FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEHAT MAHASISWA BEBERAPA PERGURUAN TINGGI DI TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: Sarah Rahmadian 10607000217182
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ” Kesabaran itu menolong segala pekerjaan“ -Mahfudzot “Tuntutlah ilmu pengetahuan karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut kepada Allah. Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah, menelaahnya dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara jihad, mengajarkannya kepada orang yang bodoh dihitung sebagai sedekah, dan mendiskusikannya dengan para pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada-Nya” -Muadz bin Jabal r.a.
“Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, ka kapankah pankah kita akan dapat pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan” -Mario Teguh
iii
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama & Papa yang telah memberikan kasih say sayaang ng,, dukun dukungan gan dan doa yang tiada hentinya hentinya.. iv
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Oktober 2011 (C) Sarah Rahmadian (D) XVI + 120 halaman + lampiran (E) Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan. (F) Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit. Perilaku tersebut termasuk olahraga dan konsumsi buah. Namun, para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko. Perilaku sehat diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang paling besar dan signifikan mempengaruhi perilaku sehat mahasiwa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Peneliti menguji beberapa variabel yang diduga mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, yaitu self-esteem, healthspecific self-efficacy, health locus of control (internal health locus of control dan eksternal health locus of control), dan kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness). Selain itu peneliti juga meneliti variabel demografis yaitu kelas sosial ekonomi orang tua sebagai kontrol yang menjadi independent variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 195 responden mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan non-probability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku sehat yang peneliti adaptasi dari Health Behavior Checklist (Vickers dkk., 1988). Alat ukur selfesteem peneliti adaptasi dari skala self-esteem yang disusun oleh Rosenberg. Alat ukur health-specific self-efficacy peneliti adaptasi dari skala health-specific selfefficacy (Renner & Schwarzer, tt). Alat ukur health locus of control peneliti adaptasi dari Multidimensional Health Locus of Control (MHCL) (Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Dan Alat ukur kepribadian peneliti adaptasi dari Big v
Five Inventori (BFI) (John, Oliver P., 1991 dalam John & Srivastava, 1999). Adapun metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 17. Sedangkan untuk pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.3. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari beberapa independent variabel dalam penelitian ini yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat adalah health-specific self-efficacy dan openness, kedua variabel tersebut juga memberikan seumbangan yang signifikan terhadap perilaku sehat. Dan terdapat perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, internal health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki dan perempuan. Penulis menyarankan untuk menyertakan aspek psikologis lain yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa pada penelitian selanjutnya. Selain itu untuk penelitian mengenai perilaku sehat, untuk meneliti variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan analisisnya menggunakan teknik analisis multivariate regression sehingga dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari IV terhadap masing-masing perilaku sehat, atau meggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik. (G) Daftar Bacaan: 45; buku: 13 + jurnal: 23 + internet: 9
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil 'alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada panutan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, berikut para keluarga, sahabat, ulama, dan segenap umat Islam sekalian. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Penulis sangat berterima kasih karena ditengah jadwal beliau yang amat padat, beliau banyak meluangkan waktu dalam proses bimbingan skripsi ini. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Yufi Adriani, M. Psi., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, koreksi, arahan, masukkan, dan waktu yang diberikan kepada penulis. 3. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan pelajaran kepada penulis, baik itu dalam hal akademis maupun dalam menjalani kehidupan. 5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Mba Rini yang selalu memberikan informasi mengenai kegiatan dan kehadiran Bapak Jahja Umar, Ph.D, sehingga penulis dapat bertemu dengannya.
vii
6. Mama dan papa atas didikan, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan baik moril maupun materil, arahan serta doa yang penulis terima dan rasakan hingga detik ini. 7. Adik dan kakak penulis, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Meskipun kalian terlihat tidak peduli, penulis yakin didalam lubuk hati kalian selalu ada dukungan dan doa untuk penulis. Serta sepupu penulis, Mba Erna dan Bang Jamil, terimakasih atas tempat tinggal yang nyaman serta fasilitas yang sangat bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan atas dukungan, doa serta saran yang penulis terima. 8. Sahabat-sahabat penulis, Hasnah, Susi, Korri, Nadia, Ali, Sunu, Bambang, Bima, Ayu & Nisa, yang telah memberikan penulis makna dari persahabatan, terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Kiki, Rika F, Hanny, Sheli, & Puri, terima kasih atas dukungan serta doa kalian. Untuk teman-teman seperjuangan selama skripsi Cut, Rudi, Pras, Aji, Nya’ Soraya, Inaz, Suci, Risna, Nuran, Fifa, Reza, & Siti terima kasih atas bantuan, informasi, saran serta dukungan yang penulis terima selama mengerjakan skripsi. Terutama untuk Muhamad Kahfi, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan sampel dalam penyusunan skripsi ini. 9. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini. 10. Teman-teman Mentor Akademik dan KKL, yang telah menyempatkan waktunya untuk berbagi ide, informasi dan pengetahuan bersama penulis, serta terima kasih atas wawasan yang tidak ternilai tersebut. Khususnya untuk Adiyo, terimakasih atas bantuannya dalam memahami lisrel dan analisis regresi. Dan Eja, yang banyak memberi informasi, masukkan dan bantuan bagi penulis. 11. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian. Tanpa waktu luang yang anda berikan, skripsi ini tidak akan ada.
viii
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, motivasi, dan bimbingan dari semua pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin. Selain itu penulis berharap skirpsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca. Mengingat kekurangan dan keterbatasan dari skripsi ini, maka segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
ix
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sarah Rahmadian NIM
: 106070002182
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku sehat Mahasiswa Beberapa Universitas di Tangerang Selatan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipankutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, Oktober 2011
. Sarah Rahmadian . NIM: 106070002182
x
DAFTAR ISI COVER LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...............................................................ii MOTTO.............................................................................................................iii PERSEMBAHAN .............................................................................................iv ABSTRAK ........................................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................vii PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................... ..x DAFTAR ISI .....................................................................................................xi DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR .................................................................xvi BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................1
BAB II
1.1. Latar Belakang……………………………………………… 1 1.2. Pertanyaan Penelitian………………………………………. 10 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 11 1.4. Pembatasan Masalah……………………………………….. 11 1.5. Sistematika Penulisan………………………………………. 12 KAJIAN PUSTAKA .....................................................................14 2.1. Perilaku Sehat .......................................................................14 2.1.1. Definisi Perilaku Sehat ................................................14 2.1.2. Macam-macam Perilaku Sehat.....................................15 2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat .......19 2.2. Pengukuran Perilaku Sehat....................................................33 2.3. Hipotesis Penelitian...............................................................34
BAB III
METODE PENELITIAN...............................................................38 3.1. Populasi dan Sampel .............................................................38 3.2. Variabel Penelitian................................................................39 xi
3.3. Definisi Operasional Variabel ...............................................39 3.4. Instrument Pengumpulan Data ..............................................41 3.5. Pengujian Validitas Alat Ukur...............................................42 3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku sehat .................................44 3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem.....................................46 3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy ..........48 3.5.3.1. Uji Validitas Skala Nutrion Self-Efficacy .........48 3.5.3.2. Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy ........50 3.5.3.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseluruhan.......52 3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control..................54 3.5.4.1. Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control .....................54 3.5.4.2. Uji Validitas Skala Eksternal Health Locus of Control...................56 3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian ....................................58 3.5.5.1. Uji Validitas Skala Extraversion ......................58 3.5.5.2. Uji Validitas Skala Agreeableness....................60 3.5.5.3. Uji Validitas Skala Conscientiousness..............62 3.5.5.4. Uji Validitas Skala Neuroticism .......................64 3.5.5.5. Uji Validitas Skala Openness ...........................65 3.6. Prosedur Pengumpulan Data .................................................67 3.7. Metode Analisis Data...........................................................67 BAB IV
HASIL PENELITIAN ...................................................................68 4.1. Analisis Deskriptif ................................................................68 4.2. Uji Hipotesis Penelitian.........................................................72 4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................72 4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable..................................................80 xii
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada Kelompok Laki-laki dan Perempuan ...........................83 4.2.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki .......................................83 4.2.3.2. Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan ………………………89 4.2.3.3. Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan…...…...94 4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel …………………99 4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Laki-laki……………....………….99 4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Perempuan …………………........102 4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan………...105 BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.....................................109 5.1. Kesimpulan...........................................................................109 5.2. Diskusi………………...........................................................110 5.3. Saran…….. ...........................................................................114 5.3.1. Saran Metodologis..................................................... ..115 5.3.2. Saran Praktis ............................................................. ..116
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... ..117 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikator dan Karakteristik Kepribadian ............................................29 Tabel 2.2 Matrikulasi Hasil pengaruh Faktor-faktor Psikologis terhadap Perilaku Sehat .....................................................................32 Tabel 3.1 Muatan Faktor Item untuk Perilaku Sehat ..........................................45 Tabel 3.2 Muatan Faktor Item Self-Esteem.........................................................47 Tabel 3.3 Muatan Faktor Item Nutrion Self-Efficacy ..........................................49 Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy .........................................51 Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control ........................55 Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Eksternal Health Locus of Control......................57 Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion .......................................................59 Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Agreeableness.....................................................61 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Conscientiousness...............................................63 Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neoriticism .......................................................64 Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Openness ..........................................................66 Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian…………………………………………..71 Tabel 4.2 R Square.............................................................................................73 Tabel 4.3 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV....................................................73 Tabel 4.4 Koefisien Regresi ...............................................................................74 Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel ..........................................................................81 Tabel 4.6 R Square Kelompok Laki-laki ............................................................84 Tabel 4.7 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Laki-laki ...................84 Tabel 4.8 Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki...............................................86 Tabel 4.9 R Square Kelompok Perempuan .........................................................89 Tabel 4.10 ANOVA Pengaruh IV terhadap DV Kelompok Perempuan ..............90 Tabel 4.11 Koefisien Regresi Kelompok Perempuan..........................................91
xiv
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan................................................. 95 Tabel 4.13 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Laki-laki.........................................100 Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Perempuan .....................................103 Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan .....106
xv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................37 Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Dua Tingkat dari Health-Specific Self-Efficacy...........................................................53 Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku Sehat ...........................................................107
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku sehat mahasiswa, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, pembahasan masalah dan sistematika penulisan.
1.1.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Sehat dan sakit bukan hanya ditentukan secara biologis, tetapi juga ditentukan oleh masalah perilaku individu, yaitu perilaku sehat. Perilaku sehat merupakan elemen yang paling penting bagi kesehatan dan keberadaan manusia. Perilaku sehat sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi, mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik tidaknya perilaku secara objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner, 2000; dalam Renner & Schwarzer, 2003). Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), sesuai
1
2
dengan regimen medis (misalnya, diet diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol). Perilaku sehat yang buruk memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan atau menimbulkan penyakit. Perilaku tersebut termasuk merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan konsumsi makanan berlemak tinggi. Sebaliknya meningkatkan perilaku sehat bermanfaat untuk kesehatan atau melindungi individu dari penyakit. Perilaku tersebut termasuk olahraga, konsumsi buah dan sayur, dan menggunakan kondom dalam menanggapi ancaman penyakit seksual menular. Banyak kondisi kesehatan yang disebabkan oleh perilaku seperti minum alkohol, penggunaan narkoba, merokok, mengemudi sembrono, makan berlebihan, atau hubungan seksual tanpa kondom (Renner & Schwarzer, 2003). Peran perilaku sehat mendapat perhatian yang tinggi karena kebiasaan perilaku sehat mempengaruhi kecenderungan berkembangnya penyakit yang kronis dan fatal seperti hepatitis, kanker, dan AIDS (WHO dalam Sarafino, 2006). Perhatian ini disimulasi oleh perubahan penyakit mulai dari infeksi sampai pada penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian ditambah dengan meningkatnya biaya pengobatan dan data yang membuktikan bahwa perilaku individu dapat meningkatkan kematian dan penyakit. Penyakit dan kematian akan berkurang jika manusia memiliki gaya hidup yang meningkatkan kesehatan, seperti diet sehat dan tidak merokok (Sarafino, 2006). Perilaku sehat yang terbentuk pada masa dewasa awal mungkin memiliki dampak pada kesehatan selama hidupnya nanti. Memasuki perguruan tinggi dapat
3
menjadi peristiwa menarik namun juga stres bagi remaja dan dewasa muda dimana mereka mencoba untuk beradaptasi dengan perubahan beban kerja akademik, jaringan pendukung, dan lingkungan baru mereka. Ditambah dengan perubahan ini dan tanggung jawab yang baru, mereka memiliki kebebasan yang lebih besar dan kontrol atas gaya hidup mereka daripada sebelumnya. Namun, para peneliti telah menunjukkan secara global bahwa banyak mahasiswa terlibat dalam berbagai perilaku sehat beresiko (Von, Ah D. dkk., 2004). Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi (Wikipedia, 2009). Sejatinya sebagai mahasiswa yang dianggap memiliki nilai positif di masyarakat, haruslah berperilaku positif pula. Akan tetapi hal tersebut berlawanan dengan kondisi jiwa mahasiswa pada umumnya, selayaknya seseorang yang sedang mengalami masa transisi dalam hidupnya, mereka juga dihadapkan pada berbagai godaan yang menarik dan menggiurkan. Sehingga kecenderungan untuk melakukan hal negatif dan mencoba sesuatu yang baru yang dapat menarik perhatiannya, akan dilakukan oleh kebanyakan remaja dalam masa ini seperti tawuran, merokok, penggunaan narkoba, perilaku seksual bebas dan perilaku tidak sehat lainnya yang dapat berakibat timbulnya penyakit. Mahasiswa merupakan kaum terpelajar, dari kecil mereka mendapat pendidikan formal dalam institusi pendidikan yang tentunya mengajarkan mana hal yang benar dan mana hal yang salah. Banyak mahasiswa yang tahu pentingnya
4
kesehatan dan akibat dari perilaku sehat yang buruk, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya tersebut bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Dari beberapa macam perilaku sehat yang ada, yang diteliti dalam penelitian ini yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan mengkonsumsi alkohol. Perilaku pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan yang sehat dapat dilihat dari jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, jadwal yang teratur dan jenis makanan yang bervariasi (dalam Aminah, 2010). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) memberi alasan mengkonsumsi mie instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus nasi. Kebiasaan mengkonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya (dalam Mulia, 2010). Selanjutnya yaitu olahraga. Berbagai aktivitas olahraga yang dilakukan manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, terutama apabila dilakukan secara benar dan teratur. Olahraga merupakan suatu aktivitas aerobik, yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan
5
kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pengaruh yang besar terhadap tubuh kita. Olahraga dengan pembebanan tertentu akan mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah tingkat kesegaran jasmani (Moeloek D, Tjokronegoro A, 1984 dikutip oleh Syatria, 2006). Dengan semakin banyaknya jenis olahraga yang ditawarkan, maka semakin mudah pula bagi masyarakat untuk memilih dan melakukan olahraga yang disenangi. Namun, amat disayangkan karena hanya 26,2% dari masyarakat Indonesia yang berusia 10-30, yang melakukan olahraga (Kuntaraf KL, Kuntaraf J, 1992 dikutip oleh Syatria, 2006). Perilaku sehat yang lainnya yaitu perilaku merokok. Di kampus, merokok seakan menjadi pemandangan umum. Sering kita temui beberapa mahasiswa merokok di sela-sela kegiatan kuliahnya. Bagi mereka, merokok seperti kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Padahal, dalam rokok terdapat zat adiktif yang dapat membuat seseorang kecanduan. Maka, jika mahasiswa yang merokok tidak segera berhenti merokok, kebiasaan buruk ini akan berlanjut terus hingga mereka tua. Dengan kata lain, mereka harus siap menanggung beban-beban penyakit yang ditimbulkan oleh rokok (Sari, 2010). Berdasarkan data hasil laporan WHO 2008, Indonesia menempati urutan ketiga perokok terbesar didunia yaitu dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per penduduk (~225 miliar batang per tahun). Dan statistik perokok di kalangan anak anak dan remaja yaitu anak/remaja pria sebesar 24,1% , anak/remaja wanita sebesar
6
4,0%, atau 13,5% anak/remaja Indonesia. Indonesia ternyata menempati urutan pertama dalam jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5 juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, + tubercolis + malaria + flu burung (Nusantaranews, 2009) . Selanjutnya
beberapa
kasus
juga
terjadi
pada
mahasiswa
akibat
mengkonsumsi alkohol, seperti yang terjadi di Tangerang, Selasa (11/05/2010) minum miras oplosan seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Penerbangan (STP) berinisial LW, tewas setelah dua hari mendapat perawatan RS. Husada Insan. Selain itu ada juga kasus yang terjadi Surabaya, Kamis (27/11/2008) dinihari, sebanyak 12 mahasiswa diciduk polisi karen kedapatan pesta minum-minuman keras (miras) di kampus Universitas IKIP PGRI Adi Buana di kawasan Jalan Ngagel. Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada alkohol mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa yang mengalami akoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif kurang baik, meskipun mahasiswa tersebut sebenarnya mempunyai potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut terjadi karena biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman berakohol pada malam hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti kuliah karena efek alkohol yang masih dirasakan mengganggu aktivitas mahasiswa tersebut untuk mengikuti kuliah. Mahasiswa yang mengalami alkoholisme biasanya
7
mempunyai orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa (Istana Blog, 2010). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa perilaku sehat di atas, salah satunya adalah faktor psikologis. Dalam Taylor (1995) yang termasuk dalam faktor psikologis yaitu faktor emosi, faktor kognitif, dan faktor kepribadian atau psikologis umum yang mempengaruhi individu untuk terlibat dalam perilaku sehat. Yang termasuk dalam faktor-faktor tersebut diantaranya adalah self-esteem, perceived self-efficacy, locus of controll dan kepribadian. Self-esteem didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965 dalam Juan L., José G. & Grijalvo, 2007). Self-esteem berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak dan orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan besar mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka dengan selfesteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998 dalam Taylor, 1995). Selanjutnya yaitu perceived self-efficacy. Perceived self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku (Bandura, 1994).
