PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
T‐4 ESTIMASI EKSPONEN SPEKTRAL DAN KEMUNCULAN DERAU KEDIP (FLICKER NOISE) PADA SINYAL ULF GEOMAGNET John Maspupu Pusfatsainsa LAPAN, Jl. Dr. Djundjunan No. 133 Bandung 40173, Tlp. 0226012602 Pes. 106. Fax. 0226014998 E‐mail:
[email protected] Abstrak Makalah ini membahas rancangan estimasi nilai eksponen spektral dari suatu sinyal ULF geomagnet, yang nantinya terkait dengan kemunculan derau kedip (flicker noise). Oleh karena itu tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah menentukan formulasi estimasi dari eksponen spektral tersebut. Untuk mencapai tujuan di atas ini diperlukan beberapa konsep matematik dan statistik antara lain , kuat spektral (power spectrum) yang terkait dengan eksponen spektral dalam wilayah frekuensi, dan kuadrat terkecil (least square ) serta estimasi selang (interval estimation) secara statistik. Hasil pembahasan ini merupakan suatu alat komputasi yang dapat diterapkan pada data sinyal ULF untuk mendeteksi terjadinya badai geomagnet ataupun gempa bumi (earthquake). Kata kunci : Eksponen spektral , Derau kedip(flicker noise), Sinyal ULF, Geomagnet. 1. Pendahuluan Salah satu jenis karakteristik fraktal sinyal ULF yang dikenal sebagai konyugasi dari dimensi fraktal adalah eksponen spektral. Pengertian tentang eksponen spektral sinyal ULF ini umumnya merupakan faktor pangkat dari ukuran presisi
1 dalam skala f
frekuensi (lihat [8]). Atau secara matematis didefinisikan sebagai minus kemiringan (slope) regresi linier dari hasil plot logaritma frekuensi versus logaritma kuat spektral dalam wilayah frekuensi (log f versus log P(f)). Sedangkan menurut [3] dan [9] ciri kemunculan derau kedip (flicker noise) akan terlihat pada saat penurunan nilai eksponen spektral (β) secara gradual mendekati satu ( β =1, flicker noise signature). Oleh karena itu perlu dirancang suatu formulasi untuk mengestimasi nilai eksponen spektral yang dapat memprediksi kemunculan derau kedip pada data sinyal ULF. Dengan demikian tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk menentukan formulasi estimasi eksponen spektral dan selang kepercayaan yang berkaitan dengan parameter Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
993
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana merancang proses estimasi eksponen spektral tersebut?, bagaimana menentukan prosedur numerik untuk taksiran eksponen spektral dan kemunculan derau kedip tersebut? Sebenarnya banyak metode statistik yang dapat diterapkan pada proses estimasi ini , namun untuk keperluan pembahasannya dipilih suatu metode yang cukup sederhana yaitu metode kuadrat terkecil (Least Square Method) dengan mengacu pada [4] dan [7]. Manfaat dari hasil pembahasan kajian ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan juga memprediksi prekursor terjadinya badai geomagnet ataupun gempa bumi. 2. Analisis metode estimasi model linier Umumnya model linier sederhana mempunyai bentuk seperti Y = A + B X , dengan A dan B adalah parameter‐parameter yang nilainya harus diperkirakan. Apabila populasi dari seluruh pasangan nilai ( xi , yi ) diketahui , maka kita dapat menghitung nilai sebenarnya dari parameter A dan B. Didalam prakteknya kita tidak tahu nilai parameter tersebut, akan tetapi dapat diperkirakan dengan menggunakan data empiris, hasil observasi berdasarkan sampel yang diambil dari suatu populasi yang tidak terbatas (infinite population). Data empiris tersebut sering berupa data berkala (time series data) yaitu: x1 , x2 , x3 , ....., xn dan y1 , y2 , y3 ,........, yn . Untuk memperkirakan A dan B kita gunakan metode kuadrat terkecil . Model sebenarnya adalah Y = A + B X + U, sedangkan Model perkiraan adalah Y = a + b X + e . Dengan a , b dan e adalah taksiran untuk A , B dan U. Metode kuadrat terkecil adalah suatu metode untuk menghitung a dan b sebagai perkiraan dari A dan B sedemikian rupa sehingga jumlah galat kuadrat (sum of square error) terkecil. Dengan bahasa matematik dapat dinyatakan sebagai berikut: Yi = a + b Xi + ei , i = 1,2,....,n. Atau ei = Yi – a – b Xi adalah galat (error) ke i. n
n
i =1
i =1
Sedangkan ∑ ei2 = ∑ (Y i − a − b X i )2 adalah jumlah galat kuadrat. Prosedur metode n
kuadrat terkecil di [2] dan [7] ini adalah membuat turunan parsiil dari ∑ ei2 , mula‐mula i =1
terhadap a , kemudian terhadap b dan menyamakannya dengan nol sebagai berikut : Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
994
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
n
∂ ∑ ei2
i =1
∂a
n
n
n
i =1
i =1
i =1
= 2 ∑ (Y i − a − b X i )(−1) = 0 atau ∑ Y i − a.n − b ∑ X i = 0 .......(1)
n
∂ ∑ ei2 i =1
∂b
n
n
n
n
i =1
i =1
i =1
i =1
= 2 ∑ (Y i − a − b X i )(− X i ) = 0 atau ∑ X i Y i − a ∑ X i − b ∑ X i2 = 0 .......(2)
Persamaan‐persamaan (1) dan (2) ini dikenal sebagai persamaan‐persamaan normal n
dari regresi Y = a + b X + e di atas. Jika persamaan (1) dikalikan dengan faktor ∑ X i i =1
dan persamaan (2) dikalikan dengan faktor n maka akan diperoleh persamaan‐ n
n
n
n
i =1
i =1
i =1
i =1
persamaan (3) dan (4) sebagai berikut, ∑ X i .∑ Y i − a.n ∑ X i − b ( ∑ X i . )2 = 0 ....(3) n
n
n
i =1
i =1
i =1
Dan n.∑ X i Y i. − a.n ∑ X i − b.n ∑ X i2 = 0 .....(4) Selisih dari persamaan (3) dan (4) akan menghasilkan parameter‐parameter a , b n
sebagai berikut: b =
n
n
i =1 n
i =1
n.∑ X i Y i − ∑ X i ∑ Y i i =1 n
n.∑
i =1
2 Xi
2
− ( ∑ Xi ) .
n
n
∑ Y i − b∑ X i
dan a = i =1
i =1
n
= Y ‐ b. X ....(5)
i =1
Didalam analisa regresi , ataupun suatu hasil penelitian biasanya kesalahan baku dipakai sebagai ukuran tingkat ketelitian. Umumnya jika Y = a + b X maka S a dan S b masing‐masing adalah nilai taksiran untuk a dan b. Akan tetapi sering juga nilai taksiran ini merupakan nilai observasi untuk pengujian hipotesa (lihat [2]). Apabila S e2 adalah taksiran σ2 ( variansi Y ) dan agar S e2 juga merupakan “unbiased estimator”dari σ2 maka haruslah E( S e2 ) = σ2. Untuk itu formulasi S e2 = S e2 =
1 n−k
n
1 n 2 ∑ ei atau n − k i =1
juga
dapat
S e2
harus dihitung dengan
dihitung
dengan
formula
2
∑ (Y i − a − b X i ) di [7] , dimana n adalah banyak sampel data dan k adalah
i =1
2
banyak variabel. Sedangkan
S 2a
2 1 ⎞⎟ dan S 2 = S e . Dalam praktek = S ⎛⎜ + nX b n ⎠ ⎝ n ∑ X i2 ∑ X i2 2 e
i =1
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
i =1
995
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
juga sering diperlukan taksiran selang untuk parameter A dan B. Untuk sampel yang besar berlaku selang kepercayaan untuk masing‐masing parameter A dan B sebagai berikut , a − Z α . S a ≤ A ≤ a + Z α . S a dan b − Z α . S b ≤ B ≤ b + Z α . S b . Jika pada sampel‐sampel 2
2
2
2
yang besar digunakan distribusi Z (distribusi normal baku) untuk penentuan selang kepercayaannya, maka pada sampel‐sampel yang kecil, distribusi Z diganti dengan distribusi t (distribusi studen), sehingga selang kepercayaan dari parameter‐parameter A dan B menjadi , a − t α . S a ≤ A ≤ a + t α . S a dan b − t α . S b ≤ B ≤ b + t α . S b . Dalam hal ini “α” 2
2
2
2
adalah tingkat keberartian (level of significant) dan biasanya ditentukan 5%. 3. Hasil dan Pembahasan Menurut relasi hukum pangkat di [1], enersi fungsi densitas spektral atau kuat spektral semua derau selalu sebanding dengan Secara matematis ditulis P(f) =
k f
β
1 β
f
. Atau ditulis P(f) ~
1 f
β
.....(6)
= k f − β ....(7)
Jika diambil logaritma dari kedua ruas persamaan (7) di atas, maka diperoleh model persamaan linier dalam logaritma sebagai berikut, log P(f) = ‐ β log f + log k dengan k adalah suatu konstanta. Selanjutnya tinjaulah model perkiraan persamaan linier dalam ∧
∧
bentuk logaritma sebagai berikut, log P( f i ) = − β log f i + log k + ε i . Akibatnya diperoleh ε i2 = n
n
i =1
i =1
(
∧
∧
log P( f i ) + β log f i − log k ) ∧
2
∧
Jadi ∑ ε i2 = ∑ ( log P( f i ) + β log f i − log k )2 .......(8) n
∂ ∑ ε i2 Dengan menerapkan kriteria kuadrat terkecil yaitu n
∧
i =1 ∧
∂β
n
= 0 dan
n
∂ ∑ ε i2 i =1
∧
∂ log k
= 0 pada persa‐
n
∑ log f i ∑ log P( f i ) − n ∑ log f i log P( f i )
maan (8) akan diperoleh, β = −tg γ = i =1
i =1 n
2
i =1 n
n ∑ (log f i ) − ( ∑ log f i ) i =1
2
.....(9)
i =1
Dalam hal ini γ adalah adalah sudut miring dengan arah berlawanan jarum jam terhadap Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
996
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
sumbu koordinat log f positif , seperti terlihat pada gambar 4 di [6]. n
n
n
∑ log f i ∑ log P( f i ) − n ∑ log f i log P( f i )
Dengan demikian γ = arc tg i =1
i =1 n
i =1 n
2
n ∑ (log f i ) − ( ∑ log f i ) i =1
∧
.......(10)
i =1
∧ n
n
Sedangkan log k =
2
∑ log P( f i ) − β ∑ log f i
i =1
i =1
n
∧
= log P( f i ) − β log( f i ) .......(11)
Selanjutnya dengan menggunakan formulasi yang serupa seperti di bawah ini yaitu,
Sε = 2
2 ∧ ∧ 1 n Se 2 . ∑ ( log P( f i ) + β log f i − log k ) dapat dihitung S b2 = n 2 n − j i =1 ∑ (log f i ) i =1
Dalam hal ini n adalah banyaknya data yang digunakan dan j=2 adalah banyaknya variabel dari kedua komponen kuat spektral P(f) dan frekuensi f. Dalam pembahasan data sinyal ULF ini, juga diperlukan taksiran selang untuk parameter eksponen spektral β . Jika sampel data yang digunakan cukup banyak maka selang kepercayaan ∧
∧
untuk parameter β ditentukan sebagai berikut, β − Z α . S b ≤ β ≤ β + Z α . S b . Dalam hal 2
2
ini “α” adalah tingkat keberartian (level of significant) yang biasanya ditentukan 5% , sedangkan Z adalah suatu variabel acak yang berdistribusi normal baku. ∧
Untuk mengimplementasi formulasi taksiran eksponen spektral β di persamaan (9) ke dalam situasi nyata diperlukan langkah‐langkah perhitungan numeriknya yang dapat dinyatakan sebagai berikut : i). Lakukan prosedur standar pengolahan data sinyal ULF (lihat [5]). ii). Tentukan nilai‐nilai frekuensi fi dan kuat spektral P(fi) tiap detik untuk setiap selang waktu 10 menit. iii). Hitung log fi , (log fi )2 , log P(fi) dan log fi log P(fi) tiap detik untuksetiap selang waktu 10 menit. n
n
n
n
n
i =1
i =1
i =1
i =1
i =1
iv). Hitung ∑ log f i , ( ∑ log f i )2 , n ∑ ( log f i )2 , ∑ log P( f i ) dan ‐n ∑ ( log f i )( log P( f i )) tiap detik untuk setiap selang waktu 10 menit. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
997
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
v). Hitung β i dan γ i dengan menggunakan formulasi pada persamaan‐persamaan (9) dan (10) setiap 10 menit. Selanjutnya kemunculan derau kedip, menurut [8] dan [9] akan terlihat pada saat nilai eksponen spektral β konvergen ke 1 ( β → 1 ) dan secara bersamaan juga, sudut miring γ dengan arah berlawanan jarum jam terhadap sumbu koordinat log f positif mendekati 1350 ( γ → 1350 ). 4. Simpulan Formulasi taksiran eksponen spektral β dan parameter γ yang diperoleh dari persamaan‐persamaan (9) dan (10), ini dapat digunakan untuk menghitung nilai kedua parameter tersebut ( yaitu β dan γ ), dengan memanfaatkan data mentah sinyal ULF yang diamati secara langsung tanpa ada jedah waktu (real time data). Selain itu prosedur perhitungan eksponen spektral β maupun parameter γ yang telah dibahas secara numerik, ini perlu diterjemahkan ke dalam program komputernya sehingga dapat diimplementasikan pada data sinyal ULF yang siap dipakai (real time data or near real time data). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat hasil‐hasil perhitungan nilai parameter β dan γ , sehingga dapat melihat kecenderungan ataupun kekonvergenan dari parameter‐parameter tersebut ke suatu nilai tertentu ( β → 1 dan γ → 1350 ). Kemudian yang harus dipikirkan (open problem) untuk penelitian berikutnya adalah bagaimana memodelkan nilai‐nilai eksponen spektral tersebut terhadap waktu dengan memanfaatkan data sinyal ULF, sehingga dapat memprediksi terjadinya gempa bumi ataupun badai geomagnet. 5. Ucapan Terimakasih Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada rekan‐rekan sekerja di bidang Apgeomagsa – LAPAN yaitu saudara La Ode Musafar, drs. MSc dan saudara Bachtiar Anwar, MSc. DSc. yang telah memberikan banyak sumbangan pemikiran didalam diskusi‐diskusi serta bantuan informasinya tentang pengertian data sinyal ULF. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
998
PROSIDING
ISBN : 978‐979‐16353‐3‐2
Daftar Pustaka [1]. Addison P.S, (1997) Fractals and Chaos: An illustrated course, IOP Publishing Ltd., Philadelphia USA. [2]. Draper N R & Smith H (1996) Applied Regression Analysis, John Wiley & sons, Inc., New‐York. [3]. Gotoh K. et. al., (2002) Fractal analysis of the ULF geomagnetic data obtained at Izu Peninsula, Japan in relation to the nearby earthquake swarm of June – August 2000, Journal NHESS, pp. 229 – 236. [4]. Maspupu J, (2007) Rancangan Estimasi Fungsi Transfer Data Variasi Geomagnet , Prosiding Seminar Nasional Matematika FMIPA ‐UNPAR, Bandung, hal.133 – 137. [5]. Maspupu J. (2007) Disain Pengolahan data Variasi Geomagnet berdasarkan Filter tertentu, Prosiding Seminar Nasional Matematika FMIPA ‐ UNPAR, Bandung, Vol.2, hal.166 – 172. [6]. Maspupu J, (2009) Penentuan Hubungan Eksponen Spektral dan Dimensi Fraktal Sinyal ULF Geomagnet, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA ‐ UNY, Yogyakarta , hal. – . [7]. Mendenhall W.and ScheafferR.L.(1998)., Mathematical Statistics with Applications, John Wiley & Sons , Inc., New‐York. [8]. Smirnova N. et.al., (1999) Structure of the ULF geomagnetic noise in a seismo active zone and its relation to the earthquake, in : Noise Physical System and 1f Fluctuations, Proc. 15th Int. Conf. ICNF’99, 23‐26 August,Hong Kong , (Ed) Surya.Ch. World Scientific, pp.471‐474. [9]. Smirnova N. et.al., (2001) Scaling characteristic of ULF geomagnetic fields at the Guam seismoactive area and their dynamics in relation to the earthquake, Journal Natural Hazards and Earth System Sciences (J. NHESS), pp.119 – 126. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009
999