TESIS
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
I KOMANG SUDIARTA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30 SEPTEMBER 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP 195708011987021001
Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT NIP 196110241987021001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA NIP 196204041991031002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 195902151985102001
iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 30 September 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1661/UN.14.4/HK/2011, Tanggal 30 September 2011
Ketua
: Ir. Mayun Nadiasa, MT
Anggota : 1. Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT 2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA 3. Ir. I Wayan Yansen, MT 4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: I Komang Sudiarta
NIM
: 0791561042
Tempat dan Tanggal Lahir
: Tabanan, 26 September 1977
Alamat
: Br. Belatung, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan
Telepon/HP
: 08123998852, (0361)7907940
Menyatakan Dengan Sebenarnya Bahwa Tidak Menjiplak Setengah Atau Sepenuhnya Tesis Orang Lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar maka saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 21 Oktober 2011 Hormat saya
I Komang Sudiarta NIM 0791561042
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Om Swastiastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Mayun Nadiasa, MT dan Ir. Nyoman Yudha Astana, MT, pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana periode sebelumnya dan Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana periode sekarang atas kesempatan dan bimbingan yang diberikan selama penulis mengikuti program magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana dan Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.
vi
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada Ir. I Nyoman Suardika, I Nyoman Ardika, ST dan I Nyoman Anom Purwa Winaya, MSi serta semua teman yang telah bersumbangsih atas dukungan materi, semangat dan pemikiran serta waktu yang telah diberikan, tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan persembahan keberhasilan
tesis ini kepada Ir. I Komang
Sudiastawa (almarhum). Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga tercinta, Bapak I Made Darma, Ibu Ni Wayan Riti, istriku Komang Ana Wiryanti ST, anakku Putu Aneira Putri Arvanatha dan seluruh keluarga besar yang penuh kesabaran dan pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatam untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.
vii
ABSTRAK ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep atau gambaran secara umum terhadap bangunan yang akan dibangun. Salah satu metode estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Untuk bisa memakai metode faktor kapasitas biaya maka nilai faktor kapasitas biaya harus diketahui terlebih dahulu. Nilai faktor kapasitas biaya dicari dengan melakukan analisis hubungan antara biaya dan kapasitas dengan memakai model regresi linier sederhana. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai slope pada model regresi merupakan faktor kapasitas biaya yang dicari. Hasil analisis menunjukkan, faktor kapasitas biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,637; sedangkan pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai), untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,319. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung selanjutnya diperoleh dengan mengalikan biaya terdahulu yang diketahui dengan hasil perbandingan antara kapasitas yang direncanakan dengan kapasitas yang diketahui berpangkat faktor kapasitas biaya menurut fungsi, klasifikasi dan jenis kapasitasnya masing-masing.
Kata kunci : estimasi biaya konseptual, faktor kapasitas biaya, analisis regresi linier
viii
ABSTRACT
CONCEPTUAL COST ESTIMATION OF BUILDING CONSTRUCTION USING COST CAPACITY FACTOR
Conceptual cost estimation is cost estimation based on the concept or general picture of the building to be constructed. One method of conceptual cost estimation on building construction is the cost capacity factor method. To be able to use the method of the cost capacity factor, the cost of capacity factor values should be known in advance. Cost capacity factor values are sought by analyzing the relationship between cost and capacity using simple linear regression model. The analysis of the relationship with the cost of capacity was carried out by first logarithming cost and capacity. The value of slope in the regression model is the capacity factor cost sought. The result of the analysis showed, the capacity factor in the cost of physical capacity (floor area) for social culture building with a special classification and number of 4 floors respectively were 0,955 and 0,956; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 at sequence was 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,637, while the functional capacity (the number of users), for social culture building with a special classification and number of floors 4 was respectively 0,947 and 0,959; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 respectively was 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 and 1,514; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,319. Conceptual cost estimation of building construction was obtained by multiplying the known prior costs with the comparative result between the planned capacity with the known capacity powered by cost capacity factor by function, classification and type of capacity respectively. Key word : conceptual cost estimation, cost capacity factor, linear regression analysis.
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM . .................................................................................. i PRASYARAT GELAR .............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ............................... iv SURAT PERNYATAAN............................................................................ v UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vi ABSTRAK .............. .............................................................................. viii ABSTRACT ............ ................................................................................ ix DAFTAR ISI ........... ................................................................................. x DAFTAR TABEL .... .............................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3 1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 5 2.1 Perencanaan Biaya Proyek............................................................ 5 2.2 Estimasi Biaya.............................................................................. 6
x
2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya .................................................... 8 2.4 Normalisasi ............................................................................... 10 2.5 Regresi Linier Sederhana ............................................................ 12 2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier .................................................... 13 2.7 Bangunan Gedung di Indonesia .................................................. 15 2.8 Validasi ...... ............................................................................... 20 2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu .................................. 21 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .......... 24 3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 24 3.1.1 Persiapan data .................................................................... 24 3.1.2 Database ............................................................................ 24 3.1.3 Pengolahan data ................................................................. 25 3.1.4 Model ............................................................................... 26 3.1.5 Aplikasi ............................................................................. 26 3.2 Konsep Penelitian ...................................................................... 27 BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 29 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 29 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29 4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................. 29 4.4 Variabel Penelitian .................................................................... 30 4.5 Instrumen Penelitian .................................................................. 31 4.6 Prosedur Penelitian .................................................................... 31 4.7 Analisis Data ............................................................................. 31
xi
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 33 5.1 Umum ....... ............................................................................... 33 5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya .................. 35 5.2.1 Normalisasi ....................................................................... 35 5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan ............................. 39 5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya ...................................................................... 39 5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor 47 5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah 51 5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai .......................... 55 5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya ............................................................ 58 5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor dan sekolah ................................................... 65 5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung ................................. 67 5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya ..................................... 71 5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya ................................................. 78 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 82 6.1 Simpulan ... ............................................................................... 82 6.2 Saran ......... ............................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86 LAMPIRAN ............ ............................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI ........................... 20 2.2
Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ............... 23
5.1
Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor ............................ 33
5.2
Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah ..... ............................................................................... 34
5.3
Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah dinormalisasi ... ............................................................................... 37
5.4
Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah setelah dinormalisasi ..................................................... 38
5.5
Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama .................................. 39
5.6
Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah ................................................ 40
5.7
Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan sekolah)............ ............................................................................... 42
5.8
Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit) ................................. 43
5.9
Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1 ...... 44
5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 2, 3 dan 4 .................................................................... 45 5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor ................................... 47
xiii
5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ........................................................................ 48 5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai .................... 50 5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah ................................. 51 5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ............................................................... 52 5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai .................. 54 5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (asrama, kantor, laboratorium dan puskesmas) ................................ 58 5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (rumah sakit dan sekolah) ................................................................ 59 5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (khusus dan sederhana) ................................................................... 60 5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (sederhana dan tidak sederhana) ...................................................... 61 5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3 .............................. 63 5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4 .................................. 64 5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 69 5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 75 5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah uji validasi........ ............................................................................... 78
xiv
5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut Klasifikasinya .. ............................................................................... 79
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1. Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002 ..... 15 3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya.................................. … 28 5.1
Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung ........ 35
5.2
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya ...... 41
5.3
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 .... 43
5.4
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 46
5.5
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor ................. 48
5.6
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ...................... 49
5.7
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 50
5.8
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah ............... 52
5.9
Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ....................... 53
5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 54 5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya ............ ................................................................................... 59
xvi
5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 62 5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 64 5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor ........ 65 5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 66 5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 66 5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah ....... 66 5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 67 5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan kantor serta klasifikasinya .................................................................... 87 Lampiran 2 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan sekolah serta klasifikasinya ..................................................................... 88 Lampiran 3 Error Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi ke dalam bangunan khusus ( hubungan biaya dengan luas ) ........ 89 Lampiran 4 Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi ke dalam bangunan berlantai 4 ( hubungan biaya dengan luas ) .. 90 Lampiran 5 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam bangunan sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai )................................................................................... 91 Lampiran 6 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam bangunan tidak sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai ) ................................................................................... 92 Lampiran 7 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam bangunan berlantai 1 ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai ) ................................................................................... 93 Lampiran 8 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai ) ................................................................................... 94
xviii
Lampiran 9 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam bangunan berlantai 3 ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai ) ................................................................................... 95 Lampiran 10 Error Estimate bangunan sekolah yang terklasifikasi ke dalam bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah pemakai ) .................................................................................. 96
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia konstruksi. Estimasi
biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik konstruksi dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen karena estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada informasi-informasi terbaru dalam bidang konstruksi yang didapat, disamping pemilihan jenis estimasi biaya yang dipergunakan. Secara umum estimasi biaya konstruksi dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep atau gambaran secara umum terhadap bangunan yang akan dibangun, misalnya rumah sederhana, rumah mewah, dan sebagainya. Melalui estimasi ini diperoleh biaya konseptual yaitu biaya berdasarkan gambaran umum yang menjadi acuan terhadap konstruksi bangunan yang direncanakan sebelum biaya detail dihitung. Estimasi biaya detail adalah estimasi biaya berdasarkan perhitungan secara detail terhadap kuantitas dan biaya satuan tiap komponen bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat. Berbagai metode dipakai dalam
melakukan estimasi biaya konseptual
pada konstruksi bangunan gedung. Salah satu metode estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Metode
1
2
faktor kapasitas biaya ini mengambil dasar bahwa terdapat suatu hubungan diantara beberapa proyek bangunan sejenis namun nilai, luas dan jumlah pemakainya berbeda. Biaya sebuah bangunan baru diperoleh setelah faktor kapasitas biaya diketahui. Faktor kapasitas biaya merupakan suatu koefisien pada masing-masing fungsi bangunan yang diperoleh melalui proses tertentu berdasarkan data biaya dan ukuran atau kapasitas proyek yang sudah diketahui dan memiliki jenis yang sama. Dalam prosesnya, metode faktor kapasitas biaya sebagai salah satu metode estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung mengklasifikasikan setiap bangunan untuk mengetahui faktor kapasitas fisik yaitu berupa luas lantai dan kapasitas fungsional berupa jumlah orang pemakai, pada konstruksi bangunan gedung yang bersangkutan. Kapasitas fisik berupa luas lantai dan kapasitas fungsional berupa jumlah orang pemakai, masing-masing diplot bersama-sama dengan biaya konstruksi bangunan gedung sehingga secara umum terdapat hubungan antara masing-masing faktor kapasitas biaya dengan biaya konstruksi bangunan gedung yang dapat dilihat dengan adanya suatu model persamaan. Masing-masing nilai faktor kapasitas biaya bisa diketahui dari model persamaan yang telah diperoleh berdasarkan penjelasan di atas. Metode estimasi biaya konseptual pada negara maju telah banyak dikenal dan dipergunakan dengan baik dalam dunia konstruksi antara lain untuk pembuatan fasilitas pabrik proses kimia, peralatan kontrol untuk polusi udara serta bandara (Abduh,2006). Walaupun demikian, penggunaan metode faktor kapasitas biaya untuk estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung belum
3
banyak dikenal, khususnya di Bali. Selama ini yang banyak dipergunakan dalam estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah estimasi parameter menurut fungsi bangunan gedung tersebut atau dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan menggunakan indeks biaya. Untuk bisa memakai metode faktor kapasitas biaya dalam melakukan estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung maka nilai faktor kapasitas biaya harus diketahui terlebih dahulu.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung pada model estimasi biaya konseptual bangunan gedung berdasarkan hubungan biaya dengan luas lantai bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan? 2. Bagaimana menentukan estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan faktor kapasitas biaya bangunan gedung?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui model biaya bangunan gedung berdasarkan kapasitas fisik dan kapasitas fungsional. 2. Untuk mengetahui nilai faktor kapasitas biaya pada masing-masing bangunan gedung sebagai faktor dalam melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung dengan memakai metode faktor kapasitas biaya.
4
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung dengan menggunakan faktor kapasitas biaya. 2. Estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung dengan menggunakan faktor kapasitas biaya bisa dijadikan sebagai alternatif dalam melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung.
1.5
Batasan Masalah
1. Lokasi obyek penelitian dibatasi pada beberapa wilayah di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Provinsi Bali. 2. Obyek penelitian difokuskan pada bangunan gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa bangunan gedung sosial budaya yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan, layanan kesehatan dan pelayanan umum. 3. Jumlah pemakai bangunan gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau berdasarkan standar perencanaan yang ada. 4. Rencana Anggaran Biaya terdahulu yang dipakai berada pada rentang tahun 2002 sampai dengan 2009.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Perencanaan Biaya Proyek Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang
sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut : 1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu. 2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan. 3. Tahapan pelelangan , biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan. 4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi. Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan proyek, dilakukan estimasi biaya (Husen, 2009).
5
6
2.2
Estimasi Biaya Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Aspek itu dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan yaitu (Kodoatie, 1995) : 1. Tahapan studi 2. Tahapan perencanaan 3. Tahapan pelaksanaan 4. Tahapan operasi dan pemeliharaan Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan biaya untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas bagi masing-masing organisasi peserta proyek dengan penekanannya yang berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya, bila penawaran harga yang diajukan terlalu tinggi kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan, sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah akan mengalami kesulitan di belakang hari. Untuk konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang diusulkan (Soeharto, 1997).
7
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997). Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus secara hati-hati dipersiapkan dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh keakuratan estimasi biaya konstruksi. Keakuratan estimasi biaya konstruksi seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari perencanaan, desain hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek. Hal ini bisa diprediksi dari estimasi konseptual yang akan membentuk batasan, dengan tingkat keakuratannya relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena tidak semua gambaran desain dan detail disebutkan selama perencanaan awal. Estimasi biaya dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga sebagai
perkiraan
biaya
pendahuluan.
