FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO “Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar” (Prof. Yohanes Surya Ph.D)
v
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua dan saudaraku yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.
vi
FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK
Oleh Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Faktor penyebab kesulitan belajar dilihat dari faktor internal meliputi aspek fisiologi dan psikologi serta faktor eksternal meliputi aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian survey explorative dengan pendekatan kuantitatif. Subjek peneltian ini adalah siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD dengan sampel 89 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat dominan menyebabkan kesulitan belajar. Sedangkan faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, serta aspek lingkungan keluarga masuk kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa mudah lelah ketika belajar sebesar 63%. Faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang sulit sebesar 83%. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang sebesar 51%. Faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasat akut dan canggung untuk berbicara kepada guru sebesar 57%. Faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%. Kata Kunci: faktor-faktor kesulitan belajar, siswa berprestasi rendah, SD
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak”. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dibawah ini. 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd. M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Haryanto, M.Pd. yang telah memberi ijin dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Suwarjo, M.Si yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ketua jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Dosen pembimbing akademik, P. Sarjiman M.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6.
Dosen pembimbing skripsi, Dr. Ali Mustadi, M.Pd dan Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.
7.
Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan dalam skripsi ini.
viii
8.
Kepala sekolah SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.
9.
Guru Kelas SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bagi kelancaran penulisan tugas akhir skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Yogyakarta, 14 Februari 2016 Penulis,
Penulis
ix
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6 C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Belajar............................................................................... 9 1. Pengertian Belajar ............................................................................... 9 2. Ciri-ciri Belajar ................................................................................... 10 B. Kajian tentang Prestasi Belajar ................................................................. 12 1. Pengertian Prestasi Belajar ................................................................. 12 2. Fungsi Prestasi Belajar ........................................................................ 14 3. Indikator Prestasi Belajar .................................................................... 16 4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar ................................................. 17 5. Siswa Berprestasi Rendah ................................................................... 20
x
C. Kajian tentang Kesulitan Belajar .............................................................. 22 1. Pengertian Kesulitan Belajar............................................................... 22 2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar ................................................... 24 3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar .......................................... 26 4. Pengajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar ...................... 33 D. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 38 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39 C. Variabel Penelitian .................................................................................... 39 D. Populasi Penelitian .................................................................................... 39 E. Sampel Penelitian...................................................................................... 40 F. Definisi Operasional Penelitian ................................................................ 41 G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 42 H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 42 I.
Skala Pengukuran ...................................................................................... 44
J.
Validitas dan Reabilitas Instrumen ........................................................... 46
K. Teknik Analisis Data ................................................................................ 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian............................................................................ 49 1. Deskripsi Populasi Penelitian ............................................................. 49 2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 49 a. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisiologi ................... 50 b. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikologi .................. 52 c. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ......................................................................................... 56 d. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ........................................................................................... 59 e. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ..................................................................................... 62 B. Pembahasan .............................................................................................. 65 1. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisik ......................... 65
xi
2. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikis........................ 67 3. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ......................................................................................... 69 4. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ........................................................................................... 72 5. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ..................................................................................... 74 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 78 B. Saran ..................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81 LAMPIRAN .................................................................................................... 83
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi .........................................17 Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba .............................................. 43 Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba ................................................ 44 Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ........................................ 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi ............... 50 Tabel 6. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi .... 51 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi ................................................ 53 Tabel 8. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi ... 54 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga ............................ 56 Tabel 10. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga ...................................................................... 57 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah............................ 59 Tabel 12. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah ........................................................................ 60 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat ...................... 62 Tabel 14. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat .................................................................... 63
xiii
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka Berpikir .......................................................................... 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1.Surat Pernyataan Validator Instrumen .......................................... 84 Lampiran 2. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Uji Coba ....................... 85 Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen ............................................... 88 Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Kesulitan Belajar ......................... 91 Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................. 93 Lampiran 6. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Penelitian ...................... 98 Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 100 Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian ............................................................... 121 Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Fisiologi.............................................................. 123 Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Psikologi ........................................................... 125 Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga ..................................... 128 Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah ....................................... 131 Lampiran 13. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat ................................. 135
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap individu berhak dan wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang didalamnya dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Arif Rohman, 2011: 46). Seiring berkembangnya jaman, teknologi berkembang dengan pesat, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada. Untuk mengikuti perkembangan tersebut, pendidikan dibutuhkan guna mengembangkan diri individu agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kedudukan istimewa yang menentukan pembangunan pribadi individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat istilah belajar dan pembelajaran dalam pendidikan. Keduanya memiliki hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa. Oleh sebab itu, siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal agar keberhasilan dalam pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2006:
1
213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tardif dkk (dalam Muhibbin Syah, 2006: 195) evaluasi merupakan proses penilaian yang disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan guna menggambarkan prestasi yang dicapai siswa. Berbagai pihak baik itu guru, orang tua, maupun siswa tentunya mengharapkan adanya perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataannya dalam suatu kelas tidak semua siswa dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi. Beberapa siswa masih memiliki prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang rendah dapat dilihat dari belum tercapainya standar yang ditetapkan atau belum terpenuhinya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku. Menurut sebaran data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 di kabupaten sleman, tercatat 14.856 siswa yang mengikuti ujian nasional dan 26 siswa yang tidak mengikuti ujian. Dari 14.856 siswa yang mengikuti ujian tersebut, diantaranya masih terdapat 2.688 siswa yang memiliki prestasi yang cukup rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Dengan demikian, berdasarkan data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 diperoleh persentase
siswa
berprestasi
rendah
(www.dikpora.jogjaprov.go.id)
2
dengan
jumlah
18.1%
Sedangkan data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas 4 masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 di Kecamatan Ngemplak, menunjukkan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi rendah. Dari 22 Sekolah Dasar Negeri yang terdapat di kecamatan tersebut, terdapat 19 Sekolah Dasar Negeri diantaranya masih ditemukan adanya siswa berprestasi rendah. Di 19 Sekolah Dasar Negeri tersebut, terdapat siswa dengan jumlah 489 siswa yang diantaranya terdapat 137 siswa memiliki prestasi rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak yaitu mencapai 28,01%. Siswa dengan prestasi belajar rendah sering kali dianggap bodoh atau malas padahal belum tentu demikian. Setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat dengan cepat memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan aktifitas belajar yang tidak selalu dapat berjalan lancar bagi setiap individu siswa. Dengan kata lain, masih sering dijumpai bahwa siswa yang berprestasi rendah tersebut mengalami kesulitan dalam belajar. Menurut Dalyono (2005: 229), kesulitan belajar merupakan keadaan yang membuat siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat memberikan bimbingan yang tepat maka perlu adanya pemahaman terkait hal-hal yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Pada dasarnya proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti halnya faktor yang berpengaruh dalam belajar, faktor-faktor tersebut juga
3
dapat menjadi faktor penyebab adanya kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) (Muhibbin Syah, 2013: 184—185). Faktor internal meliputi faktor fisiologi yang berkaitan dengan kesehatan dan kondisi tubuh serta faktor psikologis yaitu berkaitan dengan tingkat intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Moh. Surya (dalam Sugihartono, 2007: 154—155) mengemukakan bahwa beberapa ciriciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu; menunjukkan hasil belajar yang rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, serta menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Adanya siswa yang berkesulitan belajar menjadikan guru dituntut untuk peka terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa. Di samping itu, guru juga perlu mengetahui faktor penyebab munculnya kesulitan belajar tersebut. Berdasarkan fakta di lapangan masih ditemukan beberapa guru yang kurang menyadari adanya sebab-sebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa
4
memperhatikan kebutuhan khusus siswa. Padahal setiap individu siswa membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda, sehingga tindakan-tindakan yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran pun harus
berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan siswa. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
28
Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pada Pasal 16 Ayat (1) Angka 1 bahwa ―Siswa mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya‖. Dengan mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa, diharapkan seorang guru dapat menentukan cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Di samping itu, guru juga akan lebih mudah dalam memilih dan menentukan cara-cara mengajar yang lebih tepat dan dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Berdasarkan paparan yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak khususnya kelas 4. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang berprestasi rendah di kelas 4, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ―Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak‖
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil TKM kelas 3 semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Ngemplak, masih ditemukan 137 siswa berprestasi rendah. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga memiliki prestasi yang rendah. 3. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa memperhatikan kebutuhan khusus siswa. 4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
C. Batasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada ―Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri seKecamatan Ngemplak.‖
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
Faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan
6
kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri seKecamatan Ngemplak?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: 1. Guru Bagi guru sebagai pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. 2. Siswa Bagi siswa sebagai pelajar, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul dalam proses belajar, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan mampu merencanakan arah tujuan selanjutnya. 3. Orang Tua Bagi orang tua selaku pembimbing siswa di rumah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan terkait kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
7
sehingga dapat
menjadi
bahan pertimbangan untuk
memberikan
bimbingan dan sarana kepada siswa agar dapat menghadapi kesulitan belajar yang dialaminya.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Belajar 1. Pengertian Belajar Banyak ahli psikologi yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses yang didalamnya dibutuhkan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan secara utuh dan menyeluruh pada tingkah laku yang baru dan belum dikuasai sebelumnya sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar. Senada dengan pendapat tersebut, Cornbach (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13) mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu, suatu aktifitas dikatakan belajar apabila aktivitas tersebut dapat memunculkan perubahan tingkah laku yang baik akibat adanya pengalaman yang diperoleh akibat aktivitas tersebut. Selanjutnya Skinner (dalam Bimo Walgito, 2010: 184) mendefinisikan belajar sebagai proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan munculnya perubahan
9
perilaku akibat adanya adaptasi atau penyesuaian yang bersifat progresif yaitu terus berkembang ke arah yang lebih baik. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dan meyeluruh. Perubahan tersebut akan terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari adanya pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar.
2. Ciri-ciri Belajar Hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Namun tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan hasil belajar. Terdapat ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar (Slameto, 2013: 3—5), a. Perubahan terjadi secara sadar Seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya dapat merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu
10
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar jika perubahan yang terjadi bersifat positif dan aktif. Diaktakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar juga bersifat aktif, artinya perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena adanya usaha dari individu sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap dan permanen. Sehingga keterampilan seorang anak setelah belajar tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan terus dimiliki dan semakin berkembang apabila terus dipergunakan dan dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai oleh individu itu sendiri dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Sehingga apabila seseorang belajar sesuatu maka sebagai hasilnya aka nada perubahan
11
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait belajar, belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berkembang kearah yang lebih baik akibat dari adanya pengalaman dalam aktifitas belajar. perubahan tingkah laku tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, memiliki tujuan yang terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
B. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar sering dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Istilah prestasi merupakan terjemahan dari achievement yang dalam Oxford Advanced Larner’s Dictionary diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan dengan sukses, terutama dengan usaha dan keterampilan (A.S. Hornby, 1995:10). Hal senada juga dijelaskan oleh Ali Mustadi (2012: 257) bahwa learning achievement dapat diartikan hasil yang telah dicapai setelah seseorang mengalami proses belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu. Dengan demikian, prestasi dalam belajar merupakan hasil yang dicapai dengan baik dalam proses pembelajaran yang dalam proses tersebut
12
dibutuhkan usaha-usaha dan keterampilan dalam belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu. Hal tersebut senada dengan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Selanjutnya, prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru ( Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 895). Jadi, prestasi belajar adalah hasil pencapaian dari adanya proses belajar yang ditunjukkan dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan baru yang belum dipahami dan dikuasai sebelumnya. Hasil pencapaian tersebut biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai yang memiliki skala tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nana Syaodih (2009: 102—103) bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari perilaku siswa, baik dalam betuk penguasaan materi, ketrampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik sebagai hasil dari pengausaan siswa terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya dan dilambangkan dengan nilai berupa angka atau huruf. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2006: 213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil
13
yang diperoleh siswa dari adanya pengalaman dan proses belajar sehingga terjadi perubahan pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa. Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai mencakup ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor yang belum dikuasai sebelumnya. Hal tersebut terjadi akibat adanya pengalaman dan usaha-usaha dalam proses belajar yang dikembangkan
dalam
mata
pelajaran.
Prestasi
belajar
umumnya
dilambangkan dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf.
2. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama. Zainal Arifin (2013: 12—13) menyebutkan lima fungsi utama prestasi belajar, yaitu: 1. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kualitas maupun kuantitas pengetahuan yang sudah mampu dikuasai oleh siswa. 2. Prestasi belajar dijadikan sebagai lambang pemuasan hasrat rasa keingintahuan yang merupakan kebutuhan umum manusia. 3. Prestasi belajar dijadikan sebagai bahan informasi dalam melakukan inovasi di bidang pendidikan. Dapat diasumsikan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dalam peningkatan mutu pendidikan. 4. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern yaitu, prestasi belajar dapat
14
dijadikan indikator tingkat produktivitas dalam institusi pendidikan. Indikator ekstern yaitu, prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. 5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan)
siswa.
Hal
tersebut
dikarenakan
dalam
proses
pembelajaran, siswa mejadi fokus utama yang harus diperhatikan dan diharapkan siswa dapat menyerap seluruh materi pembelajaran dengan maksimal. Prestasi belajar juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di samping itu, dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan diagnosis, penempatan maupun bimbingan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornbach (dalam Zainal Arifin, 2013: 13) yang menyatakan bahwa prestasi belajar memiliki banyak manfaat, antara lain ―sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah‖. Berdasarkan fungsi prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa sangatlah penting. Hal tersebut dikarenakan prestasi belajar tidak hanya menjadi indikator keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas suatu institusi pendidikan dan dapat juga
15
dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan tindakantindakan yang tepat bagi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Indikator Prestasi Belajar Mengukur perubahan tingkah laku pada seluruh ranah psikologis, khususnya ranah afektif siswa adalah hal yang sulit. Hal tersebut dikarenakan perubahan sebagai hasil belajar siswa ada yang bersifat intangible atau tidak dapat diraba. Sehingga guru hanya dapat mengambil cuplikan perubahan tingkah laku siswa yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Muhibbin Syah (2013: 148), kunci pokok dalam memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator sebagai penunjuk adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam penggunaan alat dan kiat evaluasi yang dianggap tepat, reliabel, dan valid (Muhibbin Syah, 2013: 148—150) disajikan sebuah tabel dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982; Barlow, 1985; Petty, 2004) dengan penyesuaian seperlunya sebagai berikut;
16
Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/ Jenis Prestasi A. Ranah Kognitif 1. Pengamatan
2. Ingatan
3. Pemahaman
4. Aplikasi/ Penerapan 5. Analisis B. Ranah Afektif 1. Penerimaan
Indikator 1. 2. 3. 1. 2.
Dapat menunjukkan Dapat membandingkan Dapat menghubungkan Dapat menyebutkan Dapat menunjukkan kembali
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan
1. Menujukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
3. Apresiasi (Sikap Menghargai)
1. Menganggap penting dan bermanfaat 2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari
4. Internalisasi (pendalaman) 5. Karakterisasi (penghayatan)
C. Ranah Psikomotor 1. Keterampilan 2. Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal
1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
Kecakapan mengkoordinasikan gerak anggota tubuh 1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimic dan gerakan jasmani
Cara Evaluasi 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2.
Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis Observasi Tes lisan Tes tertulis
1. 2. 3. 1. 2.
Tes tertulis Pemberian tugas Observasi Tes tertulis Pemberian tugas
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1.
2.
Tes tertulis Tes skala sikap Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas Observasi Tes skala peilaian sikap Pemberian tugas Observasi Tes skala sikap Pemberian tugas ekspresif dan proyektif Pemberian tugas ekspresif dan proyektif Observasi
1. 2. 1. 2. 3.
Observasi Tes tindakan Tes lisan Observasi Tes tindakan
2. 3. 1. 2.
1.
4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi atau mengukur prestasi belajar siswa. Pendekatan tersebut yaitu: 1) norm-referencing atau norm-referenced assessment dan 2) criterion17
referencing atau criterian-referenced assessment (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan-pendekatan tersebut pada umumnya sering disebut dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK). a. Penilaian Acuan Norma (norm-referenced assessment) Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN) dilakukan dengan cara membandingkan prestasi belajar seorang siswa dengan prestasi belajar yang dicapai oleh teman-teman sekelas atau sekelompoknya (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan penilaian acuan norma juga disebut dengan pendekatan faktual atau apa adanya (Eko Putro Widoyoko, 2014: 249). Dalam arti bahwa standar pembanding diambil dari fakta-fakta dari hasil pengukuran, sehingga penilaian ini tidak dikaitkan dengan standar yang berasal dari luar hasil pengukuran sekelompok siswa. Hal tersebut senada dengan pendapat Muhibbin Syah (2006: 217) yang menjelaskan bahwa dalam pendekatan ini juga dapat dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh seorang siswa dengan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh siswa-siswa yang lain. Kemudian persenatse tersebut dikonversikan ke dalam nilai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan ini pemberian nilai bagi setiap siswa berdasar pada hasil perbandingan antara skor yang diperoleh
18
individu siswa dengan skor yang diperoleh siswa lain dalam satu kelas. b. Penilaian Acuan Kriteria (criterian-referenced assessment) Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian siswa dengan perilaku ranah yang telah ditetapkan dengan baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan yang tetap (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 218). Oleh sebab itu, dalam penerapannya diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran baik secara umum maupun khusus. hal tersebut senada dengan pendapat Eko Putro Widoyoko (2014: 249) bahwa dalam menafsirkan atau menginterpretasikan skor hasil pengukuran dengan menggunakan standar yang tetap yaitu skor ideal. Pendekatan ini umumnya digunakan untuk sekelompok siswa yang mengikuti tes atau ujian yang sama, kapanpun dan dimanapun ujian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian patokan atau standar penilaian dalam pendekatan ini ditentukan atas dasar jumlah butir soal. Siswa dianggap mampu menguasai pengetahuan yang diujikan apabila dapat menjawab sejumlah butir soal dengan benar, sehingga nilai yang diperoleh memenuhi standar yang ditetapkan.
19
5. Siswa Berprestasi Rendah Untuk menentukan apakah seorang siswa memiliki prestasi yang rendah, guru perlu menentukan terlebih dahulu batas minimal keberhasilan belajar siswa yang ditunjukkan melalui KKM. KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang menjadi kriteria paling rendah untuk menyatakan ketuntasan siswa dan ditetapkan sebelum awal tahun ajaran baru (Eko Putro Widoyoko, 2014: 264). Oleh karena itu, siswa dengan nilai yang berada di bawah KKM akan dinyatakan tidak tuntas atau memiliki prestasi yang rendah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan bab F tentang Penilaian oleh Satuan Pendidikan Pasal 1 disebutkan bahwa, ―Dalam menentukan KKM setiap mata pelajaran adalah dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik‖ (dalam Eko Putro Widoyoko, 2014: 265). Berdasarkan peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan KKM disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KKM yang berlaku di sekolah yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda. Disamping pendapat tersebut di atas, Muhibbin Syah (2013: 151) menggolongkan prestasi ke dalam lima kelompok, yaitu: a. 8,0 – 10 = sangat baik; b. 7,0 – 7,9 = baik;
20
c. 6,0 – 6,9 = cukup; d. 5,0 – 5,9 = kurang; e. 0 – 4,9
= gagal.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran standar penggolongan prestasi sebagai berikut: a. 8,0 – 10 = tinggi; b. 6,6 – 7,9 = sedang; c. 0 – 6,5 = rendah. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil belajar yang dicapainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang berlaku. Namun, KKM pada setiap sekolah berbeda-beda sehingga siswa berprestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan melalui standar penggolongan prestasi yang ditetapkan di atas. Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait prestasi belajar, prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai akibat adanya pengalaman dalam proses belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
21
C. Kajian tentang Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya berhak mendapat peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya setiap individu tidaklah sama. Perbedaan individual tersebut menyebabkan munculnya tingkah laku belajar yang berbeda pada setiap siswa. Oleh sebab itu, tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitas yang dimilikinya. Dengan demikian, muncul kesulitan belajar atau yang dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan istilah learning difficulties. Difficulty memiliki arti keadaan atau kemampuan yang dalam keadaan sulit akibat adanya gangguan atau usaha-usaha yang terdapat di dalamnya. Dalyono (2005: 229) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Dengan demikian, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Selanjutnya Mulyadi (2010: 6) menambahkan, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan munculnya hambatan-hambatan dalam mencapai hasil belajar, sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Dalam situasi tersebut, hambatan yang muncul akam membuat siswa merasa kesulitan dalam proses belajar dan hal tersebut menghambat atau mengganggu siswa dalam pencapaian
22
hasil belajar secara maksimal. Oleh sebab itu siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki hasil belajar yang cenderung rendah dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Nini Subini (2012: 57) bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi yang menunjukkan pencapaian kompetensi atau prestasi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan, ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, perolehan nilai siswa yang mengalami kesulitan belajar akan berada di bawah standar atau ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 149) bahwa kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang muncul pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa berkesulitan belajar akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan prestasi belajar temantemannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari prestasi sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar. Oleh sebab itu, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan memperoleh prestasi
23
belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan, sehingga prestasinya akan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi temantemannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari sebelumnya.
2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Sumadi Suryabrata (dalam Sugihartono, 2007: 153—154) mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar pada siswa dapat diketahui atas dasar: a. Grade Level, yaitu apabila siswa tersebut pernah tinggal kelas. b. Age Level, yaitu apabila usianya tidak sesuai dengan kelasnya. Namun bukan disebabkan karena keterlambatan dalam masuk sekolah. c. Intelegensi Level, yaitu apabila siswa tersebut memiliki prestasi yang rendah. d. General Level, yaitu apabila siswa tersebut dapat mencapai prestasi sesuai harapan namun terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak sesuai harapan diakrenakan hasil yang diperoleh rendah. Oleh sebab itu pada mata pelajaran yang prestasinya rendah tersebut siswa dianggap mengalami kesulitan belajar. Lebih
lanjut
Sumadi
Suryabrata
mengemukakan
ciri-ciri
siswa
berkesulitan belajar yaitu menunjukkan adanya gangguan: aktivitas
24
motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, memuat dan menangkap simbol, perhatian, dan ingatan. Gejala kesulitan belajar akan Nampak dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan motoris, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Secara lebih rinci, Mulyadi (2010: 7—8) menjelaskan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar antara lain: a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu berada di bawah rata-rata nilai kelas atau di bawah potensi yang dimiliki. b. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, seperti siswa yang sudah berusaha untuk rajin belajar namun nilainya masih selalu rendah. c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar dan selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan. d. Meunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan sering berdusta. e. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu dalam proses pembelajaran, tidak mau mencatat, kurang tertib, sering mengasingkan diri, dan kurang mau bekerja sama. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, mudah marah, kurang gembira, dan tidak
25
menunjukkan perasaan sedih atau menyesal dalam menghadapi nilai yang rendah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan hasil belajar rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, dan menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Ciri-ciri termasuk gejala tersebut dialami oleh semua siswa yang memiliki kesulitan belajar pada semua jenjang pendidikan termasuk pada siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat peka terhadap gejala-gejala yang muncul pada siswa.
3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Secara umum faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. a. Faktor Internal Faktor internal digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi (Dalyono, 2005: 230—231). Faktor fisiologi merupakan faktor-faktor yang bersifat fisik atau menyangkut kondisi
26
jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Sedangkan faktor psikologi merupakan faktor-faktor yang bersifat psikis, contohnya seperti intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. 1) Faktor Fisiologi a) Kesehatan tubuh Seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit
berkonsentrasi,
terganggu.
Kondisi
kurang
semangat
yang demikian
dan
akan
pikirannya
menyebabkan
penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Saraf otak tidak dapat bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, dan mengorganisasi bahan pelajaran yang diterima melalui indranya. Oleh karena itu perintah dari otak ke saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, atau hasil pemikiran juga menjadi lemah (Dalyono, 2005: 231—232). b) Cacat tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya anggota tubuh (Slameto, 2013: 55). Keadaan ini dapat mengganggu proses pembelajaran dan
27
menyebabkan kesulitan belajar. Cacat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat (Dalyono, 2005: 232). Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran,
lemahnya
penglihatan,
maupun
gangguan
psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. 2) Faktor Psikologi a) Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Slameto (2013: 55—56) menjelaskan bahwa intelegensi yang tinggi memiliki potensi yang tinggi pula dalam keberhasilan belajar. Namun siswa yang memiliki intelegensi tinggi belum tentu terhindar dari kesulitan belajar. Sugihartono (2007: 150) menegaskan, kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah. Sejalan dengan pendapat tersebut Dalyono (2005: 232) menambahkan, meskipun siswa yang memiliki intelegensi rendah lebih berpotensi mengalami kesulitan dalam belajar. Kemampuan intelegensi dapat dilihat dari
segi
pemahaman,
ingatan,
kemampuan
dalam
menyelesaikan soal, dan intensitas mengikuti remidi (Meizuvan Khoirul Arief, 2012: 6-9).
