San Diego, sehingga terdapat perbedaan pada karakteristik sampel dari setiap sekolah, sementara penelitian yang dilakukan peneliti, hanya dilakukan pada satu sekolah yang karakteristik sampelnya mirip. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa terjadi karena perbedaan proporsi yang tidak jauh berbeda antara siswa dengan praktek pemberian makan yang baik namun memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Praktek pemberian makan yang tidak hanya dilakukan oleh ibu dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukan adanya hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa. Kecilnya variasi asupan energi akibat dari perbedaan waktu pengambilan data makanan juga diduga menjadi penyebab tidak ditemukannya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa. Hal lainnya yang diduga menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan bermakna antara kedua variabel ini adalah waktu yang dihabiskan anak di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan anak di rumah bersama dengan ibu atau pengasuhnya. Sehingga anak mengatur sendiri makanan yang dikonsumsinya selama berada di sekolah tanpa adanya kontrol langsung dari ibu maupun pengasuh. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam praktek pemberian makan anak, sebaiknya dilakukan pendataan terlebih dahulu terkait peran ibu atau pengasuh dalam hal praktek pemberian makan pada anak. Bagi anak yang
89
diberikan pengasuhannya hanya dilakukan langsung oleh ibu, dapat dilakukan pengambilan data praktek pemberian makan kepada ibu, namun apabila anak tidak hanya diasuh oleh ibu, sebaiknya dilakukan pengambilan data kepada orang yang lebih sering menjalankan praktek pemberian makan pada anak. E. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa Ketersediaan makanan merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan kualitas diet anak (Santiago-Torres dkk., 2014). Tersedianya makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi energi di rumah, seperti makanan cepat saji yang sering disediakan oleh ibu sebagai bentuk dari kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang berlebihan karena tingginya lemak dari makanan-makanan tersebut. Tingginya asupan energi akibat ketersediaan makanan cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang rendah dari makanan-makanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah (Boutelle dkk., 2007). Hasil penelitian ini juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki asupan energi yang tidak sesuai sebanyak 19 siswa (36,5%) dibandingkan dengan siswa dengan ketersediaan makanan yang baik. Hasil analisis chi square menunjukkan siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik memiliki risiko sebesar 1,343 kali untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan ketersediaan makanan yang baik. Risiko ini berbeda-beda setiap individu, perbedaan risiko tersebut dapat dilihat dari interval nilai CI sebesar 0,627 kali sampai 2,877 kali.
90
Menurut peneliti, hasil tersebut didapatkan karena banyak ibu yang menyediakan makanan cepat saji untuk anaknya di rumah. Selain itu, banyak pula ibu yang memilih makanan padat energi sebagai makanan selingan bagi anak mereka yang mana hal tersebut dapat menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Hal tersebut diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa makanan yang selalu tersedia di rumah akan mempengaruhi asupan makanan anak dan keseluruhan kualitas dietnya (Santiago-Torres dkk., 2014). Tingginya konsumsi makanan yang padat energi menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Hasil analisis chi square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,572. Hasil penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan tersebut juga menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa ketersediaan makanan berhubungan dengan asupan energi anak. Analisis yang dilakukan terhadap survei di Amerika Serikat juga menemukan bahwa anak lebih dipengaruhi oleh makanan yang tersedia di luar rumahnya, termasuk lingkungan sekolah dan lingkungan tempat anak biasa menghabiskan waktunya dibangingkan dengan makanan yang tersedia di rumah (Poti dan Popkin, 2011). Namun hipotesis adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi anak dapat dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Australia yang menemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan yang baik di rumah dengan asupan energi anak (Campbell
91
dkk., 2013). Perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di Australia dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah adanya perebedaan cara ukur, dimana pada penelitian yang dilakukan di Australia, sampel melaporkan makanan yang disediakan selama proses penelitian berlangsung, sementara pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sampel diminta untuk mengingat makanan yang disediakannya selama satu minggu terakhir, sehingga cara pengukuran tersebut memiliki risiko untuk terjadi bias yang lebih besar karena terdapat kemungkinan sampel lupa akan makanan yang disediakannya selama satu minggu terakhir. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa ketersediaan makanan tambahan seperti kue kering, soda dan makanan serta minuman manis lainnya yang padat energi menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran (Santiago-Torres dkk., 2014). Perbedaan lokasi penelitian merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan dalam hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian yang dapat membuktikan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dan asupan energi siswa. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi pada penelitian ini disebabkan oleh perbedaan proporsi yang kecil antara siswa dengan ketersediaan makanan yang kurang baik dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang baik di rumah namun memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Selain itu, ketersediaan makanan yang dihitung dalam penelitian ini
92
hanyalah ketersediaan makanan di rumah, peneliti tidak menghitung ketersediaan makanan di lingkungan anak selain di rumah, seperti di sekolah atau tempattempat dimana anak banyak menghabiskan waktu. Tidak dihitungnya ketersediaan makanan di luar rumah tersebut dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tidak ditemukan adanya hubungan ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa. Karena berdasarkan data food recall yang dikumpulkan oleh peneliti, diketahui bahwa makanan yang dikonsumsi anak di luar rumah, baik makanan yang didapat dari ketering, jajanan yang dikonsumsi di sekolah dan di tempat anak menghabiskan waktu selain di rumah, seperti di tempat les, menyumbang 27,38% asupan energi siswa dalam 1 hari. Penyebab lain yang dimungkinkan menjadi penyebab tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa adalah tidak dijabarkan seluruh makanan dengan spesifik, makanan cepat saji seperti mie instan dimasukkan peneliti ke dalam kategori makanan tambahan, namun tidak disebutkan secara spesifik. Penjabaran yang tidak spesifik tersebut memungkinkan adanya bias lantaran ibu tidak mengetahui bahwa makanan cepat saji seperti mie instan tersebut termasuk ke dalam jenis makanan tambahan dalam kuesioner. Penyebab lainnya tidak ditemukan adanya hubungan antara ketersediaan makanan dengan asupan energi anak adalah adanya penggolongan kategori ketersediaan makanan ke dalam 2 buah kategori sehingga ketersediaan makanan tidak tergambarkan dengan baik. Sebaiknya penggolongan ketersediaan makanan
93
dibagi menjadi 3 buah kategori, yaitu kurang, cukup dan lebih agar ketersediaan makanan bisa tergambar dengan baik. Penggabungan asupan energi lebih dan asupan energi kurang juga dimungkinkan menjadi penyebab dari tidak ditemukannya hubungan antara dua variabel tersebut. Untuk mengurangi adanya asupan energi yang tidak sesuai, sebaiknya ibu menyediakan makanan yang kaya akan zat gizi lainnya. Ibu sebaiknya mengurangi penyediaan makanan yang padat salah satu zat gizi, seperti makanan cepat saji yang padat energi. Ibu disarankan untuk lebih banyak menyediakan makanan seperti sayur dan buah atau makanan selingan yang diolah menggunakan bahan-bahan tersebut yang juga memiliki kandungan zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral yang juga dibutuhkan oleh anak untuk membantu proses pertumbuhannya. Peneliti selanjutnya juga sebaiknya menghitung ketersediaan makanan selain di rumah, sehingga dapat terlihat dengan lebih jelas hubungan antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih menjabarkan jenisjenis makanan yang dimaksud di dalam kuesioner untuk mengurangi adanya kesalahan dalam pengumpulan data. F. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek yang dimaksud. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki dorongan lebih untuk menyediakan makanan bergizi yang dapat mencukupi kebutuhan anaknya.