Health-specific self-efficacy adalah optimistis seseorang untuk
dapat melawan godaan dan untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Hubungan antara self-efficacy dan perilaku sehat yang spesifik telah ditinjau. Sejumlah studi tentang adopsi praktik kesehatan telah mengukur self-efficacy untuk menilai efek potensial dalam memulai perubahan perilaku (Schwarzer & Renner, t.t.).
8
Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan. Langkah-langkah umum self-efficacy mengacu pada kemampuan individu untuk berurusan dengan berbagai situasi stres, mengukur efektivitas diri dalam perilaku sehat yang mengacu pada keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku sehat tertentu (Schwarzer, t.t.). Faktor psikologis lainnya yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu locus of controll. Menurut Rotter (1966) locus of controll adalah keyakinan individu mengenai sumber penentu perilaku. Locus of controll terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of controll dan external locus of controll. Internal locus of controll adalah cara individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari kemampuannya, sedangkan external locus of controll adalah cara dimana individu yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari luar kemampuannya (dalam Wallston, t.t.). Health locus of controll adalah sejauh mana orang percaya bahwa kesehatan mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston dkk., 1976). Orangorang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungking lebih cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang baik daripada mereka yang menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009). Selanjutnya yaitu kepribadian. Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri seseorang, sistem psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku seseorang, pikiran dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs,
9
1997). Salah satu trait (sifat) dalam kepribadian yaitu Big Five atau Five Faktor Model, Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa. Faktor-faktor dalam teori kepribadian Five Faktor Model yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness (Pervin, Cervone, & John, 2005). Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat merupakan penentu fundamental dari perilaku dan ada cukup bukti yang menghubungkan kepribadian dan perilaku (lihat Furnham dan Surga, 1999, sebagai gambaran). Faktor kepribadian yang positif (misalnya, optimisme) atau negatif (misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler & Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005). Faktor-faktor tersebut juga diperkuat oleh beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku sehat. Penelitian-penelitian tersebut diuraikan dalam tabel 2.2 pada halaman 32. Jadi berdasarkan permasalahan dibidang perilaku sehat yang dimiliki oleh mahasiswa yang pada akhirnya permasalahan tersebut justru malah menimbulkan masalah dan penyakit, maka perlu diketahui secara empiris faktor psikologis apa sajakah yang menyebabkan baik dan buruknya perilaku sehat. Hal ini dilakukan sebagai upaya menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi mahasiswa
10
pada perilaku sehat. Dengan demikian peneliti ingin meneliti variabel-variabel psikologis apa sajakah yang menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam melakukan perilaku sehat yang baik sehingga menyebabkan masalah dan penyakit. Oleh sebab itu, penelitian ini peneliti beri judul : “Faktor - Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Mahasiswa Beberapa Perguruan Tinggi di Tangerang Selatan”.
1.2.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal health locus of control, internal health locus of controll, extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat? 2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal health locus of control, internal health locus of controll, extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok lakilaki dan perempuan?
11
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara pokok dan prinsip, tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan diatas. Oleh karenanya tujuan dan manfaat subtansial penelitian ini sangat berkaitan erat dengan pertanyaan penelitiannya yaitu: 1. Mengetahui pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy, eksternal health locus of control, internal health locus of controll, extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat. 2. Melihat
perbedaan pengaruh self-esteem, health-specific self-efficacy,
eksternal health locus of control, internal health locus of controll, extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat pada kelompok lakilaki dan perempuan.
1.4.
Pembatasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup dalam penelitan ini, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya kepada: 1. Penelitian ini hanya melihat perilaku sehat berdasarkan 4 perilaku yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol. 2. Faktor – faktor psikologis dalam penelitian ini adalah self-esteem, healthspecific self-efficacy, health locus of controll (eksternal health locus of
12
control dan internal health locus of controll), dan kepribadian (extraversion, agreeablenes, conscientiousness, neoriticsmm, dan opennes) . 3. Populasi penelitian mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan.
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB I :
Pendahuluan Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian perilaku sehat,
pertanyaan
penelitian,
tujuan
dan
manfaat
penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II :
Landasan Teori Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian.
BAB III :
Metode Penelitian Bab ini meliputi, subyek penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV :
Hasil Penelitian Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
13
BAB V :
Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari 4 subbab yaitu subbab tentang deskriptif teoritis yang membahas perilaku sehat, pengukuran perilaku sehat, dan hipotesis penelitian.
2.1. Perilaku Sehat 2.1.1 Definisi Perilaku Sehat Perilaku sehat secara luas dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan (Kasl & Cobb, 1966; dalam Vickers dkk., 1988 ). Perilaku sehat juga sering didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang terlibat dalam pemeliharaan atau peningkatan kesehatan mereka saat ini dan untuk menghindari penyakit. Termasuk beberapa perilaku seseorang untuk melindungi, mempromosikan, atau memelihara kesehatannya. Baik atau tidak perilaku secara objektif efektif sampai akhir (Conner & Norman, 1996; Schwarzer & Renner, 2000; dalam Renner & Schwarzer, 2003). Dan dalam Taylor (2009), perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatur dan menstabilkan kesehatan mereka. Perilaku sehat yang buruk adalah hal yang penting bukan hanya terimplikasi kepada penyakit tapi juga dapat dengan mudah menjadi kebiasaan yang buruk.
14
15
Jadi, perilaku sehat adalah perilaku-perilaku seseorang dalam menjaga, memelihara dan mengembangkan kesehatannya.
2.1.2 Macam-macam Perilaku sehat Empat perilaku sehat dipilih untuk mewakili empat kategori utama perilaku sehat empiris digambarkan oleh Vickers dan Hervig (1984). Secara umum, kategori yang diwakili (a) perilaku yang mengurangi resiko membebani kapasitas adaptif tubuh, (b) yang melibatkan mengambil resiko perilaku, terutama sebagai pejalan kaki atau driver, (c) perilaku yang seharusnya membantu mencegah timbulnya penyakit, dan (d) perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan bukan hanya mencegah penyakit (dalam Vickers dkk., 1988). Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk. (1988) terdapat 2 dan 4 komponen dari perilaku sehat yaitu : a) Perilaku pencegahan: penjagaan, pemeliharaan & pengembangan, serta mencegah kecelakaan. b) Perilaku beresiko: resiko penggunaan zat dan resiko lalu lintas. Menurut Conner (2002) yang termasuk dalam perilaku sehat yaitu penggunaan layanan medis (misalnya, kunjungan dokter, vaksinasi, skrining), sesuai dengan regimen medis (misalnya, diet, diabetes, regimen antihipertensi), dan perilaku sehat mandiri (misalnya, diet, olahraga, merokok, konsumsi alkohol). Dari bermacam-macam perilaku sehat diatas, terdapat 4 perilaku sehat yang peneliti analisis pada penelitian ini yaitu perilaku makan, olahraga, merokok, dan konsumsi alkohol. Menurut Vickers & Hervig (1984) dalam Vickers dkk.
16
(1988) perilaku makan dan olahraga termasuk ke dalam perilaku penjagaan, pemeliharaan dan pengembangan kesehatan. Selanjutnya perilaku merokok dan konsumsi alkohol termasuk ke dalam perilaku resiko penggunaan zat. Penjelasan dari masing-masing perilaku sebagai berikut. 1.
Perilaku makan Perilaku makan dalam penelitian ini adalah makan makanan dengan menu
seimbang. Dalam Notoatmodjo (2003) menu seimbang dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Nutrisi jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Selama ribuan tahun, manusia mengabdikan sebagian besar waktu mereka untuk memenuhi makanan yang cukup (Sheridan & Redmacher, 1992). Makanan yang terbuat dari kelompok atau kelas kimiawi sebagai berikut: karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin, serta air dan serat. Kelompokkelompok ini terdiri dari zat kimia khusus yang disebut nutrisi. Sebagian besar makanan mengandung lebih dari satu zat gizi (Kilander, 1957). Fungsi umum kelas makanan atau kelompok gizi tersebut adalah sebagai berikut: Karbohidrat dan lemak pasokan panas dan energi. Protein membangun dan memperbaiki jaringan tubuh dan dapat pasokan panas dan energi. Mineral membangun
jaringan
dan mengatur
proses tubuh.
Vitamin membantu
pertumbuhan dan membantu untuk mengatur proses tubuh. Air menyediakan sarana untuk mengangkut bahan-bahan di dalam tubuh, dan membantu dalam
17
menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat membantu dalam pencernaan dan eliminasi. Gizi yang baik sangat penting untuk kesehatan yang baik. Bahkan, tanpa makanan yang memadai, tidak ada yang bisa memiliki kesehatan yang optimal (Kilander, 1957). 2.
Olahraga (exercise) Semua aktivitas-fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi dan
pembakaran kalori. Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik di mana orang menggunakan tubuh mereka demi kesehatan atau pengembangan tubuh (dalam Sarafino, 1994). Olahraga merupakan salah satu perilaku sehat yang paling penting karena olahraga membuat orang bergerak dan mampu merawat diri mereka sendiri. Manfaat dari Olahraga Reguler (dalam Taylor, 2009): • Meningkatkan konsumsi oksigen maksimum • Mengurangi istirahat denyut jantung • Mengurangi tekanan darah (dalam beberapa) • Meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung • Mengurangi penggunaan sumber energi, seperti glutamin • Meningkatkan HDL, kolesterol total berubah • Mengurangi penyakit kardiovaskular • Mengurangi obesitas • Meningkatkan umur panjang • Mengurangi panjang siklus haid, menurunkan estrogen dan progresterone • Mengurangi resiko beberapa kanker
18
• Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh • Mengurangi suasana hati yang negatif Ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan kontribusi untuk kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga menurunkan resiko penyakit jantung koroner, kanker usus, osteoporosis, dan stroke. Sebuah penelitian baru menemukan hubungan yang kuat antara kebugaran fisik dan semua penyebab kematian, terutama penyakit jantung dan kanker (Blair et al, 1989). Olahraga juga dapat membantu dalam pengelolaan diabetes, obesitas, dan depresi (Koplan, Caspersen, & Powell, 1989).
Dengan kata lain, "hal ini baik untuk dilakukan" (dalam
Sheridan & Radmacher, 1992). 3.
Perilaku merokok (tobacco consumption) Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya (Notoatmodjo, 2003). Merokok adalah perilaku sehat yang paling terkait erat dengan jangka panjang hasil kesehatan negatif. Merokok juga telah dihubungkan dengan jumlah kanker, termasuk kanker tenggorokan, perut, paru-paru, dan usus serta beberapa langsung berakibat kesehatan negatif seperti mengurangi kapasitas paru-paru dan bronkitis (Royal College of Physicians, 1983). Meskipun hasil kesehatan negatif, perokok sering melaporkan efek mood positif dari merokok dan penggunaan merokok sebagai strategi untuk mengatasi stres. Mereka yang berhenti merokok
19
mengurangi resiko terhadap kesehatan mereka, khususnya jika mereka berhenti sebelum 35 tahun (Doll et al 1994; dalam Conner, 2002). 4.
Konsumsi alkohol (alkohol consumption) Alkohol adalah cairan tidak berwarna, mudah terbakar dibuat dari
fermentasi gula dan pati. Ini melayani banyak tujuan dan datang dalam berbagai bentuk, dari pelarut untuk anggur berkualitas. Keracunan disebabkan oleh pengaruh alkohol pada sistem saraf pusat. Tergantung pada beberapa faktor, konsumsi alkohol dapat menjadi biasa saja atau fatal (dalam Sheridan & Radmacher, 1992). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menghasilkan beberapa masalah kesehatan yang serius. Sirosis hati merupakan penyebab utama kematian di antara pecandu alkohol. Sirosis adalah akumulasi jaringan parut pada hati, menyebabkan hilangnya fungsi dalam organ vital (Eckhardt dkk, 1981). Mengkonsumsi alkohol yang berat dapat mempengaruhi penyempitan otot jantung, sehingga fungsi kurang efisien, dan dapat menyebabkan kerusakan saraf. Alkohol menyebabkan masalah, disorientasi, dan gangguan visual (Eckhardt et al, 1981). Konsumsi alkohol yang berat juga bisa menyebabkan kemandulan, dan alkohol dapat memiliki efek negatif langsung terhadap kehamilan dan perkembangan janin (dalam Dimatteo, 2002).
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat Dalam Taylor (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi praktek perilaku sehat, antara lain variabel demografi, faktor sosial (seperti pengaruh
20
sosial dan values), faktor emosi (seperti self-esteem dan personal goals), faktor kognitif (seperti pengetahuan dan rasa self-efficacy), perceived symptoms dan faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan medis (cf. H. Leventhal. Leventhal, & Nguyen, 1985). Selain itu juga para peneliti meneliti faktor-faktor dalam kepribadian individu atau psikologis umum yang mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam perilaku sehat (diantaranya usia, locus of control dan kepribadian). Dan dalam Taylor (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sehat antara lain : 1.
Variabel Demografis Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang lebih
muda, lebih kaya, yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang mempunyai kadar stres dibawah rata-rata dengan dukungan sosial yang tinggi biasanya mempraktekkan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik dibandingkan orang dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya lebih sedikit. Seperti individu dengan kelas sosial yang rendah (Gottlieb & Green, 1984; dalam Taylor, 2009). 2.
Usia Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, kebiasaan sehat itu
baik di masa kecil, memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, Proschaska, & Hirschman, 1985; dalam Taylor, 2009).
21
3.
Values Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu
(Donovan, Jessor, & Costa, 1991; Langlie, 1997; dalam Taylor, 1995). Values sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Sebagai contoh, olahraga untuk wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya, tapi tidak diinginkan di budaya lain (Donovan, Jessor, & Costa, 1991; dalam Taylor, 2009). 4.
Personal Control Dalam Taylor (2009) persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di
bawah kontrol pribadi juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telah mendapat perhatian adalah locus of control (Lau, 1988; Rotter, 1966; Strickland, 1978). Sebagai contoh, skala Health Locus of Control (Wallston, Wallston, & DeVellis, 1978) mengukur sejauh mana orang merasa diri mereka dapat mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat dapat mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan sebagai penentu utama kesehatan mereka. Orang-orang yang cenderung melihat kesehatan di bawah kontrol pribadi mungkin cenderung untuk berlatih kebiasaan sehat yang lebih baik daripada mereka yang menganggap kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan (Taylor, 2009). 5.
Pengaruh Sosial Pengaruh sosial mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Keluarga, teman,
dan teman kerja semua dapat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan terkadang ke arah yang bermanfaat, pada waktu yang lain ke arah
22
merugikan (Broman, 1993; turbin at al, 2006). Sebagai contoh, tekanan teman sebaya sering menyebabkan merokok pada remaja (dalam Taylor, 2009). 6.
Personal Goals Kebiasaan sehat sangat terikat dengan personal goals (Eiser & Lembut,
1998). Jika kebugaran pribadi atau prestasi atletik merupakan tujuan penting, orang mungkin akan lebih berolahraga secara teratur daripada jika kebugaran bukan tujuan pribadi (dalam Taylor, 2009). 7.
Perceived Symptoms Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived symptoms
contohnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka jika mengalami gangguan di tenggorokan mereka. Perokok yang bangun dengan batuk-batuk dan tengguorkan yang sakit mungkin akan berpikir kembali bahwa dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan pada saat itu (Taylor, 2009). 8.
Akses Pelayanan Kesehatan Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku
sehat dengan menggunakan program screaning tubercolosis (TBC), mendapatkan Pap-Smear secara regular, mendapatkan mammogram dan mendapatkan imunisasi pada masa kecil adalah perilaku sehat yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan (Taylor, 2009). 9.
Faktor Kognitif Pada akhirnya, praktek perilaku sehat berkaitan dengan faktor-faktor
kognitif, seperti pengetahuan dan intelegensi (Jeccard, Dodge, & Guilamo-Ramos, 2005). Misalnya, keyakinan terhadap perilaku sehat tertentu yaitu bermanfaat atau
23
berarti bahwa seseorang mungkin rentan terhadap penyakit jika dia tidak melakukan perilaku sehat tertentu dan juga tidak memprediksi perilaku sehat (dalam Taylor, 2009). Dari beberapa teori yang ada peneliti memilih teori dari Taylor (1995). Dan dari faktor-faktor tersebut, peneliti meneliti beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku sehat yaitu : 1. Self-Esteem Berbeda dengan konsep diri, yang merupakan pandangan kognitif diri, harga diri dapat didefinisikan sebagai komponen afektif dari diri (Seigley, 1999). Self-esteem mengacu pada persepsi seseorang tentang harga diri (Rosenberg, 1965; dalam Alison dkk., 1999). Salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk menilai harga diri adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES; Rosenberg, 1989). Penulis ini berpendapat bahwa self-esteem komponen dari self-concept dan didefinisikan sebagai pikiran dan perasaan individu tentang nilai dan pentingnya diri mereka sendiri, yaitu sikap positif atau negatif terhadap diri sendiri secara keseluruhan (Rosenberg, 1965). RSES adalah instrumen unidimensional terbuat dari konsepsi fenomenologis diri yang menangkap persepsi keseluruhan dari subyek dari nilai mereka sendiri melalui skala 10 item, 5 item positif dan 5 item negatif (dalam Juan L., José G. & Grijalvo, 2007). Self-esteem juga berkaitan dengan praktek perilaku sehat. Pada anak-anak dan orang dewasa, mereka dengan self-esteem yang lebih tinggi kemungkinan besar mempraktekkan berbagai kebiasaan sehat yang baik daripada mereka
24
dengan self-esteem yang rendah (Lau & Klepper, 1998). Umumnya, perilaku sehat yang baik lebih mungkin untuk dipraktekkan oleh orang-orang dengan rasa psikologis kesejahteraan dan keyakinan bahwa kesehatan mereka umumnya baik (Mekanik & Jelas, 1980). Mechanic & Jelas (1980) berpendapat bahwa perilaku sehat yang positif adalah bagian dari gaya hidup yang kompleks yang mencerminkan kemampuan untuk mengantisipasi masalah, untuk memobilisasi dalam menghadapi masalah, dan mengatasi secara aktif. Dengan demikian, perilaku sehat mirip dengan aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan rencana aktivitas mengatasi masalah (dalam Taylor, 1995). Dalam sebuah penelitian tentang perilaku sehat remaja yang dilaporkan oleh Stein et al, (1998) dalam Seigley (1999) menunjukkan adanya hubungan antara self-esteem yang rendah dan praktek kesehatan beresiko. 2. Health-Specific Self-efficacy Perceived self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk mempunyai pengaruh atas peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. Self-efficacy beliefs menentukan bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Keyakinan tersebut menghasilkan efek beragam melalui empat proses utama. Mereka termasuk kognitif, motivasi, afektif dan proses seleksi (Bandura, 1994). Menurut Social Cognitive Theory (SCT) (Bandura, 1997), kontrol personal memfasilitasi perubahan perilaku sehat. Self-efficacy mengacu pada rasa kontrol atas lingkungan dan perilaku. Self-efficacy beliefs adalah suatu kognisi yang
25
menentukan apakah untuk memulai perubahan perilaku sehat akan dibuat banyak usaha dan berapa lama seseorang dapat menghadapi hambatan dan kegagalan. Self-efficacy secara langsung berkaitan dengan perilaku sehat, tetapi juga mempengaruhi perilaku sehat secara tidak langsung melalui dampaknya pada tujuan.