28
b) Bakat Bakat merupakan potensi atau kemampuan dasar untuk belajar yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata apabila sudah belajar atau berlatih
(Slameto,
2013:
57).
Seseorang
akan
mudah
mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang (Dalyono, 2005: 234—235). Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar. c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan, sehingga kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan secara terus-menerus dan disertai dengan rasa senang (Slameto, 2013: 57). Tidak adanya minat seorang siswa terhadap suatau pembelajaran dapat menimbulkan rasa tidak tertarik dan tidak senang. Hal tersebut berakibat pada timbulnya problema pada diri siswa sehingga muncul kesulitan belajar (Dalyono, 2005: 235). d) Motivasi
29
Motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar (Dalyono, 2005: 235—236). b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan di sekitar siswa yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Muhibbin Syah (2011: 185) membagi faktor eksternal kedalam tiga bagian, yaitu: 1) Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap anak. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar siswa. Dengan demikian, lingkungan keluarga juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa. Contohnya: a) hubungan antar anggota keluarga; b) kondisi ekonomi keluarga; c) perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya;
30
d) kelengkapan fasilitas belajar; e) managemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah (Dalyono, 2005: 238). 2) Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, contohnya: a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah (Dalyono, 2005: 242—244). 3) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar. Contohnya seperti kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain (Dalyono, 2005: 246—247) . Selain faktor-faktor yang bersifat umum tersebut, terdapat pula faktor lain yang dianggap sebagai faktor khusus yang juga dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Muhibbin Syah (2011: 185— 186) menambahkan, di antara faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar. Sindrom merupakan suatu gejala yang timbul
31
sebagai
indikator
adanya
keabnormalan
psikis,
sehingga
dapat
menimbulkan kesulitan belajar. Sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar tersebut terdiri atas: a. Diseleksia (dyselexia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam membaca; b. Disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam menulis; c. Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam matematika. Namun, siswa yang memiliki sindrom tersebut secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal. Oleh sebab itu, kesulitan belajar siwa yang memiliki sindrom-sindrom
tersebut mungkin hanya disebabkan oleh
adanya minimal brain dysfunction atau gangguan ringan pada otak (Lask, Reber, dalam Muhibbin Syah, 2011: 186) Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pendapat dari Dalyono (2005: 230—231) dan Muhibbin Syah (2011: 185) bahwa ada banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya kesulitan belajar. Diantara faktor-faktor tersebut terdapat faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari luar diri siswa yaitu lingkungan sekitar siswa yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat tempat tinggal. Selain itu terdapat faktor khusus yaitu sindrom psikologis yang berupa ketidakmampuan belajar.
32
4. Pengajaran Remedial bagi Siswa Berkesulitan Belajar Bagi siswa yang memiliki prestasi rendah akibat mengalami kesulitan belajar, sangatlah perlu untuk diberikan layanan bimbingan belajar. Oleh sebab itu, guru sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa harus memberikan layanan bimbingan belajar yang baik. Pemberian layanan bimbingan belajar bagi siswa berkesulitan belajar dikenal dengan pengajaran remedial. Kegiatan pengajaran remedial sifatnya penting dalam keseluruhan program pembelajaran, sehingga seorang guru harus mampu untuk melaksanakan program pengajaran remedial. Hal tersebut dikarenakan secara umum setiap proses pembelajaran di kelas, selalu ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Mulyono (2003: 20) bahwa setiap akhir dari kegiatan pembelajaran dalam suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi tersebut siswa yang belum menguasai materi pelajaran diberikan pengajaran remedial. Dengan demikian, pengajaran remedial pada dasarnya adalah kewajiban bagi setiap guru setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan bahwa ada siswa yang belum mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 171—172) remedial merupakan suatu bentuk pengajaran khusus bagi setiap individu yang sifatnya kuartif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Dengan
33
demikian, pengajaran remedial merupakan bentuk pengajaran khusus yang bersifat individual dan bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau yang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses belajar siswa, sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran secara klasikal di kelas dan dapat mencapai prestasi belajar secara optimal. Apabila dijumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran dan tidak segera diatasi, maka dapat berpengaruh dalam penguasaan materi pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, siswa tersebut akan semakin banyank mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran
menegaskan
bahwa
berikutnya. pelaksanaan
Sugihartono, pengajaran
dkk. remedial
(2007:
172)
seharusnya
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada setiap siswa belum tentu sama dikarenakan perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Hal tersebut diharapkan dapat menangani masalah kesulitan belajar pada setiap siswa secara maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial adalah pengajaran khusus yang bersifat individual, sehingga dalam pelaksanaanya perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Pengajaran remedial memiliki
34
tujuan untuk memperbaiki atau mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Pengajaran remedial penting dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan adanya pengajaran remedial, diharapkan semua siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas secara maksimal, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan penjabaran terkait kesulitan belajar, kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal. Hal tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kesulitan belajar menyebabkan siswa tidak dapat memperoleh prestasi belajar yang baik.
D. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal, sehingga keberhasilan dalam belajar dapat diperoleh. Keberhasilan belajar pada umumnya sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan
35
hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Berbagai pihak tentunya mengharapkan perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataanya, setiap individu siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi/ baik. Masih terdapat pula siswa yang memiliki prestasi belajar yang tergolong rendah di setiap kelas, meskipun dengan jumlah yang tidak banyak. Siswa dengan prestasi rendah tersebut diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, siswa tersebut tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya. Sementara itu, ditemui di lapangan bahwa masih terdapat guru yang kurang memahami akan hal tersebut. Oleh karena itu perlu diteliti tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa yang berprestasi rendah. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar tersebut, guru dapat menentukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Disamping itu, akan mempermudah guru dalam menentukan caracara mengajar yang tepat dan menjamin kemudahan siswa dalam belajar agar perolehan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka digambarkan bagan kerangka pikir tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah dilihat dari faktor internal dan eksternal. Indikator penelitian ini adalah seberapa besar suatu faktor menyebabkan siswa yang berprestasi rendah mengalami kesulitan belajar. Faktor tersebut meliputi faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri
36
siswa, mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa/lingkungan sekitar siswa, mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Fisiologi
Siswa Berprestasi Rendah Internal
Psikologi Lingkungan Keluarga
Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Eksternal Kesimpulan
Lingkungan Sekolah Lingkungan Masyarakat
Gambar 1. Kerangka berpikir
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008: 7) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey exploratif. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) penelitian survey merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Data tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis, sifat, dan kondisinya untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 82) menambahkan, penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi yang cukup besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Berdasarkan penjabaran tersebut, secara lebih singkat penelitian survey merupakan peneitian yang memaparkan apa yang terjadi di suatu wilayah secara objektif dengan pengumpulan data yang menggunakan sampel. Survey pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor
38
kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kelas 4. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman terdapat 22 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang tersebar di Kecamatan Ngemplak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2015.
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah.
D. Populasi Penelitian Tujuan dari penelitian pendidikan yaitu untuk mempelajari sesuatu tentang sekelompok besar manusia dengan belajar dari sekelompok manusia yang lebih kecil. Sekelompok besar yang diharapkan untuk dapat dipelajari disebut dengan populasi, sedangkan kelompok kecil yang benar-benar dipelajari disebut sampel (Brog dan Gall, 1979: 176—177). Berdasarkan paparan tersebut, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa yang berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Jumlah populasi diketahui dari data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas
39
4 tersebut masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 dengan jumlah 137 siswa. Namun, terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang menjadi 114 siswa. Jumlah populasi tersebut tersebar di sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1 berjumlah 4 siswa, SDN Kejambon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Krawitan berjumlah 3 siswa, SDN Krapyak 1 berjumlah 7 siswa, SDN Krapyak 2 berjumlah 8 siswa, SDN Pokoh 1 berjumlah 3 siswa, SDN Pokoh berjumlah 11 siswa, SDN Jaten berjumlah 10 siswa, SDN Koroulon 1 berjumlah 5 siswa, SDN Koroulon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Karanganyar berjumlah 4 siswa, SDN Umbulwidodo berjumlah 6 siswa, SDN Banjarharjo berjumlah 11 siswa, SDN Ngemplak 1 berjumlah 5 siswa, SDN Ngemplak 2 berjumlah 7 siswa, SDN Ngemplak 4 berjumlah 5 siswa, SDN Malangrejo berjumlah 8 siswa, SDN Randusari berjumlah 3 siswa, dan SDN Sempu berjumlah 6 siswa.
E. Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008: 81). Sampel dapat digunakan apabila suatu populasi tersebut besar dan ada keterbatasan dalam penelitian, baik dari segi tenaga, biaya, maupun waktu. Pemilihan jumlah subjek dari populasi yang telah ditentukan disebut dengan sampling (Brog dan Gall, 1979: 176— 177). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan secara
40
acak dengan menggunakan undian. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 49) yaitu:
Keterangan:
n : Sampel N : Populasi d : Nilai presisi 95% atau Sig.= 0,05
Jumlah sampel dari populasi sebanyak 114 siswa ditentukan dengan Rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel yang didapat sebanyak 89 siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
F. Definisi Operasional Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Faktor kesulitan belajar merupakan sesuatu yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Faktor tersebut tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
41
Prestasi belajar dalam penelitian ini mencakup prestasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Prestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan dari nilai rata-rata di bawah 65.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data atau sering disebut dengan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013: 203). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket. Metode ini dipilih mengingat jumlah responden yang cukup besar. Melalui angket ini, diharapkan peneliti dapat meperoleh informasi mengenai variabel yang diukur dengan lebih efektif dan efisien.
H. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup. Angket tertutup merupakan pertanyaan yang mengharapkan responden memberi jawaban secara singkat atau memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah tersedia pada setiap pertanyaan (Sugiyono, 2008: 143). Angket faktor kesulitan belajar siswa disusun dalam bentuk skala. Setiap butir pernyataan mengandung masing-masing empat alternatif respon yang diberikan bobot antara 1 sampai
42
4. Sebelum menyusun instrumen, terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk mempermudah pembuatan butir-butir instrumen dalam angket. Masingmasing indikator terdiri dari beberapa sub-indikator yang diwakili beberapa butir pernyataan sebagai alat ukurnya. Berikut ini merupakan kisi-kisi angket tertutup: Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba No
Faktor
1.
Internal/ Diri Sendiri
No. Item Unfavorable Favorable 1 2, 3, 4, 5
Indikator 1. Fisiologi 2. Psikologi
2.
Eksternal/ 1. Lingkungan Lingkungan Keluarga 2. Lingkungan Sekolah 3. Lingkungan Masyarakat
Jumlah 5
6, 9, 10, 11, 13 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22
7, 8, 12, 14
9
16, 23
9
24, 26, 28, 30, 31 32, 34
25, 27, 29
8
33, 35
4
Jumlah
35
Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan teori tentang faktorfaktor kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 230–231) dan Muhibbin Syah (2011: 185) dengan jumlah item sebanyak 35 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 15 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 5 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 9 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 8 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 4 butir item.
43
Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba No. Item No 1.
2.
Faktor Internal/ Diri Sendiri Eksternal/ Lingkunga n
Indikator
No. Item yang Gugur 5
Jml
Unfavorable
Favorable
1. Fisiologi
1
2, 3, 4
2. Psikologi
6, 9, 10, 11, 13 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22
7, 8, 12, 14 16
-
9
23
8
24, 26, 28, 30, 31 32, 34
25, 27
29
7
35
33
3
1. Lingkungan Keluarga 2. Lingkungan Sekolah 3. Lingkungan Masyarakat
4
31
Jumlah
Setelah dilakukan uji coba terdapat 4 butir item yang gugur, diantaranya item nomor 5, 23, 29, dan 31. Dengan demikian jumlah item yang digunakan dalam penelitian yaitu berjumlah 31 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 11 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 4 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir item.