94
Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara pengolahan makanan yang dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan (Sediaoetama, 2008). Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan pengetahuan yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk mengonsumsi makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi menurut usianya (Sherry dan Dietz, 2005). Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik dengan jumlah sebanyak 24 ibu yang berpengetahuan kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai. Hasil analisis juga menunjukkan ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki risiko sebesar 2,014 kali untuk memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran. Besar risiko yang dimiliki oleh siswa dengan ibu yang berpengetahuan kurang baik ini beragam, mulai dari 0,933 kali hingga 4,347 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan ibu yang berpengetahuan baik. Berdasarkan hasil analisis chi square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,109. Hasil penelitian yang dilakukan di Mesir pada tahun 2013 juga tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa (El-Nmer dkk., 2014). Kesamaan hasil penelitian
95
antara penelitian yang dilakukan di Mesir dengan penelitian yang dilakukan peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya kesamaan karakteristik usia sampel yang mirip serta berasal dari satu sekolah yang sama. Namun penelitian yang dilakukan di Oman dapat menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi anak (AlShookri dkk., 2011). Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan di Oman dikarenakan adanya perbedaan metode yang digunakan dalam pengambilan data asupan energi. Penelitian yang dilakukan di Oman menggunakan FFQ sebagai metode pengambilan
data,
sementara
penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti
menggunakan food recall sebagai metode pengambilan data asupan energi anak. Tidak ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa terjadi karena jumlah ibu yang berpengetahuan kurang baik dan memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda dengan ibu berpengetahuan baik namun memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai pula. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada sampel penelitian ini, banyak pula ibu yang berpengetahuan baik namun tidak dapat menyediakan makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi anaknya. Sehingga bagi ibu dengan pengetahuan yang kurang baik disarankan untuk meningkatkan lagi pengetahuannya terkait jumlah, jenis, cara olah dan frekuensi makan yang sesuai dengan kebutuhan energi anak serta bagi ibu dengan pengetahuan yang sudah baik, disarankan untuk bisa mengaplikasikan pengetahuannya agar bisa menjaga asupan anak sesuai dengan angka anjuran
96
kecukupan energi sesuai jenis kelamin dan usianya. Arus informasi yang cepat dan mudah diakses diharapkan dapat membantu ibu dalam peningkatan pengetahuan guna memperbaiki asupan energi anak. Selain itu pihak sekolah dapat membantu ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar asupan energi anak juga menjadi lebih baik dan sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Pihak sekolah juga dapat membantu ibu dengan memberikan informasi terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sesuai dengan golongan usianya dan asupan gizi terutama asupan energi yang sesuai dengan anak sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Pemberian informasi tambahan kepada ibu dapat diberikan melalui kelas parenting yang dilaksanakan pada saat pembagian rapor dengan alat bantu leaflet atau modul yang berisi materi yang diberikan. G. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai, memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan energi yang juga tidak sesuai dengan ajuran. Hal tersebut terjadi karena kebiasaan dan praktek makan ibu sangat kuat dalam memberikan pengaruh kepada asupan makanan anak. Selama masa kanak-kanak, asupan ibu seperti lemak, karbohidrat dan energi memberikan 23-97% varians asupan ketiga zat gizi tersebut pada anak. Pengaruh dalam hal kesamaan asupan energi ini terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan kebiasaan orang tua dibandingkan dengan hasil genetik yang diturunkan orang tua kepada anaknya (Sherry dan Dietz, 2005). Hasil penelitian juga menunjukkan hal serupa, dimana lebih banyak ibu dengan asupan energi yang kurang baik memiliki anak dengan asupan energi yang
97
tidak sesuai pula dengan jumlah sebanyak 31 ibu (44,9%) dibandingkan dengan ibu yang memiliki asupan energi yang sesuai. Banyak aspek yang dapat menyebabkan asupan ibu mempengaruhi asupan energi anak. Pertama, sejak dini ibu merupakan pembuat keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang di beli dan disajikan baik di rumah maupun di luar rumah. ibu sering merencanakan dan menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan makanan yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka. Selanjurnya, ibu menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan pengeluaran energi. Anak melihat sekelilingnya untuk mempelajari persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang lain. Pada kasus asupan energi, hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak mengimitasi perilaku makan ibunya dalam hal jenis, jumlah, frekuensi, waktu makan serta durasi dalam sekali makan (White, 2006). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki asupan yang tidak sesuai memiliki risiko sebesar 3,988 kali untuk memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai pula. Namun besarnya risiko tersebut berbedabeda untuk setiap individu, sampel ibu dengan asupan energi yang tidak sesuai dalam penelitian ini memiliki risiko untuk memiliki anak dengan asupan yang tidak sesuai mulai dari 1,688-9,423 kali dibandingkan dengan ibu dengan asupan energi yang sesuai. Kebiasaan makan pada usia anak-anak sangat merefleksikan kebiasaan ibu. Contohnya penelitian yang dilakukan di Australia menemukan bahwa ibu dengan konsumsi buah dan sayur sedikit, memiliki anak yang banyak mengonsumsi makanan tinggi energi (Hendrie dkk., 2012). Hal tersebut terjadi
98
karena anak mencontoh perilaku makan ibunya yang lebih memilih makanan tinggi energi dibandingkan dengan makanan yang kaya akan nutrisi lainnya (Hendrie dkk., 2012). Kebiasaan makan ibu dalam hal pemilihan jenis makanan yang tinggi energi, kuantitas makanan yang dikonsumsinya serta frekuensi makan makanan tinggi energi tersebut yang kemudian dicontoh oleh anak dan dapat mempengaruhi asupan energi anak (Santiago-Torres dkk., 2014). Berdasarkan hasil analisis chi square ditemukan adanya hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa yang ditujukkan oleh nilai p sebesar 0,002. Sehingga dapat dikatakan bahwa peneliti berhasil membuktikan hipotesis dari teori Birch dan Davidson yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak. Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil yang sama dengan menemukan adanya hubungan antara asupan ibu dengan asupan anak (Hanson dkk., 2004). Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan bermakna antara asupan energi harian ibu dengan asupan energi harian anak laki-laki dan perempuan dengan nilai p sebesar 0,01 untuk anak perempuan dan nilai p sebesar 0,04 untuk anak laki-laki. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa asupan makanan ibu dapat mempengaruhi asupan anak karena adanya paparan berulang dari ibu selama praktek makan bersama. Paparan berulang ini menyebabkan anak memiliki asupan makanan yang sama dengan kebiasaan dari ibunya, anak akan memiliki selera makan yang sama mulai dari jenis makanan yang dipilih hingga jumlah makanan yang dikonsumsinya (Santiago-Torres dkk., 2014).
99
Lebih jauh lagi, penelitian prospektif membuktikan bahwa asupan energi anak yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut didapatkan dari kebiasaan makan ibu yang juga tidak sesuai dengan dengan anjuran AKG 2013 menurut golongan usia mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga diketahui bahwa distribusi ketidaksesuaian asupan energi, baik asupan energi anak maupun ibu, paling banyak disumbangkan oleh anak dan ibu dengan asupan energi yang kurang dari AKG 2013. Banyaknya ibu yang memiliki asupan energi yang kurang terjadi akibat adanya kecenderungan ibu untuk menjaga berat badan dan memilih makanan yang dikonsumsinya (Arganini dkk., 2012). Rendahnya asupan energi akibat pilihan jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dipilih ibu dimungkinkan menyebabkan anak mengikuti pilihan tersebut sehingga asupan energi yang dimiliki anak juga kurang dari anjuran AKG 2013. Penelitian lainnya juga menemukan adanya pola penyelarasan asupan energi dari anak yang terbentuk dari orang tua dengan asupan energi yang tidak sesuai. Pola penyelarasan tersebut terbentuk dari anak yang melihat kebiasaan orang tuanya dalam mengonsumsi makanan padat energi namun tidak kaya akan nutrisi lainnya (Dickens dan Ogden, 2014). Namun, ditemukan pula pola dimana orang tua dengan kebiasaan makan makanan kaya nutrisi dapat memiliki anak dengan kebiasaan yang berbeda yang kemudian menyebabkan anak memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran (Dickens dan Ogden, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun kebiasaan makan ibu memberikan peran penting dalam membentuk kebiasaan makan anak yang kemudian terlihat dari
100
jumlah asupan energi yang dikonsumsi, kebiasaan tersebut juga merupakan respon dari aksi dan reaksi yang dialami oleh anak selama dia membentuk kebiasaan makannya tersebut. Untuk itu, dibutuhkan pemberian informasi tambahan kepada ibu terkait pola makan yang baik untuk mengubah kebiasaan asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran tersebut. Perubahan kebiasaan asupan energi yang dilakukan oleh ibu diharapkan dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam kebiasaan makan dan pilihan makanannya sehingga asupan energi anak juga mengalami perbaikan. Pihak sekolah dapat memberikan materi tambahan kepada anak terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan menurut usia ibunya serta makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan sebaiknya dihindari oleh siswa dan ibu mereka untuk kemudian di praktekkan oleh anak di rumah agar asupan energi mereka sesuai dengan AKG. H. Hubungan Interaksi dengan Teman dengan Asupan Energi Siswa Perilaku makan siswa yang sedang beranjak menuju remaja memiliki kecenderungan untuk lebih senang bila makan dengan orang terdekat, yang mana biasanya teman sebayalah yang dijadikan sebagai pilihan dalam menghabiskan waktu bersama (Behrman dkk., 2000). Siswa yang senang menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya tersebut cenderung memiliki keputusankeputusan yang bisa mereka terima yang mana pada akhirnya akan membentuk perilaku standar mereka. Pada masa anak sekolah, anak sering membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman (Gunarsa, 2008). Penelitian menemukan bahwa anak