Sementara
langkah-langkah
umum
self-efficacy
mengacu
pada
kemampuan untuk menghadapi situasi stres, tindakan self-efficacy untuk perilaku sehat mengacu pada keyakinan tentang kemampuan untuk melakukan perilaku sehat tertentu (Schwarzer, t.t.). Health-specific self-efficacy adalah optimistis keyakinan diri seseorang untuk dapat menahan godaan dan mengadopsi gaya hidup sehat (dalam Schwarzer & Renner, tt). Health specific self-efficacy pada penelitian ini terdiri dari nutrition self-efficacy, physical exercise self-efficacy, smoking cessation self-efficacy dan alcohol resistance self-efficacy. 3. Health Locus of Control Health locus of control adalah sejauh mana orang percaya bahwa kesehatan mereka dikendalikan oleh faktor internal atau eksternal (Wallston, Wallston, Kaplan and Maides, 1976). Dan dalam Taylor (2003) health locus of control adalah persepsi bahwa kesehatan seseorang berada di bawah kendali pribadi, dikendalikan oleh orang lain yang kuat seperti dokter, atau ditentukan oleh faktor eksternal termasuk keberuntungan. Dimensi internal-eksternal mendefinisikan individu umumnya yakin mengenai sumber bantuan. Individu dengan internal locus of control lebih
26
cenderung percaya bahwa sumber bantuan adalah konsekuensi perilaku mereka sendiri, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung melihat sumber bantuan mereka sebagai di bawah kendali eksternal, yaitu tergantung pada orang lain atau kesempatan (Rotter, 1954, 1996; dalam Taylor, 1995). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan lebih dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun, hasil tidak selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of control. Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat preventif itu sederhana (dalam Taylor, 1995). Sebagai konsekuensi dari jenis-jenis temuan, peneliti telah mencoba untuk mengetahui locus of control apakah yang lebih tepat dalam konteks kesehatan (Lau & Ware, 1981; KA Wallston, Wallston & DeVellis, 1978). Sebagai contoh, Skala Health Locus of Control, dikembangkan oleh Wallston et al. (1978), mengukur tiga faktor. (1) subskala internal health locus of control, (2) subskala eksternal health locus of control, (3) subskala ketiga, kesempatan (chance) health locus of control (dalam Taylor, 1995). 4. Kepribadian Kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri seseorang, sistem
psikofisik yang menciptakan pola-pola karakteristik perilaku seseorang, pikiran dan perasaan (Allport, 1961; dalam Hogan, Jonshon, & Briggs, 1997).
27
Trait adalah sifat konsisten pola pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan orang dari satu sama lain. Trait tampaknya diperlukan untuk ilmu kepribadian, karena semua ilmu pengetahuan adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan pola-pola yang konsisten (Hanson, 1958 dalam Hogan, Jonshon, & Briggs, 1997). Selama bertahun-tahun, para peneliti sifat, Eysenck, Cattell dan lain-lain bersemangat memperdebatkan jumlah dan trait dari dimensi dasar kepribadian. Karena masalah itu belum terselesaikan, lapangan tetap terpecah-pecah dan berantakan. Sejak 1980-an, perbaikan bertahap dalam kualitas dan kecanggihan metode, terutama analisis faktor, telah menyebabkan awal dari sebuah konsensus. Sekarang banyak peneliti setuju bahwa perbedaan individu dapat berguna diatur dalam lima dimensi besar, bipolar (John & Srivastava, 1999: John McCrae & Costa, 2003). Dikenal luas sebagai dimensi fitur "Big Five" - bukan karena mereka begitu hebat, tetapi karena jangkauan yang luar biasa dan tingkat abstraksi (dalam Pervin, Corvone & John, 2005). Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, Corvone & John, 2005).
28
Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Faktor Model oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisa kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, Corvone & John, 2005). Faktor-faktor dalam teori kepribadian five faktor model yaitu Neuroticism, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta karakteristik orang dengan skor yang tinggi dan skor yang rendah dari faktorfaktor tersebut bisa dilihat dari tabel di bawah yang merupakan hasil penelitian dari Costa dan McCrae (Pervin, Corvone & John, 2005).
29
Tabel 2.1 Indikator dan Kerakteristik Faktor Kepribadian Karakteristik Orang dengan Skor Tinggi Mudah berhubungan dengan orang lain, aktif, cerewet, personoriented, optimis, suka bersenangsenang, dan penuh kasih saying berhati lembut, bersifat baik, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu, dan jujur
Terorganisir, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, dan Tekun khawatir, gelisah, emosional, merasa tidak aman, tidak cakap, hypochodriacal
selalu ingin tahu, punya ketertarikan yang beragam, kreatif, orisinil, penuh daya khayal, tidak tradisional
Skala Trait
Karakteristik Orang denga Skor Rendah
Extraversion Menilai kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkat keaktifan, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk kesenangan. Agreeableness Menilai kualitas dari orientasi interpersonal seseorang yang bervariasi menurut suatu kontinum dari merasa kasihan sampai antagonis dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan Conscientiousness Menilai tingkat keteraturan, ketahanan,dan motivasi individu dalam perilaku yang berorientasi pada tujuan.
Lambat dalam menunjukkan perasaan, serius dan bertanggungjawab, tidak semangat, tidak ramah, berorientasi tugas, pendiam Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, penuh dendam, mudah tersinggung, manipulative
Neuroticism Menilai penyesuaian versus ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi individu yang rentan terhadap distres, ideide yang tidak realistis, keinginan yang berlebih, dan respon coping yang maladaptif. Openness Menilai pencarian yang proaktif dan menghargai pengalaman, toleransi dan mengeksplorasi hal-hal yang tidak familiar.
Tenang, santai, tidak emosional, tegar, merasa aman, dan puas atau bangga terhadap diri sendiri.
Sumber : Pervin, Corvone & John (2005)
Tidak punya tujuan, malas, ceroboh, cuek, tidak punya keinginan yang kuat, hedonis.
Konvensional, apa adanya, tidak memiliki ketertarikan, tidak artistik, tidak analitis
30
Teori kepribadian menunjukkan bahwa sifat-sifat atau kombinasi sifat merupakan
penentu
fundamental
dari
perilaku
dan
ada
cukup
bukti
menghubungkan kepribadian dan perilaku (Furnham dan Surga, 1999). Faktor kepribadian positif (misalnya, optimisme) atau negatif (misalnya, efektivitas negatif) terkait dengan praktek perilaku sehat (Adler & Matthews 1994, Steptoe et al, 1994; dalam Conner & Norman, 2005). Sebuah literatur secara luas menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri kepribadian yang berhubungan
dengan hasil kesehatan (lihat Marshall et al,
1994.), namun, penelitian yang telah memfokuskan pada dampak dari sifat-sifat ini pada perilaku sehat relatif sedikit. Untuk saat ini, sebagian besar penelitian telah difokuskan pada pengaruh sifat-sifat ‘Big Five’ kepribadian (yaitu neurotisisme, extraversion, conscientiousness, openness dan agreeableness) terhadap perilaku sehat (misalnya Siegler et al, 1995;. Schwartz et al, 1999;. Conner dan Ibrahim 2001). Terdapat penelitian yang menemukan efek langsung ciri-ciri kepribadian ketika memprediksi perilaku sehat. Sebagai contoh, extraversion telah ditunjukkan untuk menjelaskan varians tambahan dalam perilaku olahraga, melebihi dan di atas yang dijelaskan oleh TPB (Theory Planned Behavior) (misalnya Courneya et al. 1999). Demikian pula, Conner dan Abraham (2001) melaporkan bahwa conscientiousness memiliki efek langsung pada perilaku olahraga, meskipun extraversion dan neurotisisme hanya memiliki efek tidak langsung. Tidak ada efek yang ditemukan untuk openness dan agreeableness. Ditemukannya efek langsung conscientiousness dan extraversion menyoroti kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sifat-sifat
31
kepribadian dapat berdampak pada perilaku sehat (dalam Conner & Norman, 2005). Dan selain yang diteorikan, sebagai kontrol yang menjadi variabel independen yaitu variabel demografis yang terdiri dari kelas sosial ekonomi orang tua. Variabel demografis menunjukkan hubungan yang handal dengan kinerja perilaku sehat. Perilaku tersebut bervariasi berdasarkan gender, dengan perempuan umumnya kurang mungkin untuk merokok, mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar, terlibat dalam olahraga teratur, tetapi lebih cenderung untuk memantau diet mereka, minum vitamin dan terlibat dalam perawatan gigi (Waldron 1988). Perbedaan status sosial ekonomi dan kelompok etnis juga jelas untuk perilaku seperti diet, olahraga alkohol, konsumsi dan merokok (misalnya blaxter, 1990; dalam Conner, 2002). Secara umum, orang yang lebih muda, lebih kaya, berpendidikan yang lebih baik, di bawah rendahnya tingkat stres, dengan tingkat tinggi dukungan sosial lebih tinggi mungkin melakukan perilaku melindungi kesehatan. Tingginya tingkat stres dan/atau kurangnya sumber daya terkait dengan perilaku beresiko kesehatan seperti penyalahgunaan merokok dan alkohol (Adler dan Matthews 1994; dalam Conner, 2002). Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku sehat. Pada Tabel 2.2 ini peneliti membuat matrikulasi hasil pengaruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku sehat.
32
Tabel 2.2 Matrikulasi Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis terhadap Perilaku sehat No 1
Nama Allison K.R. dkk.(1999)
2
Abood & Conway (1988)
2
Von, AH.D dkk. (2004)
3
Puchala dkk. (2007)
4
Silalahi, Verawati (2009)
5
Torres & Pritchard (tt)
Temuan - Faktor penentu kontrol individu, rasa koherensi, self-esteem dan kesusahan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan salah satu dari empat perilaku (physical inactivity, daily smoking, heavy drinking dan risk behavior index) - Temuan menunjukkan bahwa self-esteem bukan merupakan kekuatan pendorong praktek perilaku sehat tertentu. Namun, self-esteem dapat memiliki hubungan timbal balik dengan praktek umum perilaku sehat. Artinya, self-esteem yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan umum seseorang untuk terlibat dalam berbagai perilaku untuk meningkatkan kesehatan. Sebaliknya, berpartisipasi dalam berbagai perilaku sehat yang positif dapat meningkatkan persepsi diri seseorang. - Self-efficacy secara signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku perlindungan gizi, perilaku protektif terhadap keselamatan umum dan perilaku perlindungan matahari. - Ada pengaruh yang signifikan secara statistik self-efficacy belief terhadap perilaku sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang sudah berkurang. - Terdapat hubungan positif dan signifikan antara locus of control dengan perilaku sehat - Agreebleness berkorelasi dengan perilaku sehat yang lebih beresiko daripada dimensi kepribadian lainnya. - Para peneliti juga menemukan perbedaan gender (jenis kelamin) yang signifikan dalam perilaku beresiko kesehatan dan
33
6
Conway, T. L. dkk (1992)
-
7
Rohman, A (t.t.)
-
8
Holopainen & Sulinto (2005)
4.2.
Pengukuran Perilaku sehat
-
tiga dimensi kepribadian. Pria terlibat lebih dalam aksi kekerasan, penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, ganja dan penggunaan narkoba lainnya dibandingkan dengan wanita. Conscientiousness, agreebleness dan extraversion merupakan tiga elemen penting dari kepribadian yang memprediksi perilaku sehat. Tingkat perilaku merokok pada remaja berada pada tingkatan sedang. Status sosial ekonomi orang tua remaja adalah bawah. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja. Tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan perilaku sehat remaja.
Berikut ini pengukuran perilaku sehat pada beberapa penelitian terdahulu : 1.
Von, AH. D. dkk. (2004) mengukur perilaku sehat dengan menggunakan kuesioner self-report tentang perilaku sehat umum seperti konsumsi alkohol, perilaku merokok, aktivitas fisik and perilaku pola makan/gizi, perilaku keselamatan umum dan perilaku perlindungan dari sinar matahari.
2.
Allison, K.R. dkk. (1999) mengukur perilaku sehat beresiko berdasarkan beberapa perilaku yaitu physical inactivity, daily smoking, heavy dringking, dan semua perilaku beresiko.
34
3.
Lantz dkk. (1998) mengukur perilaku sehat dari informasi self-report responden berdasarkan 4 perilaku yaitu merokok, meminum alkohol, body weight dan aktivitas fisik.
4.
Pikko & Brassai (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat perilaku yaitu merokok, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, dan aktivitas olahraga.
5.
Puchała J dkk. (2007) mengukur perilaku sehat berdasarkan empat perilaku yaitu pola makan, aktivitas fisik, minum alkohol, dan merokok. Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran perilaku sehat
berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat ukur perilaku sehat, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut sama yaitu menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut peneliti tidak perlu lagi untuk menyusun secara baku alat ukur perilaku sehat sebab tentu alat ukur tersebut dibuat sesuai dengan perilaku sehat, namun sejauh pengukuran tersebut menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang instrument pengukuran perilaku sehat, maka akan peneliti paparkan di BAB 3 pada sub-bab instrument pengumpulan data.
4.3.
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable yaitu perilaku sehat, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai independent variable berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya tentang
35
perilaku sehat, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, health locus of control (yang terdiri dari dua faktor yaitu internal health locus of control dan eksternal health locus of control), dan kepribadian (yang terdiri dari lima faktor yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neoriticism, dan openness) . Dan selain yang diteorikan, peneliti juga meneliti variabel lainnya yaitu kelas sosial ekonomi orang tua. Bunyi hipotesis utamanya yaitu : “ada pengaruh yang signifikan dari faktor psikologis seperti self-esteem, health-specific self-efficacy, internal health locus of control, eksternal health locus of control, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neoriticism, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat”. Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu : 1.
Self-Esteem berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
2.
Health-specific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
3.
Internal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
4.
Eksternal health locus of control berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
5.
Extraversion berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
6.
Agreeableness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
7.
Conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
8.
Neoriticism berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
36
9.
Openness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat.
10.
Kelas sosial ekonomi orang tua berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat. Jika digambarkan dengan model, maka hipotesis utama dan kerangka
berpikir akan tampak seperti :
37
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Self-Esteem Health-Specific Self-Efficacy Health Locus of Control Internal Health Locus of Control Eksternal Health Locus of Control Benevolence Kepribadian
Perilaku Kesehatan
Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neoriticsm Opennes
Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua
Keterangan : perilaku sehat sebagai dependent variable, sedangkan variabel lainnya sebagai independent variable.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan Data, Pengujian Validitas Alat Ukur, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data. Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap perilaku sehat. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat statistik.
3.1.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan. Sampel penelitian ini ditetapkan sebanyak 200 orang tetapi yang mengembalikan kuesioner hanya ada 195 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non-probability sampling, dimana besar peluang untuk terpilihnya anggota populasi tidak diketahui. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah perguruan tinggi dan mahasiswa yang ada di Tangerang Selatan, sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk memiliki daftar dari seluruh anggota populasi tersebut, terutama karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga. Meskipun pengambilan sampel bersifat non-probability sampling, namun tetap diharapkan
38
39
hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan ke populasi karena dalam penelitian ini tujuan utamanya adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan antar variabel penelitian, bukan mengenai subjek penelitian.
3.2.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1.
Perilaku Sehat
2. Self-Esteem 3. Health-specific self-efficacy 4. Healt Locus of Control (terdiri dari 2 faktor) 5. Kepribadian (terdiri dari 5 faktor) 6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua Adapun yang ditetapkan sebagai variabel dependen (outcome variable) dalam penelitian ini adalah perilaku sehat, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel independen (predictor variable).
3.3.
Definisi Operasional Variabel
Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam BAB 2, kemudian peneliti menentukan definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perilaku sehat adalah skor yang diperoleh tentang bagaimana praktek perilaku sehat mahasiswa, yang terdiri dari empat perilaku yaitu perilaku makan, olahraga, perilaku merokok dan mengkonsumsi alkohol.
