Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas Cultural Factors In Treatment In The Postpartum Mother Inong Sri Rahayu¹, Mudatsir2, Kartini Hasballah3 ¹Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2
Bagian Mikro Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Abstrak Di Aceh masih banyak para ibu melakukan perawatan nifas berdasarkan budaya dan adat istiadat khususnya di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan dari perawatan nifas yang dilakukan. . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman ibu, manfaat, dan adat -istiadat dalam perawatan nifas di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Sebuah studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 10 orang partisipan yang didapatkan dengan purposive sampling. Transkripsi dianalisis dengan menggunakan content analisis untuk mengidentifikasi kategori dan tema. Penelitian ini menemukan pengalaman dalam perawatan nifas Madeung, Kusuk, pantang makan, dan minum ramuramuan proses atau cara, intensitas, durasi ,frekuensi dan manfaat dari melakukan perawatan nifas. Manfaat perawatan nifas meliputi KB tradisional, kulit menjadi cantik dan bersih, serta badan menjadi kurus. Adat istiadat dalam perawatan nifas merupakan bagian dari tradisi, keturunan dan budaya dari daerah setempat. Dimanapun mereka berada, akan ada adat istiadat tersendiri dari daerah yang sudah menjadi bagian dari budaya dalam perawatan nifas. Budaya tersebut dapat dilakukan dengan dimodifikasi atau diubah dalam praktik keperawatan tradisional yang dapat mempengaruhi terhadap budaya prilaku hidup sehat. Kata kunci: Pengalaman ibu, manfaat, adat istiadat Abstract Aceh is still a lot of mothers do postnatal care based on the culture and customs, especially in the district of Tanah Jambo Aye North Aceh District. Culture or habit is one that affects the health status of postnatal care is performed .. The purpose of this study was to explore in depth experience of the mother, benefits, and customs in postnatal care in Tanah Jambo Aye North Aceh District. A qualitative study with descriptive phenomenology approach with in-depth interviews conducted on 10 participants who were obtained by purposive sampling. Transcription was analyzed using content analysis to identify categories and themes. This study found the experience in the treatment of postpartum Madeung, muttering, to abstain from eating and drinking potions ramu- process or method, intensity, duration, frequency and the benefits of doing postnatal care. Benefits include traditional birth postnatal care, skin to be beautiful and clean, and the body become thin. Customs in postnatal care is part of the tradition, heritage and culture of the local area. Wherever they are, there will be separate from the local customs that have become part of the culture in postnatal care. The culture can be modified (culture care accommodation/negotiation) or altered (culture care representing/reconstruction) in a traditional nursing practice that can influence the behavior of healthy living culture. Key words: Mother's experience, benefits, customs
Korespondensi:
38
* Inong Sri Rahayu, Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Email:
[email protected]
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
Latar Belakang
jumlah AKI meningkat menjadi 359/ 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2014)
Kesehatan reproduksi pada wanita merupakan persoalan tentang seksualitas dan reproduksi
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap
yang terkait dengan pelayanan pemeriksaan
perawatan ibu post partum, masih banyak di
kehamilan, proses persalinan, dan pengobatan
jumpai di lingkungan masyarakat. Mereka
pasca persalinan. Angka kematian ibu dan
meyakini
angka kematian bayi merupakan indikator
melahirkan dapat memberikan dampak yang
kesehatan reproduksi di mana di Indonesia
positif dan menguntungkan bagi mereka. Hal ini
masih tinggi dibandingkan dengan negara
terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh
lainnya.
Andhra Pradesh pada 100 orang ibu post
Penelitian
sebelumnya
diketahui
budaya
berpengaruh
penelitiannya di dapatkan banyak kepercayaan
angka
kematian ibu dan bayi (Suryawati, 2007)
Tirupati.
setelah
partum
tingginya
daerah
ibu
bahwa faktor budaya dan sosial demografi terhadap
di
perawatan
Dari
hasil
dan keyakinan budaya perawatan ibu post partum, di antaranya pembatasan asupan
Pada tahun 2013 WHO mencatat hampir 800
cairan, makanan di batasi dan hanya boleh
(99%) wanita meninggal setiap hari akibat
makan sayur-sayuran, tidak boleh mandi, diet
komplikasi
makanan,
pada
persalinan
dan
masa
tidak
boleh
keluar
rumah,
menggunakan alas kaki, menggunakan gurita,
Hasil
Survey
tidak boleh tidur di siang hari bahkan mereka
Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
meyakini kolustrum tidak baik untuk anak.
2007
(Bhvaneswari, 2013)
(WHO,
menunjukkan
di
dan
negara-negara
berkembang
terjadi
kehamilan
2014).