101
akan mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi energi ketika sedang bersama dengan temannya dibandingkan saat sedang berada bersama dengan orang tuanya (Salvy dkk., 2011). Hasil penelitian juga menunjukkan hal yang serupa, dimana lebih banyak anak dengan interaksi yang kuat dengan temannya memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Hasil analisis chi square yang dilakukan, menunjukkan bahwa siswa dengan interaksi yang kuat dengan teman memiliki risiko sebesar 1,289 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran dibandingkan dengan siswa dengan interaksi yang lemah dengan teman. Besar risiko yang dimiliki setiap siswa memiliki interaksi yang kuat dengan teman ini berbeda-beda dengan rentang risiko untuk memiliki asupan yang tidak sesuai mulai dari 0,323 kali hingga 1,523 kali dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi yang lemah dengan temannya. Penelitian juga membuktikan bahwa teman lebih banyak mempengaruhi asupan energi seorang anak pada usia sekolah seiring dengan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan bersama teman dan motivasi yang diberikan oleh teman dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Asupan energi yang lebih tinggi saat anak bersama dengan teman mungkin terjadi karena adanya pemberian izin untuk mengonsumsi makanan tinggi energi yang biasanya dibatasi saat anak bersama dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa yang ditunjukkan oleh nilai p sebesar 0,485. Hasil penelitian ini tidak dapat
102
membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa. Penelitian lainnya yang juga dilakukan di Jakarta Selatan juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak menemukan adanya hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi (Kirana, 2007). Kesamaan desain penelitian dan analisis yang digunakan serta adanya kemiripan karakteristik usia pada sampel yang digunakan dimungkinkan menjadi penyebab adanya kesamaan hasil pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian yang di lakukan di Jakarta Selatan tersebut. Terdapat pula penelitian yang dilakukan di Jakarta Selatan terhadap sampel dengan karakteristik usia yang mirip dan tidak dapat membuktikan hipotesis penelitian dengan tidak menemukan adanya hubungan yang bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa (Pramita, 2007). Penelitian lainnya yang menggunakan desain studi yang sama serta sampel yang mirip juga tidak dapat membuktikan hipotesis dengan tidak menemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi anak (Finnerty dkk., 2010). Namun penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dapat membuktikan hipotesis penelitian dengan menemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa (Salvy dkk., 2011). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini membandingkan asupan energi dari siswa dengan usia sampel yang mirip, namun membedakan keduanya kedalam golongan usia anak (5-9 tahun) dengan siswa yang sudah termasuk ke dalam kategori remaja awal (12-15 tahun), dimana siswa yang sudah mulai memasuki usia
103
remaja awal sudah mulai dipengaruhi asupan energinya oleh teman, terutama remaja perempuan. Sehingga perbedaan hasil penelitian ini dimungkinkan karena dengan usia sampel yang mirip, peneliti tidak membedakan golongan usia anak dan remaja awal, sedangkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat tersebut membedakan golongan usia siswa yang diteliti. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa terjadi karena adanya perbedaan proporsi yang kecil antara siswa dengan interaksi yang kuat dengan teman dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan siswa yang memiliki interkasi yang lemah dengan teman dan memiliki asupan energi yang tidak sesuai. Banyaknya siswa dengan interaksi yang lemah dengan teman namun memiliki asupan energi yang juga tidak sesuai anjuran dimungkinkan terjadi karena adanya faktor lainnya yang dapat mempengaruhi asupan energi siswa seperti saudara kandung atau pengasuh yang lebih sering menyiapkan makanan yang dikonsumsi oleh siswa di rumah. I. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa Aktivitas fisik sendiri merupakan salah satu determinan dalam tingkat asupan energi pada anak usia sekolah (Brown dkk., 2011). Anak yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran karena menonton TV berhubungan positif dengan penambahan asupan zat gizi terutama konsumsi makanan tinggi kalori (Dixon dkk., 2007). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian ini yang juga menemukan adanya kecenderungan anak dengan aktivitas fisik yang kurang aktif,
104
memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka kecukupan energi. Hasil analisis chi square juga menunjukkan bahwa siswa dengan aktivitas yang tidak sesuai memiliki risiko sebesar 1,817 kali untuk memiliki asupan yang tidak sesuai dibandingkan dengan siswa dengan aktivitas yang sesuai. Rentang besar risiko yang dimiliki oleh setiap siswa dengan aktivitas yang tidak sesuai untuk memiliki asupan yang tidak sesuai adalah 0,846 kali hingga 3,902 kali dibandingkan dengan siswa dengan aktivitas fisik yang sesuai. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa yang ditunjukan oleh nilai p sebesar 0,179. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil penelitian tidak dapat membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi. Hasil penelitian lain yang juga tidak dapat membuktikan hipotesis penelitian juga terjadi pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 dimana penelitian tersebut juga tidak menemukan adanya perbedaan asupan energi antara siswa dengan aktivitas yang baik dan kurang baik (Ottevaere dkk., 2011). Penelitian tersebut menyatakan bahwa anak dengan aktivitas fisik yang baik, belum tentu memiliki asupan energi yang baik juga, karena sebagian anak justru tidak dapat memenuhi asupan energi yang harus dikonsumsinya untuk menggantikan cadangan energi yang digunakannya, sedangkan sebagian anak lainnya yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi justru mengonsumsi lebih banyak energi yang dibutuhkannya.
105
Penelitian yang dilakukan di Korea Selatan juga menunjukkan hasil serupa, dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi (Kim dkk., 2010). Penelitian yang dilakukan di Korea Selatan ini menunjukkan bahwa baik siswa laki-laki maupun perempuan yang memiliki aktivitas fisik yang kurang dari anjuran, memiliki asupan energi kurang yang juga kurang dari AKG. Namun, kecenderungan tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan diantara kedua variabel. Hal tersebut dimungkinkan karena karena tingkat aktivitas fisik setiap orang yang berbeda-beda setiap harinya tidak selalu diiringi oleh perubahan langsung asupan energi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa asupan energi dengan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik tidak selalu seimbang setiap harinya (Ottevaere dkk., 2011). Namun sebuah penelitian eksperimental yang digunakan untuk membuat sebuah program, menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa sekolah dasar (Luepker dkk., 1996). Penelitian tersebut menemukan bahwa siswa yang diberikan aktivitas fisik tambahan, memiliki asupan energi dari lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang lebih banyak memiliki aktivitas sedentari. Penelitian serupa yang dilakukan pada tahun 2012 juga menunjukkan hal yang sama, bahwa anak dengan aktivitas fisik yang rendah memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan aktivitas sedentari yang lebih rendah (Fung dkk., 2012). Tidak ditemukannya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa pada penelitian ini dimungkinkan terjadi karena adanya variasi yang kecil dari hasil perhitungan asupan energi akibat perbedaan waktu dalam pengambilan
106
data asupan makanan melalui food recall. Selain itu, penggolongan tingkat aktivitas fisik pada penelitian ini yang menggabungkan antara aktivitas yang sedang dengan aktivitas tinggi menjadi kategori aktif juga dimungkinkan menjadi salah satu penyebab tidak ditemukan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut. Penggabungan kedua kategori aktivitas fisik tersebut dilakukan lantaran pada analisis data chi square yang dilakukan, hanya ditemukan 1 orang siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan memunculkan nilai harapan yang lebih dari 20%. Sehingga, untuk menghindari angka harapan yang lebih dari 20%, peneliti menggabungkan tingkat aktivitas fisik tinggi dan tingkat aktivitas sedang ke dalam kategori aktif. Peneliti yang ingin melakukan penelitian terkait aktivitas fisik dan asupan energi, sebaiknya membedakan kedua variabel tersebut ke dalam 3 kategori, yaitu aktivitas rendah, sedang dan tinggi serta untuk variabel asupan energi dibagi menjadi kategori kurang, cukup dan lebih. Tiga buah kategori dari kedua variabel ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai hubungan antara keduanya.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015” yang dilaksanakan pada bulan Mei 2015 hingga Oktober 2015, menghasilkan simpulan sebagai berikut: 1. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki asupan yang sesuai dengan AKG 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 82 orang siswa (67,2%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran. 2. Siswa laki-laki memiliki jumlah yang sama dengan siswa perempuan di kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan jumlah sebanyak 61 siswa untuk masing-masing jenis kelamin. 3. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dengan praktek pemberian makan yang baik dengan jumlah sebanyak 73 orang siswa (59,8%) dibandingkan dengan siswa dengan praktek pemberian makan yang kurang baik. 4. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki ketersediaan makanan yang baik di rumah dengan jumlah siswa sebanyak 70
107
108
orang siswa (57,4%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik di rumah. 5. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki ibu dengan pengetahuan yang baik dengan jumlah 63 orang siswa (51,6%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki ibu dengan pengetahuan yang kurang baik. 6. Lebih banyak ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan jumlah 69 orang ibu siswa (56,6%) dibandingkan dengan ibu siswa yang memiliki asupan energi yang sesuai dengan anjuran AKE berdasarkan AKG 2013. 7. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki interaksi yang kuat dengan teman dengan jumlah sebanyak 77 orang siswa (63,1%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki interaksi yang lemah dengan temannya. 8. Lebih banyak siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang aktif dengan jumlah sebanyak 64 orang siswa (52,5%) dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang aktif. 9. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. 10. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015.