40
2. Self-Esteem adalah skor yang diperoleh tentang persepsi mahasiswa mengenai harga diri mereka dalam mempraktekkan perilaku sehat. 3. Health-Spesific Self-Efficacy adalah skor yang diperoleh tentang optimistis kepercayaan diri mahasiswa untuk mampu menahan godaan dan mengadopsi gaya hidup sehat. Indikator yang digunakan dalam skala ini terdiri dari the nutrition self-efficacy, the physical exercise self-efficacy, the alcohol resistance self-efficacy, dan the smoking cessation self-efficacy yang dikemukakan dalam Renner & Schwarzer (t.t.). 4. Health Locus of Control adalah skor yang diperoleh tentang sejauh mana mahasiswa merasa diri mereka mampu mengendalikan kesehatan mereka, menganggap orang lain yang kuat untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka, atau suatu keberuntungan sebagai penentu utama kesehatan mereka. Indicator yang digunakan dalam skala ini berdasarkan pada faktor-faktor health locus of control, yaitu internal health locus of control dan eksternal health locus of control yang dikemukakan oleh Wallston, Wallston & DeVellis (1978) dalam Taylor (2009). 5. Kepribadian adalah skor yang diperoleh dari hasil skala big five yang terdiri dari lima subskala yang masing-masing mengukur dimensi extraversion,
agreeableness,
conscientiousness,
neuroticism,
dan
openness. 6. Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua adalah penilaian subjek tentang dirinya sendiri yaitu mengenai status tingkatan apakah termasuk dalam kelas sosial ekonomi bawah, kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas
41
menengah ke atas, atau kelas atas yang merujuk keadaaan ekonomi secara umum.
3.4.
Instrumen Pengumpulan Data
1. Perilaku sehat diukur dengan menggunakan kuesioner perilaku sehat yang peneliti adaptasi dari Health Behavior Checklist yang disusun oleh Vickers dkk. (1988). Alat ukur ini terdiri dari 7 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu sangat setuju sampai sangat tidak setuju. 2. Self-Esteem diukur dengan menggunakan kuesioner Self-Esteem yang disusun oleh Rosenberg. Alat ukur ini terdiri dari 10 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. 3. Health-Spesific Self-Efficacy diukur dengan menggunakan kuesioner Health-Specific Self-Efficacy yang peneliti adaptasi dari Renner & Schwarzer (t.t.). Alat ukur ini terdiri dari 12 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat yakin sampai sangat tidak yakin. 4. Health Locus of Control diukur dengan menggunakan kuesioner Multidimensional Health Locus of Ccontrol (MHCL) yang peneliti adaptasi dari Wallston, Wallston & DeVellis (1978). Alat ukur ini terdiri dari 18 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.
42
5. Kepribadian diukur dengan menggunakan Big Five Inventori (BFI) yang peneliti adaptasi dari John, Oliver P. (1991) (dalam John & Srivastava, 1999). Alat ukur ini terdiri dari 44 item. Respon jawaban yang diberikan terdiri dari 4-point yaitu dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Semua alat ukur di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan belum ada terjemahan yang dibakukan. Maka penulis akan menguji validitas dan reabilitas secara empiris.
3.5.
Pengujian Validitas Alat Ukur
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk instrument tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory Faktor Analysis) untuk pengujian validitas instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2011) : 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Trait ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga subskala hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala bersifat unidimensional. 3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
antar
item
yang
seharusnya
diperoleh
jika
memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian
43
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks S - matriks Σ atau bisa juga dinyatakan dengan S - Σ = 0. 4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item hanya mengukur satu faktor saja. 5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop. 6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Berarti item tersebut mengukur hal yang berlawanan dengan apa yang hendak diukur. Namun demikian perlu diperiksa kembali apakah item tersebut berupa item negatif (unfavorable). Untuk item yang unfavorable, skornya harus dibalik terlebih dahulu menjadi favorable sebelum analisis CFA dilakukan. Selanjutnya dilakukan analisis CFA kembali dengan menggunakan item yang tidak didrop atau item yang diterima. Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bias akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada
44
umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh dengan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif (Zscore) maka peneliti mentranformasikan faktor skor tersebut menjadi T skor. Dengan rumus T skor yaitu (Umar, 2011):
Tskor = (10 x faktor skor) + 50.
Dalam hal ini T skor akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif yang memiliki rentangan diperkirakan antara 0 dan 100. Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan sotware LISREL 8.30 (Joreskog & Sorbom, 1999).
3.5.1. Uji Validitas Skala Perilaku Sehat Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur perilaku sehat. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=117.60, df=14, Pvalue=0.00000, RMSEA=0.195, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-Square=15.82, df=10, P-value=0.10499, RMSEA=0.055,
45
yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu perilaku sehat. Selanjutnya kualitas item juga dapat dilihat dari signifikan tidaknya item tersebut menghasilkan informasi tentang apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor pada setiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Muatan faktor item untuk perilaku sehat No. Koefisien Standar Eror Nilai T 1 0,64 0,08 8,46* 2 0,69 0,08 8,74* 3 0,54 0,08 6,73* 4 0,67 0,08 8,25* 5 0,53 0,08 6,91* 6 0,31 0,08 3,87* 7 0,32 0,08 4,06* Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan Dari tabel 3.1 di atas, pada kolom koefisien semua item bermuatan positif dan signifikan. Sehingga tidak ada item yang didrop. Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Item yang paling ideal karena kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi adalah item nomor 1. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 4 yang
46
berkorelasi dengan item nomor 2 dan 3, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun karena item nomor 4 memiliki korelasi kesalahan tidak lebih dari tiga, maka item tersebut tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Secara subjektif disini peneliti beranggapan bahwa jika kesalahan pengukuran pada sebuah item memiliki korelasi partial lebih dari tiga maka peneliti melihatnya itu terlalu kompleks makanya harus didrop dan sebaliknya jika item tersebut memiliki korelasi partial tidak lebih dari tiga maka item tersebut tidak didrop karena belum mengganggu kualitas dari faktor skor.
3.5.2. Uji Validitas Skala Self-Esteem Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensi mengukur self-esteem. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=172.80, df=35, P-value=0.0000, RMSEA = 0.142, yang berarti tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square = 34.56, df = 25, P-value = 0.09650, RMSEA = 0.044, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu self-esteem. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
47
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut. Tabel 3.2 Muatan Faktor Item Self-Esteem No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,51
0,08
6,72*
2
0,39
0,08
5,14*
3
0,54
0,07
7,49*
4
0,50
0,07
6,74*
5
0,67
0,07
9,63*
6
0,73
0,07
10,71*
7
0,50
0,07
6,74*
8
-0,24
0,08
-3,10
9
0,75
0,07
11,39*
10
0,70
0,07
10,42*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Pada tabel diatas, semua nilai t bagi koefisien muatan faktor item signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.2, pada kolom koefisien terdapat item yang muatan faktornya negatif yaitu item 8. Dengan demikian item 8 yang didrop. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak
48
berkorelasi satu sama lain, seperti item 9 dan 10. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi dengan item nomor 3, 6, 4 dan 7, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Dengan demikian item tersebut didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari tiga.
3.5.3. Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Pada skala health-specific self-efficacy ini, pertama diteorikan bahwa ada dua faktor (komponen) health-specific self-efficacy yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah nutrition self-efficacy dan exercise self-efficacy). Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari healthspecific self-efficacy dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.3.1.
Uji Validitas Skala Nutrition Self-Efficacy
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensi mengukur nutrition self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=6.91, df=3, Pvalue=0.07476, RMSEA=0.082, yang artinya model dengan satu faktor
49
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu nutrition self-efficacy. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut. Tabel 3.3 Muatan Faktor Item Nutrition Self-Efficacy No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,80
0,08
9,64*
2
0,51
0,07
7,12*
3
0,65
0,07
8,86*
4
0,81
0,08
9,83*
5
0,50
0,07
6,93*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif dan nilai t bagi koefisien muatan faktor item signifikan. Dengan demikian tidak ada yang didrop. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3. Sedangkan item yang tidak
50
bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 4 yang berkorelasi dengan item nomor 1, dan item nomor 5 yang berkorelasi dengan item nomor 2. Namun pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak ada item yang didrop.
3.5.3.2.
Uji Validitas Skala Exercise Self-Efficacy
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensi mengukur exercise self-efficacy. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi-Square=12.60, df=10, Pvalue=0.24702, RMSEA=0.037, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu exercise self-efficacy. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
51
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Exercise Self-Efficacy No
Koefisien
Standar error
Nilai t
6
0,58
0,07
8,49*
7
086
0,06
14,03*
8
0,94
0,06
16,05*
9
0,69
0,07
10,50*
10
0,58
0,07
8,51*
11
0,18
0,07
2,47*
12
0,02
0,07
0,22
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Pada tabel diatas, semua item bermuatan positif. Selanjutnya dilihat dari nilai t item yang tidak signifikan yaitu item nomor 12. Sehingga item nomor 12 didrop. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 8. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 6
52
dan 10, item nomor 6 berkorelasi dengan item nomor 7 dan 10, dan item nomor 10 berkorelasi dengan item nomor 6 dan 9. Namun item tersebut tidak didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran tidak lebih dari tiga.
3.5.3.3.
Uji Validitas Skala Health-Specific Self-Efficacy Keseleruhan
Dari kedua jenis health-specific self-efficacy yang telas diuji di atas, kemudian diteorikan bahwa kedua jenis health-specific self-efficacy tersebut mengukur satu faktor saja yaitu yang bersifat lebih umum (general faktor), yaitu health-specific self-efficacy. Penelitian ini bisa diuji secara empiris, jika memang pernyataan itu benar maka modelnya akan fit. Setelah didapat item-item yang valid, kemudian dilakukan analisis dua tingkat, yang menghasilkan gambar berikut ini.
53
Gambar 3.1 Analisis faktor konfirmatorik dua tingkat dari variabel HealthSpecific Self-Efficacy
ITEM1 ITEM2
NUTRITIO 0.08
1.00 2.96 2.81 3.60 4.78
ITEM3 ITEM4
ITEM6
0.41 -0.1 -0.26 0.64
ITEM7
0.18
ITEM8
0.19
ITEM9
0.49
ITEM10
0.69
ITEM11
0.96
ITEM5
1.00 SELFEFFI 0.55
EXERCISE
1.00 1.62 1.61 1.22 0.94 0.34
Chi-Square=29.52, df=21, P-value=0.10216, RMSEA=0.046
Model ini ternyata fit dengan nilai Chi Square=29.52, df=21, PValue=0.10216 (tidak signifikan) dan RMSEA=0.046. Kemudian hal ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan health-specific self-efficacy terdiri dari dua faktor dan selanjutnya dua faktor tersebut diukur dengan item yang peneliti gunakan, ternyata sesuai dengan apa yang diteorikan. Tetapi dengan beberapa korelasi antar kesalahan pengukuran. Namun karena jumlahnya tidak terlalu banyak maka peneliti akan mengukur ini.
0.91 0.31 0.72 0.35 0.06 0.75 0.1 0.240.1 0.66 0.1
54
3.5.4. Uji Validitas Skala Health Locus of Control Pada skala health locus of control ini, pertama diteorikan bahwa ada dua faktor (komponen) health locus of control yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan (dua faktor tersebut adalah internal locus of control dan eksternal locus of control). Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari health locus of control dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.4.1.
Uji Validitas Skala Internal Health Locus of Control
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensi mengukur internal health locus of control. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=23.53, df=9, P-value=0.00511 , RMSEA=0.091, yang berarti tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square=7,23, df=8, P-value=0.51183 , RMSEA=0.000, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu internal health locus of control. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
55
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Internal Health Locus of Control No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,38
0,08
4,66*
2
0,56
0,08
7,23*
3
0,13
0,08
1,59
4
0,68
0,08
8,99*
5
0,70
0,08
9,28*
6
0,60
0,08
7,76*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor item yang tidak signifikan yaitu item 3, maka dari itu item nomor 3 didrop. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item apakah ada yang bermuatan negatif. Dari tabel 3.5, pada kolom koefisien semua item bermuatan positif. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 3, 4, 5 dan 6. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah
56
item nomor 2 yang berkorelasi dengan item nomor 1. Namun pada model ini tidak ada kesalahan pengukuran yang berkorelasi lebih dari tiga. Dengan demikian tidak ada item yang didrop.
3.5.4.2.
Uji Validitas Skala External Health Locus of Control
Dengan metode CFA, peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat unidimensi mengukur external health locus of control. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan, model satu faktor menghasilkan Chi–Square=345.94, df=54, P-value=0.00000 , RMSEA = 0.167, yang berarti tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi–Square=56.70, df=41, P-value=0.05228 , RMSEA=0.044, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu eksternal health locus of control. Kemudian melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel berikut.
57
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item External Health Locus of Control No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,42
0,08
5,23*
2
-0,10
0,08
-1,20
3
0,47
0,08
6,03*
4
0,02
0,08
0,23
5
0,28
0,08
3,39*
6
0,60
0,07
7,97*
7
0,24
0,08
2,98*
8
0,72
0,07
9,94*
9
0,26
0,08
3,16*
10
0,31
0,08
3,85*
11
0,51
0,08
6,63*
12
0,36
0,08
4,54*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Pada tabel diatas, koefisien muatan faktor item yang bermuatan negatif yaitu item nomor 2. Selanjutnya dilihat dari nilai t item yang tidak signifikan yaitu item nomor 2 dan 4. Sehingga item nomor 2 dan 4 didrop. Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain, pada model ini item yang tidak mempunyai kesalahan pengukuran yang berkorelasi adalah item nomor 6 dan 8. Sedangkan item yang
58
tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling multidimensional adalah item nomor 7, item nomor 7 berkorelasi dengan item nomor 2, 4, 10 dan 12. Dengan demikian item nomor 7 didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari tiga.
3.5.5. Uji Validitas Skala Kepribadian Pada skala kepribadian ini, pertama diteorikan bahwa ada lima faktor (komponen) kepribadian yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan (lima tersebut
faktor
adalah
Extraversion,
Agreeableness,
Conscientiousness,
Neuroticism, dan Opennes). Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap faktor dari kepribadian dijelaskan pada setiap sub bab berikut ini:
3.5.5.1.
Uji Validitas Skala Extraversion
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur extraversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor
menghasilkan
Chi-Square=32.22
,
df=9,
P-value=0.00018,
RMSEA=0.114, yang berarti tidak fit. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
59
unidimensional yang fit dengan Chi-Square=20.40, df=12, P-Value=0.05983, dan RMSEA=0.060. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu extraversion. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur extraversion dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.7 Muatan Faktor item Extraversion No Koefisien Standar error
Nilai t
1
0,08
0,08
1,04
2
0,13
0,08
1,76
3
0,89
0,06
13,82*
4
0,77
0,07
11,60*
5
0,25
0,07
3,43*
6
0,55
0,07
7,76*
7
0,24
0,08
3,07*
8
0,54
0,07
7,58*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur extraversion semuanya bermuatan positif, jika dilihat pada tabel diatas terdapat item yang tidak signifikan (tidak bagus) yaitu item nomor 1 dan 2, dengan demikian item tersebut tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel extraversion. Selanjutnya setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya
60
bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik korelasinya item yang paling multidimensional adalah item nomor 1 yaitu berkorelasi dengan item nomor 2, 5, 4 dan 7. Dengan demikian item nomor 1 didrop karena memiliki korelasi kesalahan pengukuran lebih dari tiga.
3.5.5.2.
Uji Validitas Skala Agreeableness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur agreeableness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor
fit,
dengan
Chi-Square=29.18,
df=19,
P-value=0.06314,
RMSEA=0.053. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu agreeableness. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur agreeableness dapat dilihat pada tabel berikut.
61
Tabel 3.8 Muatan faktor item untuk agreeableness No.
Koefisien
Standar Eror
Nilai T
1
0,48
0,08
6,27*
2
0,59
0,07
8,43*
3
0,37
0,08
4,95*
4
0,85
0,07
13,07*
5
0,20
0,08
2,53*
6
-0,11
0,08
-1,40
7
0,73
0,07
10,52*
8
0,14
0,08
1,83
9
0,52
0,07
7,08*
Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur agreeablenes, semua item yang bermuatan negatif adalah item nomor 6 dan item yang tidak signifikan (tidak bagus) adalah item nomor 6 dan 8, dengan demikian item nomor 6 dan 8 tidak diikutsertakan (didrop). Setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa item–item tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing–masing. Item yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain, seperti item 2. Sedangkan item yang tidak bagus yaitu terdapat tanda V yang banyak, dan item yang memiliki korelasi kesalahan pengukuran yang paling banyak yaitu item nomor 1 yang berkorelasi dengan item nomor 3, 7 dan 9, yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan
62
kesalahan pengukuran item lainnya. Artinya item tersebut selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain. Namun karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 1 tidak didrop dan tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.3.
Uji Validitas Skala Conscientiousness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 9 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi-Square=25,95, df=20, P-value=0,16737, RMSEA=0,039. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti
bahwa
seluruh
item
terbukti
mengukur
satu
hal
saja,
yaitu
conscientiousness. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur conscientiousness dapat dilihat pada tabel berikut.
63
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Conscientiousness No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,44
0,09
5,19*
2
0,36
0,09
4,04*
3
0,64
0,08
8,06*
4
0,33
0,09
3,85*
5
0,48
0,08
5,80*
6
0,55
0,08
6,82*
7
0,58
0,09
6,78*
8
0,62
0,08
7,48*
9
0,25
0,08
3,00*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 9 item yang mengukur conscientiousness, jika dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang tidak signifikan (tidak bagus) dan bermuatan negatif, dengan demikian semua item tersebut diikutsertakan (tidak didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel conscientiousness. Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 6 dan 9, sedangkan item yang paling multidimensional adalah item nomor 2 yang berkorelasi dengan item nomor 5, 8 dan 4. Namun karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling
64
berkorelasi tidak lebih dari tiga, maka item nomor 2 tidak didrop dan tetap akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.4.
Uji Validitas Skala Neuroticism
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur neuroticism. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi-Square=17,25, df=12, P-value=0,14029, RMSEA=0,048. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu neuroticism. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur neuroticism dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Neuroticism No.
Koefisien
Standar Eror
Nilai T
1
0,42
0,08
5,22*
2
0,77
0,09
9,10*
3
0,21
0,08
2,53*
4 0,01 0,09 0,13 5 0,49 0,08 6,16* 6 0,20 0,10 2,08* 7 0,58 0,08 7,18 * 8 0,15 0,09 1,72 Keterangan: tanda (*) = signifikan (t>1,96) X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 8 item yang mengukur neuroticism, semua item bermuatan positif, namun terdapat item yang tidak signifikan (tidak
65
bagus) yaitu item nomor 4 dan 8, dengan demikian item-item tersebut tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel neuroticism. Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 5, sedangkan item yang paling multidimensional adalah item nomor 8 yang berkorelasi dengan item nomor 3, 4, 1 dan 7. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 8 didrop dan tidak akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5.5.5.
Uji Validitas Skala Openness
Dalam sub bab ini peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensi dalam mengukur openness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit, dengan Chi-Square=36,59, df=26, P-value=0,08133, RMSEA=0,046. Dengan demikian, model dengan hanya satu faktor dapat diterima, yang berarti bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu openness. Adapun koefisien muatan faktor bagi setiap item dalam mengukur openness dapat dilihat pada tabel berikut.
66
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Openness No
Koefisien
Standar error
Nilai t
1
0,66
0,07
9,40*
2
0,74
0,07
11,01*
3
0,66
0,07
9,32*
4
0,65
0,07
9,22*
5
0,52
0,07
6,93*
6
0,72
0,07
10,70*
7
-0,22
0,08
-2,81
8
0,38
0,08
5,06*
9
-0,55
0,07
-7,43
10
0,53
0,07
7,18*
Keterangan : tanda (*) = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan Dilihat dari model faktor di atas, dari 5 item yang mengukur openness, jika dilihat pada tabel diatas tidak terdapat terdapat item yang tidak signifikan (tidak bagus), namun terdapat item yang bermuatan negatif yaitu item nomor 7 dan 9, dengan demikian item tersebut tidak diikutsertakan (didrop) dalam menghitung skor faktor dari variabel openness. Hanya saja setelah kesalahan pengukuran item dibebaskan, pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa item tersebut sebenarnya bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Jika dilihat dari matrik korelasinya, item yang paling baik adalah item nomor 2 dan 7, sedangkan item yang paling multidimensional adalah item nomor 9 yang berkorelasi dengan item
67
nomor 5, 6, 8 dan 10. Karena memiliki kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi lebih dari tiga, maka item nomor 9 didrop dan tidak akan dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.6.
Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian berikut ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti menyusun instrument penelitian setiap variabel. 2. Sebelum peneliti menyebarkan angket, peneliti memberikan angket tersebut kepada 3 mahasiswa untuk membaca dan menyeleksi item-item tersebut agar mahasiswa nantinya dapat secara efisien mengisi angket tersebut. Item yang dipilih yaitu item yang mewakili mahasiswa dan bahasanya mudah dipahami oleh semua mahasiswa. 3. Setelah itu peneliti menyebarkan angket tersebut keempat perguruan tinggi yang ada di Tangerang Selatan. Hasil skala yang telah diisi kemudian diskoring untuk dianalisis datanya.
3.7.
Metode Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) untuk menguji hipotesis penelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen sebanyak sepuluh variabel, kemudian satu variabel dependen. Adapun susunan persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
68
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e Dimana : Y adalah perilaku sehat, a adalah intercept (konstan), b adalah koefisien regresi, X1 adalah self-esteem, X2 adalah health-specific self-efficacy, X3 adalah internal health locus of control, X4 adalah eksternal health locus of control, X5 adalah extraversion, X6 adalah agreeableness, X7 adalah conscientiousness, X8 adalah neoriticsm, X9 adalah openness, X10 adalah kelas sosial ekonomi orang tua, dan e adalah residu. Analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah. Pertama regresi dengan seluruh IV di atas, sehingga dihasilkan R2. Dengan R2 dapat dilihat proporsi varians dari perilaku sehat yang dipengaruhi IV yang ada. Adapun rumus regresi adalah :
R2 = Selanjutnya R2 dapat diuji signifikan atau tidaknya dengan rumus F test (Pedhazur,1982), yaitu sebagai berikut:
=
69
Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independent yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Kemudian selanjutnya peneliti melakukan uji koefisien regresi dari tiaptiap IV yang dianalisis. Maksud uji koefisien regresi adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV, oleh karenanya sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard deviasi sampling dari b (koefisien regresi) adapun rumusnya dapat dilihat dalam buku statistik Pedhazur (1982). Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb. Jika ditulis dengan rumus maka : t= Selanjutnya sebagai langkah kedua penulis akan mengungkapkan berapa proporsi varians dari DV yang dapat dipengaruhi oleh masing-masing IV. Untuk mengetahui ini penulis melakukan analisis regresi secara bertingkat (Stepwise Regression) yaitu dimulai dengan analisis regresi hanya satu IV kemudian dihitung R2 nya, lalu dilanjutkan dengan analisis regresi dengan dua IV dan dihitung R2 nya, dan dilanjutkan dengan analisis regresi dimana setiap kali ditambahkan satu IV sampai semua IV diikutkan. Setelah itu selisih dari R2 yang dihasilkan masing-masing analisis regresi yang bertingkat tersebut (R2 square change) dihitung dan diuji apakah perbedaannya signifikan setiap kali ditambahkan IV baru kemudian uji signifikannya menggunakan uji F. Semua perhitungan dan komputerisasi dilakukan dengan program SPSS versi 17.0.
70
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu , analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
4.1. Analisis Deskriptif Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai jenis kelamin sampel dan kelas ekonomi sosial orang tua yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan, pada penelitian ini peneliti mengambil sampel dari empat perguruan tinggi yaitu sebesar 195 mahasiswa.
70
71
Tabel 4.1 Distribusi sampel penelitian Variabel
N = 195 n (%)
Jenis Kelamin Laki-laki
128 (65,64)
Perempuan Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua
67 (34,36)
Kelas Bawah
12 (6,15)
Kelas Menengah Ke Bawah
25 (12,82)
Kelas Menengah
145 (74,36)
Kelas Menengah Ke Atas
12 (6,15)
Kelas Atas Perilaku Sehat Mahasiswa
1 (0,51)
Tinggi
83 (42,56)
Rendah
112 (57,44)
Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dari 195 responden yang diteliti yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 128 orang (65,64%) dan perempuan 67 orang (34,36%). Jadi mayoritas responden dalam pebelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Kemudian berdasarkan kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam penelitian ini sebanyak 195 orang yang terdiri dari empat tingkatan kelas sosial ekonomi orang tua yaitu 12 orang kelas bawah (6,15%), 25 orang kelas menengah ke
72
bawah (12,82%), 145 orang kelas menengah (74,36%), 12 orang kelas menengah ke atas (6,15%) dan 1 orang kelas atas (0,51%). Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas kelas sosial ekonomi orang tua responden dalam penelitian ini yaitu kelas menengah. Selanjutnya deskripsi tentang perilaku sehat mahasiswa. Jika dilihat dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Tangerang Selatan memiliki perilaku sehat yang rendah.
4.2. Uji Hipotesis Penelitian Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis regresi yang dibantu dengan menggunakan software SPSS 17.0 untuk dapat menjawab hipotesis pada BAB 2. Dari hasil penghitungan, didapatkan hasil analisis pengaruh dari seluruh independent variable terhadap perilaku sehat. Berikut ini adalah hasil pengujian tersebut.
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada tabel R square berikut.
73
Tabel 4.2 R-square Model
R
1
.437a
Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate Square .191 .147 9.23822
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,191, yang berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua independent variable tersebut adalah sebesar 19,1%. Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada) sebesar 80,9%. Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Model a Regression . Residual Total
Sum of Squares 3696.585 15703.415 19400.000
ANOVAb Df Mean Square 10 184 194
F
369.658 4.331 85.345
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV
74
tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem, extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat. Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku sehat. Tabel 4.4 Koefisien Regresi
Model
1
(Constant) SELFESTEEM SELF-EFFICACY IHLC EHLC EXTRAVERSION AGREEABLENE SS CONSCIENTIOU SNESS NEOTRITICSM OPENNESS KELAS SOSIAL
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Std. Error B 5.714
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
.091 .240 .050 .118 -.125 -.023
.086 .073 .077 .070 .100 .091
.091 .240 .050 .118 -.125 -.023
1.060 3.277 .649 1.698 -1.254 -.253
.290 .001 .517 .091 .211 .801
.127
.089
.127
1.426
.156
.059 .228 2.118
.085 .095 1.076
.059 .228 .138
.698 2.396 1.968
.486 .018 .051
a. Dependent Variable: PERILAKUKES
75
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Perilaku sehat = 5,714 + 0,091 Self-esteem + 0,240 Health-specific self-efficacy* + 0,050 Internal health locus of control + 0,118 Eksternal helath locus of control – 0,125 Extraversion – 0,023 Agrreableness + 0,127 Conscientiousness + 0,059 Neoriticsm + 0,228 Openness* + 2,118 Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua + 2,045 Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata hanya ada dua IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku sehat, yaitu health specific self-efficacy dan opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut: 1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,091, yang berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki self-esteem tinggi mereka dapat menghargai diri mereka secara proporsional. Penghargaan diri yang benar diwujudkan dengan bagimana mereka berkata-kata, bersikap, berpikir maupun bertidak yang didasarkan atas nilai-nilai norma, etika, kejujuran, kebenaran, maupun keadilan. Sehingga
76
mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. Jadi semakin mahasiswa menilai dan menghargai dirinya secara positif maka dia semakin menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya. Begitupun sebaliknya, semakin rendah atau negatif self-esteem mahasiswa maka semakin buruk juga perilaku sehatnya. 2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,240, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki health-specific selfefficacy tinggi mereka yakin bahwa diri mereka mampu untuk melakukan perilaku sehat sehingga mereka akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. Jadi semakin mahasiswa yakin bahwa dirinya mampu melakukan perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya, begitupun sebaliknya. 3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,050, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang yang memiliki internal health locus of control tinggi mereka yakin bahwa perilaku mereka merupakan faktor utama untuk menentukan kesehatan mereka. Bagi mereka,
77
kesehatan yang mereka peroleh merupakan tanggung jawab diri mereka sendiri. Sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. Jadi semakin mahasiswa percaya bahwa yang mengontrol kesehatannya adalah dirinya sendiri maka dia semakin berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya. 4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan eksternal health locus of control tinggi percaya bahwa professional kesehatan mengatur dan mengendalikan kesehatan mereka jadi mereka mendengarkan apa yang dikatakan atau disarankan oleh professional kesehatan mereka sehingga mereka melakukan perilaku sehat sesuai dengan apa yang disarankan tersebut. Namun hal ini sepertinya hanya dalam kondisi tertentu. 5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,125, yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi extraversion maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut peneliti karena orang dengan kepribadian extraversion tinggi cenderung mudah bersosialisasi, penuh kasih sayang, ramah dan bersahabat. Sedangkan orang dengan extraversion rendah cenderung memiliki sedikit interaksi sosial dan
78
pandangan positif. Namun, dalam hal perilaku sehat mahasiswa dengan extraversion rendah lebih efektif dan efisien menjaga perilaku sehatnya, mungkin karena mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya jika mereka di lingkungan sosial dengan perilaku sehat yang kurang baik. 6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,023, yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan agreeableness tinggi cenderung berhati baik, berhati lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, mudah tertipu dan jujur. Jika dilihat disini orang dengan agreebleness tinggi cenderung mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain dan memiliki toleransi yang besar pada orang lain. Dalam hal perilaku sehat orang dengan agreebleness yang tinggi sulit untuk menjaga perilaku sehatnya karena mereka akan mudah dipengaruhi dan mengikuti perilaku yang ada di lingkungan sosialnya, apalagi jika lingkungan sosial mereka memiliki perilaku sehat yang buruk. 7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,127, yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut
79
penulis karena orang dengan conscientiousness tinggi cenderung disiplin dan terorganisasi sehingga mereka akan menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka.
Sedangkan orang dengan conscientiousness rendah cenderung
kurang disiplin dan terarah jadi kemungkinan akan kurang menjaga perilaku sehatnya. 8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,059, yang berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan neoriticsm cenderung sulit berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal perilaku sehat mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain, dan mungkin ketika mereka melakukan perilaku sehat yang buruk mereka akan mengecam diri mereka sendiri. Sehingga mereka akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka. 9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,228, yang berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan openness yang tinggi cenderung berani untuk mengambil resiko, inovatif dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Sehingga dia akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka apapun hambatannya.
80
10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 2,118, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Hal ini menurut penulis karena orang dengan kelas sosial ekonomi orang tua
yang tinggi cenderung dapat lebih memelihara
kesehatannya, contohnya mereka akan lebih menjaga makanannya dan memiliki fasilitas untuk berolahraga yang lebih banyak.
4.2.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
81
Tabel 4.5 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Model 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R Square .055 .124 .130 .141 .141 .144 .152 .153 .174 .191
Model Summaryi Change Statistics R Square F df1 df2 Change Change .055 11.219 1 193 .069 15.157 1 192 .006 1.229 1 191 .011 2.423 1 190 .000 .100 1 189 .003 .608 1 188 .008 1.691 1 187 .001 .254 1 186 .021 4.659 1 185 .017 3.873 1 184
Sig. F Change .001 .000 .269 .121 .752 .437 .195 .615 .032 .051
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM 2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall 3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC 4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC 5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION 6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS 7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
Dari tabel 4.5 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,5% bagi bervariasinya perilaku sehat, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=11,219, p<0,05 dan df=1,193.
82
2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 6,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=15,157, p<0,05 dan df=1,192. 3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,6% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=1,229, p>0,05 dan df=1,191 sehingga tidak signifikan. 4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=2,423, p>0,05 dan df=1,190 sehingga tidak signifikan. 5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,100, p>0,05 dan df=1,189 sehingga tidak signifikan. 6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,608, p>0,05 dan df=1,188 sehingga tidak signifikan. 7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,8% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=1,691, P>0,05 dan df=1,187 sehingga tidak signifikan. 8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,254, p>0,05 dan df=1,186 sehingga tidak signifikan.
83
9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 2,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=4,659, p<0,05 dan df=1,185. 10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,7% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=3,873, p>0,05 dan df=1,184 sehingga tidak signifikan. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa hanya ada tiga IV dari sepuluh IV, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy dan openness yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
4.2.3. Analisis Regresi Variabel Penelitian pada Kelompok Laki-laki dan Perempuan Peneliti melakukan analisis kembali untuk kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.
4.2.3.1.
Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Laki-laki
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada tabel R square berikut.
84
Tabel 4.6 R-square Kelompok Laki-Laki Model
R
1
.424a
Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate Square .179
.109
10.11140
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,179, yang berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat yang dijelaskan oleh semua independent variable dalam kelompok laki-laki tersebut adalah sebesar 17,9%. Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada) sebesar 82,1%. Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.7 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Kelompok Laki-laki Model a .
Regression Residual Total
Sum of Squares 2614.465 11962.131 14576.596
ANOVAb Df 10 117 127
Mean Square 261.447 102.240
F
Sig.
2.557 .008a
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
85
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem, extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok laki-laki. Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan perilaku sehat.
86
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Kelompok Laki-laki
Model
1
(Constant) SELFESTEEM SELF-EFFICACY IHLC EHLC EXTRAVERSION AGREEABLENE SS CONSCIENTIOU SNESS NEOTRITICSM OPENNESS KELAS SOSIAL
Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B 4.974
Std. Error
Beta
.124 .234 .036 .112 -.049 -.006
.109 .096 .097 .091 .141 .127
.123 .229 .036 .108 -.044 -.006
1.136 2.433 .372 1.225 -.345 -.046
.258 .017 .711 .223 .731 .964
.108
.124
.100
.874
.384
.049 .142 2.259
.115 .137 1.364
.046 .130 .147
.424 1.041 1.656
.672 .300 .100
a. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Perilaku sehat = 4,974 + 0,124 Self-esteem + 0,234 Health-specific self-efficacy* + 0,036 Internal health locus of control + 0,112 Eksternal helath locus of control – 0,049 Extraversion – 0,006 Agrreableness + 0,108 Conscientiousness + 0,049 Neoriticsm + 0,142
Openness + 2,259 Kelas Sosial
Ekonomi Orang Tua + 2,101 Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
87
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku sehat, yaitu health specific self-efficacy (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut: 1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,124, yang berarti bahwa variabel self-esteem secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,234, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Pada kelompok laki-laki variabel health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat. 3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat. 4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,112, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of
88
control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat. 5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,049, yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi extraversion maka semakin rendah perilaku sehat. 6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,006, yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat. 7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,108, yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,049, yang berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142, yang berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat
89
tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
4.2.3.2.
Analisis Regresi Variabel Penelitian Kelompok Perempuan
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya dapat dilihat pada tabel R square berikut. Tabel 4.9 R-square Kelompok Perempuan Model
R
1
.612a
Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate Square .375
.263
7.13424
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,375, yang berarti bahwa proporsi varian dari perilaku sehat dalam kelompok perempuan yang dijelaskan oleh semua independent variable tersebut adalah sebesar 37,5%.