I. Skala Pengukuran Skala pengukuran disepakati sebagai acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dapat menghasilkan data berupa data
44
kuantitatif (Sugiyono, 2008 : 92). Dengan demikian, nilai variabel yang diukur dengan suatu instrumen dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga data akan menjadi lebih akurat, efisien, dan komunikatif. Jawaban pada setiap item instrumen yang menggunakan skala, mempunyai gradasi dari jawaban yang sangat positif sampai dengan yang sangat negatif. Penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan alternatif jawaban yang sifatnya ragu-ragu. Alternatif jawaban yang digunakan adalah selalu, sering, jarang sekali, tidak pernah. Alternatif jawaban pada setiap butir merupakan data kualitatif yang kemudian ditransformasikan menjadi menjadi data kuantitatif menggunakan simbol angka. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk pernyataan favorable: 1. Selalu
:4
2. Sering
:3
3. Jarang sekali
:2
4. Tidak pernah
:1
Untuk pernyataan unfavorable: 1. Selalu
:1
2. Sering
:2
3. Jarang sekali
:3
4. Tidak pernah
:4
45
Untuk mendeskripsikan hasil penelitian ini, maka dibuatlah kategori menurut pengelompokan skor hasil penelitian. Dalam Riduan (2004:71-79) dijelaskan bahwa skor hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan nilai persentase yang didapat dari pengolahan skala, kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. 76%-100%
: sangat menyebabkan kesulitan belajar
2. 51%-75%
: menyebabkan kesulitan belajar
3. 26%-50%
: kurang menyebabkan kesulitan belajar
4. 0%-25%
: tidak menyebabkan kesulitan belajar
J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh sebab itu, setelah instrumen selesai dibuat maka perlu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil pengukuran dapat menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 228). Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal instrumen harus memenuhi construct validity. Untuk menguji validitas konstruksi (construct validity) dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment expert), untuk menentukan apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau perombakan total (Sugiyono, 2008: 125).
46
Selanjutnya perlu juga dilakukan uji coba instrumen. Menurut Sugiyono (2008: 125) uji coba instrumen dapat dilakukan peneliti pada populasi dimana sampel diambil. Dengan demikian, diharapkan karakteristik dari sampel uji coba dapat mirip dengan responden. Instrumen diujicobakan pada 25 siswa. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan Software SPSS 16. Dari hasil pengolahan data akan diperoleh butir instrumen yang valid dan tidak valid. Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan pada 25 sampel menunjukkan hasil bahwa dari 35 item yang di uji cobakan, terdapat 4 item yang tidak valid. Perhitungan reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan Software SPSS 16. Sebagai tolak ukur tinggi rendahnya
reliabilitas instrument
digunakan klasifikasi menurut Suharsimi Arikunto sebagai berikut : Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen Besarnya nilai
Klasifikasi
0,800 – 1,00
Tinggi
0,600 – 0,800
Cukup
0,400 – 0,600
Agak rendah
0,200 – 0,400
Rendah
0,000 – 0,200
Sangat Rendah
Berdasarkan uji coba instrumen yang telah dilakukan pada 25 sampel menunjukkan bahwa dari 35 item yang di uji cobakan, didapat hasil uji reliabilitas sebesar 0,935.
47
K. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif yaitu teknik menganalisa data dengan cara menjelaskan atau menggunakan angka-angka yang disajikan dalam bentuk tabel, frekuensi dan persentase. Sehingga, teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini yaitu menggunakan statistik deskriptif. Data kuantitatif berupa skor-skor berbentuk angka yang kemudian dapat diukur persentasenya. Selanjutnya, skor persentase dimaknai secara kualitatif berdasarkan klasifikasi dengan pengkategorian, kemudian dilakukan interpretasi terhadap data tersebut. Data tersebut dijabarkan ke dalam kata-kata sehingga data yang diperoleh bisa lebih jelas dan valid. Sehingga teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase. Pedoman
yang
digunakan
dalam
melakukan
analisis
dengan
menghitung persentase dari data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus:
Keterangan : P : Persentase F : Skor Perolehan N : Skor Maksimal
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian 1. Deskripsi Populasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 19 (Sembilan belas) Sekolah Dasar (SD) negeri di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian ini sebanyak 114 siswa kelas 4 yang tersebar di Sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1, SDN Kejambon 2, SDN Krawitan, SDN Krapyak 1, SDN Krapyak 2, SDN Pokoh 1, SDN Pokoh 2, SDN Jaten, SDN Koroulon 1, SDN Koroulon 2, SDN Karanganyar, SDN Umbulwidodo, SDN Banjarharjo, SDN Ngemplak 1, SDN Ngemplak 2, SDN Ngemplak 4, SDN Malangrejo, SDN Randusari, dan SDN Sempu.
2. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah. Faktor penyebab kesulitan belajar dinilai dengan menggunakan angket. Angket tersebut diberikan kepada 89 siswa kelas 4 yang memiliki prestasi rendah. Siswa-siswa tersebut merupakan anggota populasi dari 114 siswa kelas 4 yang berprestasi rendah di SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan melihat hasil perolehan responden pada Aspek fisik, aspek psikis, aspek lingkungan keluarga,
49
aspek lingkungan sekolah dan aspek lingkungan masyarakat. Hasil analisis data penelitian faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisiologi di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek fisik terdiri dari 4 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 4 x 4 = 16 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 1. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik adalah sebagai berikut: Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi No
Kategori
Interval
F
%
1 2 3 4
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar
76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25%
0 30 51 8
0% 33,7% 57,3% 9%
89
100%
Jumlah
Kategori aspek fisik pada Tabel.5 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek fisik dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek fisik dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek fisik dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval
50
0%-25%, berarti pada aspek fisik dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.5, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik menunjukkan bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 33,7%, pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan sebagian kecilnya tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Tabel. 6 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi No. Item 1 2 3 4
Jumlah 151 224 148 154
Jumlah Total
677
Hasil
penelitian
Persentase 42% 63% 42% 43%
53% 42% 48%
yang telah dilakukan terhadap siswa
berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa kondisi fisik siswa sebagian besar dalam kondisi yang baik. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi sebagian besar siswa yang cukup sehat dan jarang sekali ditemukan siswa yang sedang mengalami gangguan kesehatan ataupun cacat fisik. Terlihat dari kondisi siswa yang lincah dan bersemangat ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas. Sebagian besar siswa memiliki kondisi badan yang sehat sehingga mudah dalam berkonsentrasi. Hal tersebut ditunjukkan 51
dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Sedangkan dari segi daya tahan siswa dalam belajar, masih terdapat siswa yang merasa mudah lelah ketika belajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 63%. Dengan demikian, apabila dilihat dari kondisi kesehatan tubuh persentase yang diperoleh yaitu 53%. Masih terdapat pula beberapa siswa yang memiliki gangguan dalam pengelihatan, sehingga kurang bisa membaca tulisan dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Selain itu, juga terdapat siswa yang mengalami gangguan dalam mendengar sehingga kurang bisa mendengar dengan jelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 43%. Apabila dilihat dari cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh persentase yang diperoleh yaitu 42%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total yaitu sebesar 48%.
b. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikologi di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek psikis terdiri dari 9 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 9 x 4 = 36 dan skor terendah adalah 9 x 1 = 9. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis adalah sebagai berikut:
52
Tabel. 7 Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi No
Kategori
Interval
F
%
1 2 3 4
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar
76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25%
41 46 2 0
46,1% 51,7% 2,2% 0%
89
100%
Jumlah
Kategori aspek psikologi pada Tabel.7 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek psikis dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek psikis dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek psikis dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek psikis dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.7, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 46,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 51,7%, dan kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 2,2%.
53
Tabel. 8 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi No. Item 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Total
Jumlah 268 284 272 252 214 271 266 296 274 2397
Persentase 75% 80% 76% 71% 60% 76% 75% 83% 77%
77% 65% 75% 80% 75%
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa siswa merasa cukup kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 75%. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa dalam pembelajaran. Nilai-niai yang diperoleh sebagian besar siswa cukup rendah sehingga intensitas siswa dalam mengikuti remidi cukup tinggi. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 80%. Disamping itu, siswa juga merasa kesulitan dalam mengingat kembali materi pelajaran yang sudah di pelajari sebelumnya. Hal tersebut dapat diketahui dari perolehan persentase sebesar 76%. Dengan demikian, apabila dilihat dari intelegensi siswa persentase yang diperoleh yaitu 77%.
54
Sebagian siswa merasa cukup kesulitan dalam belajar matematik atau materi-materi yang berkaitan dengan berhitung. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 71%. Disamping itu terdapat pula siswa yang merasa cukup kesulitan dalam belajar bahasa atau materi-materi yang lebih menekankan pada aspek kebahasaan seperti membaca dan memahami kalimat. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 60%. Dengan demikian, apabila dilihat dari bakat siswa persentase yang diperoleh yaitu 65%. Dari segi ketertarikan siswa dalam belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang merasa tertarik untuk belajar, baik itu di rumah maupun di sekolah. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 76%. Hal tersebut diperkuat dengan masih adanya siswa yang kurang memperhatikan ketika pelajaran sedang berlangsung, ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 75%. Dengan demikian, apabila dilihat dari minat siswa persentase yang diperoleh yaitu 75%. Siswa merasa tidak bersemangat ketika mengerjakan soal yang dirasa cukup sulit. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 83%. Sebagian besar siswa juga mengaku bahwa terkadang masih merasa malas untuk mempelajari materi pelajaran untuk keesokan harinya. Ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 77%. Apabila dilihat dari motivasi siswa
55
persentase yang diperoleh yaitu 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 75%.
c. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 8 x 4 = 32 dan skor terendah adalah 8 x 1 = 8. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga adalah sebagai berikut: Tabel. 9 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga No
Kategori
Interval
F
%
1 2 3 4
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar
76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25%
3 17 61 8
3,4% 19,1% 68,5% 9%
89
100%
Jumlah
Kategori aspek lingkungan keluarga pada Tabel.9 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan keluarga
56
dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan keluarga dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.9, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 19,1%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 68,5%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar 9%. Tabel. 10 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga No. Item 14 15 16 17 18 19 20 21
Jumlah 143 174 146 142 155 157 181 153
Jumlah Total
1251
Persentase 40% 49% 41% 40% 44% 44% 51% 43%
44% 41% 42% 44% 51% 43%
44%
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa hubungan antar anggota keluarga sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 40%. Meskipun masih terdapat siswa yang bertengkar dengan saudaranya di rumah. Hal tersebut dilihat dari
57
persentase yang diperoleh yaitu sebesar 49%. Dengan demikian, apabila dilihat dari hubungan antar anggota keluarga persentase yang diperoleh yaitu 44%. Sedangkan dari segi kondisi ekonomi, sebagian besar sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan siswa terkait perlengkapan untuk sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 41%. Dari segi perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan siswa juga sudah cukup baik. Sebagian besar siswa mengaku bahwa orang tua selalu mengingatkan untuk belajar dan mengerjakan PR. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 40%. Disamping itu, apabila siswa merasa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, orang tua mereka dirumah bersedia membantu menjelaskan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Namun terdapat juga beberapa siswa yang sudah tidak memiliki orang tua, sehingga peran orang tua tersebut digantikan oleh kakek/nenek maupun pengurus panti asuhan. Dengan demikian, apabila dilihat dari perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan persentase yang diperoleh yaitu 42%. Sebagian siswa mengaku bahwa ketika belajar di rumah, mereka diberikan waktu yang cukup untuk belajar setiap harinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh yaitu sebesar 51%. Disamping itu tersedia juga ruang yang nyaman untuk belajar.