109
11. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. 12. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. 13. Ditemukan adanya hubungan bermakna antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015 dengan nilai p sebesar 0.002. 14. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara interaksi dengan teman dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. 15. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. B. Saran 1. Bagi SDIT Al Syukro Universal Pihak sekolah disarankan untuk memberikan suplementasi materi terkait kebutuhan energi siswa, terutama terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan siswa menurut usia dan jenis kelaminnya berdasarkan AKG 2013 pada mata pelajaran Penjaskes dan Pramuka. Pemberian materi di sekolah diharapkan dapat mengubah asupan energi anak menjadi sesuai dengan AKG 2013. Pengulanan materi yang diberikan pada mata pelajaran Penjaskes dan Pramuka terkait asupan energi ini diharapkan dapat senantiasa mengingatkan anak untuk memenuhi kebutuhan asupan energinya.
110
Pemberian informasi tambahan kepada ibu juga dapat dilakukan pada saat pembagian rapor dengan mengadakan kelas parenting tentang kebutuhan zat gizi khususnya energi bagi ibu sesuai dengan golongan usianya dan kebutuhan zat gizi bagi siswa sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Pada kelas parenting yang diadakan ini, ibu dapat diberikan leaflet atau modul terkait materi yang diberikan. Disarankan pula untuk mengadakan kelas dengan materi terkait asupan gizi yang sesuai untuk anak saat ibu sedang mengikuti kelas parenting dengan tujuan untuk mengingatkan anak terkait kebutuhan asupan gizinya terutama asupan energi. Disarankannya pemberian informasi kepada ibu ini diberikan karena adanya kecenderungan ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki anak dengan asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Oleh karena itu, pemberian informasi tambahan ini hanya diberikan 2 kali dalam setahun, diharapkan tetap dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait asupan energi sesuai dengan AKG. 2. Bagi Ibu siswa SDIT Al Syukro Universal Ibu disarankan merubah pola makannya agar dapat memenuhi asupan energi sesuai dengan AKG 2013 sesuai dengan golongan usianya. Perubahan pola makan ibu ini diharapkan dapat turut mempengaruhi perilaku makan anak yang pada akhirnya dapat memperbaiki asupan energi anak. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, pemberian lembar kuesioner praktek pemberian makan sebaiknya diberikan kepada pihak yang lebih sering
111
melakukan praktek pemberian makan kepada anak, misalnya anak lebih sering bersama dengan pengasuh dibandingkan dengan orang tuanya selama praktek pemberian makan, maka pengisian lembar kuesioner itu lebih baik dilakukan oleh pengasuh anak. Untuk mengukur ketersediaan makanan, sebaiknya peneliti selanjutnya menghitung ketersediaan makanan di luar rumah agar lebih hasil analisis hubungan ketersediaan makanan dengan asupan energi siswa dapat tergambar dengan baik. Pada kuesioner ketersediaan makanan juga sebaiknya dilakukan penjabaran jenis makanan lebih spesifik untuk mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data ketersediaan makanan. Selain itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan recall dan record kepada sampel penelitian selama tiga hari yang dilakukan secara tidak berturut-turut agar hasil asupan energi mamiliki variasi yang cukup besar dan dapat menggambarkan asupan energi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
112
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinanto, W. 2008. Pengaruh Intervensi Olahraga Di Sekolah Terhadap Indeks Masa Tubuh Dan Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi Pada Remaja Obesitas. Universitas Diponegoro Al-Shookri, A., Al-Shukaily, L., Hassan, F., Al-Sheraji, S. & Al-Tobi, S. 2011. Effect of Mothers Nutritional Knowledge and Attitudes on Omani Children’s Dietary Intake. Oman Medical Journal, 26, 253-257. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. Anjani, R. P. 2013. Perbedaan Pengetahuan Gizi Dan Asupan Zat Gizi Pada Dewasa Awal. Skripsi, Universitas Diponegoro. Arganini, C., Saba, A., Comitato, R., Virgili, F. & Turrini, A. 2012. Gender Differences in Food Choice and Dietary Intake in Modern Western Societies InTech, 83-102. Arredondo, E. M., Elder, J. P., Ayala, G. X., Campbell, N., Baquero, B. & Duerksen, S. 2006. Is Parenting Style Related to Children's Healthy Eating and Physical Activity in Latino Families? Health Educ Res, 21, 862-71. Arundhana, A. I. 2010. Pola Perilaku Sedentari Merupakan Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul. Thesis, Universitas Gadjah Mada. Arundhana, A. I. 2013. Pola Perilaku Sedentari Merupakan Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Dan Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada. Asydhad, L. A. & Mardiah 2006. Makanan Tepat Untuk Balita, Jakarta, Kawan Pustaka. Behrman, Klirgman & Arvin 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Berge, J. M., Wall, M., Loth, K. & Neumark-Sztainer, D. 2010. Parenting Style as a Predictor of Adolescent Weight and Weight-Related Behaviors. J Adolesc Health, 46, 331-8. Bertram, D. 2009. Likert Scales. Serbia: University Of Belgrade. Birch, L. L. 1992. Children's Preferences for High-Fat Foods. Nutr Rev, 50, 249-255. Birch, L. L. 2006. Child Feeding Practices and the Etiology of Obesity. Obesity (Silver Spring, Md.), 14, 343-344. Birch, L. L., Fisher, J. O., Grimm-Thomas, K., Markey, C. N., Sawyer, R. & Johnson, S. L. 2001. Confirmatory Factor Analysis of the Child Feeding Questionnaire: A Measure of Parental Attitudes, Beliefs and Practices About Child Feeding and Obesity Proneness. Appetite, 36, 201-210. Birch, L. L. & Ventura, A. K. 2009. Preventing Childhood Obesity: What Works? Int J Obes (Lond), 33 Suppl 1, S74-81.
113
Blissett, J. 2011. Relationships between Parenting Style, Feeding Style and Feeding Practices and Fruit and Vegetable Consumption in Early Childhood. Appetite, 57, 826-831. Boutelle, K. N., Fulkerson, J. A., Neumark-Sztainer, D., Story, M. & French, S. A. 2007. Fast Food for Family Meals: Relationships with Parent and Adolescent Food Intake, Home Food Availability and Weight Status. Public Health Nutrition, 10, 16-23. Brashers, V. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinke, U. B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M. A., Sharbaugh, C., Splett, P. L., Stang, J. & Wooldriedge, N. H. 2011. Nutrition through the Life Cycle United States of America, Wadsworth. Campbell, K. J., Abbott, G., Spence, A. C., Crawford, D. A., McNaughton, S. A. & Ball, K. 2013. Home Food Availability Mediates Associations between Mothers' Nutrition Knowledge and Child Diet. Appetite, 71, 1-6. Cope, K. 1996. Malnutrition in the Elderly, Seattle, Wahington, U.S. Administration on Aging. Crepinsek, M. K. & Burstein, N. R. 2004. Maternal Employment and Children’s Nutrition. Electronic Publications from the Food Assistance & Nutrition Research Program, 1. Datar, A., Nicosia, N. & Shier, V. 2014. Maternal Work and Children's Diet, Activity, and Obesity. Social Science & Medicine, 107, 196-204. Davison, K. K. & Birch, L. L. 2001. Childhood Overweight: A Contextual Model and Recommendations for Future Research. Obes Rev, 2, 159-71. Dickens, E. & Ogden, J. 2014. The Role of Parental Control and Modelling in Predicting a Child's Diet and Relationship with Food after They Leave Home. A Prospective Study. Appetite, 76, 23-9. Dixon, H. G., Scully, M. L., Wakefield, M. A., White, V. M. & Crawford, D. A. 2007. The Effects of Television Advertisements for Junk Food Versus Nutritious Food on Children's Food Attitudes and Preferences. Social Science & Medicine, 65, 1311-1323. Eisenberg, C. M., Ayala, G. X., Crespo, N. C., Lopez, N. V., Zive, M. M., Corder, K., Wood, C. & Elder, J. P. 2012. Examining Multiple Parenting Behaviors on Young Children's Dietary Fat Consumption. J Nutr Educ Behav, 44, 302-9. El-Nmer, F., Salama, A. A. & Elhawary, D. 2014. Nutritional Knowledge, Attitude, and Practice of Parents and Its Impact on Growth of Their Children. Menoufia Medical Journal, 27, 612–616. Finnerty, T., Reeves, S., Dabinett, J., Jeanes, Y. M. & Vögele, C. 2010. Effects of Peer Influence on Dietary Intake and Physical Activity in Schoolchildren. Public Health Nutrition, 13, 376-383. Food and Agriculture Organization 2005. Nutrition Education in Primery Schools. Vol 2. : FAO.
114
Fung, C., Kuhle, S., Lu, C., Purcell, M., Schwartz, M., Storey, K. & Veugelers, P. J. 2012. From "Best Practice" to "Next Practice": The Effectiveness of SchoolBased Health Promotion in Improving Healthy Eating and Physical Activity and Preventing Childhood Obesity. Int J Behav Nutr Phys Act, 9, 27. Ganley, T. & Sherman, C. 2000. Exercise and Children's Health: A Little Counseling Can Pay Lasting Dividends. Phys Sportsmed, 28, 85-92. Grover, Z. & C.Ee, L. 2009. Protein Energy Malnutrition. Pediatric The Clinics, 56, 1055–1068. Gubbels, J. S., Kremers, S. P., Stafleu, A., Vries, S. I. d., Goldbohm, R. A., Dagnelie, P. C., Vries, N. K. d., Buuren, S. v. & Thijs, C. 2011. Association between Parenting Practices and Children’s Dietary Intake, Activity Behavior and Development of Body Mass Index: The Koala Birth Cohort Study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 8. Gunarsa, S. D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta, Gunung Mulia. Gunawan, A. 2006. Food Combining, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Hakim, L. 2001. Tinjauan Tentang Konsumsi Energi Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Siswa Mts AlHamidiyah Depok Tahun 2001. Skripsi, Universitas Indonesia. Hakim, T. 2005. Belajar Secara Efektif, Jakarta, Niaga Swadaya. Hanson, N. I., Neumark-Sztainer, D., Eisenberg, M. E., Story, M. & Wall, M. 2004. Associations between Parental Report of the Home Food Environment and Adolescent Intakes of Fruits, Vegetables and Dairy Foods. Public Health Nutrition, 8, 77-85. Hastono, S. P. 2007. Analisis Data Kesehatan, Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hendrie, G. A., Coveney, J. & Cox, D. N. 2012. Defining the Complexity of Childhood Obesity and Related Behaviours within the Family Environment Using Structural Equation Modelling. Public Health Nutr, 15, 48-57. Hill, L., Casswell, S., Maskill, C., Jones, S. & Wyllie, A. 1998. Fruit and Vegetables as Adolescent Food Choices in New Zealand. HEALTH PROMOTION INTERNATIONAL 13, 55-66. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper 1999. Harrison: PrinsipPrinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Istiany, A. & Rusilanty 2013. Gizi Terapan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. : Kementerian Kesehatan Republik Inonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/Sk/Xii/2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomomr 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi
115
Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013b. Riset Kesehatan Dasar Indonesia. : Kementerian Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014. Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kim, S.-Y. & Lee, Y. J. 2009. Seasonal and Gender Differences of Beverage Consumption in Elementary School Students. Nutrition Research and Practice, 3, 234-241. Kim, Y., Kim, H. A., Kim, J.-H., Kim, Y. & Lim, Y. 2010. Dietary Intake Based on Physical Activity Level in Korean Elementary School Students. Nutrition Research and Practice, 4, 317-322. King, N. A. The Relationship between Physical Activity and Food Intake Proceedings of the Nutrition Society 1998. : Nutrition Society, 77-84. Kirana, P. O. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecukupan Energi Dan Protein Pada Peserta Didik Sltpn 57 Jakarta Tahun 2007. Skripsi, Universitas Indonesia. Kolopaking, R., Arianti, F., Fahmida, U., Karyadi, E. & Haryanthi, L. Using Precede Model to Develop Nutrition Education Program for Mid-Low Income Islamic Elementary School Children in Urban Area of Indonesia. Dipresentasikan pada simposium Nutrition Education from Assessment to Intervesion, 12th Asian Congress of Nutrition, 15-18 Mei, 2015 Yokohama, Jepang. : . Kowalski, K. C., Crocker, P. R. E. & Donen, R. M. 2004. The Physical Activity Questionnaire for Older Children (Paq-C) and Adolescents (Paq-a) Manual. Canada: Collage of Kinesiology University of Saskatchewan. Luepker, R. V., Perry, C. L., McKinlay, S. M., Nader, P. R., Parcel, G. S., Stone, E. J., Webber, L. S., Elder, J. P., Feldman, H. A., Johnson, C. C. & et al. 1996. Outcomes of a Field Trial to Improve Children's Dietary Patterns and Physical Activity. The Child and Adolescent Trial for Cardiovascular Health. Catch Collaborative Group. Jama, 275, 768-76. Mananoru, W., Anita Basuki & Kawengian, S. E. S. 2013. Hubungan Antara Asupan Energi Dengan Status Gizi Pada Siswasekolah Dasar Di Pulau Bunaken Kelurahan Bunaken Kecamatan Kepulauan Bunaken Kota Manado Sulawesi Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Mulyadi, C. K., Fransisca, Pramudya, K. M., Kevin, Lenardi, M. & Sukmarinah, S. 2013. Hubungan Antropometri, Aktivitas Fisik, Dan Pengetahuan Gizi Dengan Asupan Energi Dan Komposisi Makronutrien Pada Remaja. Jurnal Universitas Indonesia, 1, 90-99. Ottevaere, C., Huybrechts, I., Béghin, L., Cuenca-Garcia, M., Bourdeaudhuij, I. D., Gottrand, F., Hagströmer, M., Kafatos, A., Donne, C. L., Moreno, L. A., Sjöström, M., Widhalm, K. & Henauw, S. D. 2011. Relationship between Self-Reported Dietary Intake and Physical Activity Levels among
116
Adolescents: The Helena Study. nternational Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 8. Pahlevi, A. E. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7, 122-126. Poti, J. M. & Popkin, B. M. 2011. Trends in Energy Intake among Us Children by Eating Location and Food Source, 1977-2006. J Am Diet Assoc, 111, 1156-64. Pramita, W. K. 2007. Pola Konsumsi Makanan Serta Kecukupan Energi Dan Protein Pada Siswa Kelas 4 Dan 5 Sd Ar-Rahman Motik Jakarta Selatan. Skripsi, Universitas Indonesia. Rolls, B. J., Engell, D. & Birch, L. L. 2000. Serving Portion Size Influences 5-YearOld but Not 3-Year-Old Children's Food Intakes. J Am Diet Assoc, 100, 2324. Ruel, M. T. & Arimond, M. 2003. Measuring Childcare Practices, Washington, D.C, International Food Policy Research Institute. Saibul, N., Shariff, Z. M., Lin, K. G., Kandiah, M., Ghani, N. A. & Rahman, H. A. 2009. Food Variety Score Is Associated with Dual Burden of Malnutrition in Orang Asli (Malaysian Indigenous Peoples) Households: Implications for Health Promotion Asia Pasific J Clin Nutrition, 18, 412-422. Saifah, A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya Dan Media Masa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Thesis, Universitas Indonesia. Saktiyo 2006. Ipa Biologi Smp Jilid 2, Jakarta, Erlangga. Salvy, S.-J., Elmo, A., Nitecki, L. A., Kluczynski, M. A. & Roemmich, J. N. 2011. Influence of Parents and Friends on Children's and Adolescents' Food Intake and Food Selection. The American Journal of Clinical Nutrition, 93, 87-92. Santiago-Torres, M., Adams, A. K., Carrel, A. L., LaRowe, T. L. & Schoeller, D. A. 2014. Home Food Availability, Parental Dietary Intake, and Familial Eating Habits Influence the Diet Quality of Urban Hispanic Children. Childhood Obesity, 10, 408-415. Sediaoetama, A. D. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi Jilid 1, Jakarta, PT Dian Rakyat. Sherry, B. & Dietz, W. H. 2005. Handbook of Obesity Etiology and Pathophysiology. In: Bray, G. A. & Bouchard, C. (eds.) 2nd ed. : . Shetty, P. S. 2010. Nutrition, Imunity, and Infection, London, CABI International. Simon, C., Schweitzer, B., Oujaa, M., Wagner, A., Arveiler, D., Triby, E., Copin, N., Blanc, S. & Platat, C. 2008. Successful Overweight Prevention in Adolescents by Increasing Physical Activity: A 4-Year Randomized Controlled Intervention. Int J Obes (Lond), 32, 1489-98. Soenardi, T. 2011. 100 Resep Hidangan Organik Untuk Anak Sekolah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Soetjoningsih 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
117
Spruijt-Metz, D., Lindquist, C. H., Birch, L. L., Fisher, J. O. & Goran, M. I. 2002. Relation between Mothers’ Child-Feeding Practices and Children’s Adiposity. Am J Clin Nutr, 75, 581–586. Suhardjo 2002. Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak, Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Sumanto, A. 2009. Tetap Langsing Dan Sehat Dengan Terapi Diet, Jakarta, PT AgroMedia Pustaka. Susilowati, A. 2013. Sosialisasi Anak Pada Keluarga Nelayan. Skripsi, Universitas Hasanuddin. Swinburn, B. A., Jolley, D., Kremer, P. J., Salbe, A. D. & Ravussin, E. 2006. Estimating the Effects of Energy Imbalance on Changes in Body Weight in Children. Am J Clin Nutr, 83, 859-63. Taras, H. 2005. Nutrition and Student Performance at School. J Sch Health, 75, 199213. Thompson, P. D., Buchner, D., Pina, I. L., Balady, G. J., Williams, M. A., Marcus, B. H., Berra, K., Blair, S. N., Costa, F., Franklin, B., Fletcher, G. F., Gordon, N. F., Pate, R. R., Rodriguez, B. L., Yancey, A. K. & Wenger, N. K. 2003. Exercise and Physical Activity in the Prevention and Treatment of Atherosclerotic Cardiovascular Disease: A Statement from the Council on Clinical Cardiology (Subcommittee on Exercise, Rehabilitation, and Prevention) and the Council on Nutrition, Physical Activity, and Metabolism (Subcommittee on Physical Activity). Circulation, 107, 3109-16. Utami, P. 2013. Diet Aman Dan Sehat Berkat Herbal, Jakarta, FMedia. Vitolo, M. R., Rauber, F., Campagnolo, P. D., Feldens, C. A. & Hoffman, D. J. 2010. Maternal Dietary Counseling in the First Year of Life Is Associated with a Higher Healthy Eating Index in Childhood. J Nutr, 140, 2002-7. Wahyu, G. G. 2009. Obesitas Pada Anak, Jakarta, Bentang Pustaka. Wahyutomo, A. H. 2010. Hubungan Karakteristik Dan Peran Kader Posyandu Dengan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Di Puskesmas KalitiduBojonegoro. Tesis, Universitas Sebelas Maret. White, T. M. 2006. Food Variety and Energy Intake in Siblings Discordant for Adiposity. Thesis, The State University of New York. Willet, W. 2013. Nutritional Epidemiology, New York, Oxford Press. Yulni, Hadju, V. & Virani, D. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN
vi
vii
Lampiran 1 Kuesioner Ibu
Kuesioner Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi siswa SDIT Al Syukro Kelas 5 dan 6 Tahun 2015
Assalamualaikum Wr. Wb,
Saya Kartika Anisa Putri, Mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hendak memohon bantuan Ibu untuk meluangkan waktu guna menjawab pertanyaan dalam angket ini guna kepentingan penyelesaian studi yang saya kerjakan.Angket ini diberikan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi siswa SDIT Al Syukro Kelas 5 dan 6 Tahun 2015. Wali murid yang terhormat, dengan kerendahan hati saya memohon keihklasan dari Ibu untukmenjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Seluruh pernyataan dalam angket ini tidak mengandung unsur penilaian yang berpengaruh terhadap nama baik, nilai, maupun prestasi anak anda di sekolah, serta apapun yang anda isi pada lembar jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Apabila Ibu berkenan untuk membantu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, harap membubuhkan tanda tangan pada lembar berikutnya.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih
Hormat saya,
Kartika Anisa Putri vii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama Ibu
:
Usia
:
Tahun
Orang tua dari siswa yang bernama: Kelas
:
Bersedia membantu dan mengisi seluruh pertanyaan dan pernyataan yang ada di dalam angket ini dengan jawaban yang sejujur-jujurnya. Selain itu, saya juga bersedia untuk menuliskan makanan yang saya konsumsi selama 3 hari pada lembar yang disediakan.
Tangerang,
Agustus 2015
(Nama Jelas)
viii
*petunjuk jawaban Selalu: dilakukan setiap hari
Sering: dilakukan hampir setiap hari
Jarang: dilakukan paling tidak satu bulan sekali
Kadang: dilakukan paling tidak seminggu sekali
Tidak pernah: tidak pernah dilakukan
*Beri tanda (√) pada kolom pilihan jawaban yang disediakan A. Praktek Pemberian Makan Pernyataan
Selalu
1. Saya memerhatikan cukup atau tidaknya porsi makan yang diperlukan oleh anak saya 2. Saya melarang anak untuk makan banyak makanan yang manis-manis (permen, es krim, kue-kue, biskuit, dll) 3. Saya melarang anak untuk makan banyak makanan berlemak tinggi 4. Saya menawarkan makanan manis (permen, es krim, kue, biskuit, dll) kepada anak saya sebagai hadiah untuk perilaku baik 5. Saya menawarkan makanan kesukaannya apabila anak berperilaku baik 6. Jika saya tidak mengatur pilihan makan anak saya, ia akan banyak memilih makanan jajanan daripada makanan utama 7. Jika saya tidak mengatur pilihan makan anak saya, maka ia akan memilih makanan kesukaannya saja 8. Saya memastikan anak memilih makanan yang menyehatkan 9. Saya mendorong anak untuk makan sayuran dan buah-buahan
ix
Sering
Kadang
Jarang
Tidak pernah
Pernyataan
Selalu
Sering
Kadang
Jarang
Tidak pernah
10. Saya membebaskan anak untuk memilih makanan apa saja untuk makanan utamanya 11. Saya menentukan jumlah dan jenis makanan ringan/jajanan yang boleh dimakan oleh anak 12. Saya menentukan jadwal teratur untuk waktu makan anak 13. Saya membolehkan anak memilih makanan ringan/jajanan sesukanya 14. Saya mengatur anak untuk menghabiskan makannya 15. Saya mengatur anak untuk makan bersama keluarga 16. Saya membiarkan anak untuk memutuskan kapan dia ingin makan 17. Saya membiarkan anak untuk ngemil diantara waktu makan 18. Saya memberikan makanan olahan (nugget, sosis, bakso) agar praktis B. Ketersediaan Makanan *petunjuk jawaban Selalu: dilakukan setiap hari
Sering: dilakukan hampir setiap hari
Jarang: dilakukan paling tidak satu bulan sekali
Kadang: dilakukan paling tidak seminggu sekali
Tidak pernah: tidak pernah dilakukan
Pernyataan
Tidak pernah
1. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan sayur untuk anak saya 2. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan buah untuk anak saya 3. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan makanan ringan seperti chiki untuk anak saya
x
Jarang
Kadang
Sering
Selalu
Pernyataan
Tidak pernah
Jarang
Kadang
Sering
Selalu
4. Dalam satu minggu terakhir, saya menyediakan makanan tambahan seperti kue, donat, dll untuk anak saya C. Pengetahuan Gizi *Lingkari salah satu pilihan jawaban 1. Contoh makanan yang berfungsi sebagai zat tenaga adalah..
2. Frekuensi makan yang baik yaitu..
3. Makanan selingan adalah…
1.
Ikan dan daging
2.
Sayur dan buah
3.
Ubi dan roti
4.
Tempe dan tahu
1.
3x makan besar dan 2-3x selingan
2.
3x makan besar tanpa selingan
3.
3x makan besar dan cemilan sesuai keinginan
4.
3x makan besar dan 1x selingan
1.
Makanan camilan yang bisa dimakan sesuai keinginan
2.
Makanan yang porsinya lebih besar dari makanan utama
3.
Makanan kecil yang dimakan diantara dua waktu makan utama
4. Kekurangan asupan energi protein pada anak usia sekolah akan menyebabkan…
xi
4.
Makanan ringan yang dimakan pada malam hari
1.
Penyakit ginjal
2.
Penyakit jantung
3.
Kekurangan Energi Protein (KEP)
4.
Gizi buruk
5. Penyebab anak menjadi gemuk yaitu karena kelebihan asupan…
xii
1.
Protein dan vitamin
2.
Serat
3.
Karbohidrat dan lemak
4.