90
Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku sehat yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada) sebesar 62,5%. Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.10 Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV Kelompok Perempuan Model a Regression . Residual Total
Sum of Squares 1710.610 2850.257 4560.867
ANOVAb Df 10 56 66
Mean Square 171.061 50.897
F 3.361
Sig. .002a
a. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, EHLC, IHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL b. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dengan melihat tabel di atas (p<0,05), maka berarti F yang dihasilkan signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada pengaruh IV terhadap DV tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan dari internal locus of control, eksternal locus of control, health-specific self-efficacy, self-esteem, extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam kelompok perempuan. Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable tersebut memiliki dampak yang signifikan perilaku sehat.
91
Tabel 4.11 Koefisien Regresi Kelompok Perempuan
Model
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
1
(Constant) SELFESTEEM SELF-EFFICACY IHLC EHLC EXTRAVERSION AGREEABLENE SS CONSCIENTIOU SNESS NEOTRITICSM OPENNESS KELAS SOSIAL
Std. Error
T
Sig.
Beta
14.467 -.090 .202 .036 .155 -.217 -.009
.152 .117 .129 .105 .126 .124
-.094 .213 .038 .172 -.277 -.010
-.595 1.722 .280 1.476 -1.715 -.073
.554 .091 .781 .146 .092 .942
.223
.116
.271
1.922
.060
.021 .401 .778
.119 .125 1.757
.025 .502 .051
.179 3.213 .443
.858 .002 .660
a. Dependent Variable: PERILAKUKES
Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Perilaku sehat = 14,467 - 0,090 Self-esteem + 0,202 Health-specific self-efficacy + 0,036 Internal health locus of control + 0,155 Eksternal helath locus of control – 0,217 Extraversion – 0,009 Agrreableness + 0,223 Conscientiousness + 0,021 Neoriticsm + 0,401 Openness* + 0,778 Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
92
Berdasarkan tabel di atas, dari 10 koefisien regresi yang dihasilkan ternyata hanya ada satu IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap perilaku sehat, yaitu opennes (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa dari 10 hipotesis minor hanya terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut: 1. Variabel Self-Esteem : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar - 0,090, yang berarti bahwa variabel self-esteem secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi self-esteem maka semakin rendah perilaku sehat. Dibandingkan dengan koefisien regresi secara keseluruhan, pada koefisien regresi secara keseluruhan vaiabel self-esteem berpengaruh secara positif sedangkan pada kelompok perempuan self-esteem berpengaruh secara negatif, namun keduanya tidak signifikan. 2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,202, yang berarti bahwa variabel health-specific self-efficacy secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi health-specific self-efficacy maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 3. Variabel Internal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,036, yang berarti bahwa variabel internal helath locus of control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi internal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat.
93
4. Variabel Eksternal Health Locus of Control: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,155, yang berarti bahwa variabel eksternal helath locus of control secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi eksternal helath locus of control maka semakin tinggi perilaku sehat. 5. Variabel Extraversion: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,217, yang berarti bahwa variabel extraversion secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi extraversion maka semakin rendah perilaku sehat. 6. Variabel Agreeableness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,009, yang berarti bahwa variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi agreeableness maka semakin rendah perilaku sehat. 7. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,223, yang berarti bahwa variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi conscientiousness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. 8. Variabel Neoriticsm : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,021, yang berarti bahwa variabel neoriticsm secara positif mempengaruhi perilaku sehat tetapi tidak signifikan. Artinya adalah semakin tinggi neoriticsm maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
94
9. Variabel Openness : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,401, yang berarti bahwa variabel openness secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi openness maka semakin tinggi pula perilaku sehat. Variabel openness merupakan variabel yang paling mempengaruhi perilaku sehat pada kelompok perempuan. 10. Variabel Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 2,259, yang berarti bahwa variabel kelas sosial ekonomi orang tua secara positif mempengaruhi perilaku sehat dan signifikan. Artinya adalah semakin tinggi kelas sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi pula perilaku sehat.
4.2.3.3.
Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan
Perempuan Perbandingan koefisien antara kelompok laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
95
Tabel 4.12 Perbandingan Koefisien Regresi antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan IV Self-Esteem Health-Specisif Self-Efficacy Internal Health Locus of Control External Health Locus of Control Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neoriticsm Openness Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua Ket : blk = b laki-laki bpr = b perempuan Betalk = Beta laki-laki Betapr = Beta perempuan
blk 0,124 0,234 2,036 0,112 -0,049 -0,006 0,108 0,049 0,142 2,259
bpr
Betalk
Betapr
-0,090 0,202 0,036 0,155 -0,217 -0.009 0,223 0,021 0,401 0,778
0,123 0,229 0,036 0,108 -0,044 -0,006 0,100 0,046 0,130 0,147
-0,094 0,213 0,038 0,172 -0,277 -0,010 0,217 0,025 0,502 0,051
Penjelasan dari tabel 4.13 perbandingan koefisien regresi antara kelompok laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut: 1. Variabel Self-Esteem: pada kelompok laki-laki self-esteem memiliki
pengaruh yang lebih besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat dan keduanya tidak signifikan. Dan pada kelompok laki-laki self-esteem berpengaruh secara positif, sedangkan perempuan berpengaruh secara negatif. Terdapat perbedaan pengaruh self-esteem pada kelompok laki-laki dan perempuan terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Vaselska dkk (2008)
yaitu negatif self-esteem terlihat memainkan
peranan penting dalam merokok dan penggunaan obat-obatan dikalangan anak laki-laki. Pada hasil penelitian ini hubungan antara perilaku beresiko dan self-
96
esteem negatif secara statistik signifikan hanya di kalangan anak laki-laki, sebuah fakta yang konsisten dengan asumsi bahwa self-esteem yang negatif terkait dengan masalah perilaku lebih sering diantara anak laki-laki (Mann et al., 2004). Self-esteem yang negatif di kalangan anak laki-laki lebih sering menyebabkan eksternalisasi masalah, sementara di kalangan perempuan, terutama untuk masalah internalisasi (Gjerde, Blok, & Blok, 1988). Perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif mungkin lebih cenderung memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan makan, kecemasan) daripada pria. Sebaliknya, anak laki-laki dengan self-esteem rendah atau negatif lebih cenderung memiliki masalah eksternalisasi (agresi, kekerasan, kesehatan
terkait
perilaku
beresiko)
dibandingkan
anak
perempuan
(Leadbeater, Kuperminc, Blatt, & Hertzog, 1999). Jadi, perasaan rendah diri tampaknya memiliki konsekuensi yang berbeda, tergantung pada jenis kelamin. Dalam penelitian ini self-esteem berpengaruh secara negatif terhadap perilaku sehat pada kelompok perempuan tetapi tidak signifikan. Jika dilihat dari asumsi di atas, bahwa perempuan dengan self-esteem rendah atau negatif mungkin lebih cenderung memiliki masalah internalisasi (depresi, gangguan makan, kecemasan) daripada pria. Sedangkan dalam penelitian ini perilaku sehat terdiri dari perilaku merokok, konsumsi alkohol, perilaku diet dan perilaku olahraga. 2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: pada kelompok laki-laki health-
specific self-efficacy memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan
97
perempuan terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel healthspecific self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat sedangkan pada kelompok perempuan tidak signifikan, dan pada kelompok laki-laki health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat. Dan baik pada kelompok laki-laki maupun perempuan health-specific self-efficacy berpengaruh secara positif. Variable health-specific self-efficacy merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat pada kelompok laki-laki, asumsi penulis mungkin hal ini karena laki-laki itu lebih rentan terhadap perilaku sehat yang buruk, jadi dengan memiliki health-specific self-efficacy tinggi mereka yakin bahwa diri mereka mampu untuk melakukan perilaku sehat sehingga mereka akan berusaha menjaga dan meningkatkan perilaku sehat mereka, dan mampu menghadapi rintangan yang ada. Karena pada dasarnya self-efficacy mempengaruhi perilaku individu dalam cara yang berbeda: pertama, selfefficacy mempengaruhi perilaku pilihan. Orang cenderung untuk terlibat dalam tugas-tugas di mana mereka merasa kompeten dan percaya diri dan menghindari di mana mereka tidak merasa kompeten. Kedua, self-efficacy dapat membantu menentukan berapa banyak usaha orang untuk mengahdapi rintangan dan berapa lama mereka akan bertahan. Ketiga, keyakinan selfefficacy mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu (Kumar dan Lal, 2006). Jadi semakin mereka yakin bahwa dirinya mampu melakukan
98
perilaku sehat maka dia semakin menjaga dan meningkatkan perilaku sehatnya, begitupun sebaliknya. 3. Variabel Openness: terdapat perbedaan besar pengaruh openness terhadap
perilaku sehat, antar kelompok laki-laki dan perempuan, pada kelompok lakilaki openness memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat, pada kelompok laki-laki variabel openness tidak signifikan pengaruhnya terhadap perilaku sehat sedangkan pada kelompok perempuan signifikan. Pada kelompok perempuan openness merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku sehat. Baik pada kelompok laki-laki maupun perempuan openness berpengaruh secara positif. Variabel openness merupakan variabel yang paling berpengaruh pada kelompok perempuan mungkin hal ini karena openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, intelektual, kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan terbuka terhadap pengalaman baru. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, pemikiran yang sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. Dan asumsi peneliti hal ini karena pada perempuan yang cenderung tertutup terhadap pengalaman baru karena cenderung kurang siap menghadapi resiko yang ada.
99
4.2.4. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Selanjutnya peneliti menganalisis juga besarnya proporsi varian dari DV yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki dan perempuan sebagai berikut.
4.2.4.1. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Laki-laki Untuk
menganalisis
besarnya proporsi varian dari DV
yang
merupakan
sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok laki-laki, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini:
100
Tabel 4.13 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Laki-laki Model
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R Square
.082 .133 .137 .146 .149 .151 .155 .155 .160 .179
Model Summaryi Change Statistics F df1 df2 R Square Change Change .082 .051 .004 .009 .003 .002 .004 .001 .005 .019
11.185 7.419 .537 1.345 .398 .311 .520 .075 .688 2.743
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. F Change
126 125 124 123 122 121 120 119 118 117
.001 .007 .465 .248 .529 .578 .472 .785 .409 .100
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM 2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall 3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC 4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC 5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION 6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS 7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
101
Dari tabel 4.13 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 8,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=11,185, p<0,05 dan df=1,126. 2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=7,419, p<0,05 dan df=1,125. 3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,537, p>0,05 dan df=1,124 sehingga tidak signifikan. 4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=1,345, p>0,05 dan df=1,123 sehingga tidak signifikan. 5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,398, p>0,05 dan df=1,122 sehingga tidak signifikan. 6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,311, p>0,05 dan df=1,121 sehingga tidak signifikan. 7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,521, p>0,05 dan df=1,120 sehingga tidak signifikan.
102
8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,075, p>0,05 dan df=1,119 sehingga tidak signifikan. 9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,5% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,688, p>0,05 dan df=1,118 sehingga tidak signifikan. 10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=2,743, p>0,05 dan df=1,117 sehingga tidak signifikan. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok laki-laki hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu self-esteem dan health-specific self-efficacy yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
4.2.4.2. Pengujian Proporsi Varians untuk Masing-masing Indepemdent Variabel Kelompok Perempuan Untuk
menganalisis
besarnya proporsi varian dari DV
yang
merupakan
sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV dalam kelompok perempuan, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini:
103
Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel Kelompok Perempuan Model
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R Square .003 .167 .185 .204 .206 .215 .258 .258 .373 .375
Model Summaryi Change Statistics R Square F df1 df2 Change Change .003 .164 .018 .019 .002 .009 .043 .001 .115 .002
.202 12.607 1.361 1.511 .145 .673 3.391 .047 10.428 .196
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. F Change 65 64 63 62 61 60 59 58 57 56
.654 .001 .248 .224 .705 .415 .071 .829 .002 .660
1. Predictors: (Constant), SELFESTEEM 2. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall 3. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC 4. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC 5. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION 6. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS 7. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS 8. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM 9. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES 10. Predictors: (Constant), SELFESTEEM, selfefficayall, IHLC, EHLC, CONSCIENTIOUSNESS, NEOTRITICSM, OPENNES, KELASSOSIAL 11. Dependent Variable: PERILAKUKES
EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS, EXTRAVERSION, AGREEABLENESS,
Dari tabel 4.14 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1. Variabel self-esteem memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,202, p>0,05 dan df=1,65 sehingga tidak signifikan.
104
2. Variabel health-specific self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 16,4% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan nilai F dari R square change=12,607, p<0,05 dan df=1,64. 3. Variabel internal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,8% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=1,361, p>0,05 dan df=1,63 sehingga tidak signifikan. 4. Variabel eksternal health locus of control memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=1,511, p>0,05 dan df=1,62 sehingga tidak signifikan. 5. Variabel extraversion memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,145, p>0,05 dan df=1,61 sehingga tidak signifikan. 6. Variabel agreeableness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,9% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,673, p>0,05 dan df=1,60 sehingga tidak signifikan. 7. Variabel conscientiousness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 4,3% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=3,391, p>0,05 dan df=1,59 sehingga tidak signifikan. 8. Variabel neoriticsm memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,047, p>0,05 dan df=1,58 sehingga tidak signifikan.
105
9. Variabel openness memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 11,5% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square change=10,428, p<0,05 dan df=1,57. 10. Variabel kelas sosial ekonomi orang tua memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,2% bagi bervariasinya perilaku sehat mahasiswa, dengan nilai F dari R square change=0,196, p>0,05 dan df=1,56 sehingga tidak signifikan. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dalam kelompok perempuan hanya ada dua IV dari sepuluh IV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness yang mempengaruhi perilaku sehat, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
4.2.4.3. Perbandingan Proporsi Varians antara Kelompok Laki-laki dan Perempuan Hasil pada penelitian ini berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku sehat dipengaruhi oleh independen variabel pada kelompok perempuan lebih besar dibandingkan kelompok laki-kaki, yaitu sebesar 37,5% pada kelompok perempuan dan laki-laki sebesar 17,9%. Hal ini berarti penelitian ini lebih bermanfaat pada sample perempuan dibandingkan pada sample laik-laki. Karena sumbangannya lebih besar pada perempuan. Selanjutnya perbandingan proporsi varians antara kelompok laki-laki dan perempuan akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.
106
Tabel 4.15 Perbandingan Proporsi Varian Sumbangan Masing-masing Independen Variabel anatara Kelompok Laki-laki dan Perempuan IV Self-Esteem Health-Specisif Self-Efficacy Internal Health Locus of Control External Health Locus of Control Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neoriticsm Openness Kelas Sosial Ekonomi Orang Tua Ket: = R Square Change laki-laki R2cl R2cp = R Square Change perempuan
R2cl
R2cp .082 .051 .004 .009 .003 .002 .004 .001 .005 .019
.003 .164 .018 .019 .002 .009 .043 .001 .115 .002
Dari tabel 4.15 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai berikut: 1. Variabel Self-Esteem: terdapat perbedaan R square change antara laki-laki dan perempuan, pada laki-laki self-esteem memberikan sumbangan yang lebih besar dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat dan signifikan. 2. Variabel Health-Specific Self-Efficacy: terdapat perbedaan R square change health-specific self-efficacy antara laki-laki dan perempuan, pada laki-laki health-specific self-efficacy memberikan sumbangan yang lebih kecil dibandingkan perempuan terhadap perilaku sehat, namun keduanya signifikan. 3. Variabel Openness: terdapat perbedaan R square change openness antara laki-laki dan perempuan, pada perempuan openness memberikan sumbangan yang lebih besar dibandingkan laki-laki terhadap perilaku sehat dan signifikan.
107
Dalam analisis regresi, terutama yang menggunakan Least Square, diperlukan asumsi bahwa distribusi frekuensi dari residu adalah mengikuti kurva normal. Apabila residual berada di sekitar garis untuk kurva normal, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini memiliki residual yang distribusinya mengikuti kurva normal. Artinya, hasil persamaan regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya dan lebih akurat. Oleh sebab itu, penulis pun melakukan uji terhadap asumsi tersebut. Dengan melihat output dari analisis SPSS, normal tidaknya distribusi residu, dapat dilihat pada grafik P-P Plot berikut:
108
Gambar 4.1 Residual Plot Perilaku sehat Karena distribusi keseluruhan kasus yang ada pada histogram relatif normal dan pada grafik plot data umumnya mendekati garis harapan pada plot, maka semua penafsiran dari hasil regresi pada penelitian ini cukup dapat dipercaya. Artinya asumsi tentang normalitas distribusi frekuensi dari residual telah terpenuhi.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Dalam bab lima ini akan dipaparkan tentang kesimpulan, diskusi, dan saran dari hasil penelitian.
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian adalah : 1. -
Terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem, health-specific
self-efficacy, internal locus of control, eksternal locus of control, extravertion, agreeableness, conscientiousness, neoriticsm, openness, dan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat. Dan berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku sehat dipengaruhi oleh independen variabel sebesar 19,1%. -
Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing IV, ditemukan bahwa hanya terdapat dua IV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap DV, yaitu health-specific self-efficacy dan openness. -
Jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan
kontribusi dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang signifikan, yaitu self-esteem, health-specific self-efficacy, dan openness, dengan perincian
109
110
yaitu variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 5,5%, healthspecific self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 6,9% dan variabel openness memberikan sumbangan sebesar 2,1%. 2.
Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, pada kelompok perempuan keseluruhan IV menyumbangkan lebih banyak terhadap DV dibandingkan dengan kelompok laki-laki dan keduanya signifikan, yaitu pada kelompok perempuan sebesar 37,5% dan laki-laki sebesar 17,9% . Dan jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV, ditemukan bahwa pada kelompok laki-laki variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap DV adalah health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok perempuan adalah openness. Dan jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV, pada kelompok laki-laki yang memberikan sumbangan signifikan terhadap DV adalah self-esteem dan health-specific self-efficacy, sedangkan pada kelompok perempuan adalah health-specific self-efficacy dan openness.