58
Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Dengan demikian, siswa juga dapat belajar dengan tenang di rumah. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 43%. Berdasarkan perolehan data dan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 44%.
d. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 7 x 4 = 28 dan skor terendah adalah 7 x 1 = 7. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: Tabel. 11 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah No
Kategori
Interval
F
%
1 2 3 4
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar
76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25%
3 27 51 8
3,4% 30,3% 57,3% 9%
89
100%
Jumlah
Kategori aspek lingkungan sekolah pada Tabel.11 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan sekolah dikategorikan sangat menyebabkan kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan
59
sekolah dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan sekolah dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti
pada
aspek
lingkungan
sekolah
dikategorikan
tidak
menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.11, faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada
aspek tersebut berada pada kategori sangat
menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Tabel. 12 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah No. Item 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah Total
Jumlah 132 161 203 194 185 150 157 1182
Persentase 37% 45% 57% 54% 52% 42% 44%
41% 56% 52% 43% 47%
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa cara mengajar guru sudah cukup baik. Ketika pembelajaran di kelas guru dapat menerangkan materi pelajaran
60
dengan jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 37%. Namun, sebagian siswa masih merasa bosan dengan cara guru dalam mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 45%. Dengan demikian, apabila dilihat dari cara mengajar guru persentase yang diperoleh yaitu 41%. Sedangkan dari segi interaksi siswa dengan guru, masih cukup banyak siswa yang merasa sungkan atau takut untuk menanyakan materi yang di rasa kurang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 57%. Bahkan beberapa siswa masih merasa takut untuk berbicara kepada guru. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 54%. Dengan demikian, apabila dilihat dari hubungan interaksi guru dengan siswa persentase yang diperoleh yaitu 56%. Hubungan interaksi siswa dengan siswa lain kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa satu dengan yang lain kurang mau membantu menjelaskan apabila ada materi yang dirasa kurang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 52%. Dari segi sarana prasarana sekolah sudah dirasa lengkap dan memadai untuk proses pembelajaran. Gedung sekolah yang ditempati sudah layak dan nyaman untuk menjadi tempat belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 42%. Fasilitas belajar yang ada di sekolah juga sudah cukup lengkap
61
dan dalam kondisi masih layak untuk digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 44%. Apabila dilihat dari sarana prasarana sekolah persentase yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan sekolah kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 47%.
e. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir pernyataan. Skor jawaban tertinggi adalah 4 sedangkan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga kemungkinan skor tertinggi yang hendak dicapai adalah 3 x 4 = 12 dan skor terendah adalah 3 x 1 = 3. Hasil analisis faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut: Tabel. 13 Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat No
Kategori
Interval
F
%
1 2 3 4
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar
76%-100% 51%-75% 26%-50% 0%-25%
9 50 27 3
10,1% 56,2% 30,3% 3,4%
89
100%
Jumlah
Kategori aspek lingkungan masyarakat pada Tabel.13 dapat diartikan sebagai berikut: 1) Pada interval 76%-100%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan sangat menyebabkan
62
kesulitan belajar, 2) Pada interval 51%-75%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan menyebabkan kesulitan belajar, 3) Pada interval 26%-50%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan kurang menyebabkan kesulitan belajar, 4) Pada interval 0%-25%, berarti pada aspek lingkungan masyarakat dikategorikan tidak menyebabkan kesulitan belajar. Berdasarkan Tabel.13, faktor kesulitan
belajar
siswa
pada
aspek
lingkungan
masyarakat
menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 10,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 56,2%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%. Tabel. 13 Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat No. Item 29 30 31 Jumlah Total
Jumlah 206 210 218 634
Persentase 58% 59% 61%
58% 60% 59%
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak, diketahui bahwa kondisi lingkungan masyarakat di daerah tempat tinggal kurang mendukung proses pembelajaran siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kurang dipatuhinya jam belajar masyarakat
63
yang diberlakukan. Dengan demikian waktu belajar siswa di rumah menjadi terganggu dan kurang efektif. Namun, ada juga sebagian siswa yang di lingkungan tempat tinggalnya jam belajar masyarakat tersebut sudah terlaksana. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 58%. Apabila dilihat dari segi keberadaan teman bermain, adanya teman bermain juga memiliki peran yang cukup besar. Dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan
yang dilakukan siswa bersama
teman
bermainnya di lingkungan sekitar rumah. Namun apabila dilihat dari adanya kegiatan belajar bersama, masih dirasa kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 59%. Diperkuat dengan masih adanya siswa yang teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya hanya mengajak bermain secara terusmenerus. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 61%. Apabila dilihat dari keberadaan teman bermain persentase yang diperoleh yaitu 60%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total sebesar 59%.
64
B. Pembahasan 1. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisik di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek fisik menunjukkan bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 33,7%, pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan sebagian kecilnya tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Faktor fisik dapat dilihat dari kondisi kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Apabila dilihat dari kondisi kesehatan tubuh persentase yang diperoleh yaitu 53% dan dilihat dari cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh persentase yang diperoleh yaitu 42%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase total yaitu sebesar 48%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, ditemukan bahwa pada faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kesehatan tubuh yaitu siswa merasa mudah lelah ketika belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 230—231) bahwa seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Faktor fisiologi merupakan faktor-faktor yang bersifat fisik atau menyangkut kondisi jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh
65
atau kurang berfungsinya organ tubuh. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit berkonsentrasi, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Kondisi yang demikian akan menyebabkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Dalyono (2005: 232) juga menjelaskan bahwa cacat tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat. Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran, lemahnya penglihatan, maupun gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. Hal demikian juga sejalan dengan pendapat Slameto (2013: 55) bahwa cacat tubuh merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya anggota tubuh. Oleh sebab itu, cacat tubuh juga dapat menyebabkan terganggunya proses belajar, sehingga dapat menyebabkan seorang siswa mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor fisik dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Dilihat dari kondisi kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa faktor internal pada aspek fisik kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor
66
internal pada aspek fisik dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
2. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikis di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek psikis menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat
menyebabkan
kesulitan
belajar
sebanyak
46,1%,
cukup
menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 51,7%, dan kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 2,2%. Faktor fisik dapat dilihat dari intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Apabila dilihat dari intelegensi persentase yang diperoleh yaitu 77%, dilihat dari bakat persentase yang diperoleh yaitu 65%, dilihat dari minat persentase yang diperoleh yaitu 75%, dan dilihat dari motivasi persentase yang diperoleh yaitu 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah motivasi yaitu siswa merasa tidak bersemangat ketika mengerjakan soal-soal yang dirasa sulit. Berdasakan
67
penjabaran tersebut, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 230—231) bahwa faktor psikologi merupakan faktorfaktor yang bersifat psikis, seperti halnya intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sugihartono (2007: 150) menjelaskan bahwa kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah. Dalyono (2005: 232) juga menambahkan, meskipun siswa yang memiliki intelegensi rendah lebih berpotensi mengalami kesulitan dalam belajar. Kemampuan intelegensi dapat dilihat dari segi pemahaman, ingatan, kemampuan dalam menyelesaikan soal, dan intensitas mengikuti remidi (Meizuvan Khoirul Arief, 2012: 6-9). Sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: 234—235), bakat juga dapat menyebabkan kesulitan belajar. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang. Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar. Selain bakat, minat juga dapat menyebabkan kesulitan belajar. Sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: 235) bahwa tidak adanya minat seorang siswa terhadap suatau pembelajaran dapat menimbulkan rasa tidak tertarik dan tidak senang. Hal tersebut berakibat pada timbulnya problema pada diri siswa sehingga muncul kesulitan belajar.
68
Motivasi juga dapat menjadi penyebab timbulnya kesulitan belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dalyono (2005: 235—236) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor psikis dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari segi intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor internal pada aspek psikis cukup menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi psikis siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang kurang baik. Dengan demikian, faktor internal pada aspek psikologi dinyatakan dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
3. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak
69
diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan keluarga menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 19,1%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 68,5%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar 9%. Faktor lingkungan keluarga dapat dilihat dari hubungan antar anggota keluarga, kondisi ekonomi keluarga, perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya, kelengkapan fasilitas belajar, manajemen waktu belajar di rumah, dan kenyamanan suasana di rumah. Apabila dilihat dari hubungan antar anggota keluarga persentase yang diperoleh yaitu 44%, dilihat dari kondisi ekonomi keluarga persentase yang diperoleh yaitu 41%, dilihat dari perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya persentase yang diperoleh yaitu 42%, dilihat dari kelengkapan fasilitas belajar persentase yang diperoleh yaitu 44%, dilihat dari managemen waktu belajar di rumah persentase yang diperoleh yaitu 51%, dan dilihat dari kenyamanan suasana dirumah persentase
yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa faktor lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 44%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pada faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang diterapkan oleh orang tua. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
70
Dalyono (2005: 238) bahwa lingkungan keluarga juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut meliputi situasi dan kodisi dalam lingkungan keluarga yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa, seperti: a) hubungan antar anggota keluarga; b) kondisi ekonomi keluarga; c) perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya; d) kelengkapan fasilitas belajar; e) manajemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah. Pendapat tersebut juga diperkuat dengan penjelasan Desmita (2012: 220) bahwa lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap anak. Masa usia sekolah merupakan masa untuk pertama kalinya anak memulai kehidupan sosial yang sesungguhnya. Dengan demikian, terjadilah perubahan hubungan anak dengan orangtua. Perubahan tersebut disebabkan adanya peningkatan penggunaan waktu bersama teman-teman sebayanya. Sekalipun tidak lagi menjadi subjek tunggal, orang tua tetap menjadi bagian penting yang menjadi figur sentra dalam proses pembelajaran anak. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar bagi siswa. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan keluarga dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan antar anggota keluarga, kondisi ekonomi keluarga, perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya, kelengkapan fasilitas belajar, managemen waktu belajar di rumah, dan kenyamanan suasana dirumah. Berdasarkan penelitian
71
diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan keluarga kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan keluarga pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan keluarga dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
4. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut berada pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%,
kurang
menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 57,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 9%. Faktor lingkungan sekolah dapat dilihat dari cara mengajar guru, hubungan interaksi guru dengan siswa, hubungan interaksi siswa dengan siswa lain, dan sarana prasarana sekolah. Apabila dilihat dari cara mengajar guru persentase yang diperoleh yaitu 41%, dilihat dari hubungan interaksi guru dengan siswa persentase yang diperoleh yaitu 56%, dilihat dari hubungan interaksi siswa dengan
72
siswa lain persentase yang diperoleh yaitu 52%, dan dilihat dari sarana prasarana sekolah persentase yang diperoleh yaitu 43%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan sekolah tidak menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 47%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, pada faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu hubungan interaksi guru dengan siswa, sehingga siswa masaih merasa takut dan canggung untuk berbicara atau bertanya kepada guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 242—244) bahwa faktor lingkungan sekolah juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut meliputi adanya a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah. Pendapat tersebut diperkuat dengan penjelasan Desmita (2012: 232) bahwa sekolah merupakan lingkungan yang sengaja dibentuk guna mendidik dan membina siswa ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan sekolah dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal
73
tersebut dapat dilihat dari cara mengajar guru, hubungan interaksi guru dengan siswa, hubungan interaksi siswa dengan siswa lain, dan sarana prasarana sekolah. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan sekolah kurang menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan sekolah pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang cukup baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan sekolah dinyatakan tidak dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
5. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat di Kelas 4 SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak diketahui bahwa pada faktor lingkungan masyarakat faktor kesulitan belajar siswa pada aspek lingkungan sekolah menunjukkan bahwa frekuensi siswa pada aspek tersebut pada kategori sangat menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 10,1%, cukup menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 56,2%, kurang menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 30,3%, dan tidak menyebabkan kesulitan belajar sebanyak 3,4%. Faktor lingkungan masyarakat dapat dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Apabila dilihat dari kondisi
74
lingkungan tempat tinggal persentase yang diperoleh yaitu 58% dan dilihat dari keberadaan teman bermain persentase yang diperoleh yaitu 60%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar dengan persentase sebesar 60%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, pada faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat yang dominan menyebabkan kesulitan belajar yaitu keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terusmenerus, sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar bersama masih jarang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 246—247) bahwa lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar terhadap siswa. Faktor lingkungan masyarakat dapat mencakup kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Keberadaan teman bermain memang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap seorang siswa. Hal tersebut disebabkan karena siswa usia sekolah dasar khususnya kelas tinggi memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, 2012: 35). Oleh sebab itu, siswa akan lebih senang menghabiskan banyak waktu bersama teman-teman sebayanya. Penjelasan tersebut diperkuat dengan pendapat dari Rita Eka Izzaty dkk. (2008: 117) yang menyebutkan bahwa
75
salah satu karakteristik siswa sekolah dasar pada kelas tinggi yaitu suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama dan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa faktor lingkungan masyarakat dapat menyebabkan adanya kesulitan belajar pada siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor eksternal pada aspek lingkungan masyarakat cukup menyebabkan kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan masyarakat pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak dalam kondisi yang kurang baik. Dengan demikian, faktor eksternal pada aspek lingkungan masyarakat dinyatakan dominan menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian
ini
tidak
terlepas
dari
beberapa
keterbatasan.
