1
ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (Studi Kasus SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet)
SULASTRI APRILYANTI SITUMORANG
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas (Studi Kasus SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet)” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi maupun lembaga manapun. Sumber pustaka yang dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Sulastri Aprilyanti Situmorang H44120015
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
4
5
ABSTRAK SULASTRI APRILYANTI SITUMORANG. Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas (Studi Kasus SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet). Dibimbing oleh ASTI ISTIQOMAH. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan kawasan konservasi dengan luasan 125 621,30 Ha. TNWK memiliki berbagai macam flora dan fauna yang menjadi obyek wisata menarik bagi wisatawan mancanegara dan nusantara untuk melakukan kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata yang ada di TNWK memberikan nilai ekonomi dan dampak ekonomi bagi masyarakat. Namun dampak ekonomi belum dirasakan oleh seluruh desa penyangga yang ada di sekitar kawasan TNWK. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata TNWK (2) Mengestimasi dampak ekonomi wisata bagi masyarakat sekitar TNWK (3) Menganalisis strategi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat. Metode yang digunakan adalah analisis Individual Travel Cost Method, Multiplier Effect, dan Analisis Internal Factor Evaluation-External Factor Evaluation (IFE-EFE) dan Strengths Weaknesses Oppurtunities Threats (SWOT). Hasil dari penelitian ini adalah (1) Nilai ekonomi dari TNWK adalah Rp7 608 000 000/tahun (2) Dampak ekonomi langsung yang dirasakan masyarakat sekitar TNWK sebesar Rp91 526 232/bulan, dampak ekonomi tidak langsung Rp88 707 833/bulan, dan dampak ekonomi lanjutan adalah Rp25 632 000/bulan dengan nilai Keynesian Income Multiplier kegiatan wisata di TNWK adalah 4,16 sedangkan Ratio Income Multiplier tipe I dan II sebesar 1,97 dan 2,25 (3) Strategi prioritas yang pertama yang perlu dilakukan adalah pelibatan seluruh desa penyangga melalui program Sapta Pesona dan adanya dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi. Kata kunci : desa penyangga, dampak ekonomi, ekowisata, IFE-EFE, TNWK.
6
ABSTRACT SULASTRI APRILYANTI SITUMORANG. Estimation of Economic Value and Ecotourism Management Strategy of Way Kambas National Park (A case study in Region I Way Kanan and Region III Kuala Penet). Supervised by ASTI ISTIQOMAH. Way Kambas Natioanl Park (WKNP) is conservation area which has 125 621,30 Ha area. WKNP has many flora and fauna that fascinated local and international tourist to do outdoor activity. WKNP‟s ecotourism activity give economic value and impact for the local community. This study aimed to (1) Estimate the economic value of ecotourism activities in WKNP (2) Estimate the economic impact of tourism for local community (3) Formulate the management strategy of WKNP. Analysis methods which used in this study are Individual Travel Cost Method, Multiplier Effect, Internal Factor Evaluation-External Factor Evaluation (IFE-EFE) and Strengths Weaknesses Oppurtunities Threats (SWOT). Result of this study are (1) Estimation of economic value of ecotourism at Rp7 608 000 000 per year (2) Direct economic impact Rp91 526 232 per month, indirect economic impact Rp88 707 833per month and induced economic impact Rp25 632 000 per month. Keynesian Income Multiplier value is 4,16 while the values of ratio income multiplier type I and ratio income multiplier type II are 1,97 and 2,25 (3) First priority of the strategic to do is involve entire local community around through district and province‟s government support. Keywords : economic impact, ecotourism, local community, IFE-EFE, TNWK
7
ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (Studi Kasus SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet)
SULASTRI APRILYANTI SITUMORANG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
8
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah ekonomi wisata, dengan judul Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas (Studi Kasus SPTN Wilayah I Way Kanan Dan SPTN Wilayah III Kuala Penet). Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Mama Repince Manullang dan Bapak Sahaya Situmorang, kedua kakak saya Satriani Situmorang dan Kristina Situmorang, serta kedua adik saya Rulianto Situmorang dan Firmansah Roi Situmorang yang selalu memberikan motivasi, nasihat, dan doa. 2. Ibu Asti Istiqomah, SP, MSi yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian studi. 3. Bapak Dedi dan keluarga, Bapak Adam, Bapak Sukatmoko, dan seluruh pihak Taman Nasional Way Kambas yang telah membantu selama penelitian ini. 4. Febry yang telah sabar dan setia membantu dari awal hingga akhir studi saya. 5. Sahabat-sahabat Komisi Pembinaan Pemuridan 49, Tetty, Sylvia, Citra, Ella, Jo dan Hardi yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat. 6. Sahabat-sahabat Ladies, Laras, Desmi, Kiki, Mayang, Irva, Nurul, Mba Yul, Indah yang selalu setia membantu. 7. Sahabat saya yang selalu menjadi tempat berdiskusi, Lisa Mayasari Br. Parangin-angin yang selalu memberi semangat dan doanya. 8. Puput, Lala dan Rere yang selalu mendukung saya dan menjadi sahabatsahabat terbaik selama di ESL 49. 9. Teman-teman, adik dan kakak yang ada di kosan Pondok Putri Perwira 49 yang terus memberikan saran dan semangat. 10. Keluarga besar Depertemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen khususnya Dosen ESL dan rekan-rekan ESL 49 atas semua saran dan bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengelolaan ekowisata Taman Nasional Way Kambas dan memberikan manfaat bagi masyarakat desa penyaangga.
Bogor, September 2016
Sulastri Aprilyanti Situmorang
12
13
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
1 PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan Masalah
6
1.3 Tujuan Penelitian
8
1.4 Manfaat Penelitian
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Penelitian
9
2 TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1 Pariwisata Berkelanjutan
11
2.2 Ekowisata
12
2.3 Taman Nasional
13
2.4 Permintaan Wisata
14
2.5 Nilai Ekonomi untuk Sumberdaya dan Willingness to Pay (WTP)
16
2.6 Dampak Ekonomi
19
2.7 Penelitian Terdahulu
19
3 KERANGKA PEMIKIRAN
23
4 METODE PENELITIAN
27
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
27
4.2 Jenis dan Sumber Data
27
4.3 Teknik Pengambilan Sampel
27
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
28
4.4.1 Analisis Permintaan Ekowisata dengan Travel Cost Method
29
4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Wisata TNWK
32
4.4.3 Tahapan Perumusan Strategi
33
4.4.3.1 IFE-EFE
34
4.4.3.2 Matriks IE
36
4.4.3.3 SWOT
37
14
4.4.3.4 Quantitative Strategies Planning (QSP) 5 GAMBARAN UMUM
38 41
5.1 Karakteristik TNWK
42
5.2 Karakteristik Responden Wisatawan TNWK
42
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi Responden Wisatawan
42
5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata
44
5.3 Karakteristik Unit Usaha di TNWK
45
5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Kawasan TNWK
46
6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Nilai Ekonomi dan Faktor yang Mempengaruhi Ekowisata TNWK
49 49
6.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekowisata TNWK
49
6.1.2 Nilai Ekonomi TNWK
52
6.2 Dampak Ekonomi di TNWK
53
6.2.1 Dampak Ekonomi Langsung
55
6.2.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung
56
6.2.3 Dampak Ekonomi Lanjutan
59
6.2.4 Nilai Efek Pengganda
60
6.3 Strategi Pengelolaan Ekowisata TNWK Berbasis Masyarakat
62
6.3.1 Identifikasi Faktor Internal TNWK
62
6.3.2 Analisis Matriks IFE
66
6.3.3 Identifikasi Faktor Eksternal TNWK
68
6.3.4 Analisis Matriks EFE
72
6.3.5 Matriks IE
74
6.3.6 Analisis Matriks SWOT
75
6.3.7 Analisis QSPM
86
7 SIMPULAN DAN SARAN
89
7.1 Simpulan
89
7.2 Saran
89
DAFTAR PUSTAKA
91
LAMPIRAN
97
15
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 Kontribusi pariwisata terhadap PDB Indonesia
2
2 Penerimaan devisa dari wisatawan menurut tempat tinggal Tahun 2010-2014
3
3 Jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2010-2015
4
4 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNWK Tahun 2010-2015
5
5 Potensi ekowisata yang terdapat di TNWK
6
6 Beberapa penelitian terdahulu
20
7 Matriks metode analisis data
29
8 Model Matriks IFE
34
9 Model Matriks EFE
35
10 QSPM
39
11 Karakteristik responden wisatawan TNWK berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi)
43
12 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di TNWK
44
13 Karakteristik unit usaha di Kawasan TNWK
46
14 Karakteristik tenaga kerja lokal di kawasan TNWK
47
15 Hasil regresi fungsi permintaan ekowisata TNWK
49
16 Perhitungan nilai ekonomi TNWK
52
17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di TNWK
54
18 Proporsi rata-rata pendapatan perbulan pemilik usaha di TNWK
55
19 Dampak ekonomi langsung di Kawasan TNWK
56
20 Pengeluaran unit usaha per bulan di dalam Kawasan TNWK
57
21 Pengeluaran unit usaha di luar Kawasan TNWK
57
22 Dampak ekonomi tidak langsung di Kawasan TNWK
58
23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja perbulan di sekitar Kawasan TNWK
59
24 Dampak ekonomi lanjutan di sekitar Kawasan TNWK
60
25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan di TNWK
61
26 Matriks IFE TNWK
67
16
27 Matriks EFE TNWK
73
28 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata tahun pertama
76
29 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata tahun kedua
77
30 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata bidang perikanan
78
31 Matriks SWOT TNWK
84
32 Hasil analisis QSPM
86
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1 Kerangka alur berpikir
25
2 Matriks Internal-Eksternal (IE)
36
3 Diagram Matriks SWOT
37
4 Matriks IE kegiatan ekowisata TNWK berbasis masyarakat
74
5 Model
pengelolaan
sumberdaya
pariwisata
berbasis
partisipasi
masyarakat
79
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Kuesioner penelitian estimasi nilai ekonomi di TNWK
2.
Kuesioner penelitian dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar TNWK
3.
99
103
Kuesioner penelitian strategi pengelolaan ekowisata di TNWK berbasis masyarakat
110
4.
Kuesioner penentuan bobot dan peringkat
114
5.
Hasil Model Regresi Linier Berganda obyek wisata TNWK
121
6.
Uji Normalitas
121
7.
Uji Glejser
121
8.
Multiplier Effect
123
9.
Variabel-variabel pada Model Regresi Linear Berganda
124
17
10. Jenis-jenis pengeluaran pengunjung
125
11. Proporsi pengeluaran tenaga kerja
127
12. Tindakan pencegahan konflik antara manusia dan gajah
128
13. Dokumentasi di TNWK dan desa penyangga
130
18
1
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan sumberdaya
alam yang melimpah. Beberapa potensi alam yang dimiliki negara ini antara lain hutan, sungai, danau, gunung, curug serta keindahan alam lainnya. Menurut Hidayat (2011) sumberdaya alam tersebut bukan hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga makna sosial, budaya dan politik. Indonesia selain memiliki sumberdaya alam juga memiliki sumberdaya manusia yang cukup besar sebagai modal dasar pembangunan dan perkembangan kebudaayan dan kepariwisataan (Sedarmayanti 2005). Keragaman dan keunikan sumberdaya alam serta diperkuat oleh kekayaaan dan keragaman budaya berperan sebagai daya tarik dalam pariwisata (Winasis et al. 2016). Damanik dan Weber (2006) menjelaskan definisi pariwisata merupakan kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Peran sektor pariwisata menurut Yoeti (2008) menyatakan bahwa sektor pariwisata yang terencana dan terpadu dalam perekonomian suatu negara akan melebihi sektor migas (minyak dan gas) serta industri lainnya bahkan mampu mempercepat pembangunan negara. Peran pariwisata tersebut melalui: peningkatan perolehan devisa negara, memperluas dan mempercepat proses kesempatan berusaha, memperluas kesempatan kerja, mempercepat pemerataan pendapatan,
meningkatkan
penerimaan
pajak
negara
retribusi
daerah,
meningkatkan pendapatan nasional, meningkatkan neraca pembayaran, dan mendorong pertumbuhan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas. Mudrikah et al. (2014) menyatakan bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, tentu mempunyai
peran
strategis
melalui
ketersediaan
komoditas
pendukung
kepariwisataan seperti transportasi, akomodasi, hiburan, jasa-jasa dan komoditas lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pengaruh PDB Indonesia yang berasal dari kegiatan wisata ditunjukkan pada Tabel 1.
2
Tabel 1 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2015 Nilai PDB pariwisata (miliar rupiah)
Tahun
2011 296 968,50 2012 326 240,70 2013 365 025,00 2014 391 487,45 Rata-rata 344 930,41 Sumber : Kementerian Pariwisata 2015
PDB Nasional berdasarkan harga berlaku (miliar rupiah) 7 427 090,00 8 241 860,00 9 083 970,00 9 765 270,00 8 629 547,50
Persentase kontribusi (%) 4,00 3,96 4,02 4,01 4,00
Menurut Kementerian Pariwisata (2015) kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional adalah persentase dari dampak yang dihasilkan oleh sektor pariwisata, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, terhadap nilai PDB nasional. Perhitungan kontribusi pada Tabel 1 menunjukkan keberhasilan pemasaran pariwisata dalam meningkatkan kedatangan dan perjalanan wisatawan di Indonesia.
Indikator kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional
merupakan dukungan Kementerian Pariwisata terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan nasional. Data tersebut juga menunjukkan nilai kontribusi pariwisata terhadap PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku yang terbesar terjadi di Tahun 2013 sebesar 4,02%. Rata-rata
nilai
PDB
pariwisata
dari
Tahun
2011-2014
sebesar
Rp344 930 410 000 000/tahun, sedangkan rata-rata PDB Nasional berdasarkan harga berlaku sebesar Rp8 629 547 500 000 000/tahun. Peran sektor pariwisata sebagai penghasil devisa negara menjadi bagian penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui kehadiran wisatawan mancanegara ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia. Adanya peningkatkan devisa negara Indonesia ditandai oleh semakin beragamnya daya tarik wisata yang ditawarkan bahkan semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan wisata akan semakin menambah nilai devisa di bidang pariwisata. Penerimaan devisa Indonesia berdasarkan negara asal wisatawan mancanegara dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 2 Penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara menurut negara tempat tinggal Tahun 2010-2014 Negara Malaysia
Penerimaan devisa negara dari wisatawan mancanegara (Juta US $) 2010 2011 2012 2013 2014* 864,34 930,85 972,16 1 002,53 1 053,95
Singapura
927,97
1 054,21
1 000,36
1 049,41
1 145,87
Japan
409,87
419,80
477,80
558,85
597,76
Korea,Rep
251,05
295,82
290,37
381,83
420,95
Taiwan
184,76
188,15
204,52
231,09
276,63
Tiongkok
433,38
520,61
714,51
810,79
919,81
Australia
1 171,87
1 502,10
1 452,31
1 470,89
1 801,33
Amerika Serikat
252,23
317,28
312,55
363,91
406,63
Jerman
217,38
229,41
245,07
251,54
312,33
Belanda
269,20
263,02
243,16
280,64
320,08
Inggris
277,14
269,61
321,92
349,20
401,56
Lainnya
2 344,26
2 563,53
2 886,11
3 303,47
3 509,45
Jumlah
7 603,45
8 554,39
9 120,85
10 054,15
11 166,35
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 Catatan :*Angka Sementara
Menurut Kementerian Pariwisata (2015) terjadinya peningkatan penerimaan devisa negara dari kedatangan wisatawan mancanegara Tahun 2010 hingga 2014 yang dinilai oleh beberapa faktor yakni selisih nilai tukar mata uang asing, jumlah wisatwan mancanegara, jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara dan lama tinggal wisatawan mancanegara di Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Australia menjadi negara yang paling banyak menyumbang devisa bagi negara pada sektor pariwisata. Data tersebut juga menunjukkan bahwa hingga Tahun 2014 total penerimaan devisa negara Indonesia dari wisatawan adalah sebesar 11 166,35US$ atau sekitar 139 trilyun rupiah1 . Salah satu jenis pariwisata adalah ekowisata. Menurut Satria (2009) ekowisata adalah salah satu jenis pariwisata yang menghubungkan antara perjalanan wisata alam yang memiliki visi dan misi konservasi dan kecintaan lingkungan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, kegiatan wisata dapat 1Bank Indonesia,2014;Rp12.502/US$
4
dilakukan di zona pemanfaatan taman nasional. Jenis ekowisata yang tepat di taman nasional menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah adalah ekowisata hutan. Salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang menjadi tujuan wisata adalah Provinsi Lampung. Tabel 3 menunjukkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Lampung selama Tahun 2010-2015. Tabel 3 Jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung Tahun 2010-2015
2010
Wisatawan nusantara (orang) 2 136 103
2011
2 285 630
7,0
47 103
25,6
2012
2 581 165
12,9
58 205
23,6
2013
3 392 125
31,4
75 590
29,9
2014
4 327 188
27,6
95 528
26,4
2015
5 530 803
27,8
114 907
20,3
Tahun
Laju pertumbuhan (%)
Wisatawan mancanegara (orang) 37 503
Laju pertumbuhan (%)
Rata-rata 3 375 502 21,3 71 473 Sumber : Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, 2016
25,1
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara sepanjang 2010 hingga 2015 sebesar 21,3%. Rata-rata laju pertumbuhan wisatawan mancanegara lebih tinggi daripada rata-rata laju pertumbuhan wisatawan nusantara yakni sebesar 25,1%. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang memiliki potensi DTW yang diminati oleh para wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Salah satu potensi alam di Provinsi Lampung yang berkembang menjadi tujuan ekowisata adalah Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Menurut Olah dan Simay (2007), TNWK merupakan salah satu tujuan wisata dengan lokasi pengamatan burung terbaik di Asia. Objek wisata di TNWK ini berupa ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar dan hutan pantai. TNWK juga memiliki potensi flora dan fauna yang sangat besar seperti, Bunga Bangkai, Badak Sumatera (Dicerorchinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephans maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Tapir (Tapirus indicus), Beruang Madu (Helasctos malaynus), dan 45 jenis mamalia lainnya; 406 jenis burung; berbagai jenis reptilia, amfibi, ikan, serta insekta (Balai TNWK 2011).
5
Potensi alam di TNWK tersebut dimanfaatkan oleh wisatawan yang datang ke TNWK sebagai obyek wisata. Jumlah kunjungan ke TNWK baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara sendiri dari Tahun 2010-2015 mengalami beberapa fluktuasi kenaikan dan penurunan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNWK Tahun 2010-2015
2010
Wisatawan nusantara (orang) 8 818
2011
10 725
21,6
220
-9,5
2012
23 863
122,5
390
77,3
2013
19 908
-16,6
385
-1,3
2014
22 763
14,3
462
20,0
2015
22 511
-1,1
285
-38,3
Rata-rata 21 717,6 Sumber : Balai TNWK, 2016
28,2
348
9,6
Tahun
Laju pertumbuhan (%)
Wisatawan mancanegara (orang) 243
Laju Pertumbuhan (%)
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara selama Tahun 2010-2015 sebesar 28,2%. Jumlah wisatawan mancanegara cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata laju pertumbuhan wisatawan mancanegara yang datang ke TNWK dari Tahun 2010-2015 sebesar 9,6%. Bahkan pada Tabel 3 dan 4 terlihat perbedaan bahwa kenaikan jumlah wisatawan mancanegara di Provinsi Lampung setiap tahunnya tidak diikuti dengan kenaikan wisatawan mancanegara yang datang ke TNWK setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena beberapa kegiatan wisata di TNWK seperti atraksi gajah di Pusat Konservasi Gajah (PKG) ditutup sementara waktu dan akses kunjungan dibatasi untuk pengamatan badak di Suaka Rhino Sumatera (SRS) oleh pihak pengelola TNWK. Tujuan wisatawan yang datang ke TNWK yakni berwisata dengan menikmati flora dan fauna yang ada. Adanya kegiatan wisata tersebut memiliki potensi untuk terus dikembangkan yang berkaitan juga dengan peran masyarakat. Keberadaan TNWK di Kabupaten Lampung Timur dengan 37 desa penyangga memerlukan peran masyarakat desa penyangga untuk ikut menjaga sumberdaya alam di TNWK bahkan mendapatkan dampak ekonomi dari kegiatan wisata. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 5 tentang Kepariwisataan yang menjelaskan bahwa kepariwisataan
6
harus diselenggarakan dengan prinsip-prinsip, salah satunya memberdayakan masyarakat lokal.
1.2
Rumusan Masalah TNWK adalah salah satu DTW yang keberadaannya harus dilestarikan.
Potensi alam yang ada di TNWK ini menjadi tujuan wisata bagi para wisatawan mancanegara maupun nusantara dalam kegiatan ekowisata (lihat Tabel 4). Beberapa potensi sumber daya alam yang dimanfaatkan untuk ekowisata yang telah dikembangkan di TNWK dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Potensi ekowisata yang terdapat di TNWK No Lokasi Tujuan lokasi 1. Resort Camp Cengok dan Way Kanan Wisata Bird Watching dan pengamatan satwa lainnya 2. Plang Ijo Ekowisata (pengamatan berbagai jenis vegetasi) 3. PKG Pendidikan dan konservasi gajah 4. Reforestasi dan Rawa Bambangan Wisata pengamatan satwa liar 5. Pantai Kuala Kambas Ekowisata (pantai dan hutan mangrove) 6. SRS Penelitian dan pengembangbiakan Badak Sumatera Sumber : Balai Taman Nasional Way Kambas, 2016
Resort Camp Cengok dan Way Kanan, serta SRS pada Tabel 5 adalah lokasi wisata yang berada di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Way Kanan dengan keunggulan dapat melihat langsung satwa langka seperti harimau, beruang madu, tapir dan satwa lainnya. Resort Way Kanan merupakan lokasi dengan ekosistem yang relatif baik sehingga terdapat beberapa satwa yang terjaga dengan baik seperti berbagai jenis burung dan primata. SRS sebagai tempat konservasi semi-insitu badak Sumatera satu-satunya di Indonesia. Kandang badak sumatera memiliki luas 100 ha, dikelilingi pagar listrik dan jalan yang dilalui kendaraan roda empat oleh wisatawan. Namun lokasi ini belum dibuka untuk umum dan memerlukan ijin khusus dari pengelola untuk berkunjung (Balai TNWK 2016). Plang Ijo, PKG, Reforestasi dan Rawa Bambangan termasuk di dalam SPTN Wilayah III Kuala Penet. Plang Ijo adalah pintu masuk menuju PKG yang terdapat hutan dataran rendah dan berbagai satwa liar yang menjadi obyek pengamatan bagi wisatawan. Lokasi PKG juga menjadi tempat adanya gajah yang dilatih dan dirawat dengan jumlah gajah sekitar enam puluh ekor. Lokasi ini juga tempat pendidikan bagi wisatawan yang datang untuk mengenal tingkah laku dan
7
aktivitas gajah, yang pemanfaatan lokasi juga sebagai wisata massal oleh wisatawan nusantara. Lokasi Reforestasi Bambangan adalah area untuk menikmati dan melihat aktivitas satwa liar, seperti burung malam, musang, landak dan rusa pada malam hari. Rawa Bambangan merupakan kawasan rawa yang sering ditemukan beberapa satwa liar seperti babi, ayam hutan, berbagai jenis burung, rusa dan mentok rimba. Pantai Kuala Kambas adalah kawasan dengan obyek pemandangan pantai dengan pasir putih dan laut lepas serta pengamatan terhadap hutan mangrove dan hutan pantai serta dapat mengamati aktivitas nelayan menangkap ikan. Konsep ekowisata yang ada di TNWK harus bisa memenuhi konsep pelestarian lingkungan dan partisipasi masyarakat lokal dengan memberikan dampak ekonomi. Peran masyarakat secara ekonomi di sekitar kawasan TNWK dalam kegiatan ekowisata dapat terlihat di antaranya melalui adanya keberadaan jenis unit usaha. Unit usaha tersebut terdiri dari unit usaha cinderamata, warung makan, pondok wisata dan warung makanan ringan yang berjarak sekitar 100 meter dari Plang Ijo. Masyarakat desa penyangga juga melakukan kegiatan usaha melalui terbentuknya desa wisata di sekitar TNWK. Desa yang terlibat dalam desa wisata yakni Desa Labuhan Ratu 9, Braja Harjosari, Braja Yekti dan Labuhan Ratu 7. Keempat desa tersebut masih perlu dikembangkan melalui pengelolaan yang lebih baik. Beberapa masalah yang terjadi yakni kebakaran, illegal fishing, perburuan satwa serta konflik gajah dan masyarakat desa penyangga menunjukkan begitu pentingnya masyarakat semakin terlibat dalam kegiatan ekowisata di TNWK. Pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat menjadi kunci terpeliharanya ekosistem TNWK dan dampak ekonomi dapat ditingkatkan baik melalui unit usaha yang ada maupun melalui adanya kegiatan wisata di beberapa desa penyangga. Kegiatan wisata di sekitar TNWK tersebut harus sesuai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pada Pasal 1 Ayat 9 menjelaskan bahwa rencana pengelolaan makro yang bersifat indikatif strategis, kualitatif, dan kuantitatif serta disusun dengan memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat, kondisi
8
lingkungan dan rencana pembangunan daerah/wilayah dalam rangka pengelolaan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Peraturan pemerintah tersebut menunjukkan diperlukannya strategi yang mampu mengoptimalkan peran ekosistem yang ada di TNWK sebagai daya tarik utama wisatawan dan desa wisata sebagai lokasi wisata sekunder yang dikunjungi oleh wisatawan agar tercapainya keberlanjutan ekosistem maupun peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Berdasarkan uraian kondisi TNWK dan keadaan sekitarnya tersebut, maka permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini, yaitu : 1.
Berapa besar nilai ekonomi wisata TNWK?
2.
Bagaimana dampak ekonomi wisata di TNWK bagi masyarakat sekitar?
3.
Bagaimana strategi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan ekowisata
TNWK dengan tahapan rincian sebagai berikut: 1.
Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata TNWK.
2.
Mengestimasi dampak ekonomi wisata di TNWK bagi masyarakat sekitar.
3.
Menganalisis strategi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat agar dapat berkembang dan berkelanjutan.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Penulis mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor khususnya Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai potensi dan kontribusi secara ekonomi dengan adanya kegiatan ekowisata di TNWK.
9
3.
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu sebagai masukan bagi pengelolan ekowisata, masyarakat desa penyangga dan pihak stakeholders dalam rangka mengelola kegiatan ekowisata yang berbasis masyarakat di kawasan TNWK.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Responden yang diambil saat penelitian dilakukan pada wisatawan nusantara dan mancanegara yang melakukan kegiatan ekowisata dengan perhitungan ekonomi hanya dilakukan pada nilai langsung jasa wisata pada wilayah pemangkuan SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet di TNWK. 2. Penilaian dampak ekonomi dilakukan pembatasan yakni berdasarkan dengan unit usaha dan tenaga kerja yang berada di dalam Kawasan TNWK hingga unit usaha yang berjarak sekitar 100 meter dari Plang Ijo yang termasuk kawasan Desa Labuhan Ratu 9. 3. Desa wisata yang dijadikan sampel dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat yakni Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Braja Harjosari. 4. Strategi pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di TNWK yang dimaksud adalah strategi pengelolaan ekowisata yang ada di TNWK dan
desa
sekitarnya
masyarakat sekitar.
yang dalam
pelaksanaannya
melibatkan
10
11
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pariwisata Berkelanjutan Pariwisata berkelanjutan menjadi jawaban atas praktik pengelolaan
pariwisata yang memberikan dampak postif dan negatif bagi lingkungannya. Hal ini merujuk pada konsep pembangunan berkelanjutan oleh Brundtland Commission (United Nations 1987) dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013) yang mendefinisikan bahwa pembangunan pariwisata sebagai pengembangan pariwisata yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep pariwisata berkelanjutan berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata Berkelanjutan yakni pengembangan destinasi wisata harus didasarkan kebijakan dan implementasi kebijakan berbasis berkelanjutan, pengembangan daerah wisata dengan manfaat sosial dan ekonomi dapat diperoleh tanpa merusak lingkungan dan budaya setempat dan sekitarnya. Konsep pembangunan kepariwisataan terselenggara bahkan harus berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan dan kesatuan. Hal ini menunjukkan diperlukan adanya sinergi kebijakan yang mengatur kegiatan penyelenggaraan pariwisata antara semua stakeholder pariwisata. Penyelenggaraan kepariwisataan berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut antara lain : 1.
menjunjung nilai-nilai agama, budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;
2.
menunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal
3.
memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan proporsionalitas;
4.
memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
12
5.
memberdayakan masyarakat setempat;
6.
menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antar pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik
2.2
7.
mematuhi kode etik dan kesepakatan internasional pariwisata
8.
memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Ekowisata Menurut
Fandeli
(2000)
ekowisata
adalah
bentuk
wisata
yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Konsep tersebut juga menunjukkan perlu adanya pihak-pihak dalam pelaksanaan dan partisipasi ekowisata dengan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Prinsipprinsip utama dari ekowisata menurut Suriani dan Razak (2011) yaitu: 1.
suatu model pengembangan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah secara alami
2.
untuk menikmati keindahannya, juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman
dan
dukungan
terhadap
usaha-usaha
konservasi
sumberdaya alam 3.
memiliki
fungsi
sosial
budaya
ekonomi
seperti
peningkatan
pengetahuan dan pendapatan masyarakat Menurut Dinas dan Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan (2009) ekowisata harus dipahami melalui dua sisi. Sisi yang pertama dari ekowisata adalah dari segi konsep. Ekowisata dari segi konsep menjelaskan bahwa kegiatan ekowisata mengacu pada lima elemen yaitu: 1.
memberikan pengalaman dan pendidikan kelestarian lingkungan kepada wisatawan yang dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap daerah tujuan wisata.
2.
memperkecil dampak negatif yang bisa merusak karakteristik lingkungan dan kebudayaan pada daerah yang dituju
3.
mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan pelaksanaan
4.
memberikan keuntungan ekonomi terutama masyarakat lokal
13
5.
dapat terus bertahan dan berkelanjutan
Sisi yang kedua dari ekowisata dari segi pasar yang berarti berhubungan dengan tiga hal akomodasi, atraksi wisata dan produk wisata. Namun penyedia jasa pariwisata yakni daerah tujuan wisata dan pemerintah harus menawarkan ketiga hal tersebut dengan konsep kembali ke alam agar semakin diminati oleh pasar. Dinas dan Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan (2009) juga menjelaskan bahwa ekowisata perlu didukung kosep pengembangan ekowisata yang terdiri dari pelestarian, pendidikan, pariwisata, perekonomian dan partisipasi masyarakat setempat. Pelestarian berarti kegiatan ekowisata tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat. Konsep pendidikan artinya aktivitas wisata memberikan informasi yang menarik yang dapat didukung melalui brosur, leaflet, booklet atau papan informasi. Konsep pariwisata artinya aktivitas wisata dengan unsur kesenangan dengan berbagai motivasi wisatawan mengunjungi suatu lokasi. Konsep ekonomi artinya memberikan peluang masyarakat dalam menciptakan usaha yang mampu menghasilkan pendapatan. Konsep partisipasi masyarakat akan timbul ketika alam/budaya itu memberikan manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat sehingga menimbulkan hubungan timbal balik.
2.3
Taman Nasional Menurut Muhkhtar (2004), taman nasional didefinisikan sebagai salah satu
kawasan alam yang dilestarikan dengan memiliki ekosistem asli, yang dikelola dengan sistem zonasi yang nantinya dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan salah satu obyek wisata, serta tempat rekreasi. Sistem zonasi tersebut yakni batasan dalam pengelolaan taman nasional. Taman nasional juga merupakan objek ekowisata, dari segi jenis sumber daya alam yang memiliki objek ekowisata di Indonesia seperti gunung, pantai, taman laut, air terjun dan pemandangan alam yang dimanfaatkan sebagai kawasan pelestarian alam. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menjelaskan bahwa sistem zonasi yang ada di kawasan taman nasional terdiri dari:
14
1.
Zona Inti Zona inti adalah zona dengan persyaratan yang ketat, yaitu bagian yang mutlak harus dilindungi dan dilestarikan. Zona ini tertutup untuk umum karena mencegah terjadinya perubahan zonasi akibat aktivitas manusia.
2.
Zona Pemanfaatan Zona pemanfaatan adalah zona yang memiliki bentuk kegiatan yang paling kuat. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di zona ini yaitu kegiatan pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pemulihan jenis tumbuhan dan satwa asli, dan kegiatan penunjang budi daya. Pembangunan sarana pariwisata alam juga boleh dilakukan pada zona ini.
3.
Zona lainnya sesuai dengan keperluan Zona di luar kedua zona inti dan dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan zona lainnya.
2.4
Permintaan Wisata Konsep permintaan dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi
sosial psikologis. Sisi ekonomi dijelaskan menyangkut gejala-gejala permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi. Sisi psikologis menjelaskan peninjauan persoalan ini dari sisi manusia sebagai konsumen. Konsumen tersebut akan menentukan pilihannya untuk membeli sesuatu sesuai kebutuhannya (Yoeti 2008). Menurut Clawson dan Knetsch (1975) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, yaitu: 1.
Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial a.
jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata.
15
b.
distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata
c.
karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,
d.
pendapatan per kapita rata-rata, distribusi pendapatan masingmasing individu untuk keperluannya
e.
rata-rata waktu luang dan alokasinya
f.
pendidikan
khusus,
pengalaman
dan
pengetahuan
yang
berhubungan dengan rekreasi 2.
3.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah a.
keindahan dan daya tarik
b.
intensitas dan sifat pengelolaannya
c.
alternatif plihan tempat wisata lain
d.
kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial
e.
karakteristik iklim dan cuaca tempat
Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah: a.
lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat wisata
b.
kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan
c.
biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat wisata
d.
meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang menarik
Menurut Yoeti (2008), sifat dan karakter permintaan untuk melakukan perjalanan wisata antara lain: 1.
Elasticity Asal mula seseorang melakukan perjalanan didukung oleh keadaan perekonomian yang memungkinkan orang memiliki kelebihan uang untuk digunakan melakukan perjalanan wisata. Seseorang melakukan perjalanan tersebut bila kebutuhan rumah tangganya sudah lengkap dan pengeluaran yang dilakukan selama perjalanan tidak mengganggu kehidupan rumah tangga saat sekembalinya dari perjalanan wisata.
16
Itulah sebabnya seseorang atau rumah tangga perlu menabung (saving) sebelum melakukan perjalanan wisata. 2.
Sensitivity Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata untuk mencari kesenangan akan sangat peka dan sensitif dengan keadaan sosial, politik dan keamanan negara yang akan dikunjungi. Jika seseorang tersebut merasa terancam jiwanya karena keamanan suatu negara yang tidak terjamin akan mengakibatkan wisatawan tersebut tidak jadi melakukan perjalanan wisata.
3.
Seasonalitiy Permintaan akan perjalanan wisata juga ditentukan oleh musim ramai (peak season) atau musim sepi (off-season). Musim ramai terjadi saat libur nasional ataupun libur sekolah (school holiday). Pada musim ramai permintaan wisata akan meningkat dibandingkan hari-hari lain biasanya.
4.
Expansion Macam-macam halangan yang terjadi tidak akan menghalangi keseimbangan antara permintaan dan penawaran untuk melakukan perjalanan wisata meningkat dari tahun ke tahun. Kecenderungan peningkatan perjalanan wisata kelihatan dari kemajuan teknologi penerbangan, informasi dan komunikasi, informasi dan layanan sebelum
berkunjung
(pre-travel
services
and
information)
peningkatan perekonomian di negara asal wisatawan, bertambahnya waktu luang, kesadaran negara-negara industri akan lingkungan, semakin
padatnya
penduduk
kota-kota
metropolitan
dan
meningkatnya kendaraan pribadi.
2.5
Nilai Ekonomi untuk Sumberdaya dan Willingness to Pay (WTP) Permasalahan yang muncul dari penggunaan barang publik yang tidak tepat,
eksternalitas dan masalah distribusi kebutuhan membuat diperlukannya evaluasi permintaan dan keputusan dalam pengalokasian sumberdaya yang optimal. Bahkan masalah yang sering terjadi lainnya yakni adanya kegagalan pasar dalam
17
mengestimasi atau menghitung nilai barang dan jasa dari sumberdaya. Hal ini menunjukkan diperlukan perhitungan sumberdaya yang tepat. Perhitungan pertama yakni dengan mengestimasi nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung, perhitungan kedua adalah menggunakan metode untuk memastikan nilai (Sinclair et al. 2010). Menurut Fauzi (2010) estimasi nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya atau Willingness to Pay (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya dan lingkungan. WTP diartikan pula sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu. Salah satu teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dipasarkan (nonmarket valuation) adalah mengandalkan revealed WTP dengan teknik Travel Cost Method (TCM). TCM digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka yang dikaji melalui biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Metode ini digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat : 1.
Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi.
2.
Penambahan tempat rekreasi baru.
3.
Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.
4.
Penutupan tempat rekreasi yang ada.
Menurut Fauzi (2010), TCM memiliki tujuan dasar yakni mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumber daya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengonsumsi jasa dari sumber daya alam sebagai proxy. Bahkan menurut Haab dan McConnel (2002) dalam Fauzi (2010) agar penilaian sumber daya alam tidak bias ada beberapa asumsi dasar yang dibangun antara lain : 1.
Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi.
2.
Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas.
3.
Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips).
18
Menurut Travel (2016) TCM dapat diestimasi menggunakan beberapa pendekatan berikut : 1.
Zonal travel approach Pendekatan yang paling sederhana dan paling murah di antara
pendekatan lainnya. Penerapan menggunakan informasi mengenai jumlah kunjungan ke obyek wisata dari berbagai daerah yang berbeda. Waktu dan biaya perjalanan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jarak sehingga memungkinkan peneliti untuk menghitung jumlah kunjungan yang „dibeli‟ pada berbagai „harga‟ berbeda. Pendekatan ini mengestimasi nilai jasa wisata dari suatu obyek wisata secara keseluruhan, namun tidak dengan mudah digunakan untuk mengukur perubahan kualitas wisata. Pendekatan ini juga memiliki peluang untuk tidak mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin penting untuk menentukan nilai ekonomi obyek wisata. 2.
Individual travel cost Mirip dengan pendekatan zonal, namun menggunakan data survei dari
individu pengunjung dalam analisis statistik alih-alih data dari berbagai zona. Walau pendekatan lebih rumit dari zonal travel cost method namun mampu memberikan hasil yang lebih tepat. Pendekatan ini melalui persamaan regresi akan menghasilkan fungsi permintaan bagi rata-rata pengunjung sehingga rata-rata surplus konsumen pun dapat diketahui pula untuk mengestimasi surplus konsumen total dari suatu obyek wisata. 3.
Random utility Pendekatan yang paling rumit dan mahal dari pendekatan lainnya.
Namun pendekatan ini adalah pendekatan terbaik yang memungkinkan lebih banyak fleksibelitas dalam menghitung keuntungan, mengestimasi manfaat dari karakteristik tertentu atau perubahan kualitas suatu obyek wisata bukan keseluruhan obyek. Pendekatan ini pula menjadi pendekatan yang tepat bila terdapat banyak obyek wisata substitusi. Tahapan dalam TCM untuk masing-masing pendekatan tersebut akan berbeda-beda. Namun secara umum, menurut Fauzi (2010) menyatakan bahwa TCM memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut :
19
1.
Mengetahui dasar teori permintaan konsumen terhadap rekreasi.
2.
Mengetahui hubungan antara jumlah kunjungan dan biaya perjalanaan keseluruhan (Travel Cost). Hubungan ini disebut sebagai “tripgeneration function” atau TGF. Secara umum TGF dapat dituliskan seperti fungsi berikut : V
= f (TC,X)
Keterangan :
3.
V
= jumlah kunjungan ke suatu lokasi
TC
= biaya perjalanan
X
= variabel sosio-ekonomi lainnya yang diduga akan berpengaruh
Pendugaan suplus konsumen (SK) dan perhitungannya, dimana perhitungan SK merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi.
2.6
Dampak Ekonomi Menurut Marpaung (2002), bahwa pembangunan kepariwisataan ditujukan
untuk memberikan manfaat kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh tersebut yakni dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Menurut Vanhove (2005) membagi dampak ekonomi dari kegiatan wisata menjadi tiga yakni : 1.
Dampak langsung (direct) adalah dampak yang ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan secara langsung.
2.
Dampak tidak langsung (indirect) adalah aktivitas ekonomi lokal dari pembelanjaan unit usaha penerimaan dampak langsung.
3.
Dampak lanjutan (induced) adalah aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan lokal.
2.7
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai nilai, dampak ekonomi dan strategi pengelolaan wisata
telah banyak dilakukan di berbagai tempat dan waktu yang berbeda. Kesamaan tujuan penelitian tersebut dijadikan referensi pada penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian-penelitian tersebut telah dilakukan oleh Gerihano (2015),
20
Pertiwi (2014), Sadida (2014) dan Prayoga (2013). Penelitian lain yang memiliki kesamaan lokasi penelitian yakni di TNWK dilakukan oleh Hidayat (2011) namun tujuan
penelitian
tersebut
hanya
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terhadap kunjungan wisata tanpa tujuan nilai ekonomi, dampak ekonomi, dan strategi pengelolaan berbasis masyarakat. Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan penulis adalah terdapat pada tujuan startegi pengelolaan yang berbasis masyarakat sekitar TNWK melalui desa wisata dengan menggunakan metode Strengths Weaknesses Oppurtunities and Threats (SWOT) dan Internal-External Factors Evaluation (IFE-EFE). Tabel 6 Beberapa penelitian terdahulu No. 1.
2.
Judul Penelitian/Peneliti Nilai Ekonomi dan 1. Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat 2. /Gerihano, 2015. 3.
Analisis Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Wisata Goa Pawon di Kawasan Karst Citatah Kabupaten Bandung Barat/ Yuki Indah Pertiwi, 2014.
1.
2. 3.
Tujuan
Metode
Mengidentifikasi kekayaaan sumberdaya pada kawasan TNKS. Menghitung nilai ekonomi total. Menginformasikan strategi pengelolaan TNKS jangka panjang yang memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat dengan tetap melestarikan lingkungan.
Metode yang 1. digunakan dalam penelitian ini adalah 2. Productivity Method, Water Residual Value, 3. Serapan Carbon, CVM, dan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Mengestimasi nilai ekonomi wisata Goa Pawon. Menghitung dampak ekonomi Menganalisis strategi pengelolaan ekowisata.
Metode yang 1. digunakan dalam penelitian ini adalah Travel 2. Cost Method, Multiplier Effect, analisis 3. SWOT
Hasil Penelitian Nilai ekonomi total kawasan TNKS adalah sebesar Rp56 177 159 761. Nilai yang paling besar yakni nilai hutan TNKS sebagai penyimpan karbon Rp55 363 174 618/tahun. Aktor yang paling berperan dalam pengelolaan TNKS secara berkelanjutan adalah pihak Balai Besar TNKS, selanjutnya pemerintah sebagai aktor utama dalam kegiatan ekonomi. Nilai ekonomi wisata dari keberadaan obyek wisata Goa Pawon sebesar Rp 102 604 000/tahun. Surpus ekonomi per individu per kunjungan Rp25 651. Berdasarkan analisis SWOT terbentuk formulasi strategi pengelolaan antara lain : melanjutkan master plan serta memberikan dukungan terhadap pembangunan dengan potensi alam sekitar, peningkatan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan dan melakukan promosi.
21
Tabel 6 Beberapa penelitian terdahulu (lanjutan) No 3.
4.
Judul Penelitian/Peneliti Faktor-faktor yang 1. Mempengaruhi Wisata Di TNWK Provinsi Lampung/Wahyu Hidayat, 2011.
Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan Jakarta Selatan/ Tudrika Sabila Sadida, 2014.
Tujuan
Metode
Hasil Penelitian
Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi terhadap kunjungan wisata di Taman Nasional Way Kambas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Travel Cost Method
1.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis d
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke TNWK adalah biaya perjalanan, biaya waktu, pendapatan, tingkat pendidikan dan waktu luang. 1. Rata-rata pengunjung menganggap bahwa prasarana dan sarana belum memuaskan dan membutuhkan pengembangan. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan wisata yakni biaya perjalanan, tingkat pendapatan, usia, jumlah rombongan, lama perjalanan, dan pengetahuan responden mengenai obyek wisata. 3. Nilai ekonomi wisata sebesar Rp2 727 869 591,87 per tahun. 4. Dampak langsung sebesar Rp512 134 333,89 per bulan, dampak tidak langsung Rp75 640 476,19 per bulan, dampak lanjutan Rp54 725 884,52 per bulan 1. Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam, kebersihan, dan keuangan dinilai baik. 2. Nilai ekonomi TNUK Rp16 511 904 761,90 3. Harga tiket optimum Rp10 122 4. Kegiatan wisata; upaya mencegah perambahan ke zona inti.
2.
3.
4.
5.
Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi Di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten/ Erwan Prayoga, 2013.
1.
2. 3.
4.
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, tenaga kerja, unit usaha, dan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan sumberdaya Situ Babakan. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata Mengestimasi nilai ekonomi manfaat rekreasi. Mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata.
Mengetahui persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi wisata. Mengestimasi nilai ekonomi Mengestimasi harga tiket optimum. Mengetahui kontribusi kegiatan wisata
eskriptif, analisis regresi berganda, individual TCM, dan multiplier effect.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah TCM, WTP, dan analisis deskriptif.
22
23
3 KERANGKA PEMIKIRAN TNWK dibentuk pada tanggal 26 Agustus 1999 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No. 670/Kpts-II/1999, dengan luas sekitar 125 631,31 ha. TNWK sebagai salah satu obyek wisata di Provinsi Lampung dengan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai. Bahkan menurut Hidayat (2011) terdapat
potensi jasa lingkungan yang dimiliki TNWK antara lain
pengatur sistem hidrologi, perlindungan keanekaragaman hayati, penyimpan dan penyerap karbon, sehingga fungsi konservasi menjadi bagian yang penting dalam menjaga keberlangsungan ekosistem di TNWK. Berdasarkan fungsi konservasi tersebut maka TNWK dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kegiatan ekowisata yang menekankan pada fungsi pelestarian di zona pemanfaatan. Kegiatan ekowisata di TNWK adalah aktivitas yang menarik bagi para wisatawan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan ekowisata perlu adanya penilaian secara ekonomi terhadap sumber daya alam yang ada di TNWK. Penilaian ekonomi sumberdaya alam yang ada di TNWK ini dinilai melalui Individual Travel Cost Method (ITCM). Penilaian melalui ITCM ini dipilih karena teknik ini merupakan teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation). Penilaian ITCM ini juga merupakan teknik penilaian yang dibangun atas dasar teori permintaan konsumen terhadap kegiatan ekowisata hingga diperoleh nilai ekonomi wisata yang ada di TNWK. Keberadaan TNWK yang mendatangkan para wisatawan menjadi peluang bagi masyarakat sekitar dalam melakukan usaha dan memberikan pelayanan kepada wisatawan yang datang. Secara ekonomi, masyarakat dapat memperoleh manfaat melalui terserapnya tenaga kerja bahkan adanya restoran, rumah makan, hotel melati, pondok wisata, lapak non-permanen yang menjual suvenir di sekitar kawasan TNWK. Hal tersebut menunjukkan adanya TNWK akan memberikan dampak ekonomi wisata yang baik secara langsung, tidak langsung dan lanjutan bagi masyarakat lokal yang dianalisis menggunakan teknik Keynesian Multiplier hingga diperoleh besarnya nilai dampak ekonomi wisata di TNWK.
24
Adanya kegiatan ekowisata di TNWK yang sangat bergantung terhadap keberadaan dan kelestarian ekosistem menunjukkan perlu adanya pengelolaan yang tepat di TNWK. Masyarakat juga perlu merasakan dampak secara ekonomi, lingkungan dan kehidupan sosial budaya sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengelolaan dari pihak pengelola TNWK dan pihak-pihak terkait sangat penting agar kegiatan wisata di TNWK sesuai dengan prinsip ekowisata. Strategi pengelolaan
ini
dianalisis
menggunakan
metode
Strengths
Weaknesses
Oppurtunities and Threats (SWOT) dan Internal-External Factors Evaluation (IFE-EFE) kemudian tahapan pengambilan keputusan untuk prioritas strategi menggunakan matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Adapun alur kerangka berpikir ditunjukkan pada Gambar 1.
25
Taman Nasional Way Kambas Fungsi Konservasi Kegiatan Ekowisata di Zona Pemanfaatan
Masyarakat
Wisatawan
Unit Usaha Potensi Nilai Ekonomi Wisata
Tenaga Kerja Strategi Pengelolaan
Dampak Ekonomi Wisata
Individual Travel Cost Method Fungsi Permintaan Wisata TNWK
Pengelola
Keynesian Multiplier
Direct
Nilai Ekonomi
Indirect
IFE-EFE SWOT Induced
Nilai Dampak Ekonomi Wisata
Prioritas Strategi
Strategi pengelolaan Taman Nasional Way Kambas yang tepat untuk diterapkan dan berkontribusi positif bagi pendapatan masyarakat, lingkungan, dan kehidupan sosial budaya sekitar.
Keterangan :
alur penelitian alur rekomendasi alat analisis
Gambar 1 Kerangka alur berpikir
26
27
4 METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TNWK yang terletak di bagian tenggara Pulau
Sumatera, Lampung Timur, Provinsi Lampung. Lokasi penelitian di TNWK wilayah pemangkuan SPTN Wilayah I Way Kanan dan SPTN Wilayah III Kuala Penet. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2016.
4.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang diolah
secara kuantitatif maupun kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan obyek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu dan dikumpulkan dari berbagai sumber. Data primer didapatkan melalui survei lapang dan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung dengan tujuan ekowisata di TNWK yang ditemui pada saat penelitian. Wawancara juga dilakukan terhadap staff TNWK, pemilik unit usaha, tenaga kerja unit usaha, LSM dan kepala desa. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari data yang dimiliki oleh pihak Balai TNWK. Data-data tersebut terdiri dari data sejarah dan status, jumlah pengunjung per tahun, jumlah dan jenis flora dan fauna, potensi obyek dan daya tarik TNWK, kondisi pengelolaan ekowisata, dan ekosistem kawasan. Selain itu penelitian ini didukung data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Timur, buku, jurnal, artikel, internet berbagai literatur yang relevan.
4.3
Teknik Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel untuk pengunjung dilakukan dengan
menggunakan metode non-probability sampling. Metode ini digunakan karena teknik pengambilan sampel tidak memberikan kesempatan bagi semua pengunjung untuk dipilih menjadi sampel. Responden pengunjung ini dipilih dengan teknik purposive sampling yakni sampel yang dipilih secara cermat
28
dengan mengambil orang atau obyek penelitian yang selektif dan mempunyai ciriciri yang spesifik (Tika 2006). Responden yang diplih dalam penelitian ini adalah responden wisatawan yang berusia 17 tahun ke atas yang dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk mengikuti proses wawancara. Responden wisatawan yang dipilih juga adalah responden dengan tujuan ekowisata di TNWK khususnya di SPTN I Way Kanan dan SPTN III Kuala Penet. Menurut Sugiyono (2013) salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Non-Probability Sampling) yakni berupa sampling insidental. Sampling insidental yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Menurut Walpole (1993) dalam Dalil Limit Pusat menyatakan bahwa untuk populasi yang besar atau tidak hingga, yang diskret atau kontinu sangat baik digunakan bila n ≥ 30, bagaimanapun bentuk populasinya sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan sampel sebanyak 30 orang wisatawan. Pengambilan data dengan cara survei dilakukan kepada staff Balai TNWK sebanyak 2 orang, pihak LSM sebanyak 2 orang, pemilik unit usaha sebanyak 16 orang serta kepala desa dari Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Braja Harjosari. Pengambilan data dengan cara sensus dilakukan kepada pihak tenaga kerja sebanyak 16 orang.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data bermanfaat untuk penyederhanaan data yang sudah didapat ke
bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang sudah didapat pada penelitian ini, akan diolah dengan menggunakan SPSS 16 dan Mircrosoft Excel 2010 akan disajikan dalam bentuk gambar, grafik dan dianalisis secara deskriptif.
29
Tabel 7 Matriks metode analisis data No
Tujuan Penelitian
1
Mengestimasi besarnya ekonomi wisata TNWK.
nilai
2
Mengestimasi dampak ekonomi wisata di TNWK bagi masyarakat sekitar.
3
Menganalisis strategi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat agar dapat berkembang dan berkelanjutan.
Sumber Data Wawancara pengunjung dengan menggunakan kuesioner mengenai biaya perjalanan yang dikeluarkan. Wawancara pengunjung mengenai pengeluaran wisatawan di lokasi wisata. Wawancara dengan unit usaha dan tenaga kerja mengenai pendapatan dan pengeluaran di sekitar lokasi wisata. Wawancara mendalam dengan key person mengenai faktor internal dan eksternal kawasan wisata.
Metode Analisis Data Individual Travel Cost Method Multiplier Effect
Analisis IFEEFE dan SWOT
4.4.1 Analisis Permintaan Ekowisata TNWK dengan Travel Cost Method Analisis fungsi permintaan TNWK dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM). Metode ITCM didasarkan pada survei atas pengunjung ke tempat rekreasi (Fauzi 2014). Fungsi permintaan yang dirumuskan dalam penelitian ini dengan model regresi linear berganda sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e .................................(1) Keterangan : Y = frekuensi kunjungan ke TNWK satu tahun terakhir (kali) bi
= koefisien regresi untuk faktor Xi, dimana i= 1,2,3,...6
X1
= biaya perjalanan individu ke TNWK (juta rupiah/orang)
X2
= pendapatan wisatawan (juta rupiah/bulan)
X3
= lama pendidikan (tahun)
X4
= usia wisatawan (tahun)
X5
= dummy persepsi wisatawan terhadap panorama alam TNWK (1 = tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = sangat baik)
X6
= lama mengetahui obyek wisata (tahun)
e
= error term
Juanda (2009) menyatakan bahwa hipotesis penelitian disusun berguna untuk mempermudah proses analisis. Hipotesis pada penelitian ini X1 (biaya perjalanan), X4 (usia wisatawan) diasumsikan berkorelasi negatif. Arti berkorelasi
30
negatif menunjukkan bahwa semakin tingginya nilai dari suatu variabel akan menurunkan jumlah kunjungan. Variabel X2 (pendapatan wisatawan), X3(lama pendidikan), X5 (persepsi wisatawan terhadap panorama alam TNWK), dan X6 (lama mengetahui objek wisata) berkorelasi positif. Artinya berkorelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai variabel tersebut maka akan semakin meningkatkan frekuensi kunjungan. Pengujian model di atas dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Model regresi linear berganda ini akan baik dan sesuai dengan kaidah statistik apabila dilakukan pengujian agar dapat memenuhi Best Linear Unbased Estimator (BLUE). Pengujian yang dilakukan sesuai dengan data cross section dengan asumsi BLUE di atas adalah uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Uji koefisien determinasi (R2) juga dilakukan untuk melihat berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen. Uji parameter tersebut antara lain : 1.
Uji R2 Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kesesuaian dan
kecocokkan dari suatu garis regresi. Koefisien determinasi artinya mengukur bagian atau persentase total variasi Y yang mampu dijelaskan oleh model dengan besaran R2 adalah 0 < R2 <1. Jika nilai R2 sebesar 0 maka menunjukkan tidak adanya hubungan sama sekali antar X dan Y, sedangkan jika nilai R2 sebesar 1 menunjukkan bahwa seluruh Y dapat dijelaskan oleh regresi sehingga model yang baik adalah model yang memiliki R2 yang tinggi karena variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati 2006). 2.
Uji Normalitas Menurut Gujarati (2006), penggunaan uji normalitas digunakan untuk
mengetahui data menyebar secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan ei ~ N(0, α2).
31
3.
Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati (2006), uji multikolinearitas merupakan hubungan
yang sempurna di antara variabel-variabel independen. Kolinearitas sering terjadi pada model yang memiliki R2 yang tinggi tetapi sedikit rasio t yang signifikan. Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing independen dan akan ada masalah dalam model bila nilai VIF lebih besar dari 10. 4.
Uji Heterokedastisitas Uji ini menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Menurut Gujarati (2006), pada model persamaan yang diperoleh
dari
suatu
penelitian
terkadang
mengalami
masalah
heterokedastisitas yang menyebabkan konsekuensi salah satunya yakni penduga Ordinary Least Square (OLS) tidak lagi efisien. Uji ini dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi, dapat dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila sebaran titik-titik mengumpul pada satu titik dan uji gleyser. Biaya
perjalanan
adalah
semua
biaya
yang
dikeluarkan
tiap
individu/pengunjung selama satu kali perjalanan rekreasi meliputi biaya transportasi, penginapan, konsumsi selama rekreasi, tiket masuk dan tiket mobil dan guide. Biaya perjalanan dirumuskan sebagai berikut: BP
=TR+HC+KR+TMM+GU+LL.....................................................(2)
Keterangan: BP
= biaya perjalanan rata-rata (rupiah/orang/kunjungan)
TR
= biaya transportasi (rupiah/orang/kunjungan)
HC
= biaya penginapan (rupiah/orang/kunjungan)
KR
= biaya konsumsi selama rekreasi (rupiah/orang/kunjungan)
TMM
= tiket masuk dan mobil (rupiah/orang/kunjungan)
GU
= biaya guide (rupiah/orang/kunjungan)
LL
= biaya lain-lain (rupiah/orang/kunjungan)
32
Koefisien variabel biaya perjalanan diperoleh dari hasil regresi antara variabel jumlah kali kunjungan ke TNWK dengan variabel biaya perjalanan. Formulasi analisis regresi sebagai berikut: Y
= b0+b1X1.......................................................................................(3)
Keterangan: Y
= jumlah kali kunjungan ke TNWK satu tahun terkahir (kali)
X1
= biaya perjalanan individu (Rp)
Nilai surplus konsumen (SK) digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari wisata TNWK. Menurut Fauzi (2010) formula SK sebagai berikut: SK
=
Keterangan: SK
= surplus konsumen (Rp per orang)
N
= jumlah kali kunjungan yang dilakukan oleh individu (kali)
b1
= koefisien dari variabel biaya perjalanan
Nilai ekonomi wisata dari kawasan wisata TNWK merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Rumus nilai ekonomi wisata TNWK : NE
= SK x TP
Keterangan: NE
= nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)
SK
= surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp/orang)
TP
= total jumlah pengunjung dalam satu tahun (orang)
4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Kawasan Ekowisata TNWK Pengunjung yang melakukan kegiatan ekowisata pasti memiliki pengeluaran saat di lokasi wisata sehingga menimbulkan multiplier effect bagi pengeluaran daerah tujuan wisata. Pengeluaran pengunjung tersebut akan menimbulkan efek yakni penerimaan bagi unit usaha lokal seperti rumah makan, penginapan dan unit usaha lainnya. Hal ini tentu saja akan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Segala informasi yang akan didapat selama penelitian ini dari pihak pengunjung, pengelola, bahkan pemilik unit usaha akan dianalisis ke beberapa
33
dampak seperti dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect) dan dampak lanjutan (induced effect). Pengukuran dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect), dan dampak lanjutan (induced effect) bagi perekonomian lokal menggunakan dua tipe pengganda (Marine Ecotourism for Atlantic or META, 2001), yakni : 1. Keynesian Local Income Multiplier adalah nilai yang menunjukkan berapa besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Secara matematis dapat dirumuskan : Keynesian Income Multiplier
=
........................................(4)
Ratio Income Multiplier, Tipe 1
=
..............................................(5)
Ratio Income Multiplier, Tipe 2
=
.........................................(6)
Keterangan: E = tambahan pengeluaran pengunjung (Rp) D = pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U = pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp) 4.4.3 Tahap Perumusan Strategi Tahap perumusan strategi dalam penelitian ini yakni melalui wawancara terhadap responden pengelola TNWK yaitu, Kepala SPTN Wilayah I dan III, koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), Kepala Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Braja Harjosari, dan Manager Aliansi Lestari Terpadu (Alert). Proses perumusan strategi terdiri dari tahap masukan (The Input Stage) menggunakan analisis lingkungan internal dan eksternal (IFE-EFE), tahap pencocokan (The Matching Stage) menggunakan
34
matriks Internal-Eksternal (IE) dan SWOT, dan tahapan pengambilan strategi (The Decision Stage) menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). 4.4.3.1 IFE-EFE Analisis internal TNWK dilakukan dengan menganalisis kondisi internal dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan obyek wisata yang dianggap penting. Hasil dari analisis internal disajikan ke dalam bentuk matriks IFE seperti Tabel 8. Tabel 8 Model Matriks IFE Faktor Strategis Internal Kekuatan 1. 2. 3. dst Kelemahan 1. 2. 3.dst Total Sumber : David, 2000
Bobot
Rating
Skor
Tahapan kerja Matriks IFE : a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan dan kelemahan. b. Tentukan bobot (weight) dari setiap critical success factors tadi dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Total bobot harus berjumlah 1,00. c. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai: 1 = sangat lemah 2 = tidak begitu lemah 3 = cukup kuat 4 = sangat kuat Rating ini mengacu pada kondisi TNWK, sedangkan bobot mengacu pada industri wisata di mana TNWK berada. d. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan nilai skornya.
35
e. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi TNWK. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal, TNWK adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat Tak hanya analisis internal, namun ada pula analisis eksternal yang dilakukan dengan analisis peluang dan ancaman kegiatan ekowisata di TNWK. Hasil analisis eksternal ini disajikan ke dalam bentuk matriks EFE pada Tabel 9. Tabel 9 Model Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal Peluang 1. 2. 3. dst Ancaman 1. 2. 3.dst Total Sumber : David, 2000
Bobot
Rating
Skor
Tahapan kerja matriks EFE : a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek eksternal yang mencakup perihal peluang dan ancaman bagi TNWK. b. Tentukan bobot (weight) dari setiap critical success factors tadi dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Total bobot harus berjumlah 1,00. c. Tentukan rating setiap critical success factors antar 1 sampai 4 di mana: 1 = sangat lemah 2 = tidak begitu lemah 3 = cukup kuat 4 = sangat kuat Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi TNWK. Nilai tersebut didasarkan pada kondisi TNWK. d. Kalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor semua critical success factors. e. Jumlah semua skor untuk mendapatkan nilai total. Jika skor total 4,0 mengindikasikan bahwa TNWK merespons dengan cara yang luar biasa
36
terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman. Sementara, jika skor total sebesar 1,0 menunjukkan bahwa TNWK tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. 4.4.3.2 Matriks IE Matriks IE adalah pemetaan total skor EFE dan IFE dan memposisikan pengelola wisata. Pada Matriks IE terdapat sembilan sel IE yang dibagi menjadi tiga bagian yang memiliki implikasi strategi yang berbeda (David 2000), yaitu: 1. Pada sel 1,2, dan 4 adalah daerah tumbuh dan bina (grow and build). 2. Pada sel 3,5, dan 7 adalah daerah pertahanan dan pelihara (hold and maintain). 3. Pada sel 6,8, dan 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or divestiture).
Skor Bobot Total IFE Kuat 3,0-4,0
Sedang 2,0-2,99
Skor Bobot Total EFE
4,0 Tinggi
3,0
Lemah 1,0-1,99 2,0 1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0-4,0 3,0
Sedang 2,0-2,99
2,0 Rendah 1,0-1,99
1,0
Sumber: David (2000)
Gambar 2 Matriks IE
37
4.4.3.3 Analisis Strengths Weaknesses Oppurtunities Threats (SWOT) Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, namun dalam hal ini adalah pengelolaan wisata. Dasar analisis ini adalah memaksimalkan strenghts (S) dan oppurtunities (O), meminimalkan weaknesses (W) dan threats (T). Analisis
SWOT
ini
membandingkan
antara
faktor
eksternal
peluang
(oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses). Berikut Gambar 3 untuk analisis SWOT : Internal
Strategic
Factors
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES
Analysis Summary (IFAS) Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan 5-10 faktor-faktor Eksternal Strategic Factors
kekuatan internal
kelemahan internal
OPPURTUNITIES (O)
Strategi SO
Strategi WO
Tentukan 5-10 faktor peluang
Ciptakan
eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan
memanfaatkan peluang
kelemahan
Analysis Summary (EFAS)
strategi
yang
Ciptakan
strategi
yang
kelemahanuntuk
memanfaatkan peluang TREATHS (T)
Strategi ST
Strategi WT
Tentukan 5-10 faktor ancaman
Ciptakan
eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan
mengatasi ancaman
dan menghindari ancaman
strategi
yang
Ciptakan
strategi
yang
kelemahan
Sumber : Rangkuti, 2008
Gambar 3 Diagram Matriks SWOT a.
Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b.
Strategi ST Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
38
c.
Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d.
Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
4.4.3.4 Quantitative Strategic Planning (QSP) Menurut David (2000) teknik yang digunakan dalam menentukan strategis terbaik dapat menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategis alternatif secara obyektif, berdasarkan key person faktor internal-eksternal yang sudah diidentifikasikan sebelumnya. Langkah-langkah pengembangan suatu QSPM : 1.
Buatlah daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dalam kolom kiri dari QSPM yang didapat dan diambil langsung dari matriks IFE-EFE.
2.
Berikan bobot masing-masing faktor internal dan eksternal dengan bobot yang sama pada matriks IFE-EFE. Sajikan bobot dalam kolom persis disamping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
3.
Periksa tahapan perumusan strategi dan identifikasi strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan.
4.
Tetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Score/AS). Tentukan nilai numerik yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi dalam alternatif strategi-strategi tersebut. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap critical success factors internal dan eksternal, satu persatu. Bila faktor sukses tersebut mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat maka strategi tersebut harus dibandingkan relatif terhadap faktor kunci. Nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi yang lain. Nilai daya tarik tersebut
39
adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. 5.
Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score/TAS) yang diperoleh dari perkalian antara bobot dengan nilai daya tarik. Jika TAS semakin tinggi, maka semakin menarik alternatif strategi itu.
6.
Hitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah total daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Jika TAS semakin tinggi menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dengan mempertimbangkan semua critical success factors eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategi. Berikut Tabel 10 sebagai contoh QSPM. Tabel 10 QSPM Alternatif Strategi
Faktor-faktor kunci
Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total nilai daya tarik Sumber : David, 2000
Bobot
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
40
41
5 GAMBARAN UMUM 5.1
Karakteristik TNWK TNWK secara administrasi terletak di Kabupaten Lampung Timur yang
berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Lampung Timur. Status TNWK melalui SK Nomor 670/Kpts-II/1999 tentang penetapan kawasan TNWK tanggal 26 Agustus 1999 memiliki luasan 125 621,30 Ha. TNWK berbatasan langsung dengan 10 kecamatan dan 37 desa penyangga. Empat zona pengelolaan yang ada di TNWK, yaitu zona inti (53 995,93 ha), zona rimba (55 693,76 ha), zona pemanfaatan (6 931,60 ha) dan zona pemanfaatan khusus (9 000 ha). Kawasan TNWK sebagian besar memiliki batasan berupa batas alam yang terdiri atas batas langsung sungai dengan laut, sedangkan batas buatan dibuat pada lahan yang langsung berbatasan dengan ladang/lahan milik masyarakat. Wilayah pemangkuan TNWK dibagi menjadi tiga yakni, yang pertama SPTN Wilayah I Way Kanan yang terdiri atas Resort Way Kanan, Kuala Kambas, Wako; yang kedua SPTN Wilayah II Bungur, yang terdiri atas Resort Bungur, Penanggungan, Cabang; dan yang ketiga STPN Wilayah III Kuala Penet yang terdiri atas Resort Kuala Penet, Plang Ijo, Susukan Baru, serta PKG. Ekosistem di dalam TNWK menjadi daya tarik ekowisata minat khusus bagi wisatawan nusantara dan mancanegara yang terbagi dalam lima tipe utama. Tipe pertama yakni vegetasi hutan hujan tropis dataran rendah mendominasi kawasan TNWK dengan vegetasi pepohonan dengan ukuran tinggi dan besar sehingga terlihat gelap dan lembab. Lokasi ini menjadi wilayah hutan yang sering dikunjungi wisatawan asing untuk melihat burung liar dan primata. Tipe kedua yakni vegetasi rawa merupakan suatu kawasan yang tergenang air pada musim penghujan. Beberapa jenis burung air dan mamalia langka lebih mudah ditemukan di kawasan rawa dan menjadi daya tarik khususnya wisatawan mancanegara. Tipe ketiga yakni ekosistem mangrove merupakan wilayah perairan payau, dengan panorama yang indah sehingga wisatawan bisa melihat burung air, reptil, primata dan berbagai jenis ikan dan udang. Tipe keempat yakni ekosistem pantai TNWK menjadi batas wilayah dari TWNK dengan panjang garis pantai mencapai 75 km. Kuala kambas adalah kawasan pantai sebagai muara dari sungai Way Kanan
42
merupakan salah satu daerah yang cukup sering dikunjungi oleh wisatawan karena memiliki panorama yang menarik. Tipe kelima yakni ekosistem sungai yang merupakan lokasi yang dapat dijumpai hampir semua SPTN di TNWK, misalnya di SPTN Wilayah 1 terdapat Sungai Way Kanan yang juga dapat ditemukan berbagai satwa seperti berbagai burung, primata dan reptil. Daya tarik flora dan fauna yang ada di TNWK juga didukung dengan aksesibilitas yang cukup mudah karena tidak jauh dari Bandara Raden Intan dan akses jalan yang sudah cukup baik dengan jarak sekitar 120 km atau sekitar dua jam dari bandara. Harga tiket masuk TNWK pada hari biasa adalah Rp5 000/orang untuk wisatawan domestik dan Rp150 000/orang untuk wisatawan mancanegara. Sedangkan pada hari libur harga tiket Rp7 000/orang untuk wisatawan domestik dan Rp225 000/orang untuk wisatawan mancanegara. Wisatawan yang datang untuk menikmati ekosistem di TNWK biasanya datang melalui travel agent wisata atau melakukan perjalanan sendiri (tanpa biro perjalanan). Kegiatan yang biasa dilakukan oleh wisatawan minat khusus di TNWK yakni seperti jungle tracking, wildlife wathcing, birdwatching, river cruise, night spotting, dan elephant riding. Desa-desa penyangga yang ada di sekitar TNWK melihat adanya peluang usaha dari kedatangan wisatawan ekowisata. Hal tersebut terbukti melalui terbentuknya beberapa desa wisata. Desa-desa wisata tersebut yakni Desa Braja Yekti, Labuhan Ratu 9, Labuhan Ratu 7 dan Braja Harjosari. Aktivitas wisata desa di keempat desa tersebut yakni peternakan, perikanan, agrowisata dan kesenian budaya. 5.2
Karakteristik Responden Wisatawan TNWK Karakteristik responden wisatawan dibedakan berdasarkan faktor ekonomi,
sosial dan faktor berwisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) terdiri dari, jenis kelamin, umur, asal negara, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan penghasilan utama. 5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Wisatawan Responden wisatawan yang datang ke TNWK dengan tujuan ekowisata adalah wisatawan mancanegara dan nusantara. Responden wisatawan paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan proporsi sebesar 70,0% karena kegiatan
43
ekonomi. Wisatawan-wisatawan tersebut memiliki proporsi tertinggi dengan tingkat umur 21 hingga 30 tahun sebesar 50,0% menunjukkan bahwa aktivitas ekowisata di TNWK banyak diminati oleh orang dewasa. Tabel 11 Karakteristik responden wisatawan TNWK berdasarkan faktor sosial ekonomi 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik Jenis Kelamin Pria Wanita Jumlah Umur 21-30 31-40 41-50 >50 Jumlah Asal Negara Amerika Serikat Jepang Australia India China Korea Inggris Rusia Jerman Indonesia Jumlah Pendidikan terakhir SMA S1 S2 S3 Jumlah Pekerjaan Pokok Mahasiswa Dosen Dokter Pegawai swasta Lainnya Jumlah Penghasilan Utama 11 000 000-15 000 000 16 000 000-20 000 000 >20 000 000
Jumlah
Jumlah (orang)
Proporsi (%) 21 9 30
70,0 30,0 100,0
15 1 3 11 30
50,0 3,3 10,0 36,7 100,0
15 1 1 1 3 3 2 2 1 1 30
50,0 3,3 3,3 3,3 10,0 10,0 6,7 6,7 3,3 3,3 100,0
10 17 1 2 30
33,3 56,7 3,3 6,7 100,0
14 2 1 11 2 30
46,7 6,7 3,3 36,7 6,7 100,0
8 6 16
26,7 20,0 53,3
30
100,0
Sumber : Hasil olahan data primer, 2016
Tabel 11 juga menunjukkan bahwa ada sembilan negara asal responden wisatawan mancanegara yakni Amerika Serikat, Jepang, Australia, India, China, Korea Selatan, Inggris, Rusia dan Jerman yang berarti ekowisata di TNWK lebih
44
diminati oleh wisatawan mancanegara. Proporsi tingkat pendidikan terakhir responden wisatawan tertinggi berada pada tingkat S1 dan rata-rata wisatawan tersebut sedang menempuh pendidikan S2. Hal tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang datang merupakan orang-orang yang ingin memperoleh pengetahuan baru mengenai satwa langka dan flora di Indonesia. Proporsi berdasarkan pekerjaan pokok terbesar kedua adalah pegawai swasta yang bekerja di bidang pariwisata alam. 5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata Karakteristik
berwisata
responden
wisatawan
di
TNWK
dapat
diidentifikasi berdasarkan frekuensi kunjungan selama satu tahun terakhir, tujuan wisata, jenis kendaraan yang digunakan dan obyek wisata yang dikunjungi. Tabel 12 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di TNWK Karakteristik
Jumlah (orang)
Proporsi (%)
Tujuan beriwisata Berlibur
15
50,0
Pendidikan
15
50,0
Jumlah
30
100,0
0
0,0
Kendaraan sewa
30
100,0
Jumlah
30
100,0
13
43,3
Jungle tracking Way Kanan
4
13,3
Rawa Gajah
6
20,0
Reforestasi
4
13,3
Rawa Bambangan
3
10,0
Jumlah
30
100,0
Frekuensi kunjungan 1 kali
24
80,0
6
20,0
30
100,0
Jenis kendaraan yang digunakan Kendaraan pribadi
Obyek wisata yang dikunjungi PKG
2 kali Jumlah Sumber : Hasil olahan data primer, 2016
Tabel 12 menunjukkan sebagian besar pengunjung melakukan perjalanan sebanyak satu kali dengan proporsi sebesar 80,0% hal ini karena rata-rata wisatawan mancanegara baru mengetahui keberadaan TNWK. Responden
45
wisatawan juga memiliki tujuan berwisata yakni berlibur dengan proporsi sebesar 50,0%, tujuan wisatawan untuk menikamati panorama alam sekaligus memperoleh pengetahuan baru tentang satwa liar di TNWK. Seluruh responden wisatawan mancanegara dan nusantara menggunakan kendaraan sewa karena akses ke beberapa lokasi memerlukan kendaraan khusus. Poporsi lokasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah PKG dengan proporsi sebesar 43,3% karena rata-rata wisatawan memiliki tujuan untuk melihat pendidikan dan konservasi gajah yang ada di TNWK.
5.3
Karakteristik Unit Usaha di TNWK Keberadaan TNWK menjadikan peluang bagi masyarakat sekitar untuk
membuka usaha sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. Ada sekitar enam belas unit usaha yang berada di sekitar kawasan TNWK yang proporsi tertinggi menunjukkan bahwa pelaku usaha unit usaha tersebut adalah masyarakat asli Lampung yakni sebesar 62,5%. Hal tersebut karena masyarakat sekitar telah melihat peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan dari kegiatan ekowisata di TNWK. Tabel 13 Karakteristik unit usaha di Kawasan TNWK Karakteristik Jumlah (orang) Asal pelaku unit usaha Masyarakat asli Lampung Pendatang Jumlah Lama berdiri unit usaha 1-10 tahun 11-20 tahun Lebih dari 20 tahun Jumlah Jenis unit usaha Warung makan Cinderamata Warung makanan ringan Pondok Wisata Jumlah Waktu membuka unit usaha (per minggu) 2 hari 7 hari Jumlah Sumber : Hasil olahan data primer, 2016
Proporsi (%) 10 6 16
62,5 37,5 100,0
10 2 4 16
62,5 12,5 25,0 100,0
7 5 3 1 16
43,8 31,3 18,8 6,3 100,0
6 10 16
37,5 62,5 100,0
46
Unit-unit usaha tersebut terdiri atas empat jenis usaha yakni warung makan, cinderamata, warung makanan ringan, dan pondok wisata dengan lama berdiri usaha tertinggi 1 sampai 10 tahun dengan proporsi 62,5%. Waktu membuka unit usaha per minggunya mencapai proporsi tertinggi dengan waktu 7 hari/minggu sebesar 62,5%. Karakteristik unit usaha di Kawasan TNWK dapat dilihat pada Tabel 13. 5.4
Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di TNWK TNWK sebagai salah satu destinasi ekowisata telah memberikan lapangan
pekerjaan kepada masyarakat untuk bekerja di unit usaha yang ada. Tenaga kerja yang menjadi responden adalah tenaga kerja yang paling banyak berasal dari biro perjalanan yakni PT Ecolodge dan sisanya tenaga kerja unit usaha di PKG dengan total tenaga kerja 16 orang. Tenaga kerja yang ada di TNWK seperti mahout (pawang gajah), polisi hutan, dan staff Balai TNWK lainnya tidak menjadi responden dalam penelitian ini karena termasuk ke dalam Pegawai Negeri Sipil yang penerimaannya berasal dari pemerintahan pusat. Responden tenaga kerja berdasarkan karakteristik status kependudukan merupakan masyarakat asli Lampung dengan proporsi sebesar 75,0%. Status sebesar status pekerjaan responden adalah pekerjaan utama sebesar 93,8%. Beberapa jenis pekerjaan responden tenaga kerja adalah house keeping, bendahara, guide, asisten juru masak, driver, petugas laundry, juru masak, tukang kebun, security dan manager. Kesepuluh jenis tenaga kerja tersebut adalah tenaga keraja dari PT. Ecolodge. Tenaga kerja lainnya adalah tenaga kerja kios cinderamata dan tenaga kerja warung makan yang ada di dalam PKG. Berdasarkan lama bekerja proporsi tertinggi sebesar 62,5% dengan lama kerja 6 hingga 9 tahun, hal ini karena PT. Ecolodge sudah berdiri sejak Tahun 2007.
47
Tabel 14 Karakteristik tenaga kerja lokal di Kawasan TNWK Karakteristik Status kependudukan Masyarakat asli Lampung Bukan masyarakat asli
Jumlah (orang)
Proporsi (%) 12
75,0
4
25,0
Jumlah
16
100,0
Status pekerjaan di bidang pariwisata Pekerjaan utama
15
93,8
1
6,3
16
100,0
Jenis pekerjaan House keeping
2
12,5
Bendahara
1
6,3
Guide
1
6,3
Asisten juru masak
1
6,3
Driver
1
6,3
Petugas laundry
1
6,3
Juru masak
1
6,3
Tukang kebun
2
12,5
Security
2
12,5
Manager
1
6,3
Tenaga kerja kios cinderamata
2
12,5
Pekerjaan sampingan Jumlah
Tenaga kerja warung makan
1
6,3
16
100,0
Lama bekerja 1-3 tahun
4
25,0
3-6 tahun
2
12,5
6-9 tahun
10
62,5
16
100,0
Jumlah
Jumlah Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
48
49
6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekowisata TNWK Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekowisata TNWK
menjadi hal yang penting untuk diketahui dari suatu kawasan. Nilai ekonomi menunjukkan besarnya manfaat keberadaan ekowisata TNWK. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ekowisata
digunakan
untuk
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. 6.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekowisata TNWK Fungsi permintaan wisata TNWK dibentuk dengan memasukkan enam variabel bebas yang diduga mempengaruhi variabel yaitu frekuensi kunjungan dalam satu tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya perjalanan, pendapatan wisatawan, lama pendidikan, usia wisatawan, persepsi responden terhadap panorama alam dan lama mengetahui objek wisata. Hasil output analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 15 dan lebih jelas disajikan pada Lampiran 5. Tabel 15 Hasil regresi fungsi permintaan ekowisata TNWK Variabel
Koefisien
Constant
P-value
VIF
1,101
0,076
-0,025
0,047*
1,527
0,010
0,414
9,688
-0,078
0,004*
1,713
X4 (Usia wisatawan)
0,001
0,878
9,636
X5 (Persepsi wisatawan)
0,345
0,022*
1,224
X6 (Lama mengetahui obyek wisata)
0,054
0,484
1,303
X1 (Biaya perjalanan) X2 (Pendapatan) X3 (Lama pendidikan)
R
2
68,1%
2
59,8%
R (adj) Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Keterangan : Tanda * menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh pada taraf nyata α : 5%
Model fungsi permintaan ekowisata TNWK dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Fungsi permintaan wisata ke TNWK yang diperoleh dari hasil analisis regresi berganda sebagai berikut:
50
Y
= 1,101- 0,025 X1 + 0,010 X2 - 0,078 X3 - 0,001 X4 + 0,345X5 + 0,054X6 + e
Keterangan :
= frekuensi kunjungan ke TNWK satu tahun terakhir (kali) bi
= koefisien regresi untuk faktor Xi, dimana i= 1,2,3,...6
X1
= biaya perjalanan individu ke TNWK (juta rupiah/orang)
X2
= pendapatan wisatawan (juta rupiah/bulan)
X3
= lama pendidikan (tahun)
X4
= usia wisatawan (tahun)
X5
= dummy panorama alam TNWK (1 = tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = sangat baik)
X6
= lama mengetahui obyek wisata (tahun)
e
= error
Nilai R2-adj dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 59,8%. Nilai tersebut menunjukkan sebesar 59,8% keragaman permintaan wisata dijelaskan oleh variabel bebas yag terdapat di dalam model, sisanya 41,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model dan error. Variabel-variabel yang ada pada model tersebut adalah biaya perjalanan ke TNWK, pendapatan wisatawan, lama pendidikan, usia wisatawan, persepsi panorama alam dan lama mengetahui obyek wisata. Pelanggaran asumsi klasik yang biasa terjadi dalam analisis regresi linear berganda ada empat yakni multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dan normalitas (Juanda 2009). Namun uji asumsi autokorelasi tidak dilakukan dalam analisis ini karena data yang digunakan adalah data cross section sehingga dilakukan pemeriksaan asumsi untuk mengetahui tingkat keakuratan model yang dibangun melalui tiga uji. Pemenuhan asumsi dan uji statistik antara lain: 1.
Uji Multikolinearitas Pendeteksian multikolinearitas pada suatu model dapat diketahui
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel bebas. Tabel 15 menunjukkan tidak adanya multikolinearitas karena nilai VIF kurang dari 10. Hal tersebut menjelaskan bahwa variabel bebas tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya.
51
2.
Uji Heteroskedastisitas Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot yang
dihasilkan dan uji uji gleyser. Grafik scatterplot yang dihasikan menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y sedangkan uji gleyser menunjukkan bahwa nilai signifikan harus lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yakni 0,05. Hasil uji heteroskedastisitas tersebut terdapat pada Lampiran 7. 3.
Uji Normalitas Uji normalitas juga dilakukan pada model tersebut yaitu dengan
melihat nilai Asymp-Sig (2-tailed). Nilai tersebut harus lebih besar dari taraf nyata sebesar 0,05. Pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai Asympt-sig (2-tailed) sebesar 0,799. Nilai tersebut menyimpulkan bahwa data menyebar normal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang berpengaruh secara signifikan yaitu biaya perjalanan, lama pendidikan responden wisatawan dan panorama alam. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan ke TNWK secara signifikan: 1.
Biaya Perjalanan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan
berpengaruh signifkan dengan
taraf nyata 5% dan memiliki pengaruh
negatif terhadap frekuensi kunjungan wisatawan ke TNWK. Biaya perjalanan dalam satuan juta rupiah menghasilkan nilai koefisien regresi sebesar -0,025. Hal ini berarti bila terjadi peningkatan biaya perjalanan sebesar Rp1 000 000 per tahun, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke TNWK akan mengalami penurunan sebesar 0,025 kali per tahun dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yakni peningkatan biaya perjalanan akan menurunkan frekuensi kunjungan. 2.
Lama Pendidikan Lama pendidikan berpengaruh pada taraf nyata 5% dan memiliki
pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke TNWK dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,078. Hal ini berarti semakin lama pendidikan
52
wisatawan akan menurunkan minat wisatawan untuk mengunjungi kembali kawasan wisata TNWK. Bila dilihat dari hipotesis awal memang tidak sesuai namun data menunjukkan bahwa karakteristik responden sebesar 56,7% dengan lama pendidikan 16 tahun atau setara S1 adalah responden yang melakukan perjalanan rata-rata sebanyak satu kali dalam setahun. Karakteristik responden dengan lama pendidikan 12 tahun atau setara SMA dengan proporsi 33,3% adalah responden yang melakukan perjalanan rata-rata sebanyak dua kali dalam setahun. 3.
Panorama Alam TNWK Variabel panorama alam berpengaruh signifikan pada taraf nyata
5% dengan tanda koefisien positif. Variabel panorama alam merupakan variabel dummy dengan angka 1 = merupakan persepsi wisatawan negatif yaitu tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = sangat baik. Tanda koefisien postif berarti semakin positif persepsi panorama alam yang diberikan wisatawan akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke TNWK. 6.1.2 Nilai Ekonomi TNWK Estimasi nilai ekonomi wisata menggunakan pendekatan ITCM. Nilai ekonomi diketahui dengan menghitung surplus konsumen terlebih dahulu. Surplus konsumen diperoleh dengan pengkuadratan jumlah kunjungan responden satu tahun terakhir yaitu sebanyak 36 kunjungan (Lampiran 9) kemudian dibagi dengan dua kali koefisien perjalanan. Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai variabel biaya perjalanan lebih akurat. Berdasarkan analisis regresi (Lampiran 5) diperoleh persamaan sebagai berikut: Y
= 1,101 - 0,025X1
Keterangan: Y
= Frekuensi kunjungan ke TNWK satu tahun terakhir (kali)
X1
= Biaya perjalanan invidu (juta rupiah)
53
Variabel biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai surplus konsumen. Nilai surplus konsumen didapatkan untuk mengestimasi nilai ekonomi TNWK dengan mengkalikan surplus konsumen tersebut dengan total kunjungan responden ekowisata Tahun 2015. Tabel 16 menunjukkan perhitungan nilai ekonomi TNWK. Tabel 16 Perhitungan nilai ekonomi TNWK Keterangan Jumlah responden (a) Jumlah kunjungan responden (b) Total kunjungan 2015 (c) Koefisien biaya perjalanan (d) Surplus konsumen [(e) = (b2)/2d] Surplus konsumen/individu/kunjungan [(f) = (e)/(a)/(b)] Nilai ekonomi [(g) = (f) x(c)] Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Nilai 30 36 317 0,025 25 920 000 24 000 000 7 608 000 000
Satuan Orang Kali per tahun Kali per tahun Satuan Rupiah Rupiah Rupiah
Tabel 16 menunjukkan, surplus konsumen wisatawan terhadap TNWK sebesar Rp24 000 000 per orang per kunjungan, sehingga diperoleh nilai ekonomi sebesar Rp7 608 000 000. Nilai ekonomi wisata TNWK tersebut merupakan hasil perkalian antara surplus konsumen per kunjungan dengan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke TNWK dengan tujuan ekowisata satu tahun terakhir. Nilai ekonomi wisata tersebut juga menunjukkan bahwa TNWK sebagai tempat wisata yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan serta keindahan alam yang natural sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. Nilai ekonomi wisata TNWK sebenarnya bisa lebih besar lagi jika kegiatan pengelolaan wisata di TNWK berjalan dengan baik. Karena dalam pengelolaannya terdapat kendala seperti masih kurangnya pengelolaan website resmi Balai TNWK yang mempromosikan keindahan TNWK. Padahal pemakaian website resmi Balai TNWK dapat memberikan informasi yang lebih luas dan minat bagi seseorang yang hendak melakukan perjalanan ekowisata.
6.2
Dampak Ekonomi di TNWK Kegiatan ekowisata dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian
masyarakat sekitar lokasi wisata. Dampak positif yang muncul dari adanya aspek ekonomi tersebut dapat bersifat langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect) dan dampak lanjutan (induced). Hal tersebut diketahui melalui besarnya
54
pengeluaran wisatawan di sekitar kawasan TNWK. Wisatawan yang datang ke TNWK tidak hanya membelanjakan uangnya di dalam kawasan TNWK tetapi juga di luar kawasan TNWK. Besarnya pengeluaran pengunjung di luar kawasan TNWK merupakan kebocoran yang terjadi di kawasan TNWK. Jenis pengeluaran yang masuk ke dalam kebocoran adalah tiket pesawat, sewa mobil, konsumsi penginapan dan biaya jasa guide. Jenis pengeluaran di dalam lokasi adalah konsusmsi, penginapan, sewa mobil, tiket masuk kawasan, tiket mobil, pembeliaan cinderamata dan biaya jasa guide. Hasil proporsi pengeluaran pengunjung di dalam dan di luar kawasan dapat dilihat pada Tabel 17 dan keterangan yang lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 17 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di TNWK Jenis biaya
Pengeluaran di luar lokasi Tiket pesawat dari negara asal-Jakarta Tiket pesawat Jakarta-Lampung Sewa mobil Konsumsi Penginapan Jasa guide Total Kebocoran (a) Pengeluaran di lokasi Konsumsi Penginapan Sewa mobil Tiket masuk kawasan Tiket mobil Pembelian Suvenir Jasa guide Total pengeluaran di lokasi (b) Total pengeluaran wisatawan (c=a+b) Kunjungan tahun 2015 (d) Total pengeluaran wisatawan per tahun di lokasi wisata (c*proporsi b*d) Total kebocoran pertahun (c*proporsi a*d) Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Rata-rata pengeluaran per kunjungan (Rp) (i)
Proporsi (%) (ii=i/c*100)
10 815 652,2 747 696,4 1 095 000,0 407 500,0 697 142,9 157 500,0 13 920 491,4
68,5 4,7 6,9 2,6 4,4 1,0 88, 1
375 630,0 598 863,6 494 090,9 155 500,0 15 000,0 81 250,0 155 064,9 1 868 657,5 15 795 890.8 317 594 501 613
2,4 3,8 3,1 1,0 0,1 0,5 0,9 11,9 100,0
4 412 795 776
Pada Tabel 17 menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan adalah tiket pesawat dari negara asal ke Jakarta yang mencapai 68,5%. Hal ini terjadi karena responden wisatawan sebanyak 29 orang adalah wisatawan mancanegara yang rata-rata melakukan perjalanan dari negara asal. Wisatawan tersebut berasal dari negara Amerika Serikat, Jepang, China, Jerman dan Rusia.
55
Tabel 17 juga menunjukkan jumlah kunjungan yang datang ke TNWK Tahun 2015 dengan tujuan ekowisata berdasarkan data dari Balai TNWK adalah 317 kunjungan, sehingga didapat total pengeluaran wisatawan per tahun di TNWK sebesar Rp594 501 613. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan di luar lokasi TNWK sebesar Rp4 412 795 776 per tahun. Hasil kebocoran ini diperoleh dengan mengkalikan total pengeluaran wisatawan dengan proporsi kebocoran dengan rata-rata kunjungan Tahun 2015. 6.2.1 Dampak Ekonomi Langsung Dampak ekonomi langsung adalah dampak yang diperoleh pemilik unit usaha dari pengeluaran wisatawan saat melakukan kegiatan ekowisata di TNWK. Dampak ekonomi tersebut diperoleh dari transaksi jual dan beli yang dilakukan oleh wisatawan dan pemilik usaha di kawasan TNWK. Pemilik unit usaha memperoleh pendapatan dari uang yang dibelanjakan oleh wisatawan tersebut. Kawasan TNWK memilik empat jenis unit usaha yakni usaha cinderamata, warung makan, pondok wisata dan warung makanan ringan. Wisatawan mancanegara yang melakukan kegiatan ekowisata lebih banyak melakukan transaksi di pondok wisata yang dikelola oleh PT. Ecolodge. Tabel 18 Proporsi rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan di TNWK Unit Usaha Reguler Cinderamata Warung makan Pondok wisata Warung makanan ringan Occasional Cinderamata Warung makan Total keseluruhan (c) Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan Pendapatan (Rp) Proporsi (%) (a) (b=a/c*100%) 3 014 750 3 610 000 30 000 000 3 793 333
7,0 8,3 69,4 8,8
1 590 400 1 232 000 43 240 483
3,7 2,8 100,0
Tabel 18 menunjukkan bahwa pendapatan yang dimiliki pemilik usaha tiap bulannya berbeda-beda sesuai dengan jenis unit usaha yang dimilikinya. Pendapatan terbesar ditunjukkan unit usaha pondok wisata dengan rata-rata pendapatan Rp30 000 000 per bulan dengan proporsi sebesar 69,4%. Hal ini disebabkan sebagian besar wisatawan melakukan perjalanan melalui PT Ecolodge
56
yang merupakan biro perjalanan yang menyediakan penginapan, penjemputan dari bandara dan seluruh fasilitas yang diperlukan wisatawan saat melakukan perjalanan dari Bandara Raden Intan ke TNWK. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari perkalian rata-rata pendapatan unit usaha per bulan dengan jumlah unit usaha di Kawasan TNWK. Tabel 19 akan menunjukkan perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha. Unit usaha dibedakan menjadi dua tipe , yang pertama reguler dan occasional. Unit usaha reguler adalah unit usaha yang membuka usahanya setiap hari dari hari Senin hingga hari Minggu dan unit usaha ini memiliki bangunan yang permanen. Unit usaha occasional adalah unit usaha yang membuka usahanya cenderung di hari-hari tertentu saja seperti hari Sabtu hingga hari Minggu ataupun di hari libur nasional. Tabel 19 Dampak ekonomi langsung per bulan di Kawasan TNWK Unit usaha
Jumlah populasi unit usaha (c)
Rata-rata pendapatan (Rp/bulan/unit) (d)
Reguler Cinderamata 6 Warung makan 5 Pondok wisata 1 Warung makanan ringan 4 Occasional Cinderamata 1 Warung makan 7 Total keseluruhan (d) 24 Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Dampak ekonomi langsung (Rp) (e=c*d)
3 014 750 3 610 000 30 000 000 3 793 333
18 088 500 18 050 000 30 000 000 15 173 332
1 590 400 1 232 000 43 240 483
1 590 400 8 624 000 91 526 232
Dampak ekonomi langsung paling besar diperoleh oleh pondok wisata sebesar Rp30 000 000/bulan. Hal ini terjadi karena pondok wisata yang dikelola oleh PT Ecolodge tersebut memiliki tarif yang menyesuaikan dengan jenis wisatawan baik itu mancanegara dan nusantara. Bahkan PT Ecolodge memiliki standar pelayanan internasional yang membuat wisatawan nyaman berada di pondok wisata tersebut. Dampak ekonomi langsung di kawasan TNWK sebesar Rp91 526 232/bulan. 6.2.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan dan pendapatan tenaga kerja lokal di kawasan TNWK. Batas kawasan yang masuk dalam kawasan TNWK adalah unit usaha di dalam PKG
57
hingga Kecamatan Labuhan Ratu yang melewati jalan utama menuju TNWK. Data pengeluaran unit usaha kawasan wisata lainnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Pengeluaran unit usaha per bulan di dalam Kawasan TNWK
Jenis unit usaha
Jumlah populasi unit usaha (orang) (a)
Reguler Cinderamata Warung Makan Pondok Wisata Warung Makanan Ringan Occasional Cinderamata Warung Makan Total keseluruhan
Rata-rata pengeluaran dalam kawasan TNWK per bulan (Rp) Biaya Biaya Biaya Biaya pembelian pemeliharaan operasional kebutuhan input alat (d) pangan bahan (c) (e) baku (b)
Jumlah (Rp) (f=b+c+d+e)
Total pengeluaran di dalam kawasan (Rp) (a*f)
6 5 1 4
0 3 050 000 5 000 000 7 666 667
25 000 0 500 000 0
31 500 52 500 0 0
150 000 0 0 0
206 500 3 102 500 5 500 000 7 666 667
1 239 000 15 512 500 5 500 000 30 666 667
1 7 24
0 750 000
0 0
0 57 667
100 000 100 000
100 000 907 667
100 000 6 353 667 59 371 833
Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat 24 unit usaha di dalam Kawasan TNWK dengan jenis unit usaha reguler sebanyak 16 unit. Warung makanan ringan memiliki jumlah pengeluaran yang lebih besar di dalam kawasan. Hal tersebut karena warung makanan ringan di sekitar kawasan TNWK yang berada sekitar 100 meter dari Plang Ijo (pintu masuk TNWK) menjual berbagai jenis makanan ringan, minuman, rokok dan bahan bakar yang dijual secara eceran yang biasa dibeli oleh para pawang gajah, tenaga kerja di kawasan TNWK dan wisatawan. Tabel 21 Pengeluaran unit usaha per bulan di luar Kawasan TNWK
Jenis unit usaha
Reguler Cinderamata Warung Makan Pondok wisata Warung makanan ringan Occasional Cinderamata Warung makan Total keseluruhan
Jumlah populasi unit usaha (orang) (a) 6 5 1
Rata-rata pengeluaran di luar kawasan per bulan (Rp) Pembelian Biaya Biaya bahan transportasi listrik baku (c) (d) (b) 2 553 750 0 0
4 1 7 24
1 250 000 0
Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Jumlah (Rp) (e=b+c+d)
Total pengeluaran di luar kawasan (Rp) (a*e)
62 500 87 500 2 000 000
0 0 1 250 000
2 616 250 87 500 3 250 000
15 697 500 437 500 3 250 000
112 000
0
112 000
448 000
59 600 57 000
0 0
1 309 600 57 000
1 309 600 399 000 21 541 600
58
Pengeluaran unit usaha terbesar adalah unit usaha cinderamata adalah sebesar Rp15 697 500/bulan. Unit usaha ini membeli bahan baku cinderamata seperti baju, gelang, patung dan sebagainya berasal dari Bandung dan Bali. Hal ini terjadi karena bahan baku di Kabupaten Lampung Timur belum ada pengrajin ataupun usaha konveksi yang bisa memenuhi permintaan pihak unit usaha. Permintaan unit usaha yang belum terpenuhi tersebut bisa menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat lokal. Total keseluruhan pengeluaran unit usaha di luar kawasan sebesar Rp21 541 600/bulan. Dampak ekonomi tidak langsung tidak hanya dilihat dari pengeluaran unit usaha dalam kawasan wisata, tetapi juga melalui pendapatan tenaga kerja di kawasan TNWK yang bekerja secara langsung dalam kegiatan wisata. Penjumlahan antara total dari pengeluaran unit usaha di sekitar kawasan TNWK dan total pendapatan tenaga kerja merupakan total dampak ekonomi tidak langsung yang ditunjukkan Tabel 22. Tabel 22 Dampak ekonomi tidak langsung per bulan di Kawasan TNWK Tenaga Kerja (TK) unit usaha
Jumlah (populasi TK) (orang) (c)
Pendapatan TK (Rp) (d)
Total Pendapatan TK per bulan (Rp) (e=c*d)
Total pengeluaran unit usaha di dalam kawasan per bulan (Rp) (f)
2 1 0
1 500 000 700 000 0
3 000 000 700 000 0
1 239 000 15 512 500 30 666 667
4 239 000 16 212 500 30 666 667
2 1 1 1 1 1 1 2 2 1
1 584 000 1 800 000 2 500 000 1 600 000 1 900 000 1 500 000 2 000 000 1 500 000 1 584 000 5 000 000
3 168 000 1 800 000 2 500 000 1 600 000 1 900 000 1 500 000 2 000 000 3 000 000 3 168 000 5 000 000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 500 000
3 168 000 1 800 000 2 500 000 1 600 000 1 900 000 1 500 000 2 000 000 3 000 000 3 168 000 10 500 000
1. Cinderamata 2. Warung Makan
0 0
0 0
0 0
100 000 6 353 667
100 000 6 353 667
Total keseluruhan
16
Reguler 1. Cinderamata 2. Warung makan 3. Warung makanan ringan 4. Pondok Wisata a. House keeping b. Bendahara c. Guide d. Asisten juru masak e. Driver f. Petugas laundry g. Juru masak h. Tukang kebun i. Security j. Manager
Total dampak ekonomi tidak langsung (Rp) (g=e+f)
Occasional
Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
88 707 833
59
Dampak ekonomi tidak langsung terbesar pada Tabel 22, jika dijumlahkan dari tingkat total dampak ekonomi tidak langsung berasal dari unit pondok wisata sebesar Rp31 136 000/bulan. Pondok wisata adalah usaha yang paling banyak melakukan transaksi di kawasan TNWK. Salah satunya dalam membeli bahan baku makanan. Tenaga kerja di pondok wisata juga adalah masyarakat sekitar yang paling banyak bertransaksi di sekitar kawasan TNWK. Dampak ekonomi tidak langsung terkecil terdapat pada unit usaha cinderamata jenis occasional yakni sebesar Rp100 000/bulan karena pemilik unit usaha ini hanya mengeluarkan biaya konsumsi untuk membeli kopi di dalam Kawasan TNWK. 6.2.3 Dampak Ekonomi Lanjutan Proporsi pengeluaran tenaga kerja dalam memenuhi kebutuhan biaya pangan, kesehatan, transportasi, sekolah anak, dan biaya lainnya menjadi salah satu bagian dari dampak ekonomi lanjutan. Tabel 23 akan menunjukkan besaran proporsi pengeluaran tenaga kerja tersebut dan perhitungan lebih jelas ada pada Lampiran 11. Tabel 23 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di sekitar Kawasan TNWK
Tenaga Kerja
Proporsi rata-rata pengeluaran di sekitar TNWK (%) Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya pangan kesehatan transportasi sekolah lainnya anak
Total
1. Cinderamata
70,0
0,0
4,2
11,7
14,2
100,0
2. Warung makan
57,1
0,0
2,1
0,0
40,7
100,0
3. House Keeping
61,5
1,5
0,0
6,2
30,8
100,0
4. Bendahara
61,1
0,0
15,6
3,3
20,0
100,0
5. Guide
66,8
0,0
2,2
9,6
21,4
100,0
6. Asisten juru masak
45,6
3,1
3,8
7,5
40,0
100,0
7. Driver
73,2
2,6
0,0
12,6
11,6
100,0
8. Petugas Laundry
68,7
0,0
1,3
10,0
20,0
100,0
9. Juru masak
75,0
0,0
5,0
6,0
14,0
100,0
10. Tukang kebun
66,9
0,0
7,4
8,6
17,1
100,0
11. Security
66,3
0,0
0,6
11,6
21,4
100,0
12. Manager
20,0
0,0
0,8
4,8
6,0
31,6
0,6
3,6
7,7
21,4
94,3
61,2 Rata-rata Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
60
Proporsi rata-rata pengeluaran terbesar berdasarkan Tabel 23 adalah biaya pangan yang mencapai 61,5%, sedangkan besarnya proporsi rata-rata terbesar kedua adalah biaya lainnya sebesar 21,3%. Biaya lainnya tersebut adalah biaya pembelian sabun, dan biaya tak terduga lainnya seperti ada keluarga yang menikah dan sebagainya. Dampak ekonomi lanjutan adalah perkalian antara jumlah tenaga kerja, total pengeluaran dan proporsi pengeluaran tenaga kerja tersebut. Tabel 24 menunjukkan bahwa total dampak ekonomi lanjutan yang dihasilkan di Kawasan TNWK sebesar Rp25 632 000. Tabel 24 Dampak ekonomi lanjutan per bulan di sekitar Kawasan TNWK
Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja lokal (a)
1. Cinderamata 2. Warung makan 3. House Keeping 4. Bendahara 5. Guide 6. Asisten juru masak 7. Driver 8. Petugas Laundry 9. Juru masak 10. Tukang kebun 11. Security 12. Manager Total
2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 16
Total pengeluaran TK sekitar TNWK (b) (Rp) 3 000 000 700 000 2 984 000 1 800 000 2 500 000 1 600 000 1 400 000 1 900 000 1 500 000 2 900 000 3 084 000 1 580 000
Proporsi pengeluaran di sekitar TNWK (c) (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Dampak ekonomi lanjutan (d=b*c) (Rp) 3 000 000 700 000 2 984 000 1 800 000 2 500 000 1 600 000 1 900 000 1 500 000 2 000 000 2 900 000 3 168 000 1 580 000 25 632 000
Sumber : Hasil olahan data primer, 2016
6.2.4 Nilai Efek Pengganda Nilai efek pengganda atau Multiplier Effect adalah nilai yang mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan wisata. META (2001) menyebutkan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal dibedakan menjadi dua yakni Keynesian Local Income Multiplier Effect dan Ratio Income Multiplier. Pengertian Keynesian Local Income Multiplier Effect adalah nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Pengertian Ratio Income Multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan
61
dari pengeluaran wisatawan berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Data mengenai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan di TNWK dapat dilihat pada Tabel 25 dengan perhitungan di Lampiran 8. Tabel 25 Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan TNWK Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Nilai 4,16 1,97 2,25
Tabel 25 menunjukkan bahwa nilai Keynesian Income Multiplier di TNWK sebesar 4,16 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak terhadap ekonomi lokal sebesar 4,18 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,97 artinya setiap peningkatan 1 rupiah pada penerimaan unit usaha mengakibatkan peningkatan sebesar 1,97 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai Ratio Income Multiplier II sebesar 2,25 artinya setiap kenaikan 1 rupiah penerimaan unit usaha akan berpengaruh meningkatkan sebesar 2,25 rupiah pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, tenga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja. Nilai dari Keynesian Income Multiplier yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa dengan adanya Taman Nasional memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar (META 2001). Hal ini menjelaskan bahwa keberadaan TNWK memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dipertahankan agar masyarakat dapat terus merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata TNWK. Masyarakat lokal juga perlu menjaga kelestariaan sumber daya alam di TNWK yang merupakan modal utama dari ekowisata melalui manfaat ekonomi yang besar tersebut. 6.3
Strategi Pengelolaan Ekowisata TNWK Berbasis Masyarakat Analisis Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities dan Threats (SWOT)
digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan potensi ekowisata di TNWK. Pengelolaan TNWK tersebut harus melibatkan masyarakat dalam rangka mewujudkan misi TNWK yakni melindungi kawasan TNWK secara keseluruhan yang berfungsi sebagai
62
penyangga kehidupan (Balai TNWK 2016). Kekuatan dan kelemahan merupakan bagian dari faktor internal TNWK sedangkan peluang dan ancaman adalah faktor eksternal TNWK. Berikut penjelasan faktor internal dan eksternal TNWK. 6.3.1 Identifikasi Faktor Internal TNWK Faktor-faktor kekuatan (strenghts) internal TNWK di antaranya, potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal dalam dan luar negeri, dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik, kearifan masyarakat yang masih utuh, landscape desa yang bagus untuk wisata, hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki lima spesies unggulan, aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibu kota dan lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia. Berikut penjelasan faktor kekuatan internal TNWK: 1.
Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal dalam dan luar negeri TNWK memiliki spesies yang unik. Potensi alam ini sudah dikenal oleh beberapa negara lain termasuk Indonesia melalui berbagai media salah satunya internet. Informasi mengenai TNWK tersebut diperkenalkan melalui internet oleh biro perjalanan. Potensi alam inilah merupakan salah satu kekuatan TNWK dalam mengembangkan kegiatan ekowisata.
2.
Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik Beberapa masyarakat desa penyangga yang ada di sekitar TNWK sudah melihat potensi alam yang ada di TNWK sebagai daya tarik utama bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Ada sekitar empat desa penyangga yang telah merintis desanya untuk dijadikan desa wisata sebagai destinasi sekunder bagi wisatawan yang datang yakni desa Braja Yekti, Braja Harjosari, Labuhan Ratu 7 dan Labuhan Ratu 9. Tiga desa yakni Desa Braja Yekti, Labuhan Ratu 7 dan Labuhan Ratu 9 secara resmi menjadi desa wisata sejak Tahun 2015, kemudian pada Tahun 2016, desa wisata bertambah satu yakni Desa Braja Harjosari. Beberapa kegiatan wisata yang sudah dirintis dan terus dikembangkan adalah seni dan budaya, agrowisata, peternakan dan perikanan.
63
3.
Kearifan masyarakat yang masih utuh Etnis penduduk di sekitar kawasan TNWK merupakan campuran dari suku asli Lampung, dan pendatang dari berbagai tempat, yaitu: Jawa, Bali, Sunda dan Sumatera Selatan yang datang melalui program transmigrasi. Mereka telah berkembang pesat dan berbaur membentuk masyarakat desa yang multi etnik. Kearifan lokal yang ada di masyarakat desa wisata berupa kegiatan bertani, kesenian, kerajinan tangan, makanan khas dari masyarakat setempat, gotong royong, solidaritas, keramahtamahan dan toleransi, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Kearifan masyarakat dari muti etnik tersebut menjadikan masyarakat yang harmonis
menjadikan
kekuatan
yang
dimiliki
TNWK
dalam
mengembangkan kegiatan ekowisata berbasis masyarakat. 4.
Landscape desa yang bagus untuk wisata Landscape desa khususnya desa wisata relatif datar sampai sedikit bergelombang. Hal tersebut membuat wisatawan dari anak-anak hingga dewasa bisa mengunjungi desa wisata. Menurut Wakyudi et al. (2015), kondisi landscape dapat mendukung aktivitas pemanfaatan jasa lingkungan terutama jasa wisata di kawasan wisata. Kekuatan ini menjadi salah satu faktor internal bagi TNWK.
5.
Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki lima spesies unggulan TNWK pada umumnya memiliki topografi yang relatif datar sampai dengan sedikit bergelombang di bagian barat kawasan dengan ketinggian 0 – 50 mdpl. Lokasi yang mempunyai ketinggian 50 meter di atas permukaan laut adalah sekitar Kecamatan Purbolinggo. Pada bagian timur kawasan merupakan daerah lembah yang terpotong oleh sungai-sungai yang menyebabkan
terbentuknya
topografi
bergelombang.
Topografi
ini
didukung pula dengan adanya antara lain Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephans maximus), tapir (Tapirus indicus), beruang madu (Helarctos malayanus), yang kelima spesies tersebut berada di TNWK. 6.
Aksesibilitas yang realtif mudah dijangkau dari pusat ibu kota
64
Kawasan TNWK berjarak sekitar 30 km ke arah Timur dari ibu kota Kabupaten Lampung Timur, Sukadana, sedangkan dari ibu kota Lampung Tengah, Gunung Sugih, berjarak sekitar 60 km ke arah Timur. Jarak dari ibu kota Provinsi, Bandar Lampung sekitar 125 km ke arah Timur Laut. Lokasi TNWK mudah dicapai dari segala arah dengan fasilitas jalan dalam kondisi cukup baik. Jika dari pelabuhan penyebrangan Bakauheni dapat menempuh jalan nasional lintas timur Sumatera dengan rute Bakauheni-Labuhan Meringgai-Way Jepara-TNWK, sedangkan waktu tempuh dari bandara Raden Intan sekitar dua jam menuju TNWK atau berjarak sekitar 114 km. Akses yang mudah dikunjungi ini menjadikan kekuatan bagi TNWK. 7.
Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia Menurut Olah dan Simay (2007), TNWK merupakan salah satu tempat terbaik untuk kegiatan pengamatan burung. Olah dan Simay (2007) juga menyebutkan bahwa TNWK adalah tempat terbaik di Asia untuk mengamati burung malam sepert jenis frogmouth, burung hantu dan nightjar. TNWK juga tercatat lebih dari 320 spesies burung hidup di kawasan ini. Burung langka yang paling diinginkan untuk dilihat yaitu mentok rimba (Cairina scutulata), serta berbagai jenis burung seperti storm stork (Ciconia stormi), rangkong (Bucerotidae), bangau tontong (Leptoptilos javanicus), kuau (Argusianus argus) dan raja udang (Halcyon funebris) dan sebagainya. Faktor kelemahan (weaknesses) TNWK meliputi tujuh kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain kondisi beberapa infrastruktur dan fasilitas rusak, guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya, promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK, jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit, jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya satu travel agent, dana yang belum memadai dalam pengembangan desa wisata di sekitar TNWK dan beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses (contoh Resort Wako dan hutan mangrove). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kelemahan dari TNWK:
65
1.
Kondisi beberapa infrastruktur dan fasilitas rusak Beberapa bangunan yang ada di kawasan TNWK maupun sarana prasarana penunjang pengamanan hutan dalam kondisi rusak. Gedung pos jaga permanen dan semi permanen saat ini dalam kondisi rusak (Balai TNWK 2016). Padahal bangunan-bangunan ini sangat penting bagi pawang dan polisi hutan saat melakukan jaga malam. Ini menjadi salah satu kelemahan yang ada di TNWK.
2.
Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya Kedatangan wisatawan mancanegara ke TNWK harus didukung oleh tersedianya guide yang mampu berbahasa asing terutama Bahasa Inggris dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil survei di lapang beberapa wisatawan mancanegara yang datang tanpa membawa guide mengalami kesulitan untuk mengerti beberapa informasi yang ada di lokasi wisata seperti PKG. Hal ini menjadi kelemahan yang sangat merugikan bagi keberlanjutan wisata di TNWK.
3.
Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK Saat ini promosi yang dilakukan oleh pihak Balai TNWK melalui website resmi TNWK tidak ada. Padahal promosi yang dilakukan pihak Balai TNWK dapat memberikan informasi sumberdaya alam yang ada dan kegiatan ekowisata yang dapat dilakukan di TNWK. Informasi tersebut sangatlah penting bagi seseorang yang hendak melakukan perjalanan wisata terutama yang berasal dari negara lain. Kelemahan ini menjadi bukti bahwa TNWK harus memperhatikan lebih lanjut mengenai promosi wisata.
4.
Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit Kualitas tenaga kerja di TNWK terutama pawang gajah saat ini perlu ditingkatkan. Profesionalitas juga dituntut dalam menghadapi wisatawan yang datang terutama dari luar negeri. Pelayanan terbaik dari seluruh staff yang ada menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan saat kedatangan wisatawan. Hal tersebut menjadi bagian penting yang saat ini menjadi kelemahan di TNWK.
66
5.
Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya ada satu travel agent Saat ini travel agent yang ada di Kabupaten Lampung Timur menjual paket wisata ke TNWK yang cukup lengkap dengan fasilitas hanya PT Ecolodge. Hal ini menunjukkan bahwa masih sedikit travel agent yang fokus dalam menjual paket wisata terutama bagi kegiatan ekowisata yang ada di TNWK. Kelemahan ini perlu diatasi lebih lanjut agar ekowisata di TNWK dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
6.
Dana yang belum memadai dalam pengembangan desa wisata di sekitar TNWK Pengembangan desa wisata perlu didukung dengan adanya dana yang memadai. Hal ini perlu ditindak lanjuti lebih serius karena kelestarian satwa dan alam di TNWK perlu tetap untuk dijaga melalui kerjasama pihak masyarakat sekitar. Kelemahan ini harus menjadi perhatian yang cukup serius agar ekosistem TNWK tetap terjaga.
7.
Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses Saat ini beberapa lokasi belum dikembangkan untuk kegiatan wisata. Aksesibilitas ke beberapa lokasi seperti Resort Wako dan hutan mangrove masih sangat sulit untuk dijangkau. Padahal Resort Wako memiliki potensi berupa daerah rawa yang cukup luas, dapat dijumpai jenis gelam (Melaleuca leucadendron), pulai (Alstonia scholaris), mahang (Macaranga sp), rengas (Gluta renghas), serdang/sadeng (Livistonia rotundifolia), merbau (Instia palembanica), aren (Arenga pinanga), Metroxylon elatum), Sclaria purpurensis). Potensi hutan payau atau mangrove terletak di sekitar pantai di mana terdapat salinasi/pergantian air laut dan tawar. Hutan mangrove terletak di sepanjang pantai timur yang berbatasan dengan laut jawa. Jenis flora yang ada di hutan mangrove antara lain dari kelompok rizophora dan bruguiera. Hal ini menjadi kelemahan bagi TNWK padahal lokasi tersebut menarik bagi kegiatan ekowisata.
6.3.2 Analisis Matriks IFE Matriks IFE adalah salah satu tahap pengelompokkan hasil identifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang ada di TNWK. Responden dalam analisis
67
ini yakni tujuh orang key person yakni Kepala SPTN Wilayah 1, SPTN Wilayah 3, Kepala Desa Braja Harjosari, Perwakilan dari Kepala Desa Labuhan Ratu 9, Manager PT Ecolodge, Manager Alert dan Ketua LSM Yayasan Pemberdayaan Masyarakat (Yapeka). Tabel 26 menunjukkan hasil analisis matriks IFE. Tabel 26 Matriks IFE TNWK No
Faktor Strategis Internal
Kekuatan 1 Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal luas dalam dan luar negeri 2 Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik 3 Kearifan lokal yang masih utuh 4 Landscape desa yang bagus untuk wisata 5 Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki lima spesies unggulan yakni harimau, gajah, tapir, beruang, terutama Badak Sumatera 6 Aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibu kota 7 Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia Kelemahan 1 Kondisi beberapa infrastruktur dan fasilitas rusak 2 Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya 3 Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK 4 Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit 5 Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya ada satu travel agent 6 Dana yang belum memadai dalam pengembangan desa wisata di sekitar TNWK 7 Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses Total Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Rating (b)
Skor Total (c) (c=a*b)
4,00
0,23
3,71
0,26
0,08 0,09
3,57 3,57
0,29 0,31
0,04
4,00
0,18
0,08
3,71
0,30
0,06
4,00
0,23
0,06
1,14
0,06
0,08
1,29
0,10
0,06
1,29
0,08
0,08
1,43
0,12
0,08
1,57
0,12
0,08
1,43
0,12
0,09
1,43
0,13
Bobot (a)
0,06 0,07
1,00
2,52
Hasil analisis dalam Tabel 26 menunjukkan bahwa faktor internal terpenting agar pengelolaan ekowisata yang berbasis masyarakat adalah landscape desa yang bagus untuk wisata. Skor total dari kekuatan TNWK ini menjadi faktor internal kekuatan utama sedangkan yang menjadi kelemahan utama TNWK adalah beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses. Kelemahan ini memiliki skor total sebesar 0,13.
68
6.3.3 Identifikasi Faktor Eksternal TNWK Faktor eksternal TNWK terdiri dari peluang dan ancaman. Beberapa peluang yang ada di TNWK dan desa penyangga yaitu; program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 pemerintah kabupaten dan provinsi; aktivitas mentok rimba, gajah, dan satwa lain area pinggir TNWK; adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung antara masyarakat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK; pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK; adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK; adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendukung kegiatan desa wisata;
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai
perantara
pengalokasian dana pemerintah pusat kepada desa wsiata dari Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJMDes); keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata; peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata. Berikut adalah penjelasan masing-masing peluang :
1.
Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 pemerintah kabupaten dan provinsi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, dan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, telah dan sedang mengembangkan visi untuk mewujudkan kesejahteraan
dan
kualitas
hidup
masyarakat
Indonesia
dengan
menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Program pariwisata ini menjadi program ke-4. Ini menjadi peluang bagi TNWK dan desa sekitar dalam pengelolaan wisata. 2.
Aktivitas mentok rimba, gajah liar dan satwa lain area pinggir TNWK Beberapa satwa liar yang ada di TNWK melakukan aktivitas sepanjang hari tidak hanya di dalam kawasan tetapi juga luar kawasan. Salah satu primadona satwa liar yang dicari oleh wisatawan mancanegara dan domestik dalam aktivitas wisata mereka adalah pengamatan mentok rimba di pinggir Kawasan TNWK. Wisatawan biasanya melakukan aktivitas pengamatan di
69
sekitar desa penyangga yang menjadi lokasi adanya aktivitas mentok rimba, gajah liar, dan satwa lainnya. 3.
Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung antara masyarakat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK Aliansi Lestari Rimba Terpadu (Alert) adalah pendiri Tim Ekowisata Way Kambas (TEWK). Tim ini dibentuk Tahun 2008 yang ditunjuk sebagai tim kerja yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan tersebut dengan menyiapkan informasi/data, sumber daya manusia dan konsepkonsep pengembangan wisata lingkup Balai TNWK. TEWK juga dibentuk menjadi penghubung kegiatan wisata di TNWK dan desa wisata agar TNWK sebagai destinasi utama dan desa wisata menjadi destinasi sekunder.
4.
Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK TNWK memiliki beberapa lokasi yang belum diakses oleh wisatawan. Bahkan berbagai kegiatan konservasi seperti SRS hingga saat ini sangat sulit untuk diakses oleh wisatawan. Hal ini menjadi salah satu peluang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya agar kegiatan ekowisata di TNWK dapat dikelola lebih baik lagi melalui pemanfaatan media sosial. Peran media sosial dalam menggerakkan aspirasi bisa menjadi awal yang baik bagi sistem pengelolaan di TNWK yang masih dalam pembenahan agar pihak-pihak terkait khususnya, pemerintah pusat dapat memberikan perhatian yang lebih dalam mengatasi masalah yang terjadi.
5.
Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK Potensi dan respon dari kepala desa hingga masyarakat desa untuk mewujudkan adanya desa wisata saat ini sudah cukup baik. Hal ini terlihat dengan sudah adanya empat desa wisata yang sedang terus dikembangkan di sekitar TNWK. Masyarakat desa wisata tersebut memiliki berbagai kemampuan yang bisa dimanfaatkan agar terbentuknya desa wisata. Beberapa kemampuan masyarakat desa wisata yang saat ini ada dan terus dikembangkan seperti bertani, berkebun, berternak, bahkan kemampuan
70
berbahasa Inggris yang dimanfaatkan sebagai guide saat wisatawan mancanegara datang ke desa wisata. 6.
Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendukung kegiatan desa wisata Salah satu program nasional adalah Pokdarwis sebagai lembaga menggerakkan masyarakat desa untuk meningkatkan sadar wisata. Pokdarwis di Desa Labuhan Ratu 9 dibentuk Tahun 2015 sedangkan di Desa Braja Harjosari dibentuk Tahun 2016. Tugas dan fungsi Pokdarwis sebagai motivator, penggerak serta komunikator dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian masyarakat terkait kepariwisataan. Saat ini Pokdarwis di kedua desa telah berperan sebagai penggerak bagi kegiatan wisata melalui berbagai forum di desa seperti Forum Grup Discussion (FGD) Community Development pada Bulan Maret 2016 yang dilakukan oleh Staff Ahli Gubernur Bidang Pembangunan, Kepala Badan Pemerintah Daerah, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kepala Dinas Kehutanan dan Kepala Dinas Kominfo. Pokdarwis berperan dalam FGD tersebut dalam menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi khususnya, penyediaan kostum Kesenian Reog Ponorogo dalam kondisi rusak.
7.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai perantara pengalokasian dana dari pemerintah pusat kepada desa wsiata dari Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Dana yang dibutuhkan setiap desa peyangga untuk membangun desa wisata cukup besar. Pengalokasian dana RPJMDes oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa bisa melalui penetapan melalui terbentuknya BUMDes. Hal ini mewajibkan masyarakat desa harus membentuk BUMDes agar dana desa wisata dapat tersalurkan.
8.
Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata Peluang bagi pihak swasta sangatlah besar dalam membantu setiap desa penyangga untuk mewujudkan desa wisata. Kerja sama antara pihak swasta dan masyarakat desa sangat diperlukan terutama dalam proses pendanaan. Hal lainnya yang diperlukan yakni pengelolaan yang baik dan adil dalam kerja sama yang akan dilakukan tersebut.
71
9.
Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata Masyarakat desa wisata perlu menyadari pentingnya konservasi di TNWK. TNWK sebagai magnet utama bagi para wisatawan yang datang, sedangkan desa wisata sebagai destinasi sekunder bagi wisatawan tersebut. Hal ini menjadikan peluang akan adanya peningkatan pelestarian dan keberlanjutan ekosistem TNWK. Faktor eksternal TNWK lainnya adalah ancaman. Ancaman-ancaman yang
ada di TNWK dan desa wisata menjadi faktor-faktor yang penting untuk diperhatikan. Ancaman-ancaman tersebut antara lain: 1.
Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar Satwa liar yang masuk seperti gajah liar dan satwa lainnya sering melakukan aktivitas malam hari untuk mencari makan. Satwa-satwa tersebut biasa datang secara berkelompok dan merusak lahan perkebunan yang berbatasan dengan kawasan. Padahal adanya batasan seperti kanal yang dibuat untuk menghalangi gajah masuk desa dan mampu dilewati oleh satwa liar tersebut. Hal ini menjadi ancaman besar bagi petani yang mengharuskan petani untuk menginap di kebun masing-masing untuk menjaga lahannya.
2.
Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang Masyarakat desa penyangga yang memiliki budaya multi etnik dan menarik perlu tetap dijaga dan dilestarikan. Ini merupakan bagian dari daya tarik wisata bagi desa wisata yang akan dituju oleh wisatawan terutama wisatawan
mancanegara.
Namun
hal
yang
dikhawatirkan
adalah
terganggunya kearifan lokal masyarakat tersebut bila ada pengaruh negatif dari wisatawan yang datang ke desa wisata. Beberapa jenis potensi pengaruh negatif yang dikhawatirkan adalah keramahtamahan, toleransi bahkan penghormatan pada yang lebih tua atau etika berkomunikasi kepada orang yang lebih tua. 3.
Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya Salah satu kekhawatiran dengan adanya pihak swata adalah ketika kerja sama antara masyarakat dan swasta tidak berjalan dengan baik. Hal ini
72
mengharuskan perlu adanya aturan yang jelas sebelum kerja sama terjalin antara kedua pihak sehingga investor dan masyarakat lokal bersama-sama mewujudkan desa wisata. 4.
Adanya perburuan liar, illegal logging dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia Keberadaan TNWK yang memiliki potensi sumber daya alam yang beranekaragam dan bernilai jual tinggi menjadi perhatian bagi masyarakat sekitar. Beberapa aktivitas yang mengganggu kawasan hutan di TNWK seperti illegal logging. Bahkan perburuan satwa liar seperti babi hutan, rusa dan satwa lain menjadi aktivitas yang mengancam ekosistem di TNWK.
6.3.4 Analisis Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman utama bagi terbentuknya ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat. Hasil dari analisis EFE ini menggambarkan sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal berpengaruh terhadap kegiatan ekowisata. Analisis EFE diperoleh melalui nilai bobot dan rating berdasarkan hasil wawancara dengan key person. Bobot adalah rata-rata penilaian responden terhadap seluruh faktor-faktor strategis eksternal. Rating adalah penilaian responden dalam menentukan pengaruh mana yang besar dari faktor-faktor eksternal tersebut terhadap ekowisata di TNWK terdapat pada Tabel 27.
73
Tabel 27 Matriks EFE TNWK No
Faktor-faktor Strategis Eksternal
Peluang 1 Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 pemerintah kabupaten dan provinsi 2 Aktivitas mentok rimba, gajah liar, dan satwa lain area pinggir TNWK 3 Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung antara masyarakat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK 4 Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK 5 Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK 6 Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendukung kegiatan desa wisata 7 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai perantara pengalokasian dana dari pemerintah pusat kepada desa wsiata dari Rencana Program Jangka Menengah Desa (RPJMDes) 8 Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata 9 Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata Ancaman 1 Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar 2 Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang 3 Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya 4 Adanya perburuan liar, illegal logging, dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia Total Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
Bobot (a)
Rating (b)
Skor Total (c) (c=a*b)
0,08
2,29
0,17
0,08
2,00
0,15
0,08
3,00
0,23
0,09
2,14
0,19
0,07
2,71
0,19
0,07
2,71
0,19
0,06
2,43
0,15
0,09 0,07
2,29 2,86
0,20 0,20
0,06
3,14
0,20
0,10
2,29
0,23
0,09
2,00
0,18
0,06
1,29
0,07
1,0
2,37
Matriks EFE menunjukkan bahwa faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari sembilan peluang dan empat ancaman. Faktor strategis eksternal peluang yang paling berpengaruh adalah adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung antara masyarakat desa dengan skor bobot sebesar 0,23. Ancaman terbesar berasal dari kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang skor bobot yang sama yaitu sebesar 0,23. Total skor bobot faktor strategis eksternal diperoleh sebesar 2,37 yang menunjukkan posisi eksternal yang cukup kuat karena lebih dari 2,00.
74
6.3.5 Matriks IE Matriks Internal-Eksternal (IE) adalah alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokkan dalam merumuskan strategi. Strategi tersebut berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal TNWK. Total skor bobot EFE pada matriks IE merupakan sumbu X sedangkan total skor boobot IFE merupakan sumbu Y. Hasil skor total bobot matriks IFE sebesar 2,52, sedangkan hasil skor total matriks EFE sebesar 2,37. Skor tersebut menunjukkan bahwa besarnya pengaruh internal bagi pengembangan ekowisata di TNWK. Hasil pemetaan matriks IE menempatkan TNWK berada pada sel V. Sel tersebut menunjukkan bahwa kegiatan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat berada pada kondisi hold and maintain atau pelihara dan pertahankan. Berikut adalah gambar matriks IE untuk kegiatan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat: Bobot Skor IFE Kuat 4.0 Tinggi
3.0
Sedang
2.0
Rendah
1.0
Bobot Skor EFE
Sedang 3.0
Grow and Build (I) Grow and Build (IV)
Lemah 2.0
Grow and Build (II)
Hold and Maintain (V)
1.0 Hold and Maintain (III) Harvest and Divest (VI)
Hold and
Harvest and Divest
Harvest and
Maintain (VII)
(VIII)
Divest (IX)
Sumber : Hasil olahan data primer, 2016
Gambar 4 Matriks IE kegiatan ekowisata TNWK berbasis masyarakat Sel V ini menunjukkan bahwa strategi yang umumnya diterapkan oleh pengelola TNWK dan masyarakat desa wisata adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar dilakukan melalui peningkatan jumlah penjualan produk dan jasa yang sudah ada seperti adanya TEWK yang menghubungkan wisatawan ke TNWK untuk berkunjung ke wisata desa. Kegiatan wisata yang ada di Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Braja Harjosari seperti kesenian budaya setempat dan agrowisata menjadi wisata yang bisa dijadikan pilihan bagi wisatwan. Promosi yang menjadi bagian yang penting dalam penetrasi pasar di desa wisata. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai media
75
seperti media elektronik, media massa dan adanya leaflet atau booklet. Pengembangan paket wisata bertujuan untuk meningkatkan penjualan produk dan jasa wisata dengan memodifikasinya. Strategi yang dapat diterapkan yaitu membuat produk/jasa baru yang memiliki ciri khas tersendiri. Setiap desa wisata bisa melakukan pengemasan paket wisata sesuai dengan daya tarik wisata masing-masing desa. Desa Labuhan Ratu 9 dapat memanfaatkan aktivitas di pinggir kawasan TNWK untuk dikemas menjadi paket wisata yang unik di desa ini bahkan adanya pembuatan pupuk biogas menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Desa Braja Harjosari dapat mengemas paket wisata agrowisata dan keseniaan budaya Bali menjadi paket wisata yang unit dan menarik. Matriks IE menghasilkan strategi yang umum sehingga perlu dilengkapi matriks SWOT. Matriks SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang lebih spesifik. Strategi yang lebih spesifik ini diharapkan mampu membantu pengelola TNWK dan masyarakat desa dalam menciptakan kegiatan ekowisata yang berbasis masyarakat. 6.3.6 Analisis Matriks SWOT Analisis matriks SWOT merupakan pencocokkan empat strategi utama. Keempat strategi tersebut adalah strategi SO (Strengths-Oppurtunities), strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities), strategi ST (Strenghts-Threats), strategi WT (Weaknesses-Threats). Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari hasil matriks IFE-EFE sebelumnya. Berikut adalah penjelasan matriks SWOT dengan berdasarkan berbagai strategi pengelolaan ekowisata di TNWK berbasis masyarakat dengan matriks SWOT terdapat di Tabel 28: 1.
Strategi SO Strategi SO ini bertujuan untuk memanfaatkan kekuatan internal TNWK
dan desa untuk menarik wisatawan dari peluang eksternal yang ada. Berikut adalah berbagai strategi SO:
76
a.
Pengembangan potensi wisata di sekitar Kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerjasama dengan investor. LSM Yapeka yang ada di TNWK menyebutkan bahwa ada tiga desa yang
telah berkembang menjadi desa binaan. Desa-desa tersebut terdiri dari Desa Braja Yekti, Labuhan Ratu 9 dan Labuhan Ratu 7. Ketiga desa didirikan pada Tahun 2015. Berikut adalah perkembangan dan capaian kelompok desa wisata tersebut pada tahun pertama dan kedua: Tabel 28 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata tahun pertama Desa Braja Yekti
Nama Kelompok Pesona Yekti dikukuhkan melalui SK Dinas Pariwisata Lampung Timur sebagai Pokdarwis Labuhan Ratu 9 Siwo Indah Lesatari, dikukuhkan melalui SK Dinas Pariwisata Lampung Timur sebagai Pokdarwis Labuhan Ratu 7 Gerbang Way Kambas, dikukuhkan melalui SK Dinas Pariwisata Lampung Timur sebagai Pokdarwis Sumber: Yayasan Pemberdayaan Masyarakat, 2016
Kegiatan Wisata desa, budaya dan alam Wisata desa, budaya dan alam Wisata desa, budaya dan alam
Perkembangan Anggota 15 orang, homestay dengan 13 kamar dan 2 orang pemandu Anggota 19 orang, homestay dengan 8 rumah dengan 8 kamar dan 2 orang pemandu Anggota 12 orang, homestay dengan 1 rumah dengan 3 kamar dan 1 orang pemandu
Capaian dan perkembangan kegiatan pertanian di tiga desa ini menjadi bagian penting dari kinerja LSM Yapeka. Desa Labuhan Ratu 9 adalah desa yang cukup baik dalam perkembangannya. Hal ini disebabkan karena kaum elit dari desa bisa bekerja sama dengan baik dengan masyarakat desa. Masyarakat desa ikut terlibat melalui keberadaan homestay yang dikelola. Pemandu di Desa Labuhan Ratu 9 mengutamakan pelayanan yang baik dan profesional, namun pemandu wisata ini masih dalam jumlah sedikit dan masih kurang dalam berbasa asing terutama berbahasa Inggris. Tiga desa ini menjadi contoh bagi desa lainnya untuk ikut membangun desanya. Ada desa lain yang saat ini sedang dirintis dengan model wisata yang hampir sama yakni desa Braja Harjosari. Desa lainnya ikut ambil bagian karena telah melihat beberapa capaian yang telah dilakukan oleh ketiga desa ini. Tabel 29 menunjukkan perkembangan dan capaian ketiga desa di tahun kedua.
77
Tabel 29 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata tahun kedua Desa
Nama kelompok 1. Karya Mukti
Kegiatan Pertanian sawah, pekarangan, hortikultura dan demplot biogas.
2.
Pertanian pekarangan, hortikultura
Braja Yekti
Labuhan Ratu 9
1. Sidomakmur IX
2.
Labuhan Ratu 7
Mentari
Sidomakmur V
sawah, dan
Menanam pekarangan tanaman hortikultura dan demplot biogas Menanam pekarangan tanaman hortikultura
3. Sidomakmur I
Menanam pekarangan tanaman hortikultura
4.
KWT (Kelompok Wanita Tani)
1.
Sinar Rahayu
Menanam pekarangan tanaman hortikultura, bersama kelompok Sidomakmur 9 Lahan Pekarangan tanaman hortikultura
Fasilitas yang berkembang Anggota 60 orang, membuat kompos, menanam kebun pekarangan menggunakan polibag dan memupuk sawah dan sayuran di kebun dengan menggunakan pupuk bio slurry. Anggota 25 orang, membuat kompos, menanam kebun pekarangan menggunakan polibag menggunakan pupuk bio slurry. Anggota 15 orang, membuat kompos, menanam kebun pekarangan menggunakan polibag dan pupuk bio slurry. Anggota 24 orang, membuat demplot sayuran dan menanam kebun pekarangan menggunakan polibag dan memupuk pupuk bio slurry. Membuat demplot sayuran dan menanam kebun pekarangan menggunakan polibag dan memupuk pupuk bio slurry. Demplot sayuran dan menanam kebun pekarangan menggunakan polibag menggunakan pupuk bio slurry. Anggota 27 orang, membuat kompos demplot biogas. Demplot sayuran dan menanam kebun pekarangan menggunakan polibag menggunakan pupuk bio slurry
Sumber: Yayasan Pemberdayaan Masyarakat, 2016
Perkembangan dan capaian desa di ketiga desa pada tahun kedua lebih banyak dibidang pertanian. Pembinaan tanaman pertanian dengan menggunakan pupuk bio slurry. BIRU (2015) menjelaskan bahwa bio slurry atau ampas biogas adalah produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Bio slurry cair dan padat dikelompokkan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budi daya. Masyarakat desa juga melakukan kegiatan ekonomi lainnya yang dijadikan potensi wisata seperti kesenian dan perikanan. Pertunjukkan kesenian yang dilakukan tiap desa disesuaikan dengan budaya yang ada di tiap desa contohnya Desa Labuhan Ratu 9 dengan kesenian Reog Ponorogo dan sebagainya.
78
Perkembangan dan capaian desa di bidang perikanan akan disajikan pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30 Perkembangan dan capaian kelompok desa wisata bidang perikanan Desa
Nama kelompok
Braja Yekti
Harapan Maju
Kegiatan
Fasilitas yang berkembang
Pembesaran lele, Anggota 10 orang, pembesaran gurame, membesarkan ikan lele dan pemijahan lele. gurame di kolam terpal dan kolam tanah, memiliki kemampuan memijahkan lele tetapi tidak memiliki sarana pemijahan. Anggota 10 orang, Labuan Ratu 9 Sumber Rejeki Pembesaran lele membesarkan lele di kolam terpal, kolam semen dan kolam tanah. Pembesaran lele di Anggota 16 orang, telah Sinar Tangkuban Labuan Ratu 7 kolam terpal dan kolam berhasil beberapa kali Perahu tanah panen. Sumber: Yayasan Pemberdayaan Masyarakat, 2016
Beberapa perkembangan dan capaian potensi wisata di sekitar TNWK melalui desa wisata perlu didukung dengan investor. Modal dana dalam membangun desa wisata menjadi salah satu masalah yang masyarakat desa hadapi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat desa wisata perlu bekerja sama dengan investor dalam pendanaan. Salah satu desa yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dari segi modal adalah Desa Labuhan Ratu 9 yang merupakan desa yang dilalui oleh wisatawan saat memasuki TNWK. Desa ini tepat berada di depan pintu masuk TNWK (Plang Ijo) sehingga cukup strategis dan mudah dijangkau. Masyarakat desa ini juga telah memiliki perkembangan yang cukup baik terlihat dari jumlah homestay yang terbanyak dimiliki oleh desa ini, kelompok yang terbentuk melibatkan pria dan wanita. Adanya aktivitas mentok rimba, gajah liar, dan satwa lainnya yang ada dipinggir kawasan TNWK bisa dijadikan paket kegiatan ekowisata desa sehingga konflik satwa liar dan masyarakat desa bisa teratasi. Pemanfaatan aktivitas satwa liar tersebut sebagai kegiatan ekowisata desa menjadi salah satu pengembangan potesni wisata desa sehingga desa wisata semakin terlibat dalam upaya konservasi TNWK.
79
b.
Pelibatan desa penyangga melalui program Sapta Pesona dan adanya dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi Strategi ini menjelaskan bahwa desa wisata tidak terbentuk atas unsur
sekelompok orang saja namun diperlukan kerjasama berbagai pihak. Menurut Dewi et al. (2013) perlu adanya jaminan bahwa masyarakat harus terlibat melalui sebuah model yang bisa menjadi salah satu referensi dalam pengembangan desa wisata. Berikut adalah model pengembangan berbasis partisipasi masyarakat:
Pengembangan Desa Wisata Berdasarkan THK (Tri Hita Karana))
Pemerintah
a. b. c. d. e.
Swasta - LSM - PT
Masyarakat Lokal
a. b. c. d.
Panduan Pengembangan Organisasi Penyuluhan dan advokasi Pengawasan dan evaluasi Pendananan
Teknik Pemanduan Wisata Hospitality Pembinaan Kesenian Pelatihan Manajemen Pemasaran
e. Dan Lain-lain
a. b. c. d.
Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengawasan
Badan Pengelola
a. b. c. d. e. f.
Kelompok Sadar Wisata
Kelompok Seni Pertunjukan
Kelompok Perdagangan
Unsur Desa Wisata Unsur Desa Dinas LPM Pecalang Sekaa Teruna Teruni Kelompok Seni
Kelompok Hiburan
Kelompok Akomodasi
Sumber : Dewi et al, 2013
Gambar 5 Model pengelolaan sumberdaya pariwisata berbasis partisipasi masyarakat Model tersebut menunjukkan bahwa peran dan kewenangan pemerintah pusat dan daerah, yaitu: 1. Melakukan pembinaan kualitas produk kemasan kerajinan dan kuliner khas desa sebagai unsur kenangan wisata
80
2.
Melakukan penataan dan konservasi lingkungan fisik
3.
Melakukan perbaikan/pengadaan infrastruktur persampahan, sanitasi
4.
Melakukan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta pesona
5.
Melakukan pembuatan informasi dan fasilitas kepariwisataan
6.
Melakukan perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian, dan landscape desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona dukungan pemberdayaan Pokdarwis dalam pelestarian lingkungan pariwisata (kawasan hutan dan sawah).
Pelibatan desa penyangga sekitar TNWK berdasarkan model yang dibangun oleh Dewi et al.(2013) adalah dengan mewujudkan Sapta Pesona. Program Sapta Pesona yang merupakan program pemerintah yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan menunjukkan pelibatan seluruh masyarakat agar desa wisata terus menarik minat wisatawan berkunjung. Dukungan pemerintah pusat dan daerah kepada desa penyangga diperlukan dalam mewujudkannya. TNWK sudah memiliki TEWK yang didirikan oleh LSM. Forum ini diharapakan menjadi penghubung antar kegiatan ekowisata di TNWK dan desa wisata. Forum ini juga bisa bersinergi dengan peran pemerintah tersebut dalam menggerakkan masyarakat lokal untuk semakin berpartisipasi aktif khususnya terlibat dalam pembinaan kualitas produk kemasan kerajinan dan kuliner khas desa sebagai unsur kenangan wisata. c.
Peningkatan kesadaran wisata melalui Pokdarwis melalui kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat Masyarakat desa yang pada umumnya memiliki berbagai macam
kebudayaan yang unik menjadi kekuatan utama bagi masyarakat. Menurut Ernawi (2009) kearifan lokal adalah perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya, yang dapat bersumber dari nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Kearifan lokal yang ada di masyarakat desa wisata berupa kegiatan bertani, kesenian, kerajinan tangan, makanan khas dari masyarakat setempat, gotong royong, solidaritas, keramahtamahan dan toleransi, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan terutama wisatawan mancanegara namun masyarakat desa
81
belum menyadari secara menyeluruh potensi tersebut. Program pemerintah pusat di tingkat desa adalah adanya Pokdarwis. Pokdarwis menjadi lembaga yang saat ini terus menjalani komunikasi kepada masyarakat lokal agar mau terlibat dalam membangun desa wisata baik melalui FGD maupun komunikasi personal. Lembaga ini juga menjadi salah satu harapan untuk memperlengkapi masyarakat dalam mempersiapkan SDM dan SDA desa wisata yang sesuai dengan potensi budaya dan kearifan masyarakat yang ada agar terus berkembang. 2.
Strategi WO Peningkatan kualitas tenaga kerja di TNWK dan desa wisata melalui
program pemerintah pusat dan daerah menjadi strategi WO. Strategi ini menjadi jawaban untuk meningkatkan SDM di TNWK dalam kegiatan ekowisata. Hal ini berdasarkan survei peneliti di lapang bahwa belum adanya guide atau interpreter yang mampu berbahas asing (terutama bahasa Inggris) yang sangat diperlukan dalam kegiatan ekowisata di TNWK dan desa wisata saat wisatawan mancanegara berwisata. Menurut Mulyadi (2016) interpreter memiliki peran yang besar pengaruhnya, bukan hanya berperan memberikan informasi yang menarik dan akurat bagi pengunjung, tetapi juga mempunyai peran dalam memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti pentingnya konservasi dan ekosistemnya. Pemerintah pusat perlu mengadakan pelatihan kepada tenaga kerja di TWNK dan menambah tenaga kerja TNWK untuk interpreter yang saat ini belum ada. Pemerintah daerah perlu mendampingi dan mengadakan pelatihan agar ada guide di desa wisata yang berkualitas. 3.
Strategi ST Strategi ST merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi ancaman
melalui kekuatan yang ada di TNWK yang dapat diterapkan yaitu, peningkatan pengamanan satwa liar di daerah pinggiran TNWK yang berbatasan dengan desa wisata. Konflik satwa liar yang masuk kawasan penduduk dengan masyarakat tersebut menjadi masalah yang perlu diperhatikan karena keberadaan satwa liar yang masuk desa penyangga merusak ladang pertanian masyarakat. Pihak TNWK sudah melakukan berbagai cara dengan pembutan kanal, menara pengamatan, patroli dan sebagainya. Kanal di TNWK dibangun bersama-sama antara TNWK, pemerintah daerah dan perusahaan swasta. Pada awalnya, kanal dibangun pada
82
wilayah yang berbatasan darat dengan hutan, sedangkan batas kawasan yang berupa sungai tidak dibangun kanal. Pada Tahun 2011-2012 dilakukan normalisasi kanal yang lama oleh TNWK sepanjang sekitar 29 km, dari Kecamatan Purbolinggo hingga Kecamatan Way Jepara. Kemudian Pemerintah Daerah Lampung Timur membangun kanal baru pada Tahun Anggaran 20132014 di Kecamatan Way Bungur, Purbolinggo dan Braja Selebah. Namun konflik ini masih terus terjadi. Peningkatan pengamanan satwa liar bisa dilakukan dengan berbagai alternatif. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.48/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konfilk antara Manusia dan Satwa Liar pada BAB III menunjukkan mengenai tindakan pencegahan konflik antara manusia dan gajah yang bisa menjadi berbagai rekomendasi lanjutan dalam penanggulangan konflik ini (Lampiran 12). Desain tindakan pencegahan konflik terdiri dari tujuh desain yakni adanya kawasan lindung untuk habitat gajah, pengelolaan buffer zone, berbagai bentuk kegiatan penghalang, penolak/anti, patroli/pengusiran, penjagaan dan penangkapan gajah. Beberapa alternatif yang bisa dilakukan saat ini untuk TNWK berdasarkan survei di lapang yakni dalam bentuk pagar listrik yang permanen. Namun
penanganan ini
perlu input
dan mentoring
dalam
pelaksanaannya karena gajah merupakan satwa yang bisa beradaptasi dari tindakan penanganan tersebut. Hal ini diharapkan bisa mengurangi dampak negatif bagi masyarakat karena lahan perkebunannya yang dirusak satwa liar tersebut. 4.
Strategi WT Strategi WT adalah strategi defensif yang diarahkan mampu mengurangi
kelemahan serta menghindari ancaman yang ada di TNWK dan desa. Strategi WT tersebut yakni yang dapat dilakukan adalah pemilihan investor yang tepat dalam mendukung masyarakat melalui potensi SDM dan SDA yang ada. Strategi WT pada penelitian ini berdasarkan kekhawatiran adanya investor yang tidak melibatkan masyarakat desa sehingga menimbulkan kesenjangan ekonomi dan sosial di desa wisata. Desa Braja Harjosari adalah desa yang bekerja sama dengan investor yang merupakan masyarakat lokal namun investor yang menanamkan modal masih relatif sedikit. Kondisi kerjasama investor dengan Desa Braja
83
Harjosari sangat baik, sedangkan untuk Desa Labuhan Ratu 9 belum memiliki investor dari masyarkat lokal. Dewi et al. (2013) menegaskan bahwa masyarakat lokal berperan sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa wisata dalam keseluruhan tahapan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Tahap perencanaan tersebut antara lain perencanaan pengembangan desa perlu melibatkan keterwakilan dari seluruh karakteristik masyarakat desa dalam setiap forum-forum diskusi pengembangan desa. Masyarakat desa bisa mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi selama berperan menjadi pelaku usaha dan sekaligus bisa menjadi wadah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat lainnya akan ikut ambil bagian untuk menjadi pelaku usaha. Namun menurut Sedarmayanti (2005) hal paling dasar yang menjadi syarat esensial di dalam pemberdayaan masyarakat adalah inisiasi dan penyelenggaraannya tidak dipaksakan oleh alasan dan motif serta kepentingan yang datang dari luar. Konsep pendekatan kepada masyarakat (Sedamayanti,2005) dapat dikembangkan melalui: 1. Pendekatan masyarakat dengan menciptakan iklim kondusif bagi partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama. 2. Optimalisasi potensi lokal menjadi suatu hasil yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat setempat. 3. Nilai tambah ekonomis yang selalu terus menerus dari adanya kemitraan antar pelaku usaha, pemerintah, LSM dan media massa. Tahap implementasi yakni masyarakat perlu mengatasi kekurangan modal dalam pengelolaan usaha-usaha parwisata seperti penginapan, rumah makan, pemandu wisata dan sebagainya dengan kerjasama antara masyarakat lokal dan investor sehingga tidak terjadi marginalisasi posisi sosial ekonomi di masyarakat lokal. Investor yang bisa dilibatkan yang pertama adalah dari dalam masyarakat lokal yang berpotensi memiliki sumberdaya modal untuk ikut bergabung dalam usaha di desa wisata. Program masyarakat lokal sebagai investor harus tepat sasaran melalui forum diskusi di Pokdarwis tiap desa wisata. Pendananan desa wisata yang kedua bisa diusahakan melalui bantuan dana/modal kerja dari lembaga keuangan maupun perbankan bagi percepatan pertumbuhan dan peningkatan usaha di desa wisata.
84
Tahap pengawasan yakni tahap masyarakat lokal sebagai aktor yang memiliki peran kontrol terhadap proses pengambilan keputusan yang nantinya menanggung akibat pelaksanaan pengembangan termasuk kegagalan yang bisa terjadi. Tim khusus untuk pengawasan ini menjadi rekomendasi bagi desa wisata untuk membuat tim yang bisa mengkritisi kondisi yang terjadi dalam mencegah dampak negatif yang bisa terjadi di desa wisata. Tim ini juga memerlukan orangorang yang dianggap sebagai elit masyarakat lokal atau orang-orang pilihan yang berkompeten. Tabel 31 Matriks SWOT TNWK Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (O) O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8 O9
1.
2.
3.
Ancaman (T) T1 T2 T3 T4
5.
Kekuatan (S) S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 Strategi SO Pengembangan potensi wisata di sekitar kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerja sama pihak investor (S1,S6, S7 dan O8,O2,O4) Pelibatan seluruh masyarakat desa di desa penyangga melalui dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi (S2,S4 dan O1,O3,O5,O7,O9) Peningkatan kesadaran wisata melalui Pokdarwis melalui kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat (S3 dan O6) Strategi ST Peningkatan pengamanan satwa liar di daerah pinggiran TNWK yang berbatasan dengan desa wisata (S5 dan T1,T5)
Kelemahan (W) W1 W2 W3 W4 W5 W6 W7 Strategi WO 4. Peningkatan kualitas tenaga kerja di TNWK dan desa wisata melalui program pemerintah pusat dan daerah (W2 , W4, dan O1, O5)
6.
Strategi WT Pemilihan investor yang tepat dalam mendukung masyarakat melalui potensi SDM dan SDA yang ada (W1,W3,W5,W6,W7 T2, T3 dan T4)
Sumber: Hasil olahan data primer, 2016 Keterangan: S1
= Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal luas dalam dan luar negeri.
85
S2
= Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik
S3
= Kearifan lokal yang masih utuh
S4
= Landscape desa yang bagus untuk wisata
S5
= Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki lima spesies unggulan yakni harimau, gajah, tapir, beruang, terutama Badak Sumatera
S6
= Aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibukota
S7
= Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia
W1
= Beberapa infrastruktur dan fasilitas dalam kondisi rusak
W2
= Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya
W3
= Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK
W4
= Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit
W5
= Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya ada satu travel agent
W6
= Dana yang belum memadai dalam pengembangan desa wisata di sekitar TNWK
W7
= Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses (con.Resort Wako, pantai mangrove, dsb)
O1
= Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 pemerintah kabupaten dan provinsi
O2
= Aktivitas mentok rimba, gajah, dan satwa lain area pinggir TNWK
O3
= Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung antara masyarakat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK
O4
= Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK
O5
= Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK
O6
= Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendukung kegiatan desa wisata
O7
= Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mampu mengalokasikan dana dari RPJMDES untuk pendanaan wisata di desa masing-masing
O8
= Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata
O9
= Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata
T1
= Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar
T2
= Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang
T3
= Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya
T4
= Adanya perburuan liar, illegal logging, dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia
86
6.3.7 Analisis QSPM Analisis SWOT menghasilkan enam strategi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Namun prioritas strategi dari keenam strategi perlu ditentukan strategi prioritas yang bisa menjadi acuan dalam pengelolaan wisata. Penentuan strategi prioritas dilakukan melalui analisis QSPM Tabel 32. Tabel 32 Hasil analisis QSPM Strategi 1. Pengembangan potensi wisata di sekitar kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerjasama pihak investor. 2. Pelibatan seluruh desa penyangga melalui program Sapta Pesona dan adanya dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi. 3. Peningkatan kesadaran wisata melalui Pokdarwis melalui kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat. 4. Peningkatan kualitas tenaga kerja di TNWK dan desa wisata melalui program pemerintah pusat dan daerah 5. Peningkatan pengamanan satwa liar di daerah pinggiran TNWK yang berbatasan dengan desa wisata. 6. Pemilihan investor yang tepat dalam mendukung masyarakat melalui potensi SDM dan SDA yang ada. Sumber: Hasil olahan data primer, 2016
TAS 5,48
Prioritas 2
5,87
1
5,40
4
3,88
6
5,16
5
5,44
3
Tabel 32 menunjukkan Total Attractiveness Score (TAS) dari setiap strategi. Strategi prioritas adalah strategi dalam pelibatan seluruh masyarakat desa di desa penyangga melalui dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi dengan nilai TAS 5,87. Strategi ini menjelaskan bahwa desa wisata tidak terbentuk atas unsur sekelompok orang saja namun diperlukan kerjasama berbagai pihak. Program Sapta Pesona yang merupakan program pemerintah yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan menunjukkan pelibatan seluruh masyarakat agar desa wisata terus menarik minat wisatawan berkunjung. Walaupun salah satu desa wisata yakni Desa Labuhan Ratu 9 bisa dijadikan salah satu desa prioritas untuk dikembangkan namun sapta pesona harus menjadi citra yang ada di seluruh desa penyangga TNWK. Peran pemerintah khususnya pemerintah daerah bisa melakukan gerakan untuk mewujudkan sapta pesona tersebut melalui Pokdarwis serta perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian, dan landscape desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona dalam pelestarian lingkungan
87
pariwisata (kawasan hutan, dan sawah) agar seluruh masyarakat desa wisata terlibat (Dewi et al. 2013). Strategi kedua adalah strategi dalam pengembangan potensi wisata di sekitar kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerjasama pihak investor dengan nilai TAS 5,48. Pembinaan dalam upaya pengembangan potensi desa di Desa Labuhan Ratu 9 perlu diperhatikan lebih lagi dengan dua cara yaitu strategi dan sumberdaya. Strategi bisa menggunakan ajakan dari Pokdarwis kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi yang ada, kekuasan melalui ketentuan-ketentuan pemerintah dan strategi instruksional yang mampu melindungi kegiatan pembinaan (Sedarmayanti, 2005). Sumberdaya modal adalah salah satu masalah yang ada di desa Labuhan Ratu 9. Masalah tersebut saat ini belum dapat diatasi atau belum ada investor yang terlibat dalam pengembangan desa. Strategi ketiga akan membahas lebih lanjut mengenai masalah pendanaan desa wisata. Strategi yang menjadi prioritas ketiga adalah pemilihan investor yang tepat dalam mendukung masyarakat melalui potensi SDM dan SDA yang ada dengan nilai TAS sebesar 5,44. Strategi ini harus menjalankan kerjasama antara masyarakat lokal dan investor secara adil sehingga tidak terjadi marginalisasi posisi sosial ekonomi di masyarakat. Pendanaan desa wisata dalam mendukung potensi SDM dan SDA berada pada tahap implementasi (Dewi et al. 2013). Investor yang dapat direkomendasikan adalah investor yang berasal dari masyarakat lokal yang berpotensi memiliki sumberdaya modal maupun melalui bantuan dana/modal kerja dari lembaga keuangan maupun perbankan bagi percepatan pertumbuhan dan peningkatan usaha di desa wisata.
88
89
7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1
Simpulan
1.
Nilai ekonomi wisata di TNWK sebesar Rp7 608 000 000/tahun. Nilai ekonomi tersebut menunjukkan bahwa kawasan TNWK memiliki nilai penting sebagai penghasil jasa wisata.
2.
Dampak ekonomi langsung dari kegiatan wisata TNWK adalah sebesar Rp91 526 232/bulan. Dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp88 707 833/bulan dan dampak ekonomi lanjutan sebesar dan Rp25 632 000 per bulan. Nilai Keynesian Income Multiplier kegiatan wisata di TNWK adalah 4,16 sedangkan Ratio Income Multiplier tipe I dan II sebesar 1,97 dan 2,25. Nilai-nilai ini dapat menyimpulkan bahwa kegiatan ekowisata di TNWK memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat sekitar.
3.
Perumusan strategi berdasarkan analisis QSPM dari yang pertama hingga keenam yakni pelibatan seluruh desa penyangga melalui program Sapta Pesona dan adanya dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi, pengembangan potensi wisata di sekitar kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerjasama pihak investor, pemilihan investor yang tepat dalam mendukung masyarakat melalui potensi SDM dan SDA yang ada, peningkatan kesadaran wisata melalui Pokdarwis melalui kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat, peningkatan kualitas tenaga kerja di TNWK dan desa wisata melalui program pemerintah pusat dan daerah dan peningkatan pengamanan satwa liar di daerah pinggiran TNWK yang berbatasan dengan desa wisata.
7.2
Saran
1.
Pemerintah pusat perlu melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja TNWK yang sudah ada dan belum ada seperti interpreter, pembenahan sarana dan prasarana yang banyak dalam keadaan rusak seperti toilet, tempat pembuangan sampah dan bangunan pos jaga malam kawasan TNWK perlu diperbaiki, serta promosi ekowisata di TNWK dan desa wisata
90
melalui berbagai media terutama elektronik perlu diperhatikan juga secara serius oleh pihak Balai TNWK dan pihak desa wisata. 2.
Pemberdayaan masyarakat lokal sebagai subyek wisata bukan obyek wisata melalui terciptanya desa wisata perlu ditindak lanjuti lebih baik lagi terutama dalam kerjasama dengan pihak LSM dan pemerintah daerah yang ada. Pemberdayaan masyarakat lokal lewat gerakan Sapta Pesona dengan adanya Pokdarwis menjadi tugas pemerintah daerah, selanjutnya
3.
LSM dapat sebagai pendamping dalam pelaksanaan sapta pesona agar berjalan maksimal, sedangkan LSM dan pemerintah daerah diharapkan sebagai fasilitator yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan atau kendala-kendala yang terjadi. Beberapa contoh permasalahan yang terjadi seperti tata cara dalam berinteraksi kepada wisatawan sebagai tamu dengan masyarakat selaku tuan rumah yang mampu menimbulkan kesan yang baik, kegiatan pembinaan dalam pengemasan paket wisata desa dan pembinaan keterampilan sumberdaya manusia dalam aspek pengelolaan administrasi bagi kegiatan desa.
4.
Saran penelitian lanjutan meliputi penelitian partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan dampaknya terhadap peningkatan ekonomi yang ada di sekitar TNWK.
91
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Negara Tempat Tinggal, 2002-2014 [Internet]. [diunduh
12
Februari
2016].
Tersedia
pada:
http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1388. [Balai TNWK] Balai Taman Nasional Way Kambas. 2011. Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Way Kambas. Lampung (ID): Balai TNWK. [Balai TNWK] Balai Taman Nasional Way Kambas. 2016. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas 2016-2026. Lampung (ID): Balai TNWK. [BIRU] Biogas Rumah. 2015. Tentang Bio-Slurry. [Internet]. [diunduh 15 Agustus 2016]. Tersedia pada: http://www.biru.or.id/index.php/bio-slurry/. Clawson, M. Dan J.L. Knetsch. 1975. Economic of Outdoor Recreation. Baltimore (US): The John Hopkins Press. Damanik JP, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. David FR. 2000. Concepts in Strategic Management. Edisi Kedelapan. Jakarta (ID): Salemba Empat. [Depparbud] Departemen Pariwisata dan Kebudayaan. 2009. Ekowisata: Panduan dan Dasar Pelaksanaan Tahun 2009. Nias Selatan (ID): Depparbud. Dewi MHU, Fandeli C, Baiqun M. 2013. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat Lokal di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan Bali (KAWISTARA) [Internet].
[diunduh
9
Juni
2016];
3(2):117-226.
Tersedia
pada:
http://jurnal.ugm.ac.id/article/download/3976/3251. Dias Satria. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. [Internet]. [diunduh 29 Desember 2015]; 3(1):37-47. Tersedia pada: http://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/view/136. Ernawi IS. 2009. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Penataan Ruang. Di dalam: Wikantiyoso R, Tutuko P, editor. Kearifan Lokal Dalam Perencanaan dan Perancangan Kota untuk Mewujudkan Arsitektur Kota yang Berkelanjutan. Malang(ID): Group Konservasi Arsitektur dan Kota. hlm 6-18.
92
Fandeli,
Chafid,
Mukhlison.
Ekowisata.[Internet].
2000.
[diunduh
23
Pengertian
dan
Konsep
Dasar
Februari
2016].
Tersedia
pada:
http://irwanto.info/files/konsep_ekowisata.pdf. Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press. Gerihano. 2015. Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gujarati DN. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Mulyadi JA, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Hidayat W. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wisata Di Taman Nasional Way Kambas Provinsi Lampung. [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Hidayat. Pengelolaan Sumberdaya alam berbasis kelembagaan lokal. Citra Lekha. [Internet]. [diunduh pada 27 Juli 2016]; 15:19-32. Tersedia pada: http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/cilekha/article/viewFile/3412/30 67. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. [Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2001. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di
Indonesia Potensi,
Pembelajaran, dan Kesuksesan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta (ID): PT Gramedia. [Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata. 2015. Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2014. [Internet]. [diunduh pada 31 Agustus 2016]. Tersedia
pada
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/file/LAPORAN%
20KINERJA%20KEMENTERIAN%20PARIWISATA%20TAHUN%2020 14%20v4.pdf. Maria Y, Hardiansyah G, Natalina U. 2012. Nilai Ekonomi Ekowisata Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat (Studi Kasus di SPTN II Semitau, Stasiun Riset Bukit Tekenang).
93
[Internet].
[diunduh
pada
9
Juni
2016].
Tersedia
pada:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh/article/view/2958/2893. Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung (ID): Lafabeta. [META-Project] Marine Ecotourism for Atlantic Area. 2001. Planning
for
Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. Bristo: University of The West of England. Mudrikah A, Sartika D, Yuniarti R, Ismanto, Satia AB. 2014. Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap GDP Indonesia Tahun 2004-2009. Economics Development Analysis Journal. 3:2. Mukhtar. 2004. Taman Nasional Way Kambas Merupakan Daya tarik Kepariwisataan Lampung. [Intrenet]. [diunduh pada 25 Februari 2016]. Tersedia pada: http://library.usu.ac.id/download/fs/pariwisata-muchtar.pdf. Mulyadi. 2016.
Interpretasi Kunci Keberhasilan Pengelolaan Kawasan
Konservasi. [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui] Bogor (ID). Hlm 1; [diunduh pada 9 Juni 2016] Tersedia pada: www.iwf.or.id. Olah J, Simay A. 2007. Way Kambas National Park, Sumatera, Indonesia: The Best Asian Night Birding. Birding Asia [Internet]. [diunduh 24 Juni 2016]; Tersedia pada: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1. 6551887&rep=rep1&type=pdf. [Parekraf] Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung. 2016. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Angka Tahun 2015. Lampung(ID): Parekraf Provinsi Lampung. [Pemenhut] Peraturan Menteri Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa Liar. Jakarta (ID): Pemenhut. Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi
Sumberdaya
Alam
Hayati
dan
Ekosistemnya.
Jakarta(ID): Sekretariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata Berkelanjutan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
94
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Jakarta(ID): Sekretariat Negara. [Permendagri] Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2009. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Jakarta (ID): Permendagri. Pertiwi YI. 2014. Analisis Dampak Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Wisata Goa Pawon di Kawasan Karst Citatah Kabupaten Bandung Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prasetyo B, Lina MJ. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Prayoga E. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Sadida TS. 2014. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Situ Babakan Jakarta Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata (Bunga Rampai Tulisan Pariwisata). Bandung (ID): Mandar Maju. Sinclair MT et al. 2010. The Economics of Tourism Second Editon. New York (US): Routledge. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung (ID): Penerbit Alfabeta. Suriani NM, Razal MN. 2011. Pemetaan Potensi Ekowisata di Taman Nasional Bauran. [Internet] [diunduh pada 28 Juli 2016];
24: 3. Tersedia pada:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/08%20emma%20nurdin%20pemetaan%2 0potensi_editan%20tyas.pdf. Tika, MP. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Travel Cost Method. 2016. [Internet]. [diunduh pada 29 Februari 2016] Tersedia pada: http://www.ecosystemvaluation.org/travel_costs.htm.
95
Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destination. Burlington (US): Elsevier. Wakyudi, Hadi S, Rusdiana O. 2015. Analisis Potensi Lanskap Ekowisata di Daerah Penyangga Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Provinsi Banten. [Internet]. [diunduh pada 15 Agustus 2016]; 17:135-144. Tersedia pada http://jurnal.big.go.id/index.php/GL/article/view/224. Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Winasis A, Suprojo A, Setyawan D. 2016. Efektifitas Program Pengembangan Desa Wisata melalui Kelembagaan Dalam Peningkatan Sumber Daya alam (SDA). [Internet] [diunduh pada 15 Agustus 2016]; 5:2. Tersedia pada http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/download/254/280. [Yapeka] Yayasan Pemberdayaan Masyarakat. 2016. [Internet]. [diunduh pada 17 Juni
2016]
Tersedia
pada:
http://www.yapeka.or.id/pendampingan-
masyarakat-desa-daerah-penyangga-bentang-alam-taman-nasional-waykambas-program-tfca-konsorsium-yabi-wcs-dan-yapeka-2/. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata : Introduksi, Informasi dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT Kompas Media Nusantara.
96
97
LAMPIRAN
98
99
Lampiran 1. Kuesioner penelitian estimasi nilai ekonomi wisata di TNWK INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jalan Kamper Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 KUESIONER WISATAWAN Nomor : ............................................... Hari/Tanggal Wawancara : ............................................... No. Hp/Telp : ............................................... Alamat : ............................................... Yth. Bapak/Ibu, Saya Sulastri Aprilyanti S, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang sedang mengadakan penelitian tentang Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas. Penelitian ini merupakan merupakan bagian dari Skripsi yang sedang saya selesaikan. Saya mohon bantuan dan ketersediaan bapak/ibu/saudara/saudari meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan jujur dan sebenarnya. Hasil wawancara bersifat rahasia dan digunakan hanya untuk kepentingan akademis. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda (x) pada bagian yang telah tersedia. A. Data Pribadi 1. Nama Responden : 2. Jenis kelamin : a. Pria b. Wanita 3. Umur :.................... tahun 4. Pendidikan terakhir : a. Tidak lulus SD b. SD c.SMP d. SMA/SMK e. D3 f.S1 g. S2/S3 5. Pekerjaan Utama : a. Pelajar/mahasiswa b. PNS c. TNI/POLRI d. Karyawan Swasta e. Petani f. Nelayan g. Wiraswasta h. Lainnya............................................... 6. Tingkat Pendapatan rata-rata per bulan : a.
100
c. Rp16.000.000-Rp20.000.000 d. >Rp20.000.000 7. Apabila memiliki sumber pendapatan lain, berapa jumlahnya: Rp........................................./bulan 8. Status Pernikahan : a. Menikah b. Belum Menikah 9. Jika sudah menikah, berapa jumlah anggota keluarga anda? (........ orang) 10. Tempat tinggal anda : a. Kabupaten/Kota : B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Berapa lama waktu yang anda butuhkan dari tempat tinggal menuju ke lokasi wisata? a. < 1 jam b. 1-3 jam c. 3-5 jam d. ≥ 7 jam 2. Berapa lama jarak tempuh yang anda butuhkan ke lokasi wisata? a. < 10 km b. 10-30 km c. 30-50 km d. 50-70 km e. >70 km 3. Apakah tujuan anda datang ke lokasi wisata ini ? a. Berlibur b. Penelitian/pendidikan c. Rekreasi d. Lain-lain 4. Apakah sebelumnya pernah berkunjung ke tempat ini ? (pernah/tidak) bila pernah berapa kali ? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. 4 kali e. Lainnya ... kali 5. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali anda berkunjung ke tempat ini ? (......... kali) 6. Alasan anda berkunjung ke tempat ini ................................................... 7. Anda memperoleh informasi tentang obyek wisata di TNWK dari : a. Teman/keluarga b. Brosur c. Media elektronik (Televisi/Radio/Internet) d. Media cetak (surat kabar/majalah) e. Sekolah/perguruan tinggi f. Lain-lain
101
8. Anda datang ke tempat ini : a. Sendirian b. Berkelompok (..................orang) c. Rombongan keluarga (........... orang) 9. Kedatangan anda ke tempat ini merupakan : a. Tujuan utama b. Persinggahan 10. Jika tempat ini merupakan tempat persinggahan pilihan tempat wisata lain yang anda pilih selain daerah ini adalah........................................... 11. Kendaraaan yang anda gunakan ke lokasi wisata adalah : a. Kendaraan pribadi b. Kendaraan sewa c. Kendaraan umum d. Kendaraan milik instansi 12. Berapa biaya yang anda keluarkan selama berwisata ke tempat ini : a. Transportasi : Rp................................................ b. Konsumsi : Rp................................................ c. Tiket Masuk : Rp................................................ d. Dokumentasi : Rp................................................ e. Souvenir : Rp................................................ f. Sewa Alat : Rp................................................ g. Penginapan : Rp................................................ h. Lain-lain (parkir, toilet) : Rp................................................ Jumah : Rp................................................ C. Persepsi Responden Tenatang TNWK Anda diminta memberikan penilaian pada beberapa hal dibawah ini dengan memberikan tanda (x) pada masing-masing kolom. Persepsi diberikan pada kondisi yang ada saat ini (bukan pada kondisi yang anda harapkan). 1 2 3 4 No Keterangan (tidak (kurang (cukup (sangat baik) baik) baik) baik) 1 Sarana dan Prasarana 2 Toilet 3 Tempat sampah 4 Kebersihan 5 Petunjuk arah 6 Tempat duduk 7 Warung makan 8 Penginapan 9 Toko cendramata 10 Penyewaan peralatan 11 Panorama alam 12 Aksesibilitas 13 Sikap masyarakat sekitar 14 Pengelolaan obyek wisata
102
15.
Menurut anda seberapa penting keberadaan TNWK : ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ D. Harapan dan Saran Anda untuk Pengembangan TNWK Harapan
Saran :
103
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar TNWK INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jalan Kamper Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 KUESIONER PELAKU USAHA DAN TENAGA KERJA Nomor : ............................................... Hari/Tanggal Wawancara : ............................................... No. Hp/Telp : ............................................... Alamat : ............................................... Yth. Bapak/Ibu, Saya Sulastri Aprilyanti S, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang sedang mengadakan penelitian tentang Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas. Penelitian ini merupakan merupakan bagian dari Skripsi yang sedang saya selesaikan. Saya mohon bantuan dan ketersediaan bapak/ibu/saudara/saudari meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan jujur dan sebenarnya. Hasil wawancara bersifat rahasia dan digunakan hanya untuk kepentingan akademis. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda (x) pada bagian yang telah tersedia. I. Pelaku Usaha A. Data Pribadi 1. Nama Responden : 2. Jenis kelamin : b. Pria b. Wanita 3. Umur :.................... tahun 4. Status Pernikahan : a. Menikah b. Belum menikah 5. Pendidikan tertinggi : a. Tidak lulus SD b. Lulus SD c. SMP d. SMA/SMK e. D3 f. S1 g. Lainnya B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Apakah anda penduduk asli di wilayah ini? ......................................... Ya/Tidak (jika ya, lanjutkan ke pertanyaan no.3) Jika tidak, sudah berapa lama anda tinggal di lokasi ini ?.................... tahun 2. Darimanakah daerah asal anda ? ................................................................... 3. Alasan utama anda menetap di lokasi ini ? a. Bekerja
104
4.
5.
6.
7.
b. Ikut suami/istri c. Alasan lain............................................................................................... Apakah anda mengetahui bahwa lokasi ini menjadi salah satu obyek wisata? ............ya/tidak Apakah anda merasakan adanya manfaat dari keberadaan obyek wisata di wilayah ini? ..........ya/tidak Jika ya, dalam hal apa manfaat yang anda rasakan? a. Peningkatan pendapatan b. Peningkatan lapangan pekerjaan c. Peningkatan sarana infrastruktur d. Peningkatan pengetahuan e. Lainnya..................................................................................................... Tolong anda urutkan tingkat manfaat yang paling anda rasakan (nilai 1 untuk manfaat paling penting dan seterusnya) Manfaat Peringkat a.Peningkatan pendapatan .................................... b.Peningkatan lapangan pekerjaan .................................... c.Peningkatan sarana infrastruktur .................................... d.Peningkatan pengetahuan .................................... e.Lainnya ....................................
8. Apakah anda terganggu dengan keberadaan wisatawan (pengunjung) ...............Ya/Tidak 9. Jika ya, dalam hal apa anda merasa dirugikan? a. Sampah b. Kerusakan sungai c. Polusi d. Perubahan sosial masyarakat e. Lainnya..................................................................................................... . C. 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanyaan Terkait Unit Usaha Usaha yang anda miliki/kelola....................................................................... Sudah berapa lama anda memiliki usaha ini? ............................................... Apakah anda pernah mengikuti pelatihan yang terkait unit usaha tempat anda bekerja saat ini? Ya/Tidak Jika Ya, sebutkan nama pelatihan tersebut................................lamanya pelatihan..................dan dilakukan oleh......................................................... Berapa modal awal anda untuk membuka usaha ini? Rp............................... Berapa penghasilan utama anda saat ini? Rp......................................./bulan Adakah penghasilan lain yang berasal dari kegiatan wisata? Ada/tidak. Jika ada Rp..................................../bulan Penghasilan lain di luar kegiatan wisata? Rp......................................./bulan Berapa lama anda bekerja dalam satu hari?.............................................jam Berapa lama anda bekerja dalam satu minggu?.......................................hari
105
10. Apakah ada hari dimana anda harus bekerja lebih banyak atau lembur? Ada/Tidak, Jika ada, saat................................................................................ 11. Berapakah jumlah karyawan yang anda miliki? ................................. orang 12. Berapa besarnya perputaran uang dari usaha yang anda miliki terkait dengan kegiatan wisata? Hari biasa (Senin-Jumat) Rp......................................................./hari Hari Sabtu-Minggu/libur Rp......................................................./hari 13. Dari pendapatan yang anda peroleh, dapatkah anda rincikan pengeluaran untuk usaha per bulan? Pengeluaran Jumlah (Rp) Lokal/Non Lokal a. Upah Karyawan ............................. ............................. b. Pembelian bahan baku ............................. ............................. c. Biaya pemeliharaan alat ............................. ............................. d. Biaya operasional (listrik, air) ............................. ............................. e. Pengembalian kredit ke bank ............................. ............................. f. Kebutuhan pangan harian ............................. ............................. g. Transportasi lokal ............................. ............................. h. Retribusi dan pajak ............................. ............................. i. ............................. ............................. j. ............................. ............................. k. ............................. ............................. 14. Dapatkah anda merincikan pengeluaran rumah tangga yang anda keluarkan per bulan ? Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) a. Konsumsi ............................................................... b. Pendidikan ............................................................... c. Kesehatan ............................................................... d. Transportasi ............................................................... e. Lainnya ............................................................... D. Persepsi Responden Tentang TNWK Anda diminta memberikan penilaian pada beberapa hal dibawah ini dengan memberikan tanda (x) pada masing-masing kolom. Persepsi diberikan pada kondisi yang ada saat ini (bukan pada kondisi yang anda harapkan). 1 2 3 4 No Keterangan (tidak (kurang (cukup (sangat baik) baik) baik) baik) 1 Sarana dan Prasarana 2 Toilet 3 Tempat sampah 4 Kebersihan 5 Petunjuk arah 6 Tempat duduk 7 Warung Makan 8 Penginapan 9 Toko cendramata 10 Penyewaan peralatan
106
1 (tidak baik)
No
Keterangan
11 12 13 14
Panorama alam Aksesibilitas Sikap masyarakat sekitar Pengelolaan obyek wisata
2 (kurang baik)
3 (cukup baik)
4 (sangat baik)
15. Menurut anda seberapa penting keberadaan TNWK? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ E. Harapan dan Saran Anda untuk TNWK Harapan anda dari keberadaan obyek wisata ini :
Saran anda dalam pengelolaan obyek wisata ini :
II. Tenaga Kerja A. Data Pribadi 1. Nama Responden 2. Jenis kelamin a. Pria 3. Umur 4. Status Pernikahan : a. Menikah
: : b. Wanita :..............................................................tahun b. Belum menikah
107
5.
Pendidikan tertinggi : a. Tidak lulus SD d. SMA/SMK g. Lainnya
b. Lulus SD e. D3
c. SMP f. S1
B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Apakah anda penduduk asli di wilayah ini? ........................ Ya/Tidak (jika ya, lanjutkan ke pertanyaan no.3) Jika tidak, sudah berapa lama anda tinggal di lokasi ini ?.............. tahun 2. Darimanakah asal daerah anda ?.............................................................. 3. Alasan utama anda menetap di lokasi ini? a. Bekerja b. Ikut suami/istri c. Alasan lain.......................................................................................... 4. Apakah anda mengetahui bahwa lokasi ini menjadi salah satu obyek wisata ? ............ya/tidak 5. Apakah anda merasakan adanya manfaat dari keberadaan obyek wisata di wilayah ini? ........ya/tidak 6. Jika ya, dalam hal apa manfaat yang anda rasakan? a. Peningkatan pendapatan b. Peningkatan lapangan pekerjaan c. Peningkatan sarana infrastruktur d. Peningkatan pengetahuan e. Lainnya............................................................................................... 7. Tolong anda urutkan tingkat manfaat yang paling anda rasakan (nilai 1 untuk manfaat paling penting dan seterusnya) Manfaat Peringkat a. Peningkatan pendapatan .................................... b. Peningkatan lapangan pekerjaan .................................... c. Peningkatan sarana infrastuktur .................................... d. Peningkatan pengetahuan .................................... e. Lainnya .................................... 8. 9.
Apakah anda terganggu dengan keberadaan wisatawan (pengunjung) .......Ya/Tidak Jika ya, dalam hal apa anda merasa dirugikan? a. Sampah b. Kerusakan sungai c. Polusi d. Perubahan sosial masyarakat e. Lainnya...................................
C. Pertanyaan Terkait Pekerjaan 1. Pekerjaan anda saat ini adalah.................................................................. 2. Sudah berapa lama anda bekerja di TNWK ini?...................................... 3. Sebelum anda bekerja di TNWK ini apa pekerjaan anda?.......................
108
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Berapa penghasilan utama anda saat ini? Rp......................................./bulan Berapa penghasilan anda sebelumnya? Rp........................................../bulan Penghasilan lain yang berasal dari kegiatan wisata?Rp......................./bulan Penghasilan di luar kegiatan wisata?Rp.............................................../bulan Berapa lama anda bekerja dalam satu hari?.............................................jam Berapa lama anda bekerja dalam satu minggu?.......................................hari Apakah ada hari dimana anda harus bekerja lebih banyak/lembur? Jika ada, jumlahnya..................hari/minggu atau..............................jam/hari 11. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan yang terkait pekerjaan di tempat anda bekerja saat ini? Ya/Tidak Jika Ya, sebutkan nama pelatihan tersebut.......................................lamanya pelatihan..................dan dilakukan oleh......................................................... 12. Dari pendapatan yang anda peroleh, dapatkah anda rincikan pengeluaran untuk hidup sehari-hari yang anda keluarkan di wilayah ini? Pengeluaran Jumlah (Rp) a. Kebutuhan pangan harian ........................................... b.Transportasi lokal ........................................... c. ........................................... d. ........................................... 13. Dapatkah anda merincikan pengeluaran rumah tangga yang anda keluarkan per bulan ? Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) a. Konsumsi ........................................................ b. Pendidikan ........................................................ c. Kesehatan ........................................................ d. Transportasi ........................................................ e. Lainnya ........................................................ D. Persepsi Responden Tentang TNWK Anda diminta memberikan penilaian pada beberapa hal dibawah ini dengan memberikan tanda (x) pada masing-masing kolom. Persepsi diberikan pada kondisi yang ada saat ini (bukan pada kondisi yang anda harapkan). 1 2 3 4 No Keterangan (tidak (kurang (cukup (sangat baik) baik) baik) baik) 1 Sarana dan Prasarana 2 Toilet 3 Tempat sampah 4 Kebersihan 5 Petunjuk arah 6 Tempat duduk 7 Warung makan 8 Penginapan 9 Toko cendramata 10 Penyewaan peralatan 11 Panorama alam 12 Aksesibilitas
109
No
Keterangan
13 14
Sikap masyarakat sekitar Pengelolaan obyek wisata
1 (tidak baik)
2 (kurang baik)
3 (cukup baik)
4 (sangat baik)
15. Menurut anda seberapa penting keberadaan TNWK? ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... E.
Harapan dan Saran Anda untuk TNWK Harapan anda dari keberadaan obyek wisata ini :
Saran anda dalam pengelolaan obyek wisata ini :
110
Lampiran 3. Kuesioner penelitian strategi pengelolaan ekowisata di TNWK berbasis masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jalan Kamper Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 KUESIONER STAKEHOLDER Nomor : ............................................... Hari/Tanggal Wawancara : ............................................... No. Hp/Telp : ............................................... Alamat : ............................................... Yth. Bapak/Ibu, Saya Sulastri Aprilyanti S, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang sedang mengadakan penelitian tentang Estimasi Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Way Kambas. Penelitian ini merupakan merupakan bagian dari Skripsi yang sedang saya selesaikan. Saya mohon bantuan dan ketersediaan bapak/ibu/saudara/saudari meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan jujur dan sebenarnya. Hasil wawancara bersifat rahasia dan digunakan hanya untuk kepentingan akademis. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. I. Stakeholder dalam Penentuan SWOT Latar Belakang Umum Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : (P/L) 3. Umur : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Instansi : 6. Jabatan : 7. Alamat : 8. No.Telp/Hp : 9. Email : Aspek Terkait Ekowisata TNWK 1. Bagaimana sistem pengelolaan TNWK? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 2. Bagaimana strategi pemasaran ekowisata di TNWK ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 3. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar terhadap keberadaan TNWK ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
111
4.
Hambatan apakah yang ditemui dalam strategi pemasaran TNWK? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 5. Apa saja yang sudah dicapai dalam pengelolaan ekowisata TNWK ? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 6. Bagaimana program jangka pendek strategi pemasaran TNWK ? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 7. Bagaimana program jangka panjang strategi pemasaran TNWK? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... Aspek Keterlibatan Stakeholders (Pertanyaan no.8-12 dapat diisi pada tabel di bawah) 8.
Pihak-pihak manakah yang terlibat dalam penyelenggaraan ekowisata di TNWK ini ? (Pemerintah, LSM lokal, Organisasi Swasta, Masyarakat setempat, Perguruan tinggi/Lembaga Penelitian) ............................................................................................................................. 9. Bagaimana bentuk kerjasama dan keterlibatan dari masing-masing pihak ? ............................................................................................................................. 10. Bagaimana kontribusi yang diberikan oleh masing-masing pihak tersebut (positif atau negatif)? ............................................................................................................................. 11. Bagaimana pendapat anda tentang peran masing-masing pihak tersebut (positif atau negatif)? ............................................................................................................................. 12. Apa yang anda harapkan dari masing-masing pihak yang terlibat dengan strategi pemasaran ekowisata TNWK dalam meningkatkan minat pengunjung? .............................................................................................................................
112
Pihak yang Terlibat
Bentuk Kerjasama
Kontribusi
Peran
Harapan
Pemerintah
LSM Lokal
Organisasi
Swasta
Masyarakat Setempat Lainnya
13. Peran apakah yang anda lakukan sebagai salah satu stakeholders dalam pengembangan strategi pemasaran ekowisata TNWK? .................................................................................................................. 14. Bagaimana pandangan anda sebagai salah satu stakeholders terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarkat di TNWK? .................................................................................................................. Aspek Keterlibatan Masyarakat 15. Dalam kegiatan ekowisata apa saja syarat dilibatkannya masyarakat? .................................................................................................................. 16. Bagiamana proses pelibatan masyarakat? .................................................................................................................. 17. Bagaimana respon masyarakat terhadap kegiatan yang melibatkannya? (antusias, biasa, dan tidak bersemangat) mengapa demikian? .................................................................................................................. 18. Menurut anda bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan atau pengembangan strategi TNWK ? .................................................................................................................. 19. Menurut anda perbaikan seperti apakah yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata TNWK? .................................................................................................................. 20. Apa manfaat yang didapat masyarakat sekitar dari pengembangan TNWK? ..................................................................................................................
113
21. Apakah kontribusi masyarakat dalam pengembangan TNWK? .................................................................................................................. Pertanyaan Terkait SWOT 22. Menurut anda apakah kekuatan dari ekowisata di TNWK (sebutkan 3-5 hal yang utama) ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 23. Menurut anda apakah kelemahan dari TNWK (sebutkan 3-5 hal yang utama) ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ .................................................................................................................... ..................................................................................................................... 24. Menurut anda apakah peluang dari ekowisata di TNWK (sebutkan 3-5 hal yang utama) ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 25. Menurut anda apakah ancaman dari ekowisata di TNWK ? (sebutkan 3-5 hal yang utama) ? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ .....................................................................................................................
114
Lampiran 4. Kuesioner penentuan bobot dan peringkat
Penentuan Bobot dan Peringkat Faktor Utama Internal dan Eksternal Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
IDENTITAS RESPONDEN Nama : …………………………………………………………… Pekerjaan/Jabatan : …………………………………………………………… Kami mengharapkan Bapak/Ibu dapat menjawab secara objektif dan benar karena wawancara ini bertujuan ilmiah sehingga memerlukan data yang valid.
Peneliti:
Sulastri Aprilyanti S. H44120015
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
115
PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL Nama Responden Jabatan Hari/Tanggal
: : : PENENTUAN BOBOT
Petunjuk Pengisian: 1. Tujuan kuesioner adalah untuk menjaring persepsi penilaian responden (pengambil keputusan) berdasarkan persepsi terhadap penilaian faktor internal dan eksternal dalam rangka perumusan Strategi Pengelolaan Ekowisata di TNWK berbasis Masyarkat. 2. Berilah penilaian bobot atas pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan angka dibawah ini: Angka 4 = tidak penting Angka 3 = cukup penting Angka 2 = penting Angka 1 = sangat penting Dalam memberikan bobot faktor utama, masing-masing responden memberikan tanda (X) pada tingkat kepentingan (1-4) yang dinilai paling sesuai menurut responden. 3. Penentuan bobot merupakan penilaian masing-masing responden terhadap faktor-faktor utama internal dan faktor utama eksternal yang telah ditinjau dari segi pengelolaan ekowisata di TNWK yang berbasis masyarakat.
No
Faktor Strategis Internal 1
Bobot 2 3
4
1
2
4
Kekuatan (S) 1 Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal luas dalam dan luar negeri 2 Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik 3 Kearifan lokal yang masih utuh 4 Landscape desa yang bagus untuk wisata 5 Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki 5 spesies unggulan yakni harimau, gajah, tapir, beruang, terutama Badak Sumatera 6 Aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibukota 7 Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia Kelemahan (W) 1 Beberapa infrastruktur dan fasilitas dalam kondisi rusak 2 Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya
3
116
3 4 5 6 7
No
Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya satu travel agent Dana yang belum memadai dalam pengembangan ekowisata di TNWK Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses (con.Resort Wako, hutan mangrove, dsb) Faktor Strategis Eksternal 1
Peluang (O) 1 Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 Pemerintah kabupaten dan provinsi 2 Aktivitas mentok rimba, gajah, dan satwa lain area pinggir TNWK 3 Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung anatara masyarkat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK 4 Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK 5 Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK 6 Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) yang mendukung kegiatan desa wisata 7 Badan Usaha milik desa (BUMDes) yang mampu mengalokasikan dana dari RPJMDES untuk pendanaan wisata di desa masingmasing 8 Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata 9 Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata Ancaman (T) 1 Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar 2 Tuntutan pemerintah daerah tentang Pendapatan Asli Daerah 3 Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya 4
5
wisatawan yang datang Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya Adanya perburuan liar, illegal logging, dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia
Bobot 2 3
4
117
PENENTUAN PERINGKAT (RATING) Petunjuk Pengisian: 1. Tujuan kuesioner menjaring persepsi penilaian responden (pengambil keputusan) berdasarkan persepsi terhadap penilaian faktor eksternal dan internal yang terkait dengan pembangunan dalam rangka perumusan Strategi Pengelolaan Ekowisata di TNWK berbasis Masyarkat. 2. Berilah penilaian peringkat atas kondisi internal di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan angka dibawah ini: Angka 4 = kekuatan utama/mayor Angka 3 = kekuatan kecil/minor Angka 2 = kelemahan kecil/minor Angka 1 = kelemahan utama/mayor Dalam memberikan peringkat faktor utama, masing-masing responden memberikan tanda (X) pada tingkat kelemahan dan kekuatan (1-4) yang dinilai paling sesuai menurut responden. 3. Berilah penilaian peringkat atas kondisi eksternal di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu pilihan angka dibawah ini: Angka 4 = respon superior (besar) Angka 3 = respon di atas rata-rata Angka 2 = respon rata-rata Angka 1 = respon dibawah rata-rata (buruk) (kecil) Dalam memberikan peringkat faktor utama, masing-masing responden memberikan tanda (X) pada tingkat peluang dan ancaman (1-4) yang dinilai paling sesuai menurut responden. 4. Penentuan peringkat merupakan penilaian masing-masing responden terhadap kegiatan pemasaran tepung umbi talas dalam menghadapi faktorfaktor utama eksternal dan internal.
118
No
Faktor Strategis Internal 1
Peringkat 2 3
4
Kekuatan (S) 1 Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal luas dalam dan luar negeri 2 Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik 3 Kearifan lokal yang masih utuh 4 Landscape desa yang bagus untuk wisata 5 Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki 5 spesies unggulan yakni harimau, gajah, tapir, beruang, terutama Badak Sumatera 6 Aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibukota 7 Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia Kelemahan (W) 1 Beberapa infrastruktur dan fasilitas dalam kondisi rusak 2 Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya 3 Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK 4 Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit 5 Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya satu travel agent 6 Dana yang belum memadai dalam pengembangan ekowisata di TNWK 7 Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses (con.Resort Wako, hutan mangrove, dsb) No
1
Faktor Strategis Eksternal 1
Peluang (O) 1 Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 Pemerintah kabupaten dan provinsi 2 Aktivitas mentok rimba, gajah, dan satwa lain area pinggir TNWK 3 Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung anatara masyarkat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK 4 Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK 5 Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK 6 Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) yang mendukung kegiatan desa wisata 7 Badan Usaha milik desa (BUMDes) yang mampu mengalokasikan dana dari RPJMDES untuk pendanaan wisata di desa masingmasing 8 Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata 9 Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata Ancaman (T) 1 Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar 2 Tuntutan pemerintah daerah tentang Pendapatan Asli Daerah 3 Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang
2
3
Bobot 2 3
4
4
119
4
Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya
5
Adanya perburuan liar, illegal logging, dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia
Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan Attractiveness Score (AS) atau skor daya tarik dari masingmasing faktor-faktor utama internal dan eksternal untuk alternatif strategi pemasaran seperti yang telah disebutkan di atas dengan memberikan tanda (X) dengan pilihan AS sebagai berikut: Angka 4 = sangat menarik Angka 3 = menarik Angka 2 = cukup menarik Angka 1 = tidak menarik PENENTUAN PRIORITAS STRATEGI Faktor Utama Kekuatan 1. Potensi alam yang cukup mendukung dan juga dikenal luas dalam dan luar negeri 2. Dukungan masyarakat melalui terbentuknya desa wisata yang unik dan menarik 3. Kearifan lokal yang masih utuh 4. Landscape desa yang bagus untuk wisata 5. Hutan dataran rendah satu-satunya di Sumatera yang memiliki 5 spesies unggulan yakni harimau, gajah, tapir, beruang, terutama Badak Sumatera 6. Aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau dari pusat ibukota 7. Lokasi pengamatan burung malam terbaik di Asia Kelemahan 1. Beberapa infrastruktur dan fasilitas dalam kondisi rusak 2. Guide yang mahir berbahasa asing masih kurang kualitas dan kuantitasnya 3. Promosi TNWK yang masih kurang oleh pihak pengelola TNWK 4. Jumlah tenaga kerja di TNWK yang berkualitas dan profesional masih sedikit 5. Jumlah travel agent di Kabupaten Lampung Timur yang menjual paket ekowisata saat ini hanya satu travel agent 6. Dana yang belum memadai dalam pengembangan ekowisata di TNWK 7. Beberapa lokasi ekowisata yang belum bisa diakses (con.Resort Wako, hutan mangrove, dsb)
S1
S2
Nilai AS S3 S4
S5
S6
120
Faktor Utama
S1
S2
Nilai AS S3 S4
S5
Peluang 1. Program pariwisata yang menjadi program unggulan ke-4 Pemerintah Kabupaten dan Provinsi 2. Aktivitas mentok rimba, gajah, dan satwa lain area pinggir TNWK 3. Adanya Tim Ekowisata Way Kambas sebagai penghubung anatara masyarkat desa dan kegiatan ekowisata di TNWK 4. Pemanfaatan media sosial dalam penyampaian aspirasi masyarakat mengenai kegiatan konservasi di TNWK 5. Adanya potensi SDM di sejumlah desa yang berkembang sebagai destinasi sekunder di pinggir TNWK 6. Adanya program nasional yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mendukung kegiatan desa wisata 7. Badan Usaha milik desa (BUMDes) yang mampu mengalokasikan dana dari RPJMDES untuk pendanaan wisata di desa masing-masing 8. Keterlibatan swasta dalam pendanaan desa wisata 9. Peningkatan kesadaran konservasi dengan adanya desa wisata Ancaman 1. Konflik satwa liar yang masuk desa dengan masyarakat desa sekitar 2. Tuntutan pemerintah daerah tentang Pendapatan Asli Daerah 3. Kearifan lokal yang dikhawatirkan terganggu dengan adanya wisatawan yang datang 4. Investor yang tidak melibatkan masyarakat desa wisata sehingga masyarakat tidak menjadi pelaku usaha di desanya 5. Adanya perburuan liar, illegal logging, dan kebakaran hutan yang merusak ekosistem hutan yang berasal dari ulah manusia
Keterangan: S1: Strategi 1 Pengembangan potensi wisata di sekitar kawasan TNWK dengan terbentuknya desa wisata yang lebih maju melalui kerjasama pihak investor. S2: Strategi 2 Pelibatan seluruh desa penyangga melalui program Sapta Pesona dan adanya dukungan pemerintah kabupaten dan provinsi. S3: Strategi 3 Peningkatan kesadaran wisata melalui Pokdarwis melalui kearifan lokal yang sudah ada di masyarakat. S4: Strategi 4 Peningkatan kualitas tenaga kerja di TNWK dan desa wisata melalui program pemerintah pusat dan daerah S5: Strategi 5 Peningkatan pengamanan satwa liar di daerah pinggiran TNWK yang berbatasan dengan desa wisata. S6: Strategi 6 Pemilihan investor yang tepat dalam mendukung melalui potensi SDM dan SDA yang ada
masyarakat
S6
121
Lampiran 5. Hasil Model Regresi Linier Berganda obyek wisata TNWK
b
Model Summary Model
R
1
,825
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,681
,598
Durbin-Watson
,258023
1,814
a. Predictors: (Constant), X6(tahun), X2 (juta), X1 (juta), X5, X3 (tahun), X4 (tahun) b. Dependent Variable: Y (kali)
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
a
Std. Error
(Constant)
1,101
,593
X1 (juta)
-,025
,012
X2 (juta)
,010
X3 (tahun) X4 (tahun)
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
1,855
,076
-,305
-2,094
,047
,655
1,527
,012
,305
,833
,414
,103
9,688
-,078
,024
-,495
-3,214
,004
,584
1,713
-,001
,009
-,057
-,155
,878
,104
9,636
X5
,345
,140
,321
2,464
,022
,817
1,224
X6(tahun)
,054
,075
,096
,712
,484
,767
1,303
a. Dependent Variable: Y (kali)
Lampiran 6. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
30 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
0E-7 ,22978569
Absolute
,118
Positive
,084
Negative
-,118
Kolmogorov-Smirnov Z
,645
Asymp. Sig. (2-tailed)
,799
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
122
Lampiran 7. Uji Glejser Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
1
a
Std. Error
,351
,320
X1 (juta)
-,006
,006
X2 (juta)
-,008
X3 (tahun)
t
Sig.
Collinearity Statistics
Beta
Tolerance
VIF
1,097
,284
-,171
-,866
,396
,655
1,527
,007
-,607
-1,221
,234
,103
9,688
-,020
,013
-,311
-1,487
,150
,584
1,713
X4 (tahun)
,009
,005
,903
1,823
,081
,104
9,636
X5
,002
,075
,006
,032
,974
,817
1,224
X6(tahun)
,056
,041
,253
1,388
,179
,767
1,303
a. Dependent Variable: ABS_RES1
123
Lampiran 8. Multiplier Effect D (pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung) N (pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung) U (pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E) E (tambahan pengeluaran pengunjung)
= 91 526 232 = 88 707 833 = 25 632 000 = 49 541 801
Keynesian Income Multiplier
= (D+N+U)/E
= 4,16
Ratio Income Multiplier Tipe I
= (D+N)/D
= 1,97
Ratio Income Multiplier Tipe II
= (D+N+U)/D
= 2,25
124
Lampiran 9. Variabel-variabel pada Model Regresi Linear Berganda Responden
Y (kali)
X1 (juta)
X2 (juta)
X3 (tahun)
X4 (tahun)
1
1,000
13,400
14,000
16,000
25,000
4,000
0,080
2 3
1,000 1,000
12,840 13,400
11,000 13,000
16,000 16,000
24,000 24,000
4,000 4,000
0,160 0,080
4
1,000
12,850
12,000
16,000
23,000
4,000
0,250
5
1,000
12,430
34,000
16,000
48,000
4,000
0,250
6
1,000
13,400
34,000
20,000
52,000
4,000
0,080
7
1,000
2,550
12,000
16,000
23,000
4,000
0,080
8
1,000
2,440
12,000
16,000
24,000
3,000
0,160
9
1,000
13,400
13,000
17,000
28,000
4,000
0,160
10
1,000
12,430
17,000
16,000
23,000
4,000
0,250
11
1,000
13,400
15,000
16,000
24,000
3,000
0,080
12
1,000
13,400
17,000
16,000
23,000
4,000
0,250
13
1,000
12,850
18,000
16,000
22,000
4,000
0,080
14
1,000
13,200
16,500
15,000
26,000
4,000
0,080
15
1,000
13,400
17,500
16,000
23,000
4,000
0,250
16
1,000
13,400
17,000
16,000
25,000
4,000
0,250
17
2,000
11,400
34,000
12,000
55,000
4,000
0,080
18
1,000
12,500
37,000
20,000
65,000
4,000
0,250
19
1,000
12,750
42,000
18,000
63,000
4,000
0,080
20
1,000
11,560
40,500
16,000
50,000
4,000
0,420
21
2,000
11,100
30,000
12,000
30,000
4,000
3,000
22
1,000
14,400
28,000
12,000
35,000
3,000
3,000
23
2,000
2,500
44,000
12,000
53,000
4,000
0,420
24
2,000
2,540
43,000
12,000
55,000
4,000
0,080
25
2,000
2,900
41,500
12,000
69,000
4,000
0,160
26
2,000
2,540
34,000
12,000
54,000
4,000
0,080
27
1,000
12,500
36,000
20,000
52,000
4,000
0,080
28
1,000
13,200
39,000
12,000
57,000
3,000
0,080
29
1,000
23,230
44,000
12,000
46,000
3,000
0,080
30
1,000
3,780
37,900
12,000
62,000
4,000
0,300
Keterangan: Y
= Frekuensi Kunjungan
X1
= Biaya Perjalanan (juta rupiah)
X2
= Pendapatan (juta rupiah)
X3
= Lama Pendidikan (tahun)
X4
= Usia Responden (tahun)
X5
= Dummy persepsi terhadap panorama alam
X6
= Lama mengetahui ekowisata di TNWK (tahun)
X5
X6(tahun)
125
Lampiran 10. Jenis-jenis pengeluaran pengunjung
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total Rata-rata
Tiket pesawat dari negara asal-Jakarta 10.900.000 10.610.000 10.900.000 10.620.000 10.000.000 10.900.000 0 0 11.170.000 10.000.000 10.900.000 10.900.000 10.620.000 10.770.000 10.900.000 10.900.000 8.860.000 10.300.000 10.300.000 9.390.000 9.000.000 11.420.000 0 0 0 0 10.000.000 10.000.000 19.400.000 0 248.760.000 10.815.652
Biaya di luar kawasan (Rp) Tiket pesawat Sewa JakartaMobil Konsumsi Lampung 796.147 0 0 620.000 0 0 966.147 0 0 531.147 0 0 525.500 1.470.000 460.000 525.000 0 0 650.000 0 0 780.000 0 0 700.000 0 0 775.000 0 0 650.000 0 0 700.000 0 0 550.000 0 0 792.700 0 0 600.000 0 0 900.000 0 0 910.000 300.000 400.000 0 1.050.000 400.000 0 1.280.000 405.000 0 1.320.000 200.000 0 600.000 300.000 0 1.900.000 565.000 545.000 0 0 725.000 0 0 700.000 0 0 705.000 0 0 905.000 0 0 1.055.000 0 0 963.572 0 0 900.000 840.000 530.000 17.944.713 8.760.000 3.260.000 747.696 1.095.000 407.500
Penginapan
Guide
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 765.000 585.000 600.000 500.000 900.000 300.000 0 0 0 0 0 0 0 1.230.000 4.880.000 697.143
0 0 0 0 180.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 150.000 50.000 0 0 0 0 0 0 0 250.000 630.000 157.500
126
Lampiran 10. Jenis-jenis pengeluaran pengunjung (lanjutan) Biaya di dalam Kawasan (Rp) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
Konsumsi
Penginapan
Sewa Mobil
Tiket Masuk Kawasan
368.853 365.000 368.853 368.853 0 350.000 485.000 395.000 300.000 300.000 435.000 535.000 300.000 302.300 535.000 435.000 0 0 0 0 0 0 100.000 250.000 500.000 380.000 380.000 380.000 430.000 0 8.263.859 375.630
550.000 550.000 550.000 550.000 0 600.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 550.000 0 0 0 0 0 0 740.000 450.000 735.000 550.000 550.000 550.000 1.300.000 0 13.175.000 598.864
420.000 330.000 300.000 400.000 0 460.000 500.000 400.000 250.000 440.000 500.000 400.000 400.000 420.000 450.000 300.000 0 0 0 0 0 0 900.000 800.000 600.000 600.000 400.000 800.000 800.000 0 10.870.000 494.091
150.000 200.000 150.000 150.000 150.000 150.000 200.000 150.000 200.000 150.000 200.000 150.000 200.000 150.000 200.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 15.000 4.665.000 155.500
Tiket Mobil 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 0 0 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 420.000 15.000
Pembelian Suvenir 50.000 0 0 65.000 155.000 150.000 0 0 65.000 50.000 0 0 65.000 50.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 650.000 81.250
Biaya Guide 150.000 150.000 150.000 150.000 0 250.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 0 0 0 0 0 0 50.000 150.000 200.000 140.000 100.000 250.000 171.428 0 3.411.428 155.064
127
Lampiran 11. Proporsi pengeluaran tenaga kerja Proporsi pengeluaran di sekitar TNWK Tenaga Kerja
Biaya
Biaya
Biaya
Biaya sekolah
Biaya
pangan
kesehatan
transportasi
anak
Lainnya
Total
Unit usaha kios cinderamata Responden 1
66,7%
0,00%
3,3%
10,0%
20,0%
100,0%
Responden 2
73,3%
0,00%
5,0%
Rata-rata
70,0%
0,0%
4,2%
13,3%
8,3%
100,0%
11,7%
14,2%
100,0%
Responden 1
57,1%
0,00%
2,1%
0,0%
40,7%
100,0%
Rata-rata
57,1%
0,00%
2,1%
0,0%
40,7%
100,0%
Responden 1 Responden 2
63,1%
0,0%
0,0%
3,8%
33,1%
100,0%
59,9%
3,0%
0,0%
8,6%
28,6%
100,0%
Rata-rata
61,5%
1,5%
0,0%
6,2%
30,8%
100,0%
Responden 1
61,1%
0,0%
15,6%
3,3%
20,0%
100,0%
Rata-rata
61,1%
0,0%
15,6%
3,3%
20,0%
100,0%
Responden 1
66,8%
0,0%
2,2%
9,6%
21,4%
100,0%
Rata-rata
66,8%
0,0%
2,2%
9,6%
21,4%
100,0%
Responden 1
45,6%
3,1%
3,8%
7,5%
40,0%
100,0%
Rata-rata
45,6%
3,1%
3,8%
7,5%
40,0%
100,0%
Responden 1
73,2%
2,6%
0,0%
12,6%
11,6%
100,0%
Rata-rata
73,2%
2,6%
0,0%
12,6%
11,6%
100,0%
Responden 1
68,7%
0,0%
1,3%
10,0%
20,0%
100,0%
Rata-rata
68,7%
0,0%
1,3%
10,0%
20,0%
100,0%
Responden 1
75,0%
0,0%
5,0%
6,0%
14,0%
100,0%
Rata-rata
75,0%
0,0%
5,0%
6,0%
14,0%
100,0%
Responden 1
76,7%
0,0%
3,3%
0,0%
20,0%
100,0%
Responden 2
57,1%
0,0%
11,4%
17,1%
14,3%
100,0%
Rata-rata
66,9%
0,0%
7,4%
8,6%
17,1%
100,0%
Responden 1
69,4%
0,0%
0,0%
15,7%
14,8%
100,0%
Responden 2
63,1%
0,0%
1,3%
7,6%
28,0%
100,0%
Rata-rata
66,3%
0,0%
0,6%
11,6%
21,4%
100,0%
Responden 1
20,0%
0,0%
0,8%
4,8%
6,0%
31,6%
Rata-rata
20,0%
0,0%
0,8%
4,8%
6,0%
31,6%
Rata-rata keseluruhan
61,0%
0,6%
3,6%
7,7%
21,4%
94,3%
Unit usaha warung makan
House Keeping Pondok Wisata
Bendahara Pondok Wisata
Guide Pondok Wisata
Asisten Juru Masak Pondok Wisata
Driver Pondok Wisata
Petugas Laundry Pondok Wisata
Juru Masak Pondok Wisata
Tukang Kebun Pondok Wisata
Security Pondok Wisata
Manager Pondok Wisata
128
Lampiran 12. Tindakan pencegahan konflik antara manusia dan gajah No
Detail Tindakan
Keuntungan
Kerugian
Rekomendasi
Adanya kawasan lindung untuk habitat gajah
1
Penetapan kawasan lindung baru
Menangani
akar
Tergantung
untuk gajah
permasalahan,
baik
keputusan pemerintah
terhadap
Perluasan kawasan lindung
untuk konservasi, dan
Perlindungan kawasan lindung
efek jangka panjang
Sangat disarankan
Pengelolaan Buffer Zone
2
Konsep hutan-akasia-pertanian
Menangani
akar
Pada landscape yang
Sangat disarankan
Perubahan tata ruang kawasan
permasalahan,
efek
lebih luas tergantung
untuk
buffer zone
jangka
dan
keputusan pemerintah
pembangunan
panjang,
keberlanjutan
baru
Berbagai bentuk kegiatan penghalang Pagar dari tali yang dioleskan
Relatif tidak mahal dan
cabe dan tembakau
mudah membuatnya
Efeknya belum terukur
Eksperimen yang disarankan
Pagar tanpa aliran listrik, seperti kawat
berduri,
dari
kayu,
tumbuhan hidup Pagar listrik
Semi-permanen
dan
serbaguna 3
Kanal
Semi-permanen
dan
serbaguna
Pemasangan mahal dan
Sangat
intensig pemeliharaan
direkomendasikan
Cocok di daerah datar
Direkomendasikan
dan kering, pembuatan
pada daerah datar
dan pemeliharaan mahal
dan kering
Efeknya sulit diukur
Eksperimen yang
Penolak/Anti Membuat bahan penghasil asap
Murah
dengan
dalam operasionalnya
membakar
campuran
dan
mudah
disarankan
tahi gajah dengan cabe
4
Pembuatan api unggun atau
Murah
lampu
dalam operasionalnya
minyak
tanah
di
dan
mudah
Efeknya sulit diukur
Eksperimen yang disarankan
sekeliling kebun Membuat
jebakan
bunyi
Murah
dan
mudah
menggunakan mercon atau drum
dalam operasionalnya
Meletakkan tahi gajah di pucuk
Murah
tanaman kelapa sawit
dalam operasionalnya
Memelihara lebah madu, pada
Relatif
jalur-jalur yang bisa dilewati
mengoperasikannya
gajah
ke
masyarakat
areal
pertanian
dan
mudah
rumit
Efeknya sulit diukur
Eksperimen yang disarankan
Efeknya sulit diukur
Eksperimen yang disarankan
Efeknya sulit diukur
Eksperimen yang disarankan
129
No
Detail Tindakan
Keuntungan
Kerugian
Rekomendasi
Patroli dan pengusiran
5
Mengusir gajah secara bersama-
Relatif tidah mahal dan
Efeknya
sama
efeknya cepat
berbahaya
Ralatif efektif mengusir
Efek
gajah dan efeknya cepat
mahal, dan berbahaya
direkomendasikan
Efektifnya
Baru akan efektif apabila
Sangat
ditindaklanjuti
direkomendasikan
mengunakan
bunyi-bunyian
berbgai
seperti
alat
sementara
dan
Sangat direkomendasikan
meriam
karbit, drum, menggunakan obor, serta dan sebagainya Mengoperasikan flying squad
sementara,
relatif
Sangat
Penjagaan Pembuatan
tower
penjagaan
permanen dari beton, besi atau kayu
untuk
mengetahui
kedatangan
gajah. Pembuatan 6
tower
penjagaan
di
pohon
bentuk lain.
Efektifnya
untuk
mengetahui
kedatangan
gajah. Pondok penjagaan
Efektifnya
untuk kedatangan
gajah.
informasi,
alat
penyampaian
menggunakan
sirine,
drum kaleng,dll
Baru akan efektif apabila
Sangat
ditindaklanjuti
direkomendasikan
dengan
bentuk lain.
mengetahui
Membuat
dengan
Baru akan efektif apabila
Sangat
ditindaklanjuti
direkomendasikan
dengan
bentuk lain.
Efektifnya
untuk
mengetahui
kedatangan
Baru akan efektif apabila
Sangat
ditindaklanjuti
direkomendasikan
dengan
gajah.
bentuk lain.
Penangkapan ntuk dipindahkan ke
Efek jangka panjang jika
Efeknya
PLG
seluruh kelompok gajah di
yang dipindahkan beberapa
kondisi habitat yang
pindahkan
gajah,
sudah
Penangkapan gajah sementara
sangat
jika
mahal,
personel
terlatih,
berbahaya,
komitmen
Disarankan
pada
rusak
populasi
dan utama
sedikit
memelihara gajah sampai mereka mati. Penangkapan untuk dipindahkan ke
Efeknya jangka panjang
Efeknya
tempat lain
jika
yang dipindahkan beberapa
kondisi habitat yang
gajah,
sudah
7
seluruh
kelompok
gajah di pindahkan
sementara
sangat
personel
jika
mahal, terlatih,
berbahaya,mungkin adanya
Disarankan
populasi
pada
rusak
dan utama
sedikit
masalah setelah translokasi
INPUT MANAJEMEN DAN MENTORING YANG DILAKUKAN Gajah akan terus mencoba masuk kebun.
Kita
juga
belajar
dari
Pengurangan KGM berbahaya, terus menerus, dan
Mereka belajar dari tindakan penanganan
tindakan yang dilakukan
membosankan. Motivasi tim harus terus didorong.
yang dilakukan
gajah. Apabila gajah bisa
Ketidakberhasilan suatu teknik, bukan kelemahan
melewati
teknik
tindakan
penanganan, perbaikan
maka harus
lakukan Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.28/Menhut-II/2008
di
tersebut,
penerapannya
tapi
seringkali
kesalahan
130
Lampiran 13. Dokumentasi di Taman Nasional Way Kambas dan desa penyangga
1. Potensi SDA di PKG
3. Unit usaha di kawasan TNWK
5. Salah Satu FGD tentang TNWK dan desa peyangga
7. Wawancara dengan Key Person
2. Unit usaha di kawasan TNWK
4. Potensi agrowisata di desa wisata
6. Wawancara dengan Key Person
8. Kearifan lokal di desa wisata
131
9. Responden Wisatawan Amerika
10. Responden Wisatawan Korea Selatan
11. Aktivitas Ekowisata di PKG
12. Aktivitas Birdwatching di Way Kanan
13. Responden wisatawan Rusia
14. Kolam gajah di PKG
15. Responden tenaga kerja
16. Unit usaha di dekat Plang Ijo
132
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Maret 1994 dari pasangan Sahaya Situmorang dan Repince Manullang. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan kanak-kanak di TK Xaverius 2 Bandar Lampung pada Tahun 1999, pendidikan dasar di SD Xaverius 2 Bandar Lampung pada Tahun 2006, kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya di SMP Xaverius 2 Bandar Lampung dan lulus pada Tahun 2009. Pendidikan menegah atas dilanjutkan di SMAN 10 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2012 dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen di tahun yang sama. Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Penulis aktif pada beberapa organisasi dan kepanitian selama menempuh pendidikan di IPB. Penulis menjadi sekretaris 2 Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa Lampung (Kemala) Tahun 2014 dan anggota Komisi Pembinaan Pemuridan (KPP) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) selama 2013-2016. Penulis juga merupakan asisten responsi Mata Kuliah Sosiologi Umum Tahun 2014-2015 dan Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi Tahun 2015-2016. Penulis mendapatkan beasiswa Perhimpunan Orangtua Mahasiswa (POM) Tahun 2012-2013 dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada Tahun 2014 dan Tahun 2016.