5.2. Diskusi Hasil dari penelitian ini variabel self-esteem memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku sehat, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda Flynn (1997) dalam Seigley (1999) yang meneliti tentang efek dari ketidakberdayaan yang dipelajari, self-esteem, dan depresi dalam sampel praktek medis dari 122
111
perempuan diambil dari tempat penampungan tunawisma di sana. Hasil yang dilaporkan menunjukkan korelasi signifikan antara self-esteem dan praktik kesehatan yang positif r = 37, (P <.001), dan variabel kelompok menyumbang 21% dari varians dalam praktek kesehatan di antara para peserta penelitian. Selanjutnya hasil pada penelitian ini variabel health-specific self-efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat dan juga memberikan sumbangan yang signifikan. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Von AH D dkk. (2004) yang menunjukkan bahwa self-efficacy secara signifikan memprediksi perilaku alkohol dan merokok, aktivitas fisik dan perilaku pemeliharaan nutrisi, perilaku perlindungan pemeliharaan umum dan perilaku perlindungan sinar matahari. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh J Zalewska-Puchała dkk. (2007) yang menjelaskan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara statistik dari self-efficacy belief terhadap perilaku sehat seperti konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari dan konsumsi alkohol yang telah diturunkan. Dengan demikian health-specific self-efficacy mempengaruhi mahasiswa untuk melakukan perilaku sehat dengan keyakinan dan kemampuan yang mereka miliki. Health-specific self-efficacy menentukan niat dan kemauan mahasiswa untuk mencapai tujuannya yaitu sehat, dengan cara menjaga dan meningkatkan perilaku sehat. Kemudian variabel health locus of control secara keseluruhan tidak signifikan pengaruhnya terhadap perilaku sehat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Taylor (1995) beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan internal
112
locus of control lebih mungkin untuk memikul tanggung jawab untuk kesehatannya sendiri. Mereka mungkin mempraktekkan perilaku sehat yang lebih baik, lebih menjaga hati-hati terhadap kecelakaan, dan mengumpulkan informasi kesehatan lebih dari individu dengan external locus of control (Strickland, 1978). Namun, hasil tidak selalu kuat, dan masalah pengukuran mengganggu konstrak locus of control. Akibatnya, hubungan antara variabel locus of control dan perilaku sehat preventif itu sederhana (dalam Taylor, 1995). Mungkin hal ini disebabkan karena perilaku sehat dalam penelitian ini lebih dipengaruhi oleh variabel psikologis lainnya. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam Schwarzer (t.t.) yaitu menurut asumsi implisit yang membentuk latar belakang banyak penelitian, keyakinan internal locus of control mempromosikan kesehatan dan perilaku sehat yang lebih baik. Namun, self-efficacy tampaknya menjadi konstruk yang lebih kuat ketika datang untuk memprediksi perilaku sehat. Self-efficacy berhubungan dengan internal locus of control, tetapi juga berhubungan dengan perilaku dan prospektif.
Selanjutnya hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepribadian secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat. Namun jika dilihat dari koefisien regresi dari lima variabel hanya variabel openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat dan juga memberikan sumbangan yang signifikan. Abraham et al. (2000) telah mencatat literatur hubungan antara kepribadian dan perilaku kesehatan dan antara social cognitive models (SCMs) dan perilaku sehat yang telah dikembangkan secara paralel dengan sedikit referensi silang. Karena itu kepribadian dan pengaruh sosial kognitif
113
dapat bermanfaat terintegrasi ke dalam satu perhitungan perilaku sehat (lihat juga Bermudez 1999; dalam Conner & Norman, 2005). Dan hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa health-specific self-efficacy dan openness berpengaruh signifikan terhadap perilaku sehat. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Torres dan Pritchard (t.t.), Studi ini meneliti karakteristik kepribadian sebagai prediktor perilaku berisiko, dengan menggunakan dimensi kepribadian Big Five diterima secara luas sebagai indikator. Dan hasil penelitian ini bahwa agreeableness berkorelasi dengan perilaku sehat yang lebih berisiko daripada dimensi kepribadian lainnya. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena orang dengan kepribadian agreeableness tinggi rentan terhadap perilaku sehat beresiko, mereka cenderung berhati baik, lembut, mudah percaya pada orang lain, suka membantu, pemaaf, dam mudah tertipu, sehingga mereka kemungkinan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya dan memilki toleransi yang besar terhadap orang lain. Tidak adanya pengaruh yang signifikan extraversion, agreeableness, conscientiousness dan neuroriticsm dalam penelitian ini mungkin karena variabelvariabel tersebut mungkin hanya mempengaruhi perilaku sehat tertentu. Namun dalam penelitian ini perilaku sehat diukur secara keseluruhan, sehingga tidak terlihat pengaruh dari extraversion, agreeableness, conscientiousness dan neuroriticsm terhadap masing-masing perilaku sehat. Kemudian yang terakhir yaitu variable kelas sosial ekonomi orang tua, variable ini juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sehat.
114
Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman, S.Psi (t.t.) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan tingkat perilaku merokok remaja. Penelitian ini juga sejalan penelitian mengenai lima perilaku sehat (merokok, aktivitas fisik, weight, konsumsi alkohol, dan tidur), Gottlieb and Green (1984) dalam Taylor (1995) menemukan bahwa perilaku sehat umumnya dilakukan oleh lebih muda, lebih kaya, orang yang lebih berpendidikan di bawah rendahnya tingkat stres dan dengan dukungan sosial yang tersedia. Tingginya tingkat stres dan / atau sumber daya yang lebih sedikit, yang mungkin terjadi pada individu-individu dari status sosial ekonomi yang rendah, yang berhubungan dengan perilaku sehat-kompromi yang tinggi, seperti merokok atau penyalahgunaan alkohol, dan dengan kurangnya waktu yang tersedia untuk meningkatkan perilaku sehat tertentu, seperti olahraga atau tidur yang cukup. Tidak adanya pengaruh yang signifikan kelas sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku sehat dalam penelitian ini disebabkan karena pengukuran yang kurang tepat, peneliti menyerahkan kepada responden untuk menilai sendiri tidak memberikan kriteria yang tepat dan lebih spesifik mengenai kelas sosial ekonomi orang tua responden.
5.3. Saran Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran
115
untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Metodologis 1. Variasi dari kesembilan independent variable (IV) yang ada, hanya menyumbang 19,1%. Sisanya sebanyak 80,9% kemungkinan disumbangkan oleh variabel lainnya. Variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini memberikan sumbangan yang lebih besar daripada variabel yang diteliti. Dan dari kesembilan IV yang diteliti, hanya variabel health-specific self-efficacy dan openness yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku sehat. Oleh
sebab
itu,
disarankan
meneliti/menganalisa
pengaruh
untuk
penelitian
variabel-variabel
selanjutnya lain
yang
agar dapat
mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, selain yang ada pada independent variable penelitian ini. 2. Pada penelitian selanjutnya peneliti mendorong untuk menggunakan alat ukur dengan item-item yang lebih valid dalam mengukur konstruk-konstruk psikologisnya dan bisa mewakili faktor yang ingin diukur. 3. Untuk
penelitian
selanjutnya
tentang
perilaku
sehat,
yaitu
dengan
menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih bervariasi lagi dan analisisnya menggunakan teknik analisis multivariate regression sehingga dapat terlihat lebih jelas pengaruh dari IV terhadap masing-masing perilaku sehat. Atau menggunakan variabel perilaku sehat yang lebih spesifik. Dan
116
diharapkan mengadakan penelitian di perguruan tinggi yang lebih banyak lagi, sehingga dapat diperoleh jawaban yang lebih bervariasi tentang perilaku sehat mahasiswa.
5.3.2 Saran Praktis Mengingat pentingnya variabel-variabel yang dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi mahasiswa untuk lebih memperhatikan faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku sehat mahasiswa, khususnya health-specific selfefficacy. Karena faktor tersebut terkadang diabaikan. Padahal jika diamati faktor tersebut dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku sehat mahasiswa baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Untuk
perkembangan
ilmu,
khususnya
psikologi
kesehatan
agar
memperbanyak penelitian tentang perilaku sehat mahasiswa, karena perilaku sehat berdampak pada kesehatan, dengan tubuh yang sehat mahasiswa dapat menjalani tugasnya dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Abood, D. A. & Conway T. L. (1988). Health values and self-esteem as predictors of wellness behaviors. California: Naval Health Research Center Allison, K.R., Adlaf, E.M., Ialomiteanu, A., & Rehm, J. (1999). Predictors of health risk behaviours among young adults: analysis of the national population health survey. Canadian Journal of Public Health, 90 (2) Aminah, S. (2007). Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost di kelurahan Tembalang kecamatan Tembalang kota Semarang. Undergraduate Thesis, Diponegoro University. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/16394/ Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic Press, 1998) Conner, M. (2002). Health behaviors. University of Leeds UK Conner, M. & Norman P. (2005). Predicting health behavior: research and practice with social cognition models. Second edition. New York: Open University Press Conway, T.L., Vickers, Ross R., Wallston, Kenneth A., & Costa, Paul T. (1992). Personality, health locus of control, and health behavior. The Annual Convention of American Psychological Association Dimmatteo, M.R. & Martin, L.R. (2002). Health psychology. Boston: All Renerbit yn & Bacon. 75 Arlington Street Hogan, R., Jonhson, J., & Briggs, S. (1997). Handbook of personality psychology. California: Academic Press Holopainen, L. & Sulinto S. (2005). Adolesent of health behaviour and future orientation. Thesis. Department of Psychology University of Jyväskylä Istana Blog. (2010). Mahasiswa dan alkohol. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://itsnasahma.blogspot.com/2010/05/mahasiswa-dan-alkohol.html
117
118
John, O.P. & Srivastava S. (1999). The big-five trait taxonomy: history, measurement, and theoretical perspectives. Berkeley: Departement of Psychologi University of California Kilander, H.F. (1957). Health for modern living. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Kumar, R. & Lal, R. (2006). The role of self-efficacy and gender difference among the adolescents. Journal of The Indian Academy of Applied Psychology, Vol.32, No.3, 249-254 Lantz, P.M., House, J.S., Lepkowski, J.M., Williams, D.R., Mero, R.P., & Chen, J. (1998). Socioeconomis, health behaviors, and mortality. JAMA, Vol. 279, No. 21 Martín-Albo, J., Núñez, J.L., Navarro, J.G., & Grijalvo, F. (2007). The Rosenberg self-esteem scale: translation and validation in university students. The Spanish Journal of Psychology, Vol. 10, No. 2, 458-467 Mulia, A. (2010). Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa pendidikan tekhnologi kimia industri (PTKI) Medan. Skripsi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diambil tanggal 9 2010 dari Oktober http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20338/7/Cover.pdf Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan kerilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nusantaranews. (2009). 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/31/10-negara-jumlahperokok-terbesar-di-dunia/ Pedhazur, E. J. (1982). Multiple regression in behavioral research, explanation and prediction. Second edition. New York: Holt, Renehart and Winston. Inc Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O.P. (2005). Personality. USA: Wiley Piko*, B & Brassai, L. (2007). Values and health-related behavior: a comparison of Youth in Hungary and Transylvania. European Journal of Mental Health 2, 2, 171–181 Puchała J, Zalewsk., A, Majda., A, Gałuszka., & J, Kolonko. (2007). Health behaviour of students versus a sense of self-efficacy. Advances in Medical Science, Vol. 52
119
Rohman, A. (t.t.). Hubungan antara tingakt stress dan status sosial ekonomi orang tua dengan perilaku merokok pada remaja. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/08/artikeldari hubungan-tingkat-stress-dan-perilaku-merokok-remaja.pdf Renner, B. & Shcwarzer, R. (2003). Applied fields: health. First publ. in: Encyclopedia of Psychological Assessment, 1, pp. 69-72 Sarafino, E.P. (1994). Health psycholog, biopsychosocial interaction. Second edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc Sarafino, E.P. (2006). Health psychology: Biopsychosocial interactions. Fifth edition. USA: John Wiley & Sons, Inc Sari, L.R. (2010). Mahasiswa merokok. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://www.surya.co.id/2010/04/05/mahasiswa-merokok.html
Schwarzer, R. & Renner, B. (t.t.). Health-Specific Self-Efficacy Scales. Berlin: Freie Universität Berlin Schwarzer, R. (t.t.). Perceived self-efficacy. UK: University of Sussex Seigley, L.A. (1999). Self-esteem and health behavior: theoretic and empirical links. Nurs Outlook; 47:74-7 Silalahi, V. (2009). Hubungan locus of control dengan perilaku sehat pada masyarakat pedesaan. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19932/7/Cover.pdf Sheridan,C.L. & Radmacher, S.A.(1992). Health psychology : challenging the biomedical model. New York :John Wiley and Sons, Inc Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo Syatria, A. (2006). Pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro yang mengikuti ekstrakulikuler basket. Fakultas Kedokteran Universitas semarang. Diambil tanggal 9 Oktober 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/20415/1/Arsdiani.pdf Taylor, S.E. (1995). Health psychology. Third edition. Singapore: McGraw-Hill Taylor, S.E. (2003). Health psychology. Fifth edition. Boston: McGraw-Hill Taylor, S.E. (2009). Health psychology. Seventh edition. New York: McGraw-Hill
120
Torres, A.A. & Pritchard, M. (t.t.). Personality characteristic as predictors of health risk behaviors. Boise State University Veselska, Z., Geckova, A.M., Orosova, O., Gadjosova, B., Dijk, J.P. Van., & Reijneveld, S.A. (2008). Self-esteem and resilience: The connection with risky behavior among adolescents. Addictive Behaviors, doi:10.1016/j.addbeh.2008.11.005 Vickers, R.R., Conway, T.L., & Hervig, L.K. (1988). Demonstration of replicable dimensions of health behaviors. San Diego: Naval Health Research Center, Technical report 88-41 Von, Ah D., Ebert, S., Ngamvitroj, A., Park, N., & Kang, D.-H. (2004). Predictors of health behaviours in college student. Journal of Advanced Nursing, 48(5), 463-474 Wallston, K.A. (t.t.). Perceived control and health behaviour. USA: School of Nursing, Vanderbilt University Wallston, BS., Wallston, KA., Kaplan, GD. dan Maides, SA. (1976). Development and validation of the health locus of control scale. J Consult Clin Psycho, 44: 580-585 Wallston, K.A., Wallston, B.S. & DeVellis, R. (1978). Development of the multidimensional health locus of control (MHLC) scales. Health Education Monographs, 6, 160-170 Wikipedia. (2009). Mahasiswa. Diambil tanggal 24 November 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswa
LAMPIRAN ANGKET
Selamat Pagi/Siang Saya adalah mahasiswi Program Sarjana Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun Skripsi mengenai pengalaman hidup sehari-hari. Dalam rangka mengumpulkan informasi tersebut, saya memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini. Keberhasilan penelitian ini sangat tergantung dari jawaban Anda. Oleh karena itu, kesediaan Anda untuk mengisi dengan sungguh-sungguh sangat saya harapkan. Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan diri Anda. Sebelum mengisinya, Anda diminta untuk membaca dengan seksama petunjuk pengisian. Jawablah setiap pernyataan sesuai kondisi diri Anda yang sebenarnya karena tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Sebelum mengembalikan kuesioner ini, mohon periksa jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewat. Semua data yang ada akan dirahasiakan dan hanya digunakan demi kepentingan penelitian ini. Jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan, Anda dapat menghubungi peneliti melalui nomor hp atau alamat email yang tertera di bawah ini. Atas bantuan dan kerja sama yang Anda berikan, kami ucapkan terima kasih.
Peneliti Sarah Rahmadian
087774826568/
[email protected]
DATA PRIBADI ü) Pilihlah salah satu pilihan dibawah ini, kemudian beri tanda checklist (ü Jenis Kelamin
: 1. Laki-laki 2. Perempuan
Usia Status sosial ekonomi orang tua : 1. Kelas bawah 2. Kelas menengah ke bawah 3. Kelas menengah 4. Kelas menengah ke atas 5. Kelas atas
: ....... Tahun
PETUNJUK DAN CONTOH PENGISIAN 1 Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada, sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist (ü ü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda. Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut: STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
Contoh : No
PERNYATAAN
1.
Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari.
STS
TS
S
SS
S
SS
Jika Anda merasa setuju bahwa Anda tidur minimal 5 jam dalam sehari, maka Anda dapat memberikan tanda checklist (ü ü) pada kolom S. No
PERNYATAAN
1.
Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari.
STS
TS
ü
Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama, kemudian beri tanda checklist (ü ü) pada kolom jawaban yang menurut Anda paling sesuai. No
PERNYATAAN
STS
1.
Saya tidur minimal 5 jam dalam sehari.
ü
………..SELAMAT MENGERJAKAN…………
TS
S ü
SS
SKALA PERILAKU KESEHATAN NO
PERNYATAAN
1
Saya makan makanan seimbang.
2
Saya membatasi asupan makanan seperti lemak, gula, kopi, garam dan lainnya.
3
Saya mengkonsumsi vitamin.
4
Saya mengkonsumsi suplemen makanan kesehatan (seperti tambahan protein, gandum, dll).
5
Saya berolahraga untuk tetap sehat.
6
Saya tidak merokok.
7
Saya tidak mengkonsumsi alkohol.
SKALA SELF-ESTEEM 1
Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya.
2
Kadang-kadang saya pikir saya tidak baik sama sekali.
3
Saya merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik.
4
Saya mampu melakukan hal-hal seperti kebanyakan orang lakukan.
5
Saya merasa bahwa saya tidak punya banyak hal yang bisa dibanggakan.