Indonesia
menduduki
peringkat ketiga setelah Laos dan Kamboja sebagai negara ASEAN dengan Angka Kematian
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
Ibu (AKI) tertinggi yaitu 228/ 100.000 kelahiran
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
hidup dan pemerintah mengharapkan pada
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami
tahu 2015 angka tersebut dapat diturunkan
suatu
menjadi
hidup
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan
(Kemenkes, R.I, 2013), namun hasil survey SDKI
dampak positif maupun negatif. Hubungan
tahun 2012 justru membuktikan sebaliknya
antara budaya dan kesehatan sangatlah erat
102/
100.000
kelahiran
perubahan
dalam
proses
berpikir.
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu 39
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
masyarakat
desa
Sri, Mudatsir, Hasballah
dapat
budaya atau suku juga dapat mempengaruhi
bertahan dengan cara pengobatan tertentu
kebutuhan dalam perawatan persalinan, di
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau
antaranya :kebutuhan akan asupan gizi, mandi
kultur
dan
selama periode melahirkan, serta perawatan
respons terhadap kesehatan dan penyakit
lainnya yang menjadi tradisi dari turun
dalam segala masyarakat tanpa memandang
menurun di daerahnya.
dapat
yang
sederhana
membentuk
kebiasaan
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
Budaya masyarakat Aceh dalam melakukan
kesehatan,
perawatan masa nifas
tapi
juga
membuat
mereka
seperti; pantangan
mengerti tentang proses terjadinya suatu
untuk meninggalkan rumah selama 44
hari
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
,disuruh berbaring pada suatu pembaringan
atau budaya yang dianut hubungannya dengan
yang ditinggikan yang dasarnya diberi batu bata
kesehatan (Iqbal, 2012).
panas, kakinya telentang dan dirapatkan, lengannya tidak boleh diangkat di atas kepala
Penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2015)
serta ibunya menjaganya, seraya mengawasi
yang berjudul “Persepsi Keamanan Budaya
supaya
dalam Keperawatan Maternity pada Wanita di
mengikuti petunjuk mengenai posisi kaki dan
Queensland “, penelitian ini menggunakan
cara berbaring sekali-sekali harus dirubah
sampel
655 wanita yang beraneka ragam
supaya seluruh badan wanita dihangatkan.
budaya
dan
bahasa
yang
berbeda
perempuan
nifas
tersebut
tetap
di
Queensland Australia. Hasil yang didapatkan
Penghangatan badan dimulai pada hari sesudah
50% wanita tidak memiliki pilihan untuk sarana
melahirkan
dan penyedia layanan selama persalinan dan
kurangnya 20 hari dan paling lama 44 hari. Ibu
kelahiran. Hal ini diakui bahwa beberapa
yang baru melahirkan mandinya dibatasi agar
wanita dengan berbagai budaya dan bahasa
berkeringat,
karena
lebih
berkeringat
dianggap
memilih
untuk
dirawat
dengan
dan
berlangsung
bila baik
ibu
sekurang-
postpartum
untuk
proses
menggunakan keyakinan budaya atau agama
pengeringan luka-luka jalan lahir (Swasono,
yang ada di daerahnya. Kepercayaan dan adat
2005).
istiadat dari budaya mereka mempengaruhi terhadap perawatan persalinan yang sudah
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis
menjadi tradisi di Queensland. Keyakinan
lakukan di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten 40
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Aceh Utara,
Sri, Mudatsir, Hasballah
perawatan yang diberikan paska
bulan Agustus 2016 sebanyak 10 orang.
melahirkan di antaranya masih ada yang
Pemilihan
menggunakan budaya pada masa nifasnya.
dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
Masyarakat
adanya
sampling yaitu dengan cara memilih individu
beberapa pantangan makanan bagi ibu nifas,
secara sengaja karena memiliki pengalaman
setelah melahirkan ibu dimandikan dengan ie
dan
boh kruet (jeruk perut), diberikan ramuan
perawatan nifas.
daun-daunan, di letakkan batu panas di perut
Tempat dan waktu penelitian
dipeumadeung (disale), seluruh tubuh ibu di
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanah
urut, di bagian muka dan badan ibu di beri
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara pada bulan
bedak dingin dan obat- obatan ramuan, ibu
Agustus s/d September 2016.
tidak boleh keluar rumah selama 40 hari dan
Hasil
masih
masih
banyak
mempercayai
perawatan
lainnya
partisipan
kriteria
yang
sebagai
sedang
narasumber
dalam
masa
yang
diberikan setelah melahirkan. Hal tersebut
Hasil analisa data didapatkan tiga tema yaitu:
dilatarbelakangi
(1) pengalaman ibu setelah melahirkan, (2)
oleh
nilai,
adat
istiadat,
kepercayaan dan sikap dari masyarakat yang
manfaat perawatan nifas, (3) adat istiadat.
menjadi faktor budaya dalam perawatan ibu
Pengalaman ibu setelah melahirkan
nifas. Berdasarkan fenomena tersebut maka
Pengalaman ibu setelah melahirkan dapat
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dilihat dari 4 kategori yaitu Madeung/ Sale
mengenai faktor budaya dalam perawatan ibu
(Pembakaran) dan Toet Batee (bakar batu),
nifas di
Kusuk (urut/ pijat) pakai pilis, dan tapel,
Kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara.
Pantang makan, dan Minum ramu-ramuan
Metodologi
1.) Madeung/ Sale (Pembakaran) dan Toet Batee (bakar batu)
Desain Penelitian
Sale dilakukan dengan memakai arang panas
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
yang di taruh pada sebuah tungku, kemudian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
menggunakan tempat tidur atau dipan
Populasi dan Sampel
(balai-balai) yang dibuat dari kayu atau
Populasi pada penelitian ini adalah partisipan
batang bambu yang bercelah- celah, sehingga
Ibu Nifas yang ada di Kecamatan Tanah Jambo
uap dan panas bisa masuk. Dalam penelitian
Aye Kabupaten Aceh Utara yang melahirkan di
ini sepuluh partisipan mengungkapkan hal 41
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
yang
sama
Sri, Mudatsir, Hasballah
yaitu
semua
partisipan
satu disana satu, sudah ditahan itu sesudah
melakukan sale. Hal tersebut sesuai dengan
lahir,, iya kayak gitu,” (P9)
pernyataan para partisipan berikut ini: “..Setelah lahir anak, saya langsung madeung di
Semua partisipan mayoritas menggunakan
atas
parem setelah mandi. Pada seluruh bagian
tempat
tidur
yang
terbuat
dari
bambu/bale (bak trieng)’’ (P3)
tubuh. parem ini di gunakan dengan cara di oleskan ke seluruh tubuh. Parem ini dapat
Sejak hari pertama di peumadeung (disale) dan
diperoleh
diletakkan batu panas di perut.ibu tidur di atas
wawancara dari beberapa partisipan :
dari
pasar.
Berikut
kutipan
bale yang terbuat dari bambu atau kayu yang di
“..setelah melahirkan 1 hari, besok pulang ke
bawahnya dihidupkan api.hal ini bertujuan
rumah dimandiin sama mamak. Kemudian
untuk
diberikan param di badan, pilis...(P4)
membersihkan
darah
kotor,
mengembalikan otot dan merampingkan tubuh, demikian ungkapan dari partisipan sebagai
3.) Pantang Makan
berikut:
Ada beberapa dari partisipan mempertahankan
“Madeung sekalian bakar batu .... Bakar api
untuk melakukan pantang makan, seperti
dibawah, diatas perut ditaruk batu sekalian
ungkapan partisipan berikut ini :
terus. Ada, waktu batunya dingin dibuka lagi
“..Waktu
kemudian dibakar lagi batunya... Pagi bakar,
banyak”.. (P2)
saya
sale,
tidak
boleh
makan
kemudian jam 3 bakar lagi dan magrib istirahat” (P1)
Pantangan yang partisipan lakukan seperti; makan telur, sehingga jahitannya menyebabkan
1) 2.) Kusuk (urut/ pijat), pakai pilis, dan tapel
terjadi gatal-gatal dan dianggap bahwa telur
Ketidakpuasan dilakukan sejak hari pertama
adalah penyebab gatal pada luka jahitan. Hal
melahirkan
ini ditunjukkan oleh salah satu ungkapan dari
dan
dilanjutkan
selang
hari
berikutnya. Pernyataan para partisipan tentang
tersebut:
perawatan pengurutan sebagai berikut :
“..daging ayam dan yang tajam tajam seperti
“..perawatannya, sudah lahir anak kecil, kusuk
buah nenas, ketan, tapr... pantang!”(P2)
tulang dengan kain, ambil kainnya diikat pada panggulnya, ditarik dua-dua di rapatkan seperti itu, kemudian
4.) Minum ramu ramuan
satu di kaki, satu di kepala
dimasuk dan ditekan kepalanya berdiri disini 42
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
Semua partisipan mengkonsumsi jamu. Jamu
“..udah lahir itu ambil daun kates ditumbuk di
tersebut di olah sendiri, yang ramuannya
kasih terus,” Tujuannya Enak, biar tidak keluar
berasal dari kunyit. Dengan cara kunyit
darah putih, panas kemudian besok pagi sudah
ditumbuk,
kunyit
bakar batu itu sekali kemudian apa yang suka
tersebut di minum setiap pagi juga dibantu
dikasih, apa di kasih apa kunyit apa yang paling
dengan makan tape. Manfaatnya dari minum
pahit pun bisa itu menurut orang yang sanggup
air kunyit adalah apabila masih ada darah kotor
minum...” (P4)
disaring,
kemudian
air
belum kering maka akan cepat kering. supaya
tidak
bau
badan.
Juga
Pernyataan
Manfaat Perawatan Nifas
tersebut di atas sesuai dengan pernyataan
Proses madeung (sale, toet batee, dan ramuan
beberapa partisipan berikut:
tradisional) bisa disebut sebagai alat KB
“..sebelum dilakukan pengasapan, saya juga
tradisional,
diminumkan jamu oleh orangtua saya berupa
serangkaian proses Madeung bisa mengatur
air Kunyit.. (P9)
jarak kelahiran karena pada zaman dahulu
“jamu yang saya minum kadang-kadang dibuat
belum ada program KB yang modern seperti
sendiri oleh mama saya. Yaitu ibu kunyit
sekarang. Dalam penelitian ini ada beberapa
ditumbuk, diperas. Kemudian saya minum
partisipan mengungkapkan hal yang sama yaitu
untuk badan juga untuk apabila masih ada
mengatur jarak kehamilan. Adapun ungkapan
darah kotor saya belum kering maka akan cepat
dari partisipan yang berkaitan dengan hal di
kering. Juga supaya tidak bau badan. Ada juga
atas adalah sebagai berikut :
saya beli jamu yang ada dipasar. Saya minum
“jarak anak jadi jauh, tidak dekat antara umur
juga saya bantu dengan tape..”(P4)
anak yang pertama dengan yang ke dua...” (P3)
Partisipan juga menggunakan ramuan jenis
Selain mengatur jarak kehamilan, di temukan
lainnya dalam perawatan masa nifas. Ramuan
pula manfaat lainnya seperti tubuh menjadi
tersebut ada yang menggunakan daun nilam,
seperti semula, badan terasa enak, kurus, kulit
daun, kates, bahan ada ramuan yang mereka
menjadi lebih bersih, lebih kuat dan bertambah
beli
cantik. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh
di
toko
tanpa harus mengolahnya.
karena
dengan
melakukan
Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan
partisipan berikut.
pernyataan beberapa partisipan berikut:
“ kalau udah sampai 40 hari bersih lagi, kan udah cantik, bersih seperti semula. Kata orang43
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
orang , “cantik kali orang kalau udah madeng..”
Semua partisipan melakukan Madeung dan
(P9)
Toet Batee. Cara ini bukan suatu hal yang asing
“.. itu kebiasaan orang zaman dulu, enak badan
dalam kehidupan masyarakat Aceh yang baru
biar kuat kalau jalan ke sawah, memang orang
selesai melahirkan, khususnya di daerah Tanah
kami orang pergi ke sawah...” (P1)
Jambo Aye. Cara pengobatan Madeung dan sale , diyakini bisa mengeringkan peranakan, tubuh menjadi kurus atau singset, dapat
Adat Istiadat dalam perawatan nifas
mengecilkan perut, dapat mengatur jarak
Partisipan dalam penelitian ini berasal dari satu
kelahiran dan membuat ibu menjadi cantik
daerah dan latar sosial budaya yang sama. Nilai
serta membuat tubuh menjadi harum.
yang diyakini oleh para partisipan dalam penelitian ini adalah sama yaitu mewarisi adat
Penelitian ini di dukung oleh Deri (2009) terkait
istiadat dan budaya daerah setempat dalam
tradisi badapu di Kabupaten Aceh Singkil,
melakukan perawatan nifas. Adapun ungkapan
dimana setiap ibu nifas diharuskan melakukan
dari sepuluh partisipan yang berkaitan dengan
tradisi badapu. Tradisi badapu ini telah
hal tersebut adalah sebagai berikut:
berlangsung secara turun temurun dari sejak
“...bagi mamak saya itu udah keturunan harus
dulu sampai sekarang. Ada beberapa ritual
ada, misalnya kayak hari itu hari panas saya
yang
tidak sanggup tidur tidak boleh sama mamak
menjalankan tradisi badapu, yaitu memanaskan
harus
juga...”(P2)
tubuh ibu pada pagi dan sore hari dengan nyala
“..sampai nenek moyang kita dulu, dan sudah
api tungku; memulihkan kondisi perut ibu
menjadi
ini..”(P4)
setelah melahirkan menggunakan batu bata
“..budaya kita, turun menurun dari nenek
atau kelapa muda yang sudah dipanaskan di
dulu..”(P7)
tungku lalu dibungkus dengan kain dan daun
tidur,
tradisi
bakar
budaya
batu
daerah
harus
dijalankan
ibu
nifas
saat
mengkudu, lalu diletakkan di atas perut ibu, setelah PEMBAHASAN
dingin
memulihkan
alat
dipanaskan genital
ibu
kembali; dengan
menggunakan batu kerikil kecil kira-kira sebesar Madeung/ Sale (Pembakaran) dan Toet Batee
bola pimpong yang dipanaskan dalam abu
(bakar batu)
tungku, lalu dibungkus dengan kain dan daun kunyit kemudian ditempelkan pada vagina, 44
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
setelah dingin dipanaskan kembali.
Pada
mempercepat
pemulihan
masa
pasca
membersihkan
darah
kotor,
masyarakat suku Aceh yang sedang masa nifas,
persalinan,
ibu-ibu nifas memakai batu hangat dan sale. Ini
mengembalikan
dianggap untuk mempercepat proses perut
tubuh. Jika dipandang dari segi kesehatan
kecut dan kempes, kemaluan rapat kembali.
tradisi ini sangat baik untuk dipertahankan.
Dan juga untuk menghangatkan badan. Hal ini
Perencanaan dan implementasi dari Teori ini
tidak sesuai dengan pernyataan Edjun (2002)
sangat relevan dan diterapkan secara nyata
yang menyatakan bahwa mandi tradisional
dalam praktek keperawatan, karena teori ini
yang dilakukan
atau
sesuai dengan budaya perilaku hidup sehat.
menduduki sesuatu yang panas, sehingga
Budaya yang terkandung di dalamnya banyak
menimbulkan efek yang dapat membahayakan
bernilai positif, terutama dalam hal yang
kesehatan ibu, seperti duduk di atas bara yang
menyangkut
panas atau melakukan pemanasan dapat
dilakukan negosiasi dan modifikasi (Culture
menyebabkan
menurunkan
Care Accommodation/ negotiations) perawatan
merangsang
Madeung dan Toet Batee dalam peningkatan
menyebabkan
asupan cairan sehingga tidak menyebabkan
pemanasan
vasodilatasi,
tekanan darah, pendarahan,
dengan
bahkan
serta
bisa
dapat
otot
dan
kesehatan.
merampingkan
Selain
itu
dehidrasi pada ibu postpartum (Edjun, 2002).
terjadinya dehidrasi pada ibu nifas.
Duduk
Kusuk (urut/ pijat), pakai pilis, dan tapel
diatas bara
menyebabkan
yang
panas dapat
vasodilatasi,
menurunkan
Mayoritas
masyarakat
Aceh
perlu
melakukan
tekanan darah ibu dan menambah perdarahan
pengurutan pada seluruh tubuh mereka. Hal ini
juga
dipercaya berguna agar rasa lelah mereka
dapat
menyebabkan
dehidrasi
(Prawirohardjo A, 2002).
berkurang
dan
memperbaiki
uterus agar
kembali ke ukuran yang normal. Pendapat ini Madeung
dan
Toet
Batee
merupakan
sesuai
dengan
yang
dikemukakan
oleh
perawatan budaya nifas yang dilakukan oleh
Prawirohardjo (2002), keluhan wanita bahwa
masyarakat Aceh khususnya di Kecamatan
“kandungan
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
dikarenakan oleh ligament, fasia, jaringan
Perawatan ini dapat memberikan manfaat bagi
penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
ibu nifas yang meyakini bahwa dengan
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
melakukan Madeung dan Toet Batee dapat
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke 45
turun”
setelah
melahirkan,
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
belakang. Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim, yang
Berdasarkan
mengalami
pembesaran
ukuran
mayoritas
pembesaran
selnya
(hepertrofi)
pembesaran
ukuran
karena
karena
penelitian ibu
nifas
yang
dilakukan
memakai
parem,
dan
pemakaian parem berkhasiat untuk mencegah
pertambahan
masuk angin, hal tersebut sesuai dengan
jumlah selnya (hyperplasia). Sehingga dapat
pernyataan
menampung pertumbuhan dan perkembangan
(kaempferia
janin sampai cukup bulan dengan berat lebih
tumbuhan Zingiberaceae, digolongkan sebagai
dari 2500 gram. Berat rahim menjadi sekitar 1
tanaman jenis empon-empon yang mempunyai
kg, yang semula hanya 30 gram. Setelah
daging buah paling lunak dan tidak berserat,
persalinan terjadi proses sebaliknya yang
merupakan tanaman kecil yang tumbuh subur
disebut
ke
di daerah dataran rendah atau pegunungan
ukuran semula) secara berangsur otot rahim
yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
mengecil
banyak air, banyak dikenal sebagai tanaman
‘involusi”
(kembalinya
kembali, sampai
rahim
seberat semula
pada minggu ke-7 (42 hari).(Bandiyah, 2009)
berikut
:kandungan
galanga)
yang
kencur
merupakan
yang berguna untuk mencegah masuk angin (Mursito, 2001).
Pemakaian pilis yang digunakan masyarakat
Perawatan nifas dengan melakukan urut atau
Aceh tidak sesuai dengan pernyataan yang
pijat , memakai pilis, parem dan tapel adalah
dikemukakan oleh Musbikin
yang
merupakan perawatan yang dapat memberikan
menyatakan bahwa ramuan pilis salah satunya
manfaat kesehatan bagi ibu nifas terhadap
mengandung pala, senyawa kimia buah pala
budaya perilaku hidup sehat. Sejak hari
terdapat di kulit, daging, dan daging buah
pertama sampai dengan hari ketiga seluruh
pala, sedangkan bunga pala mengandung
tubuh ibu di urut, dalam upaya membersihkan
minyak
dan zat pati,
darah kotor dan melancarkan ASI. Selama
sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan
dalam perawatan nifas ibu juga diolesi tapel,
minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi,
pilis, dan parem. Hal ini bertujuan untuk
enzimlipase,
menghaluskan
muka,
oleanolat, namun manfaat dari buah pala. Ini
mengencangkan
kulit.
adalah untuk membantu mengobati masuk
implementasi dari Teori ini sangat relevan dan
angin, bukan untuk menjaga kesehatan mata
diterapkan
atsiri,
zat
pectin,
samak
(2005)
lemonenade
asam
(Musbikin, 2005). 46
secara
tubuh
dan
Perencanaan
nyata
dalam
dan
praktek
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
keperawatan, karena teori ini sesuai dengan
budaya terhadap pantang makan , karena
budaya perilaku hidup sehat.
dapat mempengaruhi terhadap gizi ibu dan mempengaruhi
Budaya yang terkandung di dalamnya banyak
ASI
dalam
pemenuhan
kebutuhan bayi.
bernilai positif, terutama dalam hal yang menyangkut
kesehatan.
perlu
Menurut Foster dan Anderson (2006), masalah
dilakukan negosiasi dan modifikasi (Culture
gizi yang terjadi sebagian besar dikarenakan
Care Accommodation/ negotiations) perawatan
adanya kepercayaan-kepercayaan yang keliru di
pijat, pemakaian pilis dan tapel. Pemijatan
mana-mana. Ada hubungan antara makanan
harus
dan
dilakukan
Selain
dengan
benar
itu
sehingga
kesehatan
dengan
kepercayaan-
peredaran darah ibu menjadi lancar. Pilis dan
kepercayaan,
tapel juga harus dilakukan uji coba terlebih
upacara-upacara,
dahulu sehingga tidak merusak kulit
memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang
dan
pantangan-pantangan mencegah
tersedia
Pantang makan
disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan makanan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
yang buruk tersebut. Hal ini merupakan tugas
dua dari partisipan melakukan pantang makan,
yang
mereka memakan sedikit dan setiap pagi
kebiasaan
makanan
minum segelas sari pati kunyit yang berkhasiat
perubahan
yang
untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin,
kebiasaan-kebiasaan
menguatkan tubuh dan upaya menjarangkan
hambatan budaya yang terjadi seperti di Haiti
kelahiran. Ibu pada masa nifas dianjurkan harus
yaitu kepercayaan terhadap patologi humoral,
mengkonsumsi
yang sangat membatasi makanan para ibu
Anjuran
ini,
ibu
menjadi lebih sehat dengan mengkonsumsi
sangat
mereka.
orang
menyebabkan alergi.
sayuran.
bagi
yang
dan
sulit
untuk
Kekurangan
diatasi,
menentang
gizi
karena terhadap
dilakukan
dibanding
lainnya.
Hambatan-
menyusui.
banyak sayur-sayuran. Jenis makan yang dilarang oleh ibu nifas yaitu; telur, daging, ikan
Berdasarkan studi yang dilakukan Wilson di
laut dan lele, keong, daun lembayung, buah
Desa
pare, nenas, gula merah, dan makan yang
disimpulkan bahwa setelah melahirkan wanita
berminyak. Dari segi kesehatan, hal ini perlu
Melayu mulai membatasi makanan dengan cara
dilakukan
Re-
mengurangi konsumsi sayur dan buah. Hal ini
perawatan
disebabkan wanita yang baru melahirkan
perubahan
patterning/Restructuring)
(Culture dalam
Care
47
RuMuda,
di
timur
laut
Malaysia,
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
dianggap sangat peka terutama terhadap
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dingin yang berasal dari udara atau makanan
Rismawanti dan Yulidawati (2012) bahwa ibu
yang dingin. Sehingga semua makanan dingin
nifas di Klinik Bersalin Khairunisa Riau yang
dilarang
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
selama
40
hari
pada
periode
pemanasan setelah melahirkan. Wanita yang
dapat
mempercepat
baru melahirkan dibatasi makanannya hanya
perinium, karena salah satu faktor yang
pada telur, madu, gandum, tapioka, pisang
mempengaruhi luka perinium adalah status gizi
yang dimasak, ikan panggang, lada hitam dan
yang
kopi. Pada masa nifas ini, mereka menolak
pengetahuan, sosial ekonomi dan petugas
mengkonsumsi buah-buah dingin, sayuran dan
kesehatan.
selain
faktor
penyembuhan
lingkungan,
luka
tradisi,
ikan beracun, akan dibuatkan resep atau menu khusus (Elroy, 1996). Sedangkan bagi wanita
Minum Ramu- ramuan
Tamilnad, setelah melahirkan, selama 41 hari
Partisipan dalam penelitian ini menunjukkan
masa nifas, ada makanan-makanan yang harus
bahwa mayoritas ibu-ibu nifas suku Aceh
dihindarkan, seperti: daging biasa, telur ayam,
minum ramu- ramuan, hal ini sesuai dengan
mentega, beras, cabe, ayam, sarden, susu sapi,
pernyataan yang dikemukakan oleh Mursito
buah-buahan, kentang, ubi rambat dan kacang
(2001) yang mengemukakan bahwa kandungan
mete (Fieldhouse, 1995)
ramu-ramuan untuk menjaga kesehatan dan kecantikan juga memperlancar produksi ASI.
Pada penelitian ini didapatkan ada delapan
Budaya minum ramu-ramuan dalam perawatan
partisipan yang tidak melakukan pantang
nifas yang terkandung di dalamnya banyak
makan.
semua
bernilai positif, terutama dalam hal yang
makanan.
menyangkut kesehatan. Budaya dan adat
Makanan yang boleh dikonsumsi seperti ikan
istiadat setempat membantu perawat dalam
segar
menyusun
Mereka
makanan
tanpa
yang
mengkonsumsi memilih-milih
pengolahannya
dengan
cara
rencana
keperawatan
dan
digoreng kering, dibakar atau digongseng,
menggolongkan nilai-nilai kesehatan dalam
sedangkan jenis sayuran yang bisa dikonsumsi
praktik keperawatan tradisional yang dapat
seperti; daun singkong, daun pepaya yang
dipertahankan
dimasak dengan cara direbus.
preservation/maintenance) dan Perawatan ini
(culture
care
dapat memberikan manfaat bagi ibu nifas dapat menambah darah dan membersihkan 48
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
darah kotor serta menjaga kesehatan dan
dengan
kecantikan
kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi ini,
lingkungannya
dijembatani
oleh
kebudayaan dapat dikatakan bersifat
Manfaat Perawatan Nifas
adaptif karena melengkapi manusia dengan
Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat
cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan
perawatan nifas yang dilakukan partisipan
fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian
didapatkan bahwa hal ini memberikan dampak
pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
positif bagi para partisipan untuk menjalankan
maupun
budaya perawatan nifas. Banyak manfaat yang
bahwa banyak kebudayaan bertahan malah
mereka dapatkan di antaranya tubuh terasa
berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-
nyaman, tampak singset, kulit menjadi lebih
kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu
putih, peranakanpun cepat membaik dan salah
masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan-
satu
kebutuhan
hal
yang
terpenting
adalah
dapat
mengatur jarak kehamilan.
lingkungan
tertentu
sosialnya.
Kenyataan
dari lingkungannya.
Kebiasaan atau kelakuan yang terpolakan yang
ada
dalam
masyarakat
tertentu
Perencanaan dan implementasi dari Teori ini
merupakan penyesuaian masyarakat terhadap
sangat relevan dan diterapkan secara nyata
lingkungannya, tetapi cara penyesuaian itu
dalam praktek keperawatan, karena teori ini
bukan
sesuai dengan tradisi di Kecamatan Tanah
penyesuaian yang mungkin diadakan oleh
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
dalam
masyarakat lain dalam kondisi yang sama.
berpengaruh
Dengan kata lain, masyarakat manusia yang
terhadap budaya perilaku hidup sehat. Budaya
berlainan mungkin akan memilih cara-cara
yang terkandung di dalamnya banyak bernilai
penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan
positif, terutama dalam hal yang menyangkut
yang
kesehatan.
menyebabkan
perawatan
ibu
nifas
yang
berarti
sama.
mewakili
Kondisi
semua
seperti
timbulnya
itulah
cara
yang
keanekaragaman
budaya (Mudji , 2006). Kebudayaan bukan sesuatu
yang dibawa
bersama kelahiran, melainkan diperoleh dari
Adat Istiadat Dalam Perawatan Nifas
proses
baik
Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang
lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
kekal dan sudah turun-temurun dilakukan
Dengan kata lain, hubungan antara manusia
masyarakat. Dalam hal ini partisipan dalam
belajar
dari
lingkungan,
49
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
penelitian ini tidak bisa dipisahkan dari adat
Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat
istiadat setempat, karena di manapun mereka
perawatan nifas yang dilakukan partisipan
berada akan ada adat istiadat tersendiri dari
didapatkan bahwa hal ini memberikan dampak
daerah tersebut, yang tanpa terkecuali semua
positif bagi para partisipan untuk menjalankan
masyarakat juga mengikuti hal-hal tersebut
budaya perawatan nifas. Banyak manfaat yang
karena bagi mereka itu harus dilakukan.
mereka dapatkan di antaranya tubuh terasa
Mudji, (2006) Kebiasaan atau kelakuan yang
nyaman, tampak singset, kulit menjadi lebih
terpolakan
putih, peranakanpun cepat membaik dan salah
yang
ada
dalam
masyarakat
tertentu merupakan penyesuaian masyarakat
satu
terhadap
mengatur jarak kehamilan
lingkungannya,
tetapi
cara
hal
yang
terpenting
adalah
dapat
penyesuaian itu bukan berarti mewakili semua cara penyesuaian yang mungkin diadakan oleh
Dalam penelitian ini, didapatkan adat istiadat
masyarakat lain dalam kondisi yang sama.
dari daerah setempat tidak bisa dipisahkan dari
Faktor budaya dalam perawatan ibu nifas di
budaya perawatan nifas, karena dimanapun
Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
mereka berada akan ada adat istiadat tersendiri
Utara
atau
dari daerah tersebut, yang tanpa terkecuali
kebiasaan yang terjadi di daerah tersebut
semua masyarakat juga mengikuti hal-hal
sudah menjadi bagian dari adat istiadat dalam
tersebut
masyarakat yang dapat mempengaruhi status
dilakukan
kesehatan mereka. Di antara kebudayaan
Referensi
maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada
Anderson, E.T & McFarlene, J. (2006) Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktek ed-3. (Yudha, E.K, Terjemahan). Jakarta: EGC
didapatkan
bahwa
budaya
yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Banyak
sekali
pengaruh
atau
yang
karena
bagi
mereka
itu
harus
menyebabkan berbagai aspek kesehatan di Deri, F. (2009): Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Dibuka Pada Situs
negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan , antara lain
http://repository.usu.ac.id/handle/1234567 89/6953
masih adanya pengaruh budaya yang turun
Endjun, J. J. ( 2002). Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Puspaswara
temurun masih dianut sampai saat ini Kesimpulan
Fieldhouse, P. (1995). Food and Nutrition. New York: Chapman & Hall 50
Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN: 2338-6371
Sri, Mudatsir, Hasballah
Iqbal, W. M., Nurul, C.,Iga, M. (2012). Ilmu sosial budaya dasar kebidanan. Jakarta: EGC
WHO.
(2014). Media center: maternal mortality, Diakses dari http://www.who.int/gho/maternal.heal th/en/ Wilson, C. (1980). Food ecology and culture. New York, London, Paris: Gordon and Breach Science Publishers
KEMENKES.R.I. (2014), Profil kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Masbukin, I. (2006). Persiapan menghadapi persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka Mas’dah. (2010). Hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Jurnal Penelitian kesehatan suara Forikes. Surabaya Prawirohardjo, (2006). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Riskawahyuningsih. (2014). Faktor sosial budaya dan ekonomi yang mempengaruhimasanifas. Dibuka Pada Situs htpp:/bidanriskawahyuningsih.wordpre ss.com/2014/10/17. Sarah, M . , & Yvette D, M. (2015). Perceived safety, quality and cultural competency of maternity care for culturally and linguistically diverse women in Queensland. j. Racial and Ethnic Health Disparities (2016) 3:83–98 Suryawati, C. (2007). Faktor sosial budaya dalam praktik keperawatan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. (studi di kecamatan Bangsari, kabupaten Jepara. Diakses pada Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 2 Swanson, K. M., & Wojnar, D. (2007). Phenomenology: an exploration. Journal of Holistic Nursing . 2007; 25; 172 Swasono, F, M. ( 2005). Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi dalam konteks budaya. Jakarta : UI-Press 51