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu: 1. Faktor-faktor kesulitan belajar dalam penelitian ini masih terlalu luas, sehingga belum mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar per mata pelajaran. 2. Instrumen dalam penelitian ini kurang dapat mengukur objek yang diteliti, sehingga data yang diperoleh kurang sesuai.
76
3. Pengumpulan data melalui angket masih memiliki kelemahan seperti kurang mampu mengungkap kenyataan yang ada. Hal tersebut dikarenakan kondisi responden yang memungkinkan kurang teliti dalam menjawab dan adanya kecenderungan persamaan jawaban atau jawaban yang asal-asalan dari responden. 4. Peneliti hanya melihat dari sisi subjektif atau dari jawaban siswa saja. 5. Pada penelitian ini masih berasumsi bahwa faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami siswa masih bersifat klasikal dan bukan individual, sehingga belum mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar secara individual. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa faktorfaktor kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. 6. Karena responden merupakan siswa berprestasi rendah sehingga banyak diantaranya yang lambat dalam memahami pernyataan dan belum lancar membaca, sehingga peneliti perlu mendampingi secara langsung dalam pengisisan angket. 7. Terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang dari jumlah awal yang sudah ditentukan berdasarkan hasil TKM (Tes Kendali Mutu).
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yaitu faktor internal pada aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat. Sedangkan pada faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, dan faktor eksternal aspek lingkungan keluarga masuk pada kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor internal aspek fisiologi tersebut yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa yang mudah lelah ketika belajar yaitu sebesar 63%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor internal aspek psikologi tersebut yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa merasa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang dirasa sulit yaitu sebesar 83%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan keluarga tersebut yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang yaitu sebesar 51%. Dari faktor kesulitan belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan sekolah tersebut yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasa takut dan canggung untuk berbicara/bertanya kepada guru yaitu sebesar 57%. Dari faktor kesulitan
78
belajar pada faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan-kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bagi guru disarankan untuk memilih strategi belajar yang lebih menarik dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih merasa tertarik untuk belajar khususnya pada materi-materi yang sebelumnya dirasa sulit. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih bersemangat ketika mengerjakan soal yang sulit. Disamping itu, guru disarankan untuk lebih mendekatkan diri kepada siswa, sehingga siswa tidak merasa takut dan canggung lagi kepada guru. 2. Bagi Orang Tua Bagi orang tua disarankan untuk selalu memperhatikan kondisi fisik siswa khususnya kecukupan gizi siswa, sehingga siswa tidak merasa mudah lelah ketika belajar. Disamping itu, orang tua perlu untuk mengatur manajemen waktu belajar di rumah sehingga siswa memiliki waktu belajar yang cukup di rumah. 3. Bagi Warga di Lingkungan Masyarakat
79
Bagi warga di lingkungan masyarakat disarankan untuk memperhatikan kebutuhan belajar bagi para siswa, sehingga warga di lingkungan masyarakat dapat mendukung proses belajar siswa dengan memantau pergaulan siswa di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat dapat memberikan arahan untuk kegiatan yang lebih bersifat positif dan menunjang proses belajar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam, sehingga mampu mendeskripsikan faktor-faktor kesulitan belajar pada setiap mata pelajaran serta dapat dipertimbangkan untuk pemberian solusi yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Disamping itu, dalam penyusuan instrument harus lebih disesuaikan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mustadi. (2012). Peningkatan Active English Achievement Melalui Metode “Total Physical Response” Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Didaktika, [S.l.], v.3, n.2, p. 254-268. ISSN 1907-6746. Diakses dari: . Pada tanggal: 25 januari 2016 pukul 13.30 WIB. Anonim. (1992). Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya, Cet.3. Jakarta: Sinar Grafika. Anonim.
(2015). Sebaran Nilai Hasil Ujian Nasional SD/MI Kabupaten Sleman Tahun 2015. Diakses dari: http://www.dikpora.jogjaprov.go.id pada tanggal: 28 Juli 2015 pukul 07.35 WIB.
Arif Rohman. (2011). Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama. Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Brog, Walter R. dan Gall, Meredith D. (1979). Educational Research. New York: Longman Inc. Dalyono. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Eko Putro Widoyoko. (2014). Penilaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hornby, A.S. (1995). Oxford Advanced Larner’s Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Meizuvan Khoirul Arief. (2012). Identifikasi Kesulitan Belajar Fisika Pada Siswa RSBI: Studi Kasus di RSMABI Se Kota Semarang. Unnes Physics Education Journal (2). Hlm. 5-10. Diakses dari: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej. Pada tanggal: 28 juli 2015 pukul 08.00 WIB. Muhibbin Syah. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhibbin Syah. (2013). Psikologi Pendidikan; dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
81
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera. Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nini Subini. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka. Riduwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Riduwan, dan Engkos Achmad Kuncoro. (2007). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Zainal Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
.
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Surat Pernyataan Validator Instrumen
84
Lampiran 2. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Uji Coba
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Nama
:……………………………………………..
Kelas
:……………………………………………..
Sekolah
:……………………………………………..
Petunjuk pengisisan Bacalah pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaanmu! (SL = Selalu, SR = Sering, JS = Jarang Sekali, TP = Tidak Pernah) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Pernyataan
SL
Berkonsentrasi dalam belajar karena memiliki kondisi badan yang sehat. Merasa lelah ketika belajar. Mengalami gangguan pengelihatan. Mengalami gangguan pendengaran. Mengalami gangguan fungsi anggota tubuh. Ketika guru memberikan soal, saya dapat memahaminya. Nilai-nilai dalam pelajaran kurang memuaskan, sehingga saya mengikuti remidi. Mengalami kesulitan dalam mengingat materi pelajaran yang telah di pelajari. Merasa mudah dalam belajar matematik. Merasa mudah dalam belajar bahasa. Merasa tertarik untuk belajar baik itu di rumah maupun di sekolah. Tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Mengerjakan dengan semangat jika ada tugas yang sulit. Merasa malas mempelajari materi yang akan dipelajari keesokan harinya di sekolah.
85
Jawaban SR JS
TP
15. 16. 17. 18. 19.
20. 21.
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35
Seluruh anggota dalam keluarga hidup dengan rukun. Bertengkar dengan saudara di rumah. Orang tua mampu membelikan perlengkapan sekolah yang dibutuhkan. Orang tua mengingatkan untuk belajar setiap hari. Ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, orang tua membantu menjelaskannya. Di rumah saya tersedia ruang yang nyaman untuk belajar. Orang tua memberlakukan jam belajar sehingga diberi batas waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Dapat belajar dengan tenang di rumah. Merasa terganggu jika sedang belajar di rumah. Ketika pembelajaran di kelas, guru dapat menerangkan pelajaran dengan jelas. Cara guru dalam mengajar di kelas membuat bosan. Bertanya kepada guru jika merasa kurang jelas. Merasa takut untuk berbicara kepada guru. Ketika ada yang kurang paham dengan materi pelajaran, saya dan teman-teman saling membantu menjelaskan. Merasa marah jika ada teman yang mengganggu ketika belajar. Merasa gedung sekolah yang ditempati nyaman untuk belajar. Merasa fasilitas belajar yang disediakan oleh sekolah sudah lengkap. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah saya memberlakukan jam belajar masyarakat. Merasa kurang nyaman belajar di lingkungan sekitar rumah. Belajar bersama dengan teman-teman di lingkungan rumah. Teman-teman di lingkungan rumah mengajak
86
bermain terus-menerus.
87
Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen
88
89
90
Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Kesulitan Belajar No. Resp
Skor Perolehan
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
3
3
4
4
4
2
1
2
2
2
2
3
4
3
4
3
2
4
3
2
3
4
3
3
3
2
3
3
3
4
4
2
3
3
4
104
2
3
2
4
4
4
2
2
2
3
3
4
3
1
1
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
3
4
3
3
2
112
3
4
2
4
3
4
3
1
2
3
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
1
4
1
118
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
2
4
4
3
4
4
1
1
1
1
4
4
1
4
1
4
115
5
3
2
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
3
2
3
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
4
3
3
2
3
2
114
6
3
3
2
4
2
3
4
2
3
4
4
2
3
2
4
2
4
4
3
3
4
3
2
4
2
3
1
3
2
4
3
3
2
4
3
104
7
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
1
1
4
2
4
4
4
2
1
2
3
3
3
2
3
1
1
4
4
1
1
1
1
93
8
1
4
4
1
4
1
3
3
1
2
1
3
1
3
1
2
1
2
2
1
4
1
4
1
4
2
4
1
3
1
1
1
3
1
3
75
9
3
3
1
2
1
2
3
2
1
3
3
3
1
3
3
2
2
4
4
4
4
1
3
2
1
4
1
4
1
4
4
1
4
1
1
86
10
3
1
4
1
2
3
3
4
4
2
2
1
2
2
4
1
3
3
4
4
3
2
1
3
4
3
3
4
1
4
3
4
1
2
1
92
11
3
2
4
2
2
3
2
2
4
3
3
4
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
2
4
3
4
4
4
3
2
115
12
3
2
4
4
1
3
1
2
3
3
3
2
3
2
3
4
3
4
3
1
3
3
2
4
4
3
4
3
2
4
4
4
2
3
4
103
13
2
1
4
2
4
4
3
4
3
1
4
2
1
2
1
1
2
1
4
2
3
1
2
2
2
4
4
3
4
3
4
2
2
2
1
87
14
3
2
4
4
2
3
3
1
1
2
4
3
4
3
4
4
3
4
4
1
4
3
2
3
4
3
4
3
3
4
4
3
2
3
1
105
15
4
2
4
4
3
1
2
3
1
4
3
3
1
3
4
2
4
2
1
4
2
3
1
3
4
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
85
16
3
2
4
4
4
3
1
3
3
3
2
2
3
1
2
4
1
1
2
2
3
3
2
4
4
3
3
3
3
4
4
1
3
1
1
92
17
4
3
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
130
18
2
3
1
1
3
3
3
4
3
4
3
2
2
3
4
4
3
2
3
4
2
1
3
3
3
2
4
2
2
4
4
4
4
3
2
100
19
2
3
1
1
3
3
3
4
3
4
3
2
3
2
4
4
3
3
2
4
2
1
2
3
2
3
4
2
3
4
4
3
4
3
3
100
20
4
3
2
3
4
1
3
1
4
2
4
3
2
4
4
4
4
4
4
3
3
2
2
4
2
2
3
3
3
4
2
4
3
2
4
106
21
4
3
4
4
2
4
4
1
2
4
4
4
2
3
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
1
118
91
22
4
4
4
3
4
3
3
3
2
4
2
3
1
4
2
1
4
4
4
1
1
3
3
4
3
4
4
4
4
3
2
1
4
2
2
104
23
2
4
4
3
4
4
3
2
4
4
3
4
4
4
3
2
4
4
3
4
3
4
2
4
4
3
4
2
4
4
4
3
4
3
2
119
24
4
2
4
3
3
4
2
2
3
4
3
3
4
1
3
2
4
4
4
3
4
3
2
4
2
3
3
4
2
4
4
4
2
4
2
109
25
4
4
4
4
4
3
2
2
4
2
2
3
1
4
2
2
3
4
4
3
4
2
2
4
1
2
4
2
2
3
4
3
3
2
3
102
92
Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
A. Uji Validitas Correlations Total Bt1
.624**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Bt2
25 .404*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.045
N Bt3
25 .508**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.009
N Bt4
25 .676**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt5
25
Pearson Correlation
.288
Sig. (2-tailed)
.163
N Bt6
25 .601**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Bt7
25 .700**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt8
25 .669**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt9
25 .552**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.004
N Bt10
25 .521**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.008
N Bt11
25 .571**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.003
N
25
93
Bt12
.503*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.010
N Bt13
25 .643**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Bt14
25 .483*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.014
N Bt15
25 .568**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.003
N Bt16
25 .486*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.014
N Bt17
25 .650**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt18
25 .712**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt19
25 .581**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.002
N Bt20
25 .477*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.016
N Total
25
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
25 Total
Bt21
.522**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.007
N Bt22
25 .558**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.004
N Bt23
25
Pearson Correlation
-.044
Sig. (2-tailed)
.833
N Bt24
25 .788**
Pearson Correlation
94
Sig. (2-tailed)
.000
N Bt25
25 .538**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.006
N Bt26
25 .669**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt27
25 .474*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.017
N Bt28
25 .435*
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.030
N Bt29
25
Pearson Correlation
-.003
Sig. (2-tailed)
.987
N Bt30
25 .747**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt31
25 .532**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.006
N Bt32
25 .624**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N Bt33
25
Pearson Correlation
.137
Sig. (2-tailed)
.515
N Bt34
25 .751**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N Bt35
25 .576**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.003
N Total
25
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
25
95
B. Uji Reliabilitas
Scale: all variables Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
% 25
100.0
0
.0
25
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.935
31
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Bt1 Bt2 Bt3 Bt4 Bt6 Bt7 Bt8 Bt9 Bt10 Bt11 Bt12 Bt13 Bt14 Bt15 Bt16 Bt17 Bt18 Bt19 Bt20 Bt21 Bt22
93.0400 93.5200 92.8400 93.2000 93.3200 93.2800 93.2400 93.3200 93.1200 93.0400 93.2800 93.6000 93.1200 92.9600 93.3600 93.0800 92.6800 92.7200 93.2400 92.9600 93.4800
Scale Variance if Item Deleted 271.290 278.593 272.723 266.583 270.143 272.293 270.357 269.810 273.860 272.457 275.543 262.917 277.943 272.040 269.907 271.327 268.977 273.793 271.857 273.873 273.343
96
Corrected Item- Cronbach's Alpha if Total Correlation Item Deleted .607 .316 .473 .626 .584 .681 .641 .520 .477 .565 .470 .630 .415 .532 .472 .582 .688 .547 .425 .530 .524
.932 .936 .934 .932 .933 .932 .932 .933 .934 .933 .934 .932 .934 .933 .934 .933 .932 .933 .935 .933 .933
Bt24 Bt25 Bt26 Bt27 Bt28 Bt30 Bt31 Bt32 Bt34 Bt35
92.8400 93.0800 93.2000 93.0800 93.2800 92.7200 92.7600 93.2000 93.4400 93.2000
267.890 270.577 273.667 274.743 277.210 267.793 273.523 265.833 264.923 273.083
97
.778 .524 .623 .398 .362 .729 .523 .600 .720 .560
.931 .933 .932 .935 .935 .931 .933 .932 .931 .933
Lampian 6. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Penelitian
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Nama
:……………………………………………..
