EVALUASI PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUASIN Suripto, S.Sos.1 Abstract Banyuasin District Human Development Index (HDI) always increase from year to year. This can be seen with the increase in the provision of basic educational facilities Banyuasin District Government. How is the success rate of primary education by districts in Banyuasin ? In this paper we will evaluate it by using The Analytical Hierarchy Process (AHP). With this method the results showed that Banyuasin III Sub District, Banyuasin I Sub District and Talang Kelapa Sub District is the best. Keywords: Education, Schools, AHP, District, Evaluation Abstrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuasin selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Bagaimana tingkat keberhasilan pendidikan dasar menurut kecamatan di Kabupaten Banyuasin ? Dalam tulisan ini akan mengevaluasi hal tersebut dengan menggunakan The Analytical Hierarchy Process (AHP). Dengan metode tersebut hasilnya menunjukan bahwa Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Talang Kelapa adalah yang terbaik. Kata Kunci : Pendidikan, Sekolah, AHP, Kecamatan, Evaluasi
Pendahuluan Pendidikan merupakan faktor
utama yang
menentukan
keberhasilan
pembangunan. Dalam upaya menciptakan pemerataan pendidikan, pemerintah pusat telah
mendelegasikan
sebagian
kewenangannya
kepada
pemerintah
daerah.
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pasal 7 ayat 2 point ( a ) menyatakan bahwa Pendidikan merupakan urusan wajib pelayanan dasar yang diselenggarakan pemerintah daerah. Salah satu kewajiban pemerintah kabupaten / kota dalam bidang pendidikan adalah perencanaan program wajar dikdas 9 tahun. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuasin mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Hal tersebut terlihat dari nilai IPM tahun 2004
sebesar 66,7 dan tahun 2007 sebesar 68,6. Peningkatan indeks tesebut tercermin pada 1
Peneliti Pertama pada Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan Lembaga Administrasi Negara, Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat. E-mail :
[email protected] atau
[email protected]
pembangunan pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin yang juga mengalami peningkatan.
Berdasarkan data statistik Banyuasin dalam Angka 2008 terlihat bahwa
jumlah sekolah dasar (SD) dan Madrasyah Idtidaiyah (MI) pada tahun 2006 sebanyak 517 buah dan pada tahun 2008 menjadi 524 buah, jumlah murid tahun 2006 sebanyak 97.919 orang dan tahun 2008 menjadi 101.562 orang. Sedangkan, jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasyah Tsanawiyah tahun 2006 sebanyak 125 buah dan tahuan 2008 menjadi 148 buah, jumlah murid tahun 2006 sebanyak 23.863 orang menjadi 27.537 orang. Selanjuntya, Penyebaran jumlah sekolah, ruang kelas, guru dan murid Sekolah Dasar (SD) Negeri, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta dan Madrasah Idtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama Negeri,
dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) menurut kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan Murid Sekolah Dasar Negeri, Swasta dan Madrasah Idtidaiyah Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 Jumlah Sekolah
Jumlah Ruang Kelas
Jumlah Guru
Jumlah Murid
No.
Kecamatan
SDN
SDS
MI
SDN
SDS
MI
SDN
SDS
MI
SDN
SDS
MI
1
Rantau Bayur
38
-
-
201
-
-
299
-
-
5699
-
-
2
Betung
41
2
1
251
12
4
456
14
10
9251
360
90
3
Banyuasin III
67
-
3
398
-
20
807
-
35
11230
-
439
4
Pulau Rimau
33
-
4
162
-
22
280
-
40
5526
-
374
5
Tungkal Ilir
20
-
-
98
-
-
60
-
-
1999
-
-
6
Talang Kelapa
35
3
5
207
20
30
723
21
51
13330
600
785
7
Tanjung Lago
19
-
5
105
-
31
209
-
48
4572
-
467
8
Banyuasin I
48
2
5
247
13
22
550
13
41
9398
390
548
9
Rambutan
24
-
1
133
-
5
287
-
7
4476
-
42
10
Muara Padang
22
-
4
118
-
24
192
-
37
6159
-
282
11
Muara Sugihan
24
1
10
125
6
59
214
7
85
4231
159
1082
12
Banyuasin II
20
-
4
130
-
24
166
-
35
4931
-
614
13
Makarti Jaya
19
-
2
109
-
11
222
-
17
3332
-
189
14
Air Salek
23
-
-
118
-
-
201
-
-
3963
-
-
15
Muara Telang
31
-
8
186
-
47
252
-
71
5997
-
1047
Jumlah
464
8
52
2588
51
299
4918
55
477
94094
15809
5959
Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2008
Tabel 2. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan Murid Sekolah Menengah Negeri, Swasta dan Madrasah Tsanawiyah Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 Jumlah Sekolah
Jumlah Ruang Kelas
Jumlah Guru
Jumlah Murid
No.
Kecamatan
SMPN
SMPS
MTs
SMPN
SMPS
MTs
SMPN
SMPS
MTs
SMPN
SMPS
MTs
1
Rantau Bayur
6
1
3
25
3
9
45
16
33
812
101
306
2
Betung
4
5
3
50
23
9
106
79
34
1384
1 070
357
3
Banyuasin III
6
5
7
83
32
22
160
87
83
2480
826
1 533
4
Pulau Rimau
3
2
6
27
7
18
72
16
64
1095
193
514
5
Tungkal Ilir
2
3
2
6
9
6
13
31
24
234
539
104
6
Talang Kelapa
2
5
6
25
23
18
57
66
69
805
1 354
370
7
Tanjung Lago
3
2
2
20
6
6
73
13
20
746
-
254
8
Banyuasin I
5
7
6
32
34
18
118
93
66
1383
758
764
9
Rambutan
3
1
1
21
10
6
88
22
14
930
278
72
10
Muara Padang
2
1
3
21
3
9
43
10
42
692
113
401
11
Muara Sugihan
4
1
4
28
3
12
62
8
41
1051
120
507
12
Banyuasin II
4
-
3
15
-
8
34
-
38
802
-
216
13
Makarti Jaya
3
1
2
22
3
6
46
15
22
824
62
188
14
Air Salek
3
1
2
12
6
4
38
40
24
790
154
113
15
Muara Telang
4
3
5
26
23
13
60
16
58
773
727
742
Jumlah
54
38
55
413
189
164
1015
512
632
14801
6295
6441
Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2008
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa 89 persen psekolah dasar merupakan SD Negeri. Hal ini menunjukan dominasi penyelenggara sekolah dasar adalah pemerintah daerah. Dilihat dari jumlah siswa yang sekolah di SD Negeri menunjukan sebanyak 81 persen. Sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebanyak 36 persen adalah negeri dan 64 persen swasta. Sementara dari jumlah siswa sebanyak 54 persen di SMP Negeri dan 46 SMP Swasta. Kondisi tersebut menunjukan bahwa, Pemerintah Daerah memiliki peran yang lebih besar di bandingkan swakelola masyarakat. Dari Tabel 1 dan Tabel 2, Pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin menyebar marata pada seluruh kecamatan. Dimana, setiap kecamatan memiliki sarana
pendidikan SD/MI
dan SMP/MTs. Hal ini menarik mengukur keberhasilan dengan
mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan dasarnya di kecamatan tersebut. Tulisan ini akan melihat keberhasilan setiap kecamatan dengan menggunakan indikator-indikator seperti pada tabel 1 dan tabel 2. Hasil dari evaluasi tulisan ini adalah menghasilkan rangking kecamatan dalam pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin.
Metode Analisis Dalam mengevaluasi pendidikan dasar Kabupaten Banyuasin menggunakan metode analisis The Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan teknik terstruktur berdasarkan matematika dan psikologi, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk menghadapi keputusan yang kompleks. AHP memberikan suatu kerangka komprehensif dan rasional untuk penataan masalah keputusan, untuk mewakili dan mengukur unsur-unsurnya, untuk menghubungkan elemen-elemen dengan tujuan secara keseluruhan, dan untuk mengevaluasi solusi alternatif. Keunggulan AHP antara lain menyusun model permasalahan dengan lebih sederhana, data yang digunakan dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif serta hasil keputusan lebih komprehensif. Sehingga, AHP dapat membantu para pengambil keputusan untuk menemukan satu pilihan alternative yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Prosedur untuk menggunakan AHP secara ringkas sebagai berikut : •
Menyusun model masalah sebagai hirarki keputusan yang berisi tujuan, alternatif solusi, dan kriteria untuk mengevaluasi alternatif.
•
Menetapkan prioritas antara unsur-unsur hierarki dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen. Sebagai contoh, ketika membandingkan antara Kecamatan Rantau Bayur dan Pulau Rimau yang lebih baik dalam memberikan pelayanan pendidikan dasar.
•
Menyimpulkan penilaian ini untuk menghasilkan satu set prioritas keseluruhan hirarki.
•
Memeriksa konsistensi penilaian. (nilai inkonsistensi ≥ 0,1)
•
Hasil keputusan akhir berdasarkan hasil dari proses ini.
AHP yang digunakan dalam tulisan ini yakni Aplikasi Expert Choice 2nd Edition. Langkah AHP Expert Choice yakni menentukan tujuan, memilih objek, memilih criteria dan memilih alternatit. Tujuan Evaluasi Pendidikan Dasar yakni terpilihnya kecamatan terbaik dalam pelayanan pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin. Objek yang diukur adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Objek Sekolah Dasar yang meliputi Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta dan Madrasyah Idtidaiyah. Objek Sekolah Menengah Pertama meliputi Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sekolah Menengah Pertama Swasta dan Madrasyah Tsanawiyah. Setiap objek memiliki sub criteria yakni jumlah sekoah, jumlah kelas, jumlah guru dan jumlah murid. Alternatif keputusan meliputi Kecamatan Rantau Bayur, Betung, Banyuasin III, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Talang Kelapa, Tanjung Lago, Banyuasin I, Rambutan, Muara Padang, Muara Sugihan, Banyuasin II, Makarti Jaya, Air Salek dan Muara Telang. Model Hirarki AHP dalam Evaluasi Pendidikan Dasar seperti gambar 1.
Gambar 1 Hirarki AHP Evaluasi Pendidikan Dasar
Prioritas antara unsur-unsur di dalam hierarki dilakukan dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen. Penilaian perbandingan tesebut dengan menggunakan skala dengan nilai 1 sampai dengan 9. Skala tersebut seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Skala fundemental untuk kontribusi berpasangan Nilai
Definisi
Penjelasan
1
Sama
Dua Unsur sama memberikan kontribusi kepada tujuan
3
Sedang
Pengalaman dan penilaian sedikit demi satu elemen atas yang lain
5
Kuat
Pengalaman dan penilaian sangat mendukung dua elemen di atas yang lain
7
Sangat Kuat
Satu elemen lebih disukai sangat kuat atas yang lain, dominasi ditunjukkan dalam praktek
9
Tertinggi
Bukti yang menguntungkan salah satu unsur di atas yang lain adalah urutan yang tertinggi afirmasi
Intensitas 2,4,6, dan 8 dapat digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai menengah. Intensitas 1.1, 1.2, 1.3, ect. Dapat digunakan untuk elemen yang sangat dekat pada pentingnya
Sumber : diterjemahkan dari http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_hierarchy_process
Pembahasan Evaluasi yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yakni pertama global yang meliputi seluruh kriteria pendidikan dasar (SD dan MI) dan pendidikan dasar menengah pertama (SMP dan MTS), kedua masing-masing kriteria secara terpisah, ketiga masingmasing sub kriteria.
Evaluasi Pendidikan Dasar secara global Dalam Evaluasi ini yang digunakan menjadi criteria yakni Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sekolah Dasar yang meliputi SD Negeri, SD Swasta dan MI. Sekolah Menengah Pertama meliputi SMP Negeri, SMP Swasta dan MTs. Penilaian Skala Prioritas antara Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama adalah Sama. Artinya dalam perhitungan AHP, Nilai keduanya adalah sama yakni 50 persen dengan tingkat inkonsistensi sebesar 0 (nol) persen. Hal yang menjadi pertimbangan adalah
kebijakan pemerintah yang menyatakan bahwa pendidikan dasar
yang wajib
diselenggarakan adalah 9 tahun. Nilai Kinerja Pendidikan tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 20.9 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11.1 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10.9 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10.2 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 6.2 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5.8, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 5.5 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 5.1 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 4.5 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4.0 persen, Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3.7 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3.5 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.3 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3.1 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2.2 persen. seperti pada gambar 1.
Grafik 1. Sensitivitas Kinerja Pendidikan Dasar Nilai kinerja tertinggi adalah Kecamatan Banyuasin III dengan nilai sebesar 20,9 persen. Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan Banyuasin III. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak 70 buah dan SMP/MTs sebanyak 18 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak 418 buah dan SMP/MTs sebanyak 137 buah, jumlah guru SD/MI sebanyak 842 orang dan SMP/MTs sebanyak 430 orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak 11.966 orang dan SMP/MTs sebanyak 3.306 orang.
Kecamatan dengan nilai kinerja kecil sampai sedang antara lain Kecamatan Banyuasin I, Talang Kelapa dan Betung dengan nilai sebesar > 10.0 < 20.0. Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan tersebut. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak 20 - 55 buah dan SMP/MTs sebanyak 7 - 18 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak 98 - 282 buah dan SMP/MTs sebanyak 21 - 84 buah, jumlah guru SD/MI sebanyak 60 - 795 orang dan SMP/MTs sebanyak 68 - 277 orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak 1.999 – 14.715 orang dan SMP/MTs sebanyak 877 - 2905 orang. Kecamatan dengan nilai kinerja paling kecil
yakni Kecamatan Pulau Rimau
dengan nilai sebesar 2.2. Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan Pulau Rimau. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak 20 buah dan SMP/MTs sebanyak 7 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak 98 buah dan SMP/MTs sebanyak 21 buah, jumlah guru SD/MI sebanyak 60 orang dan SMP/MTs sebanyak 68 orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak 1.999 orang dan SMP/MTs sebanyak 877 orang. Evaluasi Sekolah Dasar dan sederajat Prioritas sehubungan dengan tujuan evaluasi ini, Nilai sesitivitas setiap jenis sekolah dasar adalah SD Negeri sebesar 77,6 persen, SD Swasta sebesar 10,7 persen dan MI sebesar 11,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,9 persen atau sangat konsisten. Nilai tersebut bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin memiliki peran yang lebih besar dibandingkan masyarakat dalam menyelenggakan pendidikan dasar. Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 19,3 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 16,2 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 10,2 persen, Betung memiliki nilai sebesar 9,9 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 6,5 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 4,7 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 4,6 persen, Tanjung Lago dan Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Muara
Padang memiliki nilai sebesar 3,7 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 3.3 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.0 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 2,8 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2,1 persen. Seperti pada grafik 2.
Grafik 2. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar dan Sederajat Berdasarkan grafik 2 terdapat 3 jenis model dalam penyelenggaraan pendidikan dasar. Model dominasi pemerintah yakni yang banyak memiliki sekolah negeri seperti Banyuasin III. Model partisipasi masyarakat yakni kecamatan yang memiliki lebih banyak sekolah dasar swasta dan madrasyah idtidaiyah seperti Talang Kepala dan Muara Sugihan. Model equal yakni pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama seperti Rambutan dan Tungkal ilir.
Evaluasi Sekolah Dasar Negeri Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam kriteria sekolah dasar negeri adalah jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 10 persen, jumlah kelas, jumlah guru dan jumlah murid memiliki nilai masing-masing 30 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 23,9 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 15,8 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10,4 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 10,0 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 5,5 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,0 persen,
sedangkan Muara Sugihan, Pulau Rimau, Tanjung Lago, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek ,
dan Tungkal ilir memiliki nilai memiliki nilai
sebesar < 5,0 persen, seperti pada grafik 3.
Grafik 3. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar Negeri Banyuasin III merupakan kecamatan yang memiliki nilai jumlah sekolah dan ruang kelas lebih besar dibandingkan dengan jumlah murid. Sedangkan Kecamatan Talang Kepala memiliki nilai jumlah murid yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah sekolah dan kelas. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki nilai yang hampir seimbang antara jumlah sekolah, kelas, guru dan murid.
Evaluasi Sekolah Dasar Swasta Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria Sekolah Dasar swasta memiliki kompoisi nilai yang sama yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 11,3 persen, jumlah kelas dan jumlah murid memiliki nilai 30,5 persen sedangkan jumlah guru memiliki nilai 27,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0, 8 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah swasta tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 26,5 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 17,1 persen, Betung memiliki nilai sebesar 16,6
persen, dan Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,8 persen. Sedangkan Banyuasin III, Rantau Bayur, Muara Telang,sedangkan, Pulau Rimau, Tanjung Lago, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek , dan Tungkal ilir memiliki nilai 3.0 persen, Seperti pada grafik 4.
Grafik 4. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar Swasta Sekolah Dasar swasta tersebar di 4 kecamatan meliputi Talang Kelapa, Banyuasin I, Betung dan Muara Sugihan.
Selainnya kecamatan tersebut tidak memiliki sekolah
dasar swasta.
Evaluasi Sekolah Madrasyah Itdidaiyah Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah Madrasyah Idtidaiyah memiliki kompoisi nilai yang sama yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 11,3 persen, jumlah kelas dan jumlah murid memiliki nilai 30,5 persen sedangkan jumlah guru memiliki nilai 27,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,8 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah Madrasyah Idtidaiyah tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 22,1 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 17,6 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10,2 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 8,1 persen,
Banyuasin II memiliki nilai sebesar 7,8 persen, dan Banyuasin I memiliki nilai sebesar 6,3 persen.
Sedangkan Betung Banyuasin III, Rantau Bayur, sedangkan, Pulau
Rimau, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek , dan Tungkal ilir memiliki nilai < 6.0 persen Seperti pada grafik 5.
Grafik 5. Sensitivitas Kinerja Sekolah Madrasyah Idtidaiyah
Grafik 4 menunjukan bahwa nilai sensitivitas jumlah murid relative sama dengan nilai jumlah sekolah. Grafik tersebut menunjukan bahwa jumlah sekolah sesuai dengan jumlah murid. Sebagai contoh Muara sugihan, muara telang dan Banyuasin III. Sedangkan model lainnya yakni nilai sensitivitas sekolah lebih besar dari nilai jumlah murid. Konsisi ini menunjukan bahwa sekolah tersebut masih belum optimal jumlah muridnya. Sebagai contohnya Tanjung lago dan Muara Padang.
Evaluasi Sekolah Menengah Pertama dan sederajat Prioritas sehubungan dengan tujuan evaluasi ini, Nilai setiap jenis Sekolah Menengah Pertama adalah SMP Negeri sebesar 74,7 persen, SMP Swasta sebesar 11,9 persen dan MTs sebesar 13,4 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 1 (satu)
persen atau sangat konsisten. Nilai tersebut bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin memiliki peran yang lebih besar dibandingkan masyarakat dalam menyelenggakan pendidikan menengah pertama Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 22,4 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11,9 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10,5 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,9 persen, Rantau Bayur dan Rambutan memiliki nilai sebesar 5,5 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5,4 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4,2 persen, Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,6 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.5 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3,4 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3,3 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2,4 persen. Seperti pada grafik 6.
Grafik 6. Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat Banyuasin III merupakan kecamatan dengan nilai sensitivitas kinerja tertinggi, kondisi tersebut didukung sub kriteria dengan jumlah sekolah sebanyak 18 unit, jumlah ruang kelas sebanyak 137 unit , jumlah guru sebanyak 330 orang dan jumlah murid sebanyak 3.306 orang. Sedangkan yang memiliki nilai terkecil yakni kecamatan Tungkal
Kilir dengan sub kriteria jumlah dengan jumlah sekolah sebanyak 7 unit, jumlah ruang kelas sebanyak 21 unit , jumlah guru sebanyak 68 orang dan jumlah murid sebanyak 877 orang.
Evaluasi Sekolah Menengah Pertama Negeri Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah menengah pertama negeri memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah dan kelas memiliki nilai sebesar 17,8 persen, jumlah guru memiliki nilai 27,8 persen dan jumlah murid 40,0 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 4 persen atau konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah menengah pertama negeri tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 23,3 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11,4 persen,
Betung memiliki nilai
sebesar 10,6 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 6, persen 5, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5,8 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,0 persen,
Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4,8 persen,
Talang Kelapa
dan
Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,9 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3,5 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3,3 persen, dan dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 1,7 persen. pada grafik 7.
Grafik 7. Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama Negeri
Seperti
Pendidikan dasar menengah pertama, Benyuasin merupakan kecamatan dengan nilai sensitivitas kinerja paling tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari jumlah sekolah, kelas, guru dan murid yang paling banyak. Dengan melihat grafik tersebut terlihat bahwa komposisi antara kebutuhan sekolah, kelas dan guru sudah cukup relative optimal, kecuali kecamatan Rambutan. Dimana, nilai sensitivitas jumlah sekolah dan guru lebih besar dibandingan dengan jumlah kelas dan murid. Sehingga dengan demikian untuk meningkatkan optimalisasi perlu peningkatan jumlah kelas dan murid.
Evaluasi Sekolah Menengah Pertama Swasta Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah menengah pertama swasta memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 6,8 persen, jumlah kelas 29,2 persen, jumlah guru memiliki nilai 20,6 persen dan jumlah murid 43,3 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 3 (tiga) persen atau konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah menengah pertama swasta tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin memiliki nilai sebesar 16,0 persen, Betung memiliki nilai sebesar 15,9 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 15,7 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 14,2 persen,
Muara Telang
memiliki nilai sebesar 7,5 persen, dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 6,1 persen. Air Salek memiliki nilai sebesar 3,9 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar memiliki nilai sebesar 3,12 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 2,8,
Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 2,4 persen, Rantau
Bayur memiliki nilai sebesar 2,3 persen, Muara Padang dan Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 2,2 persen, dan Banyuasin II memiliki nilai sebesar 1,9 persen, Seperti pada grafik 8.
Grafik 8 Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama Swasta Grafik 8 menunjukan bahwa, pola sekolah menengah pertama swasta masih kurang optimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat pada garis grafik kecamatan banyuasin I yang memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas dan guru tinggi namun nilai sensitivitas jumlah murid. Namun disisi lain, Kecamatan Tungkal Ilir, Betung dan Talang Kepala yang memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas, guru lebih kecil di bandingkan dengan nilai sensitifitas kinerja jumlah murid. Evaluasi Sekolah Madrasyah Tsanawiyah Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah madrasyah tsanawiyah memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 8,9 persen, jumlah kelas 17,8 persen, jumlah guru memiliki nilai 30,3 persen dan jumlah murid 43,0 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 2 (dua) persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah madrasyah tsanawiyah tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 24,6, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 12,1 Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 10,8,
Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10,1 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 9,8 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 4,5 persen, Banyuasin II, Rantau Bayur, Betung memiliki nilai memiliki nilai sebesar 3,6 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 2,7 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 2,3 persen, Tungkal ilir dan Air Salek memiliki nilai memiliki nilai sebesar 2,2 persen, dan Rambutan memiliki nilai sebesar 1,6 persen, Seperti pada grafik 9.
Grafik 9 Sensitivitas Kinerja Sekolah Madrasyah Tsanawiyah
Banyuasin dan Muara Telang merupakan kecamatan dengan nilai yang optimal dalam penyelengaraan pendidikan madrasyah tsanawiayah. Kecamatan tersebut memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas, guru dan murid yang paling tinggi di bandingakan dengan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan lainnya seperti Banyuasin I, Pulau rimau dan Talang Kepala merupakan kecamatan yang kurang optimal dalam penyelenggaraan pendidiknnya. Kondisi tersebut dilihat dari nilai sensitifitas kinerja jumlah murid lebih rendah dari jumlah sekolah, kelas dan guru. Bahkan Talang kelapa merupakan kecamatan yang paling tidak optimal dalam
menyelenggaraan dimana kecamatan tersebut memiliki nilai sensitivitas jumlah murid yang paling kecil.
Kesimpulan dan Saran Pendidikan dasar Kabupaten Banyuasin mayoritas di selenggarkan oleh pemerintah. Sekolah Dasar sebesar 76,6 persen adalah sekolah negeri dan Sekolah Menengah Pertama sebesar 74,7 persen adalah sekolah negeri. Sedangkannya sisanya merupakan swadaya partisipasi masyarakat dalam pendidikan dasar. Hasil evaluasi menunjukan Banyasuasin III merupakan kecamatan dengan pendidikan dasar kinerja terbaik di lingkungan Kabupaten Banyuasin. Kecamatan Banyuasin III memiliki nilai sensitivitas kinerja pendidikan paling besar yakni sebesar 20,9 persen. Sedangkan, Kecamatan Tungkal Ilir adalah kecamatan dengan kinerja paling kecil. Nilai sensitivitas kinerja tersebut sebesar 2,2 persen. Selain itu, Hasil evaluasi menggambarkan tiga model dalam penyelenggaraan pendidikan dasar yakni pertama nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru lebih besar dari jumlah murid, kedua nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru sama dengan jumlah murid, ketiga nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru lebih kecil dari jumlah murid. Sehingga untuk mengoptimalkan model pertama dapat dilakukan dengan mengurangi guru atau meningkatkan jumlah murid. sedangkan model ketiga dapat dilakukan dengan menambah jumlah sekolah, guru dan kelas pembangunan sekolah dan kelas baru.
Daftar Pustaka Bapeda-BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin Dalam Angka 2008, Pangkalan Balai, 2009 Dharma Tintri E. Sudarsono, Penerapan Analytical Hierarchy Process Untuk Pemilihan Metode Audit PDE oleh Auditor Internal, Proccedings Komputer dan Sistem Intelejen (KOMMIT 2004), ISSN 1411-6286 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota http://en.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process http://statistik4life.blogspot.com/2009/11/analytical-hierarchy-process-ahp.html