Vitamin dan mineral
Food Record Assalamualaikum Wr Wb Ibu Wali murid terhormat, pada formulir ini, saya mengharapkan kesediaan dari Ibu untuk menuliskan makanan yang ibu makan mulai dari bangun di pagi hari hingga menjelang ibu tidur di malam hari selama 3 hari yaitu pada hari Minggu, Senin dan Selasa. Ibu dapat mengisi formulir dengan format seperti berikut: Hari ke 1 Hari/ Tanggal : Minggu, 15 Agustus 2015 Makan Jenis bahan Waktu Masakan/Menu makanan 06.30 Nasi goreng Nasi Sosis Bakso 06.30 Teh manis 10.00 Semangka 12.30 Nasi putih 12.30 Ayam goreng Paha ayam 12.30 Sambal 12.30 Sayur bayam Bayam Jagung 12.30 Air putih …..dst
Jumlah yang di habiskan Ukuran Rumah Tangga Berat (gram) 1 centong A 1 buah B 2 butir C ½ gelas B 2 potong ukuran papaya B 1 centong A 1 potong A 1 sendok makan 1 sendok A ½ sendok B 1 gelas A penuh
Diisi oleh peneliti *Berikut merupakan jenis alat minum yang dapat digunakan dalam penulisan jumlah cairan yang dikonsumsi pada kolom Ukuran Rumah Tangga
B
A
xix
C
D
Berikut merupakan contoh dari beberapa ukuran yang bisa ibu gunakan dalam menuliskan banyaknya makanan yang dimakan pada kolom Ukuran Rumah Tangga: perkedel
Nasi
Jagung
Kentang
Roti tawar
Sosis
Daging
xx
Ayam goreng
Bakso
Ikan mas
Ikan Lele Ikan gurame
Udang
xxi
Cumi-cumi
Tahu
Ikan sarden
Sayur asam/ lodeh
Tempe
Sayur tumis
Wortel
Buncis/kacang panjang
Jambu biji
Apel
xxii
Semangka
Pepaya
Mangga
Pisang
Kue bolu
xxiii
Jeruk
Food Record Hari ke…. Hari/Tanggal: Waktu
Makan
Jenis bahan
Masakan/Menu
makanan
xxiv
Jumlah yang di habiskan Ukuran Rumah
Berat (gram)
Tangga
*diisi peneliti
Lampiran 2 Kuesioner anak
Physical Activity Questionnaire (Elementary School) Nama:_________________________ Tanggal lahir :___________________ Jenis kelamin :___________________ Kelas :___ (A/B/C) Assalamualaikum Wr Wb. Saya Kartika Anisa Putri, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan Masayrakat hendak meminta bantuan dari adik-adik Siswa SDIT Al Syukro Universal untuk mengisi beberapa pertanyaan dibawah ini untuk keperluan dalam penyelesaian studi saya sebagai mahasiswa. Saya hendak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh adik-adik sekalian selama 7 hari terakhir (1 minggu terakhir). Kegiatan ini termasuk kegiatan olahraga atau kegiatan lainnya yang mengeluarkan keringat yang dilakukan oleh adik-adik seperti menari, bermain sepeda dan berlari yang membuat kaki adik-adik terasa lelah. Atas bantuan adik-adik sekalian, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya Wassalamualaikum Wr Wb. Catatan :
1. Tidak ada jawaban benar atau salah, yang harus dilakukan hanyalah menjawab 2. Tolong jawab seluruh pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya 1. Kegiatan yang dilakukan di waktu senggang: apakah kamu melakukan kegiatankegiatan berikut ini dalah 7 hari terakhir? Jika ya, berapa kali? (tandai setiap baris 1) Contoh: Tidak Pernah 1-2 Kali 3-4 Kali 5-6 Kali Lebih Dari 7 Kali Skipping In-line skating Tidak pernah 1-2 kali Lompat tali Bermain sepatu roda
xxv
3-4 kali
5-6 kali
lebih dari 7 kali
Tidak pernah 1-2 kali
3-4 kali
5-6 kali
lebih dari 7 kali
Melompat-Lompat Berjalan Pagi Bersepeda Jogging Atau Lari Aerobic Berenang Baseball Atau Softball Dance atau menari Sepak Bola Badminton Skateboarding Bermain Voli Bermain Basket Ice Skating Lainnya: ___________________ ___________________ 2. Dalam 7 hari terakhir, selama mata pelajaran olahraga, seberapa sering kamu bergerak dengan sangat aktif, seperti bermain sepak bola, basket, berlari, melompat)? (lingkari salah satu) a. Saya tidak mengikuti mata pelajaran olah raga b. Sangat jarang c. Jarang d. Cukup sering e. Selalu 3. Dalam 7 hari terakhir, apa yang paling sering kamu lakukan saat waktu istirahat? (lingkari salah satu) a. Duduk (membaca, mengobrol, mengerjakan tugas sekolah) b. Berdiri atau berkeliling xxvi
c. Bermain lari-larian d. Berlari cukup jauh e. Bermain permainan yang mengeluarkanbanyak keringat 4. Dalam 7 hari terakhir, apa yang paling sering kamu lakukan pada saat waktu makan siang (selain makan siang)? (lingkari salah satu) a. Duduk (membaca, mengobrol, mengerjakan tugas sekolah) b. Berdiri atau berkeliling c. Bermain lari-larian d. Berlari cukup jauh e. Bermain permainan yang mengeluarkan banyak keringat 5. Dalam 7 hari terakhir, tepat setelah waktu sekolah berakhir, berapa kali kamu berolah raga, menari atau bermain yang mengeluarkan banyak keringat? (lingkari salah satu) a. Tidak pernah b. Satu kali seminggu c. 2-3 kali seminggu d. 4 kali seminggu e. 5 kali seminggu 6. Dalam 7 hari terakhir, saat sore hari, berapa kali kamu berolah raga, menari atau bermain yang mengeluarkan banyak keringat? (lingkari salah satu) a. Tidak pernah b. Satu kali seminggu c. 2-3 kali seminggu d. 4-5 kaliseminggu e. 6 kali atau lebih dalam seminggu 7. Dalam akhir pekan kemarin (jum’at, sabtu dan minggu), berapa kali kamu melakukan kegiatan seperti berolah raga, bermain sepeda, menari atau bermain yang mengeluarkan banyak keringat? (lingkari salah satu) a. Tidak pernah b. Satu kali c. 2-3 kali d. 4-5 kali e. 6 kali atau lebih
xxvii
8. Dari salah satu pernyataan dibawah ini, pernyataan yang manakah yang menurut kamu paling menggambarkan dirimu? (lingkari salah satu) a. Sebagian besar waktu luang saya, saya habiskan untuk bersantai (melakukan aktivitas yang tidak mengeluarkan banyak keringat seperti duduk) b. Saya kadang-kadang (1-2 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik dalam waktu luang saya c. Saya sering (3-4 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik dalam waktu luang saya d. Saya cukup sering (5-6 kali dalam seminggu) melakukan aktivitas fisik dalam waktu luang saya e. Saya sangat sering (7 kali dalam seminggu) melakukan aktvitas fisik dalam waktu luang saya 9. Tandai seberapa sering kamu melakukan kegiatan seperti berolahraga, bermain permainan yang mengeluarkan banyak keringat setiap harinya selama satu mingggu terakhir. Tidak pernah
sedikit
sedang
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
xxviii
sering
sangat sering
Interaksi dengan teman 1. Saya mencontoh teman makan 3 kali dalam sehari
1. Ya 2. Tidak
2. Saya mencontoh teman makan sayur khususnya yang berwarna hijau
1. Ya 2. Tidak
3. Saya dianjurkan teman untuk makan buah-buahan yang berwarna kuning atau jingga
1. Ya 2. Tidak
4. Saya sering janjian dengan teman untuk jajan sehingga tidak sarapan sarapan di rumah
1. Ya 2. Tidak
5. Saya diajak teman untuk jajan setiap hari
1. Ya 2. Tidak
6. Saya sering diajak teman untuk membeli minuman berwarna (seperti sirup, minuman bersoda, dll)
xxix
1. Ya 2. Tidak
Food Recall Hari ke…. Waktu
Makan
Jenis bahan
Masakan/Menu
makanan
Jumlah yang di habiskan Ukuran Rumah Tangga
xxx
Berat (gram)
Lampiran 3 Output SPSS
Normalitas Statistics praktek pemberian makan N
Valid
122
122
0 3.5956 3.5556 .35399 -.070 .219 -.335 .435 2.56 4.33 3.3333
0 3.6639 3.7500 .48720 -.103 .219 .159 .435 2.50 5.00 3.2500
50
3.5556
3.7500
75
3.8472
4.0000
Missing Mean Median Std. Deviation Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Minimum Maximum Percentiles 25
Statistics interaksi dengan teman Valid
122
Missing Mean Median Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis
0 1.3689 1.3333 .550 .219 -.134 .435
Statistics aktifitas fisik N
ketersediaan makanan di rumah
Valid Missing
122 0
Mean
2.8847
Median
2.9000
Skewness Std. Error of Skewness
-.021 .219
xxxi
Frequency Table ket_energi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak sesuai
40
32.8
32.8
32.8
sesuai
82
67.2
67.2
100.0
122
100.0
100.0
Total
Jk Frequency Valid
Valid Percent
Percent
Cumulative Percent
perempuan
61
50.0
50.0
50.0
laki-laki
61
50.0
50.0
100.0
122
100.0
100.0
Total
Praktek pemberian makan edit Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
49
40.2
40.2
40.2
baik
73
59.8
59.8
100.0
Total
122
100.0
100.0
ketersediaan makanan edit Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
52
42.6
42.6
42.6
baik
70
57.4
57.4
100.0
Total
122
100.0
100.0
pengetahuan ibu edit Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang
59
48.4
48.4
48.4
baik
63
51.6
51.6
100.0
Total
122
100.0
100.0 keterangan makan ibu
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TIDAK SESUAI
69
56.6
56.6
56.6
SESUAI
53
43.4
43.4
100.0
122
100.0
100.0
Total
xxxii
temaninter Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kuat
65
53.3
53.3
53.3
lemah
57
46.7
46.7
100.0
Total
122
100.0
100.0
aktivitas fisik fix Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang akif
58
47.5
47.5
47.5
aktif
64
52.5
52.5
100.0
Total
122
100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N jk * ket_energi Praktek pemberian makan edit * ket_energi ketersediaan makanan edit * ket_energi pengetahuan edit * ket_energi keterangan makan ibu * ket_energi interaksi dengan teman edit * ket_energi aktivitas fisik edit * ket_energi
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
122
100.0%
0
.0%
122
100.0%
xxxiii
jk * ket_energi jk * ket_energi Crosstabulation ket_energi tidak sesuai jk
perempuan
Count % within jk
laki-laki
% within jk
37
61
39.3%
60.7%
100.0%
16
45
61
26.2%
73.8%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Count % within jk
Total
24
Count
Total
sesuai
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Asymp. Sig. (2sided)
df a
1
.123
1.823
1
.177
2.393
1
.122
2.380 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.177
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
2.361
1
.124
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jk (perempuan / laki-laki) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
1.824
.847
3.931
1.500
.889
2.532
.822
.639
1.057
122
xxxiv
Exact Sig. (1sided)
.088
Praktek pemberian makan edit * ket_energi Crosstab ket_energi tidak sesuai Praktek pemberian kurang makan edit
Count % within praktek pemberian makan edit
baik
Total
34
49
30.6%
69.4%
100.0%
25
48
73
34.2%
65.8%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Count % within praktek pemberian makan edit
Total
15
Count % within praktek pemberian makan edit
sesuai
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.675
.050
1
.824
.176
1
.674
.176 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.699
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.174
1
.676
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.07. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for praktek pemberian makan edit (kurang / baik) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
.847
.390
1.841
.894
.527
1.516
1.055
.823
1.354
122
xxxv
Exact Sig. (1sided)
.414
ketersediaan makanan edit * ket_energi Crosstab ket_energi tidak sesuai ketersediaan makanan edit
kurang
Count % within ketersediaan makanan edit
baik
Count % within ketersediaan makanan edit
Total
Count % within ketersediaan makanan edit
sesuai
Total
19
33
52
36.5%
63.5%
100.0%
21
49
70
30.0%
70.0%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
S.447
.320
1
.572
.577
1
.448
.579 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.559
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.574
1
.449
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.05. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ketersediaan makanan edit (kurang / baik) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
1.343
.627
2.877
1.218
.734
2.021
.907
.701
1.172
122
xxxvi
Exact Sig. (1sided)
.285
pengetahuan edit * ket_energi pengetahuan ibu edit * ket_energi Crosstabulation ket_energi tidak sesuai pengetahuan ibu edit
kurang
Count % within pengetahuan ibu edit
baik
Count % within pengetahuan ibu edit
Total
Count % within pengetahuan ibu edit
sesuai
Total
24
35
59
40.7%
59.3%
100.0%
16
47
63
25.4%
74.6%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Asymp. Sig. (2sided)
df a
1
.072
2.572
1
.109
3.242
1
.072
3.228 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.085
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
3.202
1
.074
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.34. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pengetahuan ibu edit (kurang / baik) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
2.014
.933
4.347
1.602
.949
2.704
.795
.616
1.027
122
xxxvii
Exact Sig. (1sided)
.054
keterangan makan ibu * ket_energi Crosstab ket_energi tidak sesuai keterangan makan ibu
TIDAK SESUAI
Count % within keterangan makan ibu
SESUAI
Total
38
69
44.9%
55.1%
100.0%
9
44
53
17.0%
83.0%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Count % within keterangan makan ibu
Total
31
Count % within keterangan makan ibu
sesuai
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
Asymp. Sig. (2sided)
df a
1
.001
9.393
1
.002
11.134
1
.001
10.623 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.002
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
10.536
1
.001
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.38. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for keterangan makan ibu (TIDAK SESUAI / SESUAI) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
3.988
1.688
9.423
2.646
1.381
5.068
.663
.519
.848
122
xxxviii
Exact Sig. (1sided)
.001
interaksi dengan teman edit * ket_energi temaninter * ket_energi Crosstabulation ket_energi tidak sesuai temaninter
kuat
Count % within temaninter
lemah
Count % within temaninter
Total
Count % within temaninter
sesuai
Total
23
42
65
35.4%
64.6%
100.0%
17
40
57
29.8%
70.2%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.514
.211
1
.646
.427
1
.513
.426 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.565
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.423
1
.516
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.69. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for temaninter (kuat / lemah) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
1.289
.601
2.760
1.186
.708
1.988
.921
.719
1.179
122
xxxix
.324
aktivitas fisik edit * ket_energi aktivitas fisik fix * ket_energi Crosstabulation ket_energi tidak sesuai aktivitas fisik fix
kurang akif
Count % within aktivitas fisik fix
aktif
Total
35
58
39.7%
60.3%
100.0%
17
47
64
26.6%
73.4%
100.0%
40
82
122
32.8%
67.2%
100.0%
Count % within aktivitas fisik fix
Total
23
Count % within aktivitas fisik fix
sesuai
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.124
1.810
1
.179
2.371
1
.124
2.367 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.176
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
2.347
1
.125
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.02. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for aktivitas fisik fix (kurang akif / aktif) For cohort ket_energi = tidak sesuai For cohort ket_energi = sesuai N of Valid Cases
Lower
Upper
1.817
.846
3.902
1.493
.891
2.502
.822
.637
1.061
122
xl
.089
VALIDITAS AKTIVITAS FISIK Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 65
100.0
0
.0
65
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.901
32 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
skipping in line skate melompat jalan pagi bersepeda Jogging atau lari aerobic berenang baseball/softball dance sepak bola badminthon skateboarding voli basket ice skating mengikuti pelajaran olah raga saat istirahat saat makan siang tepat saat waktu sekolah tepat saat sore hari akhir pekan pernyataan senin selasa rabu kamis jum'at
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
89.5093 91.1555 88.4170 89.4170 88.7093 89.0940 90.7401 89.1401 90.0170 90.3247 89.5863 89.2632 90.8940 90.4324 89.4016 90.6940
386.257 410.894 411.594 396.818 395.208 388.605 399.213 379.169 385.238 394.443 382.411 389.037 400.568 394.328 383.349 405.858
.597 .330 .265 .515 .537 .654 .452 .701 .644 .483 .658 .553 .465 .615 .709 .319
.896 .900 .901 .897 .897 .895 .898 .893 .895 .898 .894 .897 .898 .896 .894 .901
88.4632
414.771
.359
.900
90.5863 91.1401 89.5093 89.6016 89.7093 90.5093 90.2324 89.8478 89.8170 89.1555 89.4478
405.028 419.932 398.956 403.139 403.653 427.397 402.757 401.727 408.695 403.973 396.325
.315 .200 .539 .428 .405 .262 .499 .498 .304 .393 .460
.901 .904 .897 .899 .899 .906 .898 .898 .901 .899 .898
xli
sabtu minggu sakit kegiatan saat sakit
89.7709 89.4632 91.0016 90.8632
407.597 400.484 428.193 428.704
.309 .421 -.135 -.190
.901 .899 .904 .904
RELIABILITAS AKTIVITAS FISIK Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.899
N of Items
.895
30
VALIDITAS PRAKTEK PEMBERIAN MAKAN Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 21
100.0
0
.0
21
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
Cukup atau tidaknya makanan yang diperlukan
62.71
35.114
.451
.618
62.43
34.657
.482
.595
anak saya menjaga anak agar tidak banyak makan banyak makanan yang manis
xlii
menjaga anak agar tidak makan banyak makanan
62.86
34.129
.464
.611
62.67
34.733
.408
.616
62.62
36.248
.570
.616
62.95
35.748
.434
.582
63.52
35.662
.440
.568
62.01
35.214
.518
.621
62.57
34.557
.485
.613
62.95
35.748
.434
.564
62.48
34.062
.454
.625
62.24
33.690
.451
.598
62.00
35.200
.552
.580
61.95
36.648
.443
.589
62.05
36.348
.569
.554
berlemak tinggi menawarkan makanan manis kepada anak sebagai hadiah perilaku baik menawarkan makanan manis kesukaannya apabila anak berperilaku baik jika tidak mengatur pilihan makan anak, ia akan banyak memilih makanan jajanan daripada makanan utama saya tidak mengatur pilihan anak, maka ia akan memilih makanan kesukaannya saja memastikan anak memilih makanan yang menyehatkan mendorong anak untuk makan sayuran dan buahbuahan membebaskan anak untuk memilih makanan apa saja untuk makanan utamanya menentukan jumlah dan jenis makanan ringan yang boleh dimakan oleh anak saya menentukan jadwal teratur untuk waktu makan anak membolehkan anak memilih makanan ringan sesukanya mengatur anak untuk menghabiskan makanannya mengatur anak untuk makan bersama keluarga
xliii
membiarkan anak untuk memutuskan kapan dia ingin
62.81
34.662
.487
.553
62.19
36.762
.572
.611
62.00
36.200
.530
.593
makan membiarkan anak untuk ngemil diantara waktu makan memberikan makanan olahan agar praktis
RELIABILITAS PRAKTEK PEMBERIAN MAKAN Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .616
18
xliv