Kelas
:……………………………………………..
Sekolah
:……………………………………………..
Petunjuk pengisisan Bacalah pernyataan berikut dengan seksama, kemudian berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaanmu! (SL = Selalu, SR = Sering, JS = Jarang Sekali, TP = Tidak Pernah) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Pernyataan
SL
Berkonsentrasi dalam belajar karena memiliki kondisi badan yang sehat. Merasa lelah ketika belajar. Mengalami gangguan pengelihatan. Mengalami gangguan pendengaran. Ketika guru memberikan soal, saya dapat memahaminya. Nilai-nilai dalam pelajaran kurang memuaskan, sehingga saya mengikuti remidi. Mengalami kesulitan dalam mengingat materi pelajaran yang telah di pelajari. Merasa mudah dalam belajar matematik. Merasa mudah dalam belajar bahasa. Merasa tertarik untuk belajar baik itu di rumah maupun di sekolah. Tidak memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung. Mengerjakan dengan semangat jika ada tugas yang sulit. Merasa malas mempelajari materi yang akan dipelajari keesokan harinya di sekolah. Seluruh anggota dalam keluarga hidup dengan
98
Jawaban SR JS
TP
15. 16. 17. 18.
19. 20.
21. 22. 23. 24. 25. 26.
27. 28. 29. 30. 31.
rukun. Bertengkar dengan saudara di rumah. Orang tua mampu membelikan perlengkapan sekolah yang dibutuhkan. Orang tua mengingatkan untuk belajar setiap hari. Ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, orang tua membantu menjelaskannya. Di rumah tersedia ruang yang nyaman untuk belajar. Orang tua memberlakukan jam belajar sehingga diberi batas waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Dapat belajar dengan tenang di rumah. Ketika pembelajaran di kelas, guru dapat menerangkan pelajaran kepada dengan jelas. Cara guru dalam mengajar di kelas membuat bosan. Bertanya kepada guru jika merasa kurang jelas. Merasa takut untuk berbicara kepada guru. Ketika ada yang kurang paham dengan materi pelajaran, saya dan teman-teman saling membantu menjelaskan. Merasa gedung sekolah yang ditempati nyaman untuk belajar. Merasa fasilitas belajar yang disediakan oleh sekolah sudah lengkap. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah saya memberlakukan jam belajar masyarakat. Belajar bersama dengan teman-teman di lingkungan rumah. Teman-teman di lingkungan rumah mengajak bermain terus-menerus.
99
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian
121
122
Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Fisiologi No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 4 3 3 1 2 1 1 2 4 4 3 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 3 1 4 1 1 1 1
Skor Perolehan 2 3 4 1 3 1 3 1 4 1 3 2 3 2 3 1 3 1 3 1 3 1 2 2 3 1 2 1 2 4 3 3 3 1 2 1 2 4 2 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2 1 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 3 1 1 3 4 1 1 1 1 4 1 4 3 2 1 1 1 2 1 2 4 3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 4 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 1 3 4 3 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 2 1 1 1 1 4 3 2 1 1 4 4 1 3
Jumlah
Persentase
Kategori
9 6 7 11 7 7 7 7 6 6 8 7 6 10 10 6 8 11 10 9 8 5 5 4 6 7 9 9 8 9 4 5 9 5 9 4 5 10 12 8 4 8 11 9 4 6
56% 38% 44% 69% 44% 44% 44% 44% 38% 38% 50% 44% 38% 63% 63% 38% 50% 69% 63% 56% 50% 31% 31% 25% 38% 44% 56% 56% 50% 56% 25% 31% 56% 31% 56% 25% 31% 63% 75% 50% 25% 50% 69% 56% 25% 38%
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar
123
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 Jumlah Persentase item Persentase kategori Persentase indikator
1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 4 1 4 2 1 2 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 1 2 2 1 1 2 151
4 3 2 3 2 4 2 3 1 2 4 3 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 1 3 3 3 3 1 1 3 4 3 1 3 3 224
3 2 1 3 4 1 2 1 1 1 1 1 2 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 1 2 3 3 2 1 1 1 1 4 1 1 2 148
2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 4 1 2 3 2 1 1 2 1 1 3 2 2 3 2 1 1 1 3 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 1 154
42%
63%
42%
43%
53%
10 7 6 8 9 8 8 7 4 6 10 8 12 11 6 11 11 11 7 6 7 7 6 8 6 6 10 9 8 7 4 9 9 10 8 5 8 6 8 11 4 6 8 677
63% 44% 38% 50% 56% 50% 50% 44% 25% 38% 63% 50% 75% 69% 38% 69% 69% 69% 44% 38% 44% 44% 38% 50% 38% 38% 63% 56% 50% 44% 25% 56% 56% 63% 50% 31% 50% 38% 50% 69% 25% 38% 50%
42% 48%
124
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar
Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Psikologi No Resp
Skor Perolehan 9 10
Jumlah
Persentase
3
26
72%
4
4
30
83%
4
3
4
29
81%
4
3
4
3
32
89%
4
4
4
2
4
29
81%
3
2
3
4
3
4
28
78%
3
2
2
3
4
3
3
27
75%
3
4
2
1
2
2
4
4
26
72%
2
3
2
1
3
3
3
3
2
22
61%
10
3
4
3
4
2
4
4
3
3
30
83%
11
2
3
3
3
2
3
3
3
3
25
69%
12
4
4
4
3
2
3
3
4
4
31
86%
13
3
4
2
1
3
4
3
3
4
27
75%
14
4
3
4
3
1
2
2
4
2
25
69%
15
4
3
4
4
3
3
3
4
3
31
86%
16
4
3
4
4
2
3
3
4
2
29
81%
17
3
4
3
3
2
2
4
3
4
28
78%
18
3
3
3
2
1
3
2
3
4
24
67%
19
4
4
3
2
4
4
4
4
4
33
92%
20
3
3
3
4
2
3
3
4
3
28
78%
21
3
4
4
4
2
4
3
4
4
32
89%
22
2
4
3
2
3
4
3
3
3
27
75%
23
3
4
3
3
2
2
4
4
4
29
81%
24
4
1
4
3
2
3
4
3
3
27
75%
25
3
4
2
4
1
4
3
4
3
28
78%
26
4
3
4
2
2
3
3
4
3
28
78%
27
4
3
4
4
4
3
4
4
4
34
94%
28
3
4
3
2
4
4
3
3
4
30
83%
29
3
4
4
3
2
3
3
4
3
29
81%
30
4
3
2
3
3
3
2
3
2
25
69%
31
3
4
4
3
1
3
4
4
4
30
83%
5
6
7
8
11
12
13
1
3
3
3
3
2
3
3
3
2
4
4
4
3
1
3
3
3
2
4
3
3
2
4
4
3
4
4
4
3
5
2
4
3
2
6
3
3
3
7
3
4
8
4
9
125
Kategori Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan
32
2
3
3
2
3
3
3
3
3
25
69%
33
4
3
4
3
2
3
2
4
3
28
78%
34
2
3
3
2
2
3
1
3
4
23
64%
35
3
2
3
4
2
4
3
4
2
27
75%
36
3
4
3
3
3
4
4
3
3
30
83%
37
3
2
3
2
3
3
3
4
1
24
67%
38
4
3
4
3
3
4
4
4
4
33
92%
39
4
4
4
3
2
3
4
4
4
32
89%
40
3
4
2
2
1
3
4
3
4
26
72%
41
2
2
3
4
2
3
2
3
1
22
61%
42
3
4
2
2
1
1
4
2
3
22
61%
43
4
2
4
4
2
3
3
4
3
29
81%
44
3
4
4
3
2
1
3
4
4
28
78%
45
3
2
4
4
3
4
4
4
2
30
83%
46
4
4
2
4
3
4
3
2
3
29
81%
47
3
3
2
1
4
4
4
2
3
26
72%
48
4
3
3
4
2
3
4
4
4
31
86%
49
1
1
2
3
2
3
2
2
2
18
50%
50
3
3
3
2
3
3
3
3
3
26
72%
51
2
3
3
1
2
2
2
3
2
20
56%
52
3
3
2
2
3
2
1
3
3
22
61%
53
2
3
3
3
2
3
3
2
3
24
67%
54
3
3
3
2
3
3
2
3
3
25
69%
55
3
2
3
3
2
3
3
3
2
24
67%
56
4
3
4
2
3
3
2
4
3
28
78%
57
4
4
4
4
2
4
3
4
4
33
92%
58
4
3
4
2
4
4
4
4
3
32
89%
59
3
4
4
4
4
3
4
4
4
34
94%
60
4
4
4
4
3
3
3
4
3
32
89%
61
4
3
3
2
3
3
2
4
2
26
72%
62
2
3
2
3
2
2
2
3
3
22
61%
63
2
3
3
1
2
3
3
3
3
23
64%
64
4
4
4
2
3
3
3
4
3
30
83%
126
Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar
65
4
4
3
2
3
2
4
4
4
30
83%
66
3
3
3
4
3
3
2
3
2
26
72%
67
3
3
3
4
2
3
3
3
3
27
75%
68
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
75%
69
3
3
3
2
3
3
2
3
2
24
67%
70
2
2
2
3
2
2
3
3
3
22
61%
71
2
3
2
3
3
3
1
3
4
24
67%
72
3
4
2
3
2
2
3
3
3
25
69%
73
1
2
2
2
2
3
3
2
2
19
53%
74
2
3
2
3
1
3
3
3
3
23
64%
75
3
3
4
2
3
3
2
4
2
26
72%
76
3
4
4
4
3
4
4
4
3
33
92%
77
2
4
3
4
2
2
3
3
4
27
75%
78
2
1
2
3
2
3
2
3
4
22
61%
79
3
3
2
3
2
3
3
3
2
24
67%
80
2
2
2
2
1
2
2
3
2
18
50%
81
3
1
2
3
1
2
2
3
3
20
56%
82
2
3
3
2
3
3
3
3
3
25
69%
83
4
3
4
3
4
4
4
4
2
32
89%
84
2
2
2
3
2
3
3
2
3
22
61%
85
4
4
4
4
3
4
4
4
4
35
97%
86
4
3
3
1
3
3
3
4
3
27
75%
87
2
3
2
4
4
4
4
3
3
29
81%
88
3
3
2
4
2
2
2
3
3
24
67%
89
2
3
2
2
2
3
3
3
3
23
64%
2397
Jumlah Persentase item Persentase kategori Persentase indikator
268
284
272
252
214
271
266
296
274
75%
80%
76%
71%
60%
76%
75%
83%
77%
77%
65%
75%
80%
75%
127
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar
Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga No Resp