6
Kadang-kadang saya merasa tidak berguna.
7
Saya merasa bahwa saya adalah orang yang layak, setidaknya pada suatu bidang yang sama dengan orang lain.
8
Saya berharap saya bisa lebih menghormati diri sendiri.
9
Dalam semual hal, saya cenderung merasa bahwa saya gagal.
10
Saya mengambil sikap positif terhadap diri sendiri.
STS
TS
S
SS
SKALA HELATH LOCUS OF CONTROL STS 1
Jika saya sakit, saya sendiri yang menentukan seberapa cepat saya sembuh lagi.
2
Tidak peduli apa yang saya lakukan, jika saya sakit, saya akan sakit.
3
Memiliki kontak teratur dengan dokter saya adalah cara terbaik bagi saya untuk menghindari penyakit.
4
Kebanyakan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan saya terjadi secara kebetulan.
5
Setiap kali saya tidak merasa baik, saya harus berkonsultasi dengan profesional medis yang terlatih.
6
Saya mengendalikan kesehatan saya.
7
Keluarga saya memiliki banyak hubungannya dengan saya menjadi sakit atau tetap sehat.
8
Ketika saya sakit, saya lah yang harus disalahkan.
9
Keberuntungan memainkan peran besar dalam menentukan seberapa cepat saya akan sembuh dari penyakit.
10
Profesional kesehatan mengontrol kesehatan saya.
11
kesehatan saya keberuntungan.
12
Yang paling penting dalam mempengaruhi kesehatan saya adalah apa yang saya lakukan.
13
Jika saya merawat diri, saya bisa menghindari penyakit.
14
Setiap kali saya sembuh dari penyakit, biasanya karena orang lain (misalnya, dokter, perawat, keluarga, teman-teman) yang telah merawat saya.
15
Tidak peduli apa yang saya lakukan, mungkin saya akan sakit.
16
Jika keberuntungan terjadi, saya akan tetap sehat.
17
Jika saya mengambil tindakan yang tepat, saya bisa tetap sehat.
yang
baik
sebagian
besar
adalah
TS
S
SS
18
Mengenai kesehatan saya, saya hanya bisa melakukan apa yang dokter saya perintahkan.
SKALA KERIBADIAN (BIG FIVE) Saya melihat diri saya sebagai orang yang……. NO
PERNYATAAN
1
Banyak bicara.
2
Cenderung mencari kesalahan orang lain.
3
Melakukan semua pekerjaan
4
Depresi, murung
5
Orisinil, muncul dengan ide-ide baru
6
Pendiam
7
Penolong dan lebih mementingkan orang lain dibandingkan diri sendiri
8
Agak ceroboh
9
Santai, mampu menangai stress dengan baik
10
Ingin tahu tentang banyak hal yang berbeda
11
Penuh energy
12
Memulai pertengakaran dengan orang lain
13
Pekerja handal
14
Bisa tegang
15
Cerdas, seorang pemikir yang mendalam
16
Memiliki banyak ketertarikan
17
Memiliki sifat pemaaf
18
Cenderung tidak teratur
19
Banyak kekhawatiran
20
Memiliki imaginasi yang aktif
STS
TS
S
SS
STS 21
Cenderung diam
22
Umumnya percaya
23
Cenderung malas
24
Secara emosional stabil, tidak mudah marah
25
berakal, berdayacipta
26
Memiliki kepribadian yang tegas
27
Dapat menjadi dingin dan menyendiri
28
Tekun dalam menyelesaikan tugas
29
Bisa moody
30
Memiliki nilai-nilai artistik, pengalaman estetika
31
Kadang-kadang pemalu
32
Perhatian dan baik kepada semua orang
33
Melakukan sesuatu secara efisien
34
Tetap tenang dalam situasi yang tegang
35
Menyukai pekerjaan yang rutin
36
Ramah, suka bergaul
37
Terkadang kasar kepada orang lain
38
Membuat rencana dan menjalankan sesuai rencana tersebut
39
Mudah gugup
40
Suka merenung, bermain dengan ide-ide
41
Memiliki beberapa kepentingan artistic
42
Suka bekerjasama dengan orang lain
43
Mudah terganggu
44
Piawai dalam seni, musik atau sastra
TS
S
SS
PETUNJUK PENGISIAN DAN CONTOH 2 Anda diminta untuk memilih satu kategori pada pernyataan-pernyataan yang ada, sesuai dengan kondisi/pendapat Anda, dengan cara memberikan tanda checklist (ü ü) pada satu dari empat pilihan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda. Pilihan Jawaban tersebut adalah sebagai berikut: STY
: Sangat Tidak Yakin
TY
: Tidak Yakin
Y
: Yakin
SY
: Sangat Yakin
Contoh : Saya dapat istirahat yang cukup,........ No
PERNYATAAN
1.
..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.
STY
TY
Y
SY
Y
SY
Jika Anda merasa sangat yakin dapat istirahat dengan cukup meskipun sedang dihadapkanbanyak tugas, maka Anda dapat memberikan tanda checklist (ü ü) pada kolom SY. No
PERNYATAAN
1.
..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.
STY
TY
Jika Anda ingin mengubah jawaban yang telah dibuat, coretlah jawaban pertama, kemudian beri tanda checklist (ü ü) pada kolom jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
ü
No
PERNYATAAN
1.
..........meskipun saya dihadapkan pada banyak tugas.
STY
TY
Y
ü
SY ü
Saya mampu mengatur untuk tetap makan makanan sehat,…… NO
PERNYATAAN
1
…meskipun saya membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan rutinitas yang diperlukan
2
...meskipun saya harus mencoba beberapa kali sampai berhasil.
3
...meskipun saya harus memikirkan kembali seluruh gizi dengan cara saya.
4
...meskipun saya tidak menerima banyak dukungan dari orang lain ketika melakukan upaya pertama saya.
5
...meskipun saya harus membuat rencana yang rinci.
STY
TY
Y
SY
STY
TY
Y
SY
STY
TY
Y
SY
Saya mampu mengatur untuk melaksanakan niat olahraga saya, ... NO
PERNYATAAN
6
...meskipun saya punya kekhawatiran dan masalah.
7
...meskipun saya merasa tertekan.
8
...meskipun saya merasa tegang.
9
...meskipun saya lelah.
10
...meskipun saya sedang sibuk.
Saya yakin bahwa saya dapat mengendalikan diri untuk ... NO
PERNYATAAN
11
... tidak minum alkohol sama sekali.
12
…tidak merokok sama sekali
OUTPOUT LISREL PERILAKU KESEHATAN DATE:
6/ 4/2011 TIME: 4:02 L I S R E L
8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
2140
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file C:\Documents and Settings\sarah\My Documents\HASIL LISREL SARAH\HEALTHBEHAV.LS8: UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV DA NI=7 NO=152 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 KM SY FI=HEALTHBEHAV.COR SE 1 2 3 4 5 6 7/ MO NX=7 NK=1 PH=ST TD=SY,FI LK HSE FR LX 1 - LX 7 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 FR TD 4 3 TD 7 6 TD 4 2 TD 5 3 PD OU SS MI TV UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 7 0 Y - Variables X - Variables 7 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 152
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Correlation Matrix ITEM6 -------ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 1.00 ITEM7 0.43
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 0.55 0.33 0.46 0.42 0.20
1.00 0.42 0.39 0.40 0.31
1.00 0.70 0.39 0.07
1.00 0.41 0.29
1.00 0.07
0.21
0.26
0.06
0.30
0.19
Correlation Matrix
ITEM7
ITEM7 -------1.00
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Parameter Specifications LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
HSE -------1 2 3 4 5 6 7
THETA-DELTA ITEM6 -------ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 16 ITEM7 17
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
--------
--------
--------
--------
--------
8 0 0 0 0 0
9 0 11 0 0
10 12 14 0
13 0 0
15 0
0
0
0
0
0
THETA-DELTA
ITEM7
ITEM7 -------18
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Number of Iterations = 24 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
ITEM1
HSE -------0.60 (0.08) 7.42
ITEM2
0.86 (0.09) 9.82
ITEM3
0.48 (0.09) 5.50
ITEM4
0.80 (0.09) 8.85
ITEM5
0.49 (0.08) 6.12
ITEM6
0.40 (0.08) 4.94
ITEM7
0.38 (0.08) 4.70
PHI HSE -------1.00
THETA-DELTA ITEM6 -------ITEM1
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
--------
--------
--------
--------
--------
0.64 (0.08) 7.62
ITEM2
- -
0.27 (0.10) 2.56
ITEM3
- -
- -
0.77 (0.10) 8.10
ITEM4
- -
-0.30 (0.07) -4.31
0.34 (0.08) 4.18
0.39 (0.11) 3.47
ITEM5
- -
- -
0.15 (0.06) 2.70
- -
0.76 (0.09) 8.37
ITEM6 0.84
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
(0.10) 8.59 ITEM7 0.28 (0.07) 3.80 THETA-DELTA
ITEM7
ITEM7 -------0.86 (0.10) 8.62
Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM1 ITEM6
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
-------0.16
--------
--------
--------
--------
--------
0.36
0.73
0.23
0.62
0.24
Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM7 -------0.14 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 10 Minimum Fit Function Chi-Square = 17.90 (P = 0.057) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 17.94 (P = 0.056) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.94 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 23.86)
0.16) 0.073 0.13)
0.46)
Minimum Fit Function Value = 0.12 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.053 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.22 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.36 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.30 ; ECVI for Saturated Model = 0.37 ECVI for Independence Model = 2.85
Chi-Square for Independence Model with 21 Degrees of Freedom = 416.83 Independence AIC = 430.83 Model AIC = 53.94 Saturated AIC = 56.00 Independence CAIC = 459.00 Model CAIC = 126.37 Saturated CAIC = 168.67 Normed Fit Index (NFI) = 0.96 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.96 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.46 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.91 Critical N (CN) = 196.75
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.052 Standardized RMR = 0.052 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.35 UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Modification Indices and Expected Change No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA ITEM6 -------ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 - ITEM7 - -
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.02 1.15 5.35 5.34 0.49
- 1.51 - 2.46 1.51
- - - 1.86
- 0.01 1.77
- 3.12
0.00
0.86
3.00
1.60
1.50
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM7
ITEM7 -------- -
Expected Change for THETA-DELTA ITEM6 -------ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 - ITEM7 - -
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.01 0.06 -0.18 0.15 -0.04
- 0.10 - -0.12 0.09
- - - -0.07
- -0.01 0.07
- -0.11
0.00
-0.07
-0.09
0.07
0.08
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM7
ITEM7 -------- -
Maximum Modification Index is THETA-DELTA
5.35 for Element ( 4, 1) of
UJI VALIDITAS KONSTRUK HEALTHBEHAV Standardized Solution LAMBDA-X
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7
HSE -------0.60 0.86 0.48 0.80 0.49 0.40 0.38
PHI HSE -------1.00 Time used:
0.016 Seconds
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA SELFESTEEM
0.27
0.74
IT E M1
0.85
IT E M2
0.70
IT E M3
-0.21
0.39
-0.14 -0.160.16
IT E M4
0.75
0.54 0.50
-0.13 0.12
0.51
IT E M5
0.54
0.67
SELFESTE
1.00
0.73
0.300.19 IT E M6
0.47
0.50 -0.24
IT E M7
0.75
0.75 0.70
-0.14 0.94
IT E M8
0.43
IT E M9
0.51
IT E M10
Chi-Square=34.56, df=25, P-value=0.09650, RMSEA=0.044
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA NUTRITION SELF-EFFICACY
0.36
ITE M1
0.74
ITE M2
0.80 0.51 -0.38
SELFEFFI 0.65 0.58
ITE M3 0.81
0.14 0.50 0.34
ITE M4
0.75
ITE M5
Chi-Square=6.91, df=3, P-value=0.07476, RMSEA=0.082
1.00
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EXERCISE SELF-EFFICACY 0.63
IT E M6
0.18 0.26
IT E M7 0.58 0.86
0.22
0.11
IT E M8 0.94
EXERCISE
0.69 0.53
IT E M9 0.58
0.43 0.18 0.67
IT E M10 0.02
0.97
T E M11
0.66 1.00
IT E M12
Chi-Square=12.60, df=10, P-value=0.24702, RMSEA=0.037
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA INTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL 0.85
IT E M1
0.69
IT E M2
0.25
0.38
0.56
0.98
IT E M3
0.13
0.68
0.53
IT E M4
0.70
0.60
0.50
IT E M5
0.65
IT E M6
Chi-Square=7.23, df=8, P-value=0.51183, RMSEA=0.000
IHLC
1.00
1.00
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL 0.83
IT E M1
0.99
IT E M2
-0.22 0.46 0.77
IT E M3
0.42
-0.25 1.00
-0.10
IT E M4
0.47
0.39
0.28 0.21
0.92
IT E M5
0.64
IT E M6
0.94
IT E M7
0.48
IT E M8
0.93
IT E M9
0.90
IT E M10
0.02 0.28
0.40
0.24
0.21 0.31
0.32
EHLC
0.60
0.72 0.26 0.31 0.51
0.19
0.36
0.18
0.29 0.74
IT E M11
0.87
IT E M12
Chi-Square=56.70, df=41, P-value=0.05228, RMSEA=0.044
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA EXTRAVERSION 0.98
IT E M1
0.95
IT E M2
0.42
0.08
0.13 0.32
0.21
IT E M3
0.89
0.50 0.15
0.13
0.40
IT E M4
0.77 0.25
0.12
0.88
IT E M5
0.55 0.24
0.30
0.70
IT E M6
0.97
IT E M7
0.71
IT E M8
-0.20
Chi-Square=20.40, df=12, P-value=0.05983, RMSEA=0.060
0.54
EXTRAVER
1.00
1.00
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA CONSCIENTIOUSNESS
0.80
IT E M1
0.24
0.88
IT E M2
0.34
0.57
IT E M3
0.89
IT E M4
0.44 0.36
0.36
0.64 0.33
0.30 -0.170.25
CONSCIEN
0.48 0.77
IT E M5
0.69
IT E M6
0.67
IT E M7
0.63
IT E M8
0.94
IT E M9
0.55 0.58 0.62 0.25
0.22
Chi-Square=25.95, df=20, P-value=0.16737, RMSEA=0.039
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA AGREEABLENESS
0.20
0.76
IT E M1
0.65
IT E M2
0.85
IT E M3
0.27
IT E M4
0.48 0.59 0.37 -0.13
0.85 0.20
0.96
0.15 0.24
IT E M5
-0.22
0.73
0.99
IT E M6
0.48
IT E M7
1.00
IT E M8
0.20 0.26
-0.11
0.14 0.52
-0.19 0.74
IT E M9
Chi-Square=29.18, df=19, P-value=0.06314, RMSEA=0.053
AGREEABL
1.00
1.00
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA NEORITICISM 0.82
IT E M1
0.40
IT E M2 0.42
0.36 0.96
0.77
IT E M3
0.21 -0.17
1.01
0.01
IT E M4
NEORITIC
1.00
0.49
0.28 0.35
0.76
0.20
IT E M5
0.58
0.44 0.30
0.17
0.96
IT E M6
0.67
IT E M7
0.96
IT E M8
0.15
0.16
Chi-Square=17.25, df=12, P-value=0.14029, RMSEA=0.048
GAMBAR ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORIK SKALA OPENNESS 0.57
IT E M1
0.46
IT E M2
0.57
IT E M3
0.23 0.29
0.66 0.74
0.23 0.58
IT E M4
0.65
0.14 0.73
0.66
IT E M5
0.52 0.72
0.48
IT E M6
-0.22 0.38
-0.18 0.95
-0.13
IT E M7
-0.55 0.53
-0.19 0.85
IT E M8
-0.21 0.70
IT E M9
-0.12 0.72
IT E M10
Chi-Square=36.59, df=26, P-value=0.08133, RMSEA=0.046
OPENNES
1.00
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA PERILAKU SEHAT 1 1
2
3
4
5
6
7
X
2
X
3
X
4
V
V
X
5
X
6
V
X
7
V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA SELF-ESTEEM 1 1
2
V
4
V
6
7
8
9
10
x x
5
V
6
V
7
V
10
5
x
3
9
4
X
2
8
3
V
v V
V
x X x V
x x X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA NUTRITION SELF-EFFICACY 1 1
2
3
4
5
X
2
X
3
X
4
V
X
5
V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EXERCISE ELF-EFFICACY 6 6
X
7
V
8
8
9
10
11
12
X X
9 10
7
X V
V
X
11
X
12
V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA INTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL 1 1
X
2
V
2
3
4
5
6
X
3
X
4
X
5
X
6
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EKSTERNAL HEALTH LOCUS OF CONTROL 1 1
2
4
5
6
7
V
11
12
V
X V
X
6
X
7
V
V
X
8
X
9
12
10
X
4
11
9
X
3
10
8
X
2
5
3
X V
V
X V
X X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA EXTRAVERSION 1 1
X
2
V
2
3
4
5
6
8
X
3
X
4
V
5
V
X V
X
6 7
7
X V
V
8
X
V
V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA AGREEABLENESS 1 1
3
4
5
V
8
9
X X
5
X
6
V V
8 9
7
X
4
7
6
X
2 3
2
V V
V
X
V
X X V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA CONCIENTIOUSNESS 1 1
3
4
5
6
7
8
9
X
2 3
2
X V
X
4
V
X
5
V
V
X
6
X
7
V
8
X
V
V
X
9
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA NEURORITICSM 1 1
2
4
5
6
8
X
3
X V
X
5
X
6
V
V
X
7 8
7
X
2
4
3
X V
V
V
V
V
X
MATRIK KORELASI KESALAHAN PENGUKURAN SKALA OPENNESS 1 1
2
3
4
5
6
8
9
10
X
2
X
3
X
4
V
5
V
X V
V
X
6
X
7
X
8
X
9 10
7
V V
V
V
X V
X