Sebagaimana
telah
disampaikan
sebelumnya bahwa perkiraan biaya pendahuluan dikerjakan pada tahap konseptual di mana dalam tahap ini semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada suatu laporan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya (Soeharto, 1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana investasi adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 1997) :
8
a. Tersedianya data dan informasi b. Teknik atau metode yang digunakan c. Kecakapan dan pengalaman estimator d. Tujuan pemakaian perkiraan biaya Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan, pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode perkiraan biaya yang dipakai. Terkait dengan metode yang digunakan, dikenal beberapa metode estimasi biaya yaitu : 1. Metode parametrik 2. Metode dengan memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu 3. Metode menganalisis unsur-unsurnya 4. Menggunakan metode faktor 5. Quantity take off dan harga satuan 6. Unit price 7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan Metode mana yang hendah dipakai tergantung pada keperluan dan tersedianya data serta informasi pada waktu itu (Soeharto, 1997).
2.3
Metode Faktor Kapasitas Biaya Estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dengan menggunakan data
masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi.
9
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar hubungan matematis yang mengaitkan biaya dengan kapasitas tertentu dari objek (Soeharto, 1997). Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat dalam suatu kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun demikian karena metode ini disusun atas dasar catatan terdahulu maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 1997). Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan kapasitas tertentu seperti tersebut di atas adalah berupa kurva pangkat seperti pada Persamaan 2.1. di bawah ini :
Q C 2 C1 2 Q1
m
……………………………………………………………… (2.1)
dengan; C1= biaya untuk kapasitas yang diketahui (Rp) C2 = biaya untuk kapasitas yang ingin diketahui (Rp) Q2 = ukuran/kapasitas fasilitas yang ingin diketahui (m2 atau orang) Q1 = ukuran/kapasitas fasilitas yang diketahui (m2 atau orang) m = faktor kapasitas biaya Faktor kapasitas biaya (m) yang terdapat dalam Persamaan 2.1. diperoleh dari hasil hubungan biaya dengan kapasitas tertentu suatu objek menggunakan kurva linier seperti Persamaan 2.2. di bawah ini : y = mx + q
...……………………………………………………………… (2.2)
10
dengan; y = biaya, x = kapasitas, m = faktor kapasitas biaya q = komponen tetap
2.4
Normalisasi Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa estimasi biaya konseptual dapat
dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi, maka perihal harga di waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga saat ini dapat ditemui
dalam penerbitan
berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka perbandingan antara harga pada suatu waktu ( tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar (Soeharto, 1997). Dengan memahami dasar teori yang disampaikan di atas maka dapat diartikan bahwa adanya data masa lalu tentunya terkait dengan waktu dan lokasinya masing-masing. Perbedaan lokasi yang ada dapat terkorelasi ke lokasi yang menjadi acuan dan diterjemahkan suatu rumusan seperti persamaan 2.3. berikut : CB C L
IB .................................................................................................... (2.3) IL
dengan; CB
= biaya menurut lokasi acuan (Denpasar)
CL
= biaya dari suatu lokasi yang diketahui
11
IB
= indeks harga konsumen menurut lokasi acuan (Denpasar)
IL
= indeks harga konsumen dari suatu lokasi yang diketahui
Demikian juga halnya adanya perbedaan waktu di masa lampau dapat terkorelasi pada waktu yang menjadi acuan dasar. Persamaan yang mewakilinya seperti pada Persamaan 2.4. i Biayasekarang Biayalalu x 1 100
n
………………………………………... (2.4)
dengan; i = angka inflasi n = selisih waktu (tahun)
Indeks harga konsumen adalah suatu ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu. Indeks harga konsumen disusun oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber relevan, seperti pasar konsumen, produsen, lembagalembaga konsumen dan sebagainya. Penetapan indeks harga konsumen dilakukan dengan mempergunakan metode tertentu baik dengan indeks angka ditimbang maupun dengan angka indeks tidak ditimbang. Waktu dasar yang dipergunakan adalah tahun dimana ekonomi dianggap dalam keadaan stabil dan tidak berjauhan dengan tahun yang akan datang.
12
Dalam penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga konsumen yaitu : 1. Kebijakan pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta politik perdagangan luar negeri. 2. Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas. 4. Kenaikan pendapatan masyarakat. 5. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen. 6. Nilai mata uang jika dibandingkan dengan kurs.
2.5
Regresi Linier Sederhana Dalam penelitian orang bisa bekerja menggunakan model yang bisa
diartikan sebagai suatu hubungan fungsional antara peubah. Dengan model itu kita berusaha
memahami,
menerangkan,
mengendalikan
dan
kemudian
memprediksikan kelakuan sistem yang kita teliti. Model juga menolong dalam menentukan hubungan kausal antara dua atau lebih peubah. Secara umum model merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya. Keadaan alam yang ingin diteliti biasanya rumit dan kemampuan kita menelitinya secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Dari pengalaman di masa lalu atau dari dugaan mengenai hubungan antara peubah dalam sistem yang
13
diteliti, dirumuskan perkiraan kelakuan sistem tersebut dalam berbagai situasi (Sembiring, 2003). Model yang dibicarakan ini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya (Sembiring, 2003). Regresi yang berarti peramalan merupakan alat analisis hubungan yang digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain melalui persamaan garis regresi. Regresi ini dapat berbentuk regresi linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada dapat dinyatakan berada pada suatu garis lurus dan regresi non linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada tidak dapat dinyatakan pada suatu garis lurus (Hasan, 2008). Regresi linier dapat berupa regresi linier sederhana, yaitu regresi linier yang hanya melibatkan dua variabel yaitu satu variabel bebas X dan satu variabel terikat Y dan regresi linier berganda yaitu regresi linier yang melibatkan lebih dari dua variabel, satu variabel terikat Y dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, ..., Xn) (Hasan, 2008). Apabila model tersebut diterjemahkan secara matematis maka Persamaan 2.2. sebagai perwakilannya. Dalam persamaan tersebut, m dan q disebut koefisien regresi yang nilainya ditentukan dari data, sedangkan y menyatakan prediksi (Sembiring, 2003).
2.6
Linierisasi Kurve Tidak Linier Dalam praktek sering dijumpai bahwa sebaran titik-titik pada sistem
koordinat mempunyai kecenderungan (trend) yang berupa kurve lengkung
14
sehingga persamaan 2.2 tidak bisa langsung digunakan. Agar persamaan regresi linier dapat digunakan untuk mempresentasikan kurve lengkung, maka perlu dilakukan transformasi koordinat sedemikian rupa sehingga sebaran titik data bisa dipresentasikan dalam kurve linier. Berikut ini diberikan dua fungsi transformasi data yang bisa digunakan, yaitu fungsi eksponensial dan fungsi berpangkat. 1) Persamaan berpangkat Persamaan berpangkat diberikan oleh bentuk berikut ini y a2 x b 2 dengan a2 dan b2 adalah koefisien konstan. Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan fungsi logaritmik sehingga didapat log y = b 2 log x + log a2 yang merupakan hubungan log-log antara log y dan log x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan b2 dan memotong sumbu log y pada log a2. 2) Fungsi exponensial Contoh lain dari kurve tak linier adalah fungsi eksponensial seperti diberikan oleh bentuk berikut y a1 e b1 x dengan a 1 dan b 1 adalah konstanta. Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan logaritma natural sehingga menjadi ln y = ln a 1 + b 1x ln e, karena ln e = 1, maka ln y = ln a 1 + b 1x. Persamaan log y = b 2 log x + log a 2 merupakan hubungan semi logaritmik antara ln y dan x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan b1 dan memotong sumbu ln y pada ln a 1.
15
2.7
Bangunan Gedung di Indonesia Definisi tentang bangunan gedung dalam Undang-undang Republik
Indonesia nomor 28 tahun 2002 adalah "wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus". Untuk memudahkan pengaturan menurut kelompok kegunaan gedung dalam hal teknis dan administrasi, UUBG No. 28/2002 mengklasifikasikan bangunan gedung fungsinyaseperti pada Gambar 2.1 dibawah ini : Bangunan Gedung
Hunian
R. Tinggal R. Tinggal R. Tinggal R. Tinggal
Tunggal Deret Susun Sementara
Keagamaan
Masjid Gereja Pura Wihara Kelenten
Usaha
Perkantoran Perdagangan Penginapan Industri Terminal Penyimpanan Pariwisata
Sosial Budaya
Pendidikan Layanan Kesehatan Pelayanan Umum Kebudayaan
Khusus
Kemiliteran Reaktor Dll
Gambar 2.1 Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007, bangunan gedung negara menurut tingkat kompleksitasnya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.
16
a. Klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain: 1. Gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2; 2. Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat; 3. Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas; dan 4. Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai. b. Klasifikasi Bangunan tidak Sederhana, antara lain: 1. Gedung yang belum ada desain prototipenya, atau gedung dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung bertingkat di atas 2 lantai; 2. Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun; 3. Gedung Rumah Sakit Klas A, B,C, dan D; dan 4. Gedung
pendidikan
tinggi
universitas/akademi;
atau
gedung
pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai. c. Klasifikasi Bangunan Khusus, merupakan bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
memerlukan
penyelesaian/teknologi
khusus.
tersebut antara lain: 1. Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden, 2. Wisma negara, 3. Gedung instalasi nuklir,
Bangunan
17
4. Gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan persyaratan khusus, 5. Gedung laboratorium, 6. Gedung terminal udara/laut/darat, 7. Stasiun kereta api, 8. Stadion olah raga, 9. Rumah tahanan, 10. Gudang benda berbahaya, 11. Gedung bersifat monumental, 12. Gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri. Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007 dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per personil; 2. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil; 3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung. Desain awal sebuah bangunan harus memperhatikan kapasitas bangunan yang akan didesain. Sebagai dasar penentuan kapasitas atau daya tampung yang
18
akan direncanakan adalah mengikuti standar perencanaan bangunan menurut jenis bangunan yang akan dibangun (Neufert,1989). Asrama dengan kamar tidur terpisah, luas kamarnya lebih besar dari 6 m2, sebaiknya 9 m2. Tempat tidur sebaiknya tidak disusun berderet dan sebaiknya setiap tempat tidur dilengkapi lemari pakaian dan barang pribadi yang diletakkan di sisi tempat tidur, aliran udara harus cukup baik. Tingkat pengawasan penghuni asrama tergantung pada system yang dianut. Pengawas asrama membutuhkan ruang keluarga dan kamar tidur masing-masing dengan luas 18 m2 (Neufert,1989). Daya tampung bangunan perkantoran dapat ditelusuri melalui jenis/bentuk organisasinya. Berdasarkan bentuk organisasi ini, diketahui jumlah orang menurut tingkatan jabatannya secara fuugsional. Hal ini, nanti akan mempengaruhi jenis ruang yang harus tersedia dalam kantor tersebut. Jumlah orang yang terdeskripsikan melalui struktur organisasi kantor akan menentukan ukuran luas ruang yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung melalui 2 cara bersamaan (Neufert,1989), yaitu : a. Ruang gerak orang (standar ruang perorangan dikalikan jumlah orang) ditambahkan dengan ruang tambahan untuk sarana penunjang dan faktor untuk sirkulasi utama, b. Ruang bebas untuk bukan orang, misal ruang mesin. Secara ideal ukuran ruang laboratorium ditentukan oleh ukuran anthropometric, misalnya lebar daun meja diukur berdasarkan daya jangkau maksimum, menurut teori sekitar 600 tetapi dalam prakteknya berkisar 610 hingga 840. Panjang daun meja bagi siswa yang sedang melakukan penelitian biasanya
19
berkisar antara 2.100 dan 4.600 tergantung pada disiplin ilmu dan persyaratan khusus dari penelitian yang dikerjakan. Bila peneliti membentuk kelompok dengan menggunakan alat bersama maka panjang daun meja bias dikurangi menjadi sekitar 1.500 per orang. Tinggi meja diukur dari permukaan lantai berkisar antara 450 untuk pekerjaan kimia hingga 90 untuk pekerjaan yang harus dilakukan sambil berdiri (Neufert,1989). Puskesmas sebagai tempat untuk pasien berobat jalan terdiri dari ruang konsultasi, ruang penyelidikan, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan. Pemeriksaan berkala memakan waktu sekitar 3 jam (kira-kira 10 jam per minggu) dan dilakukan antara pukul 09.00 – 18.00. Setiap dokter dapat menggunakan sekaligus 2 kegiatan masing-masing dalam satu ruangan. Penggunaan ruang diperkirakan 9 kali kunjungan per minggu, dimana rumusan perhitungan kebutuhan ruang adalah jumlah ruang yang dibutuhkan dibagi 9 sama dengan kegiatan dalam ruang per minggu. Untuk bangunan rumah sakit secara umum pembangunannya didasarkan pada 2 unsur utama yakni dasar pelayanan dan konfigurasi tempat tidur. Dalam perhitungan memakai konfigurasi tempat tidur perbandingan tempat tidur per tim petugas rumah sakit adalah 20 – 30 pasien. Selain itu perbandingan tempat tidur untuk suatu rumah sakit lingkungan didapat angka kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur untuk bagian perawatan dan 46 – 53 m2 per tempat tidur untuk bagian-bagian utama lainnya (Neufert,1989). Batasan pengertian ruang untuk tahun-tahun awal pada sekolah yang menjalankan program wajib belajar lebih banyak mengandalkan pada perencanaan arsitektural yang dapat dikelompokkan atas 3 kategori (Neufert,1989) yakni :
20
1. Unsur fasilitas dari ruang kelas utama setempat 2. Unsur fasilitas ruang tertutup yang yang dipakai bersama 3. Unsur fasilitas ruang luar yang dipakai bersama Perubahan acuan perencanaan dari ruang kelas yang baku menjadi pusat-pusat ruang menurut acuan baru telah dicoba dengan mengubah beberapa sekolah tua. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana bangunan SD/MI dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI Tipe SD/MI Uraian Satuan A B C Jumlah Murid Jumlah Ruang Kelas Jumlah murid/kelas Jumlah Luas Ruang Kelas Kebutuhan ruang/murid
orang buah orang m2 m2 /murid Kebutuhan Ruang Belajar m2 Kebutuhan Ruang Kantor m2 Kebutuhan Ruang Penunjang m2 (kecuali Kantin, parkir, rumah kepsek, mess guru) Jumlah Luas Ruang Total m2 Lokasi
Ideal 480 12 40 672 1,4
Ideal 240 6 40 336 1,4
Min. 90 3 30 168 1,87
840 56 67
504 42 52
168 17
963 Kab./ kota
598 Kec. /kel.
185 Desa/daerah terpencil Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99
2.8
Validasi Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan
uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya
21
terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan yang lebih kecil. Tahapan validasi yang dilakukan meliputi: 1. Menentukan data-data bangunan yang memiliki karakteristik sama pada setiap fungsi bangunan yang nantinya akan menjadi nilai Q1, Q2, C1 dan C2, 2. Menentukan nilai m, Q1, Q2, C1 dan C2 dari data yang terdapat pada setiap klasifikasi,
Q 3. Input nilai Q1, Q2 dan C1 pada persamaan faktor kapasitas C 2 C1 2 Q1
m
,
menjadi nilai C2, 4. Menentukan prosentase kesalahan antara C2 dan C2 aktual melalui Persamaan 2.4, dan
cos t mod el cos t actual Error estimate cos t actual
x 100% ……………………... (2.5)
5. Nilai kesalahan ini kemudian dapat dirata-rata untuk setiap kelasnya sehingga dapat diketahui berapa persentase kesalahan pada suatu klasifikasi.
2.9
Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu Koefisien korelasi (KK) adalah indeks atau bilangan yang digunakan
untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1
22
dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ KK ≤ +1) (Hasan, 2008). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variable-variabel berkorelasi positif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1 semakin kuat positifnya. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variable-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1 semakin kuat negatifnya. Jika koefisien korelasi bernilai 0 (nol) maka variable tidak menunjukkan korelasi. Jika koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variable-variabel menunjukkan korelasi positif atau negative sempurna (Hasan, 2008). Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain (variabel terikat Y). Nilai koefisien penentu berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤ 1). Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 1 berarti variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen. Jika nilai koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1 (0 < KP < 1) maka besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah sesuai dengan nilai KP itu sendiri, dan selebihnya berasal dari faktor-faktor lain (Hasan, 2008).
23
Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai KK sebagai patokan (Hasan, 2008).
No.
Table 2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1.
KK = 0,00
Tidak ada
2.
0,00 < KK ≤ 0,20
Sangat rendah atau lemah sekali
3.
0,20 < KK ≤ 0,40
Rendah atau lemah tapi pasti
4.
0,40 < KK ≤ 0,70
Cukup berarti atau sedang
5.
0,70 < KK ≤ 0,90
Tinggi atau kuat
6.
0,90 < KK ≤ 1,00
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7.
KK = 1,00
Sempurna
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian 3.1.1 Persiapan data Sebagai langkah awal dari penulisan ini adalah mempersiapkan data dengan terlebih dahulu menentukan klasifikasi bangunan gedung yang akan dijadikan objek penulisan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap data yang diperlukan, dilakukan survey ke instansi terkait ataupun ke penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh data-data kontrak tiap jenis bangunan gedung. Survey juga dilakukan ke Badan Pusat Statistik (BPS) setempat untuk mengetahui tingkat inflasi pada waktu tertentu dan data lain yang berkaitan.
3.1.2 Database Berdasarkan survey dan data-data kontrak tiap jenis bangunan yang akan dicari, akan diketahui rencana anggaran biaya dan luas bangunan yang bersangkutan. Dari hasil survey ke Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan akan diperoleh data inflasi dan data indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen tiap lokasi dipakai untuk normalisasi lokasi karena indeks harga konstruksi belum ada secara resmi di Indonesia. Rencana anggaran biaya, kapasitas bangunan, data indeks harga konsumen dan data inflasi inilah yang akan menjadi database dari penulisan ini.
25
26
3.1.3 Pengolahan data Pada pengolahan data diawali dengan penentuan real cost pada setiap fungsi bangunan yang diperoleh dari data RAB yang telah didapat dengan tetap mengacu pada standar teknis peraturan bangunan gedung. Data biaya yang diperoleh berasal dari waktu dan lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi. Normalisasi dilakukan terhadap lokasi dan waktu yang berbeda. Normalisasi terhadap lokasi dilakukan dengan menggunakan indeks lokasi dari indeks harga konsumen tiap lokasi. Informasi indeks diperoleh dari BPS dengan menetapkan lokasi acuan (base location) adalah kota Denpasar. Normalisasi terhadap waktu dilakukan dengan menggunakan angka inflasi yang dikeluarkan oleh BPS. Biaya yang dinormalisasi terhadap waktu adalah biaya yang telah disesuaikan dengan lokasi. Tahun acuan dalam normalisasi terhadap waktu adalah tahun 2010. Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data, Klasifikasi data ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu. Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya (m) menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik nilai m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara kapasitas dan biayanya. Klasifikasi dilakukan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang mengklasifikasikan bangunan sederhana dan tidak sederhana dan klasifikasi menurut jumlah lantai. Eksponen faktor kapasitas biaya didapatkan dengan menggunakan algoritma kapasitas dan
27
biaya. Berdasarkan pengeplotan ini kemudian dilakukan analisis hubungan antara kapasitas dan biayanya dengan model regresi linier sederhana.
3.1.4 Model Model faktor kapasitas biaya diperoleh dengan analisis hubungan antara kapasitas dan biayanya. Melalui analisis regresi linier sederhana yang digunakan dalam penelitian ini, fungsi matematis yang menghubungkan kapasitas dan biaya bangunannya bisa diketahui. Kapasitas yang dimaksud adalah luas (m2) dan jumlah orang pemakai. Hasil dari analisis regresi adalah fungsi matematis yang dapat dikatakan sebagai persamaan regresi. Hasil akhir dari pengembangan faktor kapasitas biaya adalah nilai faktor kapasitas biaya sesuai dengan fungsi bangunan dan kapasitas serta batasan atau jangkauan itu dapat berlaku. Setelah nilai faktor kapasitas biaya (m) sesuai dengan fungsi bangunan dan kapasitas diketahui, nilai m tersebut disusun pada suatu grafik sesuai slopenya dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda.
3.1.5 Aplikasi Pada aplikasi faktor kapasitas biaya, bangunan yang akan dibangun diestimasi dengan menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki karakteristik atau jenis yang sama. Data lampau yang dibutuhkan adalah kapasitas dan jumlah biayanya. Perhitungan biaya untuk kapasitas yang direncanakan menggunakan Persamaan 2.1 dengan nilai eksponen faktor kapasitas biaya yang sudah didapatkan sebelumnya.
28
Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan yang lebih kecil.
3.2 Konsep Penelitian Untuk menggambarkan konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
i Persiapan Data
Database
Pengolahan Data
Model
Real Cost
Model Faktor Kapasitas Biaya dari persamaan garis linier dengan nilai m yang memiliki batas kapasitas tertentu
Klasifikasi Bangunan Gedung
Pengumpulan Data - Survey
Aplikasi
Bangunan yang akan dibangun diestimasi dengan menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki jenis yang sama. Input data: kapasitas rencana (Q2), C1 & Q1 bangunan lampau
Standar Teknis Peraturan Bangunan Gedung Rencana Anggaran Biaya
Data-data Kontrak tiap jenis bangunan
Normalisasi Data Biaya
OUTPUT : Nilai m sesuai range, klasifikasi bangunan dan kapasitas. Listing nilai m pada satu tabel sesuai slopenya dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda
KAPASITAS BANGUNAN Klasifikasi Hubungan Kapasitas dan biaya setiap fungsi bangunan : - Menurut Permen No. 45/PRT/M/2007 - Menurut jumlah lantai Data Indeks Harga Konsumen
BPS Data Inflasi
Plot Hubungan dengan algoritma untuk menentukan nilai m
ESTIMASI BIAYA
Q C2 C1 2 Q1
m
Dimana: C1 = biaya yang diketahui C2 = biaya yang ingin diketahui Q2 = ukuran /kapasitas yang ingin diketahui Q1 = ukuran /kapasitas yang diketahui m = faktor kapasitas biaya
C Q ln n m ln n Co Qo
29
Gambar 3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian diawali dengan pengumpulan data RAB bangunan yang tergolong fungsi sosial budaya dan dikelompokkan pada masing-masing fungsi yang lebih spesifik. Real cost dari RAB ditentukan, selanjutnya dilakukan normalisasi terhadap tempat dan waktu. Jumlah orang pemakai masing-masing bangunan dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau dasar acuan standar yang ada. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai faktor kapasitas yang didapat dari analisis hubungan tersebut diplot dalam satu tabel, dan nilai-nilai tersebut diuji dan dicari tingkat kesalahannya. Selanjutnya akan diketahui nilai faktor kapasitas masing-masing fungsi bangunan beserta dengan klasifikasinya.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang dilaksanakan pada tahun 2009/2010.
4.3 Penentuan Sumber Data Sumber data yang dimaksud adalah Dokumen Kontrak pembangunan gedung yang dimiliki penyedia jasa konstruksi yang berada di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dokumen kontrak yang diambil
30
31
disesuaikan dengan rencana klasifikasi yang sudah ditetapkan yakni bangunan gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa bangunan gedung sosial budaya yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan, layanan kesehatan, pelayanan umum dan kebudayaan dari beberapa kurun waktu tertentu sehingga data yang terkumpul dapat langsung dikelompokkan menurut fungsinya. Tujuan klasifikasi bangunan ini untuk memudahkan ketika survei. Jumlah data sebagai sampel yang diharapkan bisa terpenuhi setidaknya memenuhi batasan minimum dari populasi yang ada. Metode pengumpulan data, selain dengan cara mendatangi langsung penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh informasi mengenai data bangunan dari dokumen kontrak juga melakukan browsing internet untuk memperoleh datadata pendukung. Informasi data, selain dari dokumen kontrak yang akan menunjang pengolahan data juga dari data inflasi dan indeks konsumen yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistik. Data penunjang, selain dari data di atas juga dari standar peraturan pedoman bangunan sesuai fungsi gedung yang diteliti yaitu bangunan pendidikan dasar mengikuti peraturan dari Dikdasmen, pendidikan tinggi mengikuti peraturan menurut Dikti, dan bangunan perkantoran pemerintah mengikuti peraturan menurut Permen.
4.4 Variabel Penelitian Dalam menentukan faktor kapasitas biaya untuk bangunan gedung, terdapat dua variabel yang terkandung di dalam persamaan regresi linier
32
sederhana tersebut. Variabel tersebut adalah variabel tidak bebas berupa biaya bangunan gedung dan variabel bebas berupa kapasitas bangunan. Kapasitas bangunan ini terdiri dari kapasitas fisik berupa luas ruang bangunan gedung dan kapasitas fungsional berupa jumlah orang pengguna atau penghuni bangunan gedung yang bersangkutan.
4.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah wawancara langsung pada penyedia jasa konstruksi dan mengambil langsung data yang sesuai setelah mendapatkan ijin dari penyedia jasa.
4.6 Prosedur Penelitian Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dengan melakukan kunjungan kepada penyedia jasa konstruksi di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Tahap awal dijelaskan terlebih dahulu tujuan kedatangan dan latar belakang untuk diijinkan memperoleh data di tempat tersebut. Apabila dirasa perlu surat pengantar dari jurusan disertakan dalam proses tersebut. Pengumpulan data ini dilakukan oleh penulis sendiri dengan memilih kontrak-kontrak yang sesuai.
4.7 Analisis Data Analisis data menggunakan bantuan Microsoft exel untuk menampilkan regresi linier sederhana. Pada analisis data diawali dengan penentuan real cost
33
pada setiap fungsi bangunan. Data biaya yang diperoleh berasal dari waktu dan lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi. Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data, Klasifikasi ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu. Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya m menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik nilai m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara kapasitas dan biayanya. Eksponen faktor kapasitas biaya ini didapatkan dengan menggunakan algoritma kapasitas dan biaya. Berdasarkan pengeplotan ini kemudian dilakukan analisis hubungan antara kapasitas dan biayanya.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Umum Berdasarkan survey yang telah dilakukan diperoleh 40 Rencana Anggaran Biaya historis proyek pembangunan gedung menurut fungsinya masing-masing. Rencana Anggaran Biaya yang terkumpul tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dan table 5.2 di bawah ini. Tabel 5.1 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor 1 2
As 1 As 2
Asrama Asrama
1.958.337.272,73 822.233.636,36
Luas Lantai 673,18 422,30
2007 2008
Denpasar Denpasar
Jumlah Lantai 2 1
3
As 3
Asrama
1.046.090.909,09
350,00
2006
Denpasar
2
4
As 4
Asrama
5
As 5
Asrama
458.603.000,00
337,00
2003
Denpasar
1
1.178.421.818,18
721,00
2002
Badung
2
6
As 6
Asrama
1.309.090.909,09
480,00
2006
Denpasar
2
7
K1
8
K2
Kantor
2.377.430.909,09
871,72
2006
Denpasar
2
Kantor
508.140.909,09
207,02
2008
Badung
1
9
K3
Kantor
1.108.545.454,55
500,00
2006
Denpasar
2
10
K4
Kantor
707.710.000,00
400,00
2003
Denpasar
1
11
K5
Kantor
4.446.581.818,18
1.222,81
2008
Denpasar
3
12
K6
Kantor
2.954.545.454,55
855,26
2008
Denpasar
2
13
K7
Kantor
1.569.074.545,45
575,33
2007
Denpasar
1
14
K8
Kantor
6.191.180.000,00
1.702,58
2005
Denpasar
3
15 16 17 18 19 20
K9 K 10 K 11 K 12 K 13 K 14
Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor
5.225.500.909,09 1.355.924.545,45 589.818.181,82 397.138.181,82 1.900.000.000,00 5.181.818.181,82
1.796,27 426,15 204,00 376,00 696,67 1.628,57
2002 2008 2007 2003 2002 2004
Denpasar Denpasar Badung Denpasar Denpasar Denpasar
3 2 1 1 2 3
No
Kode
Jenis
RAB
34
Tahun
Lokasi
35
Tabel 5.2 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah
1.275.128.181,82 3.278.257.272,73 3.909.090.000,00
Luas Lantai 467,55 1.163,25 1.228,57
Puskesmas
338.625.454,55
Puskesmas
1.094.839.000,00
RS 1
Rumah sakit
RS 2
Rumah Sakit
8
RS 3
No
Kode
Jenis
1 2 3
L1 L2 L3
Laboratorium Laboratorium Laboratorium
4
P1
5
P2
6 7
RAB
Tahun
Lokasi
Jumlah Lantai 2 2 2
2007 2008 2008
Denpasar Denpasar Badung
165,55
2004
Badung
1
401,44
2008
Badung
2
1.327.272.727,27
456,25
2003
Denpasar
1
8.596.001.818,18
2.954,88
2006
Denpasar
4
Rumah Sakit
9.409.909.090,91
3.136,64
2006
Denpasar
4
9
RS 4
Rumah Sakit
3.773.718.181,82
1.297,22
2004
Badung
4
10
RS 5
Rumah Sakit
2.634.208.181,82
905,51
2006
Denpasar
3
11
S1
Sekolah
193.909.090,91
118,50
2004
Badung
1
12
S2
Sekolah
1.068.636.363,64
325,00
2006
Badung
2
13
S3
Sekolah
161.750.000,00
118,62
2002
Badung
1
14
S4
Sekolah
281.818.181,82
140,91
2002
Badung
1
15
S5
Sekolah
2.817.272.727,27
930,00
2007
Badung
3
16
S6
Sekolah
722.709.090,91
314,00
2004
Badung
2
17
S7
Sekolah
842.919.090,91
440,00
2003
Denpasar
2
18
S8
Sekolah
302.559.090,91
202,00
2004
Denpasar
1
19
S9
Sekolah
723.511.818,18
314,00
2004
Denpasar
1
20
S 10
Sekolah
1.068.636.363,64
425,00
2006
Badung
1
Dari tabel 5.1 dan table 5.2 tersebut di atas, 6 buah teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai asrama, 14 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai kantor, 3 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai laboratorium, 2 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai puskesmas, 5 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai rumah sakit dan 10 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai sekolah. Dari identifikasi di atas dapat dilihat bahwa hasil survey terhadap bangunan gedung dengan fungsi laboratorium, puskesmas dan rumah sakit terlalu sedikit sehingga sulit untuk dilakukan analisis secara spesifik
36
menurut klasifikasi tertentu. Diagram identifikasi tersebut di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.1 Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung
5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya 5.2.1 Normalisasi Langkah awal yang dilakukan dalam analisis data adalah memberikan kode sesuai dengan fungsi bangunannya masing-masing. Untuk fungsi bangunan sebagai asrama diberi kode As1 sampai dengan As6, kantor diberi kode K1 sampai dengan K14, laboratorium diberi kode L1 sampai dengan L3, puskesmas diberi kode P1 sampai dengan P2, rumah sakit diberi kode RS1 sampai dengan RS5 dan sekolah diberi kode S1 sampai dengan S10. Langkah selanjutnya adalah melakukan normalisasi terhadap masing-masing biaya bangunan disesuaikan dengan daerah acuan yaitu Kota Denpasar dan waktu acuan yaitu tahun 2010. Normalisasi terhadap daerah acuan memakai persamaan 2.3 yaitu : CB C L
dengan :
IB IL
37
CB
= biaya pada lokasi acuan
CL
= biaya pada suatu lokasi yang diketahui
IB
= indeks harga konsumen pada lokasi acuan
IL
= indeks harga konsumen pada suatu lokasi yang diketahui
Salah satu contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : Diketahui data biaya bangunan kantor hasil survey yaitu : Biaya = Rp 508.140.909,09 Lokasi = Kabupaten Badung, tahun 2008 Indeks Harga Konsumen Kabupaten Badung
= 139,205
Indeks Harga Konsumen Kota Denpasar
= 126,55
Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2009
= 4,37
Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2010
= 8,1
Maka : C B C L
IB IL
C B 508.140.909,09 x
126,55 461.946.280,99 139,205
Jadi setelah dinormalisasi terhadap tempat acuan biayanya menjadi Rp 461.946.280,99
Normalisasi selanjutnya dilakukan terhadap waktu acuan dengan memakai persamaan 2.4 yaitu :
Biayasekarang Biayalalu
i x 1 100
n
38
dengan ; i = angka inflasi n = selisih waktu (tahun)
i maka : Biaya2009 Biaya 2008 x 1 100
n
1
4,37 Biaya2009 461.946.280,99 x 1 482.133.333,47 100 1
8,1 Biaya2010 482.133.333,47 x 1 521.186.133,48 100 Jadi setelah dinormalisasi terhadap waktu acuan biayanya menjadi Rp 521.186.133,48. Hasil normalisasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.3 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah dinormalisasi Tahun
Tempat
Jumlah Lantai
673,18 422,30
2007 2008
Denpasar Denpasar
2 1
2.413.850.188,86 927.676.631,22
1.046.090.909,09
350,00
2006
Denpasar
2
1.365.617.957,62
458.603.000,00
337,00
2003
Denpasar
1
736.543.002,72
As 5
1.178.421.818,18
721,00
2002
Badung
2
1.799.015.399,02
6
As 6
1.309.090.909,09
480,00
2006
Denpasar
2
1.708.950.950,71
7
K1
2.377.430.909,09
871,72
2006
Denpasar
2
3.103.613.953,86
8
K2
508.140.909,09
207,02
2008
Badung
1
521.186.133,48
9
K3
1.108.545.454,55
500,00
2006
Denpasar
2
1.447.149.159,23
10
K4
707.710.000,00
400,00
2003
Denpasar
1
1.136.623.285,18
11
K5
4.446.581.818,18
1.222,81
2008
Denpasar
3
5.016.810.136,57
12
K6
2.954.545.454,55
855,26
2008
Denpasar
2
3.333.435.477,27
13
K7
1.569.074.545,45
575,33
2007
Denpasar
1
1.934.044.222,43
14
K8
6.191.180.000,00
1.702,58
2005
Denpasar
3
8.429.805.032,69
15 16 17 18 19 20
K9 K 10 K 11 K 12 K 13 K 14
5.225.500.909,09 1.355.924.545,45 589.818.181,82 397.138.181,82 1.900.000.000,00 5.181.818.181,82
1.796,27 426,15 204,00 376,00 696,67 1.628,57
2002 2008 2007 2003 2002 2004
Denpasar Denpasar Badung Denpasar Denpasar Denpasar
3 2 1 1 2 3
8.775.153.433,01 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11
No
Kode
RAB
1 2
As 1 As 2
1.958.337.272,73 822.233.636,36
3
As 3
4
As 4
5
Luas Lantai
Biaya Ternormalisasi
39
Tabel 5.4 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah setelah dinormalisasi No
Kode
RAB
Luas Lantai
Tahun
Tempat
Jumlah Lantai
Biaya Ternormalisasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
L1 L2 L3 P1 P2 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S 10
1.275.128.181,82 3.278.257.272,73 3.909.090.000,00 338.625.454,55 1.094.839.000,00 1.327.272.727,27 8.596.001.818,18 9.409.909.090,91 3.773.718.181,82 2.634.208.181,82 193.909.090,91 1.068.636.363,64 161.750.000,00 281.818.181,82 2.817.272.727,27 722.709.090,91 842.919.090,91 302.559.090,91 723.511.818,18 1.068.636.363,64
467,55 1.163,25 1.228,57 165,55 401,44 456,25 2.954,88 3.136,64 1.297,22 905,51 118,50 325,00 118,62 140,91 930,00 314,00 440,00 202,00 314,00 425,00
2007 2008 2008 2004 2008 2003 2006 2006 2004 2006 2004 2006 2002 2002 2007 2004 2003 2004 2004 2006
Denpasar Denpasar Badung Badung Badung Denpasar Denpasar Denpasar Badung Denpasar Badung Badung Badung Badung Badung Badung Denpasar Denpasar Denpasar Badung
2 2 2 1 2 1 4 4 4 3 1 2 1 1 3 2 2 1 1 1
1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 466.557.524,64 1.122.946.204,46 2.131.676.940,57 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62 3.438.823.496,07 267.167.586,62 1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 3.156.886.943,89 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33
Dapat dilihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4 di atas bahwa terjadi pertambahan biaya setelah dilakukannya normalisasi. Faktor yang mempengaruhi adalah pada setiap tahun selalu mengalami inflasi tidak ada deflasi sehingga nilai tukar uang menurun terhadap barang yang menyebabkan harga seolah-olah meningkat. Dari hasil perhitungan diperoleh biaya bangunan gedung yang diperoleh melalui survey mengalami peningkatan sebesar rata-rata 33,89% setelah dinormalisasi ke tahun acuan.
40
5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan Hubungan biaya dengan luas bangunan memberlakukan algoritma yang diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi
C Q ln n m ln n . Co Qo
Dalam
persamaan ini dapat dilihat biaya dan luas bangunan sama-sama menjadi bentuk “ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear sederhana. Hubungan biaya dengan luas bangunan disusun berdasarkan hubungan secara umum, hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dan hubungan berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut diberlakukan terhadap fungsi bangunan sosial budaya menurut UUBG No. 28/2002 dan fungsi bangunan yang lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi bangunan sosial budaya yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah.
5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya Biaya dan luas lantai bangunan sosial budaya secara umum ditampilkan dalam tabel 5.5 dan table 5.6 di bawah ini. Tabel 5.5 Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama
1 2
As 1 As 2
LUAS LANTAI 673,18 422,30
2.413.850.188,86 927.676.631,22
LN LUAS LANTAI 6,51 6,05
3
As 3
350,00
1.365.617.957,62
5,86
21,03
4
As 4
337,00
736.543.002,72
5,82
20,42
5
As 5
721,00
1.799.015.399,02
6,58
21,31
6
As 6
480,00
1.708.950.950,71
6,17
21,26
NO
KODE
BIAYA TH. 2010
LN BIAYA 21,60 20,65
41
Tabel 5.6 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah NO
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
LN LUAS LANTAI
LN BIAYA
1
K1
871,72
3.103.613.953,86
6,77
21,86
2
K2
207,02
521.186.133,48
5,33
20,07
3
K3
500,00
1.447.149.159,23
6,21
21,09
4
K4
400,00
1.136.623.285,18
5,99
20,85
5
K5
1.222,81
5.016.810.136,57
7,11
22,34
6
K6
855,26
3.333.435.477,27
6,75
21,93
7
K7
575,33
1.934.044.222,43
6,35
21,38
8
K8
1.702,58
8.429.805.032,69
7,44
22,86
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
K9 K 10 K 11 K 12 K 13 K 14 L1 L2 L3 P1 P2 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S 10
1.796,27 426,15 204,00 376,00 696,67 1.628,57 467,55 1.163,25 1.228,57 165,55 401,44 456,25 2.954,88 3.136,64 1.297,22 905,51 118,50 325,00 118,62 140,91 930,00 314,00 440,00 202,00 314,00 425,00
8.775.153.433,01 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11 1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 466.557.524,64 1.122.946.204,46 2.131.676.940,57 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62 3.438.823.496,07 267.167.586,62 1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 3.156.886.943,89 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33
7,49 6,05 5,32 5,93 6,55 7,40 6,15 7,06 7,11 5,11 6,00 6,12 7,99 8,05 7,17 6,81 4,77 5,78 4,78 4,95 6,84 5,75 6,09 5,31 5,75 6,05
22,90 21,15 20,31 20,27 21,88 22,78 21,18 22,03 22,11 19,96 20,84 21,48 23,14 23,23 22,37 21,96 19,40 20,96 19,32 19,88 21,87 20,72 21,03 19,94 20,82 20,96
Hubungan secara umum antara biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya dilakukan dengan memplot ln biaya dan ln luas lantai sesuai tabel 5.5 dan tabel
42
5.6 di atas ke dalam suatu persamaan regresi linier sederhana. Hasil hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.2 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln luas lantai ke dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga diperoleh suatu persamaan regresi dengan nilai slope 1,191 dan adanya suatu nilai tetap 13,79 dengan nilai koefisien korelasi √0,960. Nilai slope inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan secara umum, biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang membagi bangunan gedung menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana dan bangunan khusus. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dijelaskan bahwa gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan jumlah lantai sampai dengan 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2 terklasifikasi ke dalam bangunan sederhana, sedangkan gedung yang belum ada
43
desain prototipenya, atau gedung dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung bertingkat di atas 2 lantai terklasifikasi ke dalam bangunan tidak sederhana disamping ada yang tergolong ke dalam bangunan khusus. Pengklasifikasian data yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.7 dan tabel 5.8 di bawah ini. Tabel 5.7 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan sekolah) KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
LN LUAS LANTAI
LN BIAYA
1 2 3 4 5
L1 L2 L3 As 2 As 3
467,55 1.163,25 1.228,57 422,30 350,00
1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 927.676.631,22 1.365.617.957,62
6,15 7,06 7,11 6,05 5,86
21,18 22,03 22,11 20,65 21,03
Bangunan Khusus Bangunan Khusus Bangunan Khusus
6
As 4
337,00
736.543.002,72
5,82
20,42
Bangunan Sederhana
7
As 6
480,00
1.708.950.950,71
6,17
21,26
Bangunan Sederhana
8
K2
207,02
521.186.133,48
5,33
20,07
Bangunan Sederhana
9
K3
500,00
1.447.149.159,23
6,21
21,09
Bangunan Sederhana
10
K4
400,00
1.136.623.285,18
5,99
20,85
Bangunan Sederhana
11
K 10
426,15
1.529.807.902,39
6,05
21,15
Bangunan Sederhana
12
K 11
204,00
660.919.086,54
5,32
20,31
Bangunan Sederhana
13
K 12
376,00
637.826.941,67
5,93
20,27
Bangunan Sederhana
14
P1
165,55
466.557.524,64
5,11
19,96
Bangunan Sederhana
15
P2
401,44
1.122.946.204,46
6,00
20,84
Bangunan Sederhana
16
S1
118,50
267.167.586,62
4,77
19,40
Bangunan Sederhana
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
S2 S3 S4 S6 S7 S8 S9 S 10 As 1 As 5 K1 K5 K6 K7
325,00 118,62 140,91 314,00 440,00 202,00 314,00 425,00 673,18 721,00 871,72 1.222,81 855,26 575,33
1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33 2.413.850.188,86 1.799.015.399,02 3.103.613.953,86 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43
5,78 4,78 4,95 5,75 6,09 5,31 5,75 6,05 6,51 6,58 6,77 7,11 6,75 6,35
20,96 19,32 19,88 20,72 21,03 19,94 20,82 20,96 21,60 21,31 21,86 22,34 21,93 21,38
Bangunan Sederhana
NO
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana
Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana
44
Tabel 5.8 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
K8 K9 K 13 K 14 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5 S5
1.702,58 1.796,27 696,67 1.628,57 456,25 2.954,88 3.136,64 1.297,22 905,51 930,00
8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11 2.131.676.940,57 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62 3.438.823.496,07 3.156.886.943,89
LN LUAS LANTAI 7,44 7,49 6,55 7,40 6,12 7,99 8,05 7,17 6,81 6,84
LN BIAYA 22,86 22,90 21,88 22,78 21,48 23,14 23,23 22,37 21,96 21,87
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007 Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana
Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan luas bangunan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.3 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
45
Dari hasil ploting melalui proses analisis regresi linier sederhana, diperoleh 3 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana tidak sederhana dan bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,144x + 14,03 dengan nilai R = √0,860 sedangkan bangunan tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,091x + 14,54 dengan nilai R = √0,928 dan bangunan khusus terwakili oleh y = 0,955x + 15,29 dengan nilai R = √0,999. Nilai slope 1,144 ; 1,091 dan 0,955 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan gedung. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.9 dan 5.10 di bawah ini : Tabel 5.9 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1
1 2
As 2 As 4
422,30 337,00
927.676.631,22 736.543.002,72
LN LUAS LANTAI 6,05 5,82
3
K2
207,02
521.186.133,48
5,33
4
K4
400,00
1.136.623.285,18
5
K7
575,33
1.934.044.222,43
6
K 11
204,00
7
K 12
8
P1
9
NO
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
20,65 20,42
1 1
20,07
1
5,99
20,85
1
6,35
21,38
1
660.919.086,54
5,32
20,31
1
376,00
637.826.941,67
5,93
20,27
1
165,55
466.557.524,64
5,11
9,96
1
RS 1
456,25
2.131.676.940,57
6,12
21,48
1
10
S1
118,50
267.167.586,62
4,77
19,40
1
11
S3
118,62
246.932.580,76
4,78
9,32
1
12
S4
140,91
430.232.401,50
4,95
19,88
1
13
S8
202,00
458.551.891,12
5,31
19,94
1
14
S9
314,00
1.096.538.568,65
5,75
20,82
1
15
S 10
425,00
1.268.227.173,33
6,05
20,96
1
46
Tabel 5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 2, 3 dan 4 NO
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
LN LUAS LANTAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1
As 1
673,18
2.413.850.188,86
6,51
21,60
2
2
As 3
350,00
1.365.617.957,62
5,86
21,03
2
3
As 5
721,00
1.799.015.399,02
6,58
21,31
2
4
As 6
480,00
1.708.950.950,71
6,17
21,26
2
5
K1
871,72
3.103.613.953,86
6,77
21,86
2
6
K3
500,00
1.447.149.159,23
6,21
21,09
2
7
K6
855,26
3.333.435.477,27
6,75
21,93
2
8
K 10
426,15
1.529.807.902,39
6,05
21,15
2
9
K 13
696,67
3.190.659.003,37
6,55
21,88
2
10
L1
467,55
1.571.725.384,27
6,15
21,18
2
11
L2
1.163,25
3.698.660.001,90
7,06
22,03
2
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
L3 P2 S2 S6 S7 K5 K8 K9 K 14 RS 5 S5 RS 2 RS 3 RS 4
1.228,57 401,44 325,00 314,00 440,00 1.222,81 1.702,58 1.796,27 1.628,57 905,51 930,00 2.954,88 3.136,64 1.297,22
4.009.445.935,34 1.122.946.204,46 1.268.227.173,33 995.747.248,08 1.353.776.923,11 5.016.810.136,57 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 7.853.449.452,11 3.438.823.496,07 3.156.886.943,89 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62
7,11 6,00 5,78 5,75 6,09 7,11 7,44 7,49 7,40 6,81 6,84 7,99 8,05 7,17
22,11 20,84 20,96 20,72 21,03 22,34 22,86 22,90 22,78 21,96 21,87 23,14 23,23 22,37
2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4
Merujuk kepada tabel 5.9 dan tabel 5.10 dibuat hubungan linier sederhana antara biaya dan luas bangunan pada masing-masing jumlah lantai. Gambar grafik hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :
47
Gambar 5.4 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Dari gambar 5.4 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai, persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4 lantai. Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = 1,141x + 14,01; y = 0,993x + 15,07; y = 1,49x + 11,75 dan y = 0,956x + 15,51. Nilai slope yang menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,141; 0,993; 1,49 dan 0,956 dengan nilai R secara berurutan √0,856; √0,892; √0,991 dan √0,998. Analisis hubungan biaya dengan luas lantai juga dilakukan terhadap fungsi yang lebih spesifik. Bangunan dengan fungsi sosial budaya terdiri atas beberapa jenis bangunan dengan fungsi yang lebih spesifik yaitu asrama, kantor,
48
laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah. Menurut tabel 5.1 jumlah data rencana anggaran biaya untuk masing-masing bangunan dengan fungsi yang lebih spesifik secara berurutan adalah 6 buah, 14 buah, 3 buah, 2 buah, 5 buah dan 10 buah. Terlihat bahwa bangunan dengan fungsi asrama, laboratorium, puskesmas dan rumah sakit belum bisa dianalisis hubungan antara biaya dan luas lantainya karena data yang tersedia cukup sedikit sehingga belum bisa diperoleh faktor kapasitas biayanya, hanya bisa terwakili oleh faktor kapasitas biaya bangunan sosial budaya yang lebih umum sifatnya.
5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor Analisis hubungan biaya dengan luas lantai akan dilakukan terhadap bangunan kantor dengan dukungan jumlah data 14 buah. Setelah dilakukan pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan kantor seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K 10 K 11 K 12 K 13 K 14
871,72 207,02 500,00 400,00 1.222,81 855,26 575,33 1.702,58 1.796,27 426,15 204,00 376,00 696,67 1.628,57
3.103.613.953,86 521.186.133,48 1.447.149.159,23 1.136.623.285,18 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11
LN LUAS LANTAI 6,77 5,33 6,21 5,99 7,11 6,75 6,35 7,44 7,49 6,05 5,32 5,93 6,55 7,40
LN BIAYA 21,86 20,07 21,09 20,85 22,34 21,93 21,38 22,86 22,90 21,15 20,31 20,27 21,88 22,78
49
Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu persamaan seperti pada gambar berikut :
Gambar 5.5 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor
Biaya dan luas dibuat juga dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.
45/PRT/M/2007.
Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut : Tabel 5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
K2 K3 K4 K 10 K 11 K 12 K1 K5 K6 K7 K8 K9 K 13 K 14
207,02 500,00 400,00 426,15 204,00 376,00 871,72 1.222,81 855,26 575,33 1.702,58 1.796,27 696,67 1.628,57
521.186.133,48 1.447.149.159,23 1.136.623.285,18 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.103.613.953,86 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11
LN LUAS LANTAI 5,33 6,21 5,99 6,05 5,32 5,93 6,77 7,11 6,75 6,35 7,44 7,49 6,55 7,40
LN BIAYA 20,07 21,09 20,85 21,15 20,31 20,27 21,86 22,34 21,93 21,38 22,86 22,90 21,88 22,78
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007 Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana
50
Terdapat 6 buah data terklasifikasi sebagai bangunan sederhana yaitu kode K2, K3, K4, K10, K11 dan K12 serta 8 buah data terklasifikasi sebagai bangunan tidak sederhana yaitu K1, K5, K6, K7 K8, K9, K13, dan K14. Biaya dan luas bangunan masing-masing klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier sederhana dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 5.6 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan kantor sederhana dan tidak sederhana. Bangunan kantor sederhana terwakili oleh persamaan y = 0,993x + 14,85 dengan nilai R = √0,681 sedangkan bangunan kantor tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,269 + 13,37 dengan nilai R = √0,972. Nilai slope 0.993 dan 1.269 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan kantor. Dengan
51
terklasifikasikannya bangunan kantor sesuai dengan jumlah lantainya diharapkan dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari kapasitas bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KODE
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
K2 K3 K4 K 10 K 11 K 12 K1 K5 K6 K7 K8 K9 K 13 K 14
207,02 500,00 400,00 426,15 204,00 376,00 871,72 1.222,81 855,26 575,33 1.702,58 1.796,27 696,67 1.628,57
521.186.133,48 1.447.149.159,23 1.136.623.285,18 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.103.613.953,86 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11
LN LUAS LANTAI 5,33 6,21 5,99 6,05 5,32 5,93 6,77 7,11 6,75 6,35 7,44 7,49 6,55 7,40
LN BIAYA 20,07 21,09 20,85 21,15 20,31 20,27 21,86 22,34 21,93 21,38 22,86 22,90 21,88 22,78
JUMLAH LANTAI 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.7 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
52
Dari gambar 5.7 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan persamaan III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan adalah y = 1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63 dan y = 1,501x + 11,67. Nilai slope yang menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,018; 1,228 dan 1,501 dengan nilai R secara berurutan √0,735; √0,875 dan √0,994.
5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah Analisis juga dilakukan terhadap bangunan gedung sekolah. Setelah dilakukan pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan sekolah seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KODE S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S 10
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
118,50 325,00 118,62 140,91 930,00 314,00 440,00 202,00 314,00 425,00
267.167.586,62 1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 3.156.886.943,89 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33
LN LUAS LANTAI 4,77 5,78 4,78 4,95 6,84 5,75 6,09 5,31 5,75 6,05
LN BIAYA 19,40 20,96 19,32 19,88 21,87 20,72 21,03 19,94 20,82 20,96
Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu persamaan seperti pada gambar berikut :
53
Gambar 5.8 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah
Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan kantor secara umum, biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 sebagai salah satu ukuran kualitas karena dalam peraturan ini salah satunya membagi bangunan gedung
menjadi
bangunan
sederhana
dan
bangunan
tidak
sederhana.
Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut : Tabel 5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KODE S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S 10
LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
118,50 325,00 118,62 140,91 930,00 314,00 440,00 202,00 314,00 425,00
267.167.586,62 1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 3.156.886.943,89 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33
LN LUAS LANTAI 4,77 5,78 4,78 4,95 6,84 5,75 6,09 5,31 5,75 6,05
LN BIAYA 19,40 20,96 19,32 19,88 21,87 20,72 21,03 19,94 20,82 20,96
Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan sederhana Bangunan tidak sederhana
54
Berdasarkan tabel 5.15, terdapat 9 buah data terklasifikasi sebagai bangunan sederhana yaitu kode S1 sampai dengan S9 serta 1 buah data terklasifikasi sebagai bangunan tidak sederhana yaitu S10. Biaya dan luas bangunan masing-masing klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier sederhana dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 5.9 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sekolah sederhana dan tidak sederhana. Bangunan sekolah sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,286x + 13,3 dengan nilai R = √0,952 sedangkan bangunan sekolah tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 4,205x – 6,893 dengan tidak ada nilai R. Namun demikian persamaan ini tidak dapat dipakai karena jumlah data hanya satu yang berarti tidak terwakilinya kondisi yang sebenarnya. Nilai slope 1.286 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan sekolah.
55
Dengan terklasifikasikannya bangunan sekolah sesuai dengan jumlah lantainya diharapkan dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari kapasitas bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KODE S1 S3 S4 S8 S9 S 10 S2 S6 S7 S5
LUAS LANTAI 118,50 118,62 140,91 202,00 314,00 425,00 325,00 314,00 440,00 930,00
BIAYA TH. 2010 267.167.586,62 246.932.580,76 430.232.401,50 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33 1.268.227.173,33 995.747.248,08 1.353.776.923,11 3.156.886.943,89
LN LUAS LANTAI 4,77 4,78 4,95 5,31 5,75 6,05 5,78 5,75 6,09 6,84
LN BIAYA 19,40 19,32 19,88 19,94 20,82 20,96 20,96 20,72 21,03 21,87
JUMLAH LANTAI 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3
Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
56
Dari gambar 5.10 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan persamaan III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan adalah y = 1,259x + 13,41; y = 0,637x + 17,16 dan y = 4,205x – 6,893. Nilai slope yang menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,259; 0,637 sedangkan untuk bangunan sekolah yang memiliki 3 lantai tidak bisa terwakili karena data hanya satu buah. Nilai R secara berurutan √0,949 dan √0,534.
5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai Sama halnya pada hubungan biaya dengan luas bangunan, hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan gedung memberlakukan algoritma yang diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi
C Q ln n m ln n . C o Qo
Dalam
persamaan ini dapat dilihat biaya dan jumlah pemakai bangunan gedung samasama menjadi bentuk “ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear sederhana. Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan disusun berdasarkan hubungan secara umum, hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dan hubungan berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut diberlakukan terhadap fungsi bangunan sosial budaya menurut UUBG No. 28/2002 dan fungsi bangunan yang lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi bangunan sosial budaya yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah.
57
Jumlah pemakai pada masing-masing bangunan yang tergolong bangunan sosial budaya dihitung berdasarkan peraturan yang ada dan berdasarkan aturan standar perencanaan serta suatu asumsi pendekatan. Jumlah pemakai bangunan asrama memakai dasar perencanaan standar menurut Ernst Neufert dalam bukunya yang berjudul Data Arsitek yang menyebutkan bahwa luas kamar tidur terpisah sebaiknya 9 m2, ruang pegawai asrama sekitar 80 m2, ruang duduk sebaiknya 4,5 m2 per orang, ruang makan 1 m2 per orang, dapur 0,5 m2 per orang, kamar mandi 1 m2 per orang. Contoh perhitungannya sebagai berikut : Diketahui luas salah satu asrama adalah 350 m2 Luas asrama – luas ruang pegawai asrama = 350 – 80 = 270 m2 Jumlah luas yang diperlukan untuk 1 orang = 4,5 + 1 + 0,5 + 1 + 4,5 = 11,5 m2 Jadi jumlah orang yang bisa ditampung = ( 270 : 11,5 ) + ( 80 : 11,5 ) = 30 orang Jumlah pegawai untuk kantor dihitung menurut ketentuan yang ada pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007 yang antara lain menyebutkan bahwa, untuk gedung kantor, standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9.6 m2 per personil dan standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil. Jumlah pemakai laboratorium menggunakan asumsi pemakai memerlukan waktu 3 jam per orang dan membutuhkan ruang 28 m2 ( Neufert 1989). Contoh perhitungannya adalah : Diketahui luas laboratorium = 467,55 m2 Jumlah pemakai = ( 467,55 : 28 ) x ( 8 : 3 ) ≈ 44 orang
58
Puskesmas sebagai tempat bagi pasien berobat jalan bisa ditentukan kapasitasnya. Menurut pustaka yang ada, pemeriksaan berkala pasien berobat jalan memakan waktu 10 jam seminggu. Penggunaan ruang diperkirakan 9 kali kunjungan per minggu. Rumusan perhitungan kebutuhan ruang adalah ( Neufert 1989) : jumlah ruang yang dibutuhkan : 9 = kegiatan dalam ruang per minggu, sehingga jumlah pengguna puskesmas bisa dihitung. Contoh perhitungan menentukan jumlah pengguna puskesmas seperti diuraikan di bawah ini : Diketahui luas bangunan puskesmas = 165,55 m2 Luas Ruangan untuk 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan = 165,55 : 9 = 18,39 m2 Waktu yang dibutuhkan 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan = 10 : 6 = 1,67 jam per hari Jumlah kunjungan yang terjadi dalam 1 hari untuk 1 ruangan = 8 : 1,67 = 4, 8 kunjungan. Jumlah pemakai puskesmas tersebut dalam 1 hari untuk 1 ruangan = 4,8 x 2 = 9,6 orang Jumlah pemakai puskesmas tersebut = 9,6 x 18,39 = 176,544 ≈ 176 orang Pembangunan rumah sakit secara umum salah satunya didasarkan pada konsep dasar konfigurasi tempat tidur. Perbandingan tempat tidur untuk suatu rumah sakit lingkungan didapat kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur ( Neufert 1989). Contoh perhitungannya sebagai berikut : Diketahui luas bangunan rumah sakit = 2.954,88 m2 Jumlah tempat tidur untuk 1 pasien + 1 pengantar = 2.954,88 : 37 = 79,86 m2 Jumlah pemakai rumah sakit = 79,86 x 2 = 159,72 ≈ 159 orang
59
Jumlah siswa untuk bangunan sekolah dihitung berdasarkan Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99 menurut tabel 2.2.
5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya Hasil perhitungan jumlah pemakai bangunan sosial budaya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (asrama, kantor, laboratorium dan puskesmas) NO
KODE
JUMLAH PEMAKAI
BIAYA TH. 2010 2.413.850.188,86
LN JUMLAH PEMAKAI 4,06
LN BIAYA
1
As 1
58,00
21,60
2
As 2
36,00
927.676.631,22
3,58
20,65
3
As 3
30,00
1.365.617.957,62
3,40
21,03
4
As 4
29,00
736.543.002,72
3,37
20,42
5
As 5
62,00
1.799.015.399,02
4,13
21,31
6
As 6
41,00
1.708.950.950,71
3,71
21,26
7
K1
88,00
3.103.613.953,86
4,48
21,86
8
K2
22,00
521.186.133,48
3,09
20,07
9
K3
53,00
1.447.149.159,23
3,97
21,09
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
K4 K5 K6 K7 K8 K9 K 10 K 11 K 12 K 13 K 14 L1 L2 L3 P1 P2
42,00 123,00 86,00 58,00 171,00 180,00 45,00 22,00 40,00 70,00 163,00 44,00 110,00 117,00 176,00 428,00
1.136.623.285,18 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11 1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 466.557.524,64 1.122.946.204,46
3,74 4,81 4,45 4,06 5,14 5,19 3,81 3,09 3,69 4,25 5,09 3,78 4,70 4,76 5,17 6,06
20,85 22,34 21,93 21,38 22,86 22,90 21,15 20,31 20,27 21,88 22,78 21,18 22,03 22,11 19,96 20,84
60
Tabel 5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (rumah sakit dan sekolah)
1 2 3 4
RS 1 RS 2 RS 3 RS 4
24,00 159,00 169,00 70,00
2.131.676.940,57 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62
LN JUMLAH PEMAKAI 3,18 5,07 5,13 4,25
5
RS 5
48,00
3.438.823.496,07
3,87
21,96
6
S1
63,00
267.167.586,62
4,14
19,40
7
S2
173,00
1.268.227.173,33
5,15
20,96
8
S3
63,00
246.932.580,76
4,14
19,32
9
S4
75,00
430.232.401,50
4,32
19,88
10
S5
664,00
3.156.886.943,89
6,50
21,87
11
S6
167,00
995.747.248,08
5,12
20,72
12
S7
314,00
1.353.776.923,11
5,75
21,03
13
S8
108,00
458.551.891,12
4,68
19,94
14
S9
167,00
1.096.538.568,65
5,12
20,82
15
S 10
303,00
1.268.227.173,33
5,71
20,96
NO
KODE
JUMLAH PEMAKAI
BIAYA TH. 2010
LN BIAYA 21,48 23,14 23,23 22,37
Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya
61
Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln jumlah pemakai ke dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga diperoleh suatu persamaan regresi dengan nilai slope 0,390 dan adanya suatu nilai tetap 19,54 dengan nilai koefisien korelasi √0,104. Nilai slope inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Selain menampilkan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan soaial budaya secara umum, biaya dan jumlah pemakai dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 sebagai salah satu ukuran kualitas karena dalam peraturan ini membagi bangunan gedung menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana dan bangunan khusus. Data yang ada dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan pembagian menurut peraturan yang ada. Pengklasifikasian data yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.19 dan tabel 5.20 di bawah ini : Tabel 5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (khusus dan sederhana) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KODE L1 L2 L3 As 2 As 3 As 4 As 6 K2 K3 K4 K 10 K 11 K 12 P1 P2
JUMLAH PEMAKAI
BIAYA TH. 2010
44,00 110,00 117,00 36,00 30,00 29,00 41,00 22,00 53,00 42,00 45,00 22,00 40,00 176,00 428,00
1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 927.676.631,22 1.365.617.957,62 736.543.002,72 1.708.950.950,71 521.186.133,48 1.447.149.159,23 1.136.623.285,18 1.529.807.902,39 660.919.086,54 637.826.941,67 466.557.524,64 1.122.946.204,46
LN JUMLAH PEMAKAI
LN BIAYA
3,78 4,70 4,76 3,58 3,40 3,37 3,71 3,09 3,97 3,74 3,81 3,09 3,69 5,17 6,06
21,18 22,03 22,11 20,65 21,03 20,42 21,26 20,07 21,09 20,85 21,15 20,31 20,27 19,96 20,84
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007 Bangunan Khusus Bangunan Khusus Bangunan Khusus Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana
62
Tabel 5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (sederhana dan tidak sederhana) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LN JUMLAH PEMAKAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
267.167.586,62 1.268.227.173,33 246.932.580,76 430.232.401,50 995.747.248,08 1.353.776.923,11 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33 2.413.850.188,86 1.799.015.399,02
4,14 5,15 4,14 4,32 5,12 5,75 4,68 5,12 5,71 4,06 4,13
19,40 20,96 19,32 19,88 20,72 21,03 19,94 20,82 20,96 21,60 21,31
Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana
3.103.613.953,86 5.016.810.136,57 3.333.435.477,27 1.934.044.222,43 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 3.190.659.003,37 7.853.449.452,11 2.131.676.940,57 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62 3.438.823.496,07 3.156.886.943,89
4,48 4,81 4,45 4,06 5,14 5,19 4,25 5,09 3,18 5,07 5,13 4,25 3,87 6,50
21,86 22,34 21,93 21,38 22,86 22,90 21,88 22,78 21,48 23,14 23,23 22,37 21,96 21,87
Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana Bangunan Tidak Sederhana
JUMLAH PEMAKAI
BIAYA TH. 2010
S1 S2 S3 S4 S6 S7 S8 S9 S 10 As 1 As 5
63,00 173,00 63,00 75,00 167,00 314,00 108,00 167,00 303,00 58,00 62,00
K1 K5 K6 K7 K8 K9 K 13 K 14 RS 1 RS 2 RS 3 RS 4 RS 5 S5
88,00 123,00 86,00 58,00 171,00 180,00 70,00 163,00 24,00 159,00 169,00 70,00 48,00 664,00
KODE
Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
63
Gambar 5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Dari hasil proses ploting nilai ln biaya dan ln jumlah pemakai ke dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana, diperoleh 3 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana tidak sederhana dan bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh persamaan y = 0,102x + 20,07 dengan nilai R = √0,026 sedangkan bangunan tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 0,457x + 20,07 dengan nilai R = √0,3 dan bangunan khusus terwakili oleh y = 0,947x + 17,59 dengan nilai R = √0,999. Nilai slope 0,102 ; 0,457 dan 0,947 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya. Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain
64
pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan gedung. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah. Merujuk kepada tabel 5.21 maka dibuat hubungan linier sederhana antara biaya dan jumlah pemakai pada masing-masing jumlah lantai. Tabel 5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3 NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
KODE
JUMLAH PEMAKAI
As 2 As 4 K2 K4 K7 K 11 K 12 P1 RS 1 S1 S3 S4 S8 S9 S 10 As 1 As 3 As 5 As 6 K1 K3 K6 K 10 K 13 L1 L2 L3 P2 S2 S6 S7 K5 K8 K9 K 14
36,00 29,00 22,00 42,00 58,00 22,00 40,00 176,00 24,00 63,00 63,00 75,00 108,00 167,00 303,00 58,00 30,00 62,00 41,00 88,00 53,00 86,00 45,00 70,00 44,00 110,00 117,00 428,00 173,00 167,00 314,00 123,00 171,00 180,00 163,00
BIAYA TH. 2010
927.676.631,22 736.543.002,72 521.186.133,48 1.136.623.285,18 1.934.044.222,43 660.919.086,54 637.826.941,67 466.557.524,64 2.131.676.940,57 267.167.586,62 246.932.580,76 430.232.401,50 458.551.891,12 1.096.538.568,65 1.268.227.173,33 2.413.850.188,86 1.365.617.957,62 1.799.015.399,02 1.708.950.950,71 3.103.613.953,86 1.447.149.159,23 3.333.435.477,27 1.529.807.902,39 3.190.659.003,37 1.571.725.384,27 3.698.660.001,90 4.009.445.935,34 1.122.946.204,46 1.268.227.173,33 995.747.248,08 1.353.776.923,11 5.016.810.136,57 8.429.805.032,69 8.775.153.433,01 7.853.449.452,11
LN JUMLAH PEMAKAI
3,58 3,37 3,09 3,74 4,06 3,09 3,69 5,17 3,18 4,14 4,14 4,32 4,68 5,12 5,71 4,06 3,40 4,13 3,71 4,48 3,97 4,45 3,81 4,25 3,78 4,70 4,76 6,06 5,15 5,12 5,75 4,81 5,14 5,19 5,09
LN BIAYA
20,65 20,42 20,07 20,85 21,38 20,31 20,27 19,96 21,48 19,40 19,32 19,88 19,94 20,82 20,96 21,60 21,03 21,31 21,26 21,86 21,09 21,93 21,15 21,88 21,18 22,03 22,11 20,84 20,96 20,72 21,03 22,34 22,86 22,90 22,78
JUMLAH LANTAI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
65
Tabel 5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4 NO
1 2 3 4 5
KODE
JUMLAH PEMAKAI
RS 5 S5 RS 2 RS 3 RS 4
48,00 664,00 159,00 169,00 70,00
BIAYA TH. 2010
3.438.823.496,07 3.156.886.943,89 11.221.638.907,91 12.284.153.052,54 5.199.421.927,62
LN JUMLAH PEMAKAI
3,87 6,50 5,07 5,13 4,25
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
21,96 21,87 23,14 23,23 22,37
3 3 4 4 4
Gambar grafik hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :
Gambar 5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Dari gambar 5.13 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai, persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4 lantai. Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = -0,052x + 20,59; y =
66
-0,113x + 21,88; y = -0,032x + 22,61 dan y = 0,959x + 18,29. Berdasarkan model persamaan yang diperoleh diketahui 3 buah persamaan memiliki nilai slope yang bernilai negatif dengan koefisien korelasi yang sangat kecil yaitu persamaan I, II dan III. Pada grafik dapat dilihat garis linier ke arah kanan bawah menandakan pertambahan biaya berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah pemakai. Hal ini bisa diartikan dalam mencari hubungan biaya dengan kapasitas fungsional bangunan gedung menurut jumlah lantainya, kapasitas bangunan gedung tidak tepat terwakili oleh jumlah pemakai.
5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor dan sekolah Analisis hubungan biaya dengan jumlah pemakai akan dilakukan terhadap bangunan kantor dan sekolah dengan dukungan jumlah data yang cukup yaitu secara berurutan 14 buah dan 10 buah. Dengan merujuk pada lampiran 1 dan lampiran 2 secara berurutan akan ditunjukan hubungan biaya dengan jumlah pemakai untuk bangunan kantor dan sekolah beserta dengan beberapa klasifikasi yang dilakukan, pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
67
Gambar 5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Gambar 5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Gambar 5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
68
Gambar 5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Gambar 5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung Berdasarkan analisis, diperoleh nilai faktor kapasitas biaya seperti terlihat pada tabel 5.23. Nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas pada bangunan dengan fungsi sosial budaya secara umum lebih besar dibandingkan dengan faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah
69
pemakai. Hasil yang sama dapat dilihat pula pada saat terklasifikasi ke dalam beberapa kelas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang terbagi ke dalam kelas bangunan khusus, sederhana dan tidak sederhana, nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah pemakai lebih kecil daripada nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas bangunan. Pada saat hubungan biaya dengan luas bangunan terklasifikasikan ke dalam jumlah lantai nilai faktor kapasitas tertinggi terjadi pada bangunan dengan fungsi sosial budaya yang mempunyai 3 lantai. Nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh untuk bangunan dengan 1 lantai mengalami penurunan pada bangunan dengan 2 lantai kemudian naik lagi pada bangunan dengan 3 lantai dan kembali menurun pada bangunan dengan 4 lantai. Berbeda halnya dengan hasil hubungan biaya dengan jumlah pemakai, nilai faktor kapasitas biayanya adalah negatif ( - ), kecuali bangunan dengan 4 lantai yang bernilai positif ( + ). Kondisi ini diartikan bertambahnya kapasitas tidak sejalan dengan bertambahnya biaya bahkan berbanding terbalik atau bisa diartikan kapasitas desain tidak teraplikasi sehingga berpengaruh ke dalam penentuan harga. Pemberlakuan hubungan biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai pada fungsi bangunan yang lebih spesifik menghasilkan nilai yang menggambarkan kecenderungan peningkatan biaya yang lebih besar dibandingkan peningkatan kapasitasnya yang berarti terjadi diseconomies of scale.
70
Tabel 5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai Hubungan Biaya dengan Luas Fungsi
Umum
Bangunan Sosial Budaya
Permen P. U. No. 45/PR T/M/20 07
Khusus Sederhana Tidak Sederhana 1 2
Jumlah Lantai
3 4
Umum
Bangunan Kantor
Permen P. U. No. 45/PR T/M/20 07
Khusus Sederhana Tidak Sederhana 1 2
Jumlah Lantai
3 4 Umum
Bangunan Sekolah
Permen P. U. No. 45/PR T/M/20 07
Persamaan Regresi
R2
R
R2
R
Faktor Kapasi tas
y = 1,191x + 13,79
0.96
0.980
1.191
y = 0,390x + 19,54
0.104
0.322
0.39
y = 0,955x +15,29
0.999
0.999
0.955
y = 0,947x + 17,59
0.999
0.999
0.947
y = 1,144x + 14,03
0.86
0.927
1.144
y = 0,102x + 20,07
0.026
0.161
0.102
y = 1,091x + 14,54
0.928
0.963
1.091
y = 0,457x + 20,07
0.3
0.548
0.457
y = 1,141x + 14,01
0.856
0.925
1.141
y = - 0,052x + 20,59
0.004
0.063
- 0.052
y = 0,993x + 15,07
0.892
0.944
0.993
y = - 0,113x + 21,88
0.034
0.184
- 0.113
y = 1,49x + 11,75
0.991
0.995
1.49
y = - 0,032x + 22,61
0.003
0.055
- 0.032
y = 0,956x + 15,51
0.998
0.999
0.956
y = 0,959x + 18,29
0.998
0.999
0.959
y = 1,312x + 13,04
0.959
0.979
1.312
y = 1,357x + 15,83
0.956
0.978
1.357
-
-
-
-
-
-
y = 0,993x + 14,85
0.681
0.825
0.993
y = 1,009x + 17,02
0.68
0.825
1.009
y = 1,269x + 13,37
0.972
0.986
1.269
y = 1,274x + 16,26
0.971
0.985
1.274
y = 1,018x + 14,68
0.735
0.857
1.018
y = 1,055x + 16,84
0.715
0.846
1.055
y = 1,228x + 13,63
0.875
0.935
1.228
y = 1,313x + 16,07
0.85
0.922
1.313
y = 1,501x + 11,67
0.994
0.997
1.501
y = 1,514x + 15,05
0.994
0.997
1.514
-
-
-
-
-
-
0.964
0.982
1.217
0.927
0.963
1.019
-
-
-
-
-
-
0.952
0.976
1.286
0.89
0.943
1.061
Sederhana Tidak Sederhana 1
Jumlah Lantai
-
y = 1,217x + 13,66
Khusus
2
Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai Faktor Kapasi tas
Klasifikasi
y = 1,286x + 13,3 -
-
-
Persamaan Regresi
-
y = 1,019x + 15,32 y = 1,061x + 15,13 -
-
-
-
y = 1,259x + 13,41
0.949
0.974
1.259
y = 1,054x + 15,11
0.911
0.954
1.054
y = 0,637x + 17,16
0.534
0.731
0.637
y = 0,319x + 19,19
0.491
0.701
0.319
3
-
-
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
-
71
Untuk bangunan kantor, dalam hubungan biaya dengan luas bangunan pada klasifikasi 1 kelas berlaku diseconomies of scale kemudian cenderung turun pada kelas bangunan sederhana untuk klasifikasi 3 kelas dan naik lagi pada kelas bangunan tidak sederhana. Pada klasifikasi 4 kelas menurut jumlah lantai, nilai faktor kapasitas biaya cenderung naik dari kelas pertama yaitu bangunan kantor dengan jumlah lantai 1 sampai pada kelas ketiga dengan jumlah lantai tiga. Namun demikian nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan jumlah pemakai untuk setiap klasifikasi dan tiap kelasnya. Bangunan sekolah dengan klasifikasi 1 kelas juga berlaku diseconomies of scale. Nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan pada klasifikasi 1 kelas sebesar 1,217 dengan koefisien korelasi yang tinggi 0,982. Nilainya cenderung naik pada klasifikasi kelas bangunan sederhana menjadi 1, 286 kemudian cenderung turun pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah lantai 1 dan turun lagi pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah lantai 2. Nilai-nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan tersebut cenderung turun untuk setiap klasifikasi dan kelasnya dalam hubungan biaya dengan jumlah pemakai. Nilai-nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh seperti tabel 5.23 di atas didukung dengan nilai koefisien korelasi yang beragam. Pada bangunan dengan fungsi sosial budaya, nilai koefisien korelasi dalam hubungan biaya dengan luas bangunan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan biaya dengan
72
jumlah pemakai yang berarti hasil yang lebih kuat ditunjukkan untuk hubungan biaya dengan luas bangunan. Namun pada fungsi bangunan yang lebih spesifik yaitu kantor dan sekolah, nilai faktor korelasi sama-sama tinggi antara hubungan biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai yang berarti hasil yang ditunjukkan mempunyai kekuatan yang sama. Untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan atau tingkat kesalahan antara hasil perhitungan dengan data aktual maka perlu dilakukan validasi.
5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya Validasi model faktor kapasitas biaya dilakukan terhadap data yang diklasifikan dari setiap fungsi bangunan. Validasi yang dilakukan adalah membandingkan antara data aktual dengan data dari perhitungan model faktor kapasitas biaya sehingga dapat diketahui tingkat kesalahannya. Data yang digunakan merupakan data yang memiliki karakteristik yang sama. Validasi dimulai dengan membandingkan antara data aktual dengan data dari perhitungan model faktor kapasitas biaya untuk bangunan dengan fungsi sosial budaya. Biaya bangunan sejenis yang masing-masing ingin dicari memakai persamaan 2.1. dan hasilnya dibandingkan dengan masing-masing data biaya yang sudah ada sehingga diperoleh selisih dan tingkat kesalahannya. Perlakuan ini juga diterapkan pada masing-masing klasifikasi yang lebih spesifik. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut : Diambil contoh fungsi bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus.
73
Pada tabel 5.7 dan tabel 5.19 dapat dilihat biaya, luas lantai dan jumlah pemakai untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus. Biaya L1 = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai = 467,55 m2 dan jumlah pemakai = 44 orang Biaya L2 = Rp 3.698.660.001,90 dengan luas lantai = 1.163,25 m2 dan jumlah pemakai = 110 orang Biaya L3 = Rp 4.009.445.935,34 dengan luas lantai = 1.228,57 m2 dan jumlah pemakai = 117 orang Langkah perhitungannya adalah : Dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 467,55 m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :
467,55 1. C 2 1.571.725.384,27 467,55
0, 955
= 1.571.725.384,27
Error estimate = {(1.571.725.384,27 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x 100% = 0
467,55 2. C 2 3.698.660.001,90 1163,25 Error
estimate
0, 955
= 1.548.860.969,46
=
{(1.548.860.969,46-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = - 58,12% 467,55 3. C 2 4.009.445.935,34 1228,57
Error
estimate
0 , 955
=
4.009.445.935,34}x100% = - 60,25%
= 1.593.651.110,87 {(1.593.651.110,87-4.009.445.935,34)/
74
Rata-rata error estimate = (0 - 58,12% - 60,25%)/3 = - 39,46% Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1163,25 m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :
1163,25 1. C 2 1.571.725.384,27 467,55
0, 955
= 3.753.259.929,33
Error estimate = {(3.753.259.929,33 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x 100% = 138,80 % 1163,25 2. C 2 3.698.660.001,90 1163,25
Error
estimate
0, 955
= 3.698.660.001,90
=
{(3.698.660.001,90-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = 0% 1163,25 3. C 2 4.009.445.935,34 1228,57
Error
estimate
0 , 955
=
= 3.805.618.281,43 {(3.805.618.281,43-4.009.445.935,34)/
4.009.445.935,34}x100% = - 5,08% Rata-rata error estimate = (138,80 % + 0% - 5,08%)/3 = 44,57% Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1228,57 m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai persamaan 2.1 dihitung nilai C2 : 1228,57 1. C 2 1.571.725.384,27 467,55
0 , 955
= 3.954.283.287,25
Error estimate = {(3.954.283.287,25 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x 100% = 151,59 %
75
1228,57 2. C 2 3.698.660.001,90 1163,25 Error
estimate
0 , 955
= 3.896.759.005,81
=
{(3.896.759.005,81-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = 5,36%
1228,57 3. C 2 4.009.445.935,34 1228,57 Error
estimate
=
0 , 955
= 4.009.445.935,34 {(4.009.445.935,34-4.009.445.935,34)/
4.009.445.935,34}x100% = 0% Rata-rata error estimate = (151,59 % + 5,36% + 0%)/3 = 52,31% Sehingga secara keseluruhan error estimate = (- 39,46% + 44,57% + 52,31%)/3 = 19,14%. Cara perhitungan yang sama dilakukan terhadap kapasitas fungsional (jumlah pemakai) sehingga didapat error estimate = 19,17% Perhitungan error estimate secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. Rata-rata error estimate yang didapat dapat dilihat pada tabel 5.24 di bawah. Pada tabel dapat dilihat secara umum nilai error estimate dari hubungan biaya dengan jumlah pemakai memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan hubungan biaya dengan luas bangunan yang berarti secara umum penyimpangan yang terjadi lebih kecil. Pada hubungan biaya dengan luas bangunan error estimate terkecil sebesar 0,94 % berada pada klasifikasi bangunan sekolah yang lebih spesifik yaitu bangunan sekolah dengan jumlah lantai 2, dan error estimate terbesar sebesar 146,52 % berada pada klasifikasi umum bangunan sosial budaya.
76
Tabel 5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai Fungsi Bangunan
Klasifikasi
PerMen P. U. No. 45/PRT/ M/2007
146.52
0.39
10.64
Asrama
1.191
12.89
0.39
1.34
Kantor
1.191
92.25
0.39
7.10
Laboratorium
1.191
30.88
0.39
3.08
Puskesmas
1.191
30.50
0.39
3.03
Rumah sakit
1.191
101.04
0.39
8.56
Sekolah
1.191
71.29
0.39
8.45
Khusus
0.955
19.14
0.947
19.17
Sederhana
1.144
30.29
0.102
0.83
Tidak Sederhana
1.091
40.94
0.457
12.09
1
1.141
37.87
-0.052
0.17
2
0.993
18.79
-0.113
0.67
3
1.49
18.69
-0.032
0.06
4
0.956
15.68
0.959
15.70
1.312
119.16
1.357
118.81
Jumlah Lantai
Umum
Bangunan Kantor
PerMen P. U. No. 45/PRT/ M/2007
Khusus
12.74
1.009
12.74
Tidak Sederhana
1.269
29.83
1.274
29.78
1
1.018
17.90
1.055
17.38
2
1.228
13.03
1.313
12.66
3
1.501
5.09
1.514
5.09
75.27
1.019
1.217
Umum
Jumlah Lantai
-
0.993
4
Bangunan Sekolah
-
Sederhana
Jumlah Lantai
PerMen P. U. No. 45/PRT/ M/2007
Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai Error Faktor estimate Kapasitas rata-rata (%)
1.191
Umum
Bangunan Sosial Budaya
Hubungan Biaya dengan Luas Error Faktor estimate Kapasitas rata-rata (%)
Khusus Sederhana Tidak Sederhana
-
1.286
71.20
47.90
-
1.061
44.66
-
1
1.259
113.80
1.054
105.39
2
0.637
0.94
0.319
0.86
3
-
-
4
-
-
77
Pada hubungan biaya dengan jumlah pemakai error estimate terkecil sebesar 0,06 % berada pada klasifikasi bangunan sosial budaya dengan jumlah lantai 3 dan error estimate terbesar sebesar 118,81 % berada pada klasifikasi bangunan kantor yang lebih spesifik tapi sifatnya masih umum. Adanya error estimate yang sangat tinggi yaitu pada bangunan sosial budaya dengan klasifikasi umum, rumah sakit dengan faktor kapasitas 1,191, bangunan kantor dengan klasifikasi yang lebih spesifik tapi masih bersifat umum dan bangunan sekolah dengan klasifikasi yang lebih spesifik yaitu jumlah lantai 1, menunjukkan sebaran data yang tersebar dengan rentang kapasitas yang besar tidak sebanding dengan rentang biaya yang diberikan. Pada saat nilai faktor kapasitas biaya sebesar 1,191 hasil dari model hubungan biaya dengan luas bangunan dipakai untuk mencari biaya bangunan dengan fungsi yang spesifik yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah, dihasilkan nilai error estimate yang bervariasi dengan rentang yang cukup besar yaitu 12,89% – 101,04%. Sementara itu pada saat nilai faktor kapasitas biaya sebesar 0,39 hasil dari model hubungan biaya dengan jumlah pemakai digunakan, rentang error estimit relatif lebih kecil berkisar antara 1,34% – 8,56%. Bangunan sosial budaya yang terklasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 menjadi 3 yaitu bangunan khusus, bangunan sederhana dan bangunan tidak sederhana memberikan nilai error estimate yang tidak jauh berbeda pada klasifikasi bangunan khusus antara luas dan jumlah orang yaitu 19,14% dan 19,17%. Nilai faktor kapasitas fisik 0,955 dan faktor kapasitas fungsional 0,947 yang didukung dengan nilai koefisien korelasi yang kuat sebesar
78
0,999 dan 0,999 menjadikan nilai ini bisa dipakai sebagai faktor kapasitas biaya bangunan sosial budaya khusus pada rentang kapasitas tertentu. Klasifikasi bangunan sosial budaya dengan jumlah lantai 4 juga bisa dipakai faktor kapasitas biayanya dengan alasan yang sama yaitu nilai faktor kapasitas biaya 0,956 dan 0,959 dengan koefisien korelasi 0,999 dan 0,999 yang sangat kuat menghasilkan error estimate 15,68% dan 15,70%. Bangunan kantor yang diklasifikasikan lebih spesifik menjadi bangunan kantor sederhana, tidak sederhana, bangunan kantor dengan jumlah lantai 1 ,2 dan 3 memberikan nilai error estimate berkisar antara 5,09% – 29,83% pada luas bangunan dan jumlah pemakai. Nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh dapat digunakan pada rentang kapasitasnya masing-masing yaitu 0,993; 1,009; 1,269; 1,274; 1,018; 1,055; 1,228; 1,313; 1,501 dan 1,514. Bangunan sekolah yang terklasifikasi kedalam bangunan sekolah sederhana dan bangunan sekolah dengan jumlah lantai 2 dapat juga memakai faktor kapasitas biayanya dengan rentang kapasitas yang ada. Nilai-nilai 1,286; 1,061; 0,637 dan 0,319 sebagai faktor kapasitas biayanya dengan koefisien korelasi yang cukup kuat 0,976; 0,943; 0,731 dan 0,701 memberikan nilai error estimate 47,90%; 44,66%; 0,94% dan 0,86%. Uji validasi yang telah dilakukan memberikan sebuah faktor kapasitas biaya pada setiap fungsi bangunan gedung menurut klasifikasinya masing-masing. Hasil ini merupakan pendekatan atas rata-rata kesalahan terkecil, perbandingan kapasitas berdasarkan klasifikasinya serta didukung nilai koefisien korelasi yang kuat. Hasil tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini :
79
Tabel 5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah uji validasi Hubungan Biaya dengan Luas Fungsi Bangunan
Bangunan Sosial Budaya
Klasifikasi Faktor Kapasitas
Error estimate ratarata (%)
Faktor Kapasitas
0,955
19,14
0,947
19,17
0,956
15,68
0,959
15,70
0,993
12,74
1,009
12,74
1,269
29,83
1,274
29,78
1,018
17,90
1,055
17,38
1,228
13,03
1,313
12,66
1,501
5,09
1,514
5,09
0,637
0,94
0,319
0,86
Khusus Jumlah lantai 4 Sederhana Tidak Sederhana
Bangunan Kantor
Jumlah lantai 1 Jumlah lantai 2 Jumlah lantai 3
Bangunan Sekolah
Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai
Jumlah lantai 2
Error estimate rata-rata (%)
Tabel perhitungan error estimate untuk tabel 5.25 dapat dilihat pada lampiran 3 sampai dengan lampiran 10.
5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya Faktor kapasitas biaya yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung biaya konseptual bangunan gedung menurut fungsi dan klasifikasinya masing-masing. Berdasarkan tabel 5.25 di atas, nilai-nilai faktor kapasitas biaya yang telah diperoleh, langsung diaplikasikan ke dalam rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut persamaan 2.1, sehingga didapatkan rumusan matematis sebagai berikut :
80
Tabel 5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut klasifikasinya Hubungan Biaya dengan Luas Fungsi Bangunan
Klasifikasi Faktor Kapasitas
Rumus matematis
0,955
Q C2 C1 2 Q1
0,956
Q C2 C1 2 Q1
0,993
Q C2 C1 2 Q1
Tidak Sederhana
1,269
Q C2 C1 2 Q1
Jumlah lantai 1
1,018
Q C2 C1 2 Q1
Jumlah lantai 2
1,228
Q C2 C1 2 Q1
Jumlah lantai 3
1,501
Q C2 C1 2 Q1
0,637
Q C2 C1 2 Q1
Khusus Bangunan Sosial Budaya Jumlah lantai 4
Sederhana
Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai Faktor Kapasit as
0,955
Q C2 C1 2 Q1
0,959
Q C2 C1 2 Q1
1,009
Q C2 C1 2 Q1
1,274
Q C2 C1 2 Q1
1,055
Q C2 C1 2 Q1
1,313
Q C2 C1 2 Q1
1,514
Q C2 C1 2 Q1
0,319
Q C2 C1 2 Q1
0,956
1, 009
1, 274
1, 018
1, 055
1, 313
1, 501
Jumlah lantai 2
0 , 959
0,993
1, 228
Bangunan Sekolah
0 , 947
0,947
1, 269
Bangunan Kantor
Rumus matematis
1, 514
0, 637 0 , 319
Contoh perhitungan untuk masing-masing fungsi bangunan dan klasifikasinya ditampilkan seperti di bawah ini : Misalkan diinginkan berapa biaya untuk luas lantai 500 m2 atau berapa biaya untuk jumlah pemakai 50 orang ? 1.
Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus
81
Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada biaya = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai 467,55 m2 dan jumlah pemakai 44 orang. Estimasi biayanya adalah C2 C1 Q2
0,955
Q1
= 1.571.725.384,27 500
0, 955
467,55
= 1.675.742.263,00 Error estimate
={(1.675.742.263,00-1.571.725.384,27)/ 1.571.725.384,27}x100% = 6,62%
atau : Estimasi biayanya adalah
Q C2 C1 2 Q1
0 , 947
=
50 1.571.725.384,27 44
0, 947
= 1.773.991.672,00 Error estimate
={(1.773.991.672,00-1.571.725.384,27)/ 1.571.725.384,27}x100% = 12,87%
2.
Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi jumlah lantai 4 Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada biaya = Rp 5.199.421.927,62 dengan luas lantai 1297,22 m2 dan jumlah pemakai 70 orang. Estimasi biayanya adalah C2 C1 Q2 Q1
0,956
= 5.199.421.927,62 500 1297,22
= 2.089.918.497,00 Error estimate
={(2.089.918.497,00-5.199.421.927,62)/ 5.199.421.927,62}x100%
atau :
= -59,80%
0, 956
82
Estimasi biayanya adalah
Q C2 C1 2 Q1
0 , 959
=
50 5.199.421.927,62 70
0 , 959
= 3.765.462.052,00 Error estimate
={(3.765.462.052,00-5.199.421.927,62)/ 5.199.421.927,62}x100%
3.
= -27,58%
Bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada biaya = Rp 1.136.623.285,18 dengan luas lantai 400 m2 dan jumlah pemakai 42 orang. Estimasi biayanya adalah C2 C1 Q2
0,993
Q1
0 ,993
= 1.136.623.285,18 500 400
= 1.418.561.575,00 Error estimate
={(1.418.561.575,00-1.136.623.285,18)/ 1.136.623.285,18}x100%
= 24,80%
atau : Estimasi biayanya adalah
1, 009
Q C2 C1 2 Q1
1, 009
= 1.136.623.285,18 50 42
= 1.355.247.919,00 Error estimate
={(1.355.247.919,00-1.136.623.285,18)/ 1.136.623.285,18}x100%
= 19,23%
Langkah yang sama dilakukan terhadap fungsi bangunan dengan klasifikasinya masing-masing memakai rumusan matematis menurut tabel 5.26.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan 1. Dari hasil analisis, dengan melihat koefisien korelasi yang besar dan error estimate rata-rata yang kecil, diperoleh model dan faktor kapasitas biaya sebagai berikut : a. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah y = 0,955x + 15,29 dan y = 0,956x + 15,51 dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956. b. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah y = 0,947x + 17,59 dan y = 0,959x + 18,29 dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959. c. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y = 0,993x + 14,85; y = 1,269x + 13,37; y = 1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63; y = 1,501x + 11,67; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501. d. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah
83
84
lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y = 1,009x + 17,02; y = 1,274x + 16,26; y = 1,055x + 16,84; y = 1,313x + 16,07; y = 1,514x + 15,05; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514. e. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah y = 0,637x + 17,16 dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,637. f. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) adalah y = 0,319x + 19,19 dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,319. 2. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dapat dilakukan terhadap bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4, bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 dan bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2, dengan cara sebagai berikut : a. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 0,955 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,947. b. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi jumlah lantai 4 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai
85
yang diketahui berpangkat 0,956 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,959. c. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 0,993 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,009. d. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi tidak sederhana adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 1,269 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,274. e. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah lantai 1 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 1,018 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,055. f. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
86
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 1,228 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,313. g. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah lantai 3 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 1,501 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,514. h. Estimasi biaya konseptual bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang diketahui berpangkat 0,637 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,319.
6.2 Saran 1. Dalam proses analisis untuk mencari faktor kapasitas biaya bangunan gedung dengan fungsi bangunan yang lain, hendaknya data terdahulu yang dipakai terkelompok dalam masing-masing fungsi bangunan dan terklasifikasikan menurut batasannya masing-masing.
87
2. Dalam menggunakan faktor kapasitas biaya untuk estimasi biaya konseptual bangunan gedung hendaknya memperhatikan masing-masing fungsi bangunan dengan masing-masing batasan klasifikasinya. 3. Untuk mencari nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung hendaknya menggunakan informasi biaya konstruksi gedung sebanyak mungkin untuk memperoleh akurasi yang bagus dengan penyimpangan yang kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI. Hasan, I., 2008. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hermansyah, D. 2003. “Estimasi Anggaran Biaya Konstruksi dan Rencana Penjadwalan Tahap Desain pada Pembangunan Kampus BSI Margonda – Depok” (tesis). Jakarta: Universitas Guna Darma. Husen, A., 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian Proyek. Yogyakarta: Andi. Kodoatie, R.J., 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Offset. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Riswan, D., Abduh, M. 2006. Pengembangan Model Estimasi Biaya Parameter pada Proyek Pembangunan Gedung Negara. International Civil Engineering Conference “Towards Sustainable Civil Engineering Practice”. Surabaya 25 – 26 Agustus. Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi kedua. Bandung: ITB Soeharto, I., 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wuryanti, W. 2005. Indeks Biaya Komponen Konstruksi Beton Bertulang Baja dan Bahan Komposit Untuk Bangunan Gedung. Kolokium & Open House. Bandung 8 – 9 Desember. Wuryanti, W. 2009. Evaluasi Penggunaan Standar pada Estimasi Biaya Konstruksi Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI.
88
LAMPIRAN
89