Skor Perolehan 17 18
Jumlah
Persentase
1
19
59%
1
2
12
38%
2
3
1
19
59%
1
4
1
4
20
63%
1
4
2
4
4
19
59%
1
1
1
2
4
2
14
44%
1
2
1
1
2
3
2
14
44%
1
1
1
1
2
1
3
2
12
38%
9
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
10
1
2
1
3
2
2
1
1
13
41%
11
2
2
1
1
1
1
2
2
12
38%
12
2
2
2
1
2
3
1
2
15
47%
13
2
3
1
1
1
1
1
3
13
41%
14
4
1
2
4
4
3
1
2
21
66%
15
2
1
2
1
2
1
1
2
12
38%
16
1
4
1
1
4
1
4
1
17
53%
17
1
2
1
1
2
1
3
1
12
38%
18
1
2
1
2
3
2
1
1
13
41%
19
3
4
2
3
4
2
1
3
22
69%
20
1
3
3
3
1
2
1
2
16
50%
21
4
4
4
3
4
3
2
3
27
84%
22
3
4
3
3
4
4
1
4
26
81%
23
1
4
1
4
1
1
1
1
14
44%
24
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
25
4
1
1
1
1
1
4
1
14
44%
26
2
2
1
1
2
3
1
2
14
44%
27
1
4
3
4
3
1
1
2
19
59%
28
4
2
4
2
1
2
1
3
19
59%
29
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
30
2
2
2
3
3
2
2
3
19
59%
31
1
2
2
1
2
1
1
2
12
38%
14
15
16
19
20
21
1
1
2
4
2
3
3
3
2
1
1
1
1
4
1
3
3
3
2
3
2
4
1
4
4
1
5
2
1
1
6
2
1
7
2
8
128
Kategori Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan
32
1
4
1
1
1
1
3
1
13
41%
33
1
2
1
1
1
2
2
1
11
34%
34
2
1
1
1
1
1
1
1
9
28%
35
1
1
2
1
1
1
1
1
9
28%
36
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
37
2
2
2
2
1
2
1
2
14
44%
38
1
2
2
2
2
2
3
2
16
50%
39
1
1
2
1
1
1
3
1
11
34%
40
1
4
1
1
1
3
3
1
15
47%
41
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
42
1
1
1
1
1
4
1
1
11
34%
43
1
1
1
1
1
2
1
1
9
28%
44
4
1
1
1
4
1
3
1
16
50%
45
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
46
1
2
1
1
3
4
1
1
14
44%
47
1
1
2
3
2
2
4
2
17
53%
48
1
2
1
1
1
1
2
1
10
31%
49
1
2
1
1
1
2
1
1
10
31%
50
1
2
2
3
2
3
4
2
19
59%
51
1
1
3
1
1
1
3
1
12
38%
52
1
1
1
1
1
1
2
1
9
28%
53
1
1
2
1
2
1
2
1
11
34%
54
1
1
1
1
1
1
4
2
12
38%
55
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
56
1
1
1
1
1
1
2
2
10
31%
57
4
1
1
1
1
2
4
1
15
47%
58
4
4
1
1
1
1
3
1
16
50%
59
1
3
3
4
1
1
1
2
16
50%
60
4
4
1
2
1
4
4
2
22
69%
61
3
2
1
1
1
1
4
1
14
44%
62
1
1
2
1
1
2
3
2
13
41%
63
2
2
2
2
2
2
1
2
15
47%
64
3
2
3
3
2
2
3
2
20
63%
129
Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar
65
2
2
2
1
2
3
3
2
17
53%
66
1
2
2
1
1
4
3
1
15
47%
67
1
1
2
1
1
1
1
2
10
31%
68
1
2
2
1
1
1
1
1
10
31%
69
1
3
1
2
1
4
1
3
16
50%
70
2
2
1
4
2
1
3
1
16
50%
71
1
2
1
1
2
1
1
2
11
34%
72
1
1
1
3
3
1
2
1
13
41%
73
1
1
1
1
2
1
3
2
12
38%
74
1
1
1
1
3
1
2
2
12
38%
75
2
1
2
1
2
1
2
1
12
38%
76
2
4
1
3
3
1
3
3
20
63%
77
1
1
2
1
1
1
1
1
9
28%
78
1
1
2
1
1
1
3
1
11
34%
79
1
1
1
1
1
1
3
3
12
38%
80
2
2
2
2
2
1
3
2
16
50%
81
1
2
2
1
3
3
1
1
14
44%
82
2
2
2
1
1
1
3
2
14
44%
83
2
2
4
3
1
4
3
4
23
72%
84
1
3
1
1
1
1
1
1
10
31%
85
1
3
1
1
1
4
1
4
16
50%
86
1
3
1
1
2
1
3
1
13
41%
87
1
4
4
4
4
4
1
3
25
78%
88
1
1
1
1
1
1
1
1
8
25%
89
2
2
1
1
1
1
2
2
12
38%
jumlah persentase item persentase aspek persentase indikator
143
174
146
142
155
157
181
153
1251
40%
49%
41%
40%
44%
44%
51%
43%
44%
51%
43%
44%
41%
42%
44%
130
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar
Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah 22
23
Skor Perolehan 24 25 26
27
28
1
4
4
4
2
2
1
2
1
2
4
3
1
3
2
4
1
4
4
1
3
1
5
1
4
6
1
7
No Resp
Jumlah
Persentase
4
21
75%
1
3
15
54%
2
2
1
16
57%
1
4
3
1
14
50%
4
2
1
3
4
19
68%
4
3
4
1
3
1
17
61%
1
3
3
4
1
3
3
18
64%
8
1
3
4
3
1
3
2
17
61%
9
1
1
3
3
3
1
1
13
46%
10
1
1
2
3
2
1
1
11
39%
11
2
2
1
2
1
1
2
11
39%
12
2
3
4
3
2
2
2
18
64%
13
2
1
2
3
2
1
1
12
43%
14
1
1
1
3
3
1
1
11
39%
15
1
1
2
1
4
2
2
13
46%
16
1
1
1
1
4
1
1
10
36%
17
1
3
2
3
1
1
3
14
50%
18
2
1
4
4
4
1
3
19
68%
19
3
1
3
1
4
3
4
19
68%
20
1
1
3
2
3
2
1
13
46%
21
3
1
3
2
4
4
3
20
71%
22
1
2
4
1
4
4
4
20
71%
23
1
1
3
3
2
1
1
12
43%
24
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
25
1
1
1
4
1
1
1
10
36%
26
2
2
4
1
2
2
2
15
54%
27
4
2
1
4
4
4
3
22
79%
131
Kategori Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar
28
4
1
3
3
3
4
4
22
79%
29
3
3
2
3
2
1
1
15
54%
30
3
3
2
3
3
3
2
19
68%
31
1
1
2
1
1
2
1
9
32%
32
1
1
2
1
4
1
1
11
39%
33
2
1
3
1
2
1
1
11
39%
34
1
1
1
1
2
1
1
8
29%
35
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
36
1
2
1
1
1
3
1
10
36%
37
4
1
3
1
3
4
1
17
61%
38
1
2
2
3
1
1
1
11
39%
39
1
3
1
3
2
1
2
13
46%
40
1
1
2
1
3
3
3
14
50%
41
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
42
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
43
1
1
4
1
1
1
2
11
39%
44
1
1
1
1
1
3
1
9
32%
45
1
1
4
4
4
3
1
18
64%
46
2
4
4
2
4
1
4
21
75%
47
1
4
2
4
2
1
2
16
57%
48
1
1
3
4
1
1
2
13
46%
49
1
1
3
4
1
1
1
12
43%
50
1
1
2
1
2
1
1
9
32%
51
1
1
2
2
2
2
1
11
39%
52
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
53
2
2
2
1
2
1
2
12
43%
54
1
2
2
2
2
1
1
11
39%
55
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
56
1
1
4
3
2
1
1
13
46%
57
1
4
4
4
4
1
1
19
68%
132
Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar
58
4
4
3
4
1
1
1
18
64%
59
1
2
1
4
1
1
1
11
39%
60
1
1
2
4
1
2
1
12
43%
61
1
1
2
1
2
1
1
9
32%
62
1
1
3
2
2
2
2
13
46%
63
2
3
2
3
2
2
2
16
57%
64
2
3
3
2
2
2
3
17
61%
65
1
1
2
2
2
1
4
13
46%
66
1
1
3
2
3
1
1
12
43%
67
1
3
2
3
2
1
1
13
46%
68
1
1
2
1
3
1
1
10
36%
69
2
2
3
1
3
1
2
14
50%
70
2
3
2
1
2
2
2
14
50%
71
1
3
2
1
2
1
2
12
43%
72
1
1
1
3
1
1
1
9
32%
73
1
1
2
4
1
1
1
11
39%
74
1
1
1
1
2
1
2
9
32%
75
1
2
1
2
3
2
4
15
54%
76
1
1
1
2
3
2
1
11
39%
77
1
4
4
1
1
1
1
13
46%
78
1
2
2
3
2
1
2
13
46%
79
1
1
1
2
1
2
3
11
39%
80
2
1
2
2
2
2
2
13
46%
81
1
1
2
1
2
1
1
9
32%
82
1
1
2
1
2
1
1
9
32%
83
2
4
4
3
4
3
3
23
82%
84
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
85
1
4
2
1
1
1
1
11
39%
86
2
1
2
3
1
3
3
15
54%
87
3
1
4
1
3
4
3
19
68%
133
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar
88
1
1
1
1
1
1
1
7
25%
89
3
1
3
3
2
2
2
16
57%
jumlah persentase item persentase aspek persentase indikator
132
161
203
194
185
150
157
1182
37%
45%
57%
54%
52%
42%
44%
41%
56%
52%
43%
47%
134
Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar
Lampiran 13. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Skor Perolehan 29 30 31 1 4 4 1 1 2 3 2 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 3 4 4 1 4 2 1 2 2 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 4 1 3 1 4 4 1 3 1 3 3 3 1 4 4 4 2 2 3 1 4 4 1 2 1 1 2 3 4 4 2 4 1 1 4 2 3 3 1 4 3 2 2 4 4 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 4 3 2 1 2 4 1 2 4 1 3 3 1 1 1 4 1 4 1 1 1 4 1 2 1 1 4 3 1 1 1 2 3 1 1 2
Jumlah
Persentase
Kategori
9 4 8 12 10 10 11 9 7 7 7 8 6 8 7 12 8 5 9 7 7 12 7 9 4 6 10 6 9 8 7 11 5 5 5 4 9 7 7 7 3 9 3 7 6 5 6 4
75% 33% 67% 100% 83% 83% 92% 75% 58% 58% 58% 67% 50% 67% 58% 100% 67% 42% 75% 58% 58% 100% 58% 75% 33% 50% 83% 50% 75% 67% 58% 92% 42% 42% 42% 33% 75% 58% 58% 58% 25% 75% 25% 58% 50% 42% 50% 33%
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar
135
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 jumlah persentase item Persentase aspek persentase indikator
1 2 1 3 3 3 1 1 1 4 4 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 3 4 3 3 1 3 1 1 1 2 2 2 2 4 2 2 1 3 2 2 206
2 2 1 4 4 3 3 4 4 4 1 4 2 1 2 3 2 2 1 2 3 1 1 3 1 2 3 4 1 3 1 2 3 4 2 1 2 2 4 3 3 210
2 3 3 2 2 2 1 2 4 3 2 1 4 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 1 3 2 2 1 1 4 2 3 3 3 2 1 4 4 1 2 2 218
58%
59%
61%
58%
5 7 5 9 9 8 5 7 9 11 7 6 9 5 7 8 7 6 5 5 5 7 8 7 7 5 8 6 3 8 5 7 8 9 8 4 8 7 8 7 7 634
42% 58% 42% 75% 75% 67% 42% 58% 75% 92% 58% 50% 75% 42% 58% 67% 58% 50% 42% 42% 42% 58% 67% 58% 58% 42% 67% 50% 25% 67% 42% 58% 67% 75% 67% 33% 67% 58% 67% 58% 58%
60% 59%
136
Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar