ENERGI SIRRULLAH Surah Al Maidah 35 : Hai orang orang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan carilah WASILAH yang mendekatkan diri kepadaNYA, berjihadlah pada WASILAH NYA, supaya kamu mendapat keberuntungan. ENERGI KHATM
1. Illahadratin Ruh Mursyid Khawajagan Naqsabandy, Khususan Syech Bahaudin Naqsabandi, Syech Abdul Khaliq al Ghujdhawani, Syech Abu yazid al Bisthami, Syech Jafar al shiddiq, Saidina Abu bakr Shiddiq, Saidina Ali bin Abi thalib, Muhammad Rasullullah. 2. Alfatehah 7x 3. Solawat Nabi 9x 4. Alam Nasyrah 7x 5. Al Ikhlas 11x 6. Alfatehah 7x 7. Solawat Nabi 9x
ENERGI ISMU DZAT (ENERGI MAKRO), ENERGI RASULLULLAH SBG WASILAH
1. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Kadirun Yahya, Dzikirullah 500x 2. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Maulana Muhammad Hasyim, Dzikirullah 500x 3. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Ali Ridha, Dzikirullah 500x 4. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Sulaiman Zuhdi, Dzikirullah 500x 5. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Ismail al Barusi, Dzikirullah 500x 6. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Sulaiman Qorimi, Dzikirullah 500x 7. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Abdallah arzinjani, Dzikirullah 500x 1. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Hisyam al Kabanni, Dzikirullah 500x 2. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Nazim al Haqqani, Dzikirullah 500x 3. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Syarifudin al dagesthani, Dzikirullah 500x
4. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abu Muhammad al Madani, Dzikirullah 500x 5. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Abu Ahmad as Sughuri, Dzikirullah 500x 6. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Jamaludin, Dzikirullah 500x 7. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Ismail Muhammad, Dzikirullah 500x 1. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abdul Qodir al Jaelani, Dzikirullah 500x 2. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abu Said, Dzikirullah 500x 3. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abu Hasan, Dzikirullah 500x 4. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abdul Faraj, Dzikirullah 500x 5. Illa Hadratin Ruh Mursyid Syech Abdul Wahid, Dzikirullah 500x 6. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abu Bakar al syibli, Dzikirullah 500x 7. Illa hadratin Ruh Mursyid Syech Abdul Qosim Junaid al Baqdadi, Dzikirullah 500x ENERGI NAFI ISBAT (ENERGI MIKRO), ENERGI UDARA MAKRO (NAFAS) SEBAGAI WASILAH 1. Laa illaha illallah 30x tahan nafas ( Kalam TUHAN yang pertama diberikan kpd Rasul ) 2. Allahu 30x tahan nafas ( Laa illaha illallah hilang menjadi kalam Allahu ) 3. Allah 30x tahan nafas ( Allahu hilang menjadi kalam Allah ) 4. Huwa 30x tahan nafas ( Allah hilang menjadi kalam HuA) 5. Ah 30x tahan nafas ( Huwa hilang menjadi kalam A H ) 6. Hening 30x tahan nafas ( AH hilang menjadi AKU YANG MELIPUTI SEGALANYA ) Kalam Allah = FirmanNYA = Nur Muhammad (Nur yang sangat terpuji) = Nur penciptaan Bumi dan Langit Keterangan : Energi Ismu Dzat harus berdasarkan bai’at atau pemberian energi seorang guru diatasnya, dan energy inilah yang akan bertalian satu dengan yang lainnya (Cahaya diatas Cahaya /Energi diatas Energi).
Energi Nafi isbat, tarik nafas membaca HU (baca satu kali dalam tarikan panjang), lepas nafas baca Muhammaddarasullullah satu kali. Setelah 40 hari pertama, Dzikir Ismu Dzat dirubah menjadi Dzikir Lataif. Dzikir Ismu Dzat dilakukan dengan tangan kiri terbuka dan menarik energy ruhaniah Guru. Untuk mendapatkan Gelar dan Dudukan, dzikir dilakukan berturut turut tanpa putus selama waktu yang ditentukan, jika terputus diulangi dari awal (suluk/istiqamah). Gelar / Kedudukan / Sebutan :
1. Gelar Bintang 1 diberikan apabila sudah selesai 40 hari pertama. 2. Bintang 2 diberikan setelah 40 hari ke2 3. Bintang 3 diberikan setelah 40 hari ke3 4. Bintang 4 diberikan setelah 40 hari ke4 5. Bintang 5 diberikan setelah 9 bulan pertama. 6. Bintang 6 diberikan setelah 9 bulan ke2 7. Bintang 7 diberikan setelah 9 bulan ke3 8. Gelar Khalifah diberikan setelah 9 bulan ke4 9. Gelar selanjutnya khalifah1 bintang 1 dst. Gelar dan Kedudukan TIDAK BERARTI APA APA hanya bertujuan untuk melatih TINGKATkedisiplinan dan TINGKATkecintaan manusia terhadap SANG PENCIPTA yaitu DZAT YANG MAHA AGUNG.
BAJU “ALLAH” DARI DZAT YANG MAHA AGUNG Dari Ali Karamallahu Wajhah : Aku katakan padamu ya Rasullullah, manakah jalan tharekat yang sedekat dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia mulianya disisi Allah. Maka Sabda Rasullullah SAW : Ya Ali penting atas kamu berkekalan / senantiasa berdzikir kepada Allah. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir kepada Allah. Maka Rasullullah bersabda : Ya Ali, tidak ada terjadi kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah – Allah.
Maka sahut Ali kepada Rasullullah, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasullullah, maka sabda Rasullullah: pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali, kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan. Maka sejenak Rasullullah mengucapkan : laa illaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa illaaha illallah seperti demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan basri dan dari Hasan Basri kepada Al Habib al Ajay dari Al Habib kepada Daud Athaiy, dari Daud kepada Al Makruf Al karaci dan dari Al karaci kepada Assuraa, dan dari Assuraa kepada Al Junaid ( HR. Thabrani dan Baihaqi ). Teori String mengatakan Energi lepas alam semesta ini mengalami penyesuaian sehingga menghasilkan suatu energy baru. Artinya suara yang dibuat oleh Rasullullah berasal dari suara atau Energi yang diterima oleh malaikat jibril dan suara yang diterima malaikat jibril berasal dari Dzat Yang Maha Agung. Dan mengapa mata harus dipejamkan, karena Allah itu hanya dapat dilihat oleh ruhaniah, dan selain itu jika mata terbuka maka yang terlihat adalah sosok manusia / jasad sehingga dapat menimbulkan penilaian / pengkultusan yang berasal dari pola pikir manusia sehingga penilaian inilah yang dapat merusak / mengotori hati Seperti firman Allah dalam An Nur 35 : Allah memberi cahaya langit dan bumi, umpama cahayaNYA, seperti sebuah lubang di dinding rumah, di dalamnya ada pelita, pelita itu didalam gelas, gelas itu seperti bintang yang berkilauan. Hadist Qudsi : Laa illaha illallah ( kalimah Allah ) itu adalah perkataanKU, dan ia adalah AKU, siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentenKU, dan siapa yang masuk ke dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia dari siksaKU ( HR.Syairazi ) Artinya kalam yang diturunkan oleh Dzat yang maha Agung dalam bentuk kalimat Laa illaaha illallah merupakan suatu energy cahaya langit dan bumi yang didalamnya mengandung hikmah, dan kalam ini lah yang akan menjadi tali perjalanan manusia menuju Allah. Seperti firman Allah dalam Ali Imran 103 : berpeganglah kamu pada Tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai. Namun tidaklah mudah untuk mencari seorang guru yang sudah pernah diturunkan atau dibisikan kalimah Tauhid dari guru guru diatasnya sampai pada rasullullah ( wasilah / silsilah ),
Seperti firman Allah surat Al Maidah 35 : Hai orang yang beriman, taqwalah pada Allah dan carilah /temukanlah WASILAH yang membawa engkau pada ALLAH, berjihadlah engkau diatas jalan/ taliitu, niscaya engkau akan beruntung. Ketika kita sudah menemukan tali energy kalam Allah yang berasal dari wasilah maka Rasullullah bersabda : Atas nama Allah, yang tidak memberi mudharat apa apa yang dibumi dan yang dilangit ialah bagi orang yang beserta dengan namaNYA (HR. Abu Daud dan Thirmidzi ) Artinya kalimat Allah yang bertalian tidak akan mencelakan bagi manusia yang selalu menyebut namaNYA. Setelah rohaniah kita bertemu dengan ruhaniah rasullullah dan rohaniah para guru diatasnya artinya kita sudah bersyaf-syaf dan bertalian erat atau berimam iman maka barulah kita melakukan solat seperti firman Allah Al Alaa 15 : Dan menyebut nama Tuhannya lalu solat. Dan Ayat Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang solat, yang mereka lalai (tdk berdzikir)dari solatnya. Dan Rasullullah pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa, dan tidak pula diperkampungan terpencil yang tidak mendirikan solat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan rohaniah), sesungguhnya srigala itu menerkam kambing yang terpencil sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Nasai) Barang siapa yang dalam solatnya tidak berimam imam, bersyaf-syaf (jasmani rohani)ia akan disambar iblis dan syaitan dalam solatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat syaf nya dengan orang disebelah kita dan syetan bisa masuk lewat pintu mana saja didalam tubuh, jadi artinya disini adalah rohaniah yang bersyaf syaf dan bertalian erat sampai kepada Rasullullah. Kebingungan masyarakat mengenai silsilah / wasilah yang bertalian pada sahabat Rasul, Rasullullah bersabda : Tidak sesuatupun yang dicurahkan Allah dalam dadaku, melainkan aku mencurahkannya kembali kedalam dada Abu bakar. Jadi jelas dalam hadist diatas termasuk mencurahkan talqin dzikir seperti yang dilaksanakan oleh rasullullah kepada saidina Ali. Firman Allah Al Araf 205 : Sebutlah Tuhanmu dalam hatimu, serta merendahkan diri dan takut dan bukan dengan suara keras, waktu
pagi dan petang dan janganlah engkau termaksud orang orang yang lalai.
PERMAINAN ALAM “PIKIRAN” DAN ALAM JABARUT
Percakapan ini terjadi ketika, adanya seseorang yang ingin mencoba mengamalkan ilmu rahasia dari Rasullullah…
Waallahuallam bisowab, percakapan ini benar adanya, dan dengan menyebut nama Allah Yang Maha Penguasa Ghaib… sesungguhnya percakapan ini berjarak dalam hitungan tahun cahaya… dengan didampingi oleh para aulia sementara untuk kaum jin khususnya para aulia sulton jin Moslem diharapkan tidak masuk kedalam frekwensi yang sangat dasyat ini.. Semoga Allah memberi rahmat kepada para kaum jin marifatullah dan mahluk lainnya tanpa mengesampingkan mereka… sesungguhnya mereka tetap mulia dimata Allah… semoga Allah memberi ridha dan rahmat pada mereka. Assalamualaika ayuhannabiyuwarahmatullahiwabarakatuh.. assalamualaina wa ala ibadillahisolihin. Illahadarotin para aulia khususon sulton aulia penguasa bumi gautsil adhom qutubul alamin saidi syech Abdul Qodir al Jaelani… sembah sujudku kepada frekwensi termulia dimata SANG MAHA DASYAT. Illa hadratin khususon mursyidku yang tercinta sulton aulia saidi syeck kadirun Yahya yang telah mengajarkan ilmu frekwensi yang sangat mulia ini, Illa hadratin ruh khususan sang penguasa alam yang hidup ini syeh Hisyam al kabbani wa Saidi syech Muhammad Nazim al Haqqani… …walaikums lam. S.Pasword…. Ashaduallaillaha ilaallah ana Sulton aulia ghautsil adham qutubul alamin saidi Syech Abdul Qodir al jaelani… m.Walaikum salam Ya Sutlon pemilik alam semesta ini… sesungguhnya Engkaulah sebenar benarnya penghantar bagi kami kaum lemah yang ingin mengetahui kebenaran. s. Ya fulan bin Maulana bin Saiful wa thariq… ahli sunah wal jamaah… wala n….illa mukhlisin…Sulton aulia ……… m. Siapa kah yang anda maksud yang rasullullah…. Pewaris ilmu rasull. s. Aku Sunan Gunung Jati. m. Aku kira Syeh abdul Qodir al jaelani….ada apa anda datang, mulialah engkau .. dan mohon maaf saya tidak sempat berziarah kpd anda ketika kecirebon raja galuh. s. innama buistu………..*( bahasa arab ). m. iya saya ngerti maksud anda tidak lah berpengaruh adanya makam bagi para sunan tapi wajib juga untuk diziarahi. s. sulton aulia gautsil adhom… anda pemilik … kenal dengan Syech Abdul Qodir al Jaelanai ya.
m. insya Allah kalau Allah memang berkenan. s. kening mu hitam tertanda,.. m apa s. ya tertanda kau orang yang pernah memiliki ilmu prabu kian santang penguasa jawa dan sekitarnya. m. insya Allah jika Allah mengizinkan. S . apa maksud anda. m. ya saya dulu pernah belajar ilmu sesepuh dari kanjeng guru prabu kian santang sang penguasa tanah jawa. s. Hilanng……. Dan tersenyum…. Berdoa…… dan hilang. m………… ada apa gerangan sunan itu datang ya ? m. Ya Zat penguasa yang maha Agung .. Engkaulah sebenar benarnya petunjuk bagi ku… muliakanlah kami ya Allah sesungguhnya Engkaulah sebenar benarnya pemberi kemuliaan. ……… m. Ya syech kadirun yahya berikankan sedikit wasilaah yang Allah turunkan pada mu. kh. iya Syech kadirun tidak mau menghampiri dalam keadaan tersungkur. m. mohon maaf kalau begitu…….s m. bisa kan frekwensi sampai pada Mursyid ku sulton syeh Abdul qodir al jaelani. m. siapa kau…. Ya.. ………….hilang …………lari m. Subhanallah ..cahaya telah datang pada ku.. semoga rasul adanya. ……………………………………………. m. ada apa gerangan cahaya tersebut hilang lagi. m. bismillah… ya Allah sesungguhnya AKU LAH PENGUASA DAERAH INI DAN AKU LAH YANG MAMPU MENENGGELAM KAN DAERAH INI KALAU ADA YANG BERANI ……..JANGAN SAMPAI AKU ATAS NAMA ALLAH TURUNLAH DAN JANGAN DIATAS MEMANTAU PERCAKAPAN AKU…. ………………………………………la illa …….cabuuuuuuuuutttttttttttt……. Cabutttttttttttttt………….genderowo pade nonton diatas genteng…….. m. la illah ha illa anta subhanaka kuntum minal Dzaliminnnnnnnnnnnnn……. ……………………………….cabuuuuutttttttttttttttt……………….. kuntil anak…juga ada……………. Aku merasa ada yang aneh diantara ini………………satu dua tiga empat lima Frekwensi kasar dari B… pada anak…….. ………………..spy…or what…… Ya Allah muliakanlah anak itu semoga diberi petunjuk ……………. m. Bismillah Walaikum salam ya rasullullah…………….kuan..ya lam wa llaa na’budu illa muklisiiiiiiinnnnn……………………….frekwensi off. ……………..drag kebugragkedugrig……bagbug alaihim gambrenggg… siapa..satu..dua tiga. Empat lima enam tujuh delapan. m. Ya rasull ada yang mau istiqamah nama nya ronni. …….walaika salam… m. ya engkau jin…walaikum salam….. m. walaika salam…ya golongan khadam
m. walaika salam ya golongan penginjil. m. Subhanaallah wahai malaikat pencabut nyawa… m.Ya ajengan penguasa raja galuh mohon maaf saya tidak melihat kalo anda ada disebelah kanan saya……………… k. bahasa arab…. m. siapa nama anda.. k. bahasa. Arab. M apakah anda sudah ikut saya sejak saya pulang k. ya…. m. siapakah nama anda… saya tahu anda adalah kanjeng wali….Cuma kok susah ditrace ya… m…….lam yalid walam yulad………lam yakulahukhufuawan ahad……….. k. sulton aulia tidak mau datang karena kalian semua kotor…… k. mandilah dan berdoa……..muak………………………………………………….. m. anda merasa terkotori ya.. k. tidak… tapi kurang pantas……..orang semulia itu kau panggil. m. mohon maaf kami…….. k. aku punya petuah tentang kalian….. satu persatu kau akan tahu bahwa yang benar itu akan terlihat….coba kau lihat garis tangan kalian……. Tiada yang mempunyai jari lurus mempunyai garis… tegak kebawah…….. m. maksudnya. k. sewaktu waktu anda semua pasti jatuhhhhhhhh….dan jatuh…. m. kenapa…. k. ……….lihat dibelakang kalian jin yang kalian punya besar dan sehat. m. lantas… …………………………………………………………… …………………………………………………………… m. maafin orang orang disini… kebanyakan sok tauuuu……. k. hmmm…….. m. maafin kalo orang orang disini sommmbongggg. K hmmm. Sskd. Assalamualaikumwrwkth. m. walaikum salam ya syeh kadirun yahya… m. saya mau Tanya tentan g roni akan jalankan istiqomah.. sk. Subhnallah…..bukti nyata bahwa ia adalah penguasa alam spiritual .. tapi kurang pengetahuan untuk menuju kesana….. m. mungkin benar adanya. Sk. Berilah dia ilmu ..baiat lah ia sebagaimana kau ku baiat…….. Sk. ……………qul katakana bahwa Allah itu Esa….lam… jadikan lah ia termulia dari kalangannya sendiri. Sk. Sin……jangan culas terhadap manusia……….kelemahannya adalah wanita… ingat jangan hiraukan apa yang terjadi pada masa lalu……. Sesungguhnyaitu adalah kemuliaan baginya. Sk. Dan ingat jangan lupa akan kedua orang tuamu…. Sesungguhnya dial ah sebenar benar pelindungmu dari kerjaanmu sendiri. m. ada saran lain……
sktidak aku Cuma mau lihat sampai dimana ia mengetahui tentang Aku. m. maksudnya akan ada masalah ketika menjalankannya… sk. Tidak………………………………. Sk. Kau lihat manusia yang berbicara tadi…….dia kaya tapi tidak tahu harus berbuat apa. M ..keju. m. trus mengenai ronni. Sk. Sudah aku mau pulang dan jangan panggila aku dengan cara ini… karena kau akan difitnah nanti……… m. maksudnya… sk. Kau akan lihat orang yang menfitnah mu akan terlihat dan terdengar. m. doa kan saya supaya tetap selamat dan tidak kena fitnah. …………lam.yalid..walam yulad………….hilang…. m. illa hadratin.. mursyid khawajagan naqsabandi…….. s……………..illa hadratin khususon syech sunan gunung jati. m. sunan gunung jati..kah.. s.. hmmm………..diammm tapi senyum m. pasti sunan gunung jati… coba aku liat ….waw lam ya. Lam mim…… iya kan benar anda sunan gunung jati. s. hhaaha m. anda punya jin hebat sekali………..datang dengan duapuluh jin dikepala…… wah….berbahaya kalo salah belajar tuh. m. ………..apakah kau kenal dengan siti jenar. s.hahahaaaaaa…….. m. aku tidak bertanya pada jin mu ya rasull. s. iya dia memang jahil suka menyamar jadi diriku……. Semoga engkau tahu akan energiku. m. iya aku tahu…… s. siti jenar penguasa ilmu kebtinan yang sangat tinggi dan aku pun tersungkur dalam bahasa sunda…….. m. intinya sitijenar memiliki ilmu yang linuih mengenai pengenalan Tuhan. s. ia tidak berkata kata tapi….bisa nyata …..aku tau dimana dia berada bukankah kau selalu mencari keberadaan ruhnya iya kan. m.hahaha. m. iya bagaimana caranya……. s. lakunya adalah tak seperti yang kau bayangkan …kau akan mennggalkan segalanya bahkan kau akan meninggalkan dirimu sendiri……. m. haruskah seperti itu. s. ……..mau kau tanyakan langsung padanya… m. semoga Allah meridhai.. s. ………………………………. s…………….. m……….hilang…hilang………dan tak mau datang namun aku liat dia sedang berada dipesisir pantai……sedang apakah dia. m. tapi biarlah tidak usah dipanggil…. Sesungguhny dia lah salah satu pewaris ilmu rasul s. kau punya 3 macan… tapi tidak tau bagaimmana kau urusnya… kasian mereka kadang kadang pulang tidak tau kemana.
m. trus harus bagaimana. s. berilah dia ilmu sebagaimana yang kau dapat sebagaimana leluhurnya mursyid… banten..mansyyuruddin pernah berkata… bahwasanya barang siapa yang mencelakakan darah dagingku maka meereka akan berhadapan dengan macan macanku… dan barang siapa yang ingin mengetahui ilmu KU maka ia harus berdampingan dengan macanku. m. ilmuku maksudnya. s. ilmu Tauhid karena rasulpun memiliki macan putih karena perlunya pengetahuan tentang emosi dan banyaknya tantangan dalam penyiaran agama. m. jadi saya harus bagaimana. s…….. cobalah kau lihat apa warnanya. m. hitam…. s. …. s…………..hitam memliki dua belas klan yang menguasai tanah jawa barat diantaranya pasundan dan sekitarnya.prabu siliwangi adalah tampuk utama pimpinan para harimau yang ada ditanah jawa… maka beliaulah yang akan mendidik … dan menjaga keberadaan harimau anda. m. maksudnya s. harimau dan macan adalah berbeda…. Satu belang dan yang satu hitam … kau memiliki yang hitam dimana kekuasaannya mencakup daerah prabu siliwangi.. dan yang satu belang yang mencakup daerah Sumatra……yang disebut manusia harimau…. Pernahkan anda bertemu…………itu lah kehebatan harimau mampu merubah wujud manusia dan memiliki ekor. m. trus bagaimana dengan macan yang ada pada saya. s.tidak bisa hilang… karena itu sudah gen tempat ……. Kalau tidak percaya bisa anda buktikan temukan orang sakti siapapun maka mereka anda akan berhadapan dengan prabu kian santang….. m. prabu kian santang… s. ya sosok manusia yang bertanggung jawab thd ayahnya…….. m.jadi saya harus bagaimana. s. ya.. coba kau lihat sisik dan tulang belikat anda…………. m. ada apa saya tidak tahu… maksud sisik dan belikat. s. iya ………………… ……… …………. m. macan itu mengganggu kalau saya naik s. tidak mereka hanya mencoba mencuri energi mu…. Dan mereka akan besar dan besar…. m. mengapa harus mencuri…….. s. bahasanya adalah makan….karena mereka butuh kemuliaan. m. apakah ini dilarang oleh agama. s. siapa yang katakana demikian adakah ayatnya yang melarang untuk ememiliki ilmu yang linuewih berwujud macan. m. apakah macan dari bangsa jin s. tidak …….. m. apakah macan berpengaruh buruk pada kehidupan saya. s. hahahahaha…….. akulah ha mim shad pemilik kerajaan …………..
m. siapa anda………………………ha mim shad……..ha artinya ajian .mim artinya ridha .shad artinya kehendakNYA. s. iaya saya lah yang berkehendak……………….. s. kau berwujud macan karena itulah kau ……… m. saya yakin ada pengaruhnya kalo saya naik s. tidakkkkkkkkkkkkkkk………. m. pasti………… andalah salah satu macan itu …hahaha… kau coba menipu aku ya….tapi aku sayang kamu kok tenang aja aku tidak akan usir…. Kalo kau tidak berjodoh dengan aku… tidak mungkin Allah menempatkan dalam diriku… bahkan kau sudah hilang ketika aku belajar ilmu tarekah. s…ampuuunnn..iyaaaaaaaaaaaa…. dan aku bersujud….. m. sudahlah dan apa mau kamu. s. aku hanya mau kau menjadi penguasa.. m. aku tidak mau. s. ya sudah aku ……………………………..dal mim nun lam……… m. ya dal mim nun lam……. Anda akan mencari pewarismu sendiri. s. aku takut mohon jangan dibuang….. m. iya aku akan buang. m. pergilah kau…. m. …………… s. . s…………………………. s………………………hilang mengadu kepada sang panglima…… m. m..tralala trililii… .m. hai panglima kumbang……..assalamualaika wahai penguasa gunung salak. g. ………grrrgrrrr. m….iya….. mohon maaf aku hanya bercanda kepada anak buahmu…… ternyata dia tidak punya nyali seperti macan… g. ..grgrrrr… akulah penguasa… sesungguhnya kau adalah yang berkuasa…….tapi janganlah begitu terhadap ku. m. tidak sesungguhnya aku mendidik pasaukan mu… untuk menjadi tegar…. g……grgrr…..mohon ampunin mereka…… aku akan beri pelajaran……… m. iaya… dan datanglah kepada ku………..setelah kau tahu mereka bisanya Cuma apa….
m. aku butuh marifat … pengetahuan yang membuatku cinta pada Allah.. g . …….hilang………..bersama psukannya. m. Ya Allah cintaku pada Mu, melebihi apa apa yang kau berikan padaku …maka tunjukanlah jalan untuk ku. m. ada 2 masalah yang akan terjadi… pada saat saat ini. m. kata kanjen sunan yaitu hancurnya budaya bandung dibedeng…. m. dan yang satunya akan terlihatnya mutiara merah yang berkelip berlian pada kening . m. artinya… barang siapa yang memegang Allah sebagai penolong sesungguhnya Dialah sang pemenangnya….dan aku pun bersumpah atas bumi dan langit bahwasanya orang yang memegang ilmu Allah tidak akan terkalah kan oleh siapapun….bahkan segunung raksasapun tidak akan mampu menembus qalbu.. orang itu. m. Dan disinipun aku merestui untuk menjaga ilmu rahasia segitiga…….
……..lam ya lam wa lam yu ladd.. walam yakul lahukufuan ahad……..coba kau lihat … ada kuda diatas kepalamu…. Tahukah kau bahwa ada kuda itu bersayap. Aku panggil dia dan dia berkata naik lah kepunggungku… dan aku akan bawa kemanapun kau mau. Taukah kau ayat kuda berlarian dengan kencangnya.. Bacalah surat al iklash dan kau akan memiliki kuda itu…….. Mengenai pekerjaan dikantor X… lam ya lam…. Wa lam yalid walam yulad, dan tahukan engkau bahwa itu lah yang dinamakan kuasa didalam kekuasaannya… sesungguhnya kau hidup , akan ku tempatkan kau dimana kau akan melihat sinar cahaya yang berkilauan…. Apakah aku harus keluar Tidak… karena disitulah banyak kau pelajari mengenai kerja social. Tapi gajinya kecil Qul.. katakan bahwa akupun sudah tahu bahkan lebih tahu darimu. Lantas.. Lam…jadikanlah itu suatu pelajaran Trusss..kapan gw kawinnya. ……….iya kana budu wa iyya kanasta’inn Lam ketemu ba… tidak bisa menjadi ra….artinya…jika anda ingin menikah maka lihatlah disekeliling mu. Wah..gawat dong. Kalo mereka nikahnya pade lama… …illahi anta maksudi waridhaka mathlubi.. kalau kau ingin cepat maka beli lah ayat ku.. Apa. Surah alikhlasss……..dalam ya boleh dalam rumusan segitiga……..namun diperbanyak dan aku hadir…ya hadir syech aabdul wahid….. ….intinyaa…..bagaimana………………………………………………………………… ………………………………..doooooooooooooooooorrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr Ya udaaaaaaaaahhhhh jadi gimananaa neeeeeeeeehhhhhhhhhhhhhhh……. j. coba perhatikan apa yang akan aku baca ruh. Iya khtam, allah allah, nafi isbath. r………coba kau baca dalm hitungan waktu satu bulan. r. lihat…aku ajak kau ketempat apa yang kau mau j. nikah , kaya dan tercukupi semuanya. r. .iiiiiiiiyaaaaaa..aaaaaaaaaaaa
CARILAH “WASILAH” UNTUK MENGENAL ALLAH
Wahai Dzat Yang Maha Agung, Engkau lah yang ku maksud, ridhaMU lah yang ku cari, aku mengharapkan kasih sayangMU dan tetap dekat denganMU Allah penguasa bumi dan langit, ampunilah segala dosa ku baik yang disengaja ataupun tidak, dalam hal ini saya ingin mengumandangkan KalamMU, keAgunganMU dan segala yang KAU miliki.
Tanpa merendahkan ruhaniah ilmu ma’rifat yang sudah saya dapatkan, namun saya masih memegang teguh kepada ajaran Sang Guru tercinta Rasullullah SAW, yang sudah diwariskan kepada Saidina Abu Bakr Siddiq. RA, dan saya menjunjung tinggi pula pimpinan tarekah Naqsabandi pewaris Rasullullah Ruhaniah Saidi Syech Abdul Khaliq al Gujdhawani, dan yang mulia ruhaniah guruku tercinta pewaris ilmu Rasullullah Saidi Syech Prof. DR. Kadirun Yahya Muhammad Amin dan wasilahnya. Dan tanpa mengabaikan wasillah lainnya, hormat saya kepada junjungan tertinggi Ruhaniah Saidina Ali bin Abithalib RA pewaris bumi dan langit, Ruhaniah Sulton Aulia Ghautsil Adhom Qutubul alamin Saidi Syech Abdul Qodir al Jaelani yang saya cintai dan hormat saya juga kepada pewaris kemarifatan Ruhaniah Isa A.S, dan Ruhaniah Khaidir A.S Tuhan memberkati anda, dan tak lupa pula kepada Ruhaniah Sulaiman A.S, penguasa dimensi termasuk alam jin, semoga Allah memberikan limpahan perlindungan pada semuanya. Bismillahirrahmanirrahiim Surat Al Maidah 35 mengatakan : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada wasilah-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. Ayat ini mengandung arti bahwa Allah memang Kuasa atas segalanya, tetapi kalau kita berfikir kenapa Allah menyuruh kita untuk mencari wasilah untuk bertemu denganNYA, bukankah DIA Maha Segalanya, seperti di katakan di dalam shahadat bahwa “ Utusan Allah adalah Muhammad” mengapa tidak di katakan bahwa “ Utusan Allah adalah Allah itu sendiri” dan masih banyak ayat lain di mana Allah mengagungkan rasul dan utusanNYA, dan bahkan Allah pun bersolawat, janganlah anda berpikiran bahwa manusia yang berjalan menuju Allah melalui seorang utusan mereka adalah musyrik yang menduakan TuhanNYA, lebih baik anda kaji dahulu makna wasilah dan Muhammad. Wasilah adalah ruhaniah ruhaniah pewaris ilmu Rasullullah yang saling bertalian erat satu dengan yang lainnya ( bersyaf-syaf/ berjamaah ) dan jika kita berbicara Allah maka kita tidak berbicara mengenai Jasad seorang pewaris tetapi Ruhaniah sang pewaris yang tetap hidup dan tidak mati. Surat Ali Imron 103 mengatakan : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (cahaya diatas cahaya /Ruhaniah), dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhmusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah. Kalau anda cermati mengapa ada kalimat “tali”, mengapa tidak dikatakan langsung yaitu “ALLAH”, dan disinilah kita harus mencermati kalimat demi kalimat, dan tidak terlalu terburu buru di dalam mengkaji suatu ayat Al Quran yang penuh dengan hikmah. Jadi kalau tali cahaya ini bisa kita gambarkan sbb : Allah Sumber Cahaya -> Cahaya Jibril ->Cahaya Rasul -> Cahaya S. Abubakr / S.Ali -> Cahaya Syech Jaffar -> Cahaya Syech Gujdhawani -> dst… -> Cahaya Syech Kadirun -> Cahaya kita sendiri. ( inilah cahaya diatas cahaya/ Nur ala nurin) Tali Cahaya diatas disebut sebagai berimam imam atau bersyaf-syaf tanpa memandang sosok jasad dan figure badaniah seseorang, ketika seseorang memandang ruhaniah adalah sosok wajah dan jasad maka gugurlah di dalam perjalanannya. Setelah kita mengerti makna tali cahaya dan wasilah, selanjutnya kita akan bertanya, apa yang diwariskan Allah kepada Muhammad SAW, dan Rasul kepada Sahabatnya. Hadist Qudsi mengatakan : Laa illaha illallah ( kalimah Allah ) itu adalah perkataanKU, dan IA adalah AKU, siapa yang MENYEBUTNYA masuklah kedalam bentenKU, dan siapa yang masuk ke dalam bentengKU, maka terpeliharalah ia dari siksaKU ( HR.Syairazi ) Perhatikan makna ia adalah AKU, berhati hatilah memandang kalimat disini, kalam hanyalah perkataan ALLAH, di perumpamakan jika kalian mendengar suara yang berasal dari dalam kamar yang terkunci, apakah anda bisa mengetahui siapa yang berada di dalam kamar, pasti anda akan meraba terlebih dahulu jenis getaran suara yang keluar dari mulut orang yang berada di dalamnya sehingga getaran itulah yang yang akan membimbing kita untuk mengetahui siapa gerangan di dalam kamar dan pada akhirnya adalah proses pengenalan dan apakah kita bisa menebak jenis orang di dalam tanpa mengenal suaranya atau analogi lain, apakah kita bisa bertemu raja tanpa utusannya, siapalah kita ini, kita hanya manusia biasa atau bahkan hanya seorang gembel yang ingin bertemu dengan seorang RAJA, dari sini lah awal pembentukan RASA akhlak seseorang akan terbentuk ketika ingin bertemu Sang Raja, dia akan menghormati utusannya yang mengantarkan kepada RAJA. Perhatikan ayat yang pertama kali turun kepada Rasullullah surat al Alaq 1 :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Coba anda perhatikan baik baik ayat diatas, bacalah artinya kita disuruh untuk membaca, dan yang menjadi pertanyaan adalah Rasullullah disuruh membaca apa, apakah membaca tulisan atau lainnya, dan bagaimana cara membacanya. Dan kalau anda lihat lagi kalimat “dengan” artinya mengapa Tuhan menyuruh kita bisa membaca hanya dengan menyebut nama Tuhan, seingat saya cara membaca adalah pertama tama mata kita harus melihat, kemudian kita harus mengeja bacaannya berulang ulang, atau dengan alat bantu lainnya seperti pensil dan tinta tetapi mengapa kalimat diatas kita harus membaca hanya dengan menyebut nama Tuhan, kalau gitu apa yang sebenarnya kita baca di sini. Artinya ada sesuatu kekuatan di dalam nama Tuhan sehingga manusia mampu membaca, dan kekuatan kalimat yang mengandung hikmah itu lah yang akan membimbing kita untuk mampu membaca segala hal dan tentunya cara menyebut kalimat Tuhan dengan metode yang sudah di ajarkan oleh Alquran dan Hadist Rasullullah. Sehingga dari sini lah berawal metode dzikir dan tafakur dengan menyebut kalimat Allah Allah menjadikan suatu ibadah yang lebih penting dari ibadah lainnya. Sejarah mengatakan bahwa jibril bertemu mengajarkan frekwensi getaran kalimat ALLAH
Rasullullah
dan
Sehingga dapat diartikan ayat diatas Rasullullah dapat membaca suatu kondisi hanya dengan menyebut kalimat ALLAH dan berulang ulang, dan ketika Rasul mampu membaca sehingga kalimat Allah berubah menjadi kalimat yang penuh dengan hikmah dan energy Alif Lam Lam Ha maka terbuka lah hijab alam semesta dan ketakutanlah yang meliputi beliau sehingga beliau lari menemui istrinya. Sesuai dengan Ajaran Rasullullah, nama Tuhan kita adalah Allah (walaupun masih ada nama lainnya). Dan perhatikan apa yang diwariskan Rasullullah kepada Sahabatnya Saidina Ali RA : Dari Ali Karamallahu Wajhah : Aku katakan padamu ya Rasullullah, manakah jalan tharekat yang sedekat dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia mulianya disisi Allah. Maka Sabda Rasullullah SAW : Ya Ali penting atas kamu berkekalan / senantiasa berdzikir kepada Allah. Berkatalah Ali : Tiap orang berdzikir kepada Allah. Maka Rasullullah bersabda : Ya Ali, tidak ada terjadi
kiamat sehingga tiada lagi tinggal di atas permukaan bumi ini, orang yang mengucapkan Allah – Allah. Maka sahut Ali kepada Rasullullah, bagaimana caranya aku berdzikir ya Rasullullah, maka sabda Rasullullah: pejamkan kedua matamu dan dengarkanlah dari saya ucapan tiga kali, kemudian ucapkanlah seperti itu dan aku akan dengarkan. Maka sejenak Rasullullah mengucapkan : laa illaaha illallah, tiga kali sedang kedua matanya tertutup, kemudian Ali pun mengucapkan kalimat Laa illaaha illallah seperti demikian. Ajaran tersebut kemudian Sayyidina Ali ajarkan pula kepada Hasan basri dan dari Hasan Basri kepada Al Habib al Ajay dari Al Habib kepada Daud Athaiy, dari Daud kepada Al Makruf Al karaci dan dari Al karaci kepada Assuraa, dan dari Assuraa kepada Al Junaid ( HR. Thabrani dan Baihaqi ). Setelah kita tahu apa yang diwariskan Allah kepada rasullnya yaitu ucapan atau kalimat ALLAH atau kalam Alif Lam Lam Ha yang merupakan singkatan dari kalimat Laa illaha ilallah dan sekali lagi saya katakan bahwa ALLAH adalah singkatan dari Laa illaha illallah. Dan siapapun dapat menyebut kalimat tersebut, tetapi berbeda jika kalimat itu berasal dari seseorang yang memberikannya langsung, saya berikan contoh orang non muslim dapat menyebut kalimat tersebut karena membaca buku tetapi berbeda dengan orang muslim yang dibisikan langsung oleh SANG GURU RUHANIAH, karena Ruhaniah Guru akan bertanggungjawab terhadap frekwensi dzikirullah yang sudah diberikan kepada muridnya. Seperti dikatakan di dalam surat An Nur 35 : Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) [1040] , yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Jadi jelaslah bahwa kalimah Allah adalah kalimat yang sangat sederhana dan kecil bahkan diperumpamakan seperti lubang jarum, tetapi apabila kita lihat di dalam lubang jarum tersebut akan terlihat cahaya diatas cahaya atau ruhaniah para rasul dan aulia yang bersyafsyaf dan berimam imam serta bertalian erat yang akan mengantarkan kita sampai pada SANG PEMILIK KALAM.
Coba anda perhatikan sabda Rasullullah yang memiliki makna tauhid di dalamnya : Rasullullah pun bersabda : Tiada tiga orang disebuah desa, dan tidak pula diperkampungan terpencil yang tidak mendirikan solat, melainkan sesungguhnya syaitan menguasai mereka, maka kamu harus berjamaah (jasmani dan rohaniah), sesungguhnya srigala itu menerkam kambing yang terpencil sendirian (HR Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Nasai) Artinya walaupun tidak ada 3 orang di dalam suatu kondisi untuk solat maka barang siapa yang dalam solatnya tidak berimam imam, bersyafsyaf (rohani) ia akan disambar iblis dan syaitan dalam solatnya, bukannya berarti jempol kaki kita harus rapat syaf nya dengan orang di sebelah kita supaya syetan tidak dapat syaf dan perlu diketahui bahwa Syetan itu sesuatu yang ghaib, syetan bisa masuk lewat pintu mana saja di dalam tubuh manusia, jadi artinya disini adalah rohaniah yang bersyaf-syaf berimam imam dan bertalian erat sampai kepada Rasullullah dan Dzat Yang Maha Agung. Perhatikan ayat lain dalam surat Al Ma’un 4 dan 5 : maka celakalah bagi orang yang solat, yang lalai dari solatnya. Apa yang dimaksud dengan lalai disini adalah seperti yang sudah disabdakan oleh Rasullullah diatas, mereka solat tapi akan diterkam oleh srigrala, dan perhatikan ayat berikut ini : Surat Al Alaa 15 : Dan menyebut nama Tuhannya lalu solat. Artinya sudah jelas bahwa sebelum kita solat hendaknya kita bersyaf syaf dan berimam imam sehingga bertalian erat dengan ruhaniah Rasullullah dan Allah itu sendiri dan setelah itu baru lah kita melakukan solat. Saya adalah anak Jakarta yang lahir di kota besar metropolitan, jika Tuhan sudah menjadikan saya seorang manusia yang mempunyai banyak keinginan, mengapa saya harus mengikuti aturanNYA dan harus meletihkan diri dengan ucapan Allah Allah. Dari pertanyaan ini lah saya mulai berpikir, ada apa dibalik kalimat Allah dan mengapa hal ini menjadi sangat penting bagi umat Rasullullah. Dari sudut pandang Duniawi, kalimat ini sangatlah penting, coba anda perhatikan arti dari kalimat Allah yaitu Tiada Tuhan selain Allah, dan yang saya ketahui Allah disini memiliki sifat 20 seperti antara lain wujud, qidam, baqa, ilmu dll.
Sehingga kalau saya mau artikan bahwa Segala yang Tiada akan menjadi wujud (20 sifat) seperti di katakan di dalam ayat lain bahwa Allah meliputi segalanya, artinya segala yang tidak saya miliki maka akan menjadi wujud dan di dalam mewujudkannya Allah akan mengutus Nur Muhammad yaitu bumi dan langit atau kebendaan yang dapat di inderakan dan dirasakan. Selama kita meyakini Allah itu meliputi segalanya, maka segala keinginan kita yang tidak kita punyai akan kita miliki atau wujud atas izinNYA, dan dari sinilah saya memandang penting kalimat Allah, artinya Tuhan Maha Pemurah dan Kasih Sayang, hanya dengan menyebut kalimatNYA kita akan mendapatkan kesejahteraan di dunia dan juga di akherat atau di dapat disimpulkan cukuplah Allah bagiku. Dan mengenai makna dari solat itu sendiri akan dijabarkan lebih lanjut dengan tema menutup 7 lubang di kepala, demikianlah sedikit penjelasan dari saya, dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan ridha dan tetap dekat denganNYA sesuai dengan warisan yang sudah diberikan oleh Rasullullah, tanpa mengatakan bahwa ajaran yang lain adalah salah sehingga kita dapat meyakini terhadap apa yang sudah kita pegang, semoga ulasan ini bermanfaat, semoga Allah memberikan kesejahteraan kepada Ruhaniah Rasullullah dan keluarganya yang seiman. Amin
DAN ORANG AWAM PUN MENJAWAB TENTANG SOLAT
TEMA : SOLAT
Ketika banyak sekali aliran yang mengatakan bahwa tidak mengerjakan solat itu tidak apa apa, hal ini membuat saya selaku orang awam, mencoba untuk memberi sedikit pendapat tentang makna solat . Bumi dan langit ini terdiri dari 4 unsur : angin, api, air dan tanah yang diciptakan dari Nur Muhammad ( Cahaya Allah) dan bagaimanapun juga ke 4 unsur itu tidak lah kekal dan akan musnah juga. Ketika Nur Muhammad dan ciptaanNya Musnah, maka yang ada hanyalah “ AKU” Proses Menggulung Nur Muhammad dan 4 unsur inilah yang disebut sebagai ilmu kesaksian / perjalanan rasa menuju Tuhannya , tubuh manusia mengandung 4 unsur yaitu tanah, air, api dan udara dan juga unsur lainnya yang terdiri dari :
1. Alam Jisim / Jasmani 2. Alam Jabarut / Alam keinginan dari yang buruk sampai yang luhur. 3. Alam Malakut berwujud pikiran atau kreasi manusia 4. Alam Malakut berwujud Akal budi atau kecerdasan manusia. 5. Alam Arwah terdiri dari Jiwa dan roh roh. 6. Alam Arwah terdiri dari Nur Muhammad. 7. Allah.
Ke 7 phase atau wasilah itu harus digulung dengan menggunakan nafas kita sebagai tali penghubung dari alam satu ke alam yang lain (ali imron 103) Seperti Rasullullah lakukan, proses penggulungan berada di dalam gerakan solat : 1. Berdiri / alif merupakan unsur angin, dan rasa berdiri harus lenyap atau digulung ketika sedang solat. 2. Ruku / ha merupakan unsur api, dan rasa ruku pun harus lenyap atau digulung. 3. Sujud / mim merupakan unsur tanah, dan rasa sujudpun harus lenyap atau digulung. 4. Duduk / atahiyat / dal merupakan unsur air, dan rasa duduk pun harus lenyap atau digulung.
Solat yang benar adalah apabila Nur Muhammad yang merupakan gabungan dari alif ha mim dan dal (ahmad) yang menjadi sumber terciptanya 4 unsur bumi langit adalah benar benar harus fana’ atau tiada atau nafi sehingga di dalam solat kita akan menemuiNYA. Lakukanlah solat secara berulang ulang sehingga kita benar benar tidak merasakan 4 unsur diatas, seperti yang dilakukan oleh Rasullullah. Perhatikan kalimat Tauhid “ Tiada Tuhan selain Allah” artinya tiada yang dipertuhankan seperti angin, api, tanah, air dan oksigen dll, karena DIA tidak bergantung pada unsur apapun, karena Allah ESA dan tidak ada satu pun yang menyerupaiNYA
Ketika Badan lenyap dan fana karena solat maka yang ada di dalam diri kita adalah “ AKU” (spt ayat katakan “KU tiupkan sebagian RuhKU kedalam tubuh manusia). Setelah AKU wujud maka AKU harus berfirman atau bersuara dalam wujud kalamKU yaitu Laa illaha illallah atau Alif lam lam ha atau sebutan ALLAH. Dan dengan Kalam ALLAH lah maka AKU ciptakan NUR MUHAMMAD dan dengan NUR MUHAMMAD lah AKU ciptakan bumi dan langit serta isinya. Sesungguhnya yang berkata Allah hanya TUHAN itu sendiri bukan atas dasar bayangan atau pikiran manusia saja, kalimat Allah Allah bukanlah buatan dari jasad atau mulut manusia, tetapi hasil dari pada proses peleburan dalam laku solat yang benar benar khusu sehingga muncullah AKU. Dan AKU lah yang akan berkata sendiri sesuai keinginanNYA, dan perkataan itu lah yang disebut KALAM yang berwujud energy cahaya (atau disebut sebagai Alif Lam Lam Ha / Allah yang berarti wujud atau diliputi sifat 20 atau juga dapat dikatakan sebagai NUR NYA yaitu NUR MUHAMMAD) Yang kemudian dengan NUR MUHAMMAD ini lah akan melahirkan cahaya cahaya kecil atau disebut roh roh yang kemudian cahaya tersebut hadir di dalam akal budi manusia. Energi Akal budi manusia tersebut kemudian diterima oleh pikiran manusia dan dengan pikiran manusia lah, dapat terwujud keinginan baik dan luhur dari manusia itu sendiri, sehingga dengan tercapainya keinginan maka terpenuhinya kebutuhan jasad manusia itu sendiri. Adapun bacaan wajib solat adalah : 1. Mengucapkan takbir pada awal solat. 2. Membaca Alfatehah. 3. Membaca Solawat Nabi. 4. Mengucapkan Salam.
Takbir adalah awal dari suatu perjalanan rasa, dan kemudian menahan nafas dan mata dipejamkan, karena DIA tidak berada di dalam oksigen atau kebendaan, kemudian membaca alfatehah yang berarti pembuka
atau membuka titik titik dibadan manusia, setelah itu masih dalam keadaan berdiri dan tidak ada bacaan atau hening sampai nafas dihembuskan. Setelah nafas dihembuskan kemudian ditahan dan langsung melakukan ruku, tidak membaca apa apa hening dalam keadaan nafas ditahan, setelah nafas tidak kuat maka tarik nafas kembali kemudian ditahan. Dan badan berdiri tegak, dalam keadaan hening setelah itu nafas dihembuskan dan ditahan kemudian sujud dalam keadaan hening dan tahan nafas yang sudah dihembuskan, kemudian tarik nafas kembali dan tahan, kemudian duduk dalam posisi hening dan menahan nafas dst. Lakukan ritual solat menahan nafas spt rasullullah lakukan, dan lakukanlah berkali kali sampai kita merasakan perjalanan rasa dalam keadaan tiada, dan inilah yang disebut mematikan diri ketika hidup. Coba anda bayangkan proses mi’raj dalam bentuk solat yang sangat dasyat, yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad di dalam mencapai Tuhannya. Dan apakah metode ini membuat kita menjadi sangat malas untuk kita lakukan ketika kita tahu bahwa solatlah yang membuat manusia menjadi lebur dan menemuiNYA, atau bahkan solat menjadi tidak perlu sama sekali, ketika kita menganggap bahwa metode duduk bersila merupakan metode yang baik didalam perjalanan menuju DIA. Mari kita kembalikan semuanya kepada Dzat Yang Maha Agung yang berada di dalam diri kita sendiri, sesungguhnya segala sesuatu yang dilakukan oleh Rasullullah mengandung makna yang sangat tinggi dan dalam, namun kadang kadang manusia masih dangkal di dalam menerimanya karena dipenuhi oleh ego dan lainnya, termaksud saya yang masih awam di dalam mengkaji makna solat. Demikian pendapat saya mengenai solat, semoga menjadi masukan juga bagi orang orang awam yang sedang belajar ilmu ma’rifat.
TUJUH LATHIFAH SIMPUL BATHIN
Dan 7 titik batin yang kita sebut dengan lathifah, yaitu:
1. Latifatul-qolby Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sebanyakbanyaknya, Insya Allah pada tingkat ini diganti dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat. 2. Latifatul-roh Di sini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah susu sebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah di isi dengan khusyu’ dan tawadhu’. 3. Latifatus-sirri Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah dan pendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah. 4. Latifatul-khafi Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kanan, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar. 5. Latifatul-akhfa Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, , letaknya ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’, tadarru dan tafakur. 6. Latifatun-nafsun-natiqo Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang anganangan, , letaknya tepat diantara dua kening, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang. 7. Latifah kullu-jasad Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh mengendarai semua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di
tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal
Mengenal Lathifah-lathifah Batin dalam Thariqat Sufi
Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada aktivitasaktivitas, yang meliputi: Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti. Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata. Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah. Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya. Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia. Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah
Hal ini relevan dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi: "Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu'ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), di dalamnya lagi ada lubbun (merasa terialu rindu), dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada "Aku". Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar di atas. Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : "Kun fayakun", yang artinya, "jadi maka jadilah" (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material. Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allah menitipkan kelima lathifah tersebut ke dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat. Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah. Lathifah alqalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata lain bertempatnya lathifah yang bersifat immaterial ke dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah. Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah). Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka Allah memerintahkan ruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah: "Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa". Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter manusia, sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).
Bahkan dalam al Qur'an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah : "Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan" (Q.S.21:37). Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan. Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ). Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah menambahkan ruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat. Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah sempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari' (kewajiban syari'at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya. Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokus pembahasan lathifah (kesadaran). Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaran manusia. Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas dan karakteristiknya. Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yang bersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai media bereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia. Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi "Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu". Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat "channelnya". Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik). Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatu identitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan
condong ke arah kanan. Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat bahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah. Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali mengungkap sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran, yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam. Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H), dan Ibnu Arabi (637 H). Setelah ia mengalami "ittihad" dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman ruhaniah, sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma'bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhan. Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan sarangnya sifat sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan fana' fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya. Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaan istilah ini mengacu kepada hadis Nabi : "Sebaikbaik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang mencukupi". Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah. Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada dan berhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan. Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan'isyq (kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w. sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi. Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam upaya kontemplasi, yaitu:
Pertama qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah. Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, dan Ketiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah. Dengan demikian proses ma'rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini. Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil 'alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidak lepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.
ANTARA SUKMA NURANI DAN SUKMA DHULMANI
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di dunia ini. Hal ini, seperti yang dikatakan Ibnu 'Arabi manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga karena ia merupakan mazhaz (penampakan atau tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh. Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya. Setelah jasad Adam dijadikan dari alam jisim, kemudian Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam. Allah berfirman: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh-Ku (QS. 15: 29) Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakas atau kendaraan bagi rohani dalam melakukan aktivitasnya. Manusia pada hakekatnya bukanlah jasad lahir yang diciptakan dari unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalam dirinya yang selalu mempergunakan tugasnya. Karena itu, pembahasan tentang jasad tidak banyak dilakukan para sufi dibandingkan pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh), jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati nurani atau jantung
(al-qalb). RUH DAN JIWA (AL-RUH DAN AL-NAFS) Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci. Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji, maka lain halaya dengan jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, al-Farabi, Ibn Sina dan al-Ghazali membagi jiwa pada: jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa hewani (binatang) dan jiwa insani. Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang organis dari segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa hewani, disamping memiliki daya makan untuk tumbuh dan melahirkan, juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal yang kecil dan daya merasa, sedangkan jiwa insani mempunyai kelebihan dari segi daya berfikir (al-nafs-al-nathiqah). Daya jiwa yang berfikir (al-nafs-al-nathiqah atau al-nafs-al-insaniyah). Inilah, menurut para filsuf dan sufi, yang merupakan hakekat atau pribadi manusia. Sehingga dengan hakekat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yang khusus, Dzatnya dan Penciptaannya. Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani (berpikir), tetapi juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa (nafs) manusia mejadi pusat tempat tertumpuknya sifat-sifat yang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia mempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya. Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat dan
memperturutkan ajakan syaithan, yang memang pada jiwa itu sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia disebut jiwa yang menyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa yang demikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS. 12: 53) Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifat tercela, maka ia disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencela manusia yang melakukan keburukan dan yang teledor dan lalai berbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS. 75:2). Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifat yang tercela, maka ia berubah jadi jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Dalam hal ini Allah menegaskan, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas lagi diridhoi, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku." (QS. 89:27-30) Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu jiwa yang telah menjadi tumpukan sifat-sifat yang tercela, jiwa yang telah melakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela, dan jiwa yang telah mencapai tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman, yaitu jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telah dijamin Allah langsung masuk surga. Jiwa muthmainnah adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan ruh. Ruh bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia dan terpuji, dan ia hanya mempunyai satu sifat, yaitu suci. Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen. Allah sampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaannya, Allah mengilhamkan jiwa pada keburukan dan ketaqwaan." (QS.91:7-8). Artinya, dalam jiwa terdapat potensi buruk dan baik, karena itu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk. AKAL Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau intelek (intellect) dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir yang terdapat dalam otak, sedangkan "hati" adalah daya jiwa (nafs nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada pada otak di kepala disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung) di
dada disebut rasa (dzauq). Karena itu ada dua sumber pengetahuan, yaitu pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah) dan pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Kalau para filsuf mengunggulkan pengetahuan akal, para sufi lebih mengunggulkan pengetahuan hati (rasa). Menurut para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatan tertinggi --akal perolehan (akal mustafad)-- ia dapat mengetahui kebahagiaan dan berusaha memperolehnya. Akal yang demikian akan menjadikan jiwanya kekal dalam kebahagiaan (sorga). Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan itu berpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa yang demikian akan kekal dalam kesengsaraan (neraka). Adapun akal yang tidak sempurna dan tidak mengenal kebahagiaan, maka menurut al-Farabi, jiwa yang demikian akan hancur. Sedangkan menurut para filsuf tidak hancur. Karena kesempurnaan manusia menurut para filsuf terletak pada kesempurnaan pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperoleh kebahagiaan yang tertinggi, yaitu ketika akan sampai ke tingkat akal perolehan. HATI SUKMA (QALB) Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb. Sebenarnya terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati atau sukma. Tetapi, dalam pembahasan ini kita memakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri. Hati dalam pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang kedokteran yang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang, bahkan bangkainya. Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang halus, hati-nurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati, di rongga dada. Dan daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah berfirman, "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan memahaminya." (QS. 7:1-79).
Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara, bahwa menurut para filsuf dan sufi Islam, hakekat manusia itu jiwa yang berfikir (nafs insaniyah), tetapi mereka berbeda pendapat pada cara mencapai kesempurnaan manusia. Bagi para filsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah), sedangkan para sufi melalui pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan hati sama-sama merupakan daya berpikir. Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah sebagai wadah atau sumber ma'rifat --suatu alat untuk mengetahui hal-hal yang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan jika hati telah bersih dari pencemaran hawa nafsu dengan menempuh fase-fase moral dengan latihan jiwa, serta menggantikan moral yang tercela dengan moral yang terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa, wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu ladunni (ilmu Allah) yang memancarkan sinarnya dalam hati, sehingga ia dapat menjadi Sumber atau wadah ma'rifat, dan akan mencapai pengenalan Allah Dengan demikian, poros jalan sufi ialah moralitas. Latihan-latihan ruhaniah yang sesuai dengan tabiat terpuji adalah sebagai kesehatan hati dan hal ini yang lebih berarti ketimbang kesehatan jasmani sebab penyakit anggota tubuh luar hanya akan membuat hilangnya kehidupan di dunia ini saja, sementara penyakit hati nurani akan membuat hilangnya kehidupan yang abadi. Hati nurani ini tidak terlepas dari penyakit, yang kalau dibiarkan justru akan membuatnya berkembang banyak dan akan berubah menjadi hati dhulmani --hati yang kotor. Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan oleh hasil perjuangan antara hati nurani dan hati dhulmani. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah yang artinya, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya." (QS. 91:8-9). Hati nurani bagaikan cermin, sementara pengetahuan adalah pantulan gambar realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin hati nurani tidak bening, hawa nafsunya yang tumbuh.
Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari tuntutan hawa nafsu itulah yang justru membuat hati-nurani bersih dan cemerlang serta mendapatkan limpahan cahaya dari Allah Swt. Bagi para sufi, kata al-Ghazali, Allah melimpahkan cahaya pada dada seseorang, tidaklah karena mempelajarinya, mengkajinya, ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap asketis terhadap dunia, menghindarkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengannya, membebaskan hati nurani dari berbagai pesonanya, dan menerima Allah segenap hati. Dan barangsiapa memiliki Allah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah muncul dari hati nurani, dengan keteguhan beribadat, tanpa belajar, tetapi lewat pancaran cahaya dari ilham Ilahi. Hati atau sukma dhulmani selalu mempunyai keterkaitan dengan nafs atau jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalu menggoda manusia untuk mengikuti hawa nafsunya. Kesempurnaan manusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan hati-nurani dalam pengendalian dan pengontrolan hati dhulmani.
WIRID LAKSITA JATI LAKSITA JATI Ilmu yang mengajarkan tata cara menghargai diri sendiri, dengan “laku” batin untuk mensucikan raga dari nafsu angkara murka (amarah), nafsu mengejar kenikmatan (supiyah), dan nafsu serakah (lauwamah). Pribadi membangun raga yang suci dengan menjadikan raga sebagai reservior nafsul mutmainah. Agar supaya jika manusia mati, raganya dapat menyatu dengan “badan halus” atau ruhani atau badan sukma. Hakikat kesucian, “badan wadag” atau raga tidak boleh pisah dengan “badan halus”, karena raga dan sukma menyatu (curigo manjing warongko) pada saat manusia lahir dari rahim ibu. Sebaliknya, manusia yang berhasil menjadi kalifah Tuhan, selalu menjaga kesucian (bersih dari dosa), jika mati kelak “badan wadag” akan luluh melebur ke dalam “badan halus” yang diliputi oleh kayu dhaim, atau Hyang Hidup yang tetap ada dalam diri kita pribadi, maka dilambangkan dengan “warongko manjing curigo”. Maksudnya, “badan wadag” melebur ke dalam “badan halus”. Pada saat manusia hidup di dunia (mercapada), dilambangkan dengan
“curigo manjing warongko”; maksudnya “badan halus” masih berada di dalam “badan wadag”. Maka dari itu terdapat pribahasa sebagai berikut: “Jasad pengikat budi, budi pengikat nafsu, nafsu pengikat karsa (kemauan), karsa pengikat sukma, sukma pengikat rasa, rasa pengikat cipta, cipta pengikat penguasa, penguasa pengikat Yang Maha Kuasa”. Sebagai contoh : Jasad jika mengalami kerusakan karena sakit atau celaka, maka tali pengikat budi menjadi putus. Orang yang amat sangat menderita kesakitan tentu saja tidak akan bisa berpikir jernih lagi. Maka putuslah tali budi sebagai pengikat nafsu. Maka orang yang sangat menderita kesakitan, hilanglah semua nafsu-nafsunya; misalnya amarah, nafsu seks, dan nafsu makan. Jika tali nafsu sudah hilang atau putus, maka untuk mempertahankan nyawanya, tinggal tersisa tali karsa atau kemauan. Hal ini, para pembaca dapat menyaksikan sendiri, setiap orang yang menderita sakit parah, energi untuk bertahan hidup tinggalah kemauan atau semangat untuk sembuh. Apabila karsa atau kemauan, dalam bentuk semangat untuk sembuh sudah hilang, maka hilanglah tali pengikat sukma, akibatnya sukma terlepas dari “badan wadag”, dengan kata lain orang tersebut mengalami kematian. Namun demikian, sukma masih mengikat rasa, dalam artian sukma sebenarnya masih memiliki rasa, dalam bentuk rasa sukma yang berbeda dengan rasa ragawi. Bagi penganut kejawen percaya dengan rasa sukma ini. Maka di dalam tradisi Jawa, tidak boleh menyianyiakan jasad orang yang sudah meninggal. Karena dipercaya sukmanya yang sudah keluar dari badan masih bisa merasakannya. Rasa yang dimiliki sukma ini, lebih lanjut dijelaskan karena sukma masih berada di dalam dimensi bumi, belum melanjutkan “perjalanan” ke alam barzah atau alam ruh. Rahsa atau rasa, merupakan hakikat Dzat (Yang Maha Kuasa) yang mewujud ke dalam diri manusia. Dzat adalah Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kuasa, Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Urutan dari yang tertinggi ke yang lebih rendah adalah sebagai berikut; 1.
Dzat (Dzatullah) Tuhan Yang Maha Suci, meretas menjadi;
2.
Kayu Dhaim (Kayyun) Energi Yang Hidup, meretas menjadi;
3.
Cahya atau cahaya (Nurullah), meretas menjadi;
4.
Rahsa atau rasa atau sir (Sirrullah), meretas menjadi ;
5.
Sukma atau ruh (Ruhullah).
No 1 s/d no 5 adalah retasan dari Dzat, Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ruh bersifat abadi, cahaya bersifat mandiri tanpa perlu bahan bakar. Ruh yang suci yang akan melanjutkan “perjalanannya” menuju ke haribaan Tuhan, dan akan melewati alam ruh atau alam barzah, di mana suasana menjadi “jengjem jinem” tak ada rasa lapar-haus, emosi, amarah, sakit, sedih,
dsb. Sebelum masuk ke dimensi barzah, ruh melepaskan tali rasa, kemudian ruh masuk ke dalam dimensi alam barzah menjadi hakikat cahaya tanpa rasa, dan tanpa karsa. Yang ada hanyalah ketenangan sejati,manembah kepada gelombang Dzat, lebur dening pangastuti. KONSEP ARWAH PENASARAN Sebaliknya ruh yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi, masih memilikitali rasa, misalnya rasa penasaran karena masih ada tanggungjawab di bumi yang belum terselesaikan, atau jalan hidup, atau “hutang” yang belum terselesaikan, menyebabkan rasa penasaran. Oleh karena itu dalam konsep Kejawen dipercaya adanya arwah penasaran, yang masih berada di dalam dimensi gaibnya bumi. Sehingga tak jarang masuk ke dalam raga orang lain yang masih hidup yang dijadikan sebagai media komunikasi, karena kenyataan bahwa raganya sendiri telah rusak dan hancur. Itulah sebabnya mengapa di dalam ajaran Kejawen terdapat tata cara “penyempurnaan” arwah (penasaran) tersebut. JALAN SETAPAK MERAIH KESUCIAN (Jihad/Perang Baratayudha/Perang Sabil) Mati penasaran, kebalikan dari mati sempurna. Dalam kajian Kejawen, mati dalam puncak kesempurnaan adalah mati moksa atau mosca atau mukswa. Yakni warangka (raga) manjing curigo (ruh). Raga yang suci, adalah yang tunduk kepada kesucian Dzat yang terderivasi ke dalam ruh. Ruh suci/roh kudus (ruhul kuddus) sebagai retasan dari hakikat Dzat, memiliki 20 sifat yang senada dengan 20 sifat Dzat, misalnya kodrat, iradat, berkehendak, mandiri, abadi, dst. Sebaliknya, ruh yang tunduk kepada raga hanya akan menjadi budak nafsu duniawi, sebagaimana sifat hakikat ragawi, yang akan hancur, tidak abadi, dan destruktif. Menjadi raga yang nista, berbanding terbalik dengan gelombang Dzat Yang Maha Suci. Oleh karena itu, menjadi tugas utama manusia, yakni memenangkan perang Baratayudha diPadang Kurusetra, antara Pendawa (kebaikan yang lahir dari akal budi dan panca indera) dengan musuhnya Kurawa (nafsu angkara murka). Perang inilah yang dimaksud pula dalam ajaran Islam sebagai Jihad Fii Sabilillah, bukan perang antar agama, atau segala bentuk terorisme. Adapun ajaran untuk menggapai kesucian diri, atau Jihad secara Kejawen, yakni mengendalikan hawa nafsu, serta menjalankan budi (bebuden) yang luhur nilai kemanusiannya (habluminannas) yakni ; rela (rilo), ikhlas (legowo), menerima/qonaah (narimo ing pandum), jujur dan benar (temen lan bener), menjaga kesusilaan (trapsilo) dan jalan hidup yang mengutamakan budi yang luhur (lakutama). Adalah pitutur sebagai pengingat-ingat agar supaya manusia selaluelingatau selalu mengingat Tuhan untuk menjaga kesucian dirinya, seperti dalam falsafah Kejawen berikut ini : “jagad bumi alam kabeh sumurupo marang badan, badan sumurupo marang budi, budi sumurupo marang napsu, napsu sumurupo marang nyowo, nyowo sumurupo marang rahso, rahso sumurupo marang cahyo, cahyo sumurupo marang atmo, atmo sumurupo marang ingsun, ingsun jumeneng pribadi”
(jagad bumi seisinya pahamilah badan, badan pahamilah budi, budi pahamilah nafsu, nafsu pahamilah nyawa, nyawa pahamilah karsa, karsa pahamilah rahsa, rahsa pahamilah cahya, cahya pahamilah Yang Hidup, Yang Hidup pahamilah Aku, Aku berdiri sendiri (Dzat). Artinya, bahwa manusia sebagai derivasi terakhir yang berasal dari Dzat Sang Pencipta harus (wajib) memiliki kesadaran mikrokosmis dan makrokosmis yakni “sangkan paraning dumadi” serta tunduk, patuh dan hormat (manembah) kepada Dzat Tuhan Pencipta jagad raya. Selain kesadaran di atas, untuk menggapai kesucian manusia harus tetap berada di dalam koridor yang merupakan “jalan tembus” menuju Yang Maha Kuasa. Adalah 7 perkara yang harus dicegah, yakni; 1. Jangan ceroboh, tetapi harus rajin sesuci. 2. Jangan mengumbar nafsu makan, tetapi makanlah jika sudah merasa lapar. 3. Jangan kebanyakan minum, tetapi minum lah jika sudah merasa haus. 4. Jangan gemar tidur, tetapi tidur lah jika sudah merasa kantuk. 5. Jangan banyak omong, tetapi bicara lah dengan melihat situasi dan kondisi. 6. Jangan mengumbar nafsu seks, kecuali jika sudah merasa sangat rindu. 7. Jangan selalu bersenang-senang hati dan hanya demi membuat senang orang-orang, walaupun sedang memperoleh kesenangan, asal tidak meninggalkan duga kira. Demikian pula, di dalam hidup ini jangan sampai kita terlibat dalam 8 perkara berikut; 1. Mengumbar hawa nafsu. 2. Mengumbar kesenangan. 3. Suka bermusuhan dan tindak aniaya. 4. Berulah yang meresahkan. 5. Tindakan nista. 6. Perbuatan dengki hati.
7. Bermalas-malas dalam berkarya dan bekerja. 8. Enggan menderita dan prihatin. Sebab perbuatan yang jahat dan tingkah laku buruk hanya akan menjadi aral rintangan dalam meraih rencana dan cita-cita, seperti digambarkan dalam rumus bahasa berikut ini; 1. Nistapapa; orang nista pasti mendapat kesusahan. 2. Dhustalara; orang pendusta pasti mendapat sakit lahir atau batin. 3. Dorasangsara; gemar bertikai pasti mendapat sengsara. 4. Niayapati; orang aniaya pasti mendapatkan kematian. PERBUATAN, PASTI MENIMBULKAN “RESONANSI” Demikian lah, sebab pada dasarnya perilaku hidup itu ibarat suara yang kita kumandang akan menimbulkan gema, artinya apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan “gema” berupa kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi. Hal ini dapat dipahami sebagaimana dalam peribahasa; Barang siapa menabur angin, akan menuai badai, Siapa menanam, akan mengetam, Barang siapa gemar menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan, Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang. Orang pelit, pailit Pemurah hati, mukti PERILAKU TAPA BRATA Idealnya, setiap orang sepanjang hidupnya dapat melaksanakan “tapa brata” ataumesu-budi, menahan hawa nafsu, yg mempunyai kesamaan dengan hakikat puasa seperti di bawah ini; 1. Tapa/puasanya badan/raga; harus anoraga; rendah hati; gemar berbuat baik. 2. Tapa/puasanya hati; nerima apa adanya; qonaah; tak punya niat/prasangka buruk, tidak iri hati. 3. Tapa/puasanya nafsu; ikhlas dan sabar dalam menerima musibah, serta memberi maaf kepada orang lain. 4. Tapa/puasanya sukma; jujur.
5. Tapa/puasanya rahsa; mengerem sembarang kemauan, serta kuat prihatin dan menderita. 6. Tapa/puasanya cahya; eneng-ening; tirakat atau bertapa dalam keheningan, kebeningan, dan kesucian. 7. Tapa/puasanya hidup (gesang); eling (selalu ingat/sadar makro-mikrokosmos) dan selalu waspada dari segala perilaku buruk. Selain itu, anggota badan (raga) juga memiliki tanggungjawab masing-masing sebagai wujud dari hakikat puasa atau tapa brata ; 1. Tapa/puasanya netro/mata; mencegah tidur, dan menutup mata dari nafsu selalu ingin memiliki/menguasai. 2. Tapa/puasanya karno/telinga; mencegah hawa nafsu, enggan mendengar yang tak ada manfaatnya atau yang buruk-buruk. 3. Tapa/puasanya grono/hidung; mencegah sikap gemar membau, dan enggan “ngisap-isap” keburukan orang lain. 4. Tapa/puasanya lisan/mulut; mencegah makan, dan tidak menggunjing keburukan orang lain. 5. Tapa/puasanya puruso/kemaluan; mencegah syahwat, tidak sembaranganngentot/rakit/ngewe/senggama/zina. 6. Tapa/puasanya asto/tangan; mencegah curi-mencuri, rampok, nyopet, korupsi, dan tidak suka cengkiling; jail dan menyakiti orang lain. 7. Tapa/puasanya suku/kaki; mencegah langkah menuju perbuatan jahat, atau kegiatan negatif, tetapi harus gemar berjalan sembari “semadi” yakni berjalan sebarieling lan waspodo. Tapa/maladihening/mesu budi/puasa seperti di atas dapat diumpamakan dalam gaya bahasa personifikasi, yang memiliki nilai falsafah yang sangat tinggi dan mendalam sbb; “Katimbang turu, becik tangi. Katimbang tangi, becik melek. Katimbang melek, becik lungguh. Katimbang lungguh, becik ngadeg. Katimbang ngadeg, becik lumakuo”. (Daripada tidur lebih baik bangun. Daripada bangun lebih baik melek. Daripada melek lebih baik duduk. Daripada duduk lebih baik berdiri. Daripada berdiri lebih baik melangkah lah) Untuk meraih kesempurnaan dalam melaksanakan tata laku di atas, hendaknya setiap langkah kita selalu eling dan waspada. Agar supaya setelah menjadi manusiapinunjul tidak menjadi sombong dan takabut, sebaliknya justru harus disembunyikan semua kelebihan tersebut, dan tidak kentara oleh orang lain, sehingga setiap jengkal kelemahan tidak memancing hinaan orang lain. Untuk itu manusiapinunjul harus; 1. Solahbawa, harga diri, perbuatan, harus selalu di jaga 2. Keluarnya ucapan harus dibuat yang mendinginkan, menyejukkan, dan menentramkan lawan bicara
3. Raut wajah yang manis, penuh kelembutan dan kasih sayang. Inilah sejatinya tata krama dalam ajaran Kejawen. Kesempurnaan dalam melaksanakan langkah-langkah di atas, seyogyanya menimbang situasi dan kondisi, menimbang waktu dan tempat secara tepat, tidak asal-asalan. Karena sekalipun “isi”nya berkualitas, tetapi bungkusnya jelek, maka “isi”nya menjadi tidak berharga. Dengan kata lain, jangan mengabaikan (dugoprayoga) duga kira, bagaimana seharusnya yang baik. Sebab sesempurnanya manusia tetap memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga manakala kelemahan dan kekurangan tersebut diketahui orang lain tidak akan menjadi “batu sandungan”. Seperti dalam ungkapan sebagai berikut; 1. Kusutnya pakaian; tertutup oleh derajat (harga diri) yang luhur. 2. Terpelesetnya lidah, tertutup oleh manisnya tutur kata. 3. Kecewanya warna, tertutup oleh budi pekerti. 4. Cacadnya raga, tertutup oleh air muka yang ramah. 5. Keterbatasan, tertutup oleh sabar dan bijaksana. Oleh karena itu, meraih kesempurnaan dalam konteks ini diartikan kesempurnaan dalam melaksanakan tapa brata. Kegagalan melaksanakan tapa brata, dapat membawa manusia kepada zaman “paniksaning gesang” tidak lain adalah nerakanya dunia, seperti di bawah ini; 1. Zamannya kemelaratan, dimulai dari perilaku boros 2. Zamannya menderita aib, dimulai dari watak lupa terlena, tanpa awas. 3. Zamannya kebodohan, dimulai dari sikap malas dan enggan. 4. Zamannya angkara, dimulai dengan sikap mau menang sendiri 5. Zamannya sengsara, dimulai dari perilaku yang kacau. 6. Zamannya penyakit, diawali dari kenyang makan. 7. Zamannya kecelakaan, diawali dari perbuatan mencelakai orang lain. Sebaliknya, “ganjaraning gesang” atau “surganya dunia”, lebih dari sekedar kemuliaan hidup itu sendiri, yakni; 1. Zamannya keberuntungan, awalnya dari sikap hati-hati, tidak ceroboh.
2. Zamannya kabrajan, awalnya dari budi luhur dan belas kasih. 3. Zamannya keluhuran, awalnya dari giat andap asor, sopan santun. 4. Zamannya kebijaksanaan, awalnya dari telaten bibinau. 5. Zamannya kesaktian (kasekten), awalnya dari puruita dan tapabrata. 6. Zamannya karaharjan (ketentraman-keselamatan), awalnya dari eling dan waspada. 7. Zamannya kayuswan (umur panjang), awalnya sabar, qonaah, narimo,legowo,tapa. SHALAT/SEMBAHYANG DHAIM Sebagai tulisan penutup, Sabdalangit berusaha memaparkan garis besar TAPA BRATA, agar supaya mudah diingat dan gampang dicerna bagi para pembaca yang masih awam tentang ajaran Kejawen. Selain dipaparkan di atas, sejalan dengan bertambahnya usia, seyogyanya hidup itu sembari mencari ciptasasmita, “tuah” atau petunjuk yang tumbuh jiwa yang matang dan dari dalam lubuk budi yang suci. Pada dasarnya, tumbuhnya budipekerti (bebuden) yang luhur, berasal dari tumbuhnya rasa eling, tumbuhnya kebiasaantapa, tumbuhnya sikap hati-hati, tumbuhnya “tidak punya rasa punya”, tumbuhnya kesentausaan, tumbuhnya kesadaran diri pribadi, tumbuhnya “lapang dada”, tumbuhnya ketenangan batin, tumbuhnya sikap manembah (tawadhu’). Pertumbuhan itu berkorelasi positif atau sejalan dengan usia seseorang. Akan tetapi, jika semakin lanjut usia seseorang akan tetapi perkembangannya berbanding terbalik, mempunyai korelasi negatif, yakni justru memiliki tabiat dan karakter seperti anak kecil, ia merupakan produk topobroto yang gagal. Untuk mencegahnya tidak lain harus selalu mencegah hawa nafsu, serta mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk meraih kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya hingga adalah “wewarah” yang juga merupakan nasehat yang hiperbolis, sbb; “ageng-agenging dosa punika tiyang ulah ilmu makripat ingkang magel. Awit saking dereng kabuko ing pambudi, dados boten superep ing suraosipun” Bagi yang sudah lulus, dapat menerima semua ilmu, tentu akan menemui kemuliaan “sangkan paran ing dumadi”. Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui Tuhannya, sesungguhnya dapat mengetahui di dalam badanya sendiri. Siapa yang sungguh-sunggun mengetahui badannya sendiri, sesungguhnya mengetahui Tuhannya. Artinya siapa yang mengetahui Tuhannya, ia lah yang mengetahui semua ilmu kajaten(makrifat). Siapa yang sunguh-sungguh mengetahui sejatinya badannya sendiri, ia lah yang dapat mengetahui akan hidup jiwa raganya sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa hidup ini tidak akan menemui sejatinya “ajal”, sebab kematian hanyalah terkelupasnya isi dari kulit. “Isi” badan melepas “kulit” yang telah rusak, kemudian “isi” bertugas melanjutkan perjalanan ke alam keabadian. Hanya raga yang suci yang tidak
akan rusak dan mampu menyertai perjalanan “isi”. Sebab raga yang suci, berada dalam gelombang Dzat Illahi yang Maha Abadi. Maka dari itu, jangan terputus dalam lautan “manembah” kepada Gusti Pangeran Ingkang Sinembah. Agar supaya menggapai “peleburan” tertinggi, lebur dening pangastuti; yakni raga dan jiwa melebur ke dalam Cahaya yang Suci; di sanalah manusia dan Dzat menyatu dalam irama yang sama; yakni manunggaling kawulo gusti. Dengan sarana selalu mengosongkan panca indra, serta menyeiramakan diri pada Sariraning Bathara, Dzat Yang Maha Agung, yang disebut sebagai “PANGABEKTI INGKANG LANGGENG” (shalat dhaim) sujud, manembah (shalat) tanpa kenal waktu, sambung-menyambung dalam irama nafas, selalu eling dan menyebut Dzat Yang serba Maha. Adalah ungkapan; “salat ngiras nyambut damel, lenggah sinambi lumampah, lumajeng salebeting kendel, ambisu kaliyan wicanten, kesahan kaliyan tilem, tilem kaliyan melek. (sembahyang sambil bekerja, duduk sambil berjalan, berjalan di dalam diam, membisu dengan bicara, bepergian dengan tidur, tidur sembari melek). Jika ajaran ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berkat Tuhan Yang Maha Wisesa, setiap orang dapat meraih kesempurnaan Waluyo Jati, Paworing Kawulo Gusti, TIDAK TERGANTUNG APA AGAMANYA
WIRID PURBA JATI
Seluruh manusia, dalam benaknya memiliki rasa keingintahuan tentang wujud Tuhan. Maka lazim lah manusia membayangkan bagaimana gambaran keadaan Tuhan itu sebenarnya. Dalam beberapa agama samawi, menggambarkan keadaan Tuhan adalah “ranah terlarang” atau ruang lingkup yang musti dihindari, tidak menjadi pembahasan dengan obyek Dzat secara datail dan gamblang. Dengan alasan bahwa Tuhan sebagai Dzat yang amat sangat sakral. Maka menggambarkan keadaan Dzat Tuhan pun manusia dianggap tidak akan mampu dan akan menemui kesalahan persepsi, yang dianggap beresiko dapat membelokkan pemahaman. Hal itu wajar karena menggambarkan Tuhan secara vulgar dapat mengakibatkan konsekuensi buruk. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi “pembendaan” Tuhan sebagai upaya manusia mengkonstruksi imajinasinya secara konkrit. Maka atas alasan tersebut terdapat asumsi bahwa upaya manusia menggambarkan keadaan Tuhan denga cara apapun pasti salah. Namun demikian, lain halnya dengan agama-agama “bumi” dan ajaran atau kearifan-kearifan lokal yang berusaha menggambarkan keadaan Tuhan dengan cara arif dan hati-hati. Manusia
berusaha menjelaskan secara logic dalam asas hierarchis, sesuai dengan kemampuan nalar, akal budi, dan hati nurani yang dimiliki manusia. Ditempuh melalui “laku” spiritual dan olah batin yang mendalam dan berat serta mengerahkan kemampuan akal budi (mesu budi). PIJAKAN SASMITA Dzat adalah mutlak, Jumenengnya Dzat Maha Wisesa kang Langgeng Ora Owah Gingsir, dalam bahasa Timteng lazimnya disebut Qadim, yang azali abadi. Kalimat ini mempunyai maksud berdirinya “sesuatu tanpa nama” yang ada, mandiri dan paling berkuasa, mengatasi jagad raya sejak masih awang-uwung. Di sebut maha kuasa artinya, Dzat yang tanpa wujud, berada merasuk ke dalam energi hidup kita. Tetapi banyak yang tidak mengerti dan memahami, karena keber-ada-annya lebih-lebih samar, tanpa arah tanpa papan (gigiring punglu), tanpa teman, tanpa rupa, sepi dari bau, warna, rupa, bersifat elok, bukan laki-laki bukan perempuan, bukan banci. Dzat dilambangkan sebagai “kombang anganjap ing tawang” kumbang hinggap di awang-awang, hakekatnya tersebutlah “latekyun”, oleh karena keadaan yang belum nyata. Artinya, hidup adalah sifat dari Hyang Mahasuci, menyusup, meliputi secara komplet atas jagad raya dan isinya. Tidak ada tempat yang tanpa pancaran Dzat. Seluruh jagad raya penuh oleh Dzat, tiada celah yang terlewatkan oleh Dzat, baik “di luar” maupun “di dalam”. Dzat menyusup, meliputi dan mengelilingi jagad raya seisinya. Demikianlah perumpamaan keber-ada-an Pangeran (Tuhan) Yang Mahasuci, ialah yang terpancar di dalam hidup kita pribadi. Dzat merupakan sumber dari segala sumber adanya jagad raya seisinya. Retasan dari Dzat Yang Mahasuci dalam mewujud makhluk ciptaanNya, dapat digambarkan dalam alur yang bersifat hirarkhis sebagai berikut; 1. Dzat; Hyang Mahasuci, Maha Kuasa, Dzatullah; sumber dari segala sumber adanya jagad raya dan seluruh isinya. “Nalikå awang-awang – uwúng-uwung, dèrèng wóntên punåpå punåpå, Hyang Måhå Kawåså manggèn wóntên satêngahíng kawóntênan, nyíptå dumadósíng pasthi. Wóntên swantên ambêngúng ngêbêgi jagad kadós swantêníng gênthå kêkêlêng. Ingriku wóntên cahyå pacihang gumêbyar mungsêr bundêr kadós antigå (tigan) gumandhúl tanpå canthèlan. Énggal
dipún astå déníng Hyang Måhå Kawåså, dipún pujå : lalu meretaslah Kayyun. 1. Kayu/kayyun; yang hidup/atma/wasesa, menjadi perwujudan dari Dzat yang sejati, memancarkan energi hidup. Kayun yang mewujud karena “disinari” oleh Dzat sejati. Dilambangkan sebagai kusuma anjrah ing tawang, yakni bunga yang tumbuh di awang-awang, dalam martabatnya disebut takyun awal, kenyataan awal muasal. Segala yang hidup disusupi dan diliputi energi kayu/yang hidup. 2. Cahaya dan teja, nur, nurullah; pancaran lebih konkrit dari kayun. Teja menjadi perwujudan segala yang hidup, karena “disinari” kekuasaan atmasejati. Dilambangkan sebagai tunjung tanpo telogo, bunga teratai yang hidup tanpa air. Berbeda dengan api, cahaya tidak memerlukan bahan bakar. Cahaya mewujud sebagai hakikat pancaran dari yang hidup. Di dalam cahaya tidak ada unsur api (nafsu) maka hakikat cahaya adalah jenjem-jinem, ketenangan sejati, suci, tidak punya rasa punya. Hakikatnya hanyalah sujud/manembah yang digerakkan oleh energi hidup/kayun, yakni untukmanembah kepada Dzat yang Mahasuci. Dalam martabatnya disebuttakyunsani, kenyataan mewujud yang pertama. Ruh yang mencapai kamulyan sejati, di dalam alam ruh kembali pada hakikat cahaya. Sebagai sifat hakekat “malaikat”. 3. Rahsa, rasa, sir, sirullah; sebagai perwujudan lebih nyata dari cahaya. Sumber rahsa berasal dari terangnya cahaya sejati. Dilambangkan isine wuluh wungwang, artinya tidak kentara; tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Maka dalam martabat disebutakyansabitah. Ketetapan menitis, menetes, dalam eksistensi sebagai sir. Yakni menetes/jatuhnya cahaya menjadi rasa. 4. Roh, nyawa, sukma, ruh, ruhullah. Sebagai perwujudan dari hakekat rasa. Sebab dari terpancarnya rasa sejati, diumpamakan sebagai tapaking kuntul nglayang. Artinya, eksistensi maya yang tidak terdapat bekas, maka di dalam martabat disebut sebagaiakyankarijiyah. Rasa yang sesungguhnya, keluar dalam bentuk kenyataan maya. Karena ruh diliputi rahsa, wujud ruh adalah eksistensi yang mempunyai rasa dan kehendak,
yakni kareping rahsa; kehendak rasa. Tugas ruh sejati adalah mengikuti kareping rahsa atau kehendak rasa, bukan sebaliknya mengikuti rasanya kehendak (nafsu). Ruh sejati/roh suci/ruhul kuddus harus menundukkan nafsu. 5. Nepsu, angkara, sebagai wujud derivasi dari roh, yang terpancar dari sinar sukma sejati. Hakikat nafsu dilambangkan sebagai latu murup ing telenging samudra. Nafsu merupakan setitik kekuatan “nyalanya api” di dalam air samudra yang sangat luas. Artinya, nafsu dapat menjadi sumber keburukan/angkara (nila setitik) yang dapat “menyala” di dalam dinginnya air samudra/sukma sejati nan suci (rusak susu sebelanga). Disebut pula sebagaiakyanmukawiyah, (nafsu) sebagai kenyataan yang “hidup” dalam eksistensinya. Paradoks dari tugas roh, apabila nafsu lah yang menundukkan roh, maka manusia hanya menjadi “tumpukan sampah” atau hawa nafsu angkara. Mengikuti rasanya keinginan (rahsaning karep). 6. Akal-budi, disebut juga indera. Keberadaan nafsu menjadi wahana adanya akal-budi. Dilambangkan sebagai kudha ngerap ing pandengan, kudha nyander kang kakarungan. Akal-budi letaknya di dalam nafsu, diibaratkan sebagai “orang lumpuh mengelilingi bumi”. Adalah tugas yang amat berat bagi akal-budi; yakni menuntun hawa nafsu angkara kepada yang positif/putih (mutmainah). Sehingga diumpamakan wong lumpuh angideri jagad; orang lumpuh yang mengelilingi bumi. Disebut juga akyanmaknawiyah. Kemenangan akalbudi menuntun hawa nafsu ke arah yang positif dan tidak merusak, maka akan melahirkan nafsu baru, yakni nafsul mutmainah. 7. Jasad/badan/raga. Merupakan perwujudan paling konkrit dari ruh (mahujud), dan retasan berasal dari derivasi terdekatnya yakni panca indera sejati. Jasad menjadi wahana adanya sifat. Jasad menjadi bingkai sifat, diumpamakan sebagai kodhok kinemulan ing leng. Kodhok personifikasi dari sifat manusia yang rendah, karena cenderung mengikuti hawa nafsu (rasaning karep), diselimuti oleh liang/rumah kodhok; liang adalah personifikasi dari jasad. Sifat-sifat manusia yang masih tunduk oleh jasad, merupakan gambaran Dzat sifat yang masih terhalang dan dikendalikan oleh sifat ke-makhluk-an. Sifat-sifat Dzat Tuhan dalam diri
manusia masih diliputi oleh sifat kedirian manusia. Sebaliknya, pencapaian kemuliaan hidup manusia dilambangkan sebagaikodhok angemuli ing leng, kodok menyelimuti liangnya, apabila jasad keberadaannya sudah “di dalam”. Artinya hakekat manusia sudah diliputi oleh sifat Dzat Tuhan. SISTEMATIKA MENUJU DZAT Ketetapan jasad ditarik oleh akal Ketetapan akal ditarik oleh nafsu Ketetapan nafsu ditarik oleh roh Ketetapan roh ditarik oleh sir Ketetapan sir ditarik oleh nur Ketetapan nur ditarik oleh kayun Ketetapan kayu/kayun ditarik oleh Dzat TANGGA UNTUK “BERTEMU” TUHAN (PARANING DUMADI) Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa manusia memiliki dua kutub yang saling bertentangan. Di satu sisi, kutub badan kasar atau jasad yang menyelimuti akal budi sekaligus nafsu angkara. Jasad (fisik) juga merupakan tempat bersarangnya badan halus/astral/ruh (metafisik), di lain sisi. Manusia diumpamakan berdiri di persimpangan jalan. Tugas manusia adalah memilih jalan mana yang akan dilalui. Tuhan menciptakan SEMUA RUMUS (kodrat) sebagai rambu-rambu manusia dalam menata hidup sejati. Masing-masing rumus memiliki hukum sebab-akibat. Golongan manusia yang berada dalam kodrat Tuhan adalah mereka yang menjalankan hidup sesuai rumus-rumus Tuhan. Setiap menjalankan rumus Tuhan akan mendapatkan “akibat” berupa kemuliaan hidup, sebaliknya pengingkaran terhadap rumus akan mendapatkan “akibat” buruk (dosa) sebagai konsekuensinya. Misalnya; siapa menanam; mengetam. Rajin pangkal pandai. (lihat dalam Wirayat Laksita Jati). Tugas manusia adalah menyelaraskan sifat-sifat kediriannya ke dalam “gelombang” Dzat sifat Tuhan. Dalam ajaran Kejawen lazim disebutmanunggaling kawula gusti; dua menjadi satu, atau dwi tunggal. Kodrat manusia yang lahir ke bumi adalah mensucikan jasad, jasad yang diliputi oleh Dzat sifat Tuhan melalui tahapantahapan sebagai berikut; “jasad dituntun oleh keutamaan budi, budi terhirup oleh hawanya nafsu, nafsu (rahsaning karep) diredam oleh kekuasaan sukma sejati, sukmadiserap
mengikuti rasa sejati (kareping rahsa), rahsa luluh melebur disucikan oleh cahaya, cahaya terpelihara oleh atma (energi yang hidup), atmaberpulang ke dalam Dzat, Dzat adalah qadim ajali abadi”.
MARTABAT TUJUH 1. Merupakan hakekat Dzat mutlak yang kadim. Artinya; hakekat Dzat yang lebih dulu, yaitu Dzatullah, yang menjadi wahana alam Ahadiyat yang ada adalah pohon kehidupan yang berada dalam jagad yang sunyi senyap segalanya, dan belum ada sesuatu apapun 2. Hakekatnya cahaya, yang diakui sebagai tajalinya Dzat di dalam nukat gaib, sebagai sifatnya Atma, menyebabkan adanya alam Wahdat 3. Diakui sebagai rahsa Dzat, sebagai namaNya, menyebabkan adanya alam Wahadiyat 4. Berasal dari nur muhammad, itulah hakekat Sukma yang diakui sebagai keadaan Dzat sebagai tabirnya Atma, menyebabkan adanya alam Arwah 5. Keadaan nur muhammad dan tempat berkumpulnya darah seluruhnya adalah hakekat angan-angan yang diakui sebagaibayangan Dzat, sebagai ikatannyaNya, menyebabkan adanya alam Mitsal 6. Hakekat Budi, diakui sebagai hiasannya Dzat, sebagai pintunya Atma, menyebabkan adanya alam Ajsam 7. Hakekat Jasad yang meliputi 5 warna yang bergerak , yang diakui sebagai Wahana Dzat, sebagai tempat Atma, menyebabkan adanya alam Insan Kamil Selanjutnya tentang Kenyataan dalam alam Hukmi ; 1. Alam Ruhiyah – alam nyawa 2. Alam Sirriyah – alam perwujudan budi ( jasad) dan disinilah adanya 4 nafsu inti ; – Lawwammah cahayanya hitam disebut alam Nasut - Amarah cahayanya merah disebut alam Jabarut ( antara lain khodam ada disini ) Sufiah cahayanya kuning disebut alam Latut Muthmainah cahayanya putih disebut alam Malakut 3. Alam Nurriyah-alam cahaya 4. Alam Uluhiyah-alam Ke-Tuhanan Dalam proses perjalanannya adalah dengan 2 cara yaitu ;
Taraqih ( Mendaki ): 1 Semua orang mengandalkan kemampuannya sendiri2 baik mulai dari mengandalkan muka, suara, ilmu pengetahuan atau fisiknya untuk mendapatkan uang atau materi, jelas sudah bahwa kita selama ini disibukkan dengan urusan2 fisik sehingga makin tebal saja untuk dapat melihat Tuhan, maka dapat dikatakan kebanyakan manusia terhijab pandangannya untuk melihat Tuhan oleh dinding yang paling Luar atau alam Ajsam ini 2. Manusia adalah makhluk yg berjiwa dan diberikan akal dan hatinya sehingga lebih maju daripada manusia yang sekedar mengandalkan fisik saja, namun Tuhan memberikan akal dan hati inipun rupanya bertingkat2. Kerja akal yang paling bawah adalah ‘aql atau akal dalam al qur’an afalaa ta’qiluun. Kerja akal adalah memikirkan sesuatu yang bersifat kealaman, dan dgn akal ini akan ditemukan kebenaran dan kesalahan serta kebaikan dan keburukan dalam perspektif duniawi. Demikan juga kerja hati, ia memiliki beberapa tingkatan , yg terendah adalah qalb atau hati yang selalu berbolak-balik, kadang baik kadang buruk…dan orang yang biasa menggunakan ‘aql dan qalb ini cenderung akan serakah pada dunia. Inilah hijab yang lebih tipis dibanding dengan fisik. Lebih tinggi lagi bila manusia bisa mengaktifkan akal kedua yaitu fikr ( Ta’ala afalaa tatafakkaruun )yang akhirnya dapat menjangkau hal2 yang tak tampak di dunia ini. Islam diturunkan dengan membawa kabar gembira juga membawa peringatan kepada manusia tentang adanya siksa yang pedih di akhirat kelak. Kebanyakan manusia sulit untuk dapat mengenalTuhan secara sempurna, maka Rasulullaah Muhammad SAW al mustafa diutus memberikan jalan tengah agar mereka menyembah Tuhan sesuai kemampuannya, adanya sorga neraka adalah merupakan motivasi agar mereka menyembah Tuhan. Sayyidina Ali menyebut manusia seperti itu sebagai pedagang yaitu hanya menyembah Tuhan jika diancam dgn neraka dan dijanjikan sorga sebagai hadiah, dan dgn fikr-nya yg sudah terbuka lebih baik dari pada mereka yang masih terkungkung nafsu dan sudah memasuki pengenalan alam Mitsal 3. Selanjutnya manusia diharapkan mengenal rohnya (nyawa), inilah nyawa yg membuat jasmani dan jiwa menjadi hidup, jasmani tidak akan dapat bergerak bila tida dapat perintah dari jiwa, dan jiwa tdk
dpt memberi perintah pada gerakan jasmani jika tidak terdapat roh di dalamnya. Ketika sdg tidur, manusia tidak bergerak dan tidak merasakan sesuatu karena jiwanya keluar dari jasad, namun ia tetap dikatakan hidup karena rohnya masih ada dalam jasad. Dalam al qur’an, Tuhan meniupkan roh manusia ini yang berasal dari roh-Nya. Roh berasal dari Tuhan secara langsung adapun jasmani hanyalah gambaran maya saja dan bisa enjadi penghalang bagi manusia yang tidak mampu menangkap rahasia diciptakannya jasmani tersebut. Mengenal Tuhanpun dapat dilakukan melalui jasmani dengan menganggapnya sebagai gambaran dari Wajah Tuhan, adapun Dzat sesungguhnya adalah dalam Rahsa, sedangkan jiwa adalah gambaran dari perbuatan, nama dan sifat Tuhan, sama seperti alam semesta ini juga sebagai tajaliNya 4. Roh manusia satu dan roh manusia lainnya juga satu, karena dari sumber yang satu yang bersumber dari Nur Muhammad dalam alam Wahidiyat dan roh manusia ini hanyalah titipan kecil dari Roh Agung kepada roh kecil di dunia 5. Roh Agung pada Martabat Wahdah ini bukan lagi sebagai makhluk, namun lebh dekat dengan sifat keTuhanan, Dia adalah satu namun bukan Tuhan namun bukan lagi makhluk dan tidak berkaitan dengan mahkluk 6. Bila kita dapat menggulung semuanya menjadi satu termasuk sifat Hayyun atau Maha hidup dalam Martabat Wahdah maka akan timbul Dzatullah 7. Tiada bernama, berawal-berakhir, tiada bertepi dan keberadaanNya tak dapat dijangkau dengan nama Tanazul ( Menurun ) : 1. Dzat Tuhan yang tidak bernama, karena tidak satupun yang mampu mewakili KeberadaanNya, tiada berawal dan berakhir serta Maha Esa, tidak ada yang dapat mengenalNya karena tidak ada yang lain selain diriNya, Dia berkeinginan menciptakan makhluk agar makhluk itu mengenalNya…Penampakan Tuhan ini berjalan menurun, dan penurunan petama yang Dia lakukan adalah sebagai Nur Muhammad atau sering disebut Allah dan ini hanya sebuah nama untuk menyebut diri Tuhan, padahal sejatinya Dia tak dapat dijangkau dengan nama 2. Penurunan ini bukan berarti bahwa Tuhan ada 2, Dia hanya
menampakkan Diri dalam kualitas menurun agar lebih mudah di kenal karena Dzat Tuhan terlalu suci untuk dikenal, jadi nama adalah jembatan agar Dia mudah untuk dikenal inilah Martabat Wahdah 3. Tetap dengan penurunan Diri dengan nama Allah ini pun masih sulit dikenal secara mudah, maka Tuhan menurunkan Diri lagi menjadi bersifat kemakhlukan, yakni Nur Muhammad yang tidak lagi bernama Allah dan dalam tahap ini bersifat mendua atau berpasang-pasangan sebagai cikal bakal penciptaan alam semesta dan tahapan ini biasa disebut dengan Martabat Wahidiyat 4. Dari Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan ini terurai menjadi bagian2 halus yang belum tampak. Itulah roh2 atau alam arwah, roh merupakan sumber kehidupan bagi tiap2 benda. Kehidupan merupakan syarat mutlak bagi makhluk untuk dapat mengenal Tuhan 5. Sumber kehidupan berupa roh tersebut tidak akan mampu mewakili keinginan Tuhan jika tidak disertai sarana atau wadah. Dalam alam Mitsal ini manusia sudah ada namun masih berbentuk jiwa. Ia belum memiliki raga, selanjutnya Tuhan menampakkan DzatNya sebagai wadah perbuatan, nama dan sifatNya, sehingga muncullah alam Ajsam 6. Tuhan menampakkan diri secara menyeluruh, Raga adalah perwujudan Rupa DiriNya, perbuatan nama dan sifat alam semesta adalah WajahNya, semuanya terbungkus sifat kemakhlukan yang serba mendua 7. Setelah mengetahui hakikat diri secara menurun, maka tahulah bahwa alam semesta hakikatNya adalah gambaran Rupa Tuhan INTI AJARAN MAKRIFAT Dalam Wirid Hidayat Jati, makrifat yang di diajarkan adalah wejangan yang berasal dari delapan wali dari tanah Jawa, yang sudah dikumpulkan menjadi satu. Isinya bersumber dari intisari firman Allah SWT yang dijelaskan dalan hadis Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Ali r.a melalui telinga kirinya. Dzat dan Rumah Tuhan
Ajaran pertama tentang Dzat dan singgasana Tuhan. Ajaran tersebut terbagi menjadi delapan bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Adanya Dzat Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena pada waktu masih keadaan kosong, belum ada sesuatupun. Yang ada hanyalah Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah hakikat Dzat yang Maha Suci, yang meliputi sifat-Ku, yang menyertai Nama-Ku, dan yang menandai perbuatan-perbuatan-Ku. 2. Kejadian Dzat Sesungguhnya, Aku adalah Dzat yang Maha Kuasa, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu. Terjadi dalam seketika, sempurna dari Kodrat-Ku. Pertama kali yang Aku ciptakan adalah sebuah pohon bernama Sajaratul Yakin (pohon kehidupan). Pohon itu tumbuh dialam Adam Makdum (kosong hampa) yang azali dan abadi. Setelah itu Aku ciptakan Cahaya Bernama Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), kemudian cermin bernama Mir’atul Haya’i (kaca wira’i), nyawa yang disebut Roh Idhafi (nyawa yang jernih), pelita yang bernama Kandil (lampu tanpa api), pemata yang bernama Dzarrah (permata), dan Jalal (keperkasaan) yang disebut Hijab (dinding jalal atau penutup), yang menjadi sekat bagi penampakan-Ku. 3. Uraian Tentang Dzat Sebenarnya manusia itu adalah Rahsa-Ku dan Aku ini adalah rahsa manusia karena Aku menciptakan Adam dari empat unsur yaitu : tanah, air, api, dan udara. Keempat unsur itu adalah perwujudan dan Sifat-Ku. Kemudian Aku masukkan kedalam tubuh Adam lima macam mudzarrah, yaitu : nur, rahsa, ruh, nafsu, dan budi yang merupakan diding yang menghalangi Wajah-Ku yang Maha Suci.
4. Susunan dalam Singgasana Baitul Makmur Sesungguhnya Aku mengatur singgasana dalam Baitul Makmur, yaitu rumah tempat kesukaan-Ku. Tempat itu berada dalam kepala Adam. Dalam kepala itu ada otak, dalam otak itu ada manik, dalam manik ada budi, dalam budi ada nafsu, dalam nafsu ada sukma, dalam sukma ada rahsa, dalam rahsa ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang melipti semua keadaan. 5. Susunan dalam Singgasana Baitul Muharram Sesungguhnya Aku mengatur singgasana berada dalam Baitul Muharram, yaitu rumah tempat pengingat-Ku. Tempat itu ada di dalam dada Adam, di dalam dada itu ada hati, di dalam hati itu ada jantung, di dalam jantung itu ada budi, di dalam budi itu ada jinem (angan-angan), di dalam jinem itu ada sukma, di dalam sukma itu ada rahsa, di dalam rahsa itu ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan. 6. Susunan dalam Singgasana Baitul Muqaddas Sesungguhnya Aku mengatur singgasana di dalam Baitul Muqaddas. Itu adalah rumah, tempat yang Aku sucikan. Berada dalam kontholnya adam, dalam konthol itu ada prinsilan (buah pelir), di antara prinsilan itu ada nathfah yaitu mani, dalam mani itu ada madzi, dalam madzi itu ada wadi, dalam wadi ada manikem, dalam manikem itu ada rahsa, dalam rahsa ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan, bertahta dalam nukat gaib, turun menjadi Jauhar Awal. Disitulah alam Ahadiyat berada (alam Wahdat dan alam Wahidiyat), alam Arwah, alam Misal, alam Ajsam, dan alam Insan Kamil, menjadi manusia sempurna yaitu sifat-Ku yang sejati. 7. Peneguh Iman
Yaitu yang menjadi kekuatan iman: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Aku dan menyaksikan Diri-Ku bahwa Muhammad itu adalah utusan-Ku. 8. Kesaksian Aku bersaksi dalam Diri-Ku sendiri bahwa tidak ada Tuhan selain Diri-Ku dan menyaksikan Diri-Ku bahwa Muhammad itu adalah utusan-Ku. Bahwa sesungguhnya yang dinamakan Allah itu adalah Badan-Ku, Rasul itu adalah Rahsa-Ku, Muhammad itu adalah Cahaya-Ku. Akulah yang selalu ingat dan tidak pernah lupa, Akulah yang kekal tidak bisa diubah oleh keadaan. Akulah yang selalu tahu, tidak ada suatu apapun yang tersembunyi dari-Ku. Akulah yang menguasai segalanya, yang Maha Kuasa dan Bijaksana, tidak memiliki kekurangan dalam pengetahuan. Byar! Sempurna, terangbenderang, tidak terasa apa-aa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Diri-Ku yang meliputi semua alam dengan Kodrat-Ku.
SUKMA SEJATI Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau guru murshid sama saja…cuma sebutannya saja yang berbeda…..ada juga yang menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci. Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat dan merupakan perbuatan Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah ( Martabat 7 ) dan dari Nur Muhammad inilah yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang menjadi Asal muasal Kehidupan. Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di pegang oleh Sang Pribadi…..melalui proses pengenalan diri sendiri maka muncullah cermin memalukan
yang memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya diri kita dan melalui proses selanjutnya maka kita bisa mulai mencari dan menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna ……sama saja. Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah totalitas Kesadaran, Keikhlasan, Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk MencintaiNya seutuhnya ……tanpa ketakutan akan neraka atau keinginan akan sorga….yang ada hanya Dia. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma ( sukma sejati ) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma. Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma ( sukma sejati ) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad. Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar. Kenapa saya sebut sebuah perjalanan. Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan mulai dari sebuah keraguan, pencarian, penemuan, pemahaman, kesadaran dan penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus, dengan pengorbanan yang tak terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan melihat samudera…untuk melihat dimana semua sungai bermuara ( kembali ).
Seperti Bima bertemu Dewa Ruci. Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4 perkara…..mula-mula sinar lutam, sinar merah, sinar kuning, sinar putih. Berakhirnya perjalanan ….Pada zaman karamatullah kelak, waktunya maqamijabah, yakni terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah yang merupakan Dzat hamba, tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal. Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal. Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus… semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran… Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apaapa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya, disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya. Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita sebagai manusia yang kadang mentang-mentang sebagai khalifah ( pemimpin ) dan merupakan Tajali ( perwujudan ) dari Sang Maha Sempurna, adalah dari mana kita ” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “. Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama “Jasad” ( raga )dan “Ruh” ( jiwa )……dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih banyak termakan dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju dari masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh. Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah memerlukan baju atau apapun, raga
memerlukan makanan, minuman dan kebutuhan lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa merindukan tempatnya yang dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam makdum….. Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan untuk bertahan hidup di dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan keinginan ruh yang tidak merindukan apaapa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan siapa-siapa karena Keagungan Perwujudan Dzatullah tidak akan terlihat. Demi menjaga keseimbangan haruslah kita mempertimbangkan tentang keduanya…… bagaimana begitu kita berwujud sudah berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah, yg apabila bicara seharusnya……harusnya adalah kita harus mematikan dalam wacana mematikan nafsu 4 perkara :Mati nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya, maksudnya yang hilang rahsanya. Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya yang mati ucapannya dengan lisan. Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah yang menandakan tempat yang telah diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia. Kedudukan Pati petunjuk Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri kepada Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati perbuatan Allah maksudnya merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa. Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau sebutan…..karena pasti akan menimbulkan perbedaan bahkan kekacauan dan berujung kehancuran. Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut ruh idhafi atau nur muhammad atau ruh al quds ( ruh suci ), dalam nasrani di sebut ruh kudus, dalam hindhu atma. Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau guru mushid…..adalah pada saat kita mencari sesuatu yang murni atau sejati, abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya ada pada sifat hidup kita dan yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain yang sama dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura manusia. Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati tidak bisa dilepaskan dari asal mula Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam bentuk makhluk untuk meneruskan
penzhahiran yang [paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan menhendaki ruh itu turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam ( alam kokret )…..yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci itu dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Tuhan. Dan dalam perjalanannya …dari tingkatyang paling tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh suci menempuh berbagai alam atau peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal Semesta atau Kesatuan atau Hakikat Muhammad. Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling rendah agar ia mencari jalan ke asalnya yaitu berpadu atau berdampingan denagn Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih rasa kesatuan dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan berdampingan dengan Tuhan yang menciptakannya. Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang telah dibekalkan kepadanya oleh Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan menghasilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Tuhan. Penciptaan badan agar sukma sejati ( ruh ) dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya. Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan dengan tugas masing-masing. Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam barang yang mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat dan berkat dari Tuhan. Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak mengubah apa yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan Tuhan kepadanya. Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insan manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat…..karena dengan ini Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata.
Ruh tidak pernah mengingkari perintah Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan. Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi pula ; pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Tuhan didunia yang manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan, kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat dibalik alam nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena keikhlasan dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia. Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan, begitu pula hal2 yang dianggap luar biasa oleh sebagian orang seperti berjalan diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib, membaca sesuatu yang berada dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau alam nyata. Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti “Pedagang” …yang selalu dalam melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi ini dengan Tuhan. Ruh dalam Hati Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu thariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama ini tidak berhuruf dan tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan. Pada setiap peringkat ( dari 4 tingkatan ) yang dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya. Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4 adalah pendamping dan apabila diolah nantinya akan akan berhubungan dengan 9 lubang di badan kita. Cara pengolahannya ada beberapa cara ; 1. Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena lahir hanya menggembleng lahir saja (jasmani ), tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin.
2. Meditasi, dengan pengolahan nafas secara benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah tali jiwa. 3. Dengan adanya pembukaan titik melalui orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya ini kurang membuat kita lebih matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik nantinya….karena kendala setelah itu akan banyak. Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap hurufyang menyusun kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang itu. 1. Lailaha illallaah : Tiada Ilah kecuali Allah 2. Allah : Nama Dzat 3. Huwa : Dia 4. Al-Haqq : Yang Benar 5. Al-Hayy : Yang Hidup 6. Al- Qayyum : Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung 7. Al-Qahar : Yang Maha Berkuasa dan Perkasa 8. Al-Wahab : Yang Maha Pemberi 9. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka 10. Al-Wahid : Yang Satu 11. Al-Ahad : Yang Maha Esa 12. As-Shamad : Sumber, puncak segala sesuatu Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu memandang ke alam ‘ Malakut’ yang identik dengan kebaikan, dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuninya, cahaya, dan para malaikat yang ada didalamnya. Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan percakapan-percakapan tanpa kata dan suara, dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia
atau makna dalam batin. Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan dalam perjalanannya. Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati. Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan rasa sejati adalah sebagai berikut: Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan mulai bersatunya kama lakilaki dan perempuan. Dari detik ke detik, kama tersebut menggumpal dan merajut anganangan untuk mencipta embrio. Kama tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan keadaan benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah ibu berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari bunga sedang berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan. Pada saat ini hubungan seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan hubungan akan semakin hangat karena kedua pasangan tengah akan menikmati anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-nantikan. Detik keberhasilan hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan. Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati ini juga boleh melakukan hubungan seks. Dalam istilah jawa disebut nyepuh ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak nyepuh artinya menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan seks pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat yang sejuk, indah dan mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya rata kemana-mana, bepergian kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga sambil memikirkan nama yang mungkin akan diberikan kepada anaknya kelak. Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan, dan benih masih berada dalam alam maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan, karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat. Jika hubungan seks tidak hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi pendarahan. Maka ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari percekcokan atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga amat menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu bersolek diri seseorang pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih tiga bulan sering dinamakan trikawula busana, artinya wanita sudah berpikir masalah pakaian
seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini memungkinkan wajah wanita akan lebih berseriseri bagai bulan purnama dan lebih cantik jelita. Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap. Benih unggul telah berbentuk manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui sang ibu, umur seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik pada saat ini, bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam kandungan. Saat ini pula benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan. Karenanya kedua pasangan jangan berbuat hal-hal yang tidak baik atau terjadi penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut. Candra benih berumur empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan seperti kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam dengan cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran bagi pasangan, kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah punya keinginan. Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan, dan benar-benar telah hidup, dan hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati, agar memperhatikan posisi sehingga tidak merugikan benih, dan pasangan harus telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko lahirnya seorang bayi nanti. Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan panca sura panggah, ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika pasangan hamil lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan. Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar, karena itu kedua pasangan harus lebih berhati-hati. Karena itu candra benih dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci maki apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan suami dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat merekam keadaan sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa naik turun, jungkir balik. Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap semua organ dan cipta, rasa, serta karsa, karena itu apabila ada bayi yang lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi jawa sering dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan harus diperhatikan secara ekstra hati-hati ( posisi diperhatikan ). Karena candra bayi tuuh bulan adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur air hujan, merasa letih. Lelah, dan sedikit pucat, kurang
bergairah dan perlu pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh tambahan rupa, dan mendapat tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan daging. Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya siap lahir, siap menuju dunia besar setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir weruh padange hawa, ingin menghirup udara dunia yang sesungguhnya. Saat ini hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil. Candra bayi adalah astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun bayi akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala bayi umur delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah. Untuk itu ada gugon tuhon juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak melintang yang akan menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara yang empat, sbb; Pertama : kakawah ( air ketuban ) Kedua : bungkus Ketiga : ari-ari Keempat : darah Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi kekuatan, darah menjadi waliyas mati, harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan darah adalah malaikat Izrail. Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah. Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir, yaitu sembilan bulan, dan tentu yang tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah, karena itu candra suasana disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya, seperti orang lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatriaseorang ibu setelah melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang, paling tidak kurang lebih 40 hari seorang suami harus berpuasa. Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan suami istri dapat menjalankan sesirik ( prihatin ), ibarat sedang bertapa gaib. Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak yang masih dalam kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku
dijaga baik-baik dengan tujuan manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat diluar kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ; Pertama : Budi Kedua : Rahsa Ketiga : Angan-angan Keempat : Hidup
AKU SEJATI Tuhan mengingatkan bahwa sebelum mengenal Dia (Tuhan) maka manusia diminta untuk memahami “Aku” nya sendiri sebagai sarana atau jalan untuk menuju pengenalan AKU-TUHAN? Itu karena dalam “Aku” termuat rahasia AKU-NYA. Pembahasan tentang pengenalan diri ini adalah kunci jalan spiritual. Sehingga menyelami kesadaran diri yang sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh yang biasa menyebut dirinya “Aku” adalah cukup penting dan menjadi bangunan suci ibadah hidup manusia. Saya tidak akan lagi bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat, kita tidak lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan shalat yang sebenarnya. Diskusi kita sudah selesai dalam hal hukum-hukum kebenaran Tuhan. Perenungan tentang hakikat ruh ini mau tidak mau membawa kita pada khasanah filsafat manusia. Namun tidak perlu kita masuki terlalu dalam wacana filsafat apa hakekat manusia sesungguhnya. Yang jelas, bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang telah diberi mandat untuk menjadi wakil Tuhan di muka bumi. Selain unsur biologis fisik yang sangat kompleks mulai dari kaki hingga otak, susunan dalam mental dan kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi meskipun masih terdapat daya kemauan yaitu KEKUATAN SANG “AKU”, yang merupakan KEKUATAN yang diterima dari Yang Maha Mutlak.
Tubuh biologis dan mental keinginan nafsu adalah milik manusia. Namun bukan manusia itu sendiri. Sebelum manusia (“Aku”) dapat menguasai atau mengalahkan atau mengarahkan benda yang menjadi miliknya terlebih dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia harus dapat membedakan mana yang merupakan Aku dan mana yang merupakan milik Aku, dapat membedakan mana yang Aku dan mana yang bukan Aku. Yang harus disadari: SANG AKU BERSIFAT ABADI – TIDAK BISA MATI -TIDAK BISA RUSAK. AKU MEMILIKI KEKUASAAN, KEBIJAKSANAAN DAN KENYATAAN. AKU INILAH YANG AKAN KEMBALI POSISI ASALNYA: SESUNGGUHNYA AKU ADALAH BERASAL DARI ALLAH DAN KEPADA-NYA-LAH AKU KEMBALI…. Orang modern yang sejak lahir hingga dewasa selalu hidup dan mengarahkan dirinya dalam kesemestaan benda-benda material beranggapan bahwa rasa keakuan mereka hanya merupakan kesadaran mengenai nafsu badani pemenuhan keinginan, pemuasan kesenangan, memperoleh kenyamanan bagi dirinya. Bagian bawah dari batin naluri merupakan tempat rasa keakuan orang-orang primitif. Bila seorang primitif mengatakan “Aku”, maka yang dimaksud adalah badannya. Badan ini mempunyai perasaan, keinginan dan nafsu. Mereka menggunakan daya pikirnya guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka sebenarnya hidup dalam tingkat batin naluri. Setelah menyadari ketololannya dan beranjak tua, manusia harusnya semakin tinggi pendakian spiritualnya. Mulailah ia mempunyai konsep tentang Aku nya yang lebih lengkap. Bila ia mulai menggunakan akalnya, maka ia pindah dari tingkat batin naluri ke tingkat batin mental. Ia mulai merasakan bahwa batinnya adalah lebih nyata bagi dirinya dari pada badannya, bahkan kadang ia melupakan badannya bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius. Setelah kesadaran orang meningkat yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat kerohanian ia menyadari bahwa “Aku” yang sebenarnya adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan badan fisiknya, bahwa semuanya ini dapat digunakan sebagai alat saja. Hingga akhirnya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (AKU SEJATI). Berikut cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang fitrah. Ini merupakan latihan yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Kesadaran
“Aku” ini merupakan langkah pertama pada jalan menuju mendapatkan PENCERAHAN yang merupakan realisasi hubungan Aku dengan Yang Maha Agung. Monggo praktekkan latihan ini di berbagai tahapan perjalanan sampai memperoleh penerangan jiwa. MENEMUKAN AKU SEJATI Carilah tempat atau ruangan, yang terbebas dari gangguan, agar batin anda merasa aman dan tenang. Anda boleh duduk, berbaring, maupun berdiri yang enak agar anda dapat mengendorkan otot-otot dan membebaskan ketegangan syaraf. Lepaskan ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga. Atau lakukanlah dengan posisi berdiri, hal ini dilakukan untuk menghindari mudah terlena dan tertidur … Setelah berpengalaman hendaknya mampu melakukan pengendoran badan dan menenangkan pikiran dimana pun dan kapanpun anda memerlukannya. Ingat bahwa keadaan dzikir harus berada di bawah penguasaan kemauan yang keras. Di dalam melakukan praktek dzikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri. SADARI BAHWA AKU ADALAH HAKIKI NYA MANUSIA YANG TIDAK PERNAH TIDUR – TIDAK MATI – ABADI, …SELALU SADAR TIDAK PERNAH MENGALAMI SEDIH DAN TAKUT … AKU SANG ROH SUCI (FITRAH) YANG MAMPU MENEMBUS ALAM MIMPI, ALAM MALAKUT DAN ALAM ULUHIYAH… Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk mental. Kalau anda memejamkan mata anda akan merasakan dan bisa membedakan mana Aku yang sebenarnya … disitu ada aku yang memperhatikan sensasi badan, seperti misalnya : lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda akan merasakan ternyata bukan aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan tetapi itu adalah sensasi badan yang dimiliki oleh sang Aku. Aku sejati mengatasi semua itu tadi… MUlai sekarang, melepaskan diri dari yang bukan hakiki, agar tidak diombangambingkan oleh tubuh anda sendiri. Sadari AKU ADALAH YANG MENGUASAI PERASAAN DAN PIKIRAN, JADILAH TUAN ATAS DIRI ANDA … keluarlah anda seperti melepaskan baju, lalu tinggalkan dan jangan anda memikirkan semuanya itu. Karena badan anda mempunyai batin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat anda tidur … Aku anda meninggalkan tubuh anda tanpa harus
memikirkan bagaimana nantinya badanku, kenyataannya tubuh bekerja menurut yang dikehendaki oleh nalurinya sendiri. SADARKAN SANG AKU. HUBUNGKAN DENGAN DZAT YANG MAHA MUTLAK … HADIRLAH DIHADAPAN-NYA SEBAGAIMANA KESAKSIAN AKU DIALAM `AZALI… PANGGILLAH …PENUH SANTUN YA ALLAH … YA ALLAH … TUNDUKKAN JIWA ANDA DENGAN HORMAT … DAN DATANGLAH KEHADIRAT-NYA DENGAN TERUS MEMANGGIL YA ALLAH …YA ALLAH … TIMBULKAN RASA CINTA YANG DALAM … HADIRLAH TERUS DALAM DZIKIR … BIARKAN SENSASI PIKIRAN DAN PERASAAN MELAYANG-LAYANG …SADARKAN DAN KEMBALIKAN BAHWA AKU BUKAN ITU SEMUA … AKU ADALAH YANG MENYAKSIKAN SEMUANYA … BERSAKSILAH DENGAN MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT … SAMPAIKAN DO’A SALAWAT UNTUK RASULULLAH .DAN KELUARGANYA. TERUSKAN AKU MELAYANG MENEMBUS SEMUA ALAM-ALAM YANG MENGHALANGI, BIARKAN AKU BERJALAN MENUJU YANG MAHA TAK TERHINGGA …
“ SUKMA SEJATI nya AKU '' RUH. Dari sudut kebahasaan, ruh seakar dengan riih, yang berarti angin. Orang Arab bila ingin mencari angin atau refreshing menghirup udara segar dan melepas kepenatan setelah jungkir balik dengan urusan dunia menyebutnya “ rihlah “. disebut ruh yang ada di dalam jasad manusia dengan sebutan demikian karena halusnya laksana angin, tetapi dapat dirasakan. Al-Qur'an mengungkapkan kata ruh dalam lima pengertian, yakni : malaikat Jibril, wahyu, rahmat Allah, kenabian, hidup atau kehidupan. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa sekelompok orang Yahudi saling bertengkar tentang ruh, lalu mereka bertanya kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Tidak lama berselang turunlah ayat :” mereka bertanya kepada engkau ( ya Muhammad) tentang ruh, katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku, kamu tidak diberi pengetahuan (tentang ruh ) itu kecuali sedikit. “ ( QS. 17/ Al-Isra : 85 ).
meski ayat diatas mengisyaratkan keterbatasan pemahaman manusia tentang ruh, bukan berarti ruh itu tidak boleh dikaji, hanya saja ruh itu tidak dapat didefinisikan akan tapi disaksikan dan dirasakan, namun pengetahuan diskursif tentang sifat-sifat ruh dalam kenyataannya
diberikan oleh Allah melalui manusia dan teks-teks wahyu. Ruh tidak dapat didefinisikan karena tidak memiliki ukuran, tidak berjenis kelamin, tidak dapat di inderai, tidak dapat dibagi-bagi, ringkasnya, ruh itu bersifat transenden. Dalam kalangan sufi, ruh tidak mereka definisikan, tetapi mereka melihatnya dari sisi bahwa ruh adalah alat bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan.
Jika Al-Ghazali berbicara tentang ruh dalam Ihya Ulum al-Din, itu adalah dalam rangka hubungan manusia dengan Tuhan. Untuk itu, ia juga membedakan ruh menjadi dua kategori. Pertama, ruh yang berhubungan dengan jasad. Ruh ini erat berhubungan dengan jantung, dimana ia beredar bersama peredaran darah, sehingga kalau detak jantung sudah berhenti, maka berakhir pula lah ruh ini. Ruh dalam kategori inilah yang menjadi sumber penginderaan, dia adalah laksana cahaya yang melimpah dari sebuah pelita ke segenap penjuru rumah. Ruh dalam kategori ini, papar Al-Ghazali bukan tujuan kita. Akan tetapi ruh yang ingin penulis berbagi disini adalah ruh sebagai “al-lathifah al-'alimah al-mudrikah min al-insan ( sesuatu yang halus, yang ditiupkan Allah ).Ruh adalah bagian dari Allah yang ditiupkan-Nya seperti dalam (QS. Al-Hijr : 29).
Ruh dalam kategori inilah pemberi makna bagi kehidupan manusia. Tingginya kualitas ruh ini ditunjukkan oleh tunduknya malaikat kepada manusia, dan yang kedua, ditunjukkan oleh kata ganti “KU” yang menggambarkan bahwa Allah mengakui betapa dekatnya zat yang bernama ruh itu dengan Allah. Dengan ruh itulah manusia menjadi memiliki kehendak. Dengan ruh itu pula manusia jadi berilmu pengetahuan, menjadi bijaksana,memiliki rasa cinta dan kasih sayang, serta berbagai sifat ketuhanan. Ruh adalah zat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Ruh selalu mengajak kepada kebaikan. Ini juga ada kaitannya dengan istilah ruh yang digunakan untuk menyebut malaikat. Malaikat adalah agent kebaikan. Lawan dari iblis dan syetan sebagai agent kejahatan ( QS. 77:1, 35 :5 ). Ruh bersifat stabil dalam kebaikan tanpa mengenal perbandingan, ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan. Dalam kalimat yang berbeda saya ingin menggambarkan ruh adalah bagaikan malaikat yang mengajak pada cahaya yang terang benderang, melepaskan diri dari kegelapan hawa nafsu. Fungsi ruh secara menyeluruh adalah
membawa sifat-sifat Allah agar kehidupan manusia berjalan sesuai dengan fitrah-Nya, karena ruh membawa sifat hayyat ( hidup), maka manusia menjadi hidup. Karena ruh membawa sifat rahman rahim, maka manusia juga punya rasa kasih sayang. Karena ruh juga membawa sifat jabbar ( perkasa ) maka manusia juga ketularan sifat perkasa itu.
Ruh juga membawa sifat qiyamuhu binafsihi/mandiri, maka manusia memiliki kecenderungan untuk bersifat mandiri. Karena ruh membawa sifat qudrat iradat/berkuasa dan berkehendak, maka manusia pun berkehendak untuk berkuasa dan mencipta. Jika diibaratkan dengan komputer maka ruh adalah sistem operasi, dimana sifat-sifat manusia bersandar pada sifat sifat ruh yang ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia. Ruh sebenarnya memiliki potensi tak terbatas, namun karena ia ditiupkan ke dalam jasad manusia, maka ketidakterbatasan Ruh itu sangat dibatasi oleh keterbatasan tubuh manusia. Sebagaimana terungkap dalam puisi Sa'di “:
Jasad manusia mulia karena ruhnya Tubuh yang indah bukanlah tanda kemanusiaan Jika manusia itu disebut manusia karena mata, telinga, atau lidahnya maka apa bedanya antara manusia dan gambar manusia di dinding.
Meski tidak terpisah dari tubuh, ruh ditiupkan bukan seasal dan tidak sama dengan tubuh. Inilah yang tersirat dalam firman Allah : “ Dan ingatlah , ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak turunan Adam dari sulbi mereka (seraya berfirman), 'bukankah Aku ini Tuhanmu ?' mereka menjawab , “ Benar Engkau Tuhan kami “ ( QS. 7 : 172 ). Dengan demikian sejak awal ditiupkan ruh telah memiliki pengetahuan tentang Tuhan. Akan tetapi, pengetahuan akan Tuhan (makrifat ) demikian tertutup ketika ruh menyatu dengan jasad, tertutup oleh tabiat-tabiat jasadi yang
menariknya ke asal usul jasad. Jasad diciptakan dari materi tanah. Karena itu, memiliki sifat-sifat ketanahan yang senantiasa akan jatuh kebawah, kasar, kotor dan sebagainya. Berbeda dengan ruh, karena dia berasal langsung dari ruh mutlak ( Allah ), maka dia senantiasa rindu untuk kembali kepada asalnya. “ Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Robbahu.”
Jadi ruh bersifat ilahiyah dan senantiasa rindu kepada kesucian. Puncak kesucian adalah Tuhan yang Maha Suci. Dengan demikian, puncak kerinduan ruh adalah bertemu dengan Zat Yang Maha Suci. Dari itu, para sufi mengatakan bahwa ruh adalah lokus cinta Ilahi, sedangkan qolbu lokus makrifat, dan sirr ( lapisan hati terdalam ) lokus musyahadah ( penyaksian akan wajah Allah yang Agung ). Dengan demikian, ruh merupakan motor penggerak dalam pendekatan diri kepada Tuhan. Bahkan menurut ahlul makrifat, ruh adalah penggerak ke arah kebaikan pada umumnya. Kecintaan ruh pada Tuhan telah melahirkan suatu hasrat dan daya yang terarah kepada satu titik, yakni perjumpaan dengan Tuhan yang Maha Mutlak. Antara ruh, nafs, qolbu dan akal sesungguhnya bukan merupakan kecakapan yang masing-masing berdiri sendiri akan tetapi kesemuanya itu hanyalah aspek-aspek dari substansinya akan tetapi berbeda dari sudut fungsinya. Ketika jiwa kita mengarahkan dirinya kearah asalnya yang bersifat ruhani, ia disebut “ ROH “. Ketika ia mengadakan penalaran rasional diskursif ia kita sebut “ akal “. ketika ia berkemampuan untuk mendapatkan cahaya dari Tuhan secara langsung (mukasyafah) ia disebut “ qolbu”, dan ketika ia berhubungan dengan badan maka ia disebut “ nafs “. karena itu dapat disimpulkan bahwa roh, akal, qolbu dan nafs sama dalam esensinya tetapi berbeda dalam fungsinya sehingga mendapat nama yang berbeda.
Tiga hal yang menyebabkan ruh dan jiwa berbeda : 1. karena substansinya. Jiwa dan ruh berbeda dari segi kualitas zatnya. Jiwa digambarkan sebagai zat yang bisa berubah-ubah kualitas, naik dan turun, jelek dan baik, kotor dan bersih. Sedangkan ruh digambarkan sebagai zat yang selalu baik dan suci, berkualitas tinggi. Bahkan digambarkan sebagai turunan dari zat ketuhanan ( QS.15 :29). Kata jiwa dalam AL-Qur'an diwakili kata “ nafs”, secara umum diartikan sebagai diri. Penggunaan kata nafs yang menggambarkan jiwa dalam Al-Quran tidak
kurang dari 31 kali. Sedangkan kata nafs (anfus) yang bermakna “ diri “ tidak kurang dari 279 kali. Sementara itu kata ruh dalam AL-Quran diulang-ulang oleh Allah sebanyak 10 kali. Dalam Al-Quran 39 :42, 91:7-10, 89:27, 75:2, 9 :103, 74:38). jadi jiwa adalah sesuatu dalam diri kita yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan kualitas seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kedewasaan seorang manusia. Semakin dewasa dia semakin tinggi juga kualitas jiwanya. Bahwa jiwa adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang dilakukan seorang manusia. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan dalam hidupnya, segala akibat dari perbuatannya akan kembali kepadanya. Kualitas jiwa tergantung kepada kualitas fisik, terutama otaknya. Kerusakan pada otak maka akan menimbulkan kerusakan pada jiwa. Jiwa adalah sesuatu yang bisa terkena pengaruh dari luar berupa tekanan positif dan negatif, sedih senang, kecewa dan bahagia.
Perbedaan kedua antara ruh dan jiwa adalah pada fungsinya. Jiwa digambarkan sebagai sosok yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiaannya. Bukan ruh yang bertanggungjawab atas segala perbuatan manusia, melainkan jiwa. Ruh adalah zat yang selalu baik dan berkualitas tinggi. Sebaliknya hawa nafsu adalah zat yang rendah dan selalu mengajak kepada keburukan. Sedangkan jiwa adalah zatyang bisa memilih kebaikan atau keburukan tersebut. Maka jiwa harus bertanggungjawab terhadap pilihannya itu. Setiap jiwa akan menerima konsekuensi atau balasan dari perbuatan jeleknya atau perbuatan baiknya. Ia yang terkena dosa dan pahala. Sedangkan ruh selalu mengajak kepada kebaikan.
Perbedaan yang ketiga adalah pada sifatnya. Jiwa bisa merasakan kesedihan, kebahagiaan, kedamaian, kekecewaan. Sedangkan ruh bersifat cenderung selalu dalam kebaikan. Ruh adalah energi kehidupan yang mengandung fungsi dasar kehidupan itu sendiri. Dalam bahasa komputer, jiwa adalah program aplikasi sedangkan ruh adalah sistem operasi yang di dalamnya memiliki energi kehidupan, sedangkan jiwa adalah program aplikasi yang bisa menyebabkan seorang manusia memiliki kemampuan operasional. Jiwa bekerja pada sistem kerja ruh. Jika ruh tidak berfungsi maka jiwa pun tidak berfungsi, tapi sebaliknya, kalau jiwa
tidak bekerja, ruh masih tetap bisa bekerja. Kalau diurutkan tingkat pengaruhnya, ruh lah yang memiliki pengaruh paling besar, karena ia berpengaruh terhadap kerja jiwa dan badan sekaligus. Jika ruh tidak berfungsi, maka badan dan jiwa tidak berfungsi juga, alias mati. Urutan kedua adalah jiwa. Jiwa memiliki pengaruh pada badan tapi tidak mempunyai pengaruh pada ruh. Pengaruh jiwa pada badan tidaklah mutlak sebagaimana ruh. Wa Allahu 'Aalim.
YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MERAGA SUKMA Raga sukma adalah sebuah fenomena spiritual di mana jiwa atau tubuh astral manusia melakukan perjalanan dalam keadaan sadar setelah terbebas atau keluar dari tubuh fisik. Dalam artikel terdahulu CARA MERAGA SUKMA, disebutkan bahwa sebelum kita melakukan perjalanan keluar dari tubuh untuk berkelana kemanapun yang kita inginkan kita hendaknya mengenali bagian yang paling hakiki, paling inti pada diri kita yaitu roh. Roh ini memiki kesadaran yaitu kesadaran roh. Kesadaran ruh yang pertama kali adalah pengakuan bahwa bahwa pada diri manusia ini ada sesuatu yang sejati, yang disebut dengan AKU SEJATI. Jadi bisa dikatakan bahwa aku sejati manusia itu adalah ruh kita sendiri. Jadi pada diri manusia itu ada tiga lapis kesadaran yaitu: KESADARAN FISIK, KESADARAN JIWA, dan KESADARAN RUH. Kesadaran fisik muncul akibat aktivitas otak biologis, kesadaran jiwa adalah kesadaran yang lebih tinggi dari kesadaran otak akibat komunikasi intensif antara ruh dan otak. Sementara kesadaran ruh adalah kesadaran yang murni terbebas dari pengaruh otak. Jadi ini adalah kesadaran spiritual tertinggi. TIDAK ADA CARA LAIN UNTUK RAGA SUKMA KECUALI diam, meneng dalam posisi duduk atau berbaring. Disebut juga MEDITASI. Cara meditasi beragam, silahkan dipilih yang paling disukai. Dalam semua tradisi mistik esoterik, meditasi memiliki istilah tata cara syariat yang beragam. Prinsipnya bahwa dalam meditasi Anda akan mengalami LONCATAN KESADARAN dari kesadaran FISIK menuju kesadaran JIWA. Untuk itu, tahap RAGA SUKMA adalah: diam dalam jangka waktu dengan kata-kata sugesti (mantra) yang Anda yakini mampu mengadakan perpindahan dari kesadaran fisik menuju kesadaran jiwa. Hingga tubuh Anda benar-benar mampu tidur namun jiwa Anda melayang dengan kontrol sadar dari ruhani.
Raga sukma adalah perjalanan kesadaran jiwa menuju ke semua tempat secara sadar. Sehingga untuk meraga sukma harus dihindari perjalanan jiwa yang tidak disadari dan tidak dikontrol oleh kesadaran ruh. Apa ada perjalanan yang tidak disadari
ruh?
Jawabnya
Ada.
Yaitu
saat
seseorang
mengalami
trance
atau
kesurupan. Inilah tahap dimana perjalanan jiwa tidak dikontrol sehingga kacau bahkan jiwa bisa tersesat. Inilah bahayanya kalau perjalanan jiwa tidak dikontrol, maka seseorang itu akan mengalami kegilaan permanen. Kegilaan permanen ini sebenarnya bisa disembuhkan bila kita bisa menemukan kembali kemana jiwa tersebut pergi. Namun sangat sulit menemukan kemana lepasnya jiwa. Sangat sedikit orang waskita yang bisa menemukan jiwa yang tersesat ini agar kembali ke tubuh dan kesadaran fisik seseorang. Celakanya, kadang setelah kita menemukan kembali jiwa dan membawa masuk ke tubuh seseorang sayangnya dia telah mengalami kerusakan jaringan syaraf pusat otaknya. Jiwa biasanya pergi karena berbagai hal, yaitu masalah cinta asmara, masalah hutang piutang, masalah lain sehingga jiwanya kacau dan tidak dikontrol oleh kesadaran ruhnya. Akibatnya, seseorang tersebut bisa jadi bunuh diri! Sesuatu hal yang harusnya dihindari oleh kita semua. Hanya dengan dekat kepada Tuhan Sang Pencipta, kita semua memohon agar dihindari dari kesulitan dan persoalan yang tidak ditemukan jalan keluarnya. Salah satu cara memulai raga sukma adalah melalui mimpi saat tubuh kita tertidur. Kenapa melalui mimpi? Sebab mimpi adalah rasionalisasi pengalaman astral atau pengembaraan
pikiran
seseorang
keluar
dari
tubuh
fisiknya
dan
tidak
ada
pemeriksaan ulang terhadap proses mental dari kesadaran fisik. Melalui mimpi akan terasa bagaimana jiwa adalah PENGEMUDI sementara tubuh fisik kita adalah KENDARAANNYA. Jadi sebenarnya, manusia itu mengalami RAGA SUKMA saat fisiknya tertidur. Jadi 90 persen manusia melakukan raga sukma saat tertidur. Sayangnya, dalam raga sukma mimpi
kebanyakan
orang
tidak
terkontrol
oleh
kesadaran
ruh
sehingga
perjalanannya cenderung kesana kemari sehingga tidak mampu dimaknai secara benar. Dalam raga sukma, tubuh fisik kita masih hidup. Kenapa masih hidup padahal jiwa dan ruh kita sudah pergi meninggalkan tubuh? Ini karena pada diri manusia masih ada TALI JIWA (SURATMA) yang menghubungkan antara ruh dengan jasadnya. Saat seseorang meninggal dunia dan dikubur, mayatnya mulai membusuk maka badan
astral atau halus tidak ikut mati. Badan astral ini oleh orang jawa disebut dengan WETHALA. Dalam waktu tujuh hari setelah kematiannya, WETHALA ini kemudian baru pergi dari tubuh mayat yang telah membusuk.WETHALA badan astral dan jiwanya akan tetap terikat pada mayat oleh kekuatan SURATMA selama mayat belum hilang sama sekali. Suratma inilah yang menjaga mayat tidak cepat busuk. Tali Jiwa atau Suratma ini berwarna perak. Saat Anda sedang berada di luar tubuh fisik, Anda bisa melihat tali perak ini satu ujungnya menempel di tubuh halus dan ujung yang lainnya menempel di tubuh fisik Anda. Tali ini tampak merentang dari kelamin hingga otak. YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MERAGA SUKMA: JANGAN PERNAH MEMUTUSKAN TALI INI KARENA BERAKIBAT ANDA MENINGGAL DUNIA. BILA ANDA TIDAK BERNIAT MEMUTUSKANNYA, MAKA TALI INI JUGA TIDAK AKAN PUTUS. Apabila Anda sudah berada di luar tubuh fisik Anda, berarti Anda mampu mengontrol rasa takut. Tidak ada lagi rasa takut, khawatir maupun was-was. Sebab rasa takut hanya ada di kesadaran fisik (otak) yaitu kesadaran manusia yang paling rendah. Bagaimana bila dalam perjalanan astral meraga sukma nantinya akan bertemu dengan makhluk halus? Anda tidak akan ketakutan lagi. Pada prakteknya, saat kita sudah berada di luar tubuh fisik maka kita tidak terlalu sering (jarang) bertemu tubuh halus yang lain. Bisa jadi kita juga bertemu dengan tubuh halus lain namun bisa jadi dia tidak melakukan raga sukma secara sadar. Bisa jadi dia dalam posisi tidur maupun santai yang dia sendiri tidak menyadarinya. Karena masih dalam taraf belajar, ada baiknya kita membatasi diri dengan tidak neko-neko
dan
aneh-aneh.
Dalam
tarafa
belajar
tidak
perlu
mengunjungi:
SESEORANG YANG TELAH MENINGGAL ATAU TEMPAT YANG TIDAK KITA KENAL SEBELUMNYA. (Ini agar jiwa kita tidak tersesat atau disesatkan. Jangan sampai kita mau untuk diajak ruh orang yang telah meninggal dunia menuju alam kelanggengan dan kita krasan tinggal di sana. Ini nanti akan membuat tubuh fisik kita sekarat atau semaput). Karena kontrol kita masih terbatas, maka berputar-putar dan nikmati bumi saja sesuai keinginan. Kalau Anda belum pernah berkunjung ke London, pergilah ke sana dan nikmati apa yang Anda temui dalam sekejap mata. Tidak usah mengunjungi TOKOH-TOKOH SAKTI baik yang sudah meninggal atau masih hidup. Mereka bisa saja melontarkan tubuh halus Anda ke tubuh fisik Anda sehingga membuat Anda ngos-ngosan gelagapan. Bisa berakibat fatal, Anda tidak akan terbangun dalam jangka waktu lama. Kalau Anda memiliki riwayat sakit jantung, maka bisa jadi Anda meninggal mendadak.
Kalau pada saat Anda meraga sukma kebetulan bertemu dengan tubuh halus lain, biasanya Anda melihat mereka ini tidak berwarna, tidak bercahaya dan pucat. Tubuh halus melayang atau berada di mana saja mampu menembus benda-benda fisik seperti asap atau bayangan. Saat kita menyentuh tubuh fisik seseorang maka kita hanya bisa menembusnya. Mereka tidak akan menyadari sedang kita sentuh. KECUALI ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEMAMPUAN CLAIRVOYANT (kemampuan melihat energi halus) dan KEMAMPUAN CLAIRAUDIENCE (kemampuan mendengar suara dari dimensi lain). Apabila dalam meraga sukma Anda kebetulan (ini jarang terjadi) bertemu dengan tubuh halus lain. Misalnya MAKHLUK HALUS yang berniat buruk dan jahat maka berlarilah ke lapisan dimensi halus yang lain. Yang perlu Anda cermati, di dimensi gaib ini kita mengenal tujuh dimensi yang menempel pada tubuh halus manusia. Saat makhluk halus mengejar kita, maka kita bisa berlari secepat kedipan mata memasuki dimensi lain hingga dimensi kelima. Hanya pada dimensi keempatlah, makhuk jahat itu mampu mengejar jiwa manusia. Makhluk halus sebenarnya bisa dikendalikan oleh pikiran dan kemauan manusia. Manusia yang bisa mengendalikan mereka, maka manusia tersebut memiliki kekuatan dahsyat. Mereka mampu kebal senjata apapun, mampu mengendalikan cuaca menghentikan hujan dan mengendalikan petir, mampu pula menjangkau apa yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Mereka inilah manusia linuwih dan sakti karena mampu mengendalikan makhuk halus yang berasal dari unsur bumi, unsur air, unsur udara dan api. Dalam perjalanan astral tingkat tinggi kita bisa menganalisa bahwa semua mahluk halus yang berasal dari alam mempunyai bentuk tubuh mirip manusia dengan ukuran yang berbeda-beda. Mereka memiliki mata, telinga, kaki, tangan, tubuh meskipun bentuknya berlainan. Mereka memiliki kemampuan mengubah dirinya menjadi bentuk lain sesuai dengan keinginan mereka. Makhluk halus ini menempati dimensi astral dan dunia nyata kita. Dari segi jenis, di dunia ini setidaknya kita mengenal 350.000 jenis makhluk halus. Berbeda dengan manusia yang terdiri dari unsur fisik dan metafisik, makhluk halus tidak diberi Tuhan badan fisik. Jadi mereka melulu bersifat metafisik (gaib). Mereka berdiam diri di bumi tanpa halangan, bergerak cepat di udara. Hidup dengan makanan zat eterik yang ada di bumi. Menyukai bau-bau harum, namun mereka tidak menyukai bau manusia. Oleh karena itu, mereka tidak menyukai hidup di
rumah-rumah manusia. Mereka berusia rata-rata hampir sama dengan manusia. Bila mati, mereka lahir kembali melalui proses pembusukan astral. Wallahu a’lam.
Metode Dzikir
Bagaimana cara menghidupkan qalbu? Bagaimana cara menghunjamkan dzikir jahri dari mulut agar tembus menjadi dzikir sirri di dalam qalbu? “…maka bertanyalah kepada ahli dzikir (bukan ahli fikir! - pen.) jika kamu tidak mengetahui.” (QS. 16:43) Ada banyak metode (thariqah) yang digunakan para ahli dzikir, diantaranya metode Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya: 1. Gunakan Dzikir Utama berulang-ulang
2. Lewatkan titik-titik lathifah (sensor) untuk menghunjam masuk ke 3. dalam qalbu
4. Sertakan hentakan/tekanan (dharban) yang kuat 5. Rasakan jangan fikirkan Titik Sensor (Lathifah) Dzikir Jahri yang diucapkan dengan mulut harus ditembuskan ke pusat ruh yaitu Qalbu, kalau tidak ia hanya akan menjadi gelombang-gelombang suara yang lepas mengembara di angkasa tanpa menembus alam lâhût dan `arasy Allah. Untuk menembuskannya, saat mulut melafazhkan kalimat Lâ-ilâha-illa-llâh kita jalarkan kalimat tersebut pada titik-titik lathifah/sensor: 1. Lathifah Qalbi 2. Lathifah Ruhi 3. Lathifah Sirri 4. Lathifah Khafiy 5. Lathifah Akhfa 6. Lathifah Nafs 7. Lathifah Qalabi
Pengucapan kalimat Lâ-ilâha-illa-llâh dilakukan dengan suara tegas, dirasakan / dijalarkan dari bawah pusar keatas hingga ubun-ubun, lalu ke sebelah kanan dari titik 2 jari di atas puting susu ke arah titik 2 jari dibawah putting susu, lalu ke sebelah kiri dari titik 2 jari di atas putting susu dihunjamkan ke titik 2 jari di bawah putting susu kiri. Penjalaran dzikir ini diarahkan dengan gerakan kepala ke atas, lalu ke kanan dan ke kiri. Semua itu dilakukan dengan tekanan/ hentakan yang kuat (dharban) kedalam tubuh hingga terasakan kedalam ruh/jiwa orang yang melakukannya. Lakukan itu berulang-ulang, sebanyak-banyaknya, sehingga terbentuk apa yang disebut the magical power of repetition. “…dzikirkan olehmu Allah sebanyak-banyaknya.” (QS. 33:41) Dalam melakukannya jangan gunakan fikiran, tapi gunakan rasa, karena berdzikir memang bukan berfikir. Allah swt tegas membedakan dzikir dengan fikir di dalam QS. Ali Imran 3:191. Sekali lagi: rasakan, jangan fikirkan! Manakala dzawq (rasa) di dalam qalbu telah dapat merasakan iman tawhid maka Dzikir Jahri boleh dihentikan dan diganti dengan Dzikir Sirri. Kadang orang masih penasaran bertanya, sebanyak-banyaknya itu berapa kali? Para ulama dzikir menyatakan sekurang-kurangnya 5 x 33 alias 165 kali. Orang sudah biasa berdzikir 33 kali, lakukanlah Dzikir Jahri ini 5 kali lipatnya sehingga menjadi 165. Apakah harus tepat sejumlah itu? Tidak harus! The more the better (makin banyak, ya makin baik). Ibarat orang mengaduk adonan kue/roti, adukan itu harus mencukupi hingga adonan mengembang, lalu dibakar di oven. Kalau adukan kurang memadai dan adonan belum mengembang lalu langsung dibakar dengan oven apa jadinya? Bantat. Begitu pula dzikir. Kalau Dzikir Jahri kurang kuat tekanannya, atau kurang banyak pengulangannya, maka ia belum sampai menembus dan menggetarkan qalbu. Kalau langsung dihentikan maka Dzikir Sirri belum terbentuk di qalbu, akibatnya qalbu belum terhubung ke Allah SWT, nikmat dan manfaat dzikir pun tidak tercapai. Muncul pula pertanyaan mengapa pengarahan jalaran dzikir itu menggunakan gerakan kepala ke atas, ke kanan, lalu ke kiri? Ulama dzikir dalam istinbatnya menarik hikmah dari ayat: Iblis: “Lalu akan aku datangi manusia dari hadapan mereka, dan dari belakang mereka, dan dari kanan mereka, dan dari kiri mereka…”
(QS. 7:17) Gerakan dzikir ke atas maksudnya untuk menepiskan iblis yang menyerang dari depan dan belakang, gerakan dzikir ke kanan dan ke kiri untuk menepiskan iblis yang ada di kanan